PENDAHULUAN
Stroke, Pembunuh No.3 di Indonesia
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah
mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di
Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang
terkena serangan stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah
penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi
muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta
dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan
wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak
terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa
pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga
sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
PEMBAHASAN
Apa itu Stroke ?
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Klasifikasi Stroke
Stroke terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, yang mengakibatkan gejala-gejala
yang berlangsung lebih dari 24 jam.
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua :
1. Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya
pembuluh darah.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70
persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
2. Ischaemic stroke (stroke iskemik/ non hemorragik), yaitu stroke yang terjadi karena
sumbatan pembuluh darah.
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
jenis ini.
Iskemia otak merupakan akibat berkurangnya aliran darah di otak, baik secara umum maupun
secara lokal. Kata iskemia berasal dari kata Yunani, “ischein” (menghentikan) dan “haima”
(darah).
Stroke iskemik, atau stroke non-hemoragik, pada kelompok usia di atas 45 tahun, paling
banyak disebabkan atau ada kaitannya dengan aterosklerosis.
Untuk mengetahui diagnosa stroke non hemoragik atau stroke hemoragik, dapat digunakan
Skor Stroke Siriraj (SSS) yaitu :
SSS : (2,5 x derajat kesadaran) + (2x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (10% x tekanan
diastolik) – (-3x petanda ateroma) – 12
Penilaian : Skor > 1: Stroke Hemoragik
Skor < -1 : Stroke non Hemoragik (stroke iskemik)
Selain itu dapat digunakan CT Scan atau MRI.
Stroke Non Hemoragik (Iskemik) ini mencakup :
TIA (Transient Iskemik Attack)
SIE (Stroke in Evolution)
CS (Completed Stroke)
RIND (Reversibel Iskemik Neurologik Defisit)
Pada stroke iskemik,
- penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.
Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri
ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
- Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap
pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar
otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
- Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari
jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan,
serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru
menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama
jantung (terutama fibrilasi atrium).
- Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum
tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah
arteri.
- Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan
pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga
bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
- Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan
darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang
abnormal.
Dilihat dari gejalanya, stroke terbagi atas tiga :
1. Stroke Sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam)
2. Stroke Ringan (sembuh dalam beberapa minggu)
3. Stroke Berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam
beberapa bulan atau tahun kemudian bisa mengakibatkan kematian)
Baik stroke sementara, stroke ringan maupun berat, mempunyai 5 (lima) gejala utama, yaitu:
Pusing atau sakit kepala tiba-tiba tanpa tahu sebabnya
Tiba-tiba kehilangan keseimbangan, koordinasi dan kontrol tubuh
Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua mata
Kehilangan kesadaran dan bicara tidak jelas
Kelemahan dan kelumpuhan pada wajah, lengan, tangan, terutama pada salah satu sisi tubuh
Sedangkan Klasifikasi Stroke menurut WHO adalah :
Berdasarkan perubahan patologik pada otak :
o PSA (Perubahan Sub arachnoid)
o PIS (Pendarahan Intraserebral)
o Nekrosis iskemik serebral
Berdasarkan stadium klinik :
o TIA (Transient Iskhemic Attack)
o SIE (Stroke in Evolution)
o CS (Completed Stroke)
o RIND (Reversibel Iskemik Neurologik Defisit)
Apa yang terjadi pada stroke?
- Saat terjadi stroke, aliran darah ke otak berkurang atau sama sekali tertutup.
-Sel-sel saraf otak yang tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi akan rusak dan kemudian mati.
-Stroke juga menyebabkan pembengkakan pada area yang terkena. Pembengkakan ini juga
menyebabkan sel-sel saraf otak disekitarnya sementara berhenti bekerja.
Mengapa Stroke dapat terjadi ?
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2 1/2 % dari berat badan seluruhnya, namun
oksigen yang dibutuhkannya hampir mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini
diperoleh dari darah. Di otak sendiri hampir tidak ada cadangan oksigen. Dengan demikian otak
sangat bergantung kepada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplai oksigen terputus selama 8-10
detik, maka terjadi gangguan fungsi otak.Bila lebih lama dari 6-8 menit, terjadi jejas (lesi) yang tidak
pulih lagi (irreversible) dan kemudian kematian.
Dari percobaan pada binatang diketahui bahwa penghentian aliran darah ke otak selama lebih dari 3
menit menyebabkan kerusakan yang menetap.
