BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas
laporan kelompok hasil diskusi problem solving tentang asuhan keperawatan
pada klien yang menderita alergi (hipersensitivitas tipe I), juga merupakan materi
bahasan dalam mata kuliah blok Sistem Imun. Dimana mahasiswa dari setiap
kelompok akan membahas asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
alergi (hipersensitivitsas tipe I). Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang
“Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami reaksi alergi (hipersensitivitas
tipe I)”.
Pada prinsipnya alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh suatu
reaksi imunologik yang spesifik, suatu keadaan yang ditimbulkan oleh allergen
atau antigen, sehingga terjadi gejala – gejala patologik. Dewasa ini, umumnya
diseluruh dunia lebih banyak menggunakan cara klarifikasi reaksi alergi menurut
COOMBS dan GELL, karena dirasa lebih tepat. Reaksi alergi dibagi menjadi
empat tipe: 1) Rekasi Tipe I/ Reaksi Tipe Anafilaktik, 2) Reaksi Tipe II/ Reaki Tipe
Sitotoksik, 3) Reaksi Tipe III/ Reaksi Tipe Kompleks- Toksik, 4) Reaksi Tip IV/
Reaksi Tipe Seluler. Namun, pada pembahasan makalah ini, penulis
memfokuskan mengenai alergi pada hipersensitivitas Tipe I serta mengenai
askepnya.
Alergi termasuk keluhan yang sering diungkapkan oleh masyarakat. Pada
umumnya, penanganan pasien yang terkena alergi memerlukan tindakan yang
hampir sama tergantung tingkat keparahannya. Namun, pada kenyataannya
pasien sering mengabaikan perawatan yang tepat, hal ini menimbulkan beberapa
asumsi yang keliru terhadap penanganan alergi. Perawat merupakan faktor yang
berperan penting dalam penanganan seorang pasien, khususnya dalam
memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien
dapat beradaptasi dengan sakitnya.selain itu perawat juga berperan dalam
pemberian dukungan social berupa dukungan emosional, informasi, dan material.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penanganan pada pasien yang
mengalami alergi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
terutama mengenai asuhan keperawatan yang merupakan aspek yang sangat
penting bagi perawat untuk membantu koping pada pasien. Asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita alergi harus diperhatikan tidak
hanya oleh tenaga medis yang bersangkutan tetapi juga bagi pasien dan pihak
keluraga. Untuk itulah makalah ini dibuat oleh penulisan sebagai sikap
kepedulian terhadap tingkat kesehatan masyarakat terhadap gejala penyakit
yang sering dialami, salah satunya adalah alegi.
1.2Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.1.1. Bagi Pendidikan
a) Sebagai bahan pertanggungjawaban mahasiswa dalam
mengerjakan tugas kelompok dari mata kuliah blok Sistem Imun.
b) Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap
mahasiswa, baik dalam penyusunan makalah maupun hasil diskusi
kelompok.
1.1.2. Bagi Mahasiswa
a) Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok.
b) Mahasiswa mampu menguasai bahan makalah dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1.3Batasan Masalah
1.3.1 Pendahuluan
1.3.1.1 Latar Belakang
1.3.1.2 Tujuan Penulisan
1.3.1.3 Batasan Masalah
1.3.1.4 Metode penulisan
1.3.2 Pembahasan
1.3.2.1 Pengkajian
1.3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.3.2.3 Perencanaan
1.3.2.4 Evaluasi
1.3.3 Kesimpulan dan Saran
1.3.3.1 Kesimpulan
1.3.3.2 Saran
1.4Metode Penulisan
1.4.1 Library research/kepustakaan.
Data dikumpulkan dari buku-buku yang membahas tentang
hipersensitivitas, sampai kepada asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami hipersensitivitas.
1.4.2 Situs Website
Data dikumpulkan dari beberapa situs website di internet yang
membahas tentang hipersensitivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hipersensitivitas
Alergi / hipersensitivitas adalah reaksi tak diinginkan (kerusakan,
ketidaknyamanan dan kadang-kadang fatal) akibat sistem imun normal.
Antigen yang memicu reaksi alergi dinamakan alergen. Reaksi alergi
digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe II, tipe II dan tipe IV
didasarkan pada mekanisme dan waktu terjadinya reaksi. (Coombs ang
Gell)
2.1.1 Hipersensitivitas Tipe I (Hipersensitivitas Tipe Cepat Atau Anafilataksis)
Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi alergi yang terjadi
karena terpapar antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen. Dapat
terpapar dengan cara ditelan, dihirup, disuntik, ataupun kontak langsung.
