MAKNA LAFADZ “IDHRIB” DALAM SURAT AN-NISA’ AYAT 34 PERSPEKTIF
ULAMA KECAMATAN GONDANGLEGI DAN KECAMATAN KEPANJEN
KABUPATEN MALANG
SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Lukman Haris
NIM 09210060
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk
Orang-orang tercinta dan yang paling berjasa dalam arti hidupku serta
Yang telah memberikan perubahan dalam setiap langkahku.
1. Teruntuk kedua orang tuaku; Ayahanda Sudo‟I dan Ibunda Cicik Larasati. Dengan kasih sayang,
ketulusan cinta dan doanya yang tiada berbalas telah membekaliku untuk mengarungi samudera
kehidupan ini.
2. Adindaku Muhammad Nazril Qamarullah yang selalu memberikan canda tawa dan kasih sayang .
3. Keluarga besar tercintaku yang turut serta memberikan do‟a dan motivasi dalam perjuangan ini,
menjadikan hidupku begitu indah dan bermakna.
4. Kepada semua guru-guruku yang selalu memberikan asupan pendidikan, ilmu pengetahuan,
arahan serta bimbingannya, semoga menjadi ilmu yang manfaat dan barokah.
5. Kekasih pujaan hatiku yang telah memberikan binaan cinta dan kasih sayangnya serta selalu setia,
semoga nanti kita bisa membina keluarga yang bahagia dalam bingkai sakinah, mawaddah,
warahmah.
6. Kawan-kawan sejatiku Fakultas Sari‟ah angkatan 2009, terima kasih telah membuatku merasa
termotivasi dan percaya diri dalam membangun semangat juang.
Kupersembahkan
Tulisan yang sederhana ini kepada kalian semua, doaku;
“Semoga Allah SWT memberikan perubahan kepada kita
untuk meraih apa yang selama ini kita cita-citakan sehingga
menjadi orang yang berguna dan bahagia di dunia maupun di akhirat”
Amin Ya Robbal Alamin.
MOTTO
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri
itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Baqarah 02: 35)
PRAKATA
Segala puji dan syukur senantiasa kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada
beliau yang menjadi suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad saw beserta
para keluarganya, para sahabatnya, serta pengikutnya yang istiqomah hingga akhir zaman. Tiada
kata yang layak kita haturkan selain mengucap syukur kepada Allah swt atas segala kesempatan
dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Makna Lafadz
Idrib Pada Qs. An-Nisa Ayat 34 Perspektif Ulama Kabupaten Malang dapat diselesaikan
dengan curahan kasih sayang-Nya, kedamaian dan ketenangan jiwa.
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun pengarahan dan hasil
diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.S.i., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
2. Dr. Roibin, M.H.I., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
3. Dr. Sudirman Hasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Dr. Hj. Mufidah Ch., M.Ag., selaku dosen pembimbing penulis. Penulis mengucapkan terima
kasih atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk bimbingan, arahan, serta motivasi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga beliau beserta seluruh keluarga besar, khususnya
Ibu dan Bapak, selalu mendapatkan rahmat dan hidayah Allah swt. Serta dimudahkan, diberi
keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
5. Dr. H. Roibin, M.H.I., selaku dosen wali penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Syari‟ah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penulis Mengucapkan terima kasih
kepada beliau yang telah memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh
perkuliahan.
6. Segenap dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang
telah menyampaikan pengajaran, mendidik, membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan
ikhlas. Semoga Allah swt memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.
7. Staf Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, penulis
mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga apa yang telah saya peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya bagi saya pribadi. Penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan
dosa, menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 6 Januari 2014
Penulis,
Muhammad Lukman H.
