Makalah Community Nursing Program II
PROMOSI KESEHATAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Community Nursing Program II
Oleh:
TUTOR 8
Nurul Khaira 220110100006
Rd. Gita Mujahidah 220110100017
Monika Rohmatika 220110100025
Dwiesty Fathia Noverina 220110100026
Elga Kristi Ginting 220110100050
Suci Perdana Putri 220110100071
Wina Tresnawati 220110100076
Anah Rostianah 220110100095
Putri Yani Lubis 220110100113
Mika Ginting 220110100118
Eka Wahyu Ningsih 220110100128
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2013
Kasus 1 (Promosi Kesehatan)
Masalah kesehatan di Provinsi A sangat kompleks. Seorang perawat Z komunitas yang
baru saja dipindahkan ke dalam tim program promosi kesehatan di dinas kesehatan
provinsi tersebut, mempelajari status kesehatan terkini di daerah tersebut. Berdasarkan
data-data terkait, penyakit infeksi dan penyakit kronis masih menjadi beban kesehatan
di provinsi ini. ISPA, TBC, HIV/AIDS, dan diare merupakan penyakit terbanyak terkait
dengan penyakit infeksi. Sedangkan masalah utama untyk penyakit kronis adalah
hipertensi, DM, jantung, dan rheumatic. Darihasil analisis masing-masing penentu
kesehatan, faktor perilaku belum signifikan dikaji oleh dinas kesehatan. Dari hasil ini,
perawat Z melakukan pendataan yang nantinya berguna untuk merancang kegiatan
untuk promosi kesehatan dengan baik melalui model, strategi, dan evaluasi promosi
kesehatan yang tepat.
Step 1
(-)
Step 2
a. Apa itu program promosi kesehatan?
b. Apa yang perlu dikaji terkait dengan penyakit infeksi dan penyakit kronis?
c. Apa maksud dari faktor perilaku?
d. Bagaimana metode pendataan?
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan?
f. Pendidikan untuk masyarakat pada kasus?
g. Model promosi kesehatan?
h. Apa fungsi dari promosi kesehatan?
i. Promosi kesehatan apa untuk menyelesaikan pada kasus?
j. Contoh perilaku yang bisa dijadikan identifikasi untuk kesehatan ini?
k. Data-data yang di dapat untuk merancang promosi kesehatan?
Step 3 dan 4
h. Memberi pelayanan kesehatan :
- untuk mengevaluasi perilaku
- untuk membebaskan masyarakat dari penyakit
- untuk memberikan arahan yang benar tentang kesehatan.
f. Identifikasi perilaku pada masing-masing penyakit pendidikan kesehatan dan
intervensi yang diberikan sesuai penyakit yang terjadi di provinsi A.
b. Penyakit Infeksi yang dikaji:
- kepadatan penduduk
- sanitasi daerah
- ekonomi
- keadaan makanan
- tingkat pendidikan
- keadaan tempat tinggal
Penyakit Kronis yang dikaji:
- Status pekerjaan
- Gaya hidup
- Tingkat pendidikan masyarakat
Step 5
Perilaku kesehatan masyarakat Provinsi A yang buruk
Terjadinya Masalah Kesehatan di Provinsi A
Promosi Kesehatan
Pengertian Promosi Kesehatan
Model promosi kesehatan
Strategi promosi kesehatan
Evaluasi Promosi kesehatan
Media Promosi Kesehatan
PendekatanPromosi kesehatan
Pengkajian Perilaku masyarakat
Perilaku kesehatan
Learning objective:
Pertanyaan yang tidak terjawab pada step 3 dan 4
a. Apa itu program promosi kesehatan?
c. Apa maksud dari faktor perilaku?
d. Bagaimana metode pendataan?
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan?
g. Model promosi kesehatan?
i. Promosi kesehatan apa untuk menyelesaikan pada kasus?
j. Contoh perilaku yang bisa dijadikan identifikasi untuk kesehatan ini?
k. Data-data yang di dapat untuk merancang promosi kesehatan?
Tambahan dari dosen tutor:
1. Penanganan spesifik terhadap kasus (infeksi & kronis)
2. Konsep perilaku dan kesehatan
3. Konsep perilaku kesehatan’Teori perilaku kesehatan
4. Teori perilaku kesehatan
5. Konsep pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan
6. Model promosi kesehatan
7. Strategi Promosi Kesehatan
8. Evaluasi Promosi Kesehatan
Step 6
(Self Study)
Step 7 (Reporting)
1. Pengkajian perilaku masyarakat
Hal - hal yang perlu dikaji dalam perilaku masyarakat meliputi :
Faktor internal, hal yang harus dikaji dari masyarakat di Provinsi A
adalah : pendidikan, pengetahuan terhadap penyakit, persepsi, emosi,
motivasi, usia, dan lain-lain.
Faktor eksternal yang harus dikaji dari Provinsi A adalah : lingkungan,
baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Perlu di kaji juga lingkungan dan faktor genetiknya. Perilaku dipengaruhi oleh
genetik dan keturunan.
Bentuk perilaku masyarakat di Provinsi A (Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni)
a. Bentuk pasif
Masyarakat A mengetahu tentang vaksin TB namun tidak mengikuti vaksinasi,
cara pencegahan AIDS dan diare, serta menjaga kesehatan untuk menghindari
penyakit degeneratif namun mereka tidak mau melakukan pencegahn-
pencegahan terhadap penyakit tersebut
b. Bentuk Aktif
Masyarakat mengetahui cara pencegahan, dan mau melakukan pencegahan
Rematik
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa senam rematik itu dapat
mencegah rematik tapi orang tersebut tidak menerapkannya dalam
kehidupannya.
b. Bentuk aktif : orang tersebut sering mengikuti senam rematik.
Jantung
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa merokok dapat memicu
penyakit jantung, tapi orang tersebut tidak menghentikan kebiasaan
merokoknya.
b. Bentuk aktif : orang tersebut menghentikan kebiasaan merokoknya.
Diabetes Melitus
a. Bentuk pasif : seseorang tahu bahwa pola hidup yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula
dapat menyebabkan penyakit DM, tapi orang tersebut tidak bisa
mengatur pola makannya yang salah.
b. Bentuk aktif : orang tersebut bisa mengatur pola makannya ke dalam
pola makan yang sehat.
Hipertensi
a. Bentuk pasif : seseorang mengetahui bahwa olahraga yang cukup dan
teratur dapat mengurangi resiko hipertensi, tapi orang tersebut jarang
berolahraga.
b. Bentuk aktif : orang tersebut rajin berolahraga untuk kesehatan
tubuhnya.
