7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 1/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
1754 Tropik lnfeksi
DEFIN
ISI
Adalah penyakit infeksi parasit yang
disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Sejenis infeksi parasit yang menyerupai
malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis.
ETIO
LOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium,
yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan
burung, reptil dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium
ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah
merah dan mengalami pemhiakan aseksual di
jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.
Se!ara keseluruhan ada lebih dari "## plasmodiumyang menginfeksi binatang ($% pada jenis burung
dan reptil dan %% pada binatang primata
Parasit Malaria yangterdapat diIndonesiaPlasmodium malaria yang sering dijumpai ialah
plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana (Benign &alaria dan plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria tropika
(&alignan &alaria. Plas modium malariae pernah juga dijumpai pada kasus kami tetapi sangat
jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan
dijumpai di Irian 'aya, pulau Timor, pulau )i
(utara Irian 'aya.
SEJ
!"
&emasuki milenium ke*+, infeksi malaria masih
merupakan problema klinik bagi negara tropiksub*
tropik dan negara berkembang maupun negara yang
sudah maju. &alaria merupakan penyebab kematian
utama penyak.it tropik diperkirakan satu juta
penduduk dunia meninggal tiap tahunnya dan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 2/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
terjadi kasus malaria baru %##*+## jutatahun.
&alaria berasal dari bahasa Italia (mala +
aria) yang berarti -udara yang jeleksalah-,
baru sekitar tahun "$$# harles /ouis
Alphonse /a0eran dapat membuktikan bah)a
malaria disebabkan oleh adanya parasitdidalam sel darah merah, dan kemudian
1onald 1oss membuktikan siklus hidup
plasmodium dan transmisi penularannya pada
nyamuk. leh karena penemuannya /a0eran
dan 1oss mendapat hadiah 2obel.
/aporan kasus malaria yaitu adanya
demam dengan splenomegali telah dituliskan
dalam literature kuno dari ina yaitu Nei
Ching Canon of Medicine pada "3## S&
dan dari &esir dalam Ebers Papyrus pada
tahun "43# S&. Tahun "56$ ditemukansiklus e7oeritrositer pada
P. !ynomolgi oleh Shortt dan 8arnham9 dan pada tahun "5$# :rotoski
dan 8arnham menemukan bentuk di
jaringan yang disebut hipno;oit yang
menyebabkan terjadinya relaps.
Pada permulaan abad*%# juga ditandai
dengan ditemukannya pepisida untuk
membunuh nyamuk yaitu dichloro-
diphenyl-trichloroethane (DDT oleh Paul
&uller (S)iss. Suksesnya eradikasi
malaria dalam era tahun "5<#*an ternyata
tidak sepenuhnya menghilangkan penyakit
malaria di dunia. Di Indonesia dengan adanya
program :P=& (:omando perasi
Pembasmian &alaria, malaria hanya
dapat dikontrol untuk daerah 'a)a dan
Bali. Sampai sekarang masih banyak
kantung*kantung malaria khususnya daerah
Indonesia ka)asan Timur (Irian, &aluku,
Timor Timur, 2TT, :alimantan dansebagian besar Sula)esi, beberapa daerah
Sumatera (/ampung, 1iau, Bengkulu dan
Sumatera Barat dan >tara dan sebagian
ke!il 'a)a ('epara, sekitar ?ogya dan 'a)a
Barat.
@alaupun kina merupakan obat
pertama yang digunakan untuk
mengobati demam (diduga oleh malaria
pada tahun "$%# oleh Pelletier dan
a0entou, obat untuk malaria baru
dapat disintesa se!ara kimia)i yaitu primakuin ("5%6, uina!rine ( "5+#,
klorokuin ( "5+6, amodi auine(l 56<,
primakuin ( "54# dan pirimetamin
("54". Deng an meluasnya resistensi
terhadap pengobatan klorouin,
sulfadoksin pirimetamin serta onat*obat
lainnya, @ melalui 1B& ( 1oll
Ba!k &alaria telah men!anangkan
perubahan pemakaian obat baru yaitu
kombinasi artemisinin (Artemisinin*base
ombination TherapyC AT untuk
mengatasi masalah resistensi pengabatan
dan menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
DIST!
