Transcript
Page 1: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas

laporan kelompok hasil diskusi problem solving tentang asuhan keperawatan

pada klien yang menderita alergi (hipersensitivitas tipe I), juga merupakan materi

bahasan dalam mata kuliah blok Sistem Imun. Dimana mahasiswa dari setiap

kelompok akan membahas asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

alergi (hipersensitivitsas tipe I). Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang

“Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami reaksi alergi (hipersensitivitas

tipe I)”.

Pada prinsipnya alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh suatu

reaksi imunologik yang spesifik, suatu keadaan yang ditimbulkan oleh allergen

atau antigen, sehingga terjadi gejala – gejala patologik. Dewasa ini, umumnya

diseluruh dunia lebih banyak menggunakan cara klarifikasi reaksi alergi menurut

COOMBS dan GELL, karena dirasa lebih tepat. Reaksi alergi dibagi menjadi

empat tipe: 1) Rekasi Tipe I/ Reaksi Tipe Anafilaktik, 2) Reaksi Tipe II/ Reaki Tipe

Sitotoksik, 3) Reaksi Tipe III/ Reaksi Tipe Kompleks- Toksik, 4) Reaksi Tip IV/

Reaksi Tipe Seluler. Namun, pada pembahasan makalah ini, penulis

memfokuskan mengenai alergi pada hipersensitivitas Tipe I serta mengenai

askepnya.

Alergi termasuk keluhan yang sering diungkapkan oleh masyarakat. Pada

umumnya, penanganan pasien yang terkena alergi memerlukan tindakan yang

hampir sama tergantung tingkat keparahannya. Namun, pada kenyataannya

pasien sering mengabaikan perawatan yang tepat, hal ini menimbulkan beberapa

asumsi yang keliru terhadap penanganan alergi. Perawat merupakan faktor yang

berperan penting dalam penanganan seorang pasien, khususnya dalam

memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien

dapat beradaptasi dengan sakitnya.selain itu perawat juga berperan dalam

pemberian dukungan social berupa dukungan emosional, informasi, dan material.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penanganan pada pasien yang

mengalami alergi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,

terutama mengenai asuhan keperawatan yang merupakan aspek yang sangat

Page 2: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

penting bagi perawat untuk membantu koping pada pasien. Asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita alergi harus diperhatikan tidak

hanya oleh tenaga medis yang bersangkutan tetapi juga bagi pasien dan pihak

keluraga. Untuk itulah makalah ini dibuat oleh penulisan sebagai sikap

kepedulian terhadap tingkat kesehatan masyarakat terhadap gejala penyakit

yang sering dialami, salah satunya adalah alegi.

1.2Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1.1.1. Bagi Pendidikan

a) Sebagai bahan pertanggungjawaban mahasiswa dalam

mengerjakan tugas kelompok dari mata kuliah blok Sistem Imun.

b) Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap

mahasiswa, baik dalam penyusunan makalah maupun hasil diskusi

kelompok.

1.1.2. Bagi Mahasiswa

a) Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok.

b) Mahasiswa mampu menguasai bahan makalah dan

mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1.3Batasan Masalah

1.3.1 Pendahuluan

1.3.1.1 Latar Belakang

1.3.1.2 Tujuan Penulisan

1.3.1.3 Batasan Masalah

1.3.1.4 Metode penulisan

1.3.2 Pembahasan

1.3.2.1 Pengkajian

1.3.2.2 Diagnosa Keperawatan

1.3.2.3 Perencanaan

1.3.2.4 Evaluasi

1.3.3 Kesimpulan dan Saran

1.3.3.1 Kesimpulan

1.3.3.2 Saran

Page 3: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

1.4Metode Penulisan

1.4.1 Library research/kepustakaan.

Data dikumpulkan dari buku-buku yang membahas tentang

hipersensitivitas, sampai kepada asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami hipersensitivitas.

1.4.2 Situs Website

Data dikumpulkan dari beberapa situs website di internet yang

membahas tentang hipersensitivitas.

