UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR GALIAN
PADA JALAN AMBARAWA 22 MALANG
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi yang
dibina oleh Prof. Dr. Utami Sri Hastuti, MPd
Oleh :
Off A / Kelompok 3
Devi puspita Maharani (109341417204)
Ria Novita Ayu K. (109341417207)
Yesy Maulina N. (109341417195)
Dwi Martha N. (109341417191)
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Desember 2011
BAB IPENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANGAir merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya
air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air
harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air
untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
permasalahan kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang
terus meningkat dan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik
yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan
kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya
bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Penurunan kualitas air yang terjadi ada yang disebabkan tercemarnya air
sumur oleh bakteri golongan Coliform yang diakibatkan dari kepadatan penduduk,
buruknya sistem pembuangan limbah masyarakat, pembuatan Wc, septik tank dan
sumur resapan yang kurang memenuhi persyaratan dengan baik ditinjau dari
kualitas maupun tata letaknya terhadap sumber pencemar. Hal ini dapat dilihat
pada penelitian jumlah bakteri E.coli dimana pada sumur gali yang ada ...
Dalam penelitian ini air tanah diambil dari sumur di daerah penelitian
dengan batasan daerah yang jelas seperti dalam satu daerah kelurahan. Alasan
pemilihan lokasi dilihat dari masih banyak warga yang menggunakan air sumur
untuk keperluan sehari-hari baik masak, mandi, kakus dan sebagainya. Seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut, maka akan semakin meningkat
pula kebutuhan air bersih yang selanjutnya akan cenderung menghasilkan air
buangan dalam jumlah yang meningkat pula. Dan apabila sanitasi masyarakat
kurang baik maka akan terjadi pencemaran lingkungan, salah satunya akan
mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri E. coli dan Total Coliform.
Salah satu cara mengetahui penyebaran bakteri E. coli dan Total
Coliform yaitu dilakukan kajian penyebaran bakteri golongan Coliform. Kajian
penyebaran bakteri golongan Coliform, dilaksanakan dengan mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisa data untuk mempermudah dalam menentukan objek
yang akan dikaji.
Dengan membuat kajian yang jelas terhadap jumlah bakteri E. coli dan
Total Coliform serta faktor-faktor lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi
bakteri tersebut dalam berkembang biak dapat diketahui dan dikurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bakteri E. coli dan Total Coliform pada sumur sampel di
daerah tersebut.
I.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat diajukan, antara lain :
1. Bagaimana cara mengetahui jumlah bakteri coliform yang terdapat di dalam
sampel air sumur?
2. Apakah sampel air sumur yang diambil di Jl. Sumbersari-Malang mengadung
bakteri coliform?
I.3. TUJUANPenyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah bakteri coliform yang terdapat di dalam sampel air sumur
di daerah Sumbersari Malang dengan metode MPN (Most Probable Number).
2. Mengetahui sampel air sumur yang diambil di Jl. Sumbersari-Malang
mengandung bakteri coliform atau tidak.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
Pemeriksaan air secara mikrobiologis sangat penting dan dapat dilakukan
terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar
kualitas air. Mengingat bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi
semua makhluk hidup.Pencemar biologis yang mungkin terdapat dalam air,
minuman atau makanan,terutama adalah mikroorganisme penyebab penyakit
(patogen), penghasil racun atau yang dikenal sebagai pencemar.Pemeriksaan air
secara mikrobiologis baik secara kualitatif maupun secarakuantitatif dapat dipakai
sebagai pengukur derajat pencemaran. Selain adanyamikroorganisme dalam air,
juga adanya bahan organik perlu mendapat perhatian sebab jumlah bahan organik
yang mencemari air sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan
mikroorganisme. (Upi, 2009)
Pengujian persediaan air minum terhadap semua agen-agen penyebab
penyakit merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan memakan waktu lama
sehingga dalam pelaksanaannya digunakan jasad-jasad indikator. Jasad indikator
ini berhubungan dengan saluran usus sehingga bila jasad ini terdapat dalam air,
berarti air tersebut telah terkontaminasi oleh feses (Kusnadi, dkk, 2003 dalam
Erick, 2011). Dalam hal ini jasad indikator yang dimaksud adalah kelompok
coliform. Menurut Hastuti (2010) dalam Erick (2011) bakteri-bakteri yang
termasuk kelompok coliform merupakan salah satu flora normal usus manusia.
