Download pdf - Makalah LBM 2 Kegawat

Transcript
  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    1/28

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik

    di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil

    dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar.

    Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas,

    bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.

    Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga

    dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan

    penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang

    lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka

    bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air

    panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan

    penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama.

    Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan

    rehabilitasnya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga

    terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat

    dialami pasien, maka pasien luka

    B. TUJUAN

    a. Untuk mendiskripsikan penyebab luka bakar.

    b. Untuk dapat mendiskripsikan macam-macam luka bakar

    c. Untuk mendiskripsikan cara mengidentifikasi derajat keparahan luka bakar

    d. Untuk mendiskripsikan cara penatalaksanaan luka bakar

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    2/28

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN SKENARIO

    A. Skenario

    LBM II

    TERBAKAR KOMPOR MELEDAK

    Seorang pria, Tn R, 33 th, dibawa ke UGD karena luka bakar disebabkan oleh

    kompor yang meledak 2 jam yang lalu. Tn.R sadarnamun tampak sangat sesak dan

    mengeluh kesakitan dengan suara yang serak dan kalimat yang pendek-pendek.

    Sebagai dokter magang di UGD, anda meminta perawat untuk menggunting pakaian

    Tn.R, dan melihat bahwa terdapat eritema pada wajah, leher, dada, hampir seluruh

    lengan kiri Tn R. Pada eritema tersebut beberapa bula, beberapa bula sudah pecah dan

    berair. Alis Tn.R juga tampak terbakar. Pada pemeriksaan fisik TD 130/80 mmHg, N

    98x/m, RR 32x/menit, T 37,7C. Dokter jaga senior di UGD mempersilakan anda

    untuk menangani pasien ini. Dia mengarahkan anda untuk melakukan primary survey

    dengan memperingatkan anda untuk menangani masalah airway dan breathing yang

    terjadi pada pasien. Anda juga diminta mencari tanda-tanda trauma inhalasi pada

    pasien dan menangani luka bakar yang dideritanya dengan memperkirakan luas luka

    berdasarkan Rule of Nines. Bagaimana anda menangani pasien ini?

    B. Terminologi

    a. Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh

    kapiler yang reversible

    b. Bula : gelembung kecil yang berisi cairan / penonjolan kulit berbatas tegas

    seperti vesikel dengan ukuran > 1 cm (lebih daripada vesikel)

    c. Primery survey : penilaian awal terhadap pasien, yang bertujuan untukmengidentifikasi secara cepat dan sistematis dan mengambil tindakan

    terhadap setiap permasalahan yang mengancam jiwa.

    d. Airway : suatu cara atau tindakan untuk menilai atau memeriksa jalan

    nafas.

    e. Breathing : usaha seseorang untuk memberikan pernafasan. Tindakan ini

    merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru.

    f. Rule of Nines : alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraanukuran / luas luka bakar. Dasar metode ini bahwa tubuh dibagi dalam

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    3/28

    3

    keadaan bagian bagian anatomik setiap bagian mewakili 9 % kecuali

    daerah genitalia 1 %.

    C. Permasalahan

    a. Bagaimana mekanisme terjadinya eritema dan bula?

    Pada luka bakar terjadi kerusakan kulit dan pembuluh darah dibawah kulit.

    Pada saat terjadinya kerusakan sel sel kulit, sel darah dalam kapiler

    pembuluh darah akan mengendap dan berkumpul ditempat terjadinya

    kerusakan kulit sehingga akan timbul kemerahan. Terjadinya bula

    diakibatkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler terjadi kebocoran

    kapiler sehingga cairan ke interstitial yang menyebabkan terjadinya bula.

    b. Bagaimana luka bakar menyebabkan gangguan pernafasan?

    Pada luka bakar akan terjadi cedera inhalasi/udara yang terlalu panas

    akan menyebabkan perubahan mukosa saluran pernafasan sehingga

    mengiritasi saluran pernafasan yang akan mengakibatkan edema mukosa

    saluran pernafasan atas/laring sehingga terjadi obstruksi lumen/saluran

    bagian atas, hal tersebut beresiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak

    efektif.

    c. Cara sistematis menggunting pakaian saat terjadi luka bakar?

    Pakaian yang digunting Secara sistemik dapat dilakukan 6c: cholting,

    cooling, cleaning, chemiprophylaxis, covering and comforting.

    - Cholting: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.

    Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka

    dibiarkan untuk pada fase cleaning.

    - Cooling: dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan

    menggunakan air yang mengalir selama 20 menit. Hindari

    hipotermia (penurunan suhu dibawah normal, terutama apada

    anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah

    kejadian luka bakar, kompres dengan air dingin (air sering

    diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai

    analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi,

    jangan dipergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah

    mengkerut (vasokontriksi) sehingga justru akan memperberat

    derajat luka dan resiko hipotermia, untuk luka bakar karena zatkimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air yang

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    4/28

    4

    mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab

    luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari

    kulit baru disiram air yang mengalir.

    - Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk

    mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah

    mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan resiko infeksi

    berkurang.

    - Chemiprophylaxis: pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada

    luka yang lebih dalam dari superficial partial thickness .

    pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi,

    dapat diberikan kecuali pada luka bakar superficial. Tidak boleh

    diberikan pada wajah.

    - Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai

    dengan derajat luka bakar. Luka bakar superficial tidak perlu

    ditutup dengan kassa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang

    dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi

    pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit

    akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau

    larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan

    resiko infeksi.

    - Comforting: dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri

    D. Identifikasi pasien

    Identitas pasien

    Nama : tn.NR

    Usia : 33 tahun

    Alamat : -

    Agama : -

    Pekerjaan : -

    Pendidikan : -

    Status : -

    Anamnesa

    Keluhan utama : kesakitan dengan suara yang serak dankalimat

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    5/28

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    6/28

    6

    BAB III

    DESKRIPSI LUKA BAKAR

    a. Definisi

    Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

    disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,

    dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

    mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok)

    sampai fase lanjut.

    b. Etiologi

    Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun

    tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan

    rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan

    kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya

    luka bakar dapat dibagi menjadi:

    Flame burns : merupakan penyebab kedua terbanyak dari luka bakar,

    utamanya pada orang dewasa. Terdapat kontak nyata dari kulit dan api

    yang menghanguskan kulit hingga menghitam.

    Contact burns : disebabkan oleh kontak langsung dengan objek objek

    atau benda benda dengan temperatur tinggi, seperti metal, plastik, atau

    kaca. Luka bakar yang terjadi biasnya sangat dalam namun terbatas pada

    area tertentu.

    Scaldsburn Merupakan penyebab paling umum dari luka bakar, utamanya

    pada anak anak. Scald dapat melibatkan berbagai jenis zat, utamanya

    cairan, minyak, dan aspal. Mekanisme terjadinya misalnya tumpahan,

    luapan, terendam, dan sebagainya. Mekanisme ini dapat memperkirakan

    kedalaman luka. Kulit dapat menahan suhu hingga 104F (40C) dalam

    jangka waktu tertentu sebelum menimbulkan luka. Air mendidih

    (210F/99C) atau sup panas (140-210F/60-99C) biasanya menyebabkan

    luka bakar yang dalam. Luka bakar scald dengan minyak sangat panas,

    dengan suhu berkisar antara 350 - 400F (177 - 204C). Hal inimenyebabkan luka bakar yang sangat dalam yang biasanya membutuhkan

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    7/28

    7

    perawatan bedah. Luka bakar muncul pada kulit yang terkena, sehingga

    perbedaan satu lapis pakaian dapat menghasilkan luka bakar dengan

    kedalaman yang berbeda.

    c. Klasifikasi

    Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu

    tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung

    menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju

    yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti

    nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu

    menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.

    Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka

    bakar derajat I, II, atau III:

    Derajat I

    Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak

    jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya

    sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanyatampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau

    hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    8/28

    8

    Gambar luka bakar derajat I (superfisial)

    Derajat II

    Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun

    masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

    Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,

    dan pangkal rambut. Dengan adany a jaringan yang masih sehat tersebut,

    luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa

    gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena

    perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar

    derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan

    penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-

    thickness burn atau luka bakar derajat III.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    9/28

    9

    Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

    Derajat III

    Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ

    atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel

    yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk

    menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala

    yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh

    jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    10/28

    10

    Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

    gambar klasifikasi luka bakar

    Tabel derajat luka

    Kedalaman dan

    penyebab luka

    bakar

    Bagian

    kulit yang

    terkena

    Gejala Penampilan luka Perjalanan

    kesembuhan

    Derajat satu

    (superfisial ):

    Epidermis Kesemutan,

    hiperestesia

    Memerah, menjadi

    putih ketika ditekan

    Kesembuhan

    lengkap dalam

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    11/28

    11

    tersengat

    matahari,

    terkena api

    dengan

    intensitas

    rendah

    (supersensivitas),

    rasa nyeri mereda

    jika didinginkan

    minimal atau tanpa

    edema

    waktu satu

    minggu,

    terjadi

    pengelupasan

    kulit

    Derajat-dua

    (partial-

    thickness):

