7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 1/22
LAPORAN TUTORIAL
MEKANISME SISTEM FAGOSITOSIT
DALAM
IMUN MUKOSA RONGGA MULUT
Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial
Blok Stogmatognasi II
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing :
DR. drg. Purwanto, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 2/22
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor : DR. drg. Purwanto, M.Kes
Ketua : Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)
Sciber Meja : Rachel Priskila L. W (131610101049)
Sciber Papan : Fatimatuz Zahroh (131610101051)
Anggota :
1. Afifanisa Dienda Rifani (131610101013)
2. Tadjul Arifin (131610101037)
3. Duati Mayangsari (131610101039)
4. Selvia Elga Zulfika (131610101043)
5. Ekimo Walterpost (131610101050)
6. Putri Dewi S (131610101055)
7. Cholida Rachmatia (131610101056)
8. Loly A. Sinaga (131610101057)
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 3/22
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah – NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Mekanisme Sistem
Fagositosit Dalam Imun Mukosa Rongga Mulut”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
hasil diskusi tutorial kelompok V pada skenario ketiga.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. DR. drg. Purwanto, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan –
perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 1 April 2014
Tim Penyusun
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 4/22
SKENARIO
Siska, 18 tahun, datang ke RSGM untuk memeriksakan rongga mulutnya yang
sariawan. Pada anamnesa diketahui bahwa sariawan sering terjadi hampir setiap bulan,
apalagi kalau capek-capek. Penderita mengkonsumsi vitamin C, akan tetapi sariawan
selalu muncul kembali. Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa ada sariawan di
mukosa labial dan mukosa bukalnya. Selain diberi pengobatan, juga disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang sehat dan menjaga kebersihan rongga mulutnya, agar
mukosa rongga mulutnya lebih tahan terhadap bakteri. Dijelaskan juga bahwa rongga
mulut merupakan bagian pertama yang terpapar oleh benda apapun sebelum masuk
tubuh. Oleh karena itu bila ada benda asing yang masuk di rongga mulut, maka mukosa
dirongga mulut akan melakukan perlawanan, yang salah satu caranya dengan
memfagosit benda asing tersebut. Akibatnya bila daya tahan rongga mulut tidak baik,
rongga mulut akan terluka yang menyebabkan saiawan.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 5/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan
bagian dari sistem pernafasan. Rongga mulut juga merupakan gerbang masuknya
penyakit. Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorganisme yang
meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon
penjamu terganggu. Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh
lidah dan air liur, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya
infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak
boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka.
Meskipun begitu, rongga mulut juga memiliki sistem imunitas. Sistem
imunitas rongga mulut salah satunya dipengaruhi oleh membran mukosa. Sistem
imunitas mukosa merupakan bagian sistem imunitas yang penting dan berlawanan
sifatnya dari sistem imunitas yang lain. Sistem imunitas mukosa lebih bersifat
menekan imunitas, karena hal-hal berikut; mukosa berhubungan langsung dengan
lingkungan luar dan berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri
komensal, antigen makanan dan virus dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan sistem imunitas sistemik. Antigen-antigen tersebut sedapat mungkin
dicegah agar tidak menempel pada mukosa dengan pengikatan oleh IgA, barier fisik
dan kimiawi dengan enzim-enzim mukosa.
Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai
barier mekanik terhadap infeksi. Mekanisme proteksinya tergantung pada
deskuamasinya sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat
keratinisasinya yang sangat efisien menahan penetrasi mikrobial.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 6/22
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen Sistem Imun mukosa rongga mulut ?
2. Bagaimana mekanisme fagositosis dalam rongga mulut ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi Sistem Imunitas rongga mulut ?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami komponen
sistem imun mukosa rongga mulut.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami mekanisme
fagositosis dalam rongga mulut.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami faktor – faktor
yang mempengaruhi Sistem Imunitas rongga mulut.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 7/22
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi
disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel – sel dan molekul – molekul
terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan
tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut
adalah keutuhan mukosa, saliva, cairan sulkus gingival dan Penyusun Kekebalan
Humoral dan Seluler.