Page 4: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hipersensitivitas

Alergi / hipersensitivitas adalah reaksi tak diinginkan (kerusakan,

ketidaknyamanan dan kadang-kadang fatal) akibat sistem imun normal.

Antigen yang memicu reaksi alergi dinamakan alergen. Reaksi alergi

digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe II, tipe II dan tipe IV

didasarkan pada mekanisme dan waktu terjadinya reaksi. (Coombs ang

Gell)

2.1.1 Hipersensitivitas Tipe I (Hipersensitivitas Tipe Cepat Atau Anafilataksis)

Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi alergi yang terjadi

karena terpapar antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen. Dapat

terpapar dengan cara ditelan, dihirup, disuntik, ataupun kontak langsung.

Perbedaan antara respon imun normal dan hipersensitivitas tipe I adalah

adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma. Antibodi ini akan

berikatan dengan respetor Fc pada permukaan jaringan sel mast dan

basofil. Sel mast dan basofil yang dilapisi oleh IgE akan tersensitisasi (fase

sensitisasi). Karena sel B memerlukan waktu untuk menghasilkan IgE,

maka pada kontak pertama, tidak terjadi apa-apa. Waktu yang diperlukan

bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam.

Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk

memproduksi antibodi, yaitu IgE. IgE kemudian masuk ke aliran darah dan

berikatan dengan reseptor di sel mastosit dan basofil sehingga sel mastosit

atau basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan alergen,

maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibody

di sel mastosit atau basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi.

Degranulasi menyebakan pelepasan mediator inflamasi primer dan

sekunder. Mediator primer menyebabkan eosinofil dan neutrofil serta

menstimulasi terjadinya urtikaria, vasodilatasi, meningkatnya permiabilitas

vaskular, Sedangkan mediator sekunder menyebakan menyebakan

peningkatan pelepasan metabolit asam arakidonat (prostaglandin dan

leukotrien) and protein (sitokin and enzim)

Page 5: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

Faktor pemicu reaksi alergi :

1. Defisiensi sel T

Penurunan jumlah sel T diasosiasikan dengan peningkatan dari jumlah

serum IgE pada penyakit Eczema. Juga ada perbedaan jumlah sel T

pada bayi yang disusui dengan ASI dan dengan susu bubuk.

2. Mediator feedback

Menurut penelitian, inhibisi reseptor H2 oleh pelepasan enzim lisosom

dan aktivasi penahan sel T oleh histamine akan meningkatkan jumlah

IgE

3. Faktor lingkungan

Polutan seperti SO2, NO, asap kendaraan dapat meningkatkan

permeabilitas mukosa sehingga meningkatkan pemasukkan antigen

dan respos IgE

Dampak yang muncul akibat hipersensitivitas tipe 1 ada 2, yaitu :

1. Anafilatoksis lokal ( alergi atopik )

Terjadi karena adanya alergen yang masuk ke tubuh dan gejalanya

tergantung dari tipe alergen yang masuk, misalnya :

a. Batuk, mata berair, bersin karena alergen masuk ke saluran respirasi

(alergi rhinitis) yang mengindikasikan aksi dari sel mast. Alergen

biasanya berupa : pollen, bulu binatangm debu, spora.

b. Terakumulasinya mucus di alveolus paru-paru dan kontraksi oto

polos kontraksi yang mempersempit jalan udara ke paru-paru

sehingga menjadi sesak, seperti pada penderita asma. Gejala ini

dapat menjadi fatal bila pengobatan tertunda terlalu lama

c. Kulit memerah atau pucat, gatal (urticaria) karena alergi makanan.

Makanan yang biasanya membuat alergi adalah gandum, kacang

tanah, kacang kedelai, susu sapi, telur, makanan laut

2. Anafilatoksis sistemik

Dampak ini disebabkan karena pemaparan alergen yang menyebabkan

respon dari sel mast yang banyak dan cepat, sehingga mediator-

mediator inflamasi dilepaskan dalam jumlah yang banyak. Gejalanya

berupa sulit bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan

tertutupnya bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah

Page 6: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

menurun dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga

cairan tubuh keluar ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian

dengan hitungan menit karena tekanan darah turun drastis dan

pembuluh darah collapse (shock anafilatoksis). Alergen dapat biasanya

berupa penisilin, antisera, dan racun serangga dari lebah.