NIM 09210060
DAFTAR TRANSLITERASI
A. Umum
Transliterasi yang dimaksud di sini adalah pemindahalihan dari bahasa Arab ke dalam
tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Konsonan
dl ض Tidak ditambahkan ا
th ط b ب
dh ظ t ت
(koma menghadap ke atas)„ ع ts ث
gh غ j ج
f ف h ح
q ق kh خ
k ك d د
l ل dz ذ
m م r ر
n ن z ز
w و s س
h ه sy ش
y ي sh ص
B. Vokal, pandang dan Diftong
Setiap penulisan Arab dalam bentuk tulisan Latin vokal fathah ditulis dengan “a”,
kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis
dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = â misalnya قال menjadi qâla
Vokal (i) panjang= î misalnya قيل menjadi qîla
Vokal (u) panjang= û misalnya دون menjadi dûna
Khusus bacaan ya‟nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î”, melainkan tetap
ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat di akhirnya. Begitu juga untuk suara
diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah ditulis dengan “aw”dan “ay” seperti contoh berikut:
Diftong (aw) = و misalnya قول menjadi qawlun
Diftong (ay) = ي misalnya خير menjadi khayrun
C. Ta’ marbûthah (ة)
Ta’ marbûthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah-tengah kalimat,
tetapi apabila Ta’ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan
menggunakan “h” misalnya: للمدرسة الرسالة menjadi al-risalat li al-mudarrisah.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................i
HALAMAN SKRIPSI ……………………………………………………….........ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................................iv
HALAMAN MOTTO…………................................................................................v
PRAKATA……………............................................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ..............................................................................ix
ABSTRAK INGGRIS .............................................................................................xi
ABSTRAK ARAB…………………………………………………………….......xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................6
D. Manfaat Penelitian……………………………………...……..…....7
F. Sistematika Pembahasan....................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………….. …..….......10
A. Penelitian terdahulu …………………………………….................10
B. Kajian Teori ………………………..…………...............................13
1. Makna Lafadz Idrib Menurut Ulama Tafsir………….……….......13
a. Ulama Salaf…………………………………..........13
b. Ulama Moderen…………………………………....17
c. Ulama Kontemporer………………………..….......19
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..….....24
A. Jenis Penelitian ……........................................................................25
B. Pendekatan Penelitian….………………...…...................................27
C. Lokasi Penelitian………………….…………………………….....28
D. Sumber Data…………………………………………………….…29
1. Data Primer…………..…………………………………….29
2. Data Skunder…………….…………………………….......29
E. Metode Pengumpulan Data…………………………………….….30
1. Metode Wawancara…………………….……………….….…31
F. Metode Pengolahan Data………………………………….…….…....31
G Metode Analisis Data............................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN………………………..........35
A Profil Lokasi Penelitian…………..........................................................35
1. Lokasi penelitian ………………...............................................35
2. Kondisi Wilayah Penelitian …………………………….........36
B Paparan Dan Analisis Data....................................................................42
1 Profil informan ..........................................................................42
C Pembahasan………………………………………………………........43
1 Makna Lafadz idrib menurut Ulama Kabupaten Malang ….....43
2 Solusi Tepat Dalam Mengatasi Perselisihan Rumah Tangga…47
3 Analisis Data…………………………………………….…....51
a. Makna Lafadz Idrib ………………………………......51
a. Ulama Salaf……………………………….......51
b. Ulama Moderen…………………………….....53
c. Ulama Kontemporer………………………......57
b. Solusi Mengatasi Permasalahan rumah tangga…….....64
a. Ulama Salaf……………………………...........64
b. Ulama Modern…………………………...........68
c. Ulama Kontemporer……….………………….73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………….……….….….81
A Kesimpulan ...........................................................................................81
B Saran………………………………………………………….….........83
ABSTRAK
Haris, Muhammad Lukman, 09210060,Makna Lafadz idrib dalam Qs.An-Nisa Ayat 34
Perspektif Ulama Kabupaten Malang. Skripsi, jurusan Al-Ahwal Al Syakhsiyyah,
Fakultas Syariah, UniversitasIslam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang,
Pembimbinng : Dr.Hj Mufidah CH, M.Ag
Kata Kunci : Lafadz Idrib, Qs.An-Nisa 34, Ulama Kabupaten Malang
Latar belakang penelitian ini, adalah pada kenyataannya sering menunjukkan bahwa
hubungan suami istri tidak selalu harmonis. Kadang-kadang pasangan gagal untuk
menyelamatkan biduk dalam rumah tangga karena menghadapi masalah yang dianggap di luar
kemampuannya. Kadang-kadang istri juga mengabaikan atau kurang maksimum dan kurang
tepat dalam melakukan tugasnya mengurus rumah tangga dan tugasnya kepada anak-anaknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, bagaimana ulama kabupaten Malang dalam
memaknai Lafadz idrib pada Qs. An-Nisa ayat 34 dan bagaimana ulama kabupaten Malang
menyelesaikan sengketa yang sedang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang pada
akhirnya dapat mewujudkan keluarga yang harmonis. Sedangkan objek penelitian adalah Ulama
kabupaten Malang.