2. Perilaku Kesehatan Masyarakat Provinsi A
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap rangsangan atau
objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan.
a) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
TB dan ISPA
Peningkatan masalah TB dan ISPA di masyarakat A bisa dipengaruhi
oleh perilaku kesehatan masyarakat A yang tidak tahu tentang cara
peningkatan pemeliharaan kesehatannya, perlu kita kaji hal- hal seperti
mengusahakan sanitasi yang baik dalam lingkungan rumah, menjemur
barang-barang, memakan makanan yang bergizi untuk meningkatkan
kekebalan tubuh, berolahraga, serta kepadatan penduduk, perlu dikaji juga
tentang perilaku masyarakat terhadap imunisasi dan vaksinasi pencegahan
penyakit TB, kaji juga perilaku terhadap kebiasaan meludah, batuk, dan
bersin sembarangan.
Diare
Peningkatan masalah diare di masyarakat A bisa di pengaruhi oleh
tindakan masyrakat yang tidak selalu mencuci tangan dan mencuci makanan
tertentu sebelum makan, jajan sembarangan, lingkungan sekitar rumah yang
dekt dengan sampah,kaji keluarga yang tidak memiliki MCK, sumber air
minum, serta personal hygine, hal tersebut perlu dikaji.
HIV/AIDS
Peningkatan masalah AIDS bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan
perlu dikaji tentang pemeliharaan kesehatan berkaitan dengan pengetahuan
pencegahan AIDS, berupa setia terhadap pasangan, penularan lewat cairan
tubuh, penggunaan jarum suntik ang steril, transfusi darah, pelaku
homo/biseksual, penderita hemofilia serta penularan dari ibu ke anak dan
konsumsi mkanan brgizi.
Rematik
Peningkatan masalah rematik di masyarakat A bisa dipengaruhi oleh
perilaku kesehatan masyarakat A yang tidak atau kurang mengetahui
pencetus dari penyakit rematik seperti stress, obesitas, sikap posisi yang
tidak benar.
Diabetes mellitus
Peningkatan masalah DM bisa dikarenakan kurangnya pengetahuan
tentang apa yang menyebabkan penyakit dan faktor apa saja yang dapat
mempengaruhinya, perlu dikaji tentang pemeliharaan kesehatan berkaitan
dengan pengetahuan pencegahan DM, berupa olah raga, penurunan berat
badan, dan pengaturan pola makan.
Penyakit Jantung
Peningkatan masalah penyakit jantung bisa dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat provinsi A faktor yang dapat menyebabkan
penyakit jantung, pengaturan pola makan yang sehat (contohnya: konsumsi
kacang-kacangan, batasi makanan yang mengandung minyak jenuh karena
dapet menyebabkan radang arteri, dan lain-lain), dan pola hidup sehat.
Hipertensi
Peningkatan masalah hipertensi bisa dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat provinsi A tentang :
- Peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour)
Makan makanan bergizi, batasi konsumsi makanan berlemak dan
berkolesterol tinggi serta garam, tidak merokok, dan olahraga teratur.
- Pencegahan penyakit (health prevention behaviour)
Hindari stress, rokok, dan alkohol, dan olahraga teratur.
b) Perilaku sehubungan pencarian pengobatan terhadap penyakit
Hal ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan pemahaman dan
pendidikan serta kemampuan ekonomi masyarakat terhadap penyakit
tersebut. Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang mungkin akan
menggunakan pengobatan yang tidak teruji secara klinis, mengobati dengan
caranya sendiri, pengobatan turun temurun dari nenek moyang bahkan tidak
melakukan pengobatan sama sekali. Bagi masyarakat dengan pendidikan
yang baik, cenderung akan menggunakan fasilitas kesehatan modern seperti
klinik, RS, puskesmas, mantri dsb.
c) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Kaji sikap dan respon masyarakat Provinsi A terhadap pelayanan
kesehatan yang ada baik itu pelayanan kesehatan modern ataupun
tradisional, meliputi pengetahuan, persepsi, fasilitas, obat-obatan yang ada di
fasilitas kesehatan tersebut.
d) Perilaku terhadap makanan
Kaji pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan makanan bergizi,
serta kandungan makanan, bagaimana masyarakat mengolah bahan makanan
serta kebersihan makanan. Gali pengetahuan masyarakat tentang makanan
yang dapat mengakibatkan penyakit yang dialami dan makanan yang dapat
memperburuk kondisi sakitnya.
e) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Pengkajian lingkungan kesehatan mencakup :
1. Air bersih: komponen, emanafaatn, serta pengguanaan air besih
2. Pembuangan sampah dan limbah: pemeliharaannya, pemanfaatannya
3. Rumah sehat: sanitasi, pencahayaan, ventilasi, kebersihan
4. Lingkungan sekitar prumah: pembersihan dari vektor-vektor sumber
penyakit
3. Promosi Kesehatan
Merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Dengan bantuan kontribusi dari
profesional kesehatan (perawat, bidan, penilik kesehatan) dengan cara
memotivasi perilaku positif masyarakat kearah hidup sehat melalui
Kamus keperawatan edisi 31 Christine Brooker PENERBIT BUKU
KEDOKTERAN EGC
Promosi kesehatan merupakan upaya atau kegiatan menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, keluarga, dan individu sebagai
bagian dari tingkat pencegahan penyakit (health promotion, specific
protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation, and
rehabilitation).
Dalam kata lain promosi kesehatan juga dikenal dengan pendidkan
kesehatan (health education), karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya
bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan ini
adalah : mendorong setiap individu untuk proaktif dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyaki, melindungi
diri dari penyakit, menumbuhkan peran aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat.
4. Metode Promosi Kesehatan
Agar promosi kesehatan bisa terlaksana sesuai dengan apa yang
direncanakan, beberapa metode bisa dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
menunjang kegiatan tersebut. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik
promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta)
Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode ini dilakukan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang
yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku.