Bakteri yang masuk kemudian merangsang sel mast (residen leukosit ) yang di
jaringan untuk mengirimkan signaling endothelium kemudian terjadilah vasodilatasi
pembuluh darah karena adanya sekresi selektin dan kemoktin. Sel-sel PMN kemudian
melekat pada dinding pembuluh darah (Marginasi) sehingga dapat keluar untukmenghancurkan bakteri yang masuk.Adanya pergerakan leukosit disebabkan karena
adanya rangsangn kemotaksis. Kemotaksis merupakan adanya daya tarik ke sel target
karena adanya rangsangan kimia dari produk metabolit bakteri dan signal dari sel mast.
Imunologi Rongga Mulut Tergantung kesehatan mulut yaitu keutuhan mukosa
yang secara normal menghalangi masuknya jasad renik. Keadaan struktur mukosa
rongga mulut akan dapat rusak apabila system pertahanan mulut terganggu.
Terdapat dua tahapan dalam mekanisme system imun yakni mekanisme
pengenalan dan mekanisme penghancuran. Ada 2 mekanisme penghancuran yaitu:
1. Antigen Ekstra Sel Akan Diendositosis Dalam Vesikel Selanjuntnya
Berikatan Dengan Molekul Mhc Class Ii Sehingga Dapat Dikenali Oleh
Cd 4 T Helper Limfosit
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 8/22
2. Antigen Citolitic Akan Masuk Sitosol Berikatan Dengan Proteasome
Selanjutnya Di Er Berikatan Dengan Molekul Mhc Class I Sehingga
Dapat Dikenali Oleh Cd 8 T Helper Limfosit.
Reaksi yang terjadi berakibat pada terjadinya baktivasi Limfosit.
Aktifasi limfosit
mhc class ii + cd4 t helper limfosit mengaktifkan limfosit sehingga terjadi
proliferasi dan deferensiasi membentuk humoral respon
Mhc class i+cd8 thelper akan mengaktifkan limfosit dan terjadi proliferasi
deferensiasi membentuk seluler respon
Kemotaksis merupakan adanya daya tarik ke sel target karena adanya
rangsangan kimia dari produk metabolit bakteri dan signal dari sel mast.
Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut
adalah keutuhan mukosa, saliva, cairan sulkus gingival dan penyusun kekebalan
humoral dan seluler.
Eliminasi antigen
Sel yang mampu bertahan akan membentuk memori terhadap antigen yang sama
sehingga saat terpapar kembali akan terjadi reaksi yang lebih tinggi Secara normal
tubuh mampu mengenali antigen sendiri sehingga tidak terjadi mekanisme
imunologis. Hal ini disebut toleransi. Kegagalan pengenalan terhadap antigen
sendiri akan menyebabkan penyakit autoimmune
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 9/22
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Komponen Sistem Imunitas Rongga Mulut
Menurut Roeslan (2002), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :
a. Membran mukosa
Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai barier
mekanik terhadap infeksi.Mekanisme proteksinya tergantung pada deskuamasinya
sehingga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasinya yang sangat
efisien menahan penetrasi microbial.
b. Nodus Limfatik
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra
oral dan agregasi limfoid intra oral.Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan
mukosa lidah, dasar mulut, palatum, pipi dan bibir, mirip yang berasal dari ginggiva
dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan
bergabung dengan pembuluh limfatik yangberasal dari bagian dalam otot lidah dan
struktur lainnya. Di dalam rongga mulut terdapat tonsil palatel.
c. Saliva
Sekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya
memelihara jaringan keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan
fisiologis.Saliva yang disekresikan oleh kalenjar parotis, submandibularis dan
beberapa kelenjar saliva kecil yang tersebar di bawah mukosa, berperan dalam
membersihkan rongga mulut dari debris dan mikroorganisme, selain bertindak
sebagai pelumas pada saat mengunyah dan berbicara.
d. Celah Ginggiva
Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari daerah
dalam bentuk cairan celah ginggiva (CCG). Aliran CCG merupakan proses
fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamasi. (Ruslan, 2002 )
3.2 Sistem Imun Spesifik
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 10/22
Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh
kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang ketiga.
