BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi.
Suatu cabang olahraga masing-masing memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan
kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan, dan kelincahan. Kekuatan
otot yang tinggi sangat diperlukan oleh atlet untuk berlari cepat, menendang, melempar,
mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh. Selain itu, olahraga juga
memerlukan daya tahan jantung dan paru-paru yang menggambarkan kapasitas untuk
melakukan sesuatu secara terus menerus dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan
yang berarti (Rismayanti C, 2012). Salah satu cabang olahraga adalah bola voli. Olahraga
ini menggunakan aksi memukul (striking) dengan beberapa keahlian seperti passing,
lompatan, aksi memukul, dan keterampilan mendarat (anonim, 2009) . Bola Boli dimainkan
oleh dua regu yang dipisahkan dengan net. Permainan ini dimainkan diatas lapangan
berbentuk empat persegi panjang dan dimainkan dalam ruangan ataupun lapangan terbuka,
setiap regu ada 6 pemain (anonim, 2012).
Kebutuhan energi merupakan prioritas utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk
menjaga massa jaringan-jaringan, imun, dan fungsi-fungsi reproduksi, serta penampilan
optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang
dihasilkan dari makanan, cairan, dan produk suplemen) dikali pengeluaran energi total.
Dengan oemasukan energi, lemak dan massa otot dapat digunakan tubuh untuk sumber
cadangan energi. Pengeluaran energi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, massa tubuh,
berat lemak tubuh, intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Banyak atlet yang memerlukan
konsumsi energi yang cukup untuk menjaga berat dan komposisi tubuh selama melakukan
aktifitas dan berolahraga (Rismayanti C, 2012).
Sesuai dengan prinsip dasar gizi seimbang yang mengandung cukup zat gizi makro
dan mikro, kebutuhan energi yang diperlukan setiap orang berbeda-beda, bergantung
dengan banyak faktor antara lain: umur, jenis kelamin, komposisi tubuh, serta berat
ringannya aktifitas sehari-hari. Untuk menunjang prestasinya, atlet memerlukan nutrisi/zat
gizi yang cukup baik dan adekuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Zat gizi makro
seperti karbohidrat dan lemak berperan sebagai penyumbang energi, dan protein berperan
1
sebagi pemelihara pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Zat gizi mikro yang terdiri
dari vitamin dan mineral berfungsi sebagai komponen metabolisme dan berbagai proses faal
dalam tubuhn (Rismayanti C, 2012).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana gambarar atlet sehari-hari?
1.2.2. Bagaimana kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet?
1.2.3. Bagaimana status gizi atlet?
1.2.4. Bagaimana asupan dan penyelenggaraan makan atlet?
1.2.5. Bagaimana alternatif pemecahan masalah gizi atlet?
1.2.6. Bagaimana contoh menu ideal untuk atlet ?
1.3. Tujuan Umum
1.3.1. Untuk mengetahui gambaran atlet sehari-hari,
1.3.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,
1.3.3. Untuk mengetahui status gizi atlet,
1.3.4. Untuk mengetahui asupan dan penyelenggaraan makan atlet,
1.3.5. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah gizi atlet.
1.4. Tujuan Khusus
1.4.1. Untuk mengetahui gambaran aktivitas atlet ,
1.4.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,
1.4.3. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada atlet,
1.4.4. Untuk mengetahui status gizi atlet,
1.4.5. Untuk mengetahui tingkat asupan makan atlet,
1.4.6. Untuk mengetahui penyelenggaraan makan atlet,
1.4.7. Untuk mengidentifikasi masalah gizi pada atlet,
1.4.8. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah pada atlet.
1.4.9. Untuk mengetahui menu ideal atlet
2
1.5. Manfaat
1.5.1. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup gizi atlet,
1.5.2. Mahasiswa mampu memahami pengaruh aktivitas latihan terhadap kebutuhan
gizi atlet,
1.5.3. Mahasiswa mampu memahami, menganalisa, dan menyelesaikan masalah gizi
yang terjadi pada atlet.
3
BAB II
ISI
2.1. Gambaran Umum
Voli Mitra Kencana merupakan sebuah klub voli yang terdiri dari pemain wanita
tingkat anak-anak dan tingkat remaja. Klub tersebut beralamat di Jalan
PucangnAnom VII no 24 Pucang Gading dan tempat latihan berada di GOR Mundu
Futsal Kedung Mundu. Voli mitra Kencana ini berdiri tanggal 1 Desember 2007
Sampai saat ini anggota klub ada 55 orang. Pelatih dari klub voli tersebut ada enam
orang, salah satunya adalah Bapak Muhammad Haris Gunarto SH. Selain menjadi
pelatih voli, beliau adalah seorang PNS di kantor BKKBN Jawa Tengah.
Jenis Kelamin N Persen (%)
Laki-laki
Perempuan
Total
0
20
20
0
100
100
Tabel 1. Jumlah Sampel Atlet
Makanan tidak diberikan di klub voli ini, kecuali ketika saat ada pertandingan.
Saat bertanding biasa diberikan menu box dan tidak ada spesifikasi jenis makanan,
hanya disyaratkan setiap pemain meminum air putih dalam jumlah yang cukup. Saat
dua hingga tiga hari sebelum pertandingan, para pemain dianjurkan untuk tidak
meminum air es. Waktu terakhir sekitar dua jam sebelum pertandingan, para pemain
yang siap bertanding diberi asupan berupa pisang dan roti. Makanan yang tidak
boleh diberikan sebelum bertanding adalah minuman es, makanan berminyak, dan
makanan yang pedas.
Usia N Persen (%)
12 1 5
13
14
15
16
9
5
2
1
45
25
10
5
4
17
18
Total
1
1
5
5
100
Tabel 2. Karakteristik Usia Sampel
karaktersitik usia sampel
12 13 14 15 16 17 18
Gambar 2 : Karakteristik Usia Sampel
Jenis latihan yang selalu dilakukan adalah stretching atau pemanasan sekitar
kurang lebih 45 menit, lalu aktivitas ini yaitu receive pukulan per masing-masing
individu, semi grup, spike, dan game kurang lebih satu jam, kemudian pendinginan
secukupnya selama kurang lebih 15 menit. Sisa satu jam latihan adalah untuk latihan
main voli. Penyelenggaraan Jadwal pertandingan rutin adalah sekitar 3 bulan
sparing, misalnya jika ada turnamen, kompetisi antar klub di wilayah Semarang.
Pengalaman bertanding dari klub Voli Mitra Kencana adalah sebagai berikut : PON
selama satu kali, dan beberapa kali POSPROV, O2SN, tingkat SMP, dan POPDA.
2.2. Gambaran Aktivitas
Jenis latihan yang dilakukan atlet volley terdiri dari 3 bagian, yaitu : pemanasan, inti,
dan pendinginan.
a. Pada tahap pemanasan, pada tahap pemanasan biasanya dilakukan lari lari kecil dan
perenggangan otot yang bertujuan untuk melenturkan otot. Durasi latihan pemanasan
dilakukan selama 45 menit .
5
b. Latihan inti 60 menit . pada tahap ini atlet melatih kemampuan mereka agar lebih
menguasai teknik – teknik permainan bola volley.
c. Tahap terakhir dari latihan yaitu pendinginan (cooling down) 15 menit . latihan ini
dilakukan setelah program latihan selesai dilaksanakan sebagai upaya agar bagian
otot yang bekerja keras tadi kembali pada posisi rileks dan tidak kaku.
d. Permainan 1 jam . tahap ini dilakukan agar pemain lebih dapat menguasai teknik-
teknik yang telat dipelajari pada saat latihan ini yang telah dilakukan.
Kisaran lama tidur (jam) Persen (%)
< 8 35
8 15
> 8 50
Tabel 1 : Kisaran Lama Tidur Atlet
35%
15%
50% < 8 jam8 jam> 8 jam
Gambar 1. Kisaran Lama Tidur Atlet
Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
jumlah jam tidur yang cukup baik, 50 % tidur selama > 8 jam perhari, kemudian 15 %
responden tidur selama 8 jam perhari, dan 35 % responden tidur selama < 8 jam
perhari.
Lama waktu luang (jam) Persen (%)
< 5 30
≥ 5 70
6
Tabel 4 : Lama Waktu Luang
30%
70%
< 5 jam ≥ 5 jam
Gambar 4 : Lama Waktu Luang
Dari tabel tersebut sebanyak 70 % responden memiliki waktu luang sebesar ≥ 5 jam /
hari, dan sebanyak 30 % memiliki waktu luang sebesar < 5 jam / hari. Dimana waktu
luang ini sangat lah dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan pribadinya.
Menyukai Olahraga Selain Volley Persen (%)
Tidak Suka 40
Suka 60
Tabel 5 : Kesukaan olahraga selain Voli
40%
60%
tidak suka suka
Gambar 5 : Kesukaan Olahraga selain voli
7
Selain menjadi atlet volley, sebanyak 60 % responden ternyata menyukai olahraga
selain volley seperti basket, renang, badminton, taekwondo, tenis, sepak bola, lompat
tinggi, tenis meja, dan silat. Sedangkan sebanyak 40 % responden tidak menyukai
olahraga selain volley.
Jenis aktifitas Persen (%)
Bermain 9,7
Latihan Fisik 9,7
Membersihkan Rumah 6,4
Mengaji 3,2
Bermain Gadget 25,8
Membaca 9,7
Belajar 6,4
Menonton TV 29,0
Tabel 6 : Aktivitas Waktu Luang
10% 10%
6%
3%
26%10%
6%
29%
bermain latihan fisikmembersihkan rumah mengajibermain gadgetmembacabelajarmenonton tv
Gambar 4. Jenis Aktivitas pada waktu luang
Adapun selama waktu luang yang mereka punya, inilah jenis aktifitas yang
dilakukan responden. Adapun aktifitas yang paling dominan dilakukan adalah
menonton TV sebanyak 29 %, lalu diikuti bermain gadget sebesar 25,8 %.
Jenis aktifitas Persen (%)
8
Melakukan Hobi 45 %
Latihan Fisik 15 %
Bimbingan Belajar 5 %
Tidak Ada (hanya Volley) 35 %
Tabel 7 : Aktivitas diluar latihan voli
45%
15%5%
35%
Melakukan HobiLatihan FisikBimbingan BelajarTidak ada (hanya voli)
Gambar 7. Aktivitas diluar latihan voli
Dari tabel aktivitas di luar klub diatas diketahui sebanyak 45 % responden memilih
melakukan hobi seperti olahraga selain volley, pramuka, vokal/paduan suara. Sebanyak
15 % responden memilih latihan fisik, sebanyak 5 % responden memiliki jadwal
bimbingan belajar, dan sebesar 35 % responden hanya berlatih volley di klub saja.
2.3. Gambaran Lingkungan
Kondisi Lingkungan Sekitar Persen (%)
Baik 85
Biasa Saja 15
Tabel 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan
9
85%
15%
baikbiasa saja
Gambar 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan
Dari data diatas , dapat dinyatakan bahwa 15 % mempunyai hubungan dengan
lingkungan yang biasa saja dan 85 % mempunyai hubungan yang baik dengan
lingkungan sekitar . mereka mengaku mendapat dukungan yang baik dari lingkungan
dan keluarga untuk menjadi seorang atlet.dari 20 sampel 18 orang mengaku lingkungan
sangat mempengaruhi dan nyaman dengan lingkungan dan 2 orang tidak dikarenakan
memiliki teman-teman yang tidak membuat nyaman. Sebanyak 6 orang mengaku
mendapatkan dukungan dari ayah dan 14 orang mengaku mendapatkan dukungan dari
ibu. Mereka mempunyai kebiasan saat berkumpul dengan keluarga , seperti berdiskusi
tentang suatu hal, nonton tv, makan bersama , dan jalan jalan. Selain keluarga, teman-
teman juga sangat mendukung mereka untuk menjadi atlet. Kebiasaan yang dilakukan
jika mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya adalah Cerita, mengobrol,
makan, jalan-jalan, belajar.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai keadaan lingkungan dan tempat latihan,
terdapat 17 orang (85%) yang mengatakan bahwa lingkungan dan tempat mereka
berlatih volly tergolong baik, sedangkan sebanyak 3 orang (15%) mengatakan kondisi
lingkungan dan tempat latihan mereka biasa saja, dalam artian tidak terlalu baik
maupun terlalu buruk. Klub Volley Mitra Kencana memiliki dua lapangan volley untuk
tempat berlatih para pemain volley. Kondisi lingkungan mempengaruhi kesehatan para
atlet. Kondisi lingkungan seharusnya bebas dari debu, lapangan volley yang tidak licin,
serta memiliki sirkulasi udara yang baik.
