Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
70
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian
Objek yang digunakan didalam penelitian ini yaitu perusahaan yang tergolong
index LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-
2016. Perusahaan index LQ 45 yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2016
secara berturut-turut berjumlah 33 perusahaan. Dari 33 perusahaan tersebut, empat
perusahaan yang termasuk dalam sektor perbankan yaitu PT Bank Central Asia Tbk
(BBCA), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI).
Sehingga terdapat 29 perusahaan LQ 45 yang tidak termasuk dalam sektor
perbankan. Terdapat dua perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
dalam mata uang rupiah yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS). Kedua perusahaan tersebut menyajikan laporan
keuangannya dalam mata uang Dollar AS. Dari 27 perusahaan, seluruh perusahaan
menerbitkan laporan keuangan pada tanggal tutup buku 31 Desember yang telah
diaudit oleh auditor independen dan seluruhnya memiliki laba positif berturut-turut
selama periode 2014-2016.
Hasil akhir sampel berjumlah 27 perusahaan dengan periode penelitian
selama 3 tahun yaitu periode 2014-2016 sehingga menghasilkan jumlah observasi
sebesar 81. Daftar perusahaan LQ 45 yang menjadi sampel dalam penelitian ini
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
71
dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut ini merupakan tabel rincian pengambilan
sampel perusahaan:
Tabel 4.1
Kriteria Pemilihan Sampel Penelitian
No. Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam
index LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) berturut-turut pada periode
2014-2016.
33
2. Perusahaan tidak bergerak dalam industri
keuangan.
29
3. Perusahaan melaporkan laporan keuangannya
dalam mata uang Rupiah.
27
4. Perusahaan melaporkan laporan keuangan
tahunan yang tutup buku pada akhir tahun yaitu
tanggal 31 Desember dan telah diaudit oleh
auditor independen.
27
5. Perusahaan memiliki laba positif secara
berturut-turut pada tahun 2014-2016.
27
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
72
4.2 Analisis dan Pembahasan
4.2.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan deskripsi mengenai audit delay, profitabilitas yang
diproksikan dengan Return on Assets (ROA), leverage yang diproksikan dengan
Debt to Equity Ratio (DER), opini audit, komite audit, dan reputasi KAP. Tabel
berikut ini menunjukkan hasil uji statistik deskriptif:
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 81 ,4277 ,0116 ,4393 ,097973 ,0768836
DER 81 5,2208 ,1535 5,3743 1,167064 ,9910030
KA 81 1,0000 ,0000 1,0000 ,473457 ,1997196
AD 81 69 28 97 64,23 17,717
Valid N (listwise) 81
Sumber: Data Olahan
Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan rasio Return on Assets
(ROA) memiliki nilai minimum sebesar 0,0116 atau 1,16% yang dialami oleh PT
Global Mediacom Tbk (BMTR) pada periode 2015 dan nilai maksimum sebesar
0,4393 atau 43,93% yang dialami oleh PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) pada
periode 2014 sehingga selisih antara nilai minimum dan maksimum (range) yaitu
0,4277 atau 42,77%. Berdasarkan sampel yang dipilih, variabel profitabilitas yang
diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA) memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,097973 dengan standar deviasi sebesar 0,0768836. Hal ini menunjukkan
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
73
bahwa rata-rata rasio Return on Assets (ROA) perusahaan LQ 45 yaitu sebesar
9,8%.
Variabel leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki nilai minimum sebesar 0,1535 yang dialami oleh PT Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. (INTP) pada periode 2016 dan nilai maksimum sebesar 5,3743 yang
dialami oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) pada periode 2014 sehingga
selisih antara nilai minimum dan maksimum (range) yaitu 5,2208. Berdasarkan
sampel yang dipilih, variabel leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio (DER) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 1,167064 dengan standar
deviasi sebesar 0,9910030. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata komposisi utang
terhadap modal perusahan LQ 45 dalam penelitian ini yaitu 1,17:1.