Beberapa daerah di otak lebih peka terhadap iskemia (berkurang aliran darah). Daerah dengan
aktivitas metabolik yang lebih tinggi membutuhkan makanan yang lebih banyak untuk
mempertahankan integritas strukturalnya. Dengan demikian masa kelabu yang mempunyai aktivitas
metabolik yang lebih tinggi lebih sensitive terhadap iskemia.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah di otak
dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infark Iskemik, disebut juga sebagai Stroke Non-Hemoragik
2. Perdarahan, disebut sebagai Stroke Hemoragik.
Perlu diingat bahwa kedua keadaan ini dapat terjadi bersamaan. Hemoragi dapat meninggikan tekanan
di rongga tenggkorak dan menyebabkan iskemia di daerah lain yang tidak terlibat hemoragi.
Sebaliknya di daerah iskemia dapat pula terjadi hemoragi.
FAKTOR RESIKO TERJADINYA STROKE
•Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
•Gula dalam darah berlebihan (Diabetes)
•Penyakit jantung
•Faktor yang mempengaruhi kekentalan darah
•Usia lanjut
•Rokok
•Kegemukan
•Stres
•Kurang aktivitas / tirah baring lama
•Alkohol / obat terlarang
•Riwayat Stroke atau TIA (Transient Ischemic Attack)
•Dan lain-lain.
Tindakan dan Pencegahan
Meskipun hanya terserang stroke sementara, Sangat dianjurkan untuk cepat-cepat membawanya ke
rumah sakit atau dokter terdekat. Di samping derajat stroke yang dialami oleh seseorang, penanganan
dari dokter atau pihak rumah sakit terhadap pasien stroke akan sangat menentukan kesembuhan dari
stroke.
Sejumlah pasien dapat sembuh dari stroke, tetapi banyak juga meninggal atau mengalami cacat
permanen (mengalami kelumpuhan, gangguan bicara dan hilangnya sebagian daya ingat). Stroke
hemorajik mempunyai kemungkinan lebih besar menyebabkan CACAT atau kematian dibandingkan
stroke iskemik.
Seseorang yang pernah mengalami stroke atau stroke ringan, bisa saja mendapatkan serangan stroke
ulangan. Bahkan resiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dari lima pasien akan
mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring dengan canggihnya pengobatan
stroke, saat ini risiko berulangnya stroke bisa dikurangi. Asam asetil salisilat yang banyak dipakai
oleh pasien stroke iskemik atau TIA dapat mengurangi risiko stroke sekunder 25 – 33 %.
Operasi untuk menghilangkan sumbatan pada arteri karotid yang mengalirkan darah ke otak juga
dapat mengurangi risiko stroke pada pasien yang mengalami stroke iskemik atau TIA. Tetapi hanya
sebagian kecil pasien yang dapat menjalani operasi ini.
Obat-obat anti pembekuan darah juga dapat mengurangi risiko stroke pada orang yang pernah
mengalami stroke atau TIA karena gangguan irama jantung. Namun, hanya sebagain kecil pula ya
Pertolongan pertama pada penderita stroke
Pertolongan Pertama Pada Penderita Stroke adalah Dengan cara mengeluarkan darah pada setiap
ujung jari tangan dan ujung daun telinga ) Adalah satu cara terbaik untuk memberikan pertolongan
pertama kepada orang yang mendapat serangan STROKE. Cara ini selain dapat menyelamatkan
nyawa si penderita , juga tidak menimbulkan efek sampingan apapun.
Pertolongan pertama ini merupakan pertolongan GAWAT DADURAT ,yang dapat berhasil 100%.
Sebagaimana diketahui , orang yang mendapat serangan STROKE , seluruh darah di tubuh akan
mengalir sangat kencang menuju pembuluh darah di otak. Apabila kegiatan pertolongan diberikan
terlambat sedikit saja , maka pembuluh darah pada otak tidak akan kuat menahan aliran darah yang
mengalir dengan deras dan akan segera pecah sedikit demi sedikit.
Dalam menghadapi keadaan demikian jangan sampai panik tetapi harus tetap tenang. Si penderita
harus tetap berada di tempat semula dimana ia terjatuh ( Mis : di kamar mandi, kamar tidur, atau
dimana saja )
JANGAN DIPINDAHKAN‼
Sebab dengan memindahkan si penderita dari tempat semula akan mempercepat perpecahan
pembuluh darah di otak. Penderita harus di bantu mengambil posisi duduk yang baik agar tidak
terjatuh lagi , dan pada saat itu pengeluaran darah dapat dilakukan.
Untuk yang terbaik menggunakan JARUM SUNTIK , namun apabila tidak ada , maka JARUM
JAHIT / JARUM PENTUL / PENITI dapat dipakai ~ dengan terlebih dahulu di-steril-kan dulu
dengan cara di bakar diatas api ~ Setelah jarum steril, segera lakukan PENUSUKAN pada 10
UJUNG JARI TANGAN.