Bakteri ini seringkali terdapat di dalam feses. Keberadaan bakteri coliform di
dalam air sumur dijadikan sebagai indikator terjadinya pencemaran pada air
sumur tersebut.
Dalam bidang mikrobiologi pangandikenal istilah bakteri indikator
sanitasi.Dalam hal ini, pengertian pangan adalahpangan seperti yang tercantum
pada Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 yangmencakup makanan dan
minuman (termasukair minum).Bakteri indikator sanitasi adalahbakteri yang
keberadaannya dalam panganmenunjukkan bahwa air atau makanantersebut
pernah tercemar oleh feses manusia.Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya
adalah bakteri yang lazim terdapat dan hiduppada usus manusia. Jadi, adanya
bakteritersebut pada air atau makanan menunjukkanbahwa dalam satu atau lebih
tahap pengolahanair atau makanan pernah mengalamikontak dengan feses yang
berasal dariusus manusia dan oleh karenanya mungkinmengandung bakteri
patogen lain yangberbahaya.
Koliform merupakan suatu grupbakteri yang digunakan sebagai
indikatoradanya polusi kotoran dan kondisi yang tidakbaik terhadap air, makanan,
susu dan produk-produksusu. Koliform sebagai suatukelompok dicirikan sebagai
bakteriberbentuk batang, gram negatif, tidak membentukspora, aerobik dan
anaerobikfakultatif yang memfermentasi laktosadengan menghasilkan asam dan
gas dalamwaktu 48 jam pada suhu 35oC.Adanyabakteri koliform di dalam
makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikrobayang bersifat
enteropatogenik dan atautoksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.Bakteri
koliform dapat dibedakanmenjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekalmisalnya
Escherichia coli dan (2) koliformnonfekal misalnya Enterobacter
aerogenes.Escherichia coli merupakan bakteri yangberasal dari kotoran hewan
atau manusia,sedangkan Enterobacter aerogenes biasanyaditemukan pada hewan
atau tanam-tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993 dalam Putu, dkk, 2004). Jadi,
adanyaEscherichia coli dalam air minummenunjukkan bahwa air minum itu
pernahterkontaminasi feses manusia dan mungkindapat mengandung patogen
usus. Olehkarena itu, standar air minum mensyaratkanEscherichia coli harus nol
dalam 100 ml.Untuk mengetahui jumlah koliform didalam contoh digunakan
metode Most Probable Number ( MPN ). PemeriksaanJurnal Ekologi Kesehatan
Vol 3 No 1, April 2004 : 64 – 7369kehadiran bakteri coli dari air
dilakukanberdasarkan penggunaan medium kaldulaktosa yang ditempatkan di
dalamtabungreaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik,
digunakan untukmenangkap gas yang terjadi akibatfermentasi laktosa menjadi
asam dan gas).Tergantung kepada kepentingan, ada yangmenggunakan sistem 3-
3-3 (3 tabung untuk10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk0,1 ml) atau 5-5-
5 .Kehadiran bakteri coli besarpengaruhnya terhadap kehidupan manusia,terbukti
dengan kualitas air minum, secarabakteriologis tingkatannya ditentukan
olehkehadiran bakteri tersebut (tabel 1).
No Jenis makanan Jenis pengujianBatas maksimum
(per gram/per ml)
1.
2.
3.
4.
5.
Air mineral Angka lempeng total
MPN coliform
Escherichia coli
Clostridium perfringens
Salmonella
102
<3
0
0
negatif
Tabel 1. Batas maksimum cemaran mikroba dalam air mineral
Kusnadi, dkk (2003) dalam Erick (2011) menyatakan bahwa kelompok
coliform adalah seluruh bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, gram
negatif, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa pada
temperatur 35oC selama 48 jam. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
menentukan coliform total adalah teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT
(Jumlah Perkiraan Terdekat). Ada 3 jenis tes yang dilakukan dalam penentuan
coliform total dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat), yaitu tes pendugaan, tes penegasan, dan tes kepastian.