I#$SI DN I
NSIDEN
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari
"## negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian Selatan dan daerah
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 3/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
!eania dan kepulauan aribia.
/ebih dari ".< triliun manusia
terpapar oleh malaria dengan
dugaan morbiditas %##*+## juta
dan mortalitas lebih dari I juta
pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika
Serikat, anada, negara di =ropa
(ke!uali 1usia, Israel, Singapura,
ongkong, 'apan, Tai)an, :orea,
Brunei dan Australia. 2egara
tersebut terhindar dari malaria
karena 0ektor kontrolnya yang
baik9 )alaupun demikian di negara
tersebut makin banyak dijumpai
kasus malaria yang di import
karena pendatang dari negaramalaria atau penduduknya
mengunjungi daerah*daerah
malaria.
P. fal!iparum dan P. malariae umumnya di jumpai pada semua negara
dengan malaria9 di Afrika, aiti dan
Papua 2ugini umumnya P.fal!iparum9
P. 0i0a7 banyak di Amerika /atin.
Di Amerika Selatan, Asia
Tanggara, negara !eania dan
India umumnya P fal!iparum dan
P. 0i0a7. P. o0ale biasanya hanya
di Afrika. Di Indonesia ka)asan
Timur mulai dari :alimantan,
Sula)esi Tengah samapai ke
>tara, &aluku, Irian 'aya dan dari
/ombor sampai 2usatenggara
Timur serta Timor Timur
merupakan daerah endemis
malaria dengan P. fal!iparum danP. 0i0a7. Beberapa daerah di
Sumatera mulai dari /ampung,
1iau, 'ambi dan Batam kasus
malaria !enderung meningkat.
T!
NSMI
SIDNEPIDEMIOLOGI
Da%r "id%p Par a
sit Malar
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 4/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
ia
Infeksi parasit malaria pada
manusia mulai bila nyamuk
anopheles betina menggigit
manusia dan nyamuk akanmelepaskan sporo;oit ke dalam
pembuluh darah dimana sebagian
besar dalam )aktu 64 inenit akan
menuju ke hati dan sebagian ke!il
sisanya akan mati di darah. Di
dalam sel parenkim hati mulailah
perkembangan aseksual
(intrahepatic schizogony atau
pre-erythrocytes schizogony)
Perkembangan ini memerlukan
)aktu 4,4 hari untuk plasmodium
falciparum dan "4hari untuk
plasmodium malariae Setelah sel
parenkim hati terinfeksi, terbentuk
si;ont hati yang apabila pe!ah
akan mengeluarkan banyak
mero;oit ke sirkulasi darah. Pada
P vivaxdan ovale! sebagian parasit
di dalam sel hati membentuk hipno;oit
yang dapat bertahan sampai bertahun*
tahun, dan bentuk ini yang akan
menyebabkan terjadinya relaps pada
malaria.
Setelah berada dalam sirkulasi darah mero;oitakan menyerang eritrosit
dan masuk melalui reseptor permukaan
eritrosit. Pada P vivax reseptor ini
berhubungan dengan faktor antigen
"uffy #ya atau #yb al ini
menyebabkan indi0idu dengan golongan
darah "uffi negatiftidak terinfeksi malaria
0i0a7. 1eseptor untuk P falciparum
diduga suatu glycophorins! sedangkan
pada P malariae dan P ovate belum
diketahui. Dalam )aktuE. rnng dari "% jcil I parasit berubah
menjadi bentuk ring! pada Pfalciparum
menjadi bentuk stereo * headphones!
yang mengandung kromatin dalam
intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit
tumbuh setelah memakan hemoglobin
dan dalam metabolismenya membentuk
pigment yang disebut
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 5/62
!alaria 1755
hemo;oin yang dapat dilihat se!ara
mikroskopik. =ritrosit yang berparasit
menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong, pada P falciparum
dinding eritrosit membentuk tonjolan
yang disebut $nob yang nantinya penting
dalam proses cytoadherence dan
rosetting Setelah +<jam in0asi kedalam
eritrosit, parasit berubah menjadi si;ont,
dan bila si;ont pe!ah akan mengeluarkan
< * +< mero;oit dan siap menginfeksi
eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini
pada P falciparum! P vivax dan P ovaleialah 6$ jam dan pada P malariae adalah
3% jam. (8ambar "
yang masuk dalam faktor penjamu
adalah tingkat endemisitas daerah
tempat tinggal, genetik, usia, status
nutrisi dan status imunologi. Parasit
dalam eritrosit (=P se!ara garis besar
mengalami % stadium, yaitu stadium
!in!in pada %6 jam I dan stadium matur
pada %6 jam ke II. Permukaan =P
stadium !in!in akan menampilkan
antigen 1=SA (%ing-erythrocyte
surgace antigen) yang menghilang
setelah parasit masuk stadium matur.