Titik penusukan kira-kira 1 cm dari ujung kuku. Setiap jari cukup di tusuk 1 KALI SAJA dengan
harapan setiap jari mengeluarkan tetes darah. Pengeluaran darah juga dapat dibantu dengan cara di
PENCET apabila darah ternyata tidak keluar dari ujung jari. Dalam jangka waktu kira-kira 10 menit ,
si penderita akan segera sadar kembali.
Bila mulut si penderita tampak Mencong / Tidak normal , maka KEDUA DAUN TELINGA si
penderita HARUS DITARIK-TARIK sampai berwarna kemerah-merahan. Setelah itu lakukanlah 2
KALI PENUSUKAN pada masing-masing UJUNG BAWAH TELINGA sehingga darah keluar
sebanyak 2 tetes dari setiap ujung daun telinga. Dengan demikian dalam beberapa menit bentuk
mulut si penderita akan kembali normal. Setelah keadaan si penderita pulih dan tidak ada kelainan
yang berarti, maka segera bawa si penderita dengan hati-hati ke dokter atau rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Membaca Gejala Stroke
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak
dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa
jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana
perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang
muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
Penglihatan ganda.
Pusing.
Bicara tidak jelas (rero).
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan
dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang
dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan
memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Hubungan kesehatan Rongga mulut terhadap Jantung dan Stroke
Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain dapat dijelaskan lewat teori fokal infeksi (FI).
Fokal Infeksi adalah infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit ditempat lain.
Berbagai racun, sisa sisa kotoran, maupun mikroba penginfeksi pada gigi dan mulut ternyata bisa
menyebar ke tempat lain, di bagian tubuh lain seperti ginjal, jantung, mata bahkan penyakit kulit
sekalipun.
Infeksi di akar gigi maupun dijaringan penyangga gigi melibatkan lebih daro 350 macam bakteri dan
mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa
toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Bakteri dari mulut (oral bacteria) ketika masuk ke dalam pembuluh darah akan menempel pada
timbunan lemak di pembuluh arteri jantung dan akan menimbulkan bekuan yang menyebabkan
timbulnya penyakit jantung koroner, peradangan otot serta katup jantung (endokarditis). Semua itu,
menghambat aliran darah serta penyaluran sumber makanan dan oksigen ke jantung, sehingga jantung
tak berfungsi semestinya.
Gejala awal dapat berupa nyeri dada, seperti rasa terbakar, tertekan, dan beban berat di dada kiri
sampai ke lengan kiri, leher, dagu dan bahu. Nyeri dada juga terasa dibagian tengah dada yang
didikuti rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin, tungkai serta lengan menjadi dingin, dan nafas
terasa sesak.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang menderita penyakit gigi mempunyai risiko 2 kali lebih
tinggi terkena jantung koroner dibandingkan yang tidak. Dan orang yang telah didiagnosa stroke
umumnya lebih besar kemungkinan memiliki infeksi di mulutnya.
Mendiagnosis Stroke
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik
pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit pembuluh darah
otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk
kasus stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya
pada kasus stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua
pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau
tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening
melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.
Penanganan Stroke
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah
penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan
darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan
jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi
menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah
diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya
perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat
makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak
diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah
tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan
pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic
attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5%
pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya
diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan
respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu,
perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah
timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus
diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi
paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang
bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
Masih Ada Harapan Untuk Sembuh
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan ditangani
dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami
kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala
sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah terjadinya
serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini
penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita
kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan secepat mungkin,
idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang
berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
Transient Ischemic Attack (TIA)
Ilustrasi: repro
Deskripsi
Transient Ischemic Attack (TIA) seperti stroke, gejalanya serupa, tetapi biasanya TIA hanya
berlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.
TIA sering disebut ministroke, serangan iskemik transien ini dapat menjadi peringatan terhadap
serangan stroke. Fakta menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga orang yang mengalami serangan
iskemik transien akhirnya memiliki stroke, dengan sekitar setengah yang terjadi dalam satu tahun
setelah serangan iskemik transien.
Serangan Iskemik Sesaat (Transient Ischemic Attacks, TIA) adalah gangguan fungsi otak yang
merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak untuk sementara waktu. TIA lebih banyak
terjadi pada usia setengah baya dan resikonya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur.
Kadang-kadang TIA terjadi pada anak-anak atau dewasa muda yang memiliki penyakit jantung atau
kelainan darah.
Serangan transient ischemic (TIA) adalah episode umur-pendek (kurang dari 24 jam) yang sementara
pelemahan ke otak yang disebabkan oleh hilangnya suplai darah. TIA menyebabkan kehilangan
fungsi di daerah tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena.
