BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.......... Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-
unsur Negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur
Negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal di wilayah Negara menjadi penduduk
suatu Negara. Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan,
hak , dan kewajiban yang bersifat timbal balik.
.......... Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara atau warga dari suatu negara yakni peserta
dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Setiap warga
negara mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilakukannya.
Segala sesuatu tentang hak dan kewajiban tersebut sudah diatur oleh negara. Dan
demi terwujudnya kesejahteraan setiap warga negara kita harus dapat
menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan?
2. Apa hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945?
3. Seperti apa problema status kewarganegaraan dan ketidak seimbangan hak
serta kewajiban warga negara saat ini?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian warga negara dan kewarganegaraan.
2. Memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.
3. Mengetahui seperti apa problema tentang kewarganegaraan saat ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Tentang Warga Negara
1. Pengertian Warga Negara
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai
dengan kedudukannya sebagai orang merdeka, karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota atau warrga dari suatu Negara, yakni
peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama,
atas dasar tanggung jawab bersama untuk kepentingan bersama.
Ada beberapa pengertian warga Negara yaitu :
Dalam UUD 1945 pasal 26
Warga Negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang
disahkan undang-undang sebagai warga Negara.
Pasal 1 UU No. 24/1958
Warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan
perundang-undangan dan/ atau perjanjian-perjanjian dan/ atau peraturan
yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga
Negara Republik Indonesia.
Penduduk suatu negara dapat dibagi atas warganegara dan bukan warga
negara (orang asing). Dalam hubungan dengan negara yang didiaminya,
keduannya sangat berbeda, yakni:
2
a. Setiap warga negara memiliki hubungan yang tidak terputus dengan
tanah airnya, dengan UUD negaranya, walaupun misalnya yang
bersangkutan berada di luar negeri, selama yang bersangkutan tidak
memutusakan hubungannya atau terikat oleh ketentuan hukum
Internasional, misalnya seorang yang kawin dengan orang perancis,
maka ia otomatis mengikuti kewarganegaraan suaminya.
b. Penduduk yang bukan warga negara(orang asing) hubungannya
hanyalah selama yang bersangkutanbertempat tinggal dalam wilayah
negara tersebut.
2. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Istilah
kewarganegaraan diebdakan menjadi dua, yaitu :
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan Sosiologis
1) Kewarganrgaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya ikata
hukum antara warga negara dengan negara yang menimbulkan akibat-
akibat hukum tertentu. Tanda-tandanya misalnya : akta kelahiran,
surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dll.
2) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis tidak ditandai dengan ikatan
hukum, tetapi ikatan emosional, seperti : ikatan perasaan, ikatan
keturunan, ikatan sejarah, ikatan tanah air, dll.
b. Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil
1) Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat
kewarganegaraan.
2) Kewarganegaraan dalam arti Materiil menunjuk pada akibat hukum
dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga
negara.
3
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang
yang sudah mempunyai kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau
kewenangan negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-
kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.
B. Asas Kewarganegaraan
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa warga negara merupakan
anggota sebuah negara yang mempunyai tanggung jawab dan hubungan
timbale balik terhadap negaranya. Seorang yang diakui sebagai warga
negara haruslah ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati
dalam negara tersebut. Ketentuan itu menjadi asas atau pedoman untuk
menentukan status kewarganegaraan seseorang. Setiap negara mempunyai
kebebasan dan kewenangan untuk menetukan asas kewarganegaraan
seseorang.
Dalam menerapkan asas kewarganegaraan itu, dikenal dengan dua
pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran ada dua asas yaitu : ius soli (tempat kelahiran), ius
sanguinis (keturunan). Sedangkan berdasarkan perkawinan ada dua asas,
yaitu : asas kepastian hukum dan asas persamaan derajat.
a. Asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran
1) Asas Ius Soli (tempat kelahiran)
Istilah ini diambil dari bahsa Latin, yakni ius berarti hukum,
pedomaan atau dalil, Soli berasal dari kata solum berarti negeri,
tanah atau dareah. Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut lahir.
Sebagai contoh, jika sebuah negara menganut asas ius soli, maka
4
seorang yang dilahirkan di negara tersebut mendapat hak sebagai
warga negara.
2) Asas Ius Sanguinis (keturunan)
Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah. Asas ini
menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunan dari orang tersebut. Contohnya, jika sebuah
negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang dari
orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara misalkan
saja Indonesia, maka anak tersebut berhak mendapat status
kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga negara Indonesia.
b. Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
1) Asas persamaan hukum
Asas ini didasarkan pada pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan
yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan
suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan.
