Download pdf - LI FITRIA LBM 3

Transcript

Nama : FITRIA

Nama : FITRIANIM : 01. 205. 4988Kelompok : 13

LBM 3 MODUL 13Anatomi hidung :Bagian-bagian hidung :Hidung bagian luar atau pyramid hidung :

Hidung luar dari atas ke bawah :Pangkal hidung (bridge)Dorsum nasiPuncak hidungAla nasiKolumelaLubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan, yang dibungkus oleh kulit, serta jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.Kerangka tulang :

Tulang hidung (os nasalis)Prosesus frontalis os maksilaProsesus nasalis os frontal

Tulang rawan :

Sepasang kartilago nasalis lateralis superiorSepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor)Beberapa pasang kartilago ala minor Tepi anterior cartlago septum

Rongga hidung :Berbentuk seperti terowongan. Dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan : nares anteriorPintu atau lubang masuk kavum nasi bagian belakang : nares posterior (koana) menghubungkan kavum nasi dengan nasofaringBagian kavum nasi, tepat dibelakang nares anterior : vestibulum (dilapisi kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang vibrise)Kavum nasi punya 4 dinding :

Medial : septum nasi

Septum dilapisi perikondrium di bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang. Sedangkan luarnya oleh mukosa hidungDibentuk oleh :Tulang :

Lamina perpendikularis os etmoidVomerKrista nasalis os maksila Krista nasalis os palatina

Tulang rawan :

Kartilago septumKolumela

Lateral :

Bagian depan dinding lateral disebut ager nasi dan dibelakangnya konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidungTerdapat 4 konka :Konka inferior : konka terbesar dan paling bawah

Melekat pada os maksila dan labirin etmoidKonka media : yang kecil

Bagian dari labirin etmoidKonka superior : kecil lagi

Bagian dari labirin etmoidKonka suprema : yang terkecil

Bagian dari labirin etmoidDiantara konka-konka terdapat rongga sempit : meatusMeatus ada 3 :Meatus inferior :

Terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidungTerdapat muara duktus nasolakrimalisMeatus media :

Terletak diantara konka media dan lateral rongga hidungTerdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoidMeatus superior :

Merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.Inferior :

Merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatumPosterior :

Merupakan atap hidung dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidungSumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Perdarahan :Arteri :Bagian bawah rongga hidung : cabang A. Maksilaris interna (ujung A. palatine mayor dan A. sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina)Bagian depan hidung : cabang A. fasialisBagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatine mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis)Vena :Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinyaVena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosusVena-vena di hidung tidak mempunyai katup.

Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Persarafan :Bagian depan dan atas rongga hidung : n. Etmoidalis anterior (cabang dari n. nasosiliaris yang berasal dari n. oftalmikus) persarafan sensorisRongga hidung lainnya : n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum persarafan sensorisGanglion sfenopalatinum juga sebagai persarafan vasomotor untuk mukosa hidung

Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Fisiologi hidung :Jalan nafas :Inspirasi : udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah ke nasofaring sehingga aliran udara berbentuk lengkungan atau arkusEkspirasi : udara msuk melalui koana mengikuti jalan yang sama seperti inspirasi. Tapi bagian depan aliran udara memecah, sebagian melalui nares anterior sebagian lagi kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.Alat pengatur kondisi udara (air conditioning) :Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paruCaranya :Mengatur kelembaban udara : dilakukan oleh palut lender (mucous blanket)Mengatur suhu : suhu udara setelah melewati hidung kurang lebih 37 derajat CelsiusPenyaring udara :

Untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :Rambut pada vestibulum nasiSiliaMucous blanketEnzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri lysozym

Debu dan bakteri melekat pada palut lender dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lender dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.

Sebagai indra penghidu :

Mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum sebagai indra penghidu. Bau bisa sampai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lender atau bila narik nafas dengan kuatResonansi suara :

Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia)Membantu proses berbicara :

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata.Kata-kata dibentuk oleh : lidah, bibir, dan palatum molePembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udaraRefleks nasal :

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks.Rangsangan bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, pankreas Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Pemeriksaan hidung secara umum :Pemeriksaan hidung luar :

Dilakukan dengan inspeksi dan palpasiKelainan yang mungkin didapatkan :Kelainan congenitalRadangKelainan bentukKelainan akibat traumaTumor Rinoskopi anterior :

Pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai speculum hidungYang harus diperhatikan :Mukosa : warnanya (radang:merah muda dan alergi:pucat/kebiru-biruan)Septum : letaknya (ditengah/lurus), deviasi/tidak, Krista, spina, perforasi, hematoma, absesKonka : besarnya (normal, hipertrofi, atrofi)Secret : banyaknya, sifatnya (serous, mukoid, mukopurulen, purulen, atau bercampur darah), loklisasinya (meatus inferior, medius, superior)Massa : polip dan tumor. Pada anak bisa terdapat benda asingRinoskopi posterior :

Pemeriksaan rongga hidung dari belakang, dengan menggunakan kaca nasofaring. Dengan mengubah-ubah posisi kaca, kita dapat melihat koana, ujung posterior septum, ujung posterior konka, secret yang mengalir dari hidung ke nasofaring (post nasal drip), torus tubarius, ostium tuba dan fosa rosenmuller.Nasoendoskopi :