Tes Pendugaan. Tes ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
bakteri coliform tanpa mempertimbangkan apakah coli fekal ataukah coli non-
fekal. Pada tes pendugaan, air sampel (misalnya air sumur) diencerkan terlebih
dulu. Agar hasil yang didapatkan semaksimal mungkin mendekati keadaan alami,
pengenceran dilakukan sampai ke nilai tertinggi, umumnya sampai 10-11. Karena
dengan pengenceran tertinggi, perhitungan jumlah sel berdasarkan koloni yang
tumbuh ataupun dengan pewarnaan hasilnya akan jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan cara pengenceran terendah (di bawah 10-3). Medium yang
digunakan adalah kaldu laktosa yang dilengkapi dengan tabung Durham dalam
posisi terbalik. Langkah selanjutnya adalah menginokulasikan air sampel, lalu
diinkubasi selama 1-4 x 24 jam. Setelah masa inkubasi 1-4 x 24 jam diamati
timbulnya gas (gelembung udara pada tabung Durham) dan asam (media menjadi
keruh). Apabila terdapat gas pada bagian dasar tabung Durham berarti dalam
sampel air sumur terdapat bakteri coliform. Jika tidak ada gas, maka sampel air
sumur tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut (Hastuti, 2010). Pelaksanaan
analisis dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public
Helath Association, 1989), yaitu untuk mengeahui jumlah bakteri Coli. Umumnya
digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama tabel JPT. Tabel
tersebut digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri Coli dalam 100 ml
sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan
gas dan asam, hasil yang positif asam dan gas dibandingkan dengan tabel JPT.
Tes Penegasan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri
coliform yang ditemukan tersebut coliform fekal atau non-fekal. Langkah yang
dilakukan pada tes ini hampir sama dengan langkah-langkah pada tes pendugaan,
hanya medium dan suhu inkubasinya saja yang berbeda. Medium yang digunakan
adalah BGLB (Brilliant Green Laktosa Bile) dan untuk mengetahui apakah
bakteri tersebut coliform fekal, maka suhu inkubasi yang digunakan adalah
42±1oC. Kusnadi (2003) menyatakan bahwa perbedaan bakteri coliform fekal dan
non-fekal adalah temperatur inkubasi yaitu untuk fekal (42 ± 1oC) dan untuk non-
fekal (37±1oC). Setelah masa inkubasi 1 x 24 jam diamati timbulnya gas
(gelembung udara pada tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh).
Apabila terdapat gas pada bagian dasar tabung Durham berarti dalam sampel air
sumur terdapat bakteri coliform fekal. Jika tidak ada gas, maka sampel air sumur
tersebut mengandung bakteri coliform non-fekal.
Tes Kepastian. Tes ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri coliform
fekal yang terdapat dalam sampel air sumur. Medium yang digunakan dalam tes
ini adalah MCA (Mac Conkey Agar). Langkah yang dilakukan adalah
menginokulasikan air sampel kemudian menginkubasi selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oC. Setelah diiunkubasi lalu diamati koloni bakteri yang tumbuh pada
permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri yang
memfermentasikan laktosa, sedang koloni yang tidak berwarna merupakan koloni
bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa (Hastuti, 2010). Jadi, coliform
adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas
air semakin baik.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
III.1. Subyek PenelitianAir tanah yang terdapat di Jl. Ambarawa 22-Malang
III.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang pada tanggal 28-29 Oktober 2011.
III.3. Alat dan Bahan
1. Alat
Botol dengan volume 100 ml
Siring
Tabung reaksi tertutup
Tabung Durham
Tabung fermentasi
Gelas ukur 10 ml
Pipet
Labu takar 500 ml
Inkubator
2. Bahan
Sampel air sumur di Jl. Sumbersari-Malang
Aquades steril
Medium Kaldu Laktose
Medium BGLB
Lampu spiritus
III.4. Prosedur Kerja
1. Langkah Kerja Tes Pendugaan
a. Mengambil air sumur pada labu takar 500 ml.
b. Melakukan pengenceran pada air sumur tersebut yaitu pengenceran
10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3.
c. Mengambil air sumur yang telah dilakukan pengenceran tadi yaitu
pengenceran 10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 dan
memasukkan ke dalam tabung berisi medium Kaldu Laktose dan
bagian dasarnya terdapat tabung Durham.
d. Menghomogenkan larutan dengan cara menggesek diantara ke dua
tangan dan mengusahakan tabung Durham tersebut tidak ada
gelembung.
e. Menginkubasi selama 1-4 x 24 jam
f. Setelah masa inkubasi 1-4 x 24 jam diamati timbulnya gas (gelembung
udara pada tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh).