Variabel komite audit memiliki nilai minimum sebesar 0,0000 yang dialami
oleh PT AKR Corporindo Tbk. untuk tahun 2014. Nilai maksimum sebesar 1,00000
dialami oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (2014), PT Jasa Marga
(Persero) Tbk. (2016), PT Unilever Indonesia Tbk. (2016). Selisih antara nilai
minimum dan maksimum (range) yaitu 0,75000. Berdasarkan sampel yang dipilih,
variabel komite audit yang diproksikan dengan memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar 0,473457 atau 47,34% dengan standar deviasi sebesar 0,1997196. Nilai
rata-rata (mean) menunjukkan bahwa perusahaan index LQ 45 memiliki anggota
komite audit yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi
dan keuangan memiliki rata-rata diatas 33,33% sehingga telah mematuhi Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55 /Pojk.04/2015 yang mengatur bahwa emiten atau
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
74
perusahaan publik wajib memiliki komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga)
orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten
atau perusahaan dan wajib memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota yang berlatar
belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang ditunjukkan dalam Tabel 4.2,
variabel audit delay memiliki nilai minimum 28 hari yang dialami oleh PT Jasa
Marga (Persero) Tbk. pada periode 2014 serta nilai maksimum 97 hari yang dialami
oleh PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) dan PT Global Mediacom Tbk.
(BMTR) pada periode 2016 sehingga selisih antara nilai minimum dan nilai
maksimum yang disebut dengan range yaitu 69 hari. Berdasarkan sampel yang
dipilih, variabel audit delay memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 64,23 hari dan
standar deviasi sebesar 17,717. Artinya, rata-rata perusahaan index LQ 45 sudah
tepat waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan auditan dan hanya terdapat
2 perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan yaitu PT
Media Nusantara Citra Tbk. (2016) dan PT Global Mediacom Tbk. (2016).
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
75
Gambar 4. 1
Diagram Variabel Opini Audit
Sumber: Data Olahan
Jumlah observasi penelitian untuk variabel opini audit (OA) yaitu 81
observasi dengan menggunakan variabel dummy. Bagi perusahaan yang
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian akan mendapatkan kode 1 sedangkan
kode 0 akan diberikan bagi perusahaan yang mendapatkan opini selain wajar tanpa
pengecualian (opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, opini wajar
dengan pengecualian, opini tidak wajar, dan opini tidak memberikan pendapat) dari
auditor eksternal. Berdasarkan diagram Gambar 4.1, dari 81 observasi yang menjadi
sampel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 63% sampel atau 51 observasi
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dan 37% sampel atau 30 observasi
mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian (opini wajar tanpa
51
30
Opini Audit
Opini Wajar Tanpa Pengecualian Opini Selain Wajar tanpa Pengecualian
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
76
pengecualian dengan paragraf penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini
tidak wajar, dan opini tidak memberikan pendapat) selama periode 2014-2016.
Gambar 4. 2
Diagram Variabel Reputasi KAP
Sumber: Data Olahan
Jumlah observasi penelitian untuk variabel reputasi KAP (KAP) yaitu 81
observasi dengan menggunakan variabel dummy. Bagi perusahaan yang
menggunakan jasa audit dari KAP Big Four akan mendapatkan kode 1 sedangkan
kode 0 diberikan bagi perusahaan yang menggunakan jasa audit dari KAP Non Big
Four. Berdasarkan diagram Gambar 4.2, dari 81 observasi yang menjadi sampel
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 73% sampel atau 59 observasi
59
22
Reputasi KAP
KAP Big Four KAP Non Big Four
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
77
menggunakan jasa audit dari KAP Big Four dan 27% sampel atau 22 observasi
menggunakan jasa audit dari KAP Non Big Four selama periode 2014-2016.
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
nilai signifikansi α = 0,05. Berikut ini merupakan hasil uji normalitas yang dapat
dilihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 15,69193231
Most Extreme Differences Absolute ,071
Positive ,046
Negative -,071
Test Statistic ,071
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data Olahan
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov yang ditampilkan pada Tabel 4.3
menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Dari hasil pengujian ini,
dapat dinyatakan bahwa semua variabel yang sedang diuji terdistribusi secara
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
78
normal karena nilai probabilitas signifikansi residual dari hasil uji lebih besar dari
0,05 yaitu sebesar 0,200.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable) dalam penelitian.