Perbedaan antara respon imun normal dan hipersensitivitas tipe I adalah
adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Antibodi ini akan
berikatan dengan respetor Fc pada permukaan jaringan sel mast dan
basofil. Sel mast dan basofil yang dilapisi oleh IgE akan tersensitisasi (fase
sensitisasi). Karena sel B memerlukan waktu untuk menghasilkan IgE,
maka pada kontak pertama, tidak terjadi apa-apa. Waktu yang diperlukan
bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam.
Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk
memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan
berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit
atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,
maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody
di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi.
Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer dan
sekunder. Mediator primer menyebabkan eosinofil dan neutrofil serta
menstimulasi terjadinya urtikaria, vasodilatasi, meningkatnya permiabilitas
vaskular, Sedangkan mediator sekunder menyebakan menyebakan
peningkatan pelepasan metabolit asam arakidonat (prostaglandin dan
leukotrien) and protein (sitokin and enzim)
Faktor pemicu reaksi alergi :
1. Defisiensi sel T
Penurunan jumlah sel T diasosiasikan dengan peningkatan dari jumlah
serum IgE pada penyakit Eczema. Juga ada perbedaan jumlah sel T
pada bayi yang disusui dengan ASI dan dengan susu bubuk.
2. Mediator feedback
Menurut penelitian, inhibisi reseptor H2 oleh pelepasan enzim lisosom
dan aktivasi penahan sel T oleh histamine akan meningkatkan jumlah
IgE
3. Faktor lingkungan
Polutan seperti SO2, NO, asap kendaraan dapat meningkatkan
permeabilitas mukosa sehingga meningkatkan pemasukkan antigen
dan respos IgE
Dampak yang muncul akibat hipersensitivitas tipe 1 ada 2, yaitu :
1. Anafilatoksis lokal ( alergi atopik )
Terjadi karena adanya alergen yang masuk ke tubuh dan gejalanya
tergantung dari tipe alergen yang masuk, misalnya :
a. Batuk, mata berair, bersin karena alergen masuk ke saluran respirasi
(alergi rhinitis) yang mengindikasikan aksi dari sel mast. Alergen
biasanya berupa : pollen, bulu binatangm debu, spora.
b. Terakumulasinya mucus di alveolus paru-paru dan kontraksi oto
polos kontraksi yang mempersempit jalan udara ke paru-paru
sehingga menjadi sesak, seperti pada penderita asma. Gejala ini
dapat menjadi fatal bila pengobatan tertunda terlalu lama
c. Kulit memerah atau pucat, gatal (urticaria) karena alergi makanan.
Makanan yang biasanya membuat alergi adalah gandum, kacang
tanah, kacang kedelai, susu sapi, telur, makanan laut
2. Anafilatoksis sistemik
Dampak ini disebabkan karena pemaparan alergen yang menyebabkan
respon dari sel mast yang banyak dan cepat, sehingga mediator-
mediator inflamasi dilepaskan dalam jumlah yang banyak. Gejalanya
berupa sulit bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan
tertutupnya bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah
menurun dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga
cairan tubuh keluar ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian
dengan hitungan menit karena tekanan darah turun drastis dan
pembuluh darah collapse (shock anafilatoksis). Alergen dapat biasanya
berupa penisilin, antisera, dan racun serangga dari lebah.
Usaha penanganan dan pengobatan apabila terserang reaksi hipersensitivitas tipe I
adalah sebagai berikut :
1. anafilatoksis lokal
a. menghindari alergen dan makanan yang dapat menyebabkan alergi
b. Bila alergen sulit dihindari (seperti pollen, debu, spora, dll) dapat
digunakan antihistamin untuk menghambat pelepasan histamine dari
sel mastosit., seperti Chromolyn sodium menghambat degranulasi sel
mast, kemungkinan dengan menghambat influks Ca2+. Bila terjadi
sesak nafas pengobatan dapat berupa bronkoditalor (leukotriene
receptor blockers,seperti Singulair, Accolate) yang dapat merelaksasi
otot bronkus dan ekspektoran yang dapat mengeluarkan mucus
c. Injeksi alergen secara berulang dapar dosis tertentu secara subkutan
dengan harapan pembentukan IgG meningkat sehingga mampu
mengeliminasi alergen sebelum alergen berikatan dengan IgE pada sel
mast. Proses ini disebut desensitisasi atau hiposensitisasi.
