GIULLAIN BARE SYNDROME ( GBS )
A. Pengertian
Sindrom Guillain-Bare (Guillain-Bare Syndrome/GBS) merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan kranial. Proses penyakit mencangkup demielinisasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf tepi dan kranial (Sylvia A.Price dan Lorraine M. Wilson, 1995).
GBS merupakan sindrom klinik yang penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut saraf tepi dan kranial (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G., 2002). Guillain-Barre Syndrome adala acute idiopathic polyneuritis (Dorland, 2011).
Dapat disimpulkan GBS ialah sindrom klinis yang ditandai dengan serangan akut saraf tepi dan kranial.
B. Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan pasti namun para ahli menyebutkan ada beberapa faktor penyebabnya yaitu:1. Respon alergi atau autoimun 2. Adanya infeksi disaluran pernafasan dan saluran gastrointestinal3. Infeksi virus primer 4. Reaksi imun atau sebuah kombinasi proses imun
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari guillain bare syndrome adalah :1. Gejala dikembangkan selama hari sampai beberapa minggu.2. Gejala-gejala mempengaruhi kedua sisi tubuh Anda secara merata.3. Mati rasa dan kesemutan.4. Otot-otot pada setiap sisi wajah Anda dipengaruhi.5. Anda mulai pulih 2 sampai 4 minggu setelah gejala telah stabil.6. Anda tidak memiliki demam saat gejala pertama dimulai
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala-gajala neurologis awal adalah Parestesia(kesemutan kebas) dan kelemahan otot-otot tungkai yang dapat berkembang ke otot-otot ektremitas atas. Trunkus dan otot-otot wajah kelamahan otot dengan cepat dapat di ikuti oleh paralisis komplit.
1
2. Saraf kranial seringkali terkena,menyebabkan paralis okular,fasial, dan otot-otot orofaringel,menyebabkan kesulitan berbicara,mengunyah dan menelan
3. Disfungsi autonomik seringkali terjadi dalam bentuk aktivitas berlebihan atau dalam aktivitas sistem saraf simpatis atau parasimpatis. Kondisi ini ditunjukan oleh gangguan irama,frekuensi jantung,perubahan tekanan darah dan berbagai gangguan vasomotor.
4. Mungkin terjadi nyeri hebat,menetap pada punggung dan betis tungkai5. Seringkali terjadi kehilangan indera posisi dan hilang atau takada refleksion
tendon6. Perubahan sensoris ditunjukkan oleh perentesia7. Kebanyakan pada pasien mengalami penyembuhan sempurna selama beberapa
bulan sampai tahun;sekitar 10% mengalami kekacauan residual
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis GBS sangat bergantung pada :1. Riwayat penyakit dan perkembangan gejala – gejala klinik. 2. Tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS. Pemeriksaan tersebut
hanya menyingkirkan gangguan.3. Lumbal fungsi dapat menunjukan kadar protein normal pada awalnya dengan
kenaikan pada minggu ke – 4 sampai ke – 6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal.
4. Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf. Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf.
5. Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibodi baik terhadap citimegalovirus atau virus Epstein-Barr. Telah ditunjukan bahwa suatu perubahan respon imun pada antigen saraf tepi dapat menunjang perkembangan gangguan.
6. Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat ditetepkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit. Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukan kebutuhan akan ventilasi mekanik.
7. Tes fungsi saraf. Ada dua jenis tes fungsi saraf yaitu elektromiografi dan kecepatan konduksi saraf.
a. Elektromiografi membaca aktivitas listrik dalam otot Anda untuk menentukan apakah kelemahan Anda disebabkan oleh kerusakan otot atau kerusakan saraf.
b. Studi konduksi saraf menilai bagaimana saraf dan otot menanggapi rangsangan listrik kecil. Jika Anda memiliki GBS, hasilnya mungkin menunjukkan melambatnya fungsi saraf, yang biasanya menunjukkan bahwa kerusakan pada (meliputi selubung mielin dari saraf perifer telah terjadi. Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf
2
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama merawat klien GBS adalah memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh,dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas serta memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga.
GBS dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan klien diatasi di unit perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernafasan yang memerlukan ventilator,kadang- kadang untuk perode yang lama. Plasmaferesis( perubahan plasma) yang menyebabkan reduksi antibiotik ke dalam sirkulasi semntara,yang dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada klien dan demielinisasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinue,untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disaritmia jantung disebabkan keadaan abnormal otonom yang diobati denagan propanolol untuk mencegah takikardi dan hipertensi. Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode brakikardia selama penghisapan endotrakeal dan terapi fisik.