Model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung korelasi diantara variabel
bebas (independent varable). Berikut ini merupakan hasil dari uji multikolonieritas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,805 1,242
DER ,629 1,591
OA ,772 1,296
KA ,822 1,216
KAP ,574 1,744
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas yang dapat dilihat pada Tabel 4.4,
seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance yang lebih besar daripada 0,1
dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang lebih kecil dari 10, maka dapat
dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas dalam model regresi.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
79
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Berikut
merupakan hasil uji heteroskedastisitas:
Tabel 4. 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat grafik scatterplot yang
menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu secara teratur. Maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
80
3. Uji Autokorelasi
Untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) maka diperlukan uji
autokorelasi (Ghozali, 2016). Model regresi yang baik seharusnya tidak
mengandung autokorelasi. Dalam penelitian ini, untuk menguji autokorelasi
dilakukan dengan uji Durbin – Watson (DW test). Berikut ini merupakan hasil uji
autokorelasi:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2,222
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan hasil uji korelasi yang ditunjukkan dalam Tabel 4.5, diperoleh
nilai d sebesar 2,222. Jumlah observasi (n) sebesar 81. Jumlah variabel independen
(k)=5. Nilai dl=1,5109 dan nilai du=1,7720. Jika nilai tersebut dihitung dengan
rumus du<d<4-du, maka akan diperoleh hasil 1,7720<2,222<2,228. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terjadi korelasi positif maupun negatif. Tabel Durbin
Watson dapat dilihat pada lampiran 10.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
81
4.2.4 Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel profitabilitas
yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA), leverage yang diproksikan
dengan Debt to Equity Ratio (DER), opini audit, komite audit, dan reputasi KAP
terhadap audit delay secara parsial dan simultan. Berikut ini merupakan hasil uji
koefisien determinasi yang dapat dilihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,464a ,216 ,163 16,207
a. Predictors: (Constant), KAP, KA, OA, ROA, DER
b. Dependent Variable: AD
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien korelasi (R) dalam penelitian ini
sebesar 0,464 atau 46,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
independen yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA),
leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), opini audit, komite
audit, dan reputasi KAP dengan variabel dependen yaitu audit delay memiliki
korelasi yang cukup karena nilai koefisien korelasi (R) berada dalam klasifikasi
0,25-0,5.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
82
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,163 menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA),
leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), opini audit, komite
audit, dan reputasi KAP mampu menjelaskan variabel dependen yaitu audit delay
sebesar 16,3% dan sisanya 83,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dilakukan
pengujian dalam penelitian ini. Nilai Std. Error of the Estimate (SSE) sebesar
16,207 yang menunjukkan bahwa semakin kecil nilai SSE maka model regresi
dalam penelitian ini semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen yaitu
audit delay (AD).
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F) menguji ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5413,604 5 1082,721 4,122 ,002b
Residual 19698,939 75 262,653
Total 25112,543 80
a. Dependent Variable: AD
b. Predictors: (Constant), KAP, KA, OA, ROA, DER
Sumber: Data Olahan
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
83
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai F sebesar 4,122 dengan tingkat
signifikansi dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,002 menunjukkan bahwa profitabilitas
yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA), leverage yang diproksikan
dengan Debt to Equity Ratio (DER), opini audit, komite audit, dan reputasi KAP
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual sudah tepat atau model fit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angruningrum dan Wirakusuma (2013) yang membuktikan bahwa secara simultan
ukuran perusahaan (variabel kontrol), profitabilitas, leverage, kompleksitas operasi
perusahaan, reputasi KAP dan komite audit berpengaruh terhadap audit delay. Hasil
penelitian Suparlan (2015) membuktikan bahwa ukuran perusahaan, leverage,
profitabilitas, earnings per share, kualitas audit, opini audit berpengaruh secara
simultan terhadap audit delay dan timeliness publikasi laporan keuangan. Dalam
penelitian Aryaningsih dan Budiartha (2014) membuktikan bahwa total aset,
tingkat solvabilitas, dan opini audit secara simultan berpengaruh terhadap audit
delay.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) bertujuan untuk mengukur
seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen. Berikut merupakan hasil uji statistik t:
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
84
Tabel 4.9
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 53,013 6,741 7,864 ,000
ROA 23,897 26,260 ,104 ,910 ,366
DER -,575 2,306 -,032 -,249 ,804
OA -7,911 4,245 -,217 -1,864 ,066
KA 5,164 10,004 ,058 ,516 ,607
KAP 16,595 5,346 ,419 3,104 ,003
a. Dependent Variable: AD
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
AD = 0,104ROA – 0,032DER – 0,217OA + 0,058KA + 0,419KAP
Keterangan:
AD : Audit Delay
ROA : Return on Assets
DER : Debt to Equity Ratio
OA : Opini Audit
KA : Komite Audit
KAP : Reputasi KAP
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
85
Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA)
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,104 yang berarti tiap peningkatan 1% dari
ROA akan memperpanjang audit delay sebesar 10,4%. Berdasarkan hasil uji
statistik t untuk variabel profitabilitas yang diproksikan dengan rasio Return on
Assets (ROA), diperoleh nilai t sebesar 0,910 dengan tingkat signifikansi lebih besar
dari 0,05 yaitu sebesar 0,366. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha1 ditolak,
sehingga profitabilitas yang diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA) tidak
berpengaruh terhadap audit delay.