2. Anafilatoksis sistemik
Pengobatan harus dilakukan dengan cepat dengan menyuntikan epinefrin
(meningkatkan tekanan darah) atau antihistamin (memblok pelepasan
histamine) secara intravena.
2.2 Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
- Biodata / Data demografi
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, ras, status
perkawinan, alamat, pekerjaan, status imigrasi, perilaku beresiko .
Nama anggota keluarga atau orang yang dapat mudah dihubungi
dan juga pembiayaan.
- Riwayat Penyakit Terdahulu
- Penyakit berat yang pernah diderita
- Obat-obatan yan biasa dikonsumsi
- Kebiasaan berobat
- Alergi
- Alat bantu yang digunakan
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluhan utama
- Tanggal mulai sakit
- Proses terjadinya sakit
- Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
- Penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga
- Alergi dalam keluarga
- Riwayat Pengobatan
konsumsi obat-obat alergi
- Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Gastrointerstinal
Pola BAB : Konsistensi/bentuk, frekuensi, volume, nyeri
abdomen
Muntah : Frekuensi, warna, disretai sputum/tidak, rasa
muntah ( Pahit/Asam)
Bibir merah dan bengkak
b. Sistem Integumen
Rubor, Kalor, Tumor, Turgor menurun, Functio Laseo
c. Sistem Muskuloskeletal
Edema jaringan lunak, kelemahan muskular
d. Sistem Respirasi
Pola nafas ( sesak nafas, dispnea, takipnea ), Batuk, Wheezing
e. Sistem Imun
Ketahanan menurun
f. Sistem Sirkulasi
Tekanan darah meningkat
- Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah lengkap dan hitung jenis
Pemeriksaan Eusinofilia à menggunakan cairan pengencer
khusus yang menimbulkan
hemolisis eritrosit
Normal : 1 – 3 % ; Alergi : 5 – 15 %
2. Tes Kulit
Scratch Test à Kulit digores secara ringan dengan sebuah
jarum, kemudian diatasnya diteteskan cairan yang
mengandung allergen
Tes Intradermal à Allergen disuntikkan ke dalam kulit
3. Tes Provokasi à Pemberian langsung allergen pada mukosa
respiratorius dengan mengamati respon target terhadap oragan
tersebut
4. Tes Radio alergosorben
Pemeriksaan radioimmunoassay yang mengukur kadar IgE
spesifik-alergen
Menunjukkan apakah cairan tubuh/ jaringan mengandung
antibodi yang akan bereaksi terhadap antigen tersebut
NILAI NORMAL STATUS CAIRAN DAN ELETROLIT
Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak
jumlahnya.
orang dewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air
(air dan elektrolit), 2/3 bagian berada di intrasel, dan 1/3 bagian
berada di ekstrasel.
60 % berat badan tubuh adalah :
a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan
b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan
Elektrolit utama
a.Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida
( N = 100 - 106 mEq/liter)
b.Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat
(N = 3 - 4,5 mg/liter)
ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI DATA MASALAH
DS : Muntah + Diare
DO :
Integumen (Turgor
kering : normal
kembali dalam 2 detik)
Status Elektrolit
( mengalami
penurunan volume
cairan elektrolit)
Ketidakseimbangan
intake-output
Ditemukan eosinofilia
Minum jamu+telur mentah
(Antigen )
Membentuk antibodi ( IgE )
Menempel pada Sel Mast
Mengeluarkan histamin
( reaksi alergi )
Diare Muntah
Status Cairan
( Turgor Menurun )
KekuranganVolumeCairan
Kekurangan
Volume Cairan
Diagnosa :
Kekurangan Volume Cairan berhubugan dengan output lebih besar dari intake
akibat muntah dan diare .
ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI MASALAH
DS : Pasien merasa
malu
DO :
Bibir merah dan
bengkak
Pemeriksaan
lab :
peningkatan
leukosit
Pemeriksaan
Eosinofilia
Minum jamu+telur mentah
(Antigen )
Membentuk antibody ( IgE )
Menempel pada Sel Mast
Mengeluarkan histamine
Respon Tubuh
(Inflamasi: merah dan
bengkak)
Perubahan Penampilan
(Bentuk bibir)
Gangguan Citra Diri
Gangguan Citra Diri
Diagnosa :
Gangguan Citra Diri b.d Perubahan Dalam Penampilan ( bentuk bibir merah
dan bengkak ) akibat adanya Inflamasi
ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI DATA MASALAH
Data subyektif: bibir
bengkak,nyeri
Data obyektif: bibir
kemerahan,lesi pd
bibir,hasil pemeriksaan
darah menunjukkan
eosinofilia
Minum
jamu+telur(alergen)
Produksi antibodi IgE
Terikat dg reseptor
membran di sel mast
basofil
Pelepasan mediator kimia
(histamin,leukotrien,
ECFA)
Inflamasi(respons tubuh)
Bibir kemerahan&bengkak
Adanya lesi pd bibir
Resiko kerusakan kulit
Risiko kerusakan kulit
Diagnosa : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI DATA MASALAH
Data subyektif:
diare,muntah
Data obyektif: hasil
pemeriksaan darah
menunjukkan
eosinofilia,pucat, mata
merah
Minum
jamu+telur(alergen)
Produksi antibodi IgE
Terikat dg reseptor
membran di sel mast
basofil
Pelepasan mediator
kimia(histamin,leukotrien,
ECF-A)
Meningkatkan sekresi
lambung
Muntah,diare berulang
Gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur
Diagnosa: Gangguan pola tidur berhubungan dengan defekasi berulang akibat
diare
II. DIAGNOSA dan INTERVENSI
• DIAGNOSA AKTUAL
Diagnosa:
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan output lebih besar intake
akibat muntah dan diare
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam menunjukkan
adanya keseimbangan cairan yang ditandai dengan :
• Membran mukosa Lembab
• Turgor kulit baik
• TTV Stabil
• Haluaran Urine Adekuat
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring :
Pantau TTV
Mandiri :
1. Kaji turgor kulit dan membran
mukosa
2. Ukur haluaran dan berat jenis
urine
3. Berikan masukan oral dan
memasukkan cairan sedikitnya
2500 ml/hari
4. Buat cairan mudah diberikan
pada pasien; gunakan cairan
yang mudah ditoleransi oleh
pasien dan yang menggantikan
elektrolit yang dibutuhkan
Pendidikan Kesehatan :
Instruksikan pasien agar mengurangi
bahan minuman yang dapat menambah
kehilangan cairan
Indikator dari volume cairan sirkulasi
Indikator tidak langsung dari status cairan
Peningkatan berat jenis/ penurunan haluaran
urine menunjukkan perubahan perfusi/volume
cairan
Mempertahankan keseimbangan cairan,
mengurangi haus dan melembabkan
membran mukosa
Meningkatkan pemasukan
Mengurangi kehilangan cairan atau elektrolit
lebih lanjut
( kopi, teh, jus anggur )
Kolaborasi
1. Berikan cairan/elektrolit melalui
selang pemberi makanan
2. Pantau hasil laboratorium sesuai
indikasi :
• Hb/Ht
• Elektrolit serum/cairan
3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
• Antipiretik
• Antimietik
Diperlukan untuk mendukung/ memperbesar
volume sirkulasi
Bermanfaat memperkirakan kebutuhan
cairan
Mewaspadakan kemungkinan adanya
gangguan elektrolit dan menentukan
kebutuhan elektrolit tersebut
Membantu mengurangi demam dan respon
hipermetabolisme
Mengurangi insiden muntah sehingga dapat
mengontrol kehilangan cairan/ elektrolit
Diagnosa
Gangguan Citra Diri berhubungan dengan Perubahan Dalam Penampilan
(bentuk bibir merah dan bengkak ) akibat adanya Inflamasi
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam
pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai kembali
normal ditandai
dengan :
• Peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri
• Partisipasi dalam tindakan keperawatan
• Mendemonstrasikan keinginan dan kemauan untuk mengambil
perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring :
Kaji adanya gangguan citra diri
(menghindari kontak mata, ucapan
merendahkan diri sendiri).
Mandiri :
1. Berikan kesempatan pengungkapan
perasaan
2. Bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya
3. Dukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri
4. Dorong klien agar bersosialisasi
dengan orang lain
Pendidikan Kesehatan
Ajarkan individu mengenai sumber yang
tersedia jika dibutuhkan
Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit/ keadaan yang tampak
nyata bagi klien, kesan orang terhadap
dirinya berpengaruh terhadap konsep
diri.
Klien membutuhkan pengalaman
didengarkan dan dipahami.
Menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan realitas
situasi, ketakutan merusak adaptasi
klien
Membantu meningkatkan penerimaan
diri dan sosialisasi.