Pemeriksaan dengan endoskop. Dengan cara ini bagian rongga hidung yang tersembunyi yang sulit dilihat dengan rinoskopi anterior maupun posterior akan tampak lebih jelasSumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUIMacam-macam penyakit dan kelainan hidung :Congenital :Labio dan palatoskisis :Krista dermoid :Tidak dapat ditekan dan tidak berdenyut, tampak seperti lubang pada dorsum nasi, kadang mengeluarkan secret purulenDD : glioma, ensefalokel, mukokel, osteomielitis, hemangioma, neurofibromaDx : CT-scanGlioma (tidak berhubungan dengan SSP dan ensefalokel (berhubungan dengan SSP):Glioma :

Padat, masa yang tidak dapat ditekan, tak berdenyut, bewarna abu-abu atau keunguan, tidak bertransiluminasi dan tidak menghasilkan tanda furstenberg positif missal tidak ada pembesaran dan penekanan vena jugularisDD : kista dermoid dan ensefalokelDx : CT-scan, NMR, foto polos dalam tiap bidang

Ensefalokel :

Cacat kranium, warna kebiruan, dapat ditekan, berdenyut, dapat bertaransiluminasi dan memberikan tanda Furstenberg positifDD : kista dermoid, neurofibroma, hemangiomaDx : CT-scan, NMR, foto polos dalam tiap bidang

Atresia koana : Etiologi : kegagalan embriologik dari membrane bukonasal untuk membelah sebelum kelahiranAnomaly hidung :Etiologi : pengaruh teratogenikDD : kista dermoid, ensefalokelDx : CT-scan

Sumber : Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC

Kelainan septum :Deviasi septum :Bentuk septum normal lurus di tengah rongga hidung tetapi pada orang dewasa septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengahEtiologi :

Trauma (sesudah partus,waktu partus,masa janin intrauterine)Ketidakseimbangan pertumbuhanBentuk deformitas :Deviasi (berbentuk huruf C atau S)Dislokasi (bagian bawah kartilago septum ke luar dari kista maksila dan masuk ke dalam rongga hidung)Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut Krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spinaBila deviasi atau Krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya disebut sinekia menambah berat obstruksiGejala klinik :Sumbatan hidung : unilateral atau bilateralRasa nyeri dikepala dan disekitar mataPenciuman terganggu

Hematoma septum :

Patogenesis :

Trauma pembuluh darah submukosa pecah darah berkumpul diantara perikondrium dan tulang rawan septum hematoma septum.Gejala klinik :Sumbatan hidung dan rasa nyeriPembengkakan unilateral atau bilateral pada septum bagian depanTerapi :DrenasePungsiInsisi pada bagian hematomaInsisi bilateralPasang tampon untuk menekan perikondriumAntibiotic untuk mencegah infeksi sekunderKomplikasi :

Abses septum dan deformitas hidung luar seperti hidung pelana (saddle nose)Abses septum :

Etiologi : trauma yang tidak disadari pasienGejala : hidung tersumbat progresif disertai rasa nyeri berat, terutama dipuncak hidung, demam dan sakit kepalaTerapi : insisi dan drenase nanah serta diberikan antibiotik dosis tinggi, serta analgetik, rekonstruksi septum untuk mencegah deformitas hidungKomplikasi : nekrosis tulang rawan septum, destruksi tulang rawan septum.

Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Kelainan mukosa (polip) :Definisi : kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, bewarna putih keabu-abuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan.Etiologi :

Etiologi pasti belum diketahui, tapi ada 3 faktor penting terjadinya polip :Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinusAdanya gangguan keseimbangan vasomotorAdanya peningkatan tekanan cairan intersisial dan edema mukosa hidungPatogenesis :

Ditemukan edema mukosa di daerah meatus medius stroma terisi cairan interseluler mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila terus berlanjut mukosa yang sembab makin membesar dan turun ke rongga hidung membentuk tangkai polipGejala :Keluhan utama hidung tersumbat (menetap, tidak hilang timbul dan makin berat)Ada masa didalam hidung dan susah membuang ingusGangguan penciumanGangguan sekunder (post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, telinga terasa penuh, mendengkur, gangguan tidur.Terapi :Medikamentosa : untuk polip yang masih kecil pemberian kortikosteroid sistemik, kalau ada infeksi antibiotikOperasi (polipektomi) : untuk polip yang besar yang belum memadati rongga hidung

Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Rhinitis :Rhinitis infeksi :Akut :Kronik :Rhinitis non infeksi :Alergi :Non alergi :Epistaksis :Definisi : perdarahan hidungEtiologi : Trauma : waktu mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau sebagai akibat trauma yang hebatInfeksi : rinitis, sinus paranasal, granuloma spesifikNeoplasma : hemangioma, karsinoma, angiofibromaKelainan congenital : teleangietaksis hemoragik herediterKelainan sistemik : kardiovaskuler, kelainan darah.Penatalaksanaan : Menghentikan perdarahan : mengunakan kasa (anterior) dan pemasangan tampon dengan konka tertutup (posterior)Mencegah komplikasi : transfusi darah shock, anemiaMencegah berulangnya epistaksis :

Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI

Gangguan penghidu :Hiposmia : daya penghidu berkurang

Etiologi : obstruksi hidung, penyakit sistemik, dan pemakaian obat-obatanAnosmia : daya penghidu hilang

Etiologi : trauma didaerah frontal atau oksipital, infeksi dan degenerasiParosmia : sensasi penghidu berubah

Etiologi : traumaKakosmia : halusinasi bau

Etiologi : kelainan psikologik (depresi, rendah diri), epilepsy, lobus temporalis.Sumber : Buku Ajar Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Edisi 5. FKUI