Usaha penanganan dan pengobatan apabila terserang reaksi hipersensitivitas tipe I

adalah sebagai berikut :

1. anafilatoksis lokal

a. menghindari alergen dan makanan yang dapat menyebabkan alergi

b. Bila alergen sulit dihindari (seperti pollen, debu, spora, dll) dapat

digunakan antihistamin untuk menghambat pelepasan histamine dari

sel mastosit., seperti Chromolyn sodium menghambat degranulasi sel

mast, kemungkinan dengan menghambat influks Ca2+. Bila terjadi

sesak nafas pengobatan dapat berupa bronkoditalor (leukotriene

receptor blockers,seperti Singulair, Accolate) yang dapat merelaksasi

otot bronkus dan ekspektoran yang dapat mengeluarkan mucus

c. Injeksi alergen secara berulang dapar dosis tertentu secara subkutan

dengan harapan pembentukan IgG meningkat sehingga mampu

mengeliminasi alergen sebelum alergen berikatan dengan IgE pada sel

mast. Proses ini disebut desensitisasi atau hiposensitisasi.

2. Anafilatoksis sistemik

Pengobatan harus dilakukan dengan cepat dengan menyuntikan epinefrin

(meningkatkan tekanan darah) atau antihistamin (memblok pelepasan

histamine) secara intravena.

2.2 Asuhan Keperawatan

I. PENGKAJIAN

Page 7: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

- Biodata / Data demografi

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, ras, status

perkawinan, alamat, pekerjaan, status imigrasi, perilaku beresiko .

Nama anggota keluarga atau orang yang dapat mudah dihubungi

dan juga pembiayaan.

- Riwayat Penyakit Terdahulu

- Penyakit berat yang pernah diderita

- Obat-obatan yan biasa dikonsumsi

- Kebiasaan berobat

- Alergi

- Alat bantu yang digunakan

- Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluhan utama

- Tanggal mulai sakit

- Proses terjadinya sakit

- Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi

- Riwayat Kesehatan Keluarga

- Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

- Penyakit yang sedang diderita oleh anggota keluarga

- Alergi dalam keluarga

- Riwayat Pengobatan

konsumsi obat-obat alergi

- Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Gastrointerstinal

Pola BAB : Konsistensi/bentuk, frekuensi, volume, nyeri

abdomen

Muntah : Frekuensi, warna, disretai sputum/tidak, rasa

muntah ( Pahit/Asam)

Bibir merah dan bengkak

b. Sistem Integumen

Rubor, Kalor, Tumor, Turgor menurun, Functio Laseo

c. Sistem Muskuloskeletal

Edema jaringan lunak, kelemahan muskular

Page 8: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

d. Sistem Respirasi

Pola nafas ( sesak nafas, dispnea, takipnea ), Batuk, Wheezing

e. Sistem Imun

Ketahanan menurun

f. Sistem Sirkulasi

Tekanan darah meningkat

- Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Darah lengkap dan hitung jenis

Pemeriksaan Eusinofilia à menggunakan cairan pengencer

khusus yang menimbulkan

hemolisis eritrosit

Normal : 1 – 3 % ; Alergi : 5 – 15 %

2. Tes Kulit

Scratch Test à Kulit digores secara ringan dengan sebuah

jarum, kemudian diatasnya diteteskan cairan yang

mengandung allergen

Tes Intradermal à Allergen disuntikkan ke dalam kulit

3. Tes Provokasi à Pemberian langsung allergen pada mukosa

respiratorius dengan mengamati respon target terhadap oragan

tersebut

4. Tes Radio alergosorben

Pemeriksaan radioimmunoassay yang mengukur kadar IgE

spesifik-alergen

Menunjukkan apakah cairan tubuh/ jaringan mengandung

antibodi yang akan bereaksi terhadap antigen tersebut

NILAI NORMAL STATUS CAIRAN DAN ELETROLIT

Air adalah komponen pembentuk tubuh yang paling banyak

jumlahnya.

orang dewasa kurang lebih 60 % dari berat badan adalah air

(air dan elektrolit), 2/3 bagian berada di intrasel, dan 1/3 bagian

berada di ekstrasel.