Metode penelitian ini, menggunakan jenis penelitian Empiris atau Lapangan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sementara teknik pengumpulan data, peneliti
menggunakan wawancara. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif
analisis diskrptif.
Hasil Penelitian ini , peneliti menyimpulkan , Pertama, Ulama Salaf dalam memaknai
Lafadz idrib pada Qs.An - Nisa ayat 34 dengan cara mengambil jalan kekerasan yaitu memukul
dengan tangan , sementara para ulama Modern dan Kontemporer dalam memaknai Lafadz idrib
dengan, memukul tanpa menggunakan jalanan kekerasan , yaitu dengan cara selalu memberikan
nasehat dan akan sadar dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Sedangkan ulama Salaf
dalam menyelesaikan sengketa dalam kehidupan rumah tangga yaitu dengan cara dipukul ,
Ulama Salaf memungkinkan suami untuk memperbolehkan melakukan pemukulan terhadap istri
alasannya adalah istri masih menjadi tanggung jawab suami , maka perlu menggunakan
kekerasan untuk menghidupkan kembali kepada kewajibannya. Sementara Ulama Modern dan
Kontemporer ada dua metode untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di rumah , Yang
pertama adalah dengan cara kekerasan , yaitu diperbolehkan untuk memukul istrinya selama
tahap - tahap yang sebelum melakukan pemukulan tersebut sudah dilaksanakan dengan dengan
baik dan masih belum membuahkan hasil . Proses penyelesaian sengketa yang kedua dalam
rumah tangga adalah, tanpa menggunakan cara kekerasan sedikitpun, yaitu cukup dengan
dinasehati secara menerus dan mengambil jalan tengahnya setiap kali terjadi sengketa dalam
rumah tangga, karena kekerasan tidak akan membuat masalah jadi selesai , dan pada akhirnya
hanya menghasilkan pemberontakan yang lebih berbahaya .
ABSTRACT
Haris, Muhammad Lukman, 09210060. 2014. “The Meaning of Idrib Lafadz in the Quran, on
Surah An-Nisa Verse 34 Based on Muftis’ (Muslim Scholars)
Perspective in Malang Regency”. Thesis. Department of Al-Ahwal
Al Syakhsiyyah, Faculty of Sharia, Maulana Malik Ibrahim State
Islamic University Malang.
Supervisor: Dr.Hj. MufidahCh, M.Ag
Key words: Idrib Lafadz, Surah An-Nisa Verse 34, Muftis’ Perspective in Malang Regency
The background of this research is an existing fact which often indicates that the marital
relationship is not always harmonious. Sometimes a spouse fails to save the relationship because
of facing problems which are beyond their capability to solve. Sometimes, it happens because
either the wives ignore their household jobs and her children, or they do not accomplish the
matter under their responsibilities in a very satisfied and precise way.
This study aims to describe how Muftis in Malang Regency understand the meaning of
Idrib lafadz in Surah An-Nisa verse 34 and how they solve domestic disputes or conflicts to
create a harmonious family. The object of this research is the Muftis in Malang Regency.