Permukaan membran =P stadium matur akan mengalami penonjolan dan
membentuk knob dengan &istidin %ich-
protein-' "H#$-
1) sebagai komponen utamanya.
Selanjutnya bila =P tersebut
mengalami merogoni, akan
dilepaskan toksin malaria berupa
8PI yaitu glikosilfosfatidilinositol
yang merangsang pelepasan T2F*a
dan interleukin*I (I/*" dari makrofag.
l
r
(
r
-
-
-
-
-%aktorparasit&- #esi
stensio'at
- (ecepatan )ulti
plikasi- *ara
invasi
- Sitoa,erens
- #osetin
- $o
li)orfis)e antoenik- aria
si
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 6/62
anti en
ic"$f /!$1
- Toksin)alaria
%akto
r
sosial
aneor
afi &- kses)enapat peno'atan
- %aktor faktor
'uaa
an ekono)i- Sta'ilita
s politik
- lntensit
astrans)isina)uk
3a)'ar 1. Daur ,iup plas)oiu)an)ekanis)e invasi eritrosit. "isalinari&
!anifestasi klinik
%aktor peja)u- l)unitas- Sitokin
proinfla)as- 3enetik- 4)ur
(e,a)ilan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 7/62
!iller LH . T,e pat,o-enic 'asis of !alaria. ature
20026 715 & 8: - 89"
si)pto)atik
De)a)
"spesifik
!alaria'erat
(e)atian
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 8/62
Di dalam darah sebagian parasit
akan membentuk garnet jantan dan
betina, dan bila nyamuk menghisap
darah manusia yang sakit akan terjadisiklus seksual dalam tubuh nyamuk.
Setelah terjadi perka)inan akan
terbentuk zygote dan menjadi lebih
bergerak menjadi oo$inet yang
menembus dinding perut nyamuk dan
akhirnya menjadi bentuk oocyst yang
akan menjadi masak dan
mengeluarkan sporo;oit yang akan
bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk
dan siap menginfeksi manusia.
Tingginya side positive rate (SP1menentukan endemisitas suatu
daerah dan pola klinis penyakitmalaria akan berbeda. Se!ara tradisi
endemi
sita
s
daerah
dib
agime
nja
diG
H IP=2D=&I: G bila
parasit rate atau spleen rate #
* "#
H &=S=2D=&I: G bila paras
it rate atau spleen rate "# *4#
H IP=1=2D=&I: G bila
parasit rate atau spleen rate 4#* 34
H /=2D=&I: G bila
parasit rate atau spleen rateJ 34
Parasit rate dan spleen rate
ditentukan pada pemeriksaan anak*anak
usia % * 5 tahun. Pada daerah
holoendemik banyak penderita anak*anak
dengan anemia berat, pada daerah
hiperendemik dan mesoendemik mulai
banyak malaria serebral pada usia kanak*kanak (% * "#tahun, sedangkan pada
daerah hipoendemikdaerah tidak stabil
banyak dijumpai malaria serebral, malaria
dengan gangguan fungsi hati atau
gangguan fungsi ginjal pada usia de)asa.
