MAKALAH MIKROBIOLOGITentang
TUBERCULOSIS (TBC)
Disusun Oleh :
1. Ary Septiyaning P. (05.113.051)
2. Budi Santoso (05.113.052)
3. Dodik Tomilana (05.113.054)
4. Elok Safitri (05.113.055)
E
N
MY
AKADEMI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURABAYA 2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah dengan baik.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, bimbingan dan bantuan
serta saran dari semua pihak yang terkait, yang sifatnya membangun masih kami
harapkan.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengajar Mikrobiologi juga kepada
teman-teman yang telah memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi kita
umumnya.
Surabaya, April 2006
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
I.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
II.1 Landasan Teori .......................................................................... 4
II.2 Riwayat Terjadinya TBC .......................................................... 4
II.3 Penyebab Penyakit TBC ........................................................... 5
II.4 Gejala-gejala Tuberculosis ........................................................ 5
II.5 Cara Penularan .......................................................................... 6
II.6 Diagnosis Tuberculosis ............................................................. 7
II.7 Pengobatan TBC ....................................................................... 9
II.8 Cara Mencegah Penularan Penyakit TBC ................................. 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12
III.1 Kesimpulan ............................................................................... 12
III.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkulosis Paru, telah
dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse Chemotherapy) yang direkomendasikan oleh WHO. Kemudian
berkembang seiring dengan pembentukan GERDUNAS-TBC, maka
pemberantasan penyakit Tuberkulosis Paru berubah menjadi Program
Penanggulangan Tuberkulosis (TBC).
Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi. Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan
strategi kesehatan yang paling Cost – Effective.
a. Masalah Dunia
Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan
global penyakit TBC, karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit TBC tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita
yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA
Positif)
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar
9 juta penderita baru TBC dengan kematian 3 juta orang (WHO,
Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programmes,
1997). Di negara-negara berkembang kematian TBC merupakan 25%
dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan
95% penderita TBC berada di negara berkembang, 75% penderita
TBC adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun).
Munculnya epidemi HIV/AIDS didunia, diperkirakan
penderita TBC akan meningkat.
Kematian wanita karena TBC lebih banyak dari pada
kematian karena kehamilan, persalinan atau nifas (WHO).
1
b. Masalah Indonesia
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat :
Tahun 1995, hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian
nomor 3 (tiga) setelah penyakit kardiovaskuler atau penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok, usia, dan nomor satu dari golongan
penyakit infeksi.
Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun itu
terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian karena TBC sekitar
140.000 secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA positif.
Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang
tidak lengkap di masa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan
ganda kuman TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi
Drug Resistance (MDR)
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Riwayat terjadinya TBC ?
2. Apa yang menyebabkan penyakit TBC ?
3. Apa saja gejala – gejala TBC ?
4. Bagaimana cara penularan TBC tersebut ?
5. Bagaimana cara mendiagnosis terjadinya TBC ?
6. Bagaimana cara melakukan pengobatan dan pencegahan pada
orang yang terkena penyakit TBC ?
I.3 TUJUAN PENULISAN
a. Jangka Panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TBC
dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TBC tidak
lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
2
b. Jangka Pendek
1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari
semua penderita baru BTA positif yang ditemukan
2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara
bertahap sehingga pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari
perkiraan semua penderita baru BTA positif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1LANDASAN TEORI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman
TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dermant, tertidur lama
selama beberapa tahun.
II.2RIWAYAT TERJADINYA TUBERKULOSIS (TBC)
1. Infeksi Primer
Infeksi Primer terjadi pada saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC, droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan
terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi
dimulai saat kuman TBC berkembang biak dengan cara pembelahan diri
di paru yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe
akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan
ini disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4 – 6 minggu. Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi Tuberkulin
dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler) pada umumnya reaksi imunitas seluler tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC, meskipun demikian ada
4
beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persiter atau dormant
(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC).