Dari data penelitian, dapat dilihat bahwa terdapat 22% observasi
mengalami peningkatan ROA dari tahun 2014 ke tahun 2015 dan dari tahun 2015
ke tahun 2016 terdapat 56% observasi mengalami peningkatan ROA. Dari 17
observasi yang mengalami peningkatan ROA yang ditandai dengan peningkatan
laba dan aset, 47% mengalami peningkatan audit delay, 41% mengalami penurunan
audit delay, dan 12% mengalami audit delay yang sama dari tahun sebelumnya.
Dari 47% observasi yang mengalami peningkatan audit delay, rata-rata mengalami
peningkatan aset sebesar 25,5%. Peningkatan ROA menandakan bahwa semakin
efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Dari sampel
penelitian, terdapat PT Astra Agro Lestari Tbk. yang memiliki nilai ROA sebesar
3,47% (2015) dan meningkat menjadi 9,25% (2016). Pada tahun 2015, perusahaan
mencatatkan laba bersih sebesar Rp695.684.000.000 dan laba meningkat pada
tahun 2016 menjadi Rp2.114.299.000.000. Peningkatan laba ini dapat dijadikan
perusahaan sebagai dana tambahan untuk melakukan perluasan bisnis dengan cara
penciptaan pasar baru, menambah fasilitas, atau menambah cabang baru. Dengan
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
86
kenaikan laba yang dihasilkan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk., perusahaan
melakukan penambahan pabrik pengolahan CPO, refinery PKO, dan pabrik
pengolahan inti sawit dan pabrik pencampuran pupuk. Penambahan aset dari
perusahaan ini dapat mengakibatkan proses audit berjalan lebih lama karena auditor
perlu melakukan pemeriksaan fisik aset tetap, memeriksa bukti-bukti pendukung
atas penambahan aset tetap, dan memeriksa beban penyusutan untuk aset tetap
dengan jumlah sampling yang lebih banyak sehingga mengakibatkan audit delay
yang lebih panjang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas yang diproksikan
dengan rasio Return on Assets tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini
disebabkan sebesar 21 observasi mengalami peningkatan ROA dari tahun 2014 ke
2015 dan tahun 2015 ke 2016. Dari 21 observasi, sebesar 15 observasi mengalami
peningkatan pendapatan yang jauh lebih besar yaitu rata-rata 16,91% daripada
peningkatan beban usaha dengan rata-rata peningkatan sebesar 15,8% dimana
menandakan perusahaan efisien dalam mengelola pengeluaran beban usahanya
sehingga menyebabkan auditor tidak melakukan perluasan lingkup audit dan tidak
memperbanyak jumlah sampel yang akan diperiksa. Lalu, dari 15 observasi,
sebanyak 12 observasi mengalami rata-rata peningkatan aset sebesar 33,14% yang
diiringi dengan peningkatan laba yang lebih besar sehingga menyebabkan kenaikan
pada nilai ROA. Sebagai contoh dari tahun 2014 ke 2015, PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. mengalami peningkatan nilai ROA sebesar 0,25% yang disebabkan
peningkatan pendapatan yang jauh lebih besar yaitu sebesar 5,72% atau
Rp1.718.631.000.000 daripada peningkatan beban yaitu 4,99% atau
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
87
Rp.1.369.655.000.000 sehingga mengalami peningkatan laba dari penggunaan aset
sebesar 11,33% atau Rp.348.976.000.000. Perusahaan tersebut juga mengalami
peningkatan pada jumlah asetnya yaitu sebesar 6,12% atau Rp1.531.136.000.000
yaitu terutama penambahan pada aset tetap yang terdiri dari penambahan mesin dan
peralatan, bangunan, peralatan dan perabotan kantor namun mengalami
peningkatan laba penggunaan aset yang jauh lebih besar yaitu 11,33% atau
Rp348.976.000.000 sehingga menyebabkan naiknya nilai ROA sebesar 0,25%.