Bentuk pendekatan ini, antara lain :
a. Bimbingan/ penyuluhan (Guidance and conceling)
Conceling adalah metode yang digunakan dalam promosi kesehatan
individual. Dengan metode ini, komunikasi antara klien dengan petugas
kesehatan lebih dekat, klien bisa lebih mengungkapkan permasalahannya
tanpa merasa tidak nyaman dengan orang banyak. Karena dalam conceling
hanya terjadi interaksi antara petugas kesehatan dan klien itu sendiri. Pada
kasus ini, cara bimbingan/ konseling dapat dilakukan pada pasien
HIV/AIDS, karena pasien cenderung malu dengan kondisinya, jadi jika
pasien hanya bertemu dengan petugas kesehatan tanpa ada orang banyak, ia
akan lebih mudah mengutarakan permasalahnnya, dan akhirnya klien
tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran akan mengubah perilaku
(misalnya pola makan akan meningkatkan daya tahan tubuh, dan merubah
pandangan negatif terhadap dirinya)
b. Wawancara (Interview)
Petugas kesehatan mewawancarai klien untuk menggali infromasi mengapa
ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak
terhadap perubahan.
Metode pendidikan kelompok
a. Kelompok besar (sasaran terdiri diatas 15-50 orang)
- Ceramah ( untuk sasaran yang berpendidikan tinggi atau rendah)
Metode sangat cocok dilakukan di Provinsi A karena sasarannya bisa
menyeluruh tanpa memandang status pendidikan. Materi yang
disampaikan bisa dibagi kedalam 2 sesi yaitu tentang penyakit infeksi
(ISPA, TBC, HIV/AIDS, dan diare) dan penyakit kronis (hipertensi, DM,
Jantung, dan rheumatic).
- Seminar (untuk kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas)
Setelah dilakukan pengkajian mengenai tingkat pendidikan masyarakat
di Provinsi A, kita dapat menentukan metode mana yang cocok untuk
dilakukan, dengan sasaran lebih dari 15 orang.
b. Kelompok kecil (sasaran terdiri antara 6-15 orang)
- Diskusi kelompok
Semua anggota bebas berpartisipasi dalam diskusi. Anggota perlu
diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang
akan dibahas agar proses diskusi dapat berlangsung. (Metode ini kurang
cocok untuk kasus 1, karena kemungkinan jumlah masyarakat di
Provinsi A yang menderita penyakit infeksi dan kronis melebihi 15
orang)
- Curah pendapat (Brain stroming)
Anggota meberikan pendapatnya setelah pemimpin diskusi memberikan
contoh kasus.
- Bola salju (Snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang= 2 orang),
kemudian diberikan suatu kasus setelah beberapa menit mereka
mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya.
- Memainkan Peranan (Role Play)
Peserta mempraktikan sebuah peran, kemudian peserta mendiskusikan
peran yang dimainkannya (Efendi, Ferry & Makhfudli.2009.
Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika)
- Permainan Simulasi (Simulation Game)
Menirukan suuatu situasi untuk tujuan pemecahan masalah, pengambilan
keputusan serta klarifikasi nilai dalam suatu konteks individu, organisasi,
atau sosial (Efendi, Ferry & Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas. Jakarta: Salemba Medika)
Metode Pendidikan Massa
Metode ini untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat dan
biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh metode:
- Ceramah umum
- Pidato-pidato atau Diskusi tentang kesehatan mealui media elektronik
- Simulasi
- Tulisan-tulisan di Majalah atau Koran
- Billboard
Dalam kasus ini metode yang dipakai dalam promosi kesehatan adalah
gabungan antara metode kelommpok besar dan metode massa. Dari metode
kelompok besar bisa menggunakan seminar, sedangkan dari metode massa bisa
dengan cara pemasangan poster-poster, penyebaran pamflet-pamflet, dan
penyebaran materi.
5. Alat bantu/ Media Promosi Kesehatan
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.
Macam-macam Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
a. Alat Bantu Lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulai
indra mata (penglihatan). Alat ini ada 2 bentuk :
- Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film stripe dll.
- Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
2 dimensi, gambar peta, bagan, dsb.
3 dimensi, bola dunia, boneka, dll.
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat menstimulasi indra
pendengaran. Misalnya piring hitam, radio, pita suara, dll.
c. Alat bantu lihat dengar, seperti TV dan video cassete, lebih dikenal dengan
audio visual aids (AVA).
6. Strategi Promosi Kesehatan
Penyakit Infeksi & Penyakit Kronis
Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu,
sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan
individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan kelompok/
masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
TB, ISPA, HIV, diare, hipertensi, DM, jantung, rheumatic) adalah masalah
baginya dan bagi masyarakat pada umumnya. Saat klien telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi
umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
Bilamana seorang individu mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan
dapat diberikan bantuan langsung dengan mengajaknya ke dalam proses
pemberdayaan kelompok/ masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community
development).
Salah satu contoh strategi pemberdayaan masyarakat adalah mengadakan
pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga seperti :
pembentukan kelompok sentra kerajinan di Provinsi A.
Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada menyetujui perilaku
tersebut.
Bina suasana yang akan dipakai dalam promosi kesehatan dengan
masalah kesehatan di Provinsi A ini menggunakan proses bina suasana
public. Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi.
Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung
perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media massa
tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang
perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau
opini publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat
umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai (social pressure) oleh
individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
Advokasi
Advokasi adalah upaya terencana untuk mendapatkan dan dukungan
tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan
sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau
penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,
opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat.
Pada kasus ini kita dapat mengadvokasikan kepada Gubernur Provinsi A
sehingga masalah kesehatan di masyarakat (penyakit infeksi dan penyakit
kronis) dapat ditangani dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan,
dan salah satu advokasi yang bisa dilakukan untuk masalah kesehatan
(penyakit kronis) di masyarakat provinsi A adalah pengembangan kawasan
tanpa rokok (KTR) dengan dukungan peraturan perundangan dan
pembentukan aliansi walikota dan bupati.
Dukungan sosial (Social Support)
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat. Dalam kasus ini kita bisa bekerja sama dengan tokoh
masyarakat Provinsi A. Tokoh masyarakat di Provinsi A dibekali dengan
pelatihan, seminar, lokakarya, dan bimbingan tentang penyakit infeksi
(ISPA, TBC, HIV/AIDS, diare) dan penyakit kronis (hipertensi, DM,
jantung, rematik). Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat menerima
program dari sektor kesehatan.