    tersiram air

    mendidih,

    terbakar oleh

    nyala api

    Epidermis

    dan

    bagian

    dermis

    Nyeri,

    hiperestesia,

    sensitif terhadap

    udara yang dingin

    Melepuh, dasar luka

    berbintik-bintik

    merah, epidermis

    retak, permukaan

    luka basah, terdapat

    edema

    Kesembuhan

    dalam waktu

    2-3 minggu,

    pembentukan

    parut dan

    depigmentasi,

    infeksi dapat

    mengubahnya

    menjadi

    derajat-tiga

    Derajat-tiga

    (full-

    thickness):

    terbakar nyala

    api, terkena

    cairan mendidih

    dalam waktu

    yang lama,

    tersengat arus

    listrik

    Epidermis

    ,

    keseluruh

    an dermis

    dan

    kadang-

    kadang

    jaringan

    subkutan

    Tidak terasa

    nyeri, syok,

    hematuria

    (adanya darah

    dalam urin) dan

    kemungkinan

    pula hemolisis

    (destruksi sel

    darah merah),

    kemungkinan

    terdapat luka

    masuk dan keluar

    (pada luka bakar

    listrik)

    Kering, luka bakar

    berwarna putih

    seperti bahan kulit

    atau gosong, kulit

    retak dengan bagian

    lemak yang tampak,

    terdapat edema

    Pembentukan

    eskar,

    diperlukan

    pencangkokan

    , pembentukan

    parut dan

    hilangnya

    kontur serta

    fungsi kulit,

    hilangnya jari

    tangan atau

    ekstrenitas

    dapat terjadi

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    12/28

    12

    BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR

    Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan

    kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya

    trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas

    46oC. Luasnya kerusakan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka

    bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan

    suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan

    cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan

    mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,

    tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

    Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan

    mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks.

    Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada

    beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

    Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar

    pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas

    permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien

    dengan derajat luka II atau III.

    Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

    Pada dewasa digunakan rumus 9 , yaitu luas kepala

    dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas

    atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai

    dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%.

    Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    13/28

    13

    Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif

    permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan

    kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian

    tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus

    10-15-20 untuk anak.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    14/28

    14

    Metode Lund dan Browder

    Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi

    massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk

    estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak

    tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak

    dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:

    Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap

    tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama

    dengan dewasa.

    Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5%

    untuk tiap tungkai dan turunkan persentasi kepala

    sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    15/28

    15

    Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body

    surface area affected by burns in children.

    PEMBAGIAN LUKA BAKAR

    1) Luka bakar berat ( major burn )

    a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun

    atau di atas usia 50 tahun

    b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan

    pada butir pertama

    c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

    d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa

    memperhitungkan luas luka bakar

    e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

    f. Disertai trauma lainnya

    g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

    2) Luka bakar sedang ( moderate burn )

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    16/28

    16

    a. Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan

    luka bakar derajat III kurang dari 10 %

    b. Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10

    tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III

    kurang dari 10 %.

    c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun

    dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan

    perineum

    3) Luka bakar ringan

    a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

    b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

    c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak

    mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

    d. Patofisiologi

    Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

    kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang

    ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya

    permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak

    elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan

    kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang

    berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan

    pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

    Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh

    masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik

    dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan

    cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan

    terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang

    tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas

    karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring yang ditimbulkannya

    dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,

    stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

    Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akanmengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    17/28

    17

    oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah.

    Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,

    penderita dapat meninggal.

    Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta

    penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan

    meningkatnya diuresis.

    Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan

    medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi

    ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang

    mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau

    antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit

    penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi

    kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya

    karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

    Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang

    berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi

    kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin

    protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada

    luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup

    luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan

    eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

    Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas

    dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang

    kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi

    nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi

    kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan

    menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang didarahinya nanti.

    Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman

    dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian

    disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus

    atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah

    (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan

    kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    18/28

    18

    Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh

    dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen

    epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat,

    atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan

    parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat

    III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di

    persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

    Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,

    peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi,

    peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stres atau badan faali yang

    terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di

    mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak

    peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling .

    Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga

    keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,

    metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga

    memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama

    didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi

    sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka

    bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar

    menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat,

    penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar

    ditentukan oleh luasnya luka bakar.

    FASE PADA LUKA BAKAR

    Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

    1. Fase awal, fase akut, fase syok

    Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada

    saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan

    adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks;

    dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok

    hipovolemia.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    19/28

    19

    2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

    Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response

    Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome

    (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan

    masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari

    kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)

    3. Fase lanjut

    Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya

    maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar

    seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi

    akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi

    yang hebat dan berlangsung lama.

    Pembagian zona kerusakan jaringan:

    1. Zona koagulasi, zona nekrosis

    Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi

    protein) akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan

    ini mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah

    disebut juga sebagai zona nekrosis.