Page 9: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

60 % berat badan tubuh adalah :

a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan

b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan

Elektrolit utama

a.Dari CES : Natrium (N = 135 - 147 mEq/liter), Klorida

( N = 100 - 106 mEq/liter)

b.Dari CIS : Kalium (N = 3,5 - 5,5 mEq/liter), Phospat

(N = 3 - 4,5 mg/liter)

ANALISA DATA

Page 10: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

DATA INTERPRETASI DATA MASALAH

DS : Muntah + Diare

DO :

Integumen (Turgor

kering : normal

kembali dalam 2 detik)

Status Elektrolit

( mengalami

penurunan volume

cairan elektrolit)

Ketidakseimbangan

intake-output

Ditemukan eosinofilia

Minum jamu+telur mentah

(Antigen )

Membentuk antibodi ( IgE )

Menempel pada Sel Mast

Mengeluarkan histamin

( reaksi alergi )

Diare Muntah

Status Cairan

( Turgor Menurun )

KekuranganVolumeCairan

Kekurangan

Volume Cairan

Diagnosa :

Kekurangan Volume Cairan berhubugan dengan output lebih besar dari intake

akibat muntah dan diare .

Page 11: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

ANALISA DATA

DATA INTERPRETASI MASALAH

DS : Pasien merasa

malu

DO :

Bibir merah dan

bengkak

Pemeriksaan

lab :

peningkatan

leukosit

Pemeriksaan

Eosinofilia

Minum jamu+telur mentah

(Antigen )

Membentuk antibody ( IgE )

Menempel pada Sel Mast

Mengeluarkan histamine

Respon Tubuh

(Inflamasi: merah dan

bengkak)

Perubahan Penampilan

(Bentuk bibir)

Gangguan Citra Diri

Gangguan Citra Diri

Diagnosa :

Gangguan Citra Diri b.d Perubahan Dalam Penampilan ( bentuk bibir merah

dan bengkak ) akibat adanya Inflamasi

ANALISA DATA

Page 12: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

DATA INTERPRETASI DATA MASALAH

Data subyektif: bibir

bengkak,nyeri

Data obyektif: bibir

kemerahan,lesi pd

bibir,hasil pemeriksaan

darah menunjukkan

eosinofilia

Minum

jamu+telur(alergen)

Produksi antibodi IgE

Terikat dg reseptor

membran di sel mast

basofil

Pelepasan mediator kimia

(histamin,leukotrien,

ECFA)

Inflamasi(respons tubuh)

Bibir kemerahan&bengkak

Adanya lesi pd bibir

Resiko kerusakan kulit

Risiko kerusakan kulit

Diagnosa : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

Page 13: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

ANALISA DATA

DATA INTERPRETASI DATA MASALAH

Data subyektif:

diare,muntah

Data obyektif: hasil

pemeriksaan darah

menunjukkan

eosinofilia,pucat, mata

merah

Minum

jamu+telur(alergen)

Produksi antibodi IgE

Terikat dg reseptor

membran di sel mast

basofil

Pelepasan mediator

kimia(histamin,leukotrien,

ECF-A)

Meningkatkan sekresi

lambung

Muntah,diare berulang

Gangguan pola tidur

Gangguan pola tidur

Diagnosa: Gangguan pola tidur berhubungan dengan defekasi berulang akibat

diare

Page 14: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

II. DIAGNOSA dan INTERVENSI

• DIAGNOSA AKTUAL

Diagnosa:

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan output lebih besar intake

akibat muntah dan diare

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam menunjukkan

adanya keseimbangan cairan yang ditandai dengan :

• Membran mukosa Lembab

• Turgor kulit baik

• TTV Stabil

• Haluaran Urine Adekuat

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring :

Pantau TTV

Mandiri :

1. Kaji turgor kulit dan membran

mukosa

2. Ukur haluaran dan berat jenis

urine

3. Berikan masukan oral dan

memasukkan cairan sedikitnya

2500 ml/hari

4. Buat cairan mudah diberikan

pada pasien; gunakan cairan

yang mudah ditoleransi oleh

pasien dan yang menggantikan

elektrolit yang dibutuhkan

Pendidikan Kesehatan :

Instruksikan pasien agar mengurangi

bahan minuman yang dapat menambah

kehilangan cairan

Indikator dari volume cairan sirkulasi

Indikator tidak langsung dari status cairan

Peningkatan berat jenis/ penurunan haluaran

urine menunjukkan perubahan perfusi/volume

cairan

Mempertahankan keseimbangan cairan,

mengurangi haus dan melembabkan

membran mukosa

Meningkatkan pemasukan

Mengurangi kehilangan cairan atau elektrolit

lebih lanjut

Page 15: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

( kopi, teh, jus anggur )

Kolaborasi

1. Berikan cairan/elektrolit melalui

selang pemberi makanan

2. Pantau hasil laboratorium sesuai

indikasi :

• Hb/Ht

• Elektrolit serum/cairan

3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi

• Antipiretik

• Antimietik

Diperlukan untuk mendukung/ memperbesar

volume sirkulasi

Bermanfaat memperkirakan kebutuhan

cairan

Mewaspadakan kemungkinan adanya

gangguan elektrolit dan menentukan

kebutuhan elektrolit tersebut

Membantu mengurangi demam dan respon

hipermetabolisme

Mengurangi insiden muntah sehingga dapat

mengontrol kehilangan cairan/ elektrolit

Diagnosa

Gangguan Citra Diri berhubungan dengan Perubahan Dalam Penampilan

(bentuk bibir merah dan bengkak ) akibat adanya Inflamasi

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam

pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai kembali

normal ditandai

Page 16: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

dengan :

• Peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri

• Partisipasi dalam tindakan keperawatan

• Mendemonstrasikan keinginan dan kemauan untuk mengambil

perawatan diri

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring :

Kaji adanya gangguan citra diri

(menghindari kontak mata, ucapan

merendahkan diri sendiri).

Mandiri :

1. Berikan kesempatan pengungkapan

perasaan

2. Bantu klien yang cemas

mengembangkan kemampuan

untuk menilai diri dan mengenali

masalahnya

3. Dukung upaya klien untuk

memperbaiki citra diri

4. Dorong klien agar bersosialisasi

dengan orang lain

Pendidikan Kesehatan

Ajarkan individu mengenai sumber yang

tersedia jika dibutuhkan

Gangguan citra diri akan menyertai

setiap penyakit/ keadaan yang tampak

nyata bagi klien, kesan orang terhadap

dirinya berpengaruh terhadap konsep

diri.

Klien membutuhkan pengalaman

didengarkan dan dipahami.

Menetralkan kecemasan yang tidak

perlu  terjadi dan memulihkan realitas

situasi, ketakutan merusak adaptasi

klien

Membantu meningkatkan penerimaan

diri dan sosialisasi.

Membantu meningkatkan penerimaan

diri dan sosialisasi

Membantu mningkatkan interaksi sosial

Diagnosa :

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit

Page 17: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

Tujuan :

Kulit klien dapat kembali normal.

Kriteria hasil :

Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan

turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan

kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya

kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit

yang telah rusak

INTERVENSI RASIONAL

1. Mandi paling tidak sekali sehari

selama 15 – 20 menit. Segera

oleskan salep atau krim yang

telah diresepkan setelah mandi.

Mandi lebih sering jika tanda dan

gejala meningkat.

2. Gunakan air hangat jangan panas.

3. Gunakan sabun yang

mengandung pelembab atau

sabun untuk kulit sensitive.

Hindari mandi busa.

4. Oleskan/berikan salep atau krim

yang telah diresepkan 2 atau tiga

kali per hari.