Sehingga, dalam penelitian ini membuktikan bahwa rasio Return on Assets tidak
mempengaruhi audit delay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angruningrum dan Wirakusuma (2013) serta Juanita dan Satwiko (2012) yang
membuktikan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets
(ROA) tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Variabel leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,032 yang berarti tiap peningkatan 1%
dari DER akan memperpendek audit delay sebesar 3,2%. Berdasarkan hasil uji
statistik t untuk variabel leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio
(DER) diperoleh nilai t sebesar -0,249 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari
0,05 yaitu sebesar 0,804. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak, sehingga
leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Janartha
dan Suprasto H. (2016) yang membuktikan bahwa leverage yang diproksikan
dengan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angruningrum dan
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
88
Wirakusuma (2013) yang membuktikan bahwa leverage yang diproksikan dengan
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap audit delay.
Dari sampel penelitian bahwa terdapat 25 observasi yang memiliki nilai
DER diatas rata-rata namun 60% atau 15 observasi memiliki rata-rata audit delay
dibawah rata-rata yaitu sebesar 45 hari. Hal ini dikarenakan, peningkatan utang
yang dimiliki perusahaan sebagian besar diperoleh untuk digunakan sebagai
tambahan modal kerja perusahaan. Pinjaman modal kerja ini digunakan untuk
mendukung kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan dapat
menghasilkan laba. Dapat dilihat bahwa 14 observasi yang mengalami peningkatan
utang yang digunakan sebagai modal kerja, 71% observasi mengalami peningkatan
pendapatan usaha dari tahun sebelumnya yaitu dari sampel penelitian seperti PT
Adhi Karya Tbk. yang memiliki nilai DER sebesar 2,2469 (2015) mengalami
peningkatan liabilitas yaitu Rp11.598.931.718.043 (2015) dari tahun sebelumnya
yaitu Rp8.818.101.139.073 (2014) yang digunakan untuk tambahan modal kerja
sehingga perusahaan dapat mengalami peningkatan pendapatan usaha sebesar
Rp8.653.578.309.020 (2014) menjadi Rp9.389.570.098.578 (2015) dengan audit
delay 53 hari. Sehingga dapat dilihat bahwa perusahaan dapat efisien dalam
menggunakan utang yang dijadikan sebagai modal kerja yang mengakibatkan
perusahaan mengalami peningkatan pendapatan usaha sehingga risiko perusahaan
mengalami gagal bayar rendah dan auditor tidak perlu memperbanyak jumlah
sampling audit untuk pengujian saldo utang yang menunjukkan bahwa semakin
tinggi Debt to Equity Ratio menyebabkan audit delay semakin pendek.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
89
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan
dengan rasio Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap audit delay. Dari 81
observasi, sebesar 96% atau 78 observasi tetap mampu melakukan pembayaran
utang kepada pemasok dan 74% atau 60 observasi melakukan pembayaran beban
keuangan yang berarti perusahaan masih dapat membayar utang dan beban bunga
pinjaman dengan tepat waktu sehingga auditor tidak perlu memperluas lingkup
auditnya. Sampel perusahaan yang diteliti seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
memiliki nilai DER sebesar 3,54 dengan komposisi utang sebesar
Rp9.777.062.657.796 dan ekuitas sebesar Rp2.764.978.687.052 dengan audit delay
37 hari (2014). PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tetap melakukan pembayaran
utang tepat pada waktunya. Dalam laporan arus kas PT Waskita Karya (Persero)
Tbk. pada tahun 2014 terdapat pembayaran beban keuangan sebesar
Rp183.596.366.642 dan melakukan pembayaran utang kepada pemasok dan pihak
ketiga Rp8.599.050.752.268 pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan dalam penelitian ini masih mampu membayar utang dan
beban bunga sehingga auditor tidak perlu melakukan perluasan lingkup audit
mengakibatkan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Variabel opini audit memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,217 yang
berarti tiap peningkatan 1% dari opini audit akan memperpendek audit delay
sebesar 21,7%. Berdasarkan hasil uji statistik t untuk variabel opini audit diperoleh
nilai t sebesar -1,864 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,066. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak, opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
90