Ciri Sistem Imun Spesifik :
Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh
Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis
benda asing
Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya, melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia ( antibody )
Perlambatan, waktu antara eksposur dan respon maksimal
Tanggap kebal seluler dikendalikan oleh sel-sel yang tersebar dalam jaringan
submukosa, gingival, kelenjar ludah, epitel, cairan saku gusi, tonsil dan kelenjar
getah bening ekstra oral.
Komponen Sistem Imun Spesifik :
1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa
Sel-sel mononuclear (limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar tepat
dibawah epitel mulut, didaerah palatum lunak, dasar mulut, permukaan ventral
dari lidah dan kadang-kadang di pipi dan di bibir. Secara histologik, massa jaringan
ini seperti jaringan tonsil.
2. Jaringan Limfoid Gingival
Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik sel-sel terutama sel-sel
limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-sel plasma. Rasio sel T dan
B dalam cairan saku gingival sehat akan meningkat menjadi 1:3 dibandingkan rasio
dalam darah. Selain itu, dalam proporsinya, sel-sel ini mampu membuat antibody
yang spesifik.Bagaimanapun juga kebanyakan sel-sel ini memproduksi zat-zat
immunoglobulin non-reaktif.Makrofag hadir dalam gingiva, disamping memproses
antigen juga ikut membantu penghancuran plak gigi. Reaksi timbal balik antara
merusak dan melindungi berlangsung jelas dalam limfoid gingiva.
3. Kelenjar Getah Bening Ekstraoral
Anyaman halus saluran getah bening berjalan dari mucus saliva dasar
mulut, palatum, bibir, dan pipi seperti juga dari gingival dan pulpa.Semuanya
bergabung membentuk saluran yang lebih besar yang bersatu dengan saluran getah
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 11/22
bening lainnya dari anyaman yang lebih dalam pada otot lidah.Saluran ini melayani
pengangkutan antigen menuju kelenjar getah bening submental, submaksilaris, dan
servikal.Tiap antigen yang berhasil masuk disebarkan langsung melalui getah bening ini
ataupun melalui sel-sel fagosit. Lalu diteruskan ke kelenjarnya untuk dibangkitkan
tanggap kebalnya.
4. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah
Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang
besar ataupun kecil, tersebar dalam kelompok-kelompok dibawah mukosa
mulut.Kebanyakan sel plasma memproduksi IgA dan beberapa diantaranya IgG dan
IgM.Tampak bawah kebanyakan IgA dalam saliva disintesis secara local oleh sel-sel
plasma kelenjar yang bersangkutan dalam bentuk dimerik.
5. Sel-Sel Langerhans
Antigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar
di atas selaput dasar. Sel-sel ini merupakan sel-sel dendritik yang besar kemampuan
kerja seperti makrofag, memiliki reseptor Fe dan C3 serta antigen permukaan seperti
Ia, yaitu antigen transplantasi yang dtemukan terutama pada sel B dan makrofag yang
identik dengan antigen HLA-D. (Gunarso W : 1988)
Sistem imun spesifik merupakan suatu sistem yang dapat mengenali suatu
substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan
respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut.Sistem imun spesifik disebut
juga dengan sistem imun yang didapat (adaptive immunity). Sel-sel imun yang berperan
dalam respon imun spesifik adalah sel limfosit B dan sel limfosit T. Substansi yang
dapat merangsang terjadinya respon imun spesifik disebut antigen. Sistem imun
merupakan reaksi hospes terhadap benda asing dengan tiga kekhasan yaitu spesifik,
heterogen,memori.
Spesifitas
Respon imun dengan kepekaan yang tinggi akan bereaksi dengan benda yang
sama yang telah memberi respon sebelumnya dan dapat membedakannya sehingga
akan mendiferensiasi antigen yang berasal dari spesies, individual dan organ yang
berbeda.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 12/22
Heterogenitas
Respon berbagai sel dan produk sel terhadap benda asing akan
menghasilkan produk populasi sel yang heterogen (misal antibodi).
Memori
Mempercepat dan memperbesar respon spesifik dengan proliferasi dan
diferensiasi sel yang telah disensitisasi pada respon sebelumnya.