7. Pendekatan promosi kesehatan
Pendekatan Tujuan Kegiatan
promosi
kesehatan
Nilai yang
penting
Contoh kasus:
TBC
Medikal sembuh dari
penyakit dan
kecacatan yang
didefinisikan
secara medik
Promosi
intervensi
kedokteran
untuk mencegah
atau
mengurangi
Kepatuhan pasien
terhadap
prosedur
kedokteran
pencegahan
Tujuan:
Mengurangi gejala atau
bahkan sembuh dari
penyakit TBC
Kegiatan :
gangguan
kesehatanMedorong individu
mengupayakan
pengobatan
1. Pengobatan yang
cukup dan tepat
2. Melacak
penderita lalai
berobat 2 hari
(kategori 1) atau
seminggu
(kategori 2
Perubahan
perilaku
perilaku yang
mendukung bagi
keadaan sembuh
dari penyakit
Perubahan sikap
dan perilaku
yang
mendorong
penerimaan
gaya hidup
yang lebih sehat
Aya hidup sehat
seperti yang
didefinisikan
oleh promotor
kesehatan
Tujuan:
Individu dapat
melaksanakan pola hidup
sehat yang dapat
menunjang kesembuhan
dan pencegahan
penyakit TBC
Kegiatan:
Pendidikan yang
persuatif tentang
pencegahan TBC,
Misalnya beri informasi
tentang:
Menjemur tempat
tidur bekas penderita
secara teratur karena
kuman TBC akan
mati bila terkena sinar
matahari.
Menutup mulut
pada waktu ada orang
batuk ataupun bersin
dan menjaga jarak
aman saat berhadapan
dengan penderita
TBC.
Jangan Tidak
sembarangan,
sebaiknya meludah
pada tempat yang
tarkena sinar matahari
atau ditempat khusus
seperti tempat
sampah.
Menjaga
kesehatan tubuh agar
kekebalan tubuh tetap
meningkat dan
melakukan imunisasi
pada bayi termasuk
imunisasi untuk
mencegah penyakit
TBC – Tuberkulosis.
Mengkonsumsi
makanan yang
mengandung banyak
gizi dalam jumlah
cukup serta hindari
hal-hal yang dapat
melemahkan imunitas
tubuh seperti
begadang dan kurang
istirahat.
Melakukan
olahraga teratur
secara rutin untuk
meningkatkan
kekebalan tubuh dan
menjaga kesehatan
jantung.
Edukasional Individu dengan
pengetahuan dan
pengertian yang
mampu membuat
mereka
mengambil
keputusan dan
sikap atas dasar
informasi yang
memadai
Informasi
tentang sebab-
akibat dari
faktor-faktor
yang
menurunkan
derajat
kesehatan.
Eksploitasi nilai
dan sikap.
Pengembangan
keterampilan
yang diperlukan
untuk
kehidupan yang
sehat.
Hak asasi
individu dalam
hal kebebasan
memilih
tanggung jawab
promotor adalah
mengidentifikasi
isi pendidikan
kesehatan
Tujuan :
Klien mengetahui
pentingnya minum obat
anti TB (OAT) selama 6
bulan. Mereka
mengambil sikap apakah
mereka akan
melaksanakan minum
obat atau tidak
Kegiatan :
Memberi informasi
kepada klien tentang
efek pengobatan,
membantu mereka
belajar minum obat yang
benar dan tepat selama 6
bulan dengan prinsip 5
BENAR
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar cara
5. Benar waktu
berpusat
pada klien
Bekerja sama
untuk kepentingan
klien
Bekerja dalam
hal-hal
kesehatan
membuat
pilihan dan
melakukan
tindakan yang
diidentifikasi
oleh klien
memberdayakan
klien
Klien dan
penyedila
layanan adalah
sejajar.
Hak klien untuk
menetapkan
agenda
pemberdayaan
diri klien
Isu perkembangan
penyakit TBCdijadikan
pertimbangan bila klien
mengidentifikasikan apa
yang mereka ketahui dan
kerjakan berkaitan
dengan hal itu
Perubahan
sosial
Lingkungan fisik
dan sosial yang
memungkinkan
pemilihan
terhadap gaya
hidup yang lebih
sehat
Aksi
politik/sosial
untuk
mengubah
lingkungan
fisik dan sosial
Hak asasi dan
kebutuhan akan
penciptaan
lingkungan yang
meningkatkan
derajat kesehatan.
Tujuan :
Membuat penderita TBC
diterima secara sosial
sehingga lebih mudah
dalam melakukan
penyembuhan dan
interaksi sosial
Kegiatan :
Memberikan informasi
kepada masyarakat
tentang bagaimana TBC
bisa menular
Memberikan informasi
tentang bagaimana cara
bergaul dengan pasien
TBC agar tidak tertular
misalnya:
Hindari
menggunakan
peralatan makan yang
sama dengan si
penderita
Gunakan masker
jika Anda sering
kontak langsung
dengan penderita
Jauhkan anak-
anak dari penderita
Banyak makan
makanan yang begizi
dan suplemen agar
meningkatkan
kekebalan tubuh
(sumber teori: Ewles dan simnett, 19945:57-58) pendekatan promosi kesehatan
(tambahan dari dosen tutor: pendekatan promosi kesehatan di buat dalam mind map)
*mind map terlampir
8. Evaluasi Promosi Kesehatan
Hal- hal yang akan dikaji setelah melakukan promosi kesehatan ialah
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut, sikap masyarakat
mengahadapi masalah kesehatan dan kebiasaan sehat masyarakat. Untuk
tindakan non perilaku, indikatornya tergantung dari kegiatan, budaya, dan
lingkungan masyarakat. Hal ini bisa di ukur dengan indikator-indikator sbb:
Penunjuk masalah kesehatan:
- Jumlah masyarakat yang menderita penyakit infeksi dan kronis
semakin menurun, dan pada yang masa akan datang tidak ada lagi
peningkatan.
- Status kematian menurun
- masyarakat memahami pentingnya makanan bergizi dan mampu
mengkonsumsinya.
- Menerapkan perilaku sehat seperti, mencuci tangan, menjaga
kebersihan makanan, menjaga kebersihan lingkungan dan
berolahraga secara teratur.
- Masyarakat dapat menghindari faktor pencetus dari penyakit kronis
seperti merokok, minuman keras dan stress.
Sumber daya kesehatan:
- Bertambahnya tenaga medis modern yang akurat,
- Fasilitas kesehatan memadai dan terjangkau
- dan pendanaan kesehatan yang memudahkan masyarakat ekonomi
rendah untuk memperoleh pealayanan kesehatan.
Kesling:
- sumber air bersih dan layak konsumsi
- perumahan layak dan sehat dengan sanitasi dan kepadatan yang
sehat
- lingkungan masyarakat yang bebas dari vector penyakit menular
- PHBS
Kebijakan kesehatan: UUD/aturan kesehatan, politk kesehatan yang
mengarah kepada peningkatan status kesehatan masyarakat.