Dengan mandi air akan meresap dalam

saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab

selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk

mencegah penguapan air dari kulit.

Air panas menyebabkan vasodilatasi

yang akan meningkatkan pruritus.

Sabun yang mengandung pelembab

lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak

membuat kulit kering, sabun kering dapat

meningkatkan keluhan

Salep atau krim akan melembabkan kulit.

Page 18: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

Diagnosa :

Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

Tujuan :

Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien

Kriteria hasil :

Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari

alergen

INTERVENSI RASIONAL

1. Ajari klien menghindari atau

menurunkan paparan terhadap

alergen yang telah diketahui.

2. Baca label makanan kaleng agar

terhindar dari bahan makan yang

mengandung alergen

Hindari binatang peliharaan.

3. Gunakan penyejuk ruangan (AC)

di rumah atau di tempat kerja, bila

memungkinkan

Menghindari alergen akan menurunkan

respon alergi

jika alergi terhadap bulu binatang

sebaiknya hindari memelihara binatang

atau batasi keberadaan binatang di

sekitar area rumah

AC membantu menurunkan paparan

terhadap beberapa alergen yang ada di

lingkungan.

Diagnosa:

Kerusakan kulit berhubungan dengan lesi & respons inflamasi

Tujuan dan Kriteria Hasil :

• Kulit klien dapat kembali normal setelah dilakukannya perawatan &

pengobatan

• Kemerahan pada bibir teratasi,tidak ditemukan adanya inflamasi

INTERVENSI RASIONAL

Page 19: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

1. Ajari klien menghindari atau

menurunkan paparan terhadap alergen

yang telah diketahui.

Menghindari alergen akan menurunkan

respon alergi

2.Observasi keadaan kulit,membran

mukosa secara umum

Mengetahui keadaan kulit klien

3. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk

kulit yang terpapar alergen

Mencegah terjadinya lesi pada kulit

Diagnosa:

Gangguan pola tidur berhubungan dengan defekasi berulang akibat diare

Tujuan: setelah dilakukannya tindakan klien dapat beristirahat dengan tenang

Kriteria hasil:

• klien dapat tidur nyenyak

• klien dapat mengenali tindakan yg dapat meningkatkan tidur

• defekasi normal&nyeri berkurang

INTERVENSI RASIONAL

1. Nasihati klien untuk menjaga

kamar tidur agar tetap memiliki

ventilasi dan kelembaban yang

baik.

lingkungan yang nyaman meningkatkan

relaksasi.

2. Menghindari minuman yang

mengandung kafein menjelang

tidur.

kafein memiliki efek puncak 2-4 jam

setelah dikonsumsi.

Melaksanakan gerak badan secara

teratur.

3. Berikan obat antimikroba &

antispasmodik sesuai indikasi

dokter

Meminimalkan nyeri dan kram abdomen

Page 20: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Brrunner, Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Darmono. 2007. Farmakologi & Toksikologi Sistem Kekebalan Pengaruh Penyebab

dan akibatnya pada Kekebalan tubuh. Jakarta : UI – Press.

Page 21: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3,

alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Wahab, Samik, Madarina. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta:

Widya Medika.

SISTEM IMUN

TRIGGER II PROBLEM SOLVING

Page 22: MAKALAH III Problem Solving Kelompok 1

Oleh Kelompk I :

Ayu Lady Pristica ( 0810720017 )

Chika Juni R. ( 0810720018 )

Dwi Yuliani ( 0810720028 )

Didin Arya Sugeng ( 0810720023 )

Diena Fithriana ( 0810720024 )

Dudella Desnani ( 0810720025 )

Dwi Cahyaningsih ( 0810720026 )

Dwi setyowati Aprilia ( 081720027 )

Aprilia Nur Aida ( 0810720014 )

Dyah Pratiwiningrum ( 0810720030)

Putu Ari Sadu ( 081072004 )

Rizka Yunita ( 0810723014 )

Siti fatimah ( 0810723015 )

FAKULTAS KEDOKTERAN BRAWIJAYA

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

MALANG