This research employs Empirical or Field Study as the method by using qualitative
descriptive approach. The data collection technique used is interview. The data analysis used is
descriptive analysis qualitative method.
As the result, the researcher concludes that; first, Salaf Muftis defines the meaning of
Idrib Lafadz in Surah An-Nisa verse 34 as a toleration in using a violence way that is hitting
using a hand. On the other hand, the Modern and Contemporary Muftis define its meaning as an
act of hitting without using any violence way that is by always giving advice. It is hoped that the
doers will finally realize their mistakes over times. In solving the disputes, Salaf Muftis suggests
to solve it by using an act of hitting. They allow the husbands to hit their wives under the reason
that the wives are still the husbands‟ responsibility. Thus, violence is needed to revive the
obligations. Whereas, Modern and Contemporary Muftis use two methods to solve the disputes
in the household. The first is done by using violence that is the husband is allowed to beat his
wife as long as the stages of solving the dispute prior to the act of beating have been done well
and has gained no results. The second dispute solving process in the household is using the least
violent way, which is the act of giving advice continuously and take the win-win solution every
time the dispute occurs. It is performed because violence will not solve problems and finally will
only create more dangerous uprisings or rebellions.
لص البحثمستخ
في منظور علماء 43معنى لفظ "اضرب" في سورة النساء اآلية ، 06000090 ،حارس، حممد لقمانالبحث العلمي. قسم األحوال الشخصية، كلية الشرية، جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية الدين بماالنق.
احلكومية مباالنق. املشرف: د. احلاجة مفيدة، املاجستري
الرئيسية: لفظ "اضرب"، سورة النساء، علماء الدين بماالنقالكلمات
انطلق هذا البحث من احلقائق اليت تدل على أن العالقة الزوجية ليست دائما منسجمة، وقد يفشل الزوجني يف احلياة الزوجية بسبب عدم قدرهتما على حل املشكلة اليت يواجهها. وأحيانا غفلت الزوجة عن
لبيت واألوالد.واجباهتا يف تدبري ايهدف هذا البحث إىل وصف كيف يفّسر علماء الدين مباالنق لفظ "اضرب" يف سورة النساء اآلية
، وكيف حيل علماء الدين املنازعات الواقعة يف احلياة الزوجية لتحقيق االجنسام يف األسرة. وموضوع هذا 43 البحث هو علماء الدين يف حمافظة ماالنق.
لبحث امليداين ويستخدم املدخل الوصفي الكيفي. وأما طريقة مجع البيانات فيه نوع هذا البحث هو ا املقابلة، وبالتايل حيّلل الباحث البيانات باستخدام املنهج الكيفي التحليلي الوصفي.
43فّسر العلماء السلفيون لفظ "اضرب" يف سورة النساء اآلية ياستنتج هذا البحث ما يلي: أوال، الضرب باليد، وأما العلماء املعاصرون يفسرون بأنه الضرب بدون عنف، وذلك بالنصيحة كي بأنه العنف أي
تصلح نفسها مع مرور الزمان. وكان العلماء السلفيون حيّلون بني املنازعات يف احليات الزوجية بالضرب، داء واجباهتا. وأما وجييزون للزوج أن يضرب الزوجة ألنه مسؤول عنها، فهو حباجة إىل النعف ليعيدها إىل أ
العلماء املعاصرون يستخدمون طريقتني حلل املنازعات يف احلياة الزوجية، أوال، بالعنف، جيوز للزوج أن يضرب زوجتها مادام الزوج قد أجرى املراحل قبل الضرب جيدا ومل ينجح. ثانيا، بدون أي عنف، يعين بالنصيحة
ياة الزوجية، ألن العنف ال حّيل املشاكل بل يؤدي إىل الوورة املضرة.املستِمرّة والتوسُّط كلما حدث النزاع يف احل