Berdasarkan asas ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri
adalah sama dan satu.
2) Asas persamaan derajat
Asas ini berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki
hak yang sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi, mereka
dapat berbeda kewarganegaraan seperti halnya sebelum berkeluarga.
5
C. Unsur-Unsur yang Menentukan Kewarganegaraan
2.3.1. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis)
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya
menentukan kewarganegaraan seseorang, artinya kalau anak dilahirkan
dari orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia dengan sendirinya juga
warga negara Indonesia.
Prinsip ini adalah prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, yang
diantaranya terbukti dalam system kesukuan, dimana anak dari anggota
sesuatu suku dengan sendirinya dianggap sebagai anggota suku itu.
Sekarang prinsip ini berlaku diantaranya di Inggris, Amerika, Perancis,
Jepang, dan juga Indonesia.
2.3.2. Unsur daerah tempat kelahiran (ius soli)
Daerah tempat seseorang dilahirkan menentukan kewarganegaraan.
Misalnya, kalau orang dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia
dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia. Terkecuali anggota-
anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam
ikatan dinas. Prinsip ini berlaku juga di Amerika, Inggris, Perancis, dan
juga Indonesia. Tetapi di jepang, prinsip ius soli ini tidak berlaku. Karena
seseorang yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya
berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui sebagai warga negara Jepang.
2.3.3. Unsur pewarganegaraan (Naturalisasi)
Walaupun tidak dapat memenuhi prinsip ius soli ataupun ius
sanguinis, orang dapat juga memperoleh kewarganrgaraan dengan jalan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur menurut
kebutuhan yang dibawakan oleh kondisi dan situasi negara masing-
masing.
6
.Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang pasif.
Dalam pewarganegaran aktif, sesseorang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari
suatu negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang
tidak mau diwarganegarakan oleh sesuatu negara atau tidak mau diberi
atau dijadikan warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat
menggunakan hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut.
D. Status Kewarganegaraan
..........Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara
pada dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah
negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang
sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara
bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
Dalam UUD 1945 pasal 26
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-oran bangsa Indnesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
Dalam UU No. 3 tahun 1946
........ Sebagai pelaksanaan dari pasal 26 UUD 1945 diatas, Pemerintah
Republik Indonesia pada April 1946 dengan resmi telah mengundangkan UU
No.3 Tahun 1946. Menurut UU ini yang dimaksud dengan penduduk Negara
adalah mereka yang telah bertempat tinggal di Tanah Air kita selama satu
7
tahun berturut-turut. Sedangkan yang dimaksud dengan Warga Negara ialah
mereka yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Penduduk asli dalam wilayah RI, termasuk anak-anak dari penduduk asli
tersebut.
b) Istri seorang Warganegara Indonesia.
c) Keturunan dari seorang warganegara yang menikah dengan warganegara
asing.
d) Anak-anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orang tuanya tidak
diakui dengan cara yang sah.
e) Anak-anak yang lahir dalam daerah Indonesia dan tidak diketahui siapa
orang tuanya.
f) Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang
mempunyai kewarganegaraan Indonesia meninggal.
g) Orang yang bukan penduduk asli yang paling akhir telah bertempat
tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, dan telah berumur 21
tahun dan telah menikah. Dalam hal ini warga negara Indonesia, ia boleh
menolak dengan keterangan bahwa ia adalah warga negara negara dari
negara lain.
h) Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jelas pewarganegaraan
(naturalisasi).
E. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai
dengan pasal 34 UUD 1945.
1. Hak warga negara
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2 UUD
1945)
8
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusian”
Hak membela negara (Pasal 27 ayat 3 UUD 1945)
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara”
Hak mengeluarkan pendapat (Pasal 28 UUD 1945)
“kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkang pikiran baik
dengan tulisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
Undang”
Hak kemerdekaan untuk bebes memeluk agama (Pasal 29 ayat 2 UUD
1945)
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercaannya itu”
Hak ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1
UUD 1945)
“tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”
Hak untuk medapatkan pendidikan (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945)
“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional (Pasal
32 ayat 1 UUD 1945)
9
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”
Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan sosial (Pasal 33
UUD 1945)
Hak mendapat jaminan keadilan sosial (Pasal 34 UUD 1945)
2. Kewajiban warga negara
Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1 UUD 1945)
“segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”
Kewajiban membela negara (Pasal 27 ayat 3 UUD 1945)
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara”
Kewajiban dalam upaya pertahanan negara (Pasal 30 ayat 1 UUD 1945)
“tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara”
Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar Negara
10
F. Masalah Kewarganegaraan dan Hak serta Kewajiban Warga Negara
1. Problem status kewarganegaraan
Membicarakan status kewarganegaraan seseorang dalam sebuah
negara, maka akan dibahas beberapa persoalan yang berkenaan dengan
seseorang yang dinyatakan sebagai warga negara dalam sebuah negara.