Limfosit B
Limfosit B dapat berdiferensiasi menjadi sel plasma apabila ada rangsangan
dari antigen dan akan membentuk antibody. Limfosit B merupakan respon imun
humoral Limfosit T. Limfosit T terbentuk jika sel induk dari sumsum tulang pindah ke
kelenjar timus, mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar timus
limfosit T belajar membedakan bahan asing (non self) dengan bahan bukan asing
(self). Limfosit T dewasa akan meninggalkan kelenjar timus menuju kelenjar getah
bening (sebagai bagian pengawasan sistem imun tubuh). Limfosit T merupakan
respon imun seluler
Antigen ( Ag)
Antigen juga seringkali disebutimunogen. Antigen terdiri dari : protein dan
polisakarida. (Baratawidjaya : 2000)
Antibodi
Protein yang diproduksi di dalam tubuh sebagai respon terhadap masuknya
Ag, dapat mengenali dan mengikat Ag secara spesifik.
Ada 5 klasifikasi antibodi , antara lain :
Imunoglobulin A (IgA).
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air
mata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk
dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif.Jaringan yang mensekresi
bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang
kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam lumen. Fungsi dari IgA ini ialah:
Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
Tidak efektif dlam mengikat komplemen
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 13/22
Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada
dalam cairan sekretori yang mengandung IgA
Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif
Imunoglobulin D (IgD)
Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda
permukaan pada sel B yang matang.IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B
normal.Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.
Imunoglobulin E (IgE)
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan
dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan
eosinpphil.IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen
yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu
degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan
reaksi anaphylaksis.IgE sangat berguna untuk melawan parasit.
Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin m ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM
mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima
valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus.Peningkatan jumlah IgM
mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi).IgM
adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutinin
alamiah.IgM sngat efisien dalam mengaktifkan komplemen.IgM dibentuk setelah
terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.
Imunoglobulin G (IgG)
Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin
yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah,
lymfe dan cairan peritoneal.Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari
dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat
mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya imunoglobulin
yang dapat melewati plasenta.
4. Sistem Imun Non Spesifik
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 14/22
Sistem kekebalan tubuh atau imunitas adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi
berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat – zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan
agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Respon imun nonspesifik merupakan salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah
menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis.
Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat
penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit.Supaya dapat
terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan
partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada
permukaan fagosit.
Komponen Imunitas Non Spesifik :
1. Barrier epitel
Contoh barrier eksternal adalah mukosa dalam rongga mulut yang dapat
menekan atau membunuh mikroorganisme.
2. Sel natural killer (NK)
Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap
mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi
sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-γ. Sel ini tidak mengekspresikan
imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah
berubah akibat terinfeksi mikroba.
3. System komplemen
Melibatkan kurang lebih 20 serum protein. Prinsip kerjanya sebagai media
terjadinya reaksi inflamasi akut dan kemudian mengeliminasi mikoroorganisme
yang menginvasi.
4. Sitokin pada imunitas non spesifik
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 15/22
Sebagai respons terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi
sitokin untuk memperantarai reaksi selular pada imunitas non spesifik.Sitokin
merupakan protein yang mudah larut (soluble protein), yang berfungsi untuk
komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel lainnya.
5. Protein plasma lainnya pada imunitas non spesifik
Berbagai protein plasma diperlukan untuk membantu komplemen pada
pertahanan melawan infeksi.Mannose-binding lectin (MBL) di plasma bekerja dengan
cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukaan mikroba dan
menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis, atau mengaktivasi
komplemen melalui jalur lectin.
Penghindaran mikroba dari imunitas non spesifik
Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas
non spesifik sehingga dapat memasuki sel pejamu.Beberapa bakteri intraselular tidak
dapat didestruksi di dalam fagosit. Lysteria monocytogenes menghasilkan suatu protein
yang membuatnya lepas dari vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit (Geo,
2005).
3.3 Komponen Sistem Imun Mukosa
1. Sistem Imun Spesifik Humoral
Dalam sistem ini yang berperan adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari
sel asal multiprotein.Pada unggas, sel asal tersebut berdiferensiasi menjadi sel B, di
dalam organ yang disebut bursa fabrisius yang letaknya dekat kloaka. Bila sel B
dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang
menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat
ditemukan di dalam serum.Fungsi utama antibodi ialah mempertahankan tubuh
terhadap infeksi bakteri, virus, dan menetralisasi toksin.