G. Patofisiologis
Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus Ranvier ) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraselular. Membran sangat permeabel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik.
Gerakan ion – ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat dan banyak pada nodus Ranvier , sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain ( konduksi seltatori ) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput mielin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan.
3
PATHWAY
4
Faktor-faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu sebelum onset, meliputi ISPA, inf.gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf
Selaput mielin hilang akibat dari respons alergi, autoimun, hipoksemia, toksik kimia, dan insufisiensi vaskuler
Proses demielinisasi
Paralisis pd okuler,wajah dan otot orofaring,
kesulitan bicara, mengunyah, dan
menelan
Gangguan fungsi saraf perifer dan kranial
Konduksi saltatori tidak terjadi dan tidak ada trasmisi impuls saraf
Gangguan fungsi saraf kranial : III, IV, V, VI,
VII, VIII, IX,X
Gangguan saraf perifer dan neuromuskular
4. Resti defisit cairan tubuh5. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan tonus otot seluruh tubuh,
perubahan estetika wajah
Parestesia (kesemutan) dan kelemahan otot
kaki, yg dpt berkembang ke ekstremitas atas,
batang tubuh, dan otot wajah
Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan
Disfungsi otonom
Paralis lengkap, otot pernapasan terkena,
mengakibatkan insufisiensi pernapasan
Kurang bereaksinya sistem saraf simpatis
dan parasimpatis, perubahan sensori
Kelemahan fisik umum, paralisis otot wajah
Resti gagal pernapasan (ARDS), penurunan kemampuan batuk, peningkatan sekresi
mukus
Gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan tekanan
darah (hipertensi transien, hipotensi
ortostatik), dan gangguan vasomotor
Penurunan curah jantung ke ginjal
Penurunan curah jantung ke otak dan
jantung
3. Resti penurunan perfusi perifer
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
6. Gangguan pemenuhan ADL7. Kerusakan mobilitas fisik8. Gangguan konsep diri
Sekresi mukus masuk lebih kebawah jalan
napas
Anuria
Penurunan filtrasi glomerulus
Gagal ginjal akut
9. Kecemasan keluarga
1. Ketidakefektifan pola napas
Gagal fungsi pernapasan
Koma
Kematian
Gawat kardiovaskuler
Resti infeksi saluran napas bawah dan
parenkim paru
Pneumonia
Prognosis penyakit kurang baik
Pendidikan paisen dan pertimbangan perawatan di rumah
1. Banyak pasien GBS mengalami pemulihan yan sempurna dalam beberapa minggu atau bulan
2. Pasien-pasien yang pernah mengalami paralisis total atau lama mungkin membantukan beberapa tipe rehabilitasi yang dilakukan terus setelah keluar dari rumah sakit
3. Program yang luas bergantung pada pengkajian yang dibutuhkandibuat oleh anggota tim kesehatan
4. Alternatif program yang komprehensif bagi paisen jika dikurangi adalah penting dan dukungan social dibatasi untuk program dirumah terhadap terpi fisik dan okupasi
5. Fase pemulihan mungkin lama dan akan membutuhkan kesabaran serta keterlibatan pihak pasien dan keluarga untuk mengembalikan kemampuan sebelumnya
6. Awitan akut dan perkembangan yang dramatic dari gejala-gejala yang ada tidak dapat dilakukan penyelesaiannya denagn tiba-tiba dalam mengubah fungsi-fungsi
7. Kelompok-kelompok GBS menawarkan kedua informasi dan berinteraksi dengan kelompok yang dapat membantu selam fase pemulihan
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama : kelumpuhan dan kelemahan
Riwayat keperawatan : sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya
yang dilakukan selama menderita penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital /
paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
B2 (Bleeding)
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.
B3 (Brain)
Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan
ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun),
fluktuasi suhu badan.
B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
B5 ( Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun,
konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
B6 (Bone)
Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.
a. Anamnesis
Keluhan utama pasien
Rasa lemas seluruh badan dan disertai adanya rasa nyeri
Paraestasia jari kaki s/d tungkai
Progresive weakness > 1 Ekstremitas
Hilangnya refleks tendon
6
Pendukung
Weakness berkembang cepat dalam 4 minggu
Gangguan sensory Ringan
Wajah nampak lelah meliputi otot-otot bibir terkesan bengkak
Tachicardi, cardiac arytmia, Tekanan Darah labil
Tidak ada demam
b. Inspeksi
Tampak kelelahan pada wajah
Otot-otot bibir terkesan bengkak
Kemungkinan adanya atropi
Kemungkinan adanya tropic change
c. Palpasi
Nyeri tekan pada otot
d. Auskultasi
Breathsound terdengar cepat
Tekanan darah labil (selalu berubah-ubah)
Tachicardy, Cardiac arythmia
Hyperventilasi
3. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Aktif : Kekuatan otot
Pasif : Lingkup Gerak Sendi, endfeel
Diagnosa keperawatan
7
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot- otot pernafasan dan ancaman gagal pernafasan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung.
4. Resiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik.5. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran.7. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerimaan
rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensori.8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.
9. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.
Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan pola napas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Secara subjektif sesak napas (-), RR 16-20x/mnt. Tidak menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal.
Intervensi RasionalisasiKaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori
Menjadi bahan parameter monitoring serangan gagal napas dan menjadi data dasar intervensi selanjutnya
Evaluasi keluhan sesak napas baik secara verbal dan nonverbal
Tanda dan gejala meliputi adanya kesukaran bernapas saat berbicara, pernapasan dangkal dan irreguler, menggunakan otot-otot aksesoris, takikardia, dan perubahan pola napas
Beri ventilasi mekanik Ventilasi mekanik jika pengkajian sesuai kapasitas vital, klien memperlihatkan perkembangan kearah kemunduran, yang mengindikasi kearah memburuknya kekuatan otot-otot pernapasan
Lakukan pemeriksaan kapasitas vital Kapasitas vital klien dipantau lebih sering
8
pernapasan dan dengan interval yang teratur dalam penambahan kecepatan pernapasan dan kualitas pernapasan, sehingga pernapasan yang tidak efektif dapat diantisipasi. Penurunan kapasitas vital dihubungkan dengan kelemahan otot-otot yang digunakan saat menelan, sehingga hal ini menyebabkan kesukaran saat batuk dan menelan, dan adanya indikasi memburuknya fungsi pernapasan
Kolaborasi :Pemberian humidifikasi oksigen 3l/mnt
Membantu pemenuhan oksigen yang sangat diperlukan tubuh dengan kondisi laju metabolisme sedang meningkat
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil : Secara subjektif sesak napas (-), RR 16-20x/mnt, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, retraksi ICS (-), ronkhi (-/-), mengi (-/-), dapat mendemonstrasikan cara batuuk efektif
Intervensi RasionalisasiKaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori, warna, dan kekentalan sputum
Memantau dan mengatasi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernapasan dengan interval yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot intercostal dan diafragma yang berkembang dengan cepat
Atur posisi fowler dan semifowler Peninggian kepala tempat tidur memudahkan pernapasan, meningkatkan ekspansi dada, dan meningkatkan batuk lebih efektif
Ajarkan cara batuk efektif Klien berada pada risiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan napas dan mengalami kesulitan dalam menelan, yang dapat menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal napas akut
Lakukan fisioterapi dada;vibrasi dada Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih efektif
Penuhi hidrasi via oral seperti minum air Pemenuhan cairan dapat mengencerkan
9
putih dan pertahankan intake cairan 2500ml/hari
mukus yang kental dan dapat membantu pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh
Lakukan pengisapan lendir di jalan napas Pengisapan mungkin diperlukan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas menjadi bersih
3. Risiko gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan
Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria hasil : Setelah dirawat selama 3 hari klien tidak terjadi komplikasi
akibat penurunan asupan nutrisi
Intervensi RasionalisasiKaji kemampuan klien dalam pemenuhan nutrisi oral
Perhatian yang diberikan untuk nutrisi yang adekuat dan pencegahan kelemahan otot karena kurang makanan
Monitor komplikasi akibat paralisis akibat insufisiensi aktivitas parasimpatis
Ilius paralisis dapat disebabkan oleh insufisiensi aktivitas parasimpatis. Dalam kejadian ini, makanan melalui intravena dipertimbangkan diberikan oleh dokter dan perawat memantau bising usus sampai terdengar
Berikan nutrisi via NGT Jika klien tidak mampu menelan, makanan diberikan melalui selang lambung
Berikan nutrisi via oral bila paralisis menelan berkurang
Bila klien dapat menelan, makanan melalui oral diberikan perlahan-lahan dan sangat hati-hati
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran
Intervensi RasionalisasiKaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik
Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya
Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
Bila pemulihan mulai untuk dilakukan, klien dapat mengalami hipotensi ortostatik(dari disfungsi otonom) dan kemungkinan meja tempat tidur untuk menolong mereka mengambil posisi duduk tegak
10
Hindari faktor yang memungkinkan terjadinya trauma pada saat klien melakukan mobilisasi
Individu paralisis mempunyai kemungkinan mengalami kompresi neuropati, paling sering saraf ulnar dan peritoneal. Bantalan dapat ditempatkan disiku dan kepala fibula untuk mencegah terjadinya masalah ini
Sokong ekstremitas yang mengalami paralisis
Ekstremitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan memberikan latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kali sehari
Monitor komplikasi gangguan mobilitas fisik
Deteksi awal trombosis vena profunda dan dekubitus sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebih mudah dilaksanakan
Kolaborasi dengan tim fisioterapis Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak
5. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang
Kriteria hasil : Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab yang memengaruhinya, dan menyatakan cemas berkurang
Intervensi RasionalisasiBantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak
Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
Mulai untuk melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rasa eksternal yang tidak perlu
11
Tingkatkan kontrol sensasi klien Kontrol sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri), yang positif, membanatu latihan relaksasi. Latihan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan respon balik yang positif
Orientasi klien terhadap prosedur rutin dalam aktivitas yang diharapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan kecemasannya
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekawatiran yang tidak diekspresikan
Memberikan privacy untuk klien dan orang terdekat
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan membentuk perilaku adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi
6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromoskular, penurunan kekuatan otot,penurunan kesadaran.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tin dakan mobilitas pasien meningkat atau teradaptasi.