PTO
GENESIS D
N PTOLOGI
Setelah melaluijaringan hati
Pfalciparum melepaskan "$*%6mero;oit ke dalam sirkulasi. &ero;oit
yang di lepaskan akan masuk dalam sel
1=S di limpa dan mengalami
fagositosis serta filtrasi. &ero;oit yang
lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa
akan mengin0asi eritrosit. Selanjutnya
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 9/62
parasit berkembang biak se!ara
aseksual dalam eritrosit. Bentuk
aseksual parasit dalam eritrosit (=P
inilah yang bertanggung ja)ab dalam
patogenesa terjadinya malaria pada
manusia. Patogenesa malaria yang banyak diteliti adalah patogenesa
malaria yang disebabkan oleh
P
f
a
l
c
i
p
ar
u
m
Patogenesis malaria falsiparum
dipengaruhi oleh faktor parasit dan
faktor penjamu (host) ?ang termasuk
dalam faktor parasit adalah intensitas
transmisi , densitas parasit dan
0irulensi parasit. Sedangkan
3a)'ar 2. 3a)'aran klinis itentukan
ole, faktor parasit 6 peja)u an sosial
-eo-rafi. "Su)'er & !iller LH6 ;aruc, D I6
!arsk (6 Dou)'o <k. T,e pat,o-enesis
'asis of )alaria6 ature 2002= 715&8:
itoadherensi Sitoadherensi ialah
perlekatan antara =P stadium matur pada
permukaan endotel 0askuler.
Perlekatan terjadi dengan !ara molekul
adhesif yang terletak dipermukaan
knob =P melekat dengan molekul
molekul adhesif yang terletak
dipermukaan endotel 0askular.
&olekul adhesif di permukaan knob
=P se!ara kolektif disebut Pf=&P*",
Pfalciparum erythrocyte membrane
protein-' &olekul adhesif
dipermukaan sel endotel 0askular
adalah D+<, trombospondin !
intercellular * adhesion molecule * '
(IA&*", vascular cell adhesion
molecule * ' (C*M)! endothel
leucocyte adhesion molecule-' (E'*M-
') dan glycosaminoglycan chondroitin
sulfate * Pf=&P*" merupakan protein*protein hasil ekspresi genetik
oleh sekelompok gen yang berada
dipermukaan knob. :elompok gen ini
disebut gen KA1. 8en KA1
mempunyai kapasitas 0ariasi antigenik
yang sangat besar.
e$uestrasi Sitoadheren
menyebabkan =P matur tidak
beredar
kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam
eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan mikro0askular disebut =P
matur yang mengalami sekuestrasi.
anya P falciparum yang mengalami
sekuestrasi, karena pada plasmo dium
lainnya seluruh siklus terjadi pada
pembuluh darah perifer. Sekuestrasi
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 10/62
terjadi pada organ*organ 0ital dan
hampir semua jaringan dalam tubuh.
Sekuestrasi tertinggi terdapat di otak,
diikuti dengan hepar dan ginjal, paru
jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini
diduga memegang peranan utamadalam patofisiologi malaria berat.
%osetting ialah berkelompoknya =Pmatur yang diselubungi "# atau
lebih eritrosit yang non*parasit.
Plasmodium yang dapat melakukan
sitoadherensi juga yang dapat
melakukan rosetting. 1osetting
menyebabkan obstruksi aliran darah
lokaldalam jaringan sehingga
mempermudah terjadinya sitoadheren.
ito$in Sitokin terbentuk dari selendotel, monosit dan makrofag
setelah mendapat stimulasi darimalaria toksin (/PS , 8PI . Sitokin ini
antara lain T2F*a (tumor necrosis
factor-alpha)! interleu$in-' ('+-')!
interleu$in-, ( +-,)! interleu$in-.
( '+-. )! +/ ( lymphotoxin) dan
inteiferon-gamma ('N#-y) Dari
beberapa penelitian dibuktikan bah)a
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 11/62
175& Tropik lnfeksi
penderita malaria serebral yang
meninggal atau dengan komplikasi beratseperti hipoglikemia mempunyai kadar
T2F*a yang tinggi. Demikian juga
malaria tanpa komplikasi kadar T2F*a,
I/* I, I/*< lebih rendah dari malaria
serebraL. @alaupun demikian hasil ini
tidak konsisten karena juga dijumpai
penderita malaria yang mati dengan
T2F normalrendah atau pada malaria
serebral yang hidup dengan sitokin yang
tinggi. leh karenanya diduga adanya
peran dari neurotransmitter yang lainsebagai free*radi!al dalam kaskade ini
seperti nitrit*o7ide sebagai faktor yang
penting dalam patogenesa malaria berat.
Nitrit 0$sida Akhir*akhir ini
banyak diteliti peran mediator nitrit
oksid (2 baik dalam menumbuhkan
malaria berat terutama malaria serebral,
maupun sebaliknya 2 justru
memberikan efek protektifkarena
membatasi perkembangan parasit dan
menurunkan ekspresi molekuladhesi.