Jika diamati dan dianalisis, di antara penduduk sebuah negara, ada diantara
mereka yang bukan warga negara (orang asing) di negara tersebut. Dalam
hal ini, dikenal dengan sebutan apatride, bipatride dan multipletride.
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki
status kewaryganegaraan. Sedangkan, Bipatride merupakan istilah yang
digunakan untuk orang-orang yang memiliki status kewarganegaraan
rangkap atau istilah lain dikenal dengan dwi-kewarganegaraan. Sementara
yang dimaksud dengan multipletride adalah istilah yang digunakan
untukmenyebutkan status kewarganegaraan seseorang yang memiliki dua
atau lebih status kewarganegaraan.
Kasus orang-orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan
merupakan sesuatu yang akan mempersulit orang tersebuut dalam konteks
menjadi penduduk pada suatu negara. Mereka akan dianggap sebagai
orang asing, yang tentunya akan berlaku kententuan-ketentuan peraturan
atau perundang-undangan bagi orang asing, yang selain segala sesuatu
kegiatannya akan terbatasi, juga setiap tahunnya diharuskan membayar
sejumlah uang pendaftaran sebagai orang asing.
Kasus kewarganegaraan dengan kelompok Bipatride, dalam realitas
empiriknya, merupakan kelompok status hukum yang tidak baik. Karena
dapat mengacaukan keadaan kependudukan di antara dua negara, karena
itulah tiap negara dalam menghadapi masalah Bipatride dengan tegas
mengharuskan orang-orang yang terlibat untuk secara tegas memilih salah
satu diantara kedua kewarganegaraannya.
11
Kondisi seseorang dengan status berdwikewarganegaraan, sering
terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah perbatasan di antara dua
negara. Dalam hal ini, diperlukan peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
pasti tentang pembatasan serta wilayah territorial, sehingga penduduk di
daerah itu dapat meyakinkan dirinya termasuk ke dalam kewarganegaraan
mana di antara dua negara tersebut.
2. Pelaksanaan hak dan kewajiban saat ini
Pada kenyataannya pelaksanaan hak dan kewajiban warga masyarakat
tidak ada keseimbangan. Dimana hak yang mereka peroleh tidak
disesuaikan dengan kewajiban yang harus mereka lakukan. Sebagai
contoh: para pejabat tinggi negeri ini, mereka mendapatkan segala haknya
terkadang lebih pula namun mereka tidak dapat menyelesaikan
kewajibannya terhadap negara. Atau rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa.
Mereka melaksanakan perintah atasan (kewajiban) namun hak mereka
tidak diberikan sebagaimana mestinya. Hal seperti inilah yang dimaksud
dengan tidak seimbangnya hak dan kewajiban warga negara.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
..... Syarat-syarat utama berdirinya suatu negara merdeka adalah harus ada
wilayah tertentu, ada rakyat yang tetap dan ada pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga syarat ini merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tidak
mungkin suatu negara berdiri tanpa wilayah dan rakyat yang tetap, namun
bila negara itu tidak memiliki pemerintahan yang berdaulat secara nasional,
maka negara itu belum dapat dikatakan sebagai negara merdeka. Warga
negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu
dalam hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara
dan negara, warga negara memiliki kewajiban-kewajiban terhadap negara dan
sebaliknya warga negara juga mempunyai hak-hak yang diberikan dan
dilindungi oleh negara.
...... Pada dasarnya hak dan kewajiban setiap warga negara itu sudah diatur
dan ditetapkan dalam undang-undang. Dan setiap warga negara wajib untuk
melaksanakannya hak dan kewajibannya dengan baik dan benar. Namun pada
kenyataannya, semua itu sudah tidak terlaksana dengan baik. Terjadi
ketidakseimbangan antara hak yang diperoleh dan kewajiban yang seharusnya
dilakukan seseorang. Hal ini yang memicu terjadinya suatu konflik karena
dianggap tidak adanya keadilan di negara ini.
......Problem status kewarganegaraan juga sudah banyak terjadi. Ada banyak
orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan yang nantinya akan
mempersulit orang tersebut dalam menjadi penduduk suatu negara. Di lain
sisi ada orang yang memiliki dua status kewarganegaraan atau bahkan lebih.