2. Langkah Kerja Tes Penegasan
a. Mengambil air sumur pada labu takar 500 ml.
b. Melakukan pengenceran pada air sumur tersebut yaitu pengenceran
10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3.
c. Mengambil air sumur yang telah dilakukan pengenceran tadi yaitu
pengenceran 10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 dan
memasukkan ke dalam tabung berisi medium BGLB (Brilliant Green
Laktose Bile) dan bagian dasarnya terdapat tabung Durham.
d. Menghomogenkan larutan dengan cara menggesek diantara ke dua
tangan dan mengusahakan tabung Durham tersebut tidak ada
gelembung.
e. Menginkubasi selama 1-4 x 24 jam
f. Setelah masa inkubasi 1-4 x 24 jam diamati timbulnya gas (gelembung
udara pada tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh).
3. Langkah Kerja Tes Kepastian
a. Mengambil air sumur pada labu takar 500 ml.
b. Melakukan pengenceran pada air sumur tersebut yaitu pengenceran
10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3.
c. Menginokulasikan air sumur tersebut masing-masing pengenceran
yaitu pengenceran 10-1, pengenceran 10-2 dan pengenceran 10-3 pada
medium MCA (Mac Conkey Agar).
d. Menginkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC.
e. Mengamati koloni bakteri yang tumbuh pada medium MCA (Mac
Conkey Agar). Koloni yang berwarna merah adalah koloni bakteri
yang menfermentasi laktosa, sedang koloni yang tidak berwarna
merupakan koloni bakteri yang tidak menfermentasikan lactose.
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan
I. Medium Kaldu Laktose
Seri Tabung
Terdapat
gelembung/tidak
di dalam tabung
Durham
Jumlah
tabung positif
A
A1 Ada
3A2 Ada
A3 Ada
B
B1 Ada
1B2 Tidak
B3 Tidak
C
C1 Ada
1C2 Tidak
C3 Tidak
Seri A : 3 tabung
Seri B : 1 tabung 3- 1 - 1
Seri C : 1 tabung
MPN Tabel = 0,75
Nilai MPN Colifom = Nilai MPN Tabel x1
Tingkat PengenceranTengah
= 0,75 x 1
0,01
= 75 sel/ ml sampel air
II. Medium BGLB (Brilliant Green Lactose Bile)
Seri Tabung
Terdapat
gelembung/tidak
di dalam tabung
Durham
Jumlah tabung
positif
A
A1 Ada
3A2 Ada
A3 Ada
B
B1 Tidak
1B2 Ada
B3 Tidak
C
C1 Tidak
2C2 Ada
C3 Ada
Seri A : 3 tabung
Seri B : 1 tabung 3- 1 - 2
Seri C : 1 tabung
MPN Tabel = 1,20
Nilai MPN Colifom = Nilai MPN Tabel x 1
Tingkat PengenceranTengah
= 1,20 x 1
0,01
= 120 sel/ ml sampel air
IV.2 Analisis Data
Pada uji pendugaan, setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam, diketahui
bahwa timbul gas atau gelembung udara pada tabung Durham. Selain itu, larutan
Kaldu Laktosa juga menjadi keruh. Gelembung udara muncul pada tabung dengan
seri MPN 3- 1- 1. Dimana nilai indeks MPN adalah 0,75. Sehingga MPN
Koliform/100cc air minum contoh = 75 sel/100 cc air. Perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Nilai MPN Colifom = Nilai MPN Tabel x 1
Tingkat PengenceranTengah
= 0,75 x 1
0,01
= 75 sel/ ml sampel air
Uji penegasan digunakan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut
bersifat coliform fekal atau non fekal. Setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada
suhu 42±1ºC, diketahui bahwa timbul gas atau gelembung udara pada tabung
Durham. Selain itu, larutan BGLB juga berwarna keruh. Gelembung udara
muncul pada tabung dengan seri MPN 3-1-2, sehingga apabila dicocokkan dengan
table MPN, indeks MPNnya adalah sebesar 1,20. Sehingga MPN koliform/100 cc
air minum contoh = 120 sel/100 cc air. Perhitungannya aadalah sebagai berikut :
Nilai MPN Colifom = Nilai MPN Tabel x 1
Tingkat PengenceranTengah
= 1,20 x 1
0,01
= 120 sel/ ml sampel air
Pada uji yang terakhir yaitu uji kepastian, medium yang digunakan adalah
Mac Conkey Agar. Setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC,
diketahui terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan medium. Koloni
bakteri hanya tumbuh pada cawan A, sedangkan pada cawan B dan C tidak
terdapat koloni bakteri yang tumbuh. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
cawan A adalah sebanyak 40 koloni.