Diduga produksi 2 lokal di organ
terutama otak yang berlebihan dapat
mengganggu fungsi organ tersebut.
Sebaliknya pendapat lain menyatakan
kadar 2 yang tepat, memberikan
perlindungan terhadap malaria berat.
'ustru kadar 2 yang rendah mungkin
menimbulkan ma laria berat.
ditunjukkan dari rendahnya kadar nitrat
dan nitrit total pada !airan serebrospiral.Anak*anak penderita malaria serebral di
Afrika, mempunyai kadar arginin pada
pasien tersebut rendah. &asalah peran
sitokin prointlamasi dan 2 pada
patogenesis malaria berat masih !on
tro0ersial. banyak hipotesis yang belum
dapat dibuktikan dengan jelas dan hasil
berbagai penelitian sering saling
bertentangan.
PTOLOGI
Studi patologi malaria hanya dapat
dilakukan pada malaria falsiparum
karena kematian biasanya disebabkan oleh
Pfalciparum Selain perubahan jaringan
dalam patologi malaria yang penting ialah
keadaan mikro*0askular dimana parasit
malaria berada. Beberapa organ yang
terlibat antara lain otak, jantung*paru.
hati*limpa, ginjal. usus, dan sumsum
tulang. Pada otopsi dijumpai otak yang
membengkak dengan perdarahan petekie
yang multipel pada jaringan putih (1hitematter) Perdarahanjarang pada substansi
abu*abu. Tidak dijumpai hemiasi.
ampir seluruh pembuluh kapiler dan
0ena penuh dengan parasit. Pada jantung
dan paru selain sekuestrasi,jantung relatif
normal. bi la anemia tampak pu!at dan
dilatasi. Pada paru di jumpai gambaran
edema paru. pembentukan membran
hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada
8injal tampak bengkak. tubulus
mengalarni iskemia. sekuestrasi pada
kapiler glomerulMs, proliferasi sel
mesangial dan endotel. Pada pemeriksaan
imunofluorensen dijumpai deposisi
imunoglobulin pada membran basal
kapiler glomerulus. Pada saluran !ema
bagian atas dapat terjadi perdarahan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 12/62
karena erosi, selain sekuestrasi juga
dijumpai iskemia yang menyebabkan
nyeri perut. Pada sumsum tulang
dijumpai dyserythropoises! makrofag
mengandung banyak pigment, dan
erythrophagocytosis
IM$NOLOGI
Imunitas terhadap malaria sangat
kompleks, melibatkan hampir seluruh
komponen sistim imun baik spesifik
maupun non*spesifik, imunitas
humoral maupun seluler, yang timbul
se!ara alami maupun didapat
(a!uired akibat infeksi atau
0aksinasi. lmunitas spesifik timbulnya
lambat. Imunitas hanya bersifat jangka
pendek (short lived) dan barangkali
tidak ada imunitas yang permanen dansempuma.
Bentuk imunitas terhadap malaria
dapat dibedakan atas G I. lmunitas
alamiah non*imunologis berupa
kelainan*kelainan genetik polimorfisme
yang dikaitkan dengan resistensi
terhadap malaria. &isalnyaG hemoglobin
S (sic$le cell trait)! hemoglobin ,
hemoglobin =, talasemia a , defisiensi
glukosa*< pospat dehidrogenase (8<PD,o0alositosis herediter, golongan darah
Duffy negatif kebal terhadap infeksi P.
0i0a7, indi0idu dengan human leucocyte
antigen (/A tertentu misalnya /A
B) 4+ lebih rentan terhadap malaria
dan melindungi terhadap malaria
berat9 %. Imunitas didapat non*spesifik
(non-adaptive2innate) Sporo;oit yang
masuk darah segera dihadapi oleh respon
imun non*spesifik yang terutama
dilakukan oleh makrofag dan monosit,
yang menhasilkan sitokin*sitokin seperti
T2F, I/* I , I/ * % , I/* 6 , I/ * < , I/*$,I/* I #, se!ara langsung menghambat
pertumbuhan parasit (sitostatik,
membunuh parasit
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 13/62
(sitotoksik9 +. Imunitas didapat
spesifik. Tanggapan sistim imun
terhadap infeksi malaria mempunyai
sifat spesies spesifik, strain spesifik,
dan stage spesifik. Imunitas terhadap
stadium siklus hidup parasit (stage spesific)! dibagi menjadiG
H Imunit
as pada
stadiu
meksoeri
trositer
GEksoeritrositer ekstrahepatal
(stadium sporozoit), responsimun
pada stadium ini G a. antibodi
yang menghambat masuknya
sporo;oit ke hepatosit. b.