Ini biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca
primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
3. Perjalanan Alamiah TBC yang tidak diobati
Tanpa pengobatan, setelah 5 tahun 50% dari penderita TBC akan
meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi,
dan 25% sebagai “kasus kronik” yang tetap menular (WHO, 1996)
II.3PENYEBAB PENYAKIT TBC
1. Penyakit TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis
2. Kuman ini ukurannya sangat kecil dan hanya dapat dilihat melalui
mikroskop.
3. TBC dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling
sering terkena adalah organ : paru-paru.
II.4GEJALA – GEJALA TUBERKULOSIS (TBC)
1. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama hampir 3 (tiga)
minggu atau lebih.
2. Gejala Tambahan, yang sering dijumpai :
- Dahak becampur darah
- Batuk darah
5
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun
tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
II.5CARA PENULARANNYA.
Sumber penularannya adalah penderita TBC BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (Percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau drolet tersebut terhirup ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan.
Setelah kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, maka menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Ada juga faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TBC adalah
daya tahan tubuh yang rendah. Diantaranya karenba gizi buruk atau
pengaruh infeksi HIV/AIDS. Dimana infeksi HIV mengakibatkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity) sehingga jika
terjadi infeksi oportumistik, seperti Tuberkulosis (TBC), maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
6
II.6DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
1. Diagnosis TBC pada orang Dewasa
Diagnosis TBC pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis, hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga
spesimen sps RTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan
lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak sps diulang.
- Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita
didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.
- Hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak
sps diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan
pemeriksaan lain, misalnya biakan.
2. Diagnosis TBC pada Anak
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC
dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya : dahak, bilasan
lambung, biopsi dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang
didapat sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas
gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin.
Untuk itu perlu memikirkan adanya TBC pada anak kalau
terdapat tanda-tanda atau gejala-gejala yang mencurigakan :
a. Seorang anak harus dicurigai menderita TBC,
kalau :
- Mempunyai sejarah kontak erat
(serumah) dengan penderita TBC BTA positif
- Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah
penyuntikan BCG (dalam 3 – 7 hari)
- Terdapat gejala-gejala TBC.
b. Uji Tuberkulin (Mantoux)
7
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux
(penyuntikan intrakulan) dengan semprit tuberkulin 1 cc. Jarum
nomor 26 tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23
kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48 – 27 jam setelah
penyuntikan. Diukur diameter transversal dari indurasi yang
terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter. Uji tuberkulin
positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi yang baik), atau >5 mm
pada gizi buruk..
Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi
TBC dan kemungkinan ada TBC pada anak. Namun, uji
tuberkulin dapat negatif pada anak TBC berat dengan energi
(malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif,
dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.
c. Foto Rontgen dada.
Gambaran rontgen TBC paru pada anak tidak khas dengan
interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan
bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau
ditemukan infiftrat dengan pembesaran kelenjar hrius atau
kelenjar paratrakeal.
Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TBC
adalah :
- Miler
- Atelektasis/kolaps konsolidasi
- Infiltrat dengan pembesaran kelenjar halus atau
paratrakeal.
- Konsolidasi (lobus)
- Reaksi pleura dan atau efusi pleura.
- Kalsifikasi.
- Bron kiektasis.
- Kavitas.
- Destroyed lung.
8
Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan
gambaran rontgen harus dicurigai TBC. Pada rontgen dada
sebaiknya dilakukan PA (Postero – Anterior) dan lateral, tetapi
kalau tidak mungkin PA saja.
d. Pemeriksaan Mikrobiologi dan Serologi.
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak
biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit di
dapat pada anak. Pemeriksaan BTA secara biaran (kultur)
memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi
kuman TBC dengan cara PCR (Polymery Chain Reaction) atau
Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis.
Demikian juga pemeriksaan serologi seperti Ellsa, PAP,
Mycodot dan lain-lain. Masih memerlukan penelitian lebih
lanjut pemakaian dalam klinis praktis.