10
Kemudian sebanyak 18 orang mengatakan bahwa lingkungan sekitar mereka
sangat kondusif, baik dari pihak keluarga maupun teman-teman mereka sangat
mendukung karir mereka di bidang olahraga volly. Sedangkan hanya 2 orang yang
mengatakan lingkungan sekitar mereka kurang kondusif, walaupun keluarga mereka
mendukung namun terdapat beberapa teman mereka yang kurang mendukung atau
kurang menyenangkan. Bagi mereka, dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka
sangat dibutuhkan. Dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka dapat
dijadikan sebagai pemberi motivasi, pendukung, penghibur, penyemangat baik saat
latihan maupun saat bertanding.
2.4. Status Gizi Atlet
Status gizi merupakan landasan untuk merencanakan program pembinaan atlet
termasuk penatalaksanaan gizi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk
memperoleh kondisi prima dari seorang atlet, disamping latihan teratur dan terprogram.
Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan dengan dua komponen yaitu
lemak tubuh dan masa tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya umur akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh.
Penambahan berat badan sering terjadi karena penambahan lemak tubuh yang
disebabkan kurangnya aktivitas. Berat badan berhubungan dengan kekuatan, kecepatan,
ketahanan, ketangkasan, dan penampilan. Untuk itu berat badan, tinggi badan dan
riwayat status gizi yang optimal pada responden ini harus terus diperhatikan (Iswahyudi
dkk, 2007).
Demikian halnya kondisi lemak tubuh responden juga harus diperhatikan.
Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status
IMT dan persentase lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada
risiko penyakit jantung karena penambahan berat badan berhubungan dengan
peningkatan proporsi lemak tubuh (Iswahyudi dkk, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada 20 atlet voli di Klub Mitra kencana
menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (60%) mempunyai status gizi berdasarkan
IMT normal. Sebanyak 4 responden (20%) mempunyai status gizi underweight, dan
11
hanya 1 responden (5%) memiliki status gizi overweight. Selanjutnya, ada 3 responden
(15%) yang mempunyai sttaus gizi obesitas.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Underweight 4 20
Normal 12 60
Overweight 1 5
Obese 3 15
Total 20 100
Tabel 9. Status Gizi berdasarkan IMT
20%
60%
5%
15%
Prosentase
UnderweightNormalOverweightObesitas
Gambar 9 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan IMT
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang (underfat) 5 25
Normal 15 75
Total 20 100
Tabel 10. Status gizi berdasarkan % lemak tubuh
12
Prosentase
UnderfatNormal
Gambar 10 : Diagram pie prosentase status lemak tubuh..
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5 responden (25%)
memiliki presentase lemak tubuh kurang (underfat), dan sebanyak 15 responden (75%)
mempunyai presentase lemak tubuh normal.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Lebih 5 25
Normal 15 75
Total 20 100
Tabel 11. Status gizi berdasarkan lingkar pinggang
13
75%
25%
Prosentase
NormalLebih
Gambar 11 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar pinggang
Lingkar pinggang adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang
diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur di antara crista illiaca
dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1
mm). Ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan peningkatan faktor
risiko terhadap penyakit kardiovaskular
Lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal
atau lemak visceral. Lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular
yang paling menentukan jika dibandingkan dengan pengukuran IMT. World Health
Organization secara garis besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan lingkar
pinggang jika lingkar pinggang pria > 90 cm dan pada wanita > 80 cm.
Sebanyak 15 responden (75%) dari 20 atlet voli Klub mitra kencana memiliki
rasio lingkar pinggang normal dan sisanya sebnayak 5 responden (25%) memiliki rasio
lingkar pinggang lebih.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Lebih 19 95
Normal 1 5
14
75%
25%
Total 20 100
Tabel 11. Status gizi berdasarkan rasio lingkar panggul
Prosentase
NormalLebih
Gambar 12 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar panggul.
Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang
diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur pada lingkar maksimal
dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis.Lingkar panggul yang besar (tanpa
menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskular yang lebih rendah (Oviyanti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umunya para atlet
voli tersebut memiliki rasio lingkar panggul lebih. Hal tersebut dibuktikan dari 19
responden (95%) memiliki rasio lingkar panggul lebih dan hanya 1 responden (5%)
memiliki rasio lingkar panggul normal.
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan
obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar
pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun setiap
peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi faktor
predisposisi peningkatan kematian sebesar 28%. World Health Organization secara garis
besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio
lingkar pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita > 0,80 (Oviyanti, 2010).
15
95%
5%
2.5. Gambaran Asupan Zat Gizi Atlet
2.5.1. Asupan zat gizi makro
1. Tingkat kecukupan energi
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-
sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran
karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecaha
protein. Pada olahraga intensitas moderat-tinggi yang bertenaga seperti sprint
atau juga pada olahraga beregu seperti sepakbola atau bola basket , pembakaran
karbohidrat akan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dan akan
memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pembakaran
lemak dalam memproduksi energi di dalam tubuh. Kontribusi pembakaran
karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh akan meningkat hingga sebesar
100% ketika intensitas olahraga berada pada rentang 70-95% VO max (Anwari,
2007).
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, kebutuhan
energi total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori kurang.
Hal ini diperoleh berdasarkan hasil recall dan perhitungan kebutuhan energi per
hari.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Normal 0 0
Kurang 20 100
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel 9. Kebutuhan Energi Atlet
16
100%
Tingkat Kecukupan Energi
Kurang
Gambar 13 : Kebutuhan Energi Atlet
2. Tingkat kecukupan Protein
Kebutuhan protein bagi seorang atlet disebutkan berada berada pada rentang
1.2 1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein
bagi non-atlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan. Peningkatkan kebutuhan
protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami
kerusakan jaringan ototn terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga
yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan
durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan
sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin
berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhkan konsumsi protein
seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan kebutuha non-atlet (Anwari, 2007).
Berdasarkan hasil recall pada atlet voli Klub Mitra Kencana, dapat
disimpulkan bahwa 2 responden (10%) memiliki tingkat kecukupan protein
normal dan sebanyak 18 responden (90%) memiliki tingkat kecukupan protein
kurang.
Kategor Jumlah (n) Presentase (%)
17
i
Kurang 18 90
Normal 2 10
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel.10 : Tingkat kecukupan protein
Kurang90%
Normal10%
Tingkat Kecukupan Protein
KurangNormal
Gambar 14:. Tingkat kecukupan protein
3. Tingkat kecukupan Lemak
Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak
sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen
otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas
olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui
pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi
energi melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan
menghasilkan energi yang lebih besar (9kkal/gr) jika dibandingan dengan
pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Perlu juga untuk diketahui bahwa jaringan
18
adipose dapat menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah yang tidak terbatas,
sehingga kelelahan serta penurunan performa yang terjadi pada saat berolahraga
tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan lemak tubuh (Anwari, 2007).
Kategor
i
Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang 9 45
Normal 1 5
Lebih 10 50
Total 20 100
Tabel 11:. Tingkat kecukupan lemak
45%
5%
50%
Tingkat kecukupan lemak
KurangNormalLebih
Gambar 14 : Tingkat kecukupan Lemak
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 9 responden
(45%) memiliki tingkat kecukupan lemak kurang. Sedangkan sebanyak 10
responden (50%) termasuk kategori lebih, dan hanya 1 responden (5%) memiliki
tingkat kecukupan lemak yang normal.
4. Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan intensitas moderat-tinggi,
kebutuhan energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen, terutama
19
glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang terdapat di dalam aliran darah
(blood glucose) dimana ketersediaan glukosa di dalam aliran darah ini dapat
dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada pada keadaan normal.
Proses pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil
pembakaran lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu
untuk menghasilkan ATP (molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas
yang lebih besar serta dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
pembakaran lemak (Anwari, 2007).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum semua atlet voli
tersebut memiliki tingkat kecukupan karbohidrat kurang. Hal tersebut dapat
dilihat pada sebanyak 20 responden (100%) memiliki tingkat kecukupan
karbohidrat kurang.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Normal 0 0
Kurang 20 100
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel 12 : Tingkat kecukupan Karbohidrat
100%
Tingkat kecukupan Karbohidrat
Kurang
20
Gambar 15 :. Tingkat kecukupan karbohidrat
2.5.2. Asupan zat gizi mikro
1. Kalsium
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat kecukupan
kalsium total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori
kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di
Klub Mitra Kencana.
100%
Tingkat kecukupan kalsium
KurangBaikLebih
Gambar 16 : Tingkat kecukupan kalsium
2. Besi
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan Zat besi total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar
5% (1 orang) %). Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
21
90%
5%5%
Tingkat Kecukupan Zat Besi
Kurang Baik Lebih
Gambar 18 :. Tingkat kecukupan zat besi
3. Zinc
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat
kecukupan zinc total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk
kategori kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
100%
Tingkat Kecukupan ZincKurang Baik Lebih
Gambar 19:. Tingkat kecukupan zink
4. Vitamin B1 (Tiamin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan tiamin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
22
yaitu 80 % (16 orang). Sebesar 20% (4 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
80%
20%
Tingkat Kecukupan TiaminKurang Baik Lebih
Gambar 20 :. Tingkat kecukupan tiamin
5. Vitamin B2 (Riboflavin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan riboflavin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
23
90%
10%
Tingkat Kecukupan RiboflavinKurang Baik Lebih
Gambar 21 : Tingkat kecukupan ribovlavin
6. Vitamin B3 (Niasin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan niasin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar
5% (1 orang) %. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
90%
5%5%
Tingkat Kecukupan NiasinKurang Baik Lebih
Gambar 22 : Tingkat kecukupan Niasin
24
7. Vitamin C
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan vitamin C total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
90%
10%
Tingkat Kecukupan Vitamin CKurang Baik Lebih
Gambar 23 :. Tingkat kecukupan Vitamin C
2.6 Riwayat makan
Terdapat 14 orang (70%) yang suka mngkonsumsi sayuran, namun sayuran
yang sering dikonsumsi seperti jagung, kol, dan wortel. Sedangkan sebanyak 6 orang
(30%) menyatakan bahwa mereka tidak menyukai sayuran. Alasan mereka tidak
menyukai sayuran karena menurut mereka sayuran memiliki rasa yang tidak enak dan
pahit. Kemudian sebanyak 19 orang (95%) suka mengkonsumsi buah-buahan, seperti
apel, jeruk, jambu, pisang, alpukat, mangga, semangka, pepaya, pir, melon, dan anggur.
Dan hanya ada satu orang (5%) yang tidak suka mengkonsumsi buah-buahan.
Asupan vitamin D yang optimal pada atlet memiliki efek menguntungkan pada
kinerja dan kesehatan atlet. Vitamin D memiliki fungsi penting dalam tubuh termasuk
25
pemeliharaan kesehatan tulang yang baik, fungsi otot, dan kekebalan. Vitamin D
ditemukan di beberapa makanan, tetapi sumber utamanya berasal dari sinar matahari.
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan termasuk
peningkatan risiko cedera tulang, nyeri muskuloskeletal kronis dan infeksi saluran
pernapasan viral (Nutrition Working Group of the International Olympic Committee,
2012).
Besi memiliki peran penting dalam transportasi oksigen dalam darah dan otot.
Status zat besi yang tidak memadai dapat mengganggu performa dan pemulihan atlet.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa asupan besi seorang atlet dapat meningkat
karena peningkatan beban latihan mereka. Disarankan agar atlet mengkonsumsi daging
sebanyak 3 hingga 5 kali per minggu. Besi meningkatkan faktor yang ditemukan dalam
daging, ikan, dan ayam. Untuk mengoptimalkan asupan besi, disarankan asupan besi
dikombinasikan dengan asupan vitamin C. Contoh kombinasi menu makanan yang
tepat seperti jus buah atau buah dengan sarapan sereal, atau chilli con carne (daging dan
kacang-kacangan). Kalsium penting untuk kesehatan tulang, terutama pada remaja dan
atlet wanita, sehingga sangat penting untuk memastikan asupan kalsium yang cukup.
Sumber kalsium terbaik adalah produk susu seperti susu, yoghurt, keju, disarankan
untuk memilik produk susu rendah lemak (Nutrition Working Group of the
International Olympic Committee, 2012).