antibodi yang membunuh
sporo;oit melalui opsonisasi
ontoh G Sirkumsporo;oid
protein (Circumsporozoid
protein2CP)! porozoid /hreonin
and asparagin rich protein
(STA1P, porozoid and liver
stage antigen (SA/SA,
Plasmodium falcifarum sporozoite
surface protein-3 ( SSP*% '
/rombospondin related
anonymous protein > T1AP.
Eksoeritrositer intrahepatik,respons imun pada stadium iniG
/imfosit T sitotoksik DSN,
antigen antibodi pada stadium
hepatositG +iver stage
antigen *"(/SA*", /SA*
%, /SA*+
H Imunitas pada stadium aseksual
eritrositer berupaG antibodi yang
mengaglutinasi mero;oit, antibodi
yang menghambat cytoadherance!
antibodi yang menghambat
pelepasan atau menetralkan toksin*
toksin paras it.
ontoh G Antigen dan antibodi
pada stadium mero;oit G Merozoit surface antigen2protein
*l(&SA&SP*", &SA* %, &SP*+,
*pical membrane *ntigen (A&A*",
Eritrocyte 4inding *ntigen * "34
(=BA* "34, %hoptry *ssociated
Protein * I (1AP* I, 5lutamine
%ich Protein (8/>1P
Antigen dan antibodi pada stadium
aseksual eritrositer G Pf * "44 %ing
Eritrocyte urface *ntigen (1=SA,
Pf*"44 %ing Eritrocyte ur face *ntigen (1=SA, erine %epeat
*ntigen (S=1A, &istidine %ich
protein-3 (1P*%, P falcifarum
Eritrocyte Membrane Protein * I '
Pf * =&P*", Pf*=&P*%, Mature
Parasite 'nfective Erytrocyte ur
face *ntigen (&=SA, Pf*=&P*+,
&eat hoc$ Protein- 3# (SP*3#
H Imunitas pada stadium seksual
berupa G antibodi yang membunuhgametosit, antibodi yang
menghambat fertilisasi, antibodi
yang menghambat transformasi
;igot menjadi ookinete,
antigenantibodi pada stadium
seksual prefertilisasi G Pf* %+#
(/ransmission bloc$ing antibody)!
Pf * 6$64, Pf* 6738! Pf*"<, Pf*+%#,
dan antigenantibodi pada stadium
seksual post fertilisasi, misal G Pf*
%4, Pf*%$
Perhatian pembuatan 0aksin
banyak ditujukan pada stadium
sporo;oit, terutama dengan
menggunakan epitop tertentu dari
sirkumsporo;oid. 1espon imun
spesifik ini diatur danatau
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 14/62
dilaksanakan langsung oleh limfosit
T untuk imunitas seluler dan limfosit
B untuk imunitas humoral.
G
EJL 'LINIS
&anifestasi klinik malaria tergantung
pada imunitas penderita, tingginya
transmissi infeksi malaria. Berat
ringannya infeksi dipengaruhi oleh
jenis plasmodium (P #alciparum
sering memberikan komplikasi, daerah
asal infeksi (pola resistensi terhadap
pengobatan, umur (usia Ianjut dan
bayi sering lebih berat, ada dugaan
konstitusi genetik, keadaan kesehatandan nutrisi, kemoprofilaktis dan
pengobatan sebelumnya. (8ambar %
MNIFESTSI ML!ITNP'OMPLI'SI
Dikenal 6 jenis plasmodium (P yaitu
P vivax! merupakan infeksi yang
paling sering dan menyebabkanmalaria tertiana 0i0a7, P falciparum!
memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang
!ukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan memyebabkan
malaria tropikafalsiparum, P
malariae! !ukup jarang namun dapat
menimbulkan sindroma nefrotik dan
menyebabkan malaria uartanamalariae dan P ovale dijumpai pada
daerah Afrika dan Pasifik Barat,
memberikan infeksi yang paling
ringan dan sering sembuh spontan
tanpa pengobatan, menyebabkan
malaria o0ale.