dan Priyadi (2016) yang membuktikan bahwa opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparlan
(2015) yang membuktikan bahwa opini audit berpengaruh terhadap audit delay.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Dapat dilihat bahwa terdapat 63% atau 51 observasi yang
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dan sisanya 37% atau 30 observasi
yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian. Dari 37% atau 30
observasi yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian, seluruhnya
termasuk ke dalam opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas yang
terdiri dari 43% merupakan penekanan suatu hal yang disebabkan oleh gugatan
perkara dan penyajian kembali laporan keuangan, 47% merupakan hal lain yang
disebabkan oleh informasi tambahan untuk tujuan analisis tambahan, reklasifikasi
akun-akun, dan auditor independen lain, serta 10% merupakan gabungan antara
penekanan atas suatu hal dan hal lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak
terdapat kesalahan yang material yang dapat memperpanjang audit delay dan hanya
terdapat 6 observasi yang mengalami masalah gugatan hukum. Maka, opini audit
tidak mempengaruhi audit delay dalam penelitian ini karena sebagian besar laporan
keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
Dalam sampel perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk memiliki audit delay sebesar 51 hari
(2014), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. memiliki audit delay sebesar 51 hari (2014),
dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. memiliki audit delay sebesar
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
91
54 hari (2014) sedangkan perusahaan yang mendapatkan opini selain wajar tanpa
pengecualian yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk. mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penekanan atas suatu hal karena gugatan hukum
memiliki audit delay sebesar 97 hari (2016) dan PT Charoen Pokphand Indonesia
Tbk. mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penekanan atas
suatu hal karena penyajian kembali atas laporan keuangan memiliki audit delay
sebesar 88 hari (2016).
Variabel komite audit memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,058 yang
berarti tiap peningkatan 1% dari komite audit akan memperpanjang audit delay
sebesar 5,8%. Berdasarkan hasil uji statistik t untuk variabel komite audit diperoleh
nilai t sebesar 0,516 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,607. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4 ditolak, komite audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Angruningrum dan Wirakusuma (2013) yang membuktikan bahwa komite audit
tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dapat dilihat pada sampel penelitian bahwa dari 81 observasi, 48% atau 27
observasi memiliki komposisi sebesar 67% yaitu 2 orang berlatarbelakang
pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan dengan 3 orang komite
audit. Dari 27 observasi, 19 observasi memiliki audit delay diatas rata-rata yaitu
rata-ratanya sebesar 80,16 hari. Dalam Piagam Komite Audit mengatur bahwa
Komite Audit mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan. Dari 19 observasi sebesar 6 observasi hanya 4 kali mengadakan rapat
komite audit selama 1 tahun dengan rata-rata tingkat kehadiran anggota komite
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
92
audit sebesar 98,67% dan terdapat 2 observasi yang mengadakan rapat komite audit
kurang dari 4 kali dalam setahun yaitu 2 dan 3 kali setahun. Rapat komite audit
yang dilakukan hanya 4 kali dalam setahun menandakan bahwa terbatasnya waktu
untuk melakukan review keseluruhan informasi keuangan perusahaan dalam
setahun, terbatasnya waktu untuk melakukan penelaahan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan terbatasnya waktu untuk melakukan
penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. Pada sampel
penelitian yang memiliki komposisi komite audit 33% yaitu 1 orang
berlatarbelakang pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan dengan
3 orang komite audit seperti PT Adhi Karya Tbk. mengadakan rapat komite audit
sebanyak 13 kali (2016) dan memiliki audit delay sebesar 45 hari. Lalu, sampel
penelitian yang memiliki komposisi komite audit 67% yaitu 2 orang
berlatarbelakang pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan dengan
3 orang komite audit seperti PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. mengadakan
rapat komite audit sebanyak 4 kali (2016) dan memiliki audit delay sebesar 72 hari.