II.7PENGOBATAN TBC
1. Jenis dan Dosis OAT
a. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%
populasi kuman dalam beberapa hari pertama. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
b. Ripampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg
BB diberikan sama untuk pegobatan harian maupun intermiten 3
kali seminggu.
c. Pirosinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB,
9
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75
gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
e. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg BB.
2. Prinsip Pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak
adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin
kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari
dengan diawasai langsung untuk mensegah etrjadinya kekebalan
terhadap semua OAT, terutama rikampisin. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita penular
Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat.
10
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar
penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
II.8CARA MENCEGAH PENULARAN PENYAKIT TBC
Budaya “Hidup Sehat” dengan cara :
1. Jika batuk tutuplah mulut dengan sapu tangan atau tisu
2. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi
lisol 5% atau dahak ditimbun dengan tanah.
3. Jangan meludah disembarang tempat
4. Jika sudah jelas dalam pemeriksaan laboratorium BTA (Bakteri
Tahan Asam) positif, maka segera berobat secara teratur selama 6 bulan.
5. Tidak merokok
6. Penderita TB paru dianjurkan tidak tidur satu kamar dengan
keluarganya, terutama selama 2 bulan pengobatan pertama
7. Keluarga penderita sebaiknya memeriksakan diri ke Puskesmas
untuk memastikan sudah tertular atau belum
8. Bila ada bayi harus mendapat imunisasi BCG, setelah dites
Tuberkulosis.
9. Untuk mempertinggi daya tahan tubuh, makanlah makanan bergizi
yang terjangkau, misalnya tahu, tempe, ikan asin, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
10. Jangan bekerja terlalu berat.
11. Istirahat yang cukup.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant)
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
11
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) sebagian kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1. Riwayat Terjadinya TBC
a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi pada saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC.
b. Tuberkulosisn Pasca Primer
Ini biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer.
c. Perjalanan Alamiah TBC yang tidak diobati.
Tanpa pengobatan setelah 5 tahun 50% dari penderita TBC akan
meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh
tinggi, 25% sebagai “kasus kronik” yang tetap menular (WHO,
1996)
2. Penyebab penyakit TBC
Disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
3. Gejala-gejala TBC
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu/lebih.
b. Gejala Tambahan
- Dahak bercampur darah
- Batuk darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
12
- Badan lemas, nafsu makan menurun, BB
turun, dan lain-lain.
4. Cara Penularannya.
Sumber penularannya adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
13
bnentuk droplet. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan.
5. Diagnosis TBC
- Pada orang dewasa
- Pada anak-anak
6. Pengobatan
a. Jenis dan Dosis OAT
- Isomiasid (H)
- Ripampisin (R)
- Pirasinamid (Z)
- Streptomisin (S)
- Etambutol (E)
b. Prinsip pengobatan ada 2 tahap :
- Tahap intensif
- Tahap lanjutan
7. Cara mencegah penularan TBC.
a. Jika batuk tutuplah mulut dengan sapu tangan atau tisu.
b. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot
berisi lisol 5% atau dahak ditimbun dalam tanah.
c. Jangan meludah disembarang tempat, dan lain-lain.
III.2 SARAN
Mudah-mudahan makalah ini bisa menambah wawasan atau
pemahaman kesehatan tentang bagaimana penanggulangan penyakit TBC
dan bisa membantu dalam memberantas penularan penyakit TBC.
Tetapi makalah ini masih banyak memerlukan pembenahan-
pembenahan. Maka dari itu kami selaku penulis mengharap pada rekan-
rekan pembaca atas saran dan kritikannya guna melengkapi makalah ini agar
menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah yang kami buat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
131
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Tuberculosis Handbook, 1998 (WHO/TB/98.253)
2. WHO, Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National
Programmer, Second Edition, 1997 (WHO/TB/97.220)
3. WHO, TB – A Global Emergency, WHO Report on The
Tuberculosis Epidemic, 1994 (WHO/TB/94.177)
4. Crofyah J. Horne N and Miller F. Clinical Tuberculosis, The
Macmllan Pres Limited, 1992.
5. Stop TB dengan DOTS. Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB), 1994.
142
1