TAMABAHAN KONSEP
1. Konsep Kesehatan dan Perilaku
a. Kesehatan
Berikut beberapa pengertian kesehatan, yaitu:
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, kesehatan
adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental,
maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
(Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, 2005:3)
Dari pengertian di atas, pada batasan yang terdahulu kesehatan itu hanya
mencakup 3 aspek, yaitu fisik, mental, dan sosial (WHO) tetapi menurut UU
No.23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yakni fisik/badan, mental/jiwa,
sosial, dan ekonomi . Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi
dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok dan
masyarakat. Itu sebabnya, maka kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.
Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi
(2005:4) menyebutkan wujud atau indikator dari masing-masing 4 aspek
tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut.
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yaitu: pikiran (mampu
berpikir logis atau berfikir secara runtut), emosional (seseorang mampu
mengekspresikan emosinya), dan spiritual (dilihat dari praktik
keagamaan atau kepercayaan, serta perbuatan baik sesuai dengan norma-
norma masyarakat).
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan orang
atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau
kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, saling
menghargai dan toleransi.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang
(dewasa) dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara finansial. Bagi
anak, remaja, usia lanjut dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku.
Bagi mereka, produktif disini diartikan mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya sekolah atau kuliah bagi
siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi usia
lanjut.
Pola Dasar Indikator Kesehatan
Soekidjo Notoatmodjo (2005:5) menyebutkan kembali konsep Fashel dan Bush
(1970) tetang tingkatan kesehatan dan indikatornya. Fashel dan Bush (1970)
yang mendasarkan uraiannya pada definisi Parson menjabarkan kesehatan ke
dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dari ke-11 tingkatan tersebut, Fashel dan Bush
sekaligus mencoba membuat indikator-indikator sebagaimana diuraikan di
bawah:
1. Sehat sempurna (Well being)
Pada keadaan ini individu bebas gejala, keadaan kesehatannya sesuai
dengan definisi sehat WHO.
2. Kurang memuaskan (Dissatisfaction)
Keadaan kesehatan individu dalam batas-batas tertentu dapat diterima,
namun ada penyimpangan ringan dari keadaan well being.
3. Tidak Nyaman (Discomfort)
Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan, walaupun
beberapa gejala mulai tampak.
4. Ketidakmampuan minor (Minor disability)
Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan, namun berkurang secara
bermakna karena adanya gangguan kesehatan.
5. Ketidakmampuan mayor (Mayor disability)
Aktivitas sehari-hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang secara
bermakna.
6. Cacat (Disabled)
Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-harinya tetapi
masih bida bergerak bebas dalam masyarakat.
7. Terbatas (Confined)
Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit (dirawat).
8. Tinggal di tempat tidur (Confined+bedridden)
Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya.
9. Terisolasi (Isolated)
Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat).
10. Coma
Individu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan jadi
lebih sehat lagi.
11. Mati
Individu tidak mampu sama sekali.
Indeks status fungsional oleh Bush dan kawan-kawan terdiri dari 3 skala yang
memperhitungkan pergerakan badan (body movement), mobilitas (mobility), dan
aktivitas peran utama (major role activity). Major role activity merupakan ciri
paling khas dari definisi sosio-kultural tentang kesehatan dan penyakit, karena
berhubungan erat dengan sifat-sifat sosial, sedangkan pergerakan badan dan
mobilitas tidak. Indeks fungsi status dianggap sebagai ukuran sosio kultural
mengenai kesehatan/penyakit yang tidak bisa diterima. Pendekatan sosiologi
lainnya:
a. Mechanic’s Coping Respon Teory
Menurut Mechanic’s, penerimaan perilaku sakit dan peranan si sakit
merupakan proses musyawarah antara individu dan mereka yang
berhubungan dengan individu tersebut. Untuk itu ia menyimpulkan adanya
10 faktor penting yang berperan dalam proses negosiasi dan evaluasi:
1. Penampilan; pengenalan atau pengertian yang paling menonjol dari
gejala-gejala.
2. Berat atau ringannya gejala
3. Dampak gejala-gejala
4. Frekuensi gejala
5. Nilai ambang toleransi dari mereka yang menilai gejala-gejala.
6. Informasi
7. Kebutuhan
8. Perbandingan yaitu keperluan dibandingkan dengan reaksi penyakit
(proritas mana?)
9. Mengikutsertakan inpretasi masuk akal yang bisa menjelaskan gejala-
gejala yang dikenal kembali
10. Tersedianya fasilitas pengobatan
b. Model Sucham tentang Perilaku
Sucham membuat 5 tingkatan perilaku guna mencari pertolongan, yaitu:
1. Tingkat pengalaman gejala-gejala,
2. Tingkat asumsi; peranan sakit,
3. Tingkat peranan berhubungan; dengan pelayanan kesehatan,
4. Tingkat ketergantungan pasien,
5. Tingkat penyembuhan (rehabilitasi).
Menurut Sucham, tidak selalu semua tingkatan harus ada pada tiap kasus
penyakit.
c. Kesehatan sempurna, kesehatan normal, dan penyakit
Twoddle (1974) menitikberatkan hubungan sosial budaya dalam menentukan
kesehatan. Menurut pendapatnya, tidak ada seorang pun yang seratus persen
sehat, dan tiap orang tidak sakit. Jadi antara kesehatan sempurna dan
kematian terletak kesehatan normal dan sakit (ill health).
Menurut Twoddle, apa yang sehat bagi seseorang bisa saja tidak sehat bagi
orang lain. Ada dua hal timbul dari usaha menjelaskan kesehatan dan
penyakit, yaitu:
a. Karena terpaksa membicarakan kesehatan normal dengan kesehatan
sempurna, kesehatan lebih dikenal sebagai norma sosial.
b. Definisi kesehatan dilihat dari sudut sosial lebih khas daripada bila
dilihat dari sudut biologis.
Dari kriteria biologis yang terpenting letaknya pada dua ujung ekstrem,
yaitu kesehatan sempurna dan kematian.
Upaya Kesehatan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan dapat dilihat dari 2 aspek:
1. Pemeliharaan Kesehatan, mencakup 2 aspek yaitu aspek kuratif (pengobatan
penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari
sakit atau cacat).
2. Peningkatan Kesehatan, mencakup 2 aspek yaitu aspek preventif
(pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan kesehatan itu
sendiri).