Sehingga semakin banyak jumlah anggota komite audit yang berlatarbelakang
pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan keuangan dengan total komite
audit menyebabkan audit delay yang semakin panjang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi anggota komite audit
yang berlatar belakang akuntansi dan keuangan terhadap total komite audit tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 81 observasi,
sebesar 63% atau 51 observasi telah mengadakan rapat komite audit lebih dari 4
kali dalam setahun atau lebih dari yang disyaratkan dalam Piagam Komite Audit.
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
93
Dalam Piagam Komite Audit mensyaratkan bahwa Komite Audit mengadakan
rapat secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa peran dan fungsi dari komite audit telah berjalan dengan
efektif karena banyaknya jumlah rapat komite audit menandakan anggota komite
audit semakin efektif untuk melakukan tugasnya seperti melakukan penelahaan
informasi dalam laporan keuangan, melakukan penelahaan kepatuhan peraturan
perundang-undangan, melakukan penelahaan atas hasil temuan auditor internal.
Dari data peneitian seperti PT Astra Agro Lestari Tbk. memiliki komposisi 66,67%
dimana perusahaan memiliki 2 orang komite audit yang berlatarbelakang
pendidikan dan keahlian akuntansi dan keuangan dengan total 3 orang komite audit
mengadakan rapat komite audit sebanyak 7 kali dan memiliki audit delay 51 hari
(2015). Lalu, PT Adhi Karya memiliki komposisi 33,33% dimana perusahaan
memiliki 1 orang komite audit yang berlatarbelakang pendidikan dan keahlian
akuntansi dan keuangan dengan total 3 orang komite audit mengadakan rapat
komite audit sebanyak 13 kali dan memiliki audit delay 45 hari (2016). Sehingga
komposisi jumlah anggota yang berlatarbelakang pendidikan dan keahlian
akuntansi dan keuangan dengan total komite audit tidak mempengaruhi audit delay.
Variabel reputasi KAP memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,419 yang
berarti tiap peningkatan 1% dari reputasi KAP akan memperpanjang audit delay
sebesar 41,9%. Berdasarkan hasil uji statistik t untuk variabel reputasi KAP
diperoleh nilai t sebesar 3,104 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu
sebesar 0,003 yang berarti reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay. Namun,
hasil penelitian menunjukkan arah positif yang berbeda dengan hipotesis yang
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018
94
diajukan sehingga Ha5 ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sari dan Priyadi (2016) yang membuktikan bahwa reputasi KAP berpengaruh
terhadap audit delay. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Angruningrum dan Wirakusuma (2013) yang membuktikan bahwa reputasi KAP
tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dari seluruh sampel penelitian, 73% atau 59 observasi menggunakan jasa
KAP Big Four dan sisanya 27% atau 22 observasi menggunakan jasa KAP Non Big
Four yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan LQ 45 menggunakan
jasa KAP Big Four dalam audit laporan keuangannya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four akan
menyebabkan audit delay yang lebih panjang dibandingkan KAP Non Big Four.
Dari 59 observasi yang menggunakan jasa KAP Big Four, 59% atau 35 observasi
memiliki rata-rata audit delay diatas rata-rata yaitu 81 hari. Hal ini disebabkan
kompleksitas operasi perusahaan-perusahan yang diaudit oleh KAP Big Four
tersebut dimana rata-rata memiliki lebih banyak anak perusahaan dibandingkan
dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four yang tersebar di berbagai
wilayah sehingga banyaknya jumlah transaksi-transaksi perusahaan menyebabkan
proses audit akan berjalan lama. Lalu, auditor juga berkoordinasi dengan auditor
yang menangani audit anak perusahaan terkait dengan data yang akan
dikonsolidasi. Selain itu, pada KAP Big Four dilakukan review yang berlapis-lapis
atas hasil audit. Pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four, sebanyak 31
observasi mempunyai 10 sampai 106 anak perusahaan. Sedangkan, pada
perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four sebanyak 17 observasi
Pengaruh Profitabilitas, Leverage..., Wina Apriliana, FB UMN, 2018