Terdapat 10 orang yang memiliki pantangan makanan, seperti sayuran, cumi-
cumi, udang, kulit ayam, gajih, ikan laut, telur, makanan pedas ,es ,kacang ,bandeng ,
dan buah. Sedangkan 10 orang lainnya tidak memiliki pantangan terhadap makanan.
Semua responden (100%) mengkonsumsi susu secara rutin. Responden yang memiliki
pantangan makan karena mereka memiliki alergi pada makanan tersebut.
2.6.1 Asupan sebelum dan sesudah pertandingan
Klub Volley Mitra Kencana yang menaungi atlet volley ini tidak memberikan
penyelenggaraan makanan bagi atlet volly mereka baik selama kegiatan latihan, saat
pertandingan, ataupun setelah pertandingan. Para atlet volley menyediakan makanan
sendiri tanpa ada bimbingan pemilihan makanan dari klub yang menaungi mereka.
26
Makanan adalah salah satu bahan bakar utama untuk kegiatan olahraga, dan erat
hubungannya untuk kinerja olahraga yang optimal. Atlet tidak hanya mencerna
karbohidrat sebagai kontributor umum untuk kebutuhan energi harian mereka, tetapi
juga merupakan agen khusus sebagai ergogenik dalam beberapa waktu tertentu, seperti
selama pertandingan maupun saat pra-pertandingan (Paolo C Colombani et al, 2013).
Ketika kebutuhan untuk berlatih meningkat, kebutuhan karbohidrat juga
meningkat. Mengonsumsi asupan karbohidrat untuk intensitas latihan yang panjang
juga akan menambah asupan karbohidrat serta secara khusus menyediakan bahan bakar
untuk latihan. Dalam banyak olahraga yang berlangsung lebih dari 1 jam, penipisan
simpanan karbohidrat menyebabkan kelelahan dan penurunan kinerja selama latihan.
Strategi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat meliputi asupan karbohidrat dalam
beberapa jam atau hari sebelum pertandingan untuk memastikan simpanan glikogen di
otot dan hati cukup untuk mengantisipasi kebutuhan bahan bakar selama pertandingan
(Nutrition Working Group of the International Olympic Committee, 2012)
Pengaruh asupan karbohidrat beberapa jam sebelum latihan adalah untuk
meningkatkan kinerja otot dalam penggunaan karbohidrat. Oleh karena itu, makanan
pra-pertandingan harus mengandung cukup karbohidrat untuk mengkompensasi
ketergantungan karbohidrat yang lebih besar. Makanan pra-pertandingan yang
meningkatkan performa atlet saat pertandingan umumnya membutuhkan karbohidrat
sekitar 1-4 g/kg massa tubuh. Melanjutkan mengkonsumsi karbohidrat selama
pertandingan membantu untuk mempertahankan ketersediaan bahan bakar (Nutrition
Working Group of the International Olympic Committee, 2012).
2.7 Status Kesehatan dan status hidrasi atlet
2.7.1 Status kesehatan
1. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir
Dari tabel diatas diketahui sebanyak 90 % responden tidak mengalami sakit pada
6 bulan terakhir, sedangkan terdapat 10 % responden mengalami sakit pada 6 bulan
terakhir.
27
Sakit 6 Bulan Terakhir Jumlah (n) Persen (%)
Tidak 18 90
Ya 2 10
Total 20 100
Tabel 24. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir
90%
10%
Riwayat penyakit 6 bulan terakhir
Tidak adaAda
Gambar 24. Riwayat penyakit 6 bulan terakhir
2. Riwayat Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 11 respondek mengaku pernah menderita
penyakit, seperti: radang usus, thypus, demam berdarah, muntaber, bronchitis.
Sedangkan sebanyak 9 responden (45%) mengaku tidak memiliki riwayat penyakit
apapun.
Riwayat penyakit Jumlah (n) Presentase (%)
Ada 11 55
Tidak ada 9 45
Total 20 100
Tabel 25. Riwayat penyakit
28
55%45%
Riwayat Penyakit
AdaTidak ada
Gambar 25. Riwayat penyakit
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasrkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 7 responden (35%)
memiliki riwayat penyakit keluarga seperti: darah tinggi, vertigo, hepatitis B, penyakit
jantung, asam urat, kolesterol tinggi, diabetes melitus. Sisanya, sebanyak 13 responden
(65%) tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
Penyakit keluarga Jumlah (n) Persen (%)
Tidak ada 13 65
Ada 7 35
Total 20 100
Tabel 26. Riwayat penyakit keluarga
29
65%
35%
Riwayat penyakit keluarga
Tidak adaAda
Gambar 26. Riwayat penyakit keluarga
4. Kondisi kesehatan setelah menjadi atlet
Kondisi kesehatan Jumlah (n) Persen (%)
Lebih sehat 16 80
Biasa saja 2 10
Kurang sehat 2 10
Tabel 27. Kondisi setelah menjadi atlet
80%
10%
10%
Kondisi kesehatan
Lebih sehatBiasa sajaKurang sehat
Gambar 27. Kondisi kesehatan setelah menjadi atlet
30
2.6.2 Status hidrasi
Hidrasi adalah keseimbangan cairan dalam tubuh dan merupakan syarat penting
untuk menjamin fungsi metabolisme sel tubuh. Sedangkan dehidrasi berarti kurangnya
cairan di dalam tubuh karena jumlah yang keluar lebih besar dari jumlah yang masuk. Ada
tiga jenis dehidrasi, yaitu: (1) hypotonic adalah tubuh kehilangan larutan elektrolit (garam,
kalium, klor, kalsium, dan pospat, (2) hypertronic adalah tubuh kehilangan air, dan (3)
isotonic adalah tubuh kehilangan air dan larutan elektrolit, kondisi ini paling sering terjadi
(Cerika,2008). Dehidrasi menyebabkan kemampuan kognitif menurun karena sulit
berkonsentrasi, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, dan terbentuknya batu ginjal,
serta menurunkan stamina dan produktivitas melalui gangguan sakit kepala, lesu, kejang
hingga pingsan.
Kehilangan cairan lebih dari 15 % dapat berakibat fatal. Dalam berolahraga,
konsumsi cairan yang cukup serta melengkapinya dengan mengonsumsi nutrisi yang tepat
akan membantu tubuh untuk dapat berlatih lebih lama, mencegah kelelahan dini, membantu
meningkatkan skill serta akan membantu mempercepat proses recovery setelah latihan atau
pertandingan (Cerika,2008) . Di bawah ini adalah kadar warna urin yang menggambarkan
keadaan hidrasi seseorang.
Gambar 28. Indikator status hidrasi
31
Status Hidrasi Frekuensi (n) Presentase (%)
Hidrasi baik 9 45%
Hidrasi kurang 11 55%
Total 20 100%
Tabel 28. Status hidrasi
45%55%
Diagram status hidrasi
hidrasi baikhidrasi kurang
Gambar 29. Status hidrasi
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 9 responden (45%) mempunyai status hidrasi
baik dan sebanyak 11 responden (55%) mempunyai status hidrasi kurang.
2.7 Identifikasi Masalah Gizi Pada Atlet
2.7.1 Siklus Haid Tidak Teratur
Siklus Haid Jumlah (n) Persen(%)
Normal 12 60
Tidak Normal 8 40
Total 20 100
Tabel 29.Siklus Haid Sampel
32
60%
40%
siklus haid
normaltidak normal
Gambar 30. Siklus haid
Dari tabel diatas diketahui sebanyak 60 % responden memiliki siklus haid
yang normal, sedangkan terdapat 40 % responden mengalami siklus haid yang
tidak normal, seperti haid yang ‘terlambat’ dari jadwal yang seharusnya, dan
jadwal haid yang kurang teratur.
2.7.2 Risiko Penyakit Terkait Riwayat Keluarga
Beberapa riwayat penyakit keluarga sampel adalah seperti asam urat,
hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Berikut adalah prosentase dari jumlah
keseluruhan sampel.
Riwayat
penyaki
t
keluarg
a
Jumlah
(n)
Persen(%)
Ada 7 35
Tidak
Ada
13
65
Total 20 100
Tabel 30. Riwayat penyakit keluarga
33
35%
65%
Riwayat penyakit keluarga
Ada Tidak ada
Gambar 31. Riwayat penyakit keluarga
2.7.3 Penggunaan Suplemen
Dari hasil kuesioner dan proses wawancara, sebanyak 9 responden
mengonsumsi suplemen makanan seperti merk curcuma, scott emulsion, vitamin
c, peninggi badan, dan enervon c dan sisanya tidak menggunakan suplemen.
Penggunaan
suplemen
Jumlah
(n)
Persen(%)
Ya 9 45
Tidak 11 55
Total 20 100
Tabel 31. penggunaan suplemen
45%
55%
penggunaan suplemen
yatidak
Gambar 32. Penggunaan suplemen
2.7.4 Tidak Menyukai Sayuran
34
Dari seluruh jumlah sampel atlet (20 orang ), ada 14 orang yang
menyukai sayur seperti sayur asem,jagung, kol, dan wortel, namun ada 6 orang
yang tidak menyukai sayuran salah satunya karena rasa sayur yang tidak enak.
Menyukai
Sayuran
Jumlah (n) Persen (%)
Tidak 6 30
Ya 14 70
Total 20 100
Tabel 32. Kesukaan terhadap sayuran
70%
30%
suka sayur
iyatidak
Gambar 33. Tidak menyukai sayuran
2.7.5 Konsumsi Lemak Berlebih
Berdasarkan recall 2 hari yang telah dilakukan, asupan lemak rata-rata untuk
20 atlet voli Mitra Kencana lebih dari yang dibutuhkan tubuh masing-masing
atlet. Sebanyak 50% atlet voli klub Mitra Kencana asupan lemaknya melebih
dari yang dibutuhkan. Sedangkan 45% asupan lemaknya kurang dan hanya 5%
yang asupan lemaknya baik, sesuai dengan kebutuhannya.
35
50%
5%
45%
Asupan Lemak
Asupan lemak lebihAsupan lemak baikAsupan lemak kurang
Gambar 34. Asupan lemak
2.7.6 Kurangnya Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro
Berdasarkan hasil analisis recall atlet volly remaja ‘Mitra Kencana’ didapat hasil
sebagai berikut :
Kategori
Asupan
Energi
N %
Kurang 20 100
Baik 0 0
Lebih 0 0
Jumlahh 20 100
36
100%
asupan energi
kurangbaiklebih
Gambar 35. Asupan energi
Berdasarkan hasil analisis recall atlet volly remaja ‘Mitra Kencana’
didapat hasil bahwa sebanyak 20 sampel (100 %) memiliki asupan yang kurang
dari kebutuhan energi seharusnya. Padahal mereka adalah seorang atlet yang
notabene harus memiliki asupan energi yang cukup. Karena jika asupan energi
dibiarkan tidak tercukupi terus menerus dikhawatirkan akan berdampak pada
performa atlet yang akan cenderung menurun. Sehingga perlu diberikan asupan
yang sesuai dengan kebutuhan energi. Tentunya dengan asupan zat gizi yang
seimbang antara makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan
mikronutrien nya.
2.8 Penyelesaian Masalah Gizi Pada Atlet
2.8.1 Siklus Haid Tidak Teratur
Aktivitas fisik paada perempuan seperti olahraga mempunyai beberapa
keuntungan seperti badan idean dan tubuh yang sehat. Tetapi beberapa populasi
dari atlet perempuan dapat mempunyai gejala female athlete triad dimana terjadi
hubungan timbak balik dari keberadaan energy, fungsi menstruasi, dan
kepadatan mineral tulang. Secara klinis, keadaan ini dapat ketidakteraturan
makan, ketidakteraturnya siklus menstruasi, dan tingkat stress. Atlet perempuan
dengan kondisi ini, berhubungan dengan triad yang terdistribusi antara kesehatan
optimal dan kesehatan yang kurang baik untuk semua keadaan. (Jill M.T.N and
Kathleen E.C, 2011)
1. Perubahan gaya Hidup
37
Pengobatan yang optimal dari female athlete triad termasuk instruksi dari ahli
gizi untuk mendidik dan memantau pasien untuk nutrisi yang cukup dan untuk
membantu pasien mencapai dan mempertahankan berat badan tujuan. Pasien,
ahli gizi dan dokter harus menyepakati berat tujuan, dengan pertimbangan untuk
persyaratan berat untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dipilih pasien.