IV.3 PEMBAHASAN
Pada air mengandung berbagai macam faktor biotik atau mikroba, antara
lain bakteri, fungi, mikroalgae, protozoa dan virus. Dalam menguji kualitas air
diperlukan suatu bakteri indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah
bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan
tersebut telah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi
umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi
adanya bakteri tersebut pada air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami
kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia. Misalnya pada air sumur,
karena letak sumur dan tempat pembuangan feses manusia berdekatan sehingga
air akan terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari feses manusia tersebut.
Koliform merupakan suatu grupbakteri yang digunakan sebagai
indikatoradanya polusi kotoran dan kondisi yang tidakbaik terhadap air, makanan,
susu dan produk-produksusu.Bakteri koliform dapat dibedakanmenjadi 2 grup
yaitu : (1) koliform fekalmisalnya Escherichia coli dan (2) koliformnonfekal
misalnya Enterobacter aerogenes.Adanyabakteri koliform di dalam
makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikrobayang bersifat
enteropatogenik dan atautoksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Adanya
bakteri Escherichia coli dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah
terkontaminasi feses pada manusia. E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk
batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus.
Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-
serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli
Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik. Oleh karena
itu, strandar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus 0 dalam 100 ml.
Untuk mengetahui jumlah koliform fekal dalam air dapat digunakan
metode MPN (Most Probable Number). Dalam metode ini terdapat tiga macam uji
yaitu uji pendugaan, uji penegasan dan uji kepastian.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, pertama adalah uji pendugaan.
Pemeriksaan kehadiran koliform pada uji pendugaan menggunakan medium kaldu
laktosa yang ditempatkan di tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil
yang letaknya terbalik). Hasil yang di dapat adalah terdapat tabung reaksi yang
mengandung koliform. Terbukti setelah masa inkubasi pada kaldu laktosa
terbentuk gas yaitu gelembug gas pada tabung Durham. Hal ini menunjukkan
bahwa fermentasi laktosa oleh bakteri koliform akan menghasilkan gas dan asam.
Untuk dapat mengetahui hasil fermentasi laktosa berupa asam tersebut dapat
diketahui dalam tabung reaksi yang digunakan untuk uji tersebut dari awalnya
bening menjadi keruh.Kemudian dihitung nilai MPN, maka diperoleh nilainya
adalah 75 sel bakteri koliform. Berdasarkan Permenkes No
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
menyebutkan bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN
koliform/100 c sampel adalah 0. Sedangkan untuk air bersih adalah 10 (untuk air
pemipaan) dan (50 untuk air bukan pemipaan). Jadi berdasarkan hal tersebut
dimana hasil uji kuantitatif koliform (uji pendugaan) nilai MPN adalah 75 sel
bakteri koliform, maka air sumur yang digunakan untuk percobaan tersebut tidak
memenuhi syarat mikrobiologis air minum yang dikeluarkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pada saat dilakukan uji yang kedua yaitu uji penegasan dengan
mengganakan medium BGLB (Brilliant Green Lactose Bile).Maka diperoleh
hasil, pada pengenceran 10-1 yaitu A1 terdapat koliform fekal, A2 terdapat
koliform fekal dan A3 terdapat koliform fekal. Pada pengenceran 10 -2 yaitu B1
tidak terdapat koliform fekal, B2 terdapat koliform fekal dan B3 tidak terdapat
koliform fekal. Dalam hal ini pada tabung reaksi dengan tabung durhamnya
terdapat gelembung maka terdapat koliform fekal, sedangkan yang tidak terdapat
gelembung udara maka terdapat bakteri koliform. Sehingga dibuktikan dengan
tumbuhnya bakteri pada medium BGLB dengan suhu inkubasi 42oC. Kita
mengetahui bahwa bakteri koliform fekal dapat tumbuh pada suhu 42oC,
sedangkan bakteri koliform dapat tumbuh pada suhu 37oC. Maka dapat diketahui
pada setiap pengenceran terdapat koliform fekal. Kemudian dapat melihat nilai
MPN pada tabel, maka diperoleh nilai MPN koliform adalah 120 sel. Jadi
berdasarkan hal tersebut maka air sumur yang memiliki nilai MPN koliform
adalah 120 sel bakteritidak memenuhi syarat mikrobiologis air minum yang
dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan yaituuntuk air bersih adalah 10 (untuk air
pemipaan) dan (50 untuk air bukan pemipaan).