Hal ini juga akan mengacaukan keadaan kependudukan di antara negara-
13
negara tersebut. Penetapan status kewarganegaraan ini sudah diatur di
masing-masing negara, jadi setiap orang dapat memiliki status
kewarganegaraan sesuai asas yang berlaku di negara tersebut. Dengan
demikian tidak akan terjadi kekacauan dalam kependudukan suatu negara.
Dengan sistem pemerintahan yang baik problem kewarganegaran tersebut
akan dapat teratasi. Setiap warga negara bertanggung jawab dengan baik atas
hak serta kewajibannya maka tidak akan terjadi ketimpangan atau ketidak
seimbangan antar hak dan kewajiban. Selain itu taat dengan peraturan dalam
penentuan status kewarganegaraan akan dapat mengurangi adanya problem
status kewarganegaraan. Sehingga akan tercipta pemerintahan yang baik
dalam negara ini dan semua sistem pemerintahan akan berjalan dengan
lancar.
B. SARAN
1. Sebagai warga negara yang baik, bisa mendahulukan kepentingan bersama
dari pada kepentingan individunya.
2. Bisa menyeimbangkan antara hak dan kewajibannya sebagai warga negara
Indonesia.
3. Taat dalam melaksakan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
4. Konsekuen dengan status kewarganegaraan yang disandang.
5. Kebijakan untuk hanya mempunyai satu kewarganegaraan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Azra, azyumardi. 2005. Pendidikan Kewargaan (Civic Education):
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: PRENADA MEDIA.
2. Winarno, dwi. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan: Paradigma Baru.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
3. Kaelan MS dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakartra: Paradigma.
4. Ubaidillah, Ahmad, (et al). 2000. Pendidikan Kewarganegaraan:Demokrasi,
HAM & Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
5. Sukaya, Endang Zaelani, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
6. https://iinaprilian.wordpress.com/2010/11/23/contoh-kasus-status-
kewarganegaraan-anak-dalam-perkawinan-campuran/
15
GLOSARIUM
1. Apatride : Orang-orang yang tidak mempunyai suatu
kewarganegaraan.
2. Asas : Dasar (sesuatuu yang menjadi tumpuan
berfikir atau berpendapat).
3. Bipatride : Orang-orang yang mempunyai
kewarganegaraan rangkap atau dwi kewarganegaraan.
4. Formil : Sesuai dengan peraturan yang sah.
5. Hak opsi : Hak untuk memilih atau mengajukan
kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.
6. Hak repudiasi : Hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan dari suatu negara.
7. Ius sanguinus : Unsur darah keturunan menentukan
kewarganegaraan seseorang.
8. Ius soli : Unsur darah tempat kelahiran menentukan
kewarganegaraan seseorang.
9. Kewarganegaraan : Hal yang berhubungan dengan warga
negara; keanggotaan sebagai warga negara.
10. Konstruktif : Bersifat membina, memperbaiki,
membangun.
11. Materiil : Bersifat fisik atau kebendaan.
12. Naturalisasi : Kewarganegaraan seseorang yang diperoleh
melalui pewarganegaraan.
13. Penduduk : Semua orang yang pada suatu waktu
mendiami suatu wilayah tertentu.
14. Produktif : Bersifat mampu menghasilkan dalam jumlah
besar.
15. Warga negara : Seluruh individu yang mempunyai ikatan
hukum dengan suatu negara tertentu.
16. Yuridis : Menurut hukum; secara hukum.
16
MAKALAH
DEFENISI WARGA NEGARA DAN
KEWARGANEGARAAN
OLEH :
LISATUN AINI
1.A
STKIP PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2015
17
Kata Pengantar
Alhamdulillahi Rabbil Alamin......
Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa
atas Ridonya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Defenisi Warga Negara Dan Kewarganegaraan” yang
merupakan pengetahuan penting yang harus diketahui.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya,
serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.
Kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak
yang telah membantu mensukseskan makalah ini hingga selesai, baik
secara langsung maupun tidak.
Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang
tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami
mohon maaf yang setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan makala ini kedepan. Semoga
taufik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju
terciptanya keridhoan Allah SWT.
Amin ya Robbal Alamin......
Sengkang, 24 November 2015
Penulis
18i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar tentang warga negara 3
B. Asas kewarganegaraan 5
C. Unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan 8
D. Status kewarganegaraan 9
E. Hak dan kewajiban warga negara 11
F. Masalah kewarganegaraan dan hak serta
Kewajiban warga negara 14
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 19
Daftar Pustaka 20
Glosarium 21
19ii
Recommended