Peningkatan berat badan dari 0,23-0,45 kg per minggu sampai berat tujuan
dicapai adalah harapan yang wajar. Membantu fokus pasien pada kesehatan
optimal dan kinerja bukan berat badan adalah penting. Pasien tidak perlu
berhenti berolahraga sama sekali. Kegiatan latihan harus diturunkan 10% sampai
20%, dan berat harus dipantau secara ketat selama dua sampai tiga bulan. (Julie
A, et al, 2000) Pada atlet di Amerika, penderita triad langsung datang ke ahli gizi
seperti yang direkomendasikan oleh terapis fisik mereka. (Kathleen J.P, 2009)
2. Terapi Penggantian Hormon
Tidak ada studi longitudinal yang diterbitkan tersedia pada keuntungan
jangka panjang dari terapi penggantian hormon (HRT) untuk memperlambat atau
membalikkan hilangnya kepadatan mineral tulang pada remaja perempuan.
Sebagian besar bukti untuk penggunaan HRT telah diekstrapolasi dari data yang
mendukung penggunaannya pada wanita pascamenopause. Kedua kontrasepsi
oral dan siklik estrogen/progesteron telah digunakan untuk mengobati amenore.
Untuk sementara terapi hormonal yang akan mengatur amenore hingga mencapai
tujuan utamanya yaitu kembalinya menstruasi teratur melalui nutrisi yang tepat,
rejimen pelatihan direvisi dan pemeliharaan berat badan yang wajar. Sementara
sedikit bukti langsung tersedia pada waktu yang tepat untuk memulai HRT,
mengingat terapi hormon setelah enam bulan amenore tampaknya tepat.
Kehilangan tulang ireversibel dapat terjadi setelah hanya tiga tahun amenore.
Pasien yang sudah memiliki bukti awal kehilangan kepadatan mineral tulang
(osteopenia) atas dasar tulang densitometri/DEXA scanning harus memulai
terapi hormonal. (Julie A, et al, 2000) Estrogen dapat diganti dalam berbagai
cara. Kontrasepsi oral yang sering digunakan dan menguntungkan jika kontrol
kelahiran juga diinginkan. Frekuensi pergantian hormon seperti yang ditentukan
untuk wanita menopause juga opsi yang layak. Tidak ada pengobatan tunggal
38
yang terbukti menjadi paling bermanfaat bagi female athlete triad. (Julie A, et al,
2000)
3. Keterlibatan Keluarga
Keterlibatan keluarga sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Anggota keluarga harus dimasukkan dalam rencana perawatan dari awal,
terutama dengan pasien remaja. Meskipun pada awalnya intervensi dokter
mungkin tampak merugikan karir atletik anak, pendidikan tentang pentingnya
female athlete triad dapat memotivasi orang tua untuk berpartisipasi dalam
program pengobatan. (Julie A, et al, 2000)
2.8.2 Risiko Penyakit Terkait Riwayat Keluarga
2.8.2.1 Hipertensi
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi juga mempertinggi
risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Faktor-
faktor yang berpengaruh kejadian hipertensi adalah faktor risiko yang tidak
dapat diubah atau faktor risiko melekat yaitu faktor demografi meliputi
umur, jenis kelamin, ras, dan keturunan meliputi genetik, riwayat keluarga.
Faktor risiko yang dapat diubah yaitu pola hidup meliputi kebiasaan
merokok, kebiasaan mengkonsumsi makan makanan asin, kebiasaan
mengkonsumsi makanan berlemak, kebiasaan mengkonsumsi jelantah,
kebiasaan olah raga, serta status kesehatan meliputi obesitas/IMT, dan stres
kejiwaan. Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan tim voli,
diketahui 5% dari atlet voli Mitra Kencana mempunyai riwayat keluarga
hipertensi.
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi (Nurkhalida, 2003).
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer
(Nurkhalida, 2003). Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu, 2003). Dari
39
data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi
(WHO dalam Soenarta Ann Arieska, 2005). Menurut Sheps, hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita
mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps,
2005).
Untuk mengurangi faktor resiko terjadinya hipertensi pada atlet voli ini
adalah dengan cara merubah faktor resiko yang dapat diubah seperti pola
hidup meliputi kebiasaan mengkonsumsi makan makanan asin, kebiasaan
mengkonsumsi makanan berlemak, kebiasaan mengkonsumsi jelantah,
kebiasaan olah raga, serta status kesehatan meliputi obesitas/IMT, dan stres
kejiwaan. Dilihat dari data asupan makronutrien, 50 % dari atlet
mengonsumsi lemak berlebih. Hal itu bisa meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi. Lemak jenuh dapat menyebabkan dislipidemia (Manurung E,
2004). Dislipidemia merupakan salah satu faktor utama risiko aterosklerosis
(Anwar TB, 2004). Arterosklerosis ini akan meningkatkan resistensi dinding
pembuluh darah yang dapat memicu jantung untuk meningkatkan resistensi
dinding pembuluh darah yang dapat memicu jantung untuk meningkatkan
denyutnya. Denyut jantung yang meningkat dapat meningkatkan volume
aliran darah yang berefek terhadap peningkatan tekanan darah.
2.8.2.2 Asam Urat
Asam Urat adalah suatu permasalah yang terjadi pada metabolisme
dalam tubuh yang dikarenakan ke abnormalan kadar asam urat dalam tubuh.
Asam urat tinggi terjadi karena produksi asam urat di dalam tubuh lebih
banyak dari pembuangannya. Asam urat merupakan produk akhir
metabolisme metabolisme purin pada manusia. Ia memiliki sifat antioksidan
yang mungkin menjadi pelindung tetapi juga bisa pro-oksidan, tergantung
pada lingkungan mikro kimia. Kelebihan asupan purin tubuh akan semakin
meningkatkan resiko asam urat, Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor
40
genetik, makanan, dan penyakit (kanker darah). Asam urat dalam tubuh jika
berlebihan akan berakibat terkena penyakit asam urat, hipertensi, penyakit
jantung, dan penyakit ginjal. Apabila kadar asam urat dalam tubuh kurang
juga akan berakibat negatif dalam tubuh seperti sclerosis, parkinson,
alzheimer, dan neuritis (Melinda K, 2008).
Untuk kadar asam urat normal dalam tubuh yaitu UA (Uric Acid) > 0,8
mg / dl. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor jenis kelamin
dan usia ikut andil dalam meningkatnya resiko asam urat. Bagi laki – laki
dan usia lanjut lebih riskan terkena asma urat jika dibandingkan dengan
perempuan.
Gambar 36. Kristas Asam Urat
Pada penyakit gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout
sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat
karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat
(asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein (Melinda K, 2008).
41
2.8.2.3 Status Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penebalan plak di
lumen pembuluh darah, tapi juga mudah memicu kerusakan dinding
pembuluh darah. Plak yang semakin menebal pada dinding pembuluh darah
akan semakin mempersempit lumen pembuluh darah. Plak yang berisi
kolesterol ini bisa muncul di pembuluh darah mana saja. Namun yang paling
berbahaya ialah jika plak tersebut berada di pembuluh darah jantung koroner
dan pembuluh darah di otak. Banyak cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui kadar kolesterol dalam darah. Di banyak apotek maupun klinik,
sekarang sudah tersedia alat pemeriksaan kolesterol yang sederhana, cepat
dan mudah. Pemeriksaan kolesterol ini menggunakan metode dipstick yang
mengambil sample darahnya dari pembuluh darah kapiler yang terletak di
ujung jari tangan. Hanya dengan meletakkan beberapa tetes darah saja, kita
bisa segera tahu berapa kadar kolesterol dalam darah (Miller M, 2014)
Setelah melakukan pemeriksaan awal, ada baiknya Anda juga
melakukan pemeriksaan kolesterol yang diambil dari darah vena. Cara ini
tentu saja jauh lebih akurat karena selain kadar kolesterol total, kita juga
bisa tahu berapa kadar HDL (kolesterol baik) dan LDL (kolesterol jahat).
Kadar kolesterol total yang diharapkan adalah tidak lebih dari 200 mg/dL,
dengan komposisi LDL < 150 mg dan HDL > 50 mg/dL. Dalam keluarga
yang sama, kadang para anggotanya memiliki tingkat kadar kolesterol
tinggi. keadaaan ini dalam ilmu kedokteran disebut Familial
Hypercholesterolaemia (FH). FH disebabkan oleh perubahan gen dimana
lemak tidak dimetabolisme dengan baik dalam darah dan menumpuk di
arteri. FH merupakan satu contoh dari sifat genetik yang
dominan, yang berarti bahwa seseorang memerlukan hanya satu gen
abnormal untuk memiliki kondisi tersebut. Risiko diturunkan: Dr Nigel
Capps, dari Inggris mengatakan, jika salah satu orang tua memiliki
hiperkolesterolemia familial, maka seseorang memiliki risiko 50 persen
mendapatkan penyakit tersebut (Miller M, 2014).
42
2.8.2.4 Diabetes Militus
Freeman (2008) mengatakan bahwa Diabetes Melitus (DM)
merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan
intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat atau karena tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya.
Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan
perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang
dikonsumsi sampai kurangnya aktifitas fisik. Dalam menentukan seseorang
tergolong diabetes atau tidak berikut cut of pointnya :
a. Kadar gula darah puasa :
Normal = kadar gula < 100 mg/dl
Pre Diabetes = kadar gula 100-125 mg/dl
Diabetes = kadar gula > 125 mg/dl
b. Kadar gula darah sesaat :
Normal = kadar gula < 140 mg/dl
Pre Diabetes = kadar gula 140-200 mg/dl
Diabetes = kadar gula > 200 mg/dl
Ada dua tipe diabetes Mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes
mellitus tipe 2. Berikut adalah penjelasannya:
1. Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)
Diabetes Melitus tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent atau
childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin.
2. Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin)
DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset
43
diabetes, disebabkan ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin
secara efektif yang kemudian mengakibatkan kelebihan berat badan dan
kurang aktivitas fisik.
Risiko mengidap diabetes cukup tinggi jika keluarga, orang tua atau
saudara Anda juga memiliki riwayat penyakit ini. Jika ada salah satu orang
tua dengan diabetes tipe 2, risiko penyakit itu diturunkan sebesar 15 persen.
Tetapi jika kedua orang tua memiliki kondisi tersebut, risiko penyakit itu
diturunkan kepada anak mereka sebesar 75 persen. Namun, faktor lain
seperti kegemukan, malas olahraga dan makan yang tidak sehat,umur > 45
th dapat meningkatkan resiko. salah satu penelitian juga menunjukkan
bahwa kegemukan merupakan kondisi fisik yang dapat diturunkan dari
keluarga, jika seseorang sudah mengalami kegemukan maka resiko diabetes
juga akan meningkat karena kita tahu bahwa kegemukan merupakan salah
satu faktor yang meningktakan resiko terjadinya diabetes (Freeman, 2008)
2.8.3 Penggunaan Suplemen
Pengetahuan tentang fisiologi manusia dengan nutrisinya meningkat tajam
abad ini dan oleh karena itu aplikasi untuk perubahan diet dan makanan
suplemen dengan nutrisi khusus itu sangat diperlukan. Modulasi komposisi diet
dan atau suplementasi dengan nutrisi khusus dengan tujuan mengembangkan
performa fisik manusia adalah definisi yang tepat untuk pertolongan nutrisi
ergogenic. Salah satu yang dapat mempertahankan kondisi tertinggi efisiensi
fisik dan meningkatkan prestasi olahraga adalah gizi yang optimal. Kondisi ini
berdefinisikan tidak dengan mengaitkan makan yang banyak tetapi intak gizi
yang cukup untuk mempertahankan seseorang dan kondisi fisik maksimal
Pertolongan nutrisi ergogenic bisa diklasifikasikan dengan makronutrisi atau
makronutrien (air, elektrolit, karbohidrat, protein dan lemak) dan mikronutrisi
atau mikronutrien. Makronutrisi umumnya dikonsumsi dalam satuan gram tiap
harinya, sedangkan mikronutrisi dikonsumsi dalam satuan miligram atau
microgram per harinya. Mikronutrisi lebih jauh lagi bisa dibali lagi menjadi dua
44
kategori yaitu mikronutrien yang sangat penting/ indispensable (vitamin dan
mineral esensial), dan mikronutrien yang tidak terlalu penting (komponen diet
nonesensial atau metabolisme tahap menengah seperti kafein atau carnitine).
Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu
makanannya miskin akan zat-zat, atau dia memerlukan zat-zat gizi lebih banyak
daripada orang lain karena keadaan tertentu. Pada keadaan yang kurang
menguntungkan ini, terjadi penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang
membuat sistem metabolisme kurang efisien. Atau dengan kata lain apabila
tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam percepatan yang tinggi, maka orang
tersebut membutuhkan zat-zat gizi tertentu dalam jumlah banyak yang belum
tentu dapat disuplai hanya dari makanan.
Contoh suplemen makanan adalah sebagai berikut :
1. Minuman olahraga karbohidrat tinggi, misalnya: pocari sweat.
2. Suplemen makanan dalam bentuk cair, misalnya: Sustagen, Sustacal,
Ensure, Milo.
3. Multi vitamin dan mineral, misalnya: Calcium D-Redoxon, Caxon F.
4. Zat besi dan kalium.
Langkah terbaik yang anda harus lakukan adalah meningkatkan perilaku
makan yang sehat, dan jangan orang lain dalam berperilaku makan atau minum
suplemen tertentu, karena sesuatu yang baik buat orang lain belum tentu baik
untuk anda. Jika anda sudah terbiasa dengan suplemen, bacalah label dengan
hati-hati dan pilih suplemen yang terbuat dari bahan alami.
2.8.3.1 Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yg dpt mengatasi radikal bebas. Antioksidan
dapat mengurangi gejala atau risiko yg terkait dengan banyaknya radikal bebas
yg terbentuk akibat exercise, melindungi tehadap penyakit akibat penuaan, dan
anti-aging. Riset penggunaan antioksidan pada atlet memberikan hasil yg
45
bervariasi. Antioksidan dalam bentuk campuran (multivitamin) memberikan
manfaat yg lebih baik selama latihan intensitas tinggi.
Terbentuk zat radikal bebas pada tubuh sebagai suatu hal yang normal pada
suatu kehidupan. Olahraga berat menyebabkan peningkatan proses oksidasi
dalam sel otot rangka yang mengakibatkan peningkatan produksi zat radikal
bebas. Olahraga berat juga menurunkan antioksidan pada tubuh manusia.
Apabila hal ini berlangsung lama, zat radikal bebas dapat merubah dan merusak
struktur biologi sel tubuh. Pada beberapa pengamatan juga ada indikasi bahwa
zat radikal bebas berhubungan dengan terjadinya kelelahan saat melakukan
olahraga.
Pemberian suplemen antioksidan vitamin dan mineral dimaksud untuk
mencegah kerusakan struktur biologi sel tubuh dan memperlambat terjadinya
kelelahan selama olahraga. Namun hal ini masih bisa berupa hipotesa belum
melalui penelitian yang seksama
2.8.3.2 Suplemen protein
Bisa berupa bubuk yg dicampur ke susu atau air atau berupa protein
batangan. Sebagian besar berupa protein susu. Suplemen protein dapat
menstimulasi sistem imun, mencegah menurunnya sistem imun mencegah
menurunnya sistem imun akibat latihan berat. Dosis untuk pemakaian suplemen
protein adalah 30-60 mg (1x sehari). Protein yang berlebihan berefek buruk dan
tidak bermanfaat.
2.8.3.3 Ginseng
Ginseng dapat meningkatkan pembentukan energy, meningkatkan
konsentrasi, meningkatkan libido, membantu dalam mengurangi BB, serta
menjaga kesehatan. 100 gram ginseng mengandung 338 kalori, 12,2 g protein, 70
46
g KH, beberapa vitamin dan mineral, dan zat-zat aktif lain. Dosis harian dari akar
kering ginseng: 0,5-2 g per hari.
2.8.3.4 Kafein
Suplemen kafein bertujuan untuk memperpanjang endurance dan merancang
metabolisme pembentukan energi, oleh karena kafein meningkatkan
metabolisme lemak. Efek samping dari kafein menimbulkan diuresis dan
mempercepat dehidrasi. Jika konsentrasi kafein lebih dari 12mg per ml atau
setara dengan 6 – 8 cangkir kopi, dinyatakan sebagai ”doping”. Dosis yg
diperbolehkan untuk konsumsi kafein adalah tidak lebih dr 12 mcg/ml dalam
urin (6-8 cangkir kopi) perhari. Pada tahun 2008 Kafein tidak masuk doping,
namun masuk dalam program pemantauan pemantauan.
2.8.3.5 Kreatin
Kreatin merupakan salah satu komponen dalam sumber makanan tinggi
protein, seperti daging merah. Secara endogen dibentuk dari asam amino glisin,
arginin, dan metionin oleh hati, amino glisin, arginin, dan pancreas. 95% creatin
disimpan di otot skelet; 5% di jantung, otak, dan testis.
Beberapa studi memperlihatkan efek jangka pendek suplementasi creatin
dalam aktifitas yang membutuhkan kekuatan dan power (knee extension, bench
press, cycling sprint). cycling sprint). Suplementasi creatin tidak berdampak pada
aktivitas endurans.
2.8.4 Tidak Menyukai Sayuran
Perilaku atlet remaja yang tidak sesuai dalam menjalankan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) akan berdampak terhadap menurunnya status gizi dan
jangka panjang akan berpengaruh pada prestasinya. kondisi kurang gizi pada
atlet dengan terus menjalankan latihan tanpa diikuti dengan pemenuhan gizi yang
cukup akan mempengaruhi penampilan olahraganya. Asupan zat gizi cukup
merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja
saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan
47
saat bertanding dan juga mempengaruhi pertumbuhannya, karena konsumsi zat
gizi ayng cukup dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan fisik dan aktivitas
sehari-hari. (Damayanti, 2008).
Sayuran memiliki peran penting penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangn, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh, misalnya folat, vitamin A, vitamin C, vitamin K, vitamin
E, magnesium, potassium, dan serat (Rolfes, 2009). Vitamin adalah senyawa
organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengatur fingsi-
fungsi tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan
dan reproduksi (Djoko Pekik, 2007). Vitamin merupakan zat kimia yang tidak
dapat dihasilkan oleh tubuh, maka vitamin diperoleh dari bahan makanan.
Vitamin bukan sumber energi, sehingga vitamin dibutuhkan oleh tubuh
secukupnya saja. Kebutuhan vitamin bagi seorang atlet lebih besar dan akan
meningkat dengan adanya aktivitas. Atlet dengan olahraga berat akan
memerlukan vitamin lebih banyak.
Folat dibutuhkan dalam proses konversi homosistein menjadi metionin,
donor CH3 dan koenzim di dalam sintesis DNA, ekspresi dan regulasi gen, dan
dibutuhkan dalam formasi normal sel darah merah. Vitamin A dibutuhkan dalam
formasi dan pemeliharaan mukosa membran, kulit dan tulang, serta dibutuhkan
dalam proses penglihatan. Vitamin E berperan sebagi antioksidan, mencegah
kerusakan membrans el darah merah, paru-paru, dan jaringan-jaringan lain
dengan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Vitamin E
juga berperan dalam mengurangi oksidasi LDL. Vitamin C dibutuhkan dalam
sintesis kolagen, berperan sebagai antioksidan dengan melindungi kolesterol
LDL, jaringan mata, dibutuhkan dalam konversi Fe++ menjadi Fe+++, serta
dibutuhkan sebagai neurotransmiter dan sintesis hormon steroid. Vitamin K
berperan dalam regulasi sintesis protein pembekuan darah (Brown E J, 2010).
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan (Sunita, 2003). Menurut Djoko Pekik (2007) mineral
48
merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk
membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan
metabolisme. Beberapa mineral yang terkandung di dalam sayuran adalah
magnesium dan potasium. Magnesium berperan sebagai komponen tulang,
dibutuhkan dalam aktivitas syaraf, an pengaktifan enzim yang terlibat di alam
formasi enegi dan protein. Potasium berperan dalam regulasi keseimbangan asam
basa, memelihara keseimbangan cairan, serta aktivasi otot dan syaraf (Brown E
J, 2010)..
Di dalam sayuran terdapat fitokimia yang berperan dalam kesehatan tubuh
manusia. Banyak fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan misalnya pigmen
yang berperan sebagai antioksidan. Hampir semua sayuran memiliki warna
tertentu yang menunjukkan pigmen antioksidan yang terkandung di dalamnya,
seperti sayuran berwarna hijau dan sayuran berwarna orange atau kuning seperti
bayam, brokoli, dan kentang (Brown E J, 2010).
2.8.5 Konsumsi Lemak Berlebih
Lemak merupakan sumber energi yang menyediakan kalori sebsar 9 kkal/g.
Asam lemak esensial dibutuhkan untuk membran sel, kulit, hormon, dan
transportasi vitamin larut lemak. Tubuh memiliki simpanan total glikogen, baik
otot dan hati, sebnayak 2600 kalori, dimana setiap 1 pon lemak tubuh
menyediakan 3500 kalori. Lemak dibutuhkan sebagai tenaga untuk olahraga
dengan intensitas ringan sampai dengan intensitas sedang (moderat). Walaupun
lemak sumber energi yang penting untuk metabolisme untuk aktivitas otot
selama olahraga aerobik dan berperan penting dalam tubuh, jika asupan lemak
lebih dari yang dianjurkan maka fungsi tersebut tidak terindikasi. Atlet yang
mengonsumsi makanan tinggi lemak biasanya memperoleh lebih sedikit kalori
dari karbohidrat (Mahan LK, 2008).
Lemak paling banyak disimpan dalam jaringan adiposa subkutan dengan
jumlah yang lebih sedikit disimpan sebagai triasilgliserol intramuskular. Pada
latihan yang cepat, lipolisis di jaringan adiposa akan distimulasi dan asam lemak
akan dimobilisasi dan dipindahkan ke otot. Asam lemak tersebut dapat diambil
49
oleh otot dan bersama dengan asam lemak diturunkan dari sumber lemak
intramuskular dan dipindahkan ke dalam mitokondria kemudian asam lemak
tersebut akan dioksidasi. Kecepatan latihan juga akan menaikan pemecahan
glikogen yang berasal dari hati, keluaran glukosa dari hati akan naik akibat
fungsi dari intensitas berolahraga. Glukosa akan dipindahkan ke otot dimana
dapat untuk diambil. Dalam otot glukosa dapat dioksidasi bersamaan dengan
glukosa yang berasal dari glikogen otot. Glikogen oton menjadi substrat yang
paling penting ketika intensitasnya tinggi (Jeukendreup AE, 2003).
Makanan tinggi lemak dapat mengakibatkan meningkatnya oksidasi setalah 5
hari makan makanan tinggi lemak dimana hanya sebagian dijelaskan oleh daya
trima substarat. Adaptasi pada tingkat muskular dapat mengakibatkan perubahan
pada penggunaan sustrat dalam merespon makanan juga dapat terjadi setelah 5
hari. Namun, makanan tinggi lemak dapat menguramgi konsentrasi glikogen otot
dan hati, sehingga performance atlet menjadi berkurang (Jeukendreup AE, 2003).
Konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak bisa menimbulkan
pengaruh negatif terhadap kesehatan. Makanan tinggi lemak berkaitan dengan
penyakit kardiovaskuler, onesitas, diabetes dan beberapa tipe kanker. Atlet
seharusnya mengonsumsi 20%-30% kalori dari lemak. Pembatasan lemak (15%
atau kurang dari asu[pan energi) mungkin dapat menghambat performa atlet
(Mahan LK, 2008).. Oleh karena itu atlet voli di klub Mitra Kencana harus
seimbang dalam konsumsi lemak dalam makanan
2.8.6 Kurangnya Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro
2.8.6.1 Kecukupan Energi
Di dalam dunia olahraga, tidak hanya metode latihan atau juga bakat
yang akan menentukan prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet namun
konsumsi nutrisi yang tepat dalam sehari-hari secara langsung juga akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan performa serta
prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet. Oleh karena itu, atlet yang
memiliki tingkat kegiatan aktivitas fisik yang tinggi akan membutuhkan
konsumsi nutrisi yang tepat komposisinya agar ketersediaan sumber energi di
dalam tubuh dapat tetap terjaga baik untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
50
maupun saat akan menjalani program latihan maupun saat akan bertanding
(Anwari, 2007). Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar
dapat berfungsi dengan baik, peredaran darah, persyarafan darah, pernafasan,
gerak otot sehingga atlet dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Besarnya
kebutuhan energi tergantung pada kegiatan atau aktivitas fisik yang
dilakukan (Mustamin, 2010).