Hilangnya suplai darah ke otak yang paling sering disebabkan oleh pembekuan darah yang spontan
dalam bentuk pembuluh darah di dalam otak (pembekuan darah). Namun, bisa juga hasil dari bentuk
yang membeku di tempat lain di dalam tubuh, dislodges dari lokasi itu, dan perjalanan ke
pengendapan di arteri dari otak (emboli). kekejangan dan, jarang, yang berdarah adalah penyebab
lainnya TIA. Banyak orang merujuk ke TIA sebagai "mini-stroke."
PENYEBAB
Serpihan kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma) bisa lepas,
mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, sehingga untuk
sementara waktu menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan terjadinya TIA.
Resiko terjadinya TIA meningkat pada:
- tekanan darah tinggi
- aterosklerosis
- penyakit jantung (terutama pada kelainan katup atau irama jantung)
- diabetes
- kelebihan sel darah merah (polisitemia).
GEJALA
Beberapa TIAs berkembang perlahan, sedangkan yang lain berkembang pesat. Dengan definisi,
semua TIAs tersebut dalam waktu 24 jam. Strokes memakan waktu lebih lama dibandingkan untuk
TIAs, dan dengan Strokes, fungsi lengkap mungkin tidak pernah kembali dan mencerminkan yang
lebih permanen dan masalah serius.
TIA terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung selama 2-30 menit, jarang sampai lebih dari 1-2
jam.
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:
- Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering ditemukan adalah
kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
- Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing, penglihatan ganda
dan kelemahan menyeluruh.
Gejala lainnya yang biasa ditemukan adalah:
- Hilangnya rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
- Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
- Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
- Penglihatan ganda
- Pusing
- Bicara tidak jelas
- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
- Tidak mampu mengenali bagian tubuh
- Gerakan yang tidak biasa
- Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
- Ketidakseimbangan dan terjatuh
- Pingsan.
Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada TIA gejala ini bersifat sementara
dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita bisa mengalami beberapa kali serangan
dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun.
Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari stroke ini terjadi
dalam waktu 1 tahun setelah TIA. Meskipun paling sering TIAs terakhir hanya beberapa menit, semua
TIAs harus dievaluasi dengan urgensi sebagai stroke dalam upaya mencegah recurrences dan / atau
Strokes. . TIAs dapat terjadi sekali, beberapa kali, atau mendahului stroke tetap. Serangan transient
ischemic harus dianggap sebagai keadaan darurat, karena tidak ada jaminan bahwa situasi tersebut
akan berfungsi dan akan kembali.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Karena tidak terjadi kerusakan otak, maka diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan bantuan CT scan
maupun MRI. Digunakan beberapa teknik untuk menilai kemungkinan adanya penyumbatan pada
salah satu atau kedua arteri karotis.
Aliran darah yang tidak biasa menyebabkan suara (bruit) yang terdengar melalui stetoskop.
Dilakukan skening ultrasonik dan teknik Doppler secara bersamaan untuk mengetahui ukuran
sumbatan dan jumlah darah yang bisa mengalir di sekitarnya.
Angiografi serebral dilakukan untuk menentukan ukuran dan lokasi sumbatan. Untuk menilai arteri
karotis biasanya dilakukan pemeriksaan MRI atau angiografi, sedangkan untuk menilai arteri
vertebralis dilakukan pemeriksaan ultrasonik dan teknik Doppler.
Sumbatan di dalam arteri vertebral tidak dapat diangkat karena pembedahannya lebih sulit bila
dibandingkan dengan pembedahan pada arteri karotis.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah stroke.
Faktor resiko utama untuk stroke adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, merokok dan
diabetes; karena itu langkah pertama adalah memperbaiki faktor-faktor resiko tersebut.
Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kecenderungan pembentukan bekuan darah, yang
merupakan penyebab utama dari stroke. Salah satu obat yang paling efektif adalah Aspirin. Kadang
diberikan dipiridamol, tetapi obat ini hanya efektif untuk sebagian kecil penderita. Untuk yang alergi
terhadap Aspirin, bisa diganti dengan tiklopidin.
Jika diperlukan obat yang lebih kuat, bisa diberikan antikoagulan (misalnya heparin atau warfarin).
Luasnya penyumbatan pada arteri karotis membantu dalam menentukan pengobatan.
Jika lebih dari 70% pembuluh darah yang tersumbat dan penderita memiliki gejala yang menyerupai
stroke selama 6 bulan terakhir, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mencegah stroke.
Sumbatan yang kecil diangkat hanya jika telah menyebabkan TIA yang lebih lanjut atau stroke.
Pada pembedahan enarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam arteri dibuang.
Pembedahan ini memiliki resiko terjadinya stroke sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak
menimbulkan gejala sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan tampaknya
lebih besar.