    2. Zona statis

    Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona

    koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai

    kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no

    flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar dan respon

    inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan

    mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.3. Zona hiperemi

    Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa

    vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan

    umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami

    penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona

    pertama.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    20/28

    20

    e. Penatalaksanaan

    Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah

    mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung

    sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka

    bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas.

    Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian

    cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea

    dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

    Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal

    yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien

    luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas tersembunyi . Oleh karena itu,

    setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata

    laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat

    terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya

    jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga

    penting dalam evaluasi awal.

    Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaanradiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu

    mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul. Setelah mengeksklusi jejas

    signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal

    yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan

    ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

    Tatalaksana resusitasi luka bakar

    a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

    i. Intubasi

    Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan

    manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan

    sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

    ii. Krikotiroidotomi

    Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    21/28

    21

    dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.

    Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume,

    lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat

    berbicara jika dibanding dengan intubasi.

    iii. Pemberian oksigen 100%

    Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi

    jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam

    pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress

    oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat

    vasodilator dan modulator sepsis.

    iv. Perawatan jalan nafas

    v. Penghisapan sekret (secara berkala)

    vi. Pemberian terapi inhalasi

    Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik

    didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga

    mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan

    dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila perlu.

    Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti

    atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat

    (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial)

    vii. Bilasan bronkoalveolar

    b. Tatalaksana resusitasi cairan

    Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang

    adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga

    iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan

    diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak

    diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk

    menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons

    inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan

    dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan

    sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    22/28

    22

    tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke

    kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal

    mungkin.

    Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada

    beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

    Cara Evans

    1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

    2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

    3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

    Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.

    Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua

    diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga

    diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

    Cara Baxter

    Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

    Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

    Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua

    diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga

    diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

    c. Resusitasi nutrisi

    Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

    dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak

    sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisiyang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat

    dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan

    fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan

    demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah

    terjadinya SIRS dan MODS.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    23/28

    23

    Perawatan luka bakar

    Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan

    morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg

    dan maintenance 5 -20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak

    0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian

    methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang

    nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien

    masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone,

    dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.

    Terapi pembedahan pada luka bakar

    A. Eksisi dini

    Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris

    (debridement ) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari

    ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:

    a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan

    dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada

    daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan

    menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya

    iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan

    dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin

    lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.

    b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi

    komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan

    nekros is yang melepaskan burn toxic (lipid protein complex ) yang

    menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

    c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses

    angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini

    mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi.

    Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    24/28

    24

    organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar

    yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.

    Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian

    cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka

    bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis

    dan juga skin grafting (dianjurkan split thickness skin grafting ). Tindakan

    ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.

    Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

    - Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan

    lebih dari 3 minggu.

    - Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.- Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang

    timbul.

    Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh

    posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.

    Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yangterluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah

    (endpoint ). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu

    pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas

    permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun mesin yang

    dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka

    bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh

    melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil

    perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum

    dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah

    yang dieksisi. Setelah dilakukan hal- hal tersebut, baru dilakukan skin graft .

    Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan

    keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan

    dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

    Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampailapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    25/28

    25

    penuh ( full thickness ) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.

    Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong

    electrocautery . Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:

    - Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,endpoint yang lebih mudah ditentukan

    - Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada

    saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari

    eksisi.

    B. Skin grafting

    Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan darimetode ini adalah:

    a. Menghentikan evaporate heat loss

    b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu

    c. Melindungi jaringan yang terbuka

    Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada

    luka bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis,

    kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses

    maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah

    tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha,

    bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat

    dilakukan secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft .

    Bedanya dari teknik teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang

    diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor

    tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang lubang

    pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1

    : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting . Ketebalan

    dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting , usia

    pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor

    sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin

    dermatome ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.

    Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutanepinefrin) dan juga anestesi.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    26/28

    26

    Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang

    dihasilkan dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan

    hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga

    terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat diperlukan.

    Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit

    donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:

    - Kulit donor setipis mungkin- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang

    dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :

    o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut

    tekan)o Drainase yang baiko Gunakan kasa adsorben

    f. Prognosis

    Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan

    luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.

    Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.

    Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada

    luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta

    parut hipertrofik dan kontraktur.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    27/28

    27

    BAB IV

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil

    penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan

    secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar

    didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya

    luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan

    perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat

    menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga

    keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

    makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin

    meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

  • 7/21/2019 Makalah LBM 2 Kegawat

    28/28

    Daftar pustaka

    1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,

    editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

    EGC; 2005. h. 73-5.

    2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

    3. Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner &

    Suddarth ? editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung

    Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta :

    EGC, 2001