Kriteria hasil : Peningkatan kemampuan dan tidak terjadi trombosis vena profunda dan emboli paru merupakan ancaman pasien yang tidak mampu menggerakkan ekstremitas, dekubitus tidak terjadi.
Intervensi RasionalKaji tingkat kemampuan pasien dalam melakukan mobilias fisik
Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya
Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan pasien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
Bila pemulihan mulai untuk dilakukan, pasien dapat mengalami hipotensi ortostatik (dari disfungsi otonom) dan kemungkinan membutuhkan meja tempt tidur untuk menolong mereka mengambil posisi duduk tegak
Hindari factor yang memungkinkan terjadinya trauma pada saat pasien melakukan mobilisasi
Individu paralisis mengalami kemugkinan untuk mengalami kompresi neuropati, paling sering sarafulnar dan peritoneal. Bantalan dapat diletakkan disiku dan kepala fibula untuk mencegah terjadinya masalah ini
12
Sokong ekstremitas yang mengalami paralisis Ekstremitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan memberikan latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kalisehari
Monitor komlikasi gangguan mobilitas fisik Deteksi awal thrombosis vena profunda dan dekubitus sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebih mudah dilaksanakan
Kolaborasi dengan tim fisioterapi Kolborasi dengan ahli terapi fisik untuk mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak
7. Cemas berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang.
Kriteria hasil : Mengenal perasaannya,dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, menanyakan cemas berkuran
Intervensi RasionalBantu pasien mengekspesikan perasaan marah, kehilangan dan takut
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, didampingi psien dan melakuan tindakan bila perilaku merusak
Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan asa marah, menurunkan kerja sama an mungkin memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rangsangan ekstermal yang tidak perlu
Tingkatkan control dan sensai pasien Kontrol sensasi pasien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan pasien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan dan memberikan renpons baik yang positif
13
Orintasikan pasien terhadap rutin dan aktivitas yang diharapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapakan kecemasananya
Dapat menghilangkan ketenangan terhadap kekhawatikan yang tidak diekspresikan
Beri privasi pasien untuk pasien dan orang terdekat
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan membentuk perilaku adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi
8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yabg berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah intervensi harga diri pasien meningkat.
Kriteria hasil : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.
Intervensi RasionalisaiKaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan untuk individu dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
Identifikasi arti kehilangan atau difungsi pada pasien
Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sementara pasien yang lain mempunyai kesulitan mengenal dan mengatur kekurangan
Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaan termasuk permusuhan dan kemarahan
Menunjukkan penerimaan, membantu pasien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan denga perasaan tersebut
Catat ketika pasien menyatakan pertanyaan pengakuan terhadap penolakan tubuh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan ingin mati
Mendukung penolakan terhadap bgian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dankemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional
14
Ingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih daoat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengonrol sisi yang sehat
Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Membiarkan pasien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru
Bantu dan anjutkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengendalikan lebih dari satu area kehidupan
Anjurkan orang terdekat unuk mengijinkan pasien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta proses rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang
Dukung penggunaan alat-alat yang dapat membantu adaptasie pasien seperti tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter
Meningkatkan kemandirian unuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiata social
Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan menarik diri
Dapat mengindikasiakan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke, ketika intervensi dan evaluasi lebih lanjut diperlukan
Kolaborasi : Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan
15
Daftar pustaka
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1 & Vol.
2,Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare
Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, Elly Nurchmah dan Ratna S.
Sudarsono
Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Neurologik, Monica Ester DA
16