Man
i( estasi $)
%) Malar ia
&alaria mempunyai gambarankarakteristik demam periodik, anemia
dan splenomegali. &asa inkubasi
ber0ariasi pada masing*masing
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 15/62
Scan ; Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
!alaria 15
plasmodium. (Tabel " :eluhan
prodromal dapat terjadi sebelum
terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang,
merasa dingin di punggung, nyeri sendi
dan tulang, demam ringan, anoreksia ,
perut tak enak, diare ringan dan kadang*
kadang dingin. :eluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan ovale !
sedang pada P. falciparum dan malariae
keluhan prodromal tidakjelas bahkan
gejala dapat mendadak.
8ejala yang klasik yaitu terjadinya 9/rias Malaria -se!ara berurutanG
periode dingin ("4*<# menit G mulai
menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil ering
seluruh badan bergetar dan gigi*gigi
saling terantuk , diikuti dengan
meningkatnya temperatur9 diikuti dengan
periode panas G penderita muka merah,nadi !epat, dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam , diikuti dengan keadaan
berkeringat9 kemudian periode
ber$eringat: penderita berkeringat
banyak dan temperatur turun, dan
penderita merasa sehat.Trias malaria
lebih sering terjadi pada infeksi P.
vivax ! pada P. falciparum menggigil
dapat berlangsung berat ataupun tidak
ada.Periode tidak panas berlangsung
"%jam pada P. falciparum! +<jam padaP. vivax dan ovale! <# jam pada P.
malariae
Anaemia merupakan gejala yangsering dijumpai pada infeksi
malaria. Beberapa mekanisme
terjadinya anaemia ialah G pengrusakan
eritrosit oleh parasit, hambatan
eritropoiesis sementara, hemolisis oleh
karena proses complement mediated
immune complex ! eritrofagositosis,
penghambatan pengeluaran retikulosit,
dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa
(splenomegali sering dijumpai pada
penderita malaria, limpa akan teraba
setelah +* hari dari serangan infeksi akut,
limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. /impa merupakan organ yang
penting dalam pertahanan tubuh terhadapinfeksi malaria , penelitian pada binatang
per!obaan limpa menghapuskan eritrosit
yang terinfeksi melalui perubahan
metabolisme, antigenik dan rheological
dari eritrosit yang terinfe$si
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 16/62
Beberapa keadaan klinik dalam
perjalanan infeksi malaria ialahG
(8ambar +
Serangan primerG yaitu keadaan
mulai dari akhir masa inkubasi danmulai terjadi serangan paroksismal
yang terdiri dari dinginmenggigil9
panas dan berkeringat. Serangan
paroksismal ini dapat pendek atau
panjang tergantung dari perbanyakan
parasit dan keadaan immunitas
penderita.
Periode latent Gyaitu periode tanpa
gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanyaterjadi diantara dua keadaan
paroksismal.
%ecrudescense: berulangnya gejala
klinik dan parasitemia dalam masa $
rninggu sesudah berakhirnya serangan
primer. %ecrudescense dapat terjadi
berupa berulangnya gejala klinik
sesudah periode laten dari serangan
primer.
%ecurrence Gyaitu berulangnya gejalaklinik atau parasitemia setelah %6
minggu berakhirnya serangan primer.