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah
pelayanan kesehatan yang pada umumnya dibedakan menjadi tiga.
1. Sarana pemeliharaan kesehatan primer (primary care), misalnya puskesmas,
poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.
2. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care), misalnya
puskesmas dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten,
rumah sakit tipe D dan C, dan rumah bersalin.
3. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertiary care), misalnya rumah
sakit provinsi, rumah sakit tipe B dan A.
Sarana pelayanan kesehatan primer disamping melakukan pelayanan kuratif,
juga melakukan pelayanan rehabilitatif, preventif, dan promotif.
Pengelompokan Kesehatan
Secara umum kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kesehatan individu
dan kesehatan agregat (kumpulan individu) atau kesehatan masyarakat. Ilmu
yang mempelajari masalah kesehatan individu adalah ilmu kedokteran
(medicine), sedangkan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan agregat adalah
ilmu kesehatan masyarakat (public health).
b. Konsep Perilaku
Soekidjo Notoatmodjo menyebutkan dari segi biologis, perilaku adalah
kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang
dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skiner membedakan
adanya dua respons.
1. Respondent respons atau reflexive
Yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulasi) tertentu.
Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation, karena menimbulkan
respons-respons yang relatif tetap. Misalnya cahaya terang menyebabkan mata
tertutup, mendengar berita musibah menjadi sedih.
2. Operant respons atau instrumental respons
Yaitu respons yag timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau
reinfocer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut
akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari bentuj respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Misalnya seorang ibu hamil tahu pentignya periksa
kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui
hubugan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh karena itu,
untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu
kondisi tang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku
dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendak. Kemudin komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hasdiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan
maka hadiahnya diberikan.
2. Konsep Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang karena adanya sebuah stimulus
yang menyangkut sehat-sakit, penyakit, dan hal-hal yang dapat berpengaruh
terhadap sehat-sakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Perilaku kesehatan ini merupakan suatu kegiatan seseorang yang
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan pemeliharaan kesehatan itu
sendiri terdiri dari mencegah atau melindungi diri agar tidak mendapatkan masalah
kesehatan, meningkatkan kesehatan, dan mencari pengobatan apabila mendapat
masalah kesehatan. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan ini dibagi menjadi 2 :
a. Perilaku sehat
Perilaku sehat ini merupakan perilaku dimana seseorang tersebut
mengupayakan agar dirinya terlindungi dari penyakit, mencegah dan
menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan, serta
dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kesehatannya. Contohnya :
tidak minum yang mengandung alkohol, tidak merokok, pola makan teratur
dan seimbang, berolahraga teratus, selalu menjaga kebersihan badan,
mengurangi makanan manis, dan sebagainya.
b. Perilaku sakit
Perilaku sakit adalah perilaku seseorang ketika sudah mendapatkan penyakit
atau masalah kesehatan dimana ia mengupayakan untuk mencari solusi atas
masalah kesehatannya sehingga dapat mendapat kesembuhan. Tempat
pencarian kesembuhan ini merupakan tempat pelayanan kesehatan, dapat
berupa pelayanan kesehatan tradisional (sinshe, sukun, paranormal),
maupun pelayanan kesehatan modern (puskesmas, rumah sakit, dan
sebagainya)
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta)
3. Konsep Promosi Kesehatan
a. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upya memberdayakan perorangan, kelompok, dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk
masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui
pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran, kemamuan, dan keterampilan
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Depkes RI, 2006)
b. Peranan Fungsi Perawat Komunitas
Perawat Komunitas adalah perawat yang mampu :
Menggabungkan keterlibatan masyarakat
Memberikan pemahaman klinis terkait sehat-sakit pada individu, keluarga,
populasi
Bekerja sendiri atau berkelompok
Berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain
Fokus peran perawat komunitas :
Pencegahan penyakit, injury/kecacatan,
Promosi kesehatan
Pemeliharaan kesehatan masyarakat
Peran Perawat Komunitas
1. Clinician Role
Peran perawat yang paling familiar sebagai care provider. Memberikan
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Focus pada promosi kesehatan yaitu : at risk population/ vulnerable. Seorang
perawat kmunitas harus memiliki Skill Expansion : communication,
listening, skill of observation, counseling. (Allender, Rector and Warner,
2010)
2. Educator Role
Disebut juga Health Teacher, memberikan informasi atau pengajaran tentang
kesehatan. Educator role merupakan peran dominan perawat komunitas
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Pemberian informasi dapat
dilakukan pada institusi formal atau pilihan dengan sesuai tingkat
kemampuan masyarakat. ( Allender, Rector and Warner,2010)
3. Advocate Role
Perawat komunitas berperan memberikan advocacy kepada komunitas.
Setiap individu, kelompok, masyarakat berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sederajat. Perawat komunitas memberikan arahan dan
penjelasan terhadap kompleksitas system pelayanan kesehatan yang
tujuannya agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan. (Allender, Rector and Warner, 2010)
4. Manager Role
Perawat komunitas dapat mengkaji, merencanakan, mengorganisasi
kebutuhan klien, mengatur, mengawasi, mengevaluasi dari pelayanan yang
diberikan. Peran ini berkaitan dengan 4 hal yaitu : Nurse as planner, nurse as
organizer, nurse as leader, nurse as controller and evaluator.
Ada 2 konsep manager role, yaitu :
Management Behaviors :
Decision-making behaviors
Transfer of information behaviors
Interpersonal behaviors
Management Skill :
Human skill
Conceptual skill
Technical skill
(Allender, Rector and Warner, 2010)
5. Collaborator Role
Perawat komunitas jarang bekerja sendiri. Berkolaborasi dengan tenaga
professional yang lain seperti : dokter, bidan, ahli gizi, LSM, ahli
lingkungan, kesmas. Perawat komunitas dalam berkolaborasi harus
memiliki kemampuan komunikasi, kerjasama tim, sikap asertif terhadap
anggota tim yang lain. (Allender, Rector and Warner, 2010)
6. Leadership Role
Kepemimpinan berfokus terhadap terjadinya perubahan. Disebut juga agent
of change. Perawat komunitas memulai perubahan yang positif untuk
kesehatan masyarakat. Mengajak orang lain untuk melakukan perubahan.