Membantu meningkatkan penerimaan
diri dan sosialisasi
Membantu mningkatkan interaksi sosial
Diagnosa :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Tujuan :
Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya
kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit
yang telah rusak
INTERVENSI RASIONAL
1. Mandi paling tidak sekali sehari
selama 15 – 20 menit. Segera
oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi.
Mandi lebih sering jika tanda dan
gejala meningkat.
2. Gunakan air hangat jangan panas.
3. Gunakan sabun yang
mengandung pelembab atau
sabun untuk kulit sensitive.
Hindari mandi busa.
4. Oleskan/berikan salep atau krim
yang telah diresepkan 2 atau tiga
kali per hari.
Dengan mandi air akan meresap dalam
saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab
selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk
mencegah penguapan air dari kulit.
Air panas menyebabkan vasodilatasi
yang akan meningkatkan pruritus.
Sabun yang mengandung pelembab
lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak
membuat kulit kering, sabun kering dapat
meningkatkan keluhan
Salep atau krim akan melembabkan kulit.
Diagnosa :
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari
alergen
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajari klien menghindari atau
menurunkan paparan terhadap
alergen yang telah diketahui.
2. Baca label makanan kaleng agar
terhindar dari bahan makan yang
mengandung alergen
Hindari binatang peliharaan.
3. Gunakan penyejuk ruangan (AC)
di rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan
Menghindari alergen akan menurunkan
respon alergi
jika alergi terhadap bulu binatang
sebaiknya hindari memelihara binatang
atau batasi keberadaan binatang di
sekitar area rumah
AC membantu menurunkan paparan
terhadap beberapa alergen yang ada di
lingkungan.
Diagnosa:
Kerusakan kulit berhubungan dengan lesi & respons inflamasi
Tujuan dan Kriteria Hasil :
• Kulit klien dapat kembali normal setelah dilakukannya perawatan &
pengobatan
• Kemerahan pada bibir teratasi,tidak ditemukan adanya inflamasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajari klien menghindari atau
menurunkan paparan terhadap alergen
yang telah diketahui.
Menghindari alergen akan menurunkan
respon alergi
2.Observasi keadaan kulit,membran
mukosa secara umum
Mengetahui keadaan kulit klien
3. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk
kulit yang terpapar alergen
Mencegah terjadinya lesi pada kulit
Diagnosa:
Gangguan pola tidur berhubungan dengan defekasi berulang akibat diare
Tujuan: setelah dilakukannya tindakan klien dapat beristirahat dengan tenang
Kriteria hasil:
• klien dapat tidur nyenyak
• klien dapat mengenali tindakan yg dapat meningkatkan tidur
• defekasi normal&nyeri berkurang
INTERVENSI RASIONAL
1. Nasihati klien untuk menjaga
kamar tidur agar tetap memiliki
ventilasi dan kelembaban yang
baik.
lingkungan yang nyaman meningkatkan
relaksasi.
2. Menghindari minuman yang
mengandung kafein menjelang
tidur.
kafein memiliki efek puncak 2-4 jam
setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara
teratur.
3. Berikan obat antimikroba &
antispasmodik sesuai indikasi
dokter
Meminimalkan nyeri dan kram abdomen
DAFTAR PUSTAKA
Brrunner, Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Darmono. 2007. Farmakologi & Toksikologi Sistem Kekebalan Pengaruh Penyebab
dan akibatnya pada Kekebalan tubuh. Jakarta : UI – Press.
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3,
alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Wahab, Samik, Madarina. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta:
Widya Medika.
SISTEM IMUN
TRIGGER II PROBLEM SOLVING
Oleh Kelompk I :
Ayu Lady Pristica ( 0810720017 )
Chika Juni R. ( 0810720018 )
Dwi Yuliani ( 0810720028 )
Didin Arya Sugeng ( 0810720023 )
Diena Fithriana ( 0810720024 )
Dudella Desnani ( 0810720025 )
Dwi Cahyaningsih ( 0810720026 )
Dwi setyowati Aprilia ( 081720027 )
Aprilia Nur Aida ( 0810720014 )
Dyah Pratiwiningrum ( 0810720030)
Putu Ari Sadu ( 081072004 )
Rizka Yunita ( 0810723014 )
Siti fatimah ( 0810723015 )
FAKULTAS KEDOKTERAN BRAWIJAYA
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
MALANG