2.8.6.2 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom
karbon, hydrogen dan oksigen. Fungsi karbohidrat yang paling utama adalah
sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Disamping
itu karbohidrat juga berfungsi sebagai pelindung protein tubuh. Setiap gram
karbohidrat mengandung 4 kalori.
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan tim voli,
diketahui seluruh atlet voli Mitra Kencana asupan karbohidratnya masih
tergolong kurang. Oleh karena itu, untuk sampel yang memiliki asupan
karbohidrat yang kurang diperlukan modifikasi asupan karbohidrat.
Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan tergantung pada pengeluaran
energi harian, jenis olahraga, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan (Mahan,
2008). Untuk pemberian rekomendasi asupan karbohidrat harian sebaiknya
perhatikan massa tubuh atlet dan kefleksibilitasan atlet untuk memenuhi
target tersebut. Untuk latihan biasa, atlet membutuhkan asupan karbohidrat
sebanyak 5-7 g/kgBB/hari, sedangkan jika untuk meningkatkan daya tahan
atlet dibutuhkan 7-10 g/kgBB/hari. Asupan pre-training memiliki dua
tujuan. Yang pertama agar atlet tidak merasa lapar sebelum dan selama
pertarungan latihan, dan mempertahankan tingkat glukosa darah agar tetap
optimal saat berolahraga (Mahan, 2008). Asupan pre-training dapat
meningkatkan kinerja dibandingkan dengan berolahraga dalam keadaan
berpuasa atau perut kosong.
Pemberian asupan karbohidrat sebelum latihan dapat membantu untuk
mengembalikan simpanan glikogen dalam hati, yang dapat digunakan pada
saat pelatihan berkepanjangan dan kompetisi intensitas tinggi. asupan pre-
51
training harus tinggi karbohidrat, tidak berminyak, dan mudah dicerna.
Lemak harus dibatasi karena lemak membutuhkan waktu lebih lama untuk
dicerna. Makanan yang dimakan 3,5 - 4 jam sebelum kompetisi harus
dibatasi sampai 25% kilokalori dari lemak. Mendekati waktu pertandingan,
kandungan lemak harus kurang dari 25% . Berolahraga dengan perut penuh
dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mual, dan muntah.
Asupan pre-training harus dikonsumsi 3-4 jam sebelum pertandingan
atau latihan. Makanan yang disajikan harus mencakup 200-350 gram
karbohidrat. Makanan pregame yang tepat lainnya adalah roti panggang atau
bagel polos dengan jelly, kentang panggang, spaghetti polos, sereal kering,
atau smoothie buah rendah gula yang disajikan dengan bubuk protein.
Makanan tinggi serat, lemak, dan laktosa untuk beberapa akan menyebabkan
gangguan pencernaan (misalnya, kembung, gas, atau diare) dan harus
dihindari sebelum kompetisi.
Sedangkan pada saat latihan yang berlangsung lebih dari satu jam,
karbohidrat yang dikonsumsi harus menjamin ketersediaan jumlah energi
yang cukup selama tahap latihan selanjutnya, meningkatkan kinerja, dan
meningkatkan perasaan senang selama latihan (Backhouse et al., 2005).
Selama menit-menit akhir latihan ketika glikogen otot rendah dan atlet
sangat bergantung pada glukosa darah untuk menghasilkan energi, otot-otot
mulai terasa berat, dan mereka harus berkonsentrasi untuk mempertahankan
latihan pada intensitas yang biasanya tidak menyebabkan stres ketika
simpanan glikogen dalam otot penuh. Mengkonsumsi karbohidrat eksogen
selama latihan ketahanan membantu untuk mempertahankan glukosa darah
dan meningkatkan kinerja.
Beberapa atlet lebih memilih untuk menggunakan minuman olahraga,
sedangkan yang lain lebih suka makanan padat dan mengkonsumsi air putih.
Jika selama latihan yang dikonsumsi minuman olahraga dengan karbohidrat,
tingkat konsumsi karbohidrat harus sekitar 26-30 g setiap 30 menit, jumlah
yang setara dengan 1 cangkir larutan karbohidrat 6% sampai 8% diambil
52
setiap 15 sampai 20 menit. Hal ini memastikan bahwa 1 g karbohidrat akan
dikirimkan ke jaringan per menit pada saat kelelahan terjadi (Mahan, 2008).
Rata-rata, hanya 5% dari glikogen otot yang digunakan selama latihan
disintesis ulang setiap jam setelah latihan. Oleh karena itu, setidaknya
diperlukan 20 jam untuk pemulihan lengkap setelah latihan. Sediakan
sekitar 600 g karbohidrat yang dikonsumsi dalam asupan setelah latihan.
Menunda asupan karbohidrat terlalu lama setelah berolahraga akan
mengurangi kemampuan resintesis glikogen otot. Menambahkan sekitar 5
sampai 9 g protein setiap 100 g karbohidrat yang dimakan setelah berolah
raga dapat meningkatkan tingkat resynthesis glikogen, menyediakan asam
amino untuk perbaikan otot dan meningkatkan profil hormonal anabolik.
(Millard-Stafford et al., 2005).
Banyak atlet merasa sulit untuk mengkonsumsi makanan setelah latihan
selesai. Biasanya ketika suhu tubuh inti meningkat, nafsu makan menurun
dan sulit untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Banyak atlet
merasa lebih mudah dan sederhana untuk mengkonsumsi minuman
karbohidrat daripada makan tinggi karbohidrat. Mereka lebih memilih untuk
mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat yang tidak terlalu berat seperti
buah-buahan yaitu pisang, jeruk, melon, atau apel (Mahan, 2008).
2.8.6.3 Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang esensial dalam asupan yang
dibutuhkan atlet. Fungsi protein adalah untuk membangun, memelihara, dan
memperbaiki jaringan otot dan jaringan tubuh. Selain itu, protein juga
berfungsi dalam memproduksi hemoglobin, membentuk antibody, dan
membentuk enzim dan hormone. Setiap gram protein mempunyai nilai
energi 4 kalori.
Pada penelitian yang kami lakukan terhadap tim voli Mitra Kencana,
diketahui sebanyak hamper seluruh atlet asupan proteinnya kurang (90,00%)
dan hanya dua responden (10,00%) yang asupan proteinnya baik. Untuk
sampel yang telah memiliki asupan protein yang baik tidak memerlukan
modifikasi asupan protein, namun dipertahankan agar asupannya tidak
53
berlebih atau berkurang. Untuk sampel yang memiliki asupan protein yang
kurang diperlukan modifikasi asupan protein.
Untuk sampel yang mengalami kekurangan asupan protein dibutuhkan
tambahan makanan sumber protein hewani dan nabati. Protein hewani,
seperti daging, unggas, ikan, telur, susu, keju, dan yogurt, menyediakan
sembilan asam amino yang sangat diperlukan dalam jumlah cukup yang
disebut protein lengkap. Protein nabati, seperti kacang-kacangan, biji-bijian,
dan sayuran cenderung kekurangan satu atau lebih asam amino. (NAP,
2002/2005)
Selain itu, atlet harus diberikan edukasi bahwa konsumsi protein lebih
dari jumlah yang dianjurkan tidak akan meningkatkan salah satu fungsi dan
tidak akan membuat otot menjadi lebih besar ataupun lebih kuat. Asupan
protein yang melebihi total kebutuhan energy akan disimpan didalam tubuh
sebagai lemak, bukan sebagai otot. Satu-satunya cara untuk membangun atau
membentuk otot adalah dengan mengkonsumsi sumber protein dengan
jumlah yang cukup, energy, serta nutrisi lain, dan latihan untuk pembentukan
otot (Mahan, 2008).
2.8.6.4 Vitamin
1. Vitamin B1 (Thiamin)
Thiamin, seperti beberapa vitamin B lainnya, sangat penting untuk
perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, kinerja fisik, dan
kesejahteraan yang normal. Hal ini terlibat dalam pelepasan energi dari
makronutrisi yang memberikan energi, terutama karbohidrat. Thiamin secara
luas didistribusikan dalam jumlah kecil di makanan. Sebagai bagian dari
anggota keluarga yang larut dalam air vitamin B-kompleks, thiamin mudah
hilang selama penggilingan, pemanasan, pengalengan, blanching, dan
penyimpanan makanan. Thiamin mudah diserap dari usus, dan mudah
dibuang melalui ginjal (Hathcock, 2004).
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh hasil
sejumlah 16 sampel (80 %) asupan vitamin B1 kurang, dan sejumlah 4
54
sampel (20 %) mengalami asupan vitamin B1 yang lebih. Untuk itu perlu
adanya modifikasi asupan thiamin baik untuk yang kurang dan yang lebih
sehingga asupan thiamin terpenuhi. Asupan thiamin ditemukan dalam
berbagai macam makanan dari tumbuhan dan hewan. Produk daging seperti
daging sapi, ayam dan bebek memiliki jumlah umumnya sekitar 0,1 mg/100
g . Sebuah merek komersial ekstrak daging sapi memiliki tingkat yang sangat
tinggi dari thiamin ( 1,6 mg/100 g ), tapi ini biasanya diambil dalam jumlah
kecil. Berbagai jenis kacang-kacangan , misalnya kacang, kacang hijau,
kacang merah dan kacang kedelai mengandung thiamin mulai 0,4-1,7
mg/100 g kacang . Ada juga beberapa produk olahan di pasar, terutama roti,
produk sereal dan biskuit, yang difortifikasi atau diperkaya dengan thiamin
dan beberapa vitamin B lainnya dan dapat menjadi sumber penting dari
vitamin (RNI for Malaysia, 2005).
2. Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin ( 7,8 - dimetil - 10 - ribityl - isoalloxazine ) adalah vitamin
larut air yang hadir dalam berbagai macam makanan. Bentuk biologis aktif
yang paling penting, sebagai komponen integral dari koenzim flavin adenin
dinukleotida ( FAD ) dan flavin mononukleotida ( FMN ) (Hilary, 2003).
Melalui kedua flavoco-enzim, riboflavin berfungsi sebagai katalis untuk
reaksi redoks dalam berbagai jalur metabolisme dan produksi energi (RNI for
Malaysia, 2005). Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh
hasil sejumlah 18 sampel (90 %) asupan vitamin B2 kurang, dan sejumlah 2
sampel (10 %) mengalami asupan vitamin B2 yang lebih. Untuk itu perlu
adanya modifikasi asupan thiamin baik untuk yang kurang dan yang lebih
sehingga asupan thiamin terpenuhi.
Sumber makanan yang mengandung riboflavin ditemukan setidaknya
dalam jumlah kecil di berbagai jaringan tumbuhan dan hewan. Berbagai jenis
kacang-kacangan , termasuk kacang polong, kacang merah dan hitam dan
kedelai mengandung kadar yang cukup tinggi riboflavin, sekitar 0,3-0,7
mg/100 g. Berbagai produk daging memiliki vitamin B2 dalam jumlah
sedang. Daging seperti daging sapi, daging kambing, ayam dan bebek
55
mengandung sekitar 0,2 mg per 100 g. Ikan, dengan 0,1 mg/100 g memiliki
jumlah yang lebih rendah dari riboflavin. Telur ayam merupakan sumber
yang baik dari vitamin ini, dengan sekitar 0,6 mg/100 g , dengan sedikit lebih
terkonsentrasi pada kuning telur. Seperti halnya untuk thiamin , buah-buahan
dan sayuran merupakan sumber miskin riboflavin. Ada beberapa produk
olahan di pasar, terutama roti, produk sereal dan biskuit, yang difortifikasi
atau diperkaya dengan riboflavin dan beberapa vitamin B lainnya dan dapat
menjadi sumber penting dari vitamin ini (RNI for Malaysia, 2005) .
3. Vitamin B3 (niasin)
Vitamin B3 adalah vitamin yang larut air yang merupakan bagian dari
kelompok vitamin B kompleks. Vitamin B3 memainkan peran penting dalam
semua proses metabolisme dalam tubuh dan diperlukan untuk pertumbuhan.
Hal ini dapat diperoleh dari asupan, serta diproduksi dalam jumlah kecil dari
asam amino, triptofan (Vitamins in Motion). Berdasarkan penelitian yang
telah kami lakukan, diperoleh hasil sejumlah 18 sampel (90 %) asupan
vitamin B3 kurang, sejumlah 1 sampel (5 %) asupan vitamin B3 yang baik,
dan sejumlah 1 sampel (5 %) mengalami asupan vitamin B3 yang lebih.