(Allender, Rector and Warner, 2010)
7. Researcher Role
Perawat juga sebagai peneliti yang terlibat dalam investigasi sistematis,
pengumpulan data, analisa data, pemecahan masalah, dan menerapkan
solusi/intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat diterapkan dengan
tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Allender, Rector and
Warner, 2010)
Fungsi Perawat Komunitas
Fungsi perawat komunitas dalam menjalankan perannya :
a. Independen adalah mandiri, tidak tergantung pada orang lain
b. Dependen adalah melaksanakan instruksi dari tenaga kesehatan lain
c. Interdependen adalah kerja tim dengan tenaga kesehatan lain
c. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas dalam Promosi Kesehatan
Perawat di puskesmas sebagai perawat kesehatan minimal dapat berperan sebagai :
Pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan
Pendidik atau penyuluh kesehatan
Penemu kasus
Penghubung dan coordinator
Pelaksana konseling keperawatan
Model peran (role model)
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik atau
penyuluh kesehatan dan pelaksana konseling keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup
promosi kesehatan. Berdasarkan peran tsb, perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyrakat
dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang
merupakan visi dari promosi kesehatan.
Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah :
o Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil
pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien,
informasi apa yang diperlukan klien dan apa yang ingin diketahui dari
klien.
o Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau
pendkes
o Melaksanakan penyuluhan atau pendkes untuk pemulihan kesehatan
klien antara lain tentang pengobatan, hygiene, perawatan, serta gejala dan
tanda-tamda bahaya.
o Menyusun program penyuluhan atau pendkes baik untuk topic sehat
maupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelola penyakit.
o Mengajarkan kepada klien informasi tentang tahapan perkembangan
o Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku,
Koran, TV, teman dan lainnya
Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara
lain :
o Memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan
dukungan dan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien.
o Membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta factor-faktor yang
mempengaruhi
o Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan
pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat
o Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
d. Langkah-Langkah Promosi Kesehatan oleh Perawat Kesehatan Komunitas
Setelah melalui proses pengkajian awal, apabila ditetapkan pendidikan
kesehatan sebagai salah satu intervensi keperawatan, maka proses pendidikan
kesehatan oleh perawat kesehatan komunitas harus kembali menerapkan prinsip-
prinsip asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Hal ini berarti bahwa untuk melakukan pendidikan
kesehatan yang bermutu dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi klien, perawat
kesehatan komunitas harus melakukan suatu proses pengkajian dan tidak serta
merta melakukan pendidikan kesehatan terhadap klien.
Pengkajian
Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga, atau
kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan. Informasi tersebut
diperlukan karena akan memengaruhi pemeliharaan materi, metode, dan media
pendidikan kesehatan.
Metode
Pengamatan langsung dan wawancara serta mempelajari data yang telah ada
(medical record atau kartu rawat jalan)
Aspek yang dikaji
Riwayat Keperawatan. Informasi yang diperlukan melalui pengkajian
riwayat keperawatan merupakan hal-hal yang dapat memengaruhi kebutuhan
belajar, meliputi:
usia, misalnya cara penyampaian informasi pada lansia secara lambat dan
berulang;
pemahaman dan persepsi klien tentang masalah kesehatan, misalnya
tuberkulosis bukan merupakan penyakit keturunan;
keyakinan dan praktik tentang kesehatan, misalnya lebih memilih dukun
daripada dokter.
Faktor Budaya. Misalnya, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi pada
suku tertentu.
Faktor ekonomi. Pemberian contoh dalam penyusunan menu makanan
disesuaikan dengan keadaan ekonomi klien.
Gaya belajar. Misalnya, beberapa klien hanya dapat menerima informasi
dengan baik jika menggunakan alat bantu atau demnostrasi.
Faktor pendukung pada klien. Contohnya, adanya keterlibatan, keluarga
sebagai pengawas minum obat (PMO) pada keluarga dengan klien
tuberkulosis dalam keatuhan pengobatan.
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapt juga digunakan untuk mengkaji
kebutuhan belajar klien antara lain:
- status mental, contohnya klien yang sedang tegang atau bersedih
akan sulit menerima informasi yang akan diberikan;
- tingkat energi dan status gizi, contohnya pada keadaan kurang asupan
makanan (malnutrisi), klien akan sulit untuk menerima informasi;
- kapasitas fisik klien untuk belajar dan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari;
- kemampuan penglihatan, pendengarab, dan koordiansi otot.
Hasil Pengkajian
Ketidaksiapan untuk belajar. Beberapa klien sering tidak siap untuk belajar.
Untuk itu, perawat perlu mengkaji penyebab ketidaksiapan belajar tersebut
yang meliputi:
- ketidaksiapan fisik, seperti adanya kelelahan, nyeri, dan keterbatasan
pergerakan;
- ketidaksiapan emosi, seperti adanya kecemasan bersedih, dan marah;
- ketidaksiapan kognitif, seperti adanya pengaruh dari obat-obatan
yang diminum.
Motivasi. Motivasi yang ada pada diri klien sangat berpengaruh dalam
kebutuhan klien untuk belajar dan mendapatkan informasi. Perawat dapat
meningkatkan motivasi klien untuk belajar dengan cara:
- melakuakan pendekatan persuasif kepada klien;
- memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan klien.
Tingkat kemampuan membaca. Tingkat kemapuan membaca klien sangat
berpengaruh terhadap kemampuan untuk menerima informasi selama ini.
Untuk itu, perawat perlu mengkaji tingkat kemampuan membaca klien untuk
menetapkan strategi pembelajaran yang tepat.
Diagnosis Keperawatan
Tujuan: dirumuskannya masalah yang dihadapi klien dengan pendidikan
kesehatan yang diberikan.
Metode: analisis data (informasi) berdasarakan hasil pengkajian.
Rumusan diagnosis ke[erawatan: berkaitan dengan kebutuhan belajar klien
secara umum, dapat dikelompokan dalam kategori diagnosis yang
berdasarkan pada respon klien dan etiologi.
Perencanaan
tujuan perencanaan: menetapkan apa yang ingin dicapai dalam mengatasi
masalah.
Aspek dalam perencanaan meliputi tujuan, sasaran, metode dan media,
materi, tempat, dan lamngkah-langkah.
Tahapan dalam menyusun rencana pengajaran adalah sebgai berikut.
Menetapkan prioritas pengajaran.
Menyusun kriteria yang diharapakan
Memilih materi
Menentukan strategi mengajar.
Implementasi
Tujuan implementasi: melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perawat tidak perlu terpaku pada
rencana yang telah disusun.
Rencana dapat direvisi segera bila dalam pelaksanaan ada perubahan dalam
kondisi klien atau faktor eksternal klien.