Pada percobaan yang selanjutnya adalah uji kepastian, maka diperoleh
data pada cawan A terdapat 40 koloni bakteri E. coli, pada cawan B tidak terdapat
E.coli dan pada cawan C tidak terdapat E. coli. Pada cawan A terdapat 40 koloni
bakteri E. coli, hal ini ditunjukkan dengan koloni bakteri tersebut berwarna merah.
Koloni yang berwarna merah tersebut menunjukkan bakteri dapat menfermentasi
laktosa. Dan kemampuan untuk menfermentasi laktosa menjadi asam dan gas
merupakan ciri dari bakteri coliform fekal. Koloni bakteri E. coli hanya terdapat
pada awan A, sedangkan cawan yang lain tidak terdapat. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh proses pengenceran. Semakin air tersebut dilakukan proses
pengenceran maka bakteri yang terkandung di dalamnya akan semakin sedikit
atau tidak ada.
Berdasarkan percobaan dengan tiga uji tersebut terdapat bakteri
koliform fekal pada air sumur yang dijadikan sampel. Berdasarkan Permenkes No
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, pada
air sumur tersebut kandungan koliform fekalnya melebihi syarat-syarat yang
ditentukan oleh Menteri Kesehatan.Keberadaan bakteri koliform di dalam air
sumur dijadikan sebagai indikator terjadinya pencemaran pada air sumur tersebut.
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
1. Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform yang terdapat di dalam sampel
air sumur di Jl. Sumbersari-Malang dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan
Terdekat). Ada 3 jenis tes yang dilakukan dalam penentuan coliform total
dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan
Terdekat), yaitu tes pendugaan, tes penegasan dan tes kepastian.
2. Sampel air sumur yang diambil di Jl. Sumbersari-Malang diketahui telah
tercemar bakteri coliform karena pada tes pendugaan diketahui terdapat
gelembung udara yang muncul 75 sel/100 cc air. Pada tes selanjutnya, yaitu
tes penegasan diketahui jenis bakteri yang terdapat dalam air sumur bersifat
fekal dengan nilai MPN sebesar 120 sel/100 c air. Sedangkan pada tes yang
terakhir yaitu tes kepastian, diketahui terdapat 40 koloni yang tumb8h pada
cawan A.
V.2. SARAN
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit akibat kondisi air sumur yang
tercemar, maka dapat dilakukan beberapa hal, antara lain :
a. Jarak antara sumur dan saptic tank tidak terlalu dekat, sehingga kemungkinan
terjadinya pencemaran air sumur terhadap bakteri coliform juga kecil.
b. Apabila air sumur digunakan untuk keperluan memasak, maka air harus
direbus terlebih dahulu sampai benar-benar matang, sehingga bakteri
Coliform mati.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Bakteri Indikator Sanitasi dan Keamanan Air Minum. (Online).
http//www.eurekaindonesia.org/bakteri-indikator-sanitasi-dan-keamanan-
air-minum/">. Diakses tanggal 1 november 2011.
Anonim. −. Bakteri Koliform. (Online). http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Bakteri_koliform&action=edit">. Diakses tanggal 1 november
2011.
BPOM. 2011. Penetapan Batas Maksimum Pencemaran Mikroba dan Kimia.
Jakarta: Percetakan Negara.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sri Hastuti, Utami. 2008. Penuntun Kegiatan Mikrobiologi. Malang: Universitas
Negeri Malang.