Untuk itu perlu adanya modifikasi asupan niasin baik untuk yang kurang dan
yang lebih sehingga asupan niasin terpenuhi. Adapun sumber makanan yang
mengandung niasin berasal dari sumber hewani seperti hati, ginjal, jantung,
ikan, daging. Sumber nabati seperti ragi, sereal, alpukat, buah ara, kurma,
plum, kacang-kacangan, legum (Vitamins in Motion).
4. Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, yang diperlukan
dalam tubuh untuk membentuk kolagen pada tulang, tulang rawan, otot,
dan pembuluh darah dan membantu dalam penyerapan zat besi. Diet
sumber vitamin C termasuk buah-buahan dan sayuran, terutama buah
jeruk seperti jeruk. Kekurangan vitamin C yang parah dapat
menyebabkan penyakit kudis. Meskipun jarang, penyakit kudis termasuk
konsekuensi yang berpotensi parah, dan dapat menyebabkan kematian
mendadak. Pasien dengan penyakit kudis diobati dengan vitamin C dan
56
harus di bawah pengawasan medis. Banyak kegunaan untuk vitamin C
telah diusulkan, tetapi hanya sedikit yang telah ditemukan untuk menjadi
bermanfaat dalam studi ilmiah. Secara khusus, penelitian di asma,
kanker, dan diabetes tetap tidak meyakinkan, dan tidak ada manfaat telah
ditemukan dalam pencegahan katarak atau penyakit jantung (The
University of North Dakota).
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diperoleh hasil
sejumlah 18 sampel (90 %) asupan vitamin C kurang, dan sejumlah 2
sampel (10 %) mengalami asupan vitamin C yang lebih. Untuk itu perlu
adanya modifikasi asupan vitamin C baik untuk yang kurang dan yang
lebih sehingga asupan vitamin C terpenuhi.Adapun asupan vitamin C
dapat diperoleh dari semua buah-buahan dan sayuran. paprika hijau, buah
jeruk dan jus, stroberi, tomat, brokoli, lobak dan sayuran hijau lainnya,
ubi jalar dan putih, dan melon, pepaya, mangga, semangka, kubis
Brussel, kembang kol , kubis, labu musim dingin, paprika merah,
raspberry, blueberry, cranberry, dan nanas (The University of North
Dakota). Cara terbaik untuk mendapatkan kebutuhan harian vitamin
penting, termasuk vitamin C, adalah untuk makan diet seimbang yang
berisi berbagai makanan dari panduan piramida makanan. Vitamin C
harus dikonsumsi setiap hari karena tidak larut dalam lemak dan, karena
itu, tidak dapat disimpan untuk digunakan nanti (The University of North
Dakota).
2.8.6.5 Mineral
1. Zinc
Zinc berperan penting dalam sintesis DNA dan RNA, produksi
protein, insulin dan sperma, membantu dalam metabolisme karbohidrat,
lemak, protein dan alkohol, berperan dalam mengeluarkan
karbondioksida, mempercepat penyembuhan, pertumbuhan, perawatan
57
jaringan tubuh, dan mendukung indera seperti penciuman dan perasa.
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diketahui seluruh
responden (100,00%) asupan seng nya masih kurang. Untuk sampel yang
mengalami kekurangan asupan seng dibutuhkan tambahan makanan
sumber seng.
Atlet perempuan memiliki risiko kekurangan zinc, dampak dari
asupan seng yang rendah sulit untuk diukur karena belum ada kriteria
penilaian yang jelas. Pada individu yang memiliki kadar seng rendah
terjadi penurunan fungsi kardiorespirasi, penurunan kekuatan otot, dan
menurunnya sistem imun. Rekomendasi asupan untuk seng adalah 40 mg.
Pemenuhan kebutuhan zinc bisa diperoleh dengan mengonsumsi
makanan berprotein tinggi seperti daging sapi, kambing, dan unggas,
kerang, kepiting, lobster, kacang-kacangan dan biji-bijian. Atlet harus
berhati-hati terhadap dosis tunggal suplemen zinc karena mereka sering
melebihi jumlah ini, dan suplemen zinc yang tidak perlu dapat
menyebabkan rendahnya kolesterol HDL dan ketidakseimbangan gizi
karena ia mengganggu penyerapan zat gizi lain seperti besi dan tembaga.
2. Kalsium
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan
perbaikan jaringan tulang, pemeliharaan kadar kalsium darah, regulasi
kontraksi otot, konduksi saraf, dan pembekuan darah normal. Berdasarkan
penelitian yang telah kami lakukan, diketahui seluruh atlet voli tim Mitra
Kencana asupan kalsiumnya kurang (100,00%). Asupan kalsium dan vitamin
D yang tidak mencukupi dapat meningkatkan risiko menurunnya kepadatan
tulang dan patah tulang. Atlet wanita berada pada risiko terbesar mengalami
penurunan kepadatan tulang jika asupan energi, produk susu dan makanan
yang kaya kalsium lainnya tidak memadai atau dihilangkan dari diet, dan
gangguan menstruasi terjadi.
Pada tahun 1997, American College of Sports Medicine (ACSM)
mengidentifikasi female athlete triad (FAT) sebagai pola pengganggu yang
muncul dalam atlet perempuan. Hal ini ditandai dengan defisiensi estrogen,
58
yang dibuktikan dengan terjadinya amenore, pola makan yang tidak teratur
dan lemak tubuh rendah, serta hilangnya massa tulang. Beberapa atlet wanita
aktivitas olahraganya tergolong keras serta siklus menstruasinya terganggu
bahkan berhenti, kondisi ini dikenal sebagai amenore atletik (Mahan, 2008).
Strategi yang dapat digunakan untuk mendorong kembalinya siklus
menstruasi dan estrogen adalah terapi pengembalian berat badan, dan
mengurangi latihan atau olahraga yang terlalu berat. Modifikasi diet untuk
memasukkan lebih banyak kalsium, vitamin D, dan magnesium juga dapat
dilakukan. Terlepas dari riwayat menstruasi atlet perempuan, mereka perlu
meningkatkan asupan kalsium dan asupan vitamin D. Produk susu Lowfat,
jus buah yang diperkaya kalsium, susu kedelai yang diperkaya kalsium, dan
tahu yang dibuat dengan kalsium sulfat adalah sumber kalsium yang baik.
Atlet dengan amenore membutuhkan 1.500 mg kalsium setiap hari (Mahan,
2008). Untuk memenuhinya mungkin memerlukan suplemen kalsium dan
vitamin D.
3. Zat besi
Besi memiliki salah satu dampak yang paling penting dalam kinerja
olahraga. Sebagai komponen dari hemoglobin, besi berperan dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Zat besi melakukan peran
serupa dalam mioglobin, yang bertindak dalam otot sebagai akseptor oksigen
untuk menyediakan pasokan oksigen yang akan digunakan oleh mitokondria.
Besi juga merupakan komponen penting dari enzim sitokrom yang terlibat
dalam produksi ATP.
Dari penelitian yang telah kami lakukan, diketahui sebanyak 1
responden asupan zat besinya lebih (5,00%), 1 responden lainnya memiliki
asupan zat besi yang baik (5,00%), dan sebanyak 18 responden atau sebesar
90% diketahui asupan zat besinya kurang. Untuk sampel yang telah memiliki
asupan zat besi yang baik tidak memerlukan modifikasi asupan zat besi,
namun dipertahankan agar asupannya tidak berlebih atau berkurang. Untuk
sampel yang memiliki asupan zat besi yang berlebih dan kurang diperlukan
modifikasi asupan zat besi.
59
Untuk sampel yang mengalami kekurangan asupan zat besi
dibutuhkan tambahan makanan sumber zat besi (Fe) yang banyak terdapat
dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau
tua. Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi adalah daging sapi,
kambing, ayam, ikan, ikan tuna, dan telur.
Selain itu, suplemen zat besi dapat bermanfaat dalam meningkatkan
simpanan zat besi atlet yang mulai menipis, tetapi efek pemberian suplemen
pada kinerja aerobik atlet nonanemic samar-samar. Karena dosis besar besi
(75 mg / hari) dapat menjadi racun pada orang dengan gangguan genetik
hemochromatosis, suplementasi hanya boleh diberikan oleh mereka yang
didiagnosis kehilangan simpanan besi dalam tubuh dalam jumlah besar.. Jika
terbukti simpanan besi dalam tubuh atlet menipis, sebaiknya segera diberi
terapi dengan pemberian suplementasi zat besi dan vitamin C secara oral
untuk meningkatkan penyerapan. Terapi besi secara oral cukup efektif untuk
mempertahankan kinerja pada pelari yang kekurangan zat besi tetapi tidak
pada atlet yang terkena anemia.
2.9 Penyelesaian masalah hidrasi
Seorang atlet sebaiknya mempunyai strategi minum yang baik untuk menjaga level
hidrasi dalam tubuh. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga level hidrasi
seseorang, yaitu:
1. Minum sedikitnya 1 – 1,5 liter cairan setiap kehilangan 1 kg berat badan.
2. Minum secara bertahap dalam interval 0-2 jam setelah berolahraga, pilihlah minuman
seperti air putih, minuman olahraga, atau jus buah segar (encer).
3. Minuman olahraga dan jus buah segar (encer) dapat secara simultan menyuplai
karbohidrat dan cairan secara cepat untuk tubuh.
4. Terdapat alternatif lain untuk menyuplai karbohidrat dan cairan untuk tubuh, yaitu
dengan mengonsumsi kombinasi buah segar dan air putih. Pilih buah segar yang dapat
diserap tubuh dengan cepat sehingga lebih optimal dalam menggantikan energi setelah
olahraga, seperti pepaya, semangka, pisang, kismis, dan lain-lain.
5. Perhatikan kembali warna urin untuk memastikan level hidrasi yang baik.
60
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu menjaga ketersediaan cairan di
dalam tubuh, antara lain:
1. Konsumsi cairan secara rutin dan dianjurkan untuk tidak menggunakan rasa haus
sebagai indikator untuk minun.
2. Timbang berat badan pada saat sebelum dan sesudah latihan. Setiap berkurangnya 1 kg
berat badan berarti tubuh kehilangan 1 liter cairan sehingga dianjurkan untuk konsumsi
sekurangnya 1 liter air tiap berkurang 1 kg berat badan.
3. Gunakan warna urin sebagai indikator. Warna urin yang semakin keruh atau gelap serta
volumenya yang sedikit menandakan kurangnya cairan di dalam tubuh. Sementara itu,
warna urin yang cerah atau pucat serta volumenya banyak menandakan tingkat hidrasi
yang baik di dalam tubuh.
2.9.1 Kebutuhan cairan dalam tubuh saat latihan dan recovery
Latihan adalah suatu proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara
berulang dengan beban latihan yang semakin bertambah. Pada prinsipnya latihan
memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa
sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas. Latihan fisik
merupakan pemberian atau beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematis, dan
berkesinambungan melalui program latihan yang tepat. Latihan fisik bertujuan untuk
meningkatkan atau memelihara kebugaran jasmani (Cerika,2008).
Latihan fisik sebaiknya dilakukan sesuai dengan kemampuan tubuh dalam
menanggapi stres yang diberikan, apabila tubuh diberi beban latihan yang terlalu ringan,
tidak akan terjadi proses adaptasi. Sedangkan, jika tubuh diberikan beban latihan yang
terlalu berat maka tubuh tidak mampu memberikan toleransi, dan menyebabkan
terganggunya proses homeostasis pada sistem tubuh yang dapat mengakibatkan
kerusakan. Setiap latihan fisik atau latihan akan menimbulkan respons atau tanggapan
dari organ-organ tubuh terhadap beban latihan yang diberikan, hal ini merupakan usaha
penyesuaian diri dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan.
Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi yang dilaksanakan secara terus menerus dapat
menimbulkan kelelahan dan stres fisik. Fase recovery diperlukan untuk membantu tubuh
beradaptasi terhadap stres, meningkatakan kualitas fisik dan psikis, sekaligus
mengurangi risiko cedera. Masa recovery bagi atlet sangat vital untuk dilakukan pada
61
masa latihan maupun masa kompetisi (Cerika,2008). Pada atlet elit, peran penting
manajemen recovery bahkan sangat berpengaruh pada hasil prestasi yang dicapai.
Pentingnya faktor recovery tersebut sangat erat kaitanntya dengan adaptasi fisiologis
terhadap kelelahan (stres fisik dan psikologis).