Yang perlu diperhatikan dalam mengajar adalah kesesuaian dan waktu yang
tepat sehingga memungkinkan klien untuk belajar pada setiap pertemuan.
Lingkungan dapat menghambat atau membantu dalam proses belajar.
Alat bantu dapat membantu memfokuskan perhatian klien dalam belajar.
Belajar akan lebih efektif bila klien memnemukan materi yang mereka
butuhkan.
Sasaran
Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatn dapat lebih tepat
sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui
pengelompokan promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara
(sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).
sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku
baru.
sasaran sekunder adalah mereka yang dapat memengaruhi sasaran primer.
sasaran penunjang adalah merek yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana.
e. Strategi Promosi Kesehatan
Strategi dapat dipromosikan sebagai rencana umum tindakan yang dapat
mencakup beberapa aktivitas dan mempertimbangkan karakteristik populasi target.
Pilihan strategi membantu membentuk seleksi metode. Strategi promosi kesehatan
yang efektif dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Strategi komunikasi kesehatan menginformasikan dan mempengaruhi keputusan
individu dan masyarakat yang meningkatkan kesehatan.
2. Strategi kebijakan oleh penegakan menghasilkan kebijakan yang dapat
dilaksanakan melalui pengaturan legislative, lembaga peraturan, ataupun
pengaturan organisasi kebijakan itu dirancang untuk mendukung perbaikan
lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan kerja.
3. Strategi mobilisasi komunitas melibatkan pemberian bantuan kepada masyarakat
untuk mengidentifikasi dan mengambil tindakan terhadap permasalahan
kesehatan bersama dengan memanfaatkan pengambilan keputusan bersama dan
mengikut sertakan metodesemacam pemberdayaan.
4. Strategi layanan kesehatan meliputi pengujian, skrining dan layanan atau
pengobatan khusus yang disediakan melalui komunitas atau lembaga kesehatan
untuk meningkatkan memperbaiki hasil akhir kesehatan.
5. Strategi teknologi melibatkan pembentukan modifikasi alat, struktur, sistem
perawatan atau tipe layanan atau lingkungan
f. Media Promosi Kesehatan
Media adalah suatu hal yang penting dalam melakukan promosi kesehatan.
Secara harfiah media merupakan saluran atau alat yang menjadi sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima pesan yang dalam hal ini merupakan pesan
kesehatan. Selain itu, media juga berguna untuk mempermudah pemahaman materi
yang akan disampaikan.
Pemilihan media promosi kesehatan biasanya dipengaruhi oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis daerah, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung.
Jenis Media Promosi Kesehatan :
Media elektronik seperti : televisi, radio, internet, telepon, handphone, dan
teleconference.
Media cetak seperti : koran, majalah, selebaran (leaflet dan flyer), booklet,
papan besar (billboard), spanduk, poster, dan bulletin board.
Alat bantu lihat (visual aids) seperti : slide, OHP, film strip, gambar, peta,
bagan.
Alat bantu dengar (audio aids) seperti : radio, tape, dan CD.
Leaflet dan Pamflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata,
berukuran 20x30 cm, kadang diselingi oleh gambar, dan biasanya disajikan
dalam bentuk terlipat.
Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi gambar atau tulisan, ataupun
keduanya. Sasarannya adalah masyarakat yang dapat membaca.
Flyer
Selebaran berbentuk seperti leaflet tetapi tidak berlipat. Biasanya disebarkan
melalui udara (pesawat udara).
Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2x2 m yang biasanya dipasang di pinggir jalan
besar. Tulisan maupun gambar yang digunakan biasanya cukup besar sehingga
dapat dilihat oleh pengguna jalan tanpa mengganggu konsentrasi.
Bulletin Board
Merupakan papan berukuran 90x120 cm yang dipasang di tempat umum seperti
puskesmas, rumah sakit, dan balai desa. Pada media ini ditempelkan gambar-
gambar, leaflet, postre, atau media lain yang berisi informasi penting dan secara
berkala diganti dengan topik lain.
Manfaat Media Promosi Kesehatan :
Menimbulkan minat sasaran
Mencapai sasaran yang lebih banyak
Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan kepada orang lain
Memudahkan menyampaikan informasi
Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
Evaluasi Promosi Kesehatan
g. Evaluasi Promosi Kesehatan
Evaluasi promosi kesehatan adalah suatu yang harus dilakukan dari setiap
upaya promosi kesehatan, karena di samping upaya itu sendiri juga perlu untuk
kesinambungan upaya tersebut. Berbeda dengan berbagai indikator yang bersifat
non perilaku yang dapat dibuat standarnya, maka untuk promosi kesehatan
indikator dan parameternya dapat berubah tergantung pada kegiatan yang
dievaluasinya (apa, dimana, oleh siapa, bilamana) dan tahapan evaluasinya juga
tergantung pada pengaruh lingkungan (budaya) oleh karena itu , penentuan apa
yang akan dievaluasi serta kemampuan mengembangkan indikator serta desain
evaluasinya sangat penting. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah untuk
siapa evaluasi itu dilaksanakan, dalam rangka membuat sajian pelaporannya.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005)
SIMPULAN
Promosi kesehatan diberikan agar masyarakat/ kelompok/ individu mampu
menerapkan perilaku sehat sehingga status kesehatan di suatu masyarakat tersebut lebih
baik. Untuk menunjang hal ini beberapa metode dapat dilakukan supaya proses dalam
melakukan promosi kesehatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan, metode
tersebut diantaranya : untuk individu adalah Conceling, sedangkan untuk kelompok
lebih besar yaitu dengan jumlah sasaran 15-50 orang metode yang sesuai adalah
ceramah, seminar/ loka karya, dan untuk sasaran dengan jumlah sasaran 6-15 orang
metodenya ialah diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, bola salju,
permainan simulasi. Promosi kesehatan bisa diberikan melalui media tertentu, seperti
media elektronik ataupun media cetak. Setelah melakukan promosi kesehatan, petugas
kesehatan perlu melakukan evaluasi yaitu mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai
suatu penyakit, sikap dalam menghadapi masalah kesehatan dan kebiasaan sehat
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka
Cipta
Apriningsih, Nova S. Indah Hippy. 2009. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat ed
2. Jakarta : EGC
Prawitasari, Shinta. 1997. HIV Manual untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Komalasari, Renata. 2007. Buku Saku Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC
Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC, 2007
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Robert J.Bensley, Jodi Brookins-Fisher. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan
Masyarakat, edisi 2. Jakarta: EGC