2. Sistem imun spesifik seluler
Yang berperan dalam sistem ini adalah limfosit T atau sel T. Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa sel T dibentuk
di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 16/22
timus. Fungsi umum sel T ialah membantu sel B dalam memproduksi antibodi,
mengenal dan menghancurkan sel yang terkena infeksi virus, mengaktifkan
makrofag dalam fagositosis dan mengontrol ambang serta kualitas sistem imun.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas 4 subset, yaitu:
a. Sel Th (T helper), sel ini menolong sel B dalam memproduksi antibodi.
b. Sel Ts (T supresor), sel ini menekan aktivitas sel T tertentu dan sel Ts
nonspesifik
c. Sel Tdh atau Td (delayed hypersensitivity), sel yang berperan pada
pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi
lambat.
d. Sel Tc (T cytotoxic) mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel alogenik
dan sel sasaran yang mengandung virus.
.
3. Komponen Cairan (Humoral) – Non Spesifik
a. Protein – Enzim
Lisosim
Lisosim terdapat hampir di semua cairan tubuh dan terdeteksi pada manusia
umur 9 – 12 minggu.Sumber lisosim saliva berasal dari glandula salivarius mayor dan
minor, sel fagosit maupun cairan krevikular gingiva.
Fungsi Lisosim :
o Aktivitas muramidase, lisosim mampu menghidrolisa ikatan Beta (1-4) antara
asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan
dinding sel bakteri.
o Aktivitas bakterial autolisin tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim
merupakan kationik, liosim dapat merusak membran bakteri dan
mengaktifkan mekanisme bakterial autolisis karena aktivasi muramidase dan
autolisin.
o Menyebabkan agregasi bakteri.
o Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi.
o Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri, sehingga mencegah produksi
asam.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 17/22
o Memecah rantai streptokokus.
Laktoferin
Laktoferin adalah glikoprotein, BM 76 kilodalton, mengikat
besi.Dikeluarkan oleh sel serosa dan glandula salivarius minor. Namun ditemukan
juga pada air mata, dan ASI.Sumber LF dalam RM adalah cairan
gingiva.Diperkirakan berasal dari aktivitas fagositosis / rusaknya sel PMN. Oleh karena
itu, level LF saliva sangat tergantung pada influks sel PMN ke dalam RM.
Fungsi : ditentukan oleh tingginya afinitas LF untuk mengikat ion bes, sehingga mLF
mampu menurunkan level ion besi.
Laktoperoksidase
Sumber utama sistem peroksidase saliva adalah glandula salivarius dan sel
leukosit.SPS yang berasal dari glandula salivarius disebut salivari peroksidase,
sedangkan SPS yang berasal dari leukosit disebut mieloperoksidase. Salivari
peroksidase manusi kadang disebut pula laktoperoksidase karena kesamaannya
dengan laktoperoksidase susu sapi.
3.4 Mekanisme Fagositosis
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel
fagosit, dengan jalan mencerna mikroorganisme atau partikel asing hingga
menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu
fagosit mononuclear dan polimorfonuklear.
Proses fagositosis adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan (recognition), yaitu proses di mana mikroorganisme atau
partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali,
maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya
belum dapat dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri
atau mikroorganisme mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti
kemokin yang dapat “memikat‟ sel hidup seperti fagosit untuk
menghampirinya.
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 18/22
3. Perlekatan (adhesion), setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing,
partikel tersebut akan melekat dengan reseptor pada membrane sel fagosit.
Proses ini akan dipermudah apabila mikroorganisme tersebut berlekatan
dengan mediator komplemen seperti opsonin yang dihasilkan komplemen C3b
di dalam plasma (opsonisasi).
4. Penelanan (ingestion), ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor
di membrane plasma sel fagosit, seketika membrane sel fagosit tersebut
akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan menelannya ke
dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma
di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.
5. Pencernaan (digestion), fagosom yang berisi parrtikel asing di dalam
sitoplasma sel fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom.