Pada prinsipnya, recovery merupakan usaha untuk mempercepat tubuh untuk
mengompensasi kelelahan (stress fisik maupun psikis). Stress fisik dan psikis akan
menurunkan performa fisiologis atlet. Pada umumnya, tanpa proses recovery yang
optimal, tubuh akan terus mengalami penurunan fungsi. Teknik recovery yang optimal
dapat memperbaiki kembali penurunan fungsi tubuh bahkan dapat mengarah pada
keadaan supercompesation yang pada batas tertentu terjadi peningkatan kapasitas
fisiologis diatas semula (Cerika, 2008).
Di dalam tubuh, air mempunyai fungsi penting diantaranya, yaitu: (1) mengangkut
nutrisi dan oksigen ke dalam sel-sel tubuh, (2) mengatur suhu tubuh, (3) membantu
proses pencernaan, (4) pelumas dalam pergerakan sendi, dan (5) tempat produksi energi.
Kurangnya konsumsi cairan yang menyebabkan dehidrasi berbahaya bagi kesehatan
serta membuat beban kerja tubuh menjadi lebih berat (Cerika, 2008). Pada saat
berolahraga dehidrasi menyebabkan penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan
reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju produksi energi. Dehidrasi
bersama dengan berkurangnya simpanan karbohidrat merupakan dua faktor utama
penyebab penurunan performa tubuh saat olahraga. Oleh karena itu, atlet diharapkan
mempunyai strategi minum yang baik agar hidrasi tubuh selalu terjaga.
Kebutuhan cairan untuk atlet menurut FnB (food and Nutrition Board) tahun 2004,
merekomendasikan kebutuhan air remaja usia 9-13 tahun sebesar 2,4 L/hari (10,5
cangkir) untuk laki-laki dan 2,1 L/hari (9 cangkir) untuk perempuan. Sedangkan untuk
remaja usia 14-18 tahun kebuthan air sebesar 3,3 L/hari (14 cangkir) utnuk laki-laki
dan 2,3 L/hari (10 cangkir) untuk perempuan (Grandjean,2012).
2.10 Pembahasan Menu untuk Atlet
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sagat berperan dalam peningkatan
prestasi bagi olahragawan. Makanan merupakan sumber energi yang utama bagi
manusia. Sumber energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam melakukan
62
aktivitas khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses pembentukan energi dalam tubuh
sangat berpengaruh terhadap prestasi seseorang (Nugroho, 2010). Menu seorang atlet
harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. Menu atlet disusun berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan
komposisi gizi penghasil energi yang. Dalam latihan perlu energi seimbang yaitu
jumlah energi yang masuk sama dengan besarnya jumlah energi yang dikeluarkan.
Seseorang akan dapat berprestasi maksimal apabila keseimbangan zat gizi ini dapat
selalu terkontrol. Dalam diet yang baik, tidak hanya pemasukan energi yang
diperhitungkan, tetapi proporsi karbohidrat, lemak dan protein dalam taraf yang
mencukupi merupakan hal yang pokok dan jika terjadi kekurangan atau
ketidakseimbangan pada salah satu di antara ketiganya, prestasi dan kesehatan atlet
menjadi tidak optimal (Nugroho, 2010).
Voli merupakan olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama sehingga
termasuk dalam olahraga aerobik. Pada metabolisme aerobik energi didapat terutama
dari karbohidrat dan lemak. Energi yang berasal dari proses aerobik mula-mula berasal
dari penguraian glikogen otot. Latihan berat memerlukan cadangan karbohidrat
(glikogen) dan deplesi glikogen akan menuju kearah kelelahan. Karbohidrat penting
untuk endurance. Kebutuhan gizi harian atlet berubah-ubah, tergantung pada intensitas
latihannya. Menu makanan harus mengandung karbohidrat sebanyak 60 – 70%, lemak
20 – 25% dan protein sebanyak 10 – 15% dari total kebutuhan energi seorang atlet.
Atlet harus mengkonsumsi karbohidrat 60 – 70% total energi (Nugroho, 2010).
Karbohidrat dalam makanan sebagian besar dalam bentuk karbohidrat kompleks,
sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (< 10 %). Jumlah lemak
dalam makanan yang dibutuhkan seorang atlet berkisar antara 20– 30% dari total
energi. Asam lemak esensial harus terdapat di dalam diet, sementara lemak jenuh harus
direstriksi tidak lebih dari 10% intake energi. Lemak dalam tubuh berperan sebagai
sumber energi terutama pada olahraga dengan intensitas sedang dalam waktu lama,
misalnya olahraga endurance. Protein tidak memiliki dampak besar terhadap energi,
tetapi diet atlet harus cukup protein yang diperlukan untuk penyembuhan dan
pertumbuhan otot, jika kurang akan merugikan kegiatan otot. Jumlah protein yang
dianjurkan pada atlet untuk membentuk kekuatan otot dan kecepatan sebesar 1,2 – 1,7
63
g/kgBB/hari, untuk endurance/ketahanan dianjurkan 1,2 –1,4 g/ kg BB/hari. Pada
latihan intensitas rendah protein diperlukan 1,4 - 2 g /kg BB, latihan berat sebesar 2 g/
kg bb BB/hari. dan saat latihan intensif diperlukan 2,2 - 2,9 gr/kg BB. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa protein hewani dan nabati harus diberikan dalam
jumlah kurang lebih sama. Apabila karbohidrat dan lemak tak mencukupi kebutuhan
energy maka protein akan dijadikan sebagai sumber energy. Sesungguhnya hal ini
merugikan bagi atlet karena protein tidak dapat melakukan fungsi utamanya sebagai
pembangun otot (Nugroho, 2010).
Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu
reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko faktor. Pada keadaan
defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin
terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya
kebutuhan energi. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate
dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan. Tambahan beberapa vitamin
dan mineral yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti
vitamin A, B, C, D, E dan K, mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr,
Se dan F (Nugroho, 2010).
Air dalam tubuh merupakan komponen terbesar dimana proporsinya mencapai 60-
70% berat badan orang dewasa. Selama pertandingan yang memerlukan ketahanan
seperti marathon atau jalan cepat harus diperhatikan pengisian cadangan zat cair.
Keadaan dehidrasi, gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta pengaturan suhu
tubuh dapat menimbulkan kelelahan dan membahayakan. Kehilangan air yang melebihi
4 – 5% dari berat badan dapat mengganggu penampilan atlet. Dehidrasi berat secara
potensial dapat menyebabkan temperatur tubuh meningkat dan mengarah ke heat stroke
serta dapat berakibat fatal. Karena itu para atlet khususnya yang melakukan kegiatan
endurance harus menyadari pentingnya minum cairan selama latihan maupun
sesudahnya, walaupun belum terasa haus. Serat makanan penting untuk memelihara
fungsi normal dari saluran cerna. Serat makanan yang tinggi bisa di dapat dari sayuran,
buahan, grain dan kacang-kacangan (Nugroho, 2010). Pengaturan makan atlet selama
latihan berbeda dengan saat pertandingan, dan berbeda pula dengan pasca
pertandingan(Kushartanti, 2011).
64
Secara umum prinsip pengaturan makan pada hari latihan adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan keseimbangan energi antara yang keluar dan yang masuk. Hari
latihan berat pasti membutuhkan energi lebih besar. Keseimbangan energi ini juga
perlu dipertimbangkan sewaktu mengatur berat badan atlet, baik menambah,
mengurangi, maupun mempertahankan berat badan. Pada cabang olahraga dengan
klasifikasi berat badan tentu harus mempertimbangkan pemasukan energi ini lebih
ketat. Pemenuhan kebutuhan energi tersebut lebih mudah dilakukan dengan
pengaturan konsumsi karbohidrat kompleks.
2. Memperhatikan variasi makanan untuk memenuhi seluruh unsur gizi yang
diperlukan. Disamping itu, pembiasaan makan yang bervariasi sangat perlu
dilakukan pada hari-hari latihan, agar pada hari pertandingan tidak mengalami
kesulitan untuk mengkonsumsi menu apa pun yang disajikan. Apabila atlet
dipersiapkan untuk bertanding di luar kota atau bahkan di luar negeri, penyajian
makan selama hari latihan harus disesuaikan dengan menu dan citarasa daerah
tersebut, agar terjadi adaptasi baik pada lidah maupun perut. Hari latihan merupakan
hari yang membolehkan ahli gizi bereksperimen, sebab pada hari bertanding,
eksperimen tidak boleh lagi dilakukan.
3. Memperbaiki kebiasaan makan yang kurang benar dan menghilangkan berbagai
mitos yang dipercaya oleh atlet (Kushartanti, 2011).
Pengaturan makan atlet pada masa pertandingan harus memperhatikan penggantian
gula dan air. Gula dikonsumsi untuk menghemat glikogen, mencegah hipoglikemi dan
menunda kelelahan. Konsentrasi gula yang tidak lebih dari 2,5 gr% tetap dianjurkan
untuk dikonsumsi sebanyak satu gelas setiap 15 menit, karena penyerapan maksimal di
usus sebanyak 800 ml/jam. Disakharida yang terkandung dalam buah atau air buah juga
baik untuk dikonsumsi selama bertanding (pisang, pepaya, apel). Penggunaan air buah
pada saat bertanding tidak hanya mengganti air dan glukosa, tapi juga mineral,
sehingga dapat mencegah kramp otot. Kehilangan air sebanyak 2 liter/jam, tidak
mungkin diganti selama bertanding, sehingga harus diusahakan penggantiannya setelah
bertanding. Setelah bertanding, perhatian utama adalah pada penggantian air, garam
dan glukosa. Makan besar sebaiknya menunggu setelah satu jam selesai bertanding,
atau menunggu aliran darah di perut siap mendukung pencernaan (Kushartanti, 2011).
65
2.9.1 Karbohidrat loading
Karbohidrat Loading (Pembebanan Olahragawan) merupakan strategi pengaturan
asupan karbohidrat yang diintergrasikan dengan strategi latihan dengan tujuan untuk
meningkatkan simpanan glikogen di otot menjelang pertandingan. Prinsip dari usaha
peningkatan ini adalah pengurasan simpanan glikogen sehingga sel menjadi lapar dan
mampu menyerap glukosa lebih banyak. Pada saat itulah asupan karbohidrat
ditingkatkan. Prosedur Karbohidrat Loading dimulai sejak 7 hari sebelum
pertandingan dengan makan rendah karbohidrat tinggi protein dan lemak dengan
intensitas latihan tinggi selama 3 hari. Pada hari ke 4, asupan karbohidrat sangat
ditingkatkan dengan intensitas latihan yang rendah. Peningkatan asupan karbohidrat ini
berlangsung selama 3 hari sehingga cukup untuk menjamin peningkatan simpanan
glikogen. Efek samping dari penerapan karbohidrat loading adalah rasa berat dan kaku
di otot. Hal ini disebabkan oleh karena sifat glikogen yang mudah menarik air.
Disamping itu, pada fase asupan karbohidrat rendah dan latihan intensitas tinggi (fase
pengurasan), liver (hati) akan bekerja sangat keras, sehinga penyerapan karbohidrat
loading tidak boleh terlalu sering. Direkomendasikan untuk memberi jeda minimal 3
bulan diantara dua penerapan karbohidrat loading (Kushartanti, 2011). Contoh menu
saat latihan, saat pertandingan, dan setelah pertandingan terlampir
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Semua atlet volley di klub mitra kencan berjenis kelamin perempuan, dan
berumur antara 12 – 18 tahn.
2. Kondisi lingkungan tempat latihan sudah cukup nyaman dan kondusif untuk
berlatih.
66
3. Rata-rata asupan zat gizi atlet voli tersebut tidak seimbang, banyak asupan yang
lebih atau kurang dari kebutuhan mereka.
4. Status zat gizi atlet voli tersebut rata-rata sudah baik.
5. Tidak ada penyelenggaran makanan dari Klub Mitra Kencana pada para atletnya
baik saat bertanding, sebelum bertanding, maupun setelah bertanding.
3.2 Saran
1. Sebaiknya lingkungan tempat latihan harus tetap dijaga demi kenyamanan
mereka saat latihan.
2. Sebaiknya diberikan penyelenggaraan makan untuk atlet sebelum bertanding,
saat bertanding, dan setelah bertanding.
3. Sebaiknya para atlet diberikan edukasi gizi yang berhubungan dengan olahraga.
67
Recommended