Lisosom yang berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan
peroksidase, berfusi dengan fagosom membentuk fagolisosom. Enzim –
enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh
permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/
bagian dari partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul
kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan,
molekul ini dikenal dengan MHC (Major Histocompatibility Complex) untuk
dikenali oleh sistem imunitas spesifik.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
3.5 Faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam system pertahanan
rongga mulut
1. Selaput mukosa
Keratin merupakan salah satu pertahanan yang diperhitungkan, tetapi bibir,
pipi, dasar mulut, dan langit-langit lunak tidak dilapisi keratin. Pada lapisan
granular, selaput yang membungkus granular dilepaskkan ke rongga mulut dan ini
berkaitan dengan pembentukan penangkal terhadap zat seperti antigen, kemingkinan
antibodi menurunkan penetrasi melalui mukosa dengan membentuk komplek
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 19/22
imun.Selaput basal merupakan penangkal yang lain terhadap bahan-bahan
berbahaya. Pada lamina propria mukosa yang berbatasan dengan selaput basal terdapat
beberapa sel limfoid yang akan mengahadapi bahan-bahan lain yang dapat melewati
keempat lapisan penang. Lapisan epitel mukosa terdiri dari sel-sel epitel yang
termodifikasi yang disebut FAE (Follicle Associated Epithelial Cell).Sel tersebut
mampu mentransport makromolekul dari lumen jaringan dibawahnya. FAE sangat
penting dalam menentukan efektifitas respon imun mukosa.
2. Saliva
Komponen imunitas saliva dalam saliva yang berperan adalah IgA sekretori. IgA
sekretori adalah immunoglobulin penting dalam saliva dan akan berperan dalam
mencegah infeksi mikroba pada mukosa. Hasil akhir dari IgA sekretori adalah SIgA
yang nantinya dibawa ke lumen.
3. Crevicular Gingival Fluid
Komponen darah humoral seluler dapat mencapai permukaan gigi dan
epitel dalam rongga mulut melalui aliran cairan menembus epitel perlekatan
gingival. Struktur dan fungsi epitel perlekatan adalah dalam pengertian hubungan
biologi antara komponen vaskular dan struktur periodontal. ( Izzata, 2007 )
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 20/22
BAB 4
MAPPING
RONGGA MULUT
SISTEM IMUN RONGGA MULUT
BARIER SPESIFIK HUMORAL FAGOSITOSIS FAKTOR SELULER
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 21/22
BAB 5
KESIMPULAN
Sistem kekebalan tubuh atau imunitas adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem imun pada manusia terdiri dari sistem imun
spesifik dan sistem imun nonspesifik. Sistem imun spesifik merupakan suatu sistem
yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat
memacu perkembangan respon imun yang spesifik terhadap substansi tersebut.
Sedangkan sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon langsung
terhadap antigen. Komponen sistem imun spesifik terdiri dari dua macam yakni
komponen sistem imun humoral spesifik dan komponen sistem imun seluler spesifik.
Komponen sistem imun nonspesifik terdiri dari 3 macam, yaitu: protein – enzim,
komplemen, komponen selular sistem imun nonspesifik. Faktor-faktor yang
bertanggung jawab dalam system pertahanan rongga mulut adalah keutuhan mukosa,
saliva, cairan sulkus gingival, komponen kekebalan humoral dan selular. Proses
fagositosis adalah sebagai berikut: Pengenalan (recognition), pergerakan (chemotaxis),
perlekatan (adhesion), penelanan (ingestion), pencernaan (digestion), dan pengeluaran
(releasing).
7/22/2019 Laporan Tutorial Skenario 3 Stoma 2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-skenario-3-stoma-2 22/22
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaya, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit
Kedokteran Universitas Indonesia.
Barid, Izzata, dkk. 2007. Biologi Mulut I untuk Kedokteran Gigi.Jember : Jember
University Press.
Carranza. 2006. Clinical Periodontology Tenth Edition. Los Angeles : Saunders
Elsevier.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11. Alihbahasa: Irawati, et al. Jakarta : EGC.
Nurhayati, Diana.2001.Imunomodulator pada Infeksi Bakteri. Semarang.
Tjakronegoro, Arjatmo.2002.Imunologi Oral.Jakarta : Kedokteran Universitas
Indonesia.
Recommended