%elapse atau %echute: ialah
berulangnya gejala klinik atau
parasitemia yang lebih lama dari )aktu
diantara serangan periodik dari infeksi
prime yaitu setelah periode yang lama
dari masa latent (sampai 4 tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak
sembuh atau oleh bentuk diluar
eritrosit (hati pada malaria 0i0aks atau
ovale D
!anifestasi (linik!alaria Tertiana?!.iva@? !.;eni-na.Inkubasi "%*"3 hari, ladang*kadang
lebih panjang "%* %# hari. Pada hari hari
pertama panas iregular , kadang*kadangremiten atau intermiten, pada saat
tersebut perasaan dingin atau menggigil
jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe
panas menjadi intenniten dan periodik
setiap 6$ jam dengan gejala klasik trias
malaria. Serangan paroksismal biasanya
terjadi )aktu sore hari. :epadatan
parasit men!apai maksimal dalam
)aktu 3*"6 hari. Pada rninggu kedua
limpa mulai teraba. Parasitemia mulai
menurun setelah "6hari, limpa masihmembesar dan panas masih berlangsung,
pada akhir rninggu kelima panas mulai
turun se!ara krisis. Pada malaria
0i0aks
Ta'et 1. !anifestasi (linik lnfeksi$las)o+iu)
$las)oiu) !asa lnku'asi ",ari Tipe
$anas <a) #elaps#ecru+ensi
Falsiparum "% (5*"6
%6,+<,
+
6$
Ki0a7 "+("%*"3 "%
6$ ++ bulan
0ate "3 ("<*"$
6$ ++&alariae %$ ("$*6#2 +
(disalin dari ook "5$$
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 17/62
!anifestasi (linik
8ejala gastrointestinal9 hemolisis9
anemia9 ikterus hemoglobinuria9 syok9
algid malaria9 gejala serebral9 edema paru 9 hipoglikemi9 gangguan
kehamilan9 kelainan retina9 $ematian
Anemia kronik9 splenomegali rupturlimpa.
sama dengan 0i0a71ekrudensi sampai 4# tahun9
splenomegali menetap9limpa jarang ruptur9 sindroma nefrotik.
% + 6 4 <
4 8a
SI!$T<!1a
5a---AILB
!;3 $I#<3/ITS
(4IS
*****
**** ********
**
(LIIS6
!/I3(TS/S4ID/3I!4IT
S
$ #
SIT/!I
$
T/
$#SIT/!I $T/
Staiu)
jarinan ,ati
$
r
i
)
e
r
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 18/62
C
Sekun
er I'
$/
/;
;
#
DI(
L
T
4 S$<T
1.!asa
lnku'asi2.!asa
$re-paten
3.Seranan pri)er paroksis)al
3.!asa
laten ")asa
laten
klinis4.#ekruensi
5.!asalaten
5a. !asa laten parasit
6. #ekur ensiklinis"relapsranjan8a.#elapsparasit
3a)'ar :. $erjalanan klinis infeksi )alaria
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 19/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
15E Tropik lnfeksi
manifestasi klinik dapat berlangsung
se!ara berat tapi kurang membahayakan,
limpa dapat membesar sampai derajat 6
atau 4 (ukuran a!kett. &alaria serebral
jarang terjadi. =dema tungkai disebabkan
karena hipoalbuminemia. &ortalitas
malaria 0i0aks rendah tetapi morbiditas
tinggi karena seringnya terjadi relapse.
Pada penderita yang semi immune
perlangsungan malaria 0i0a7 tidak
spesifik dan ringan saja9 parasitemia
hanya rendah9 serangan demam hanya pendek dan penyembuhan lebih !epat.
1esistensi terhadap klorouin pada
malaria 0i0aks juga dilaporkan di lrian
'aya dan di daerah lainnya. 1elaps sering
terjadi karena keluamya bentuk
hipno;oit yang tertinggal di hati pada
saat status imun tubuh menurun.
!anifestasi(linis !alaria
!alariae?!.Fuartana&. malariae banyak dijumpai didaerah
Afrika, Amerika latin, sebagian Asia.
Penyebarannya tidak seluas P vivax dan
Pfalciparum &asa inkubasi "$ * 6# hari.
&anifestasi klinik seperti pada malaria
0i0a7 hanya berlangsung lebih ringan,
anaemia jarang terjadi, splenomegali
sering dijumpai )alaupun pembesaran
ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap
+*6 hari, biasanya pada )aktu sore dan parasitemia sangat rendah G ".
:omplikasi jarang terjadi, sindromanefrotik dilaporkan pada infeksi
plasmodium malariae pada anak*anak
Afrika. Diduga komplikasi ginjal
disebabkan oleh karena deposit kompleks
immun pada glomerulus ginjal. al ini
terbukti dengan adanya peningkatan lg &
bersama peningkatan titer antibodinya.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai edema,
asites, proteinuria yang banyak,
hipoproteinaemia, tanpa uremia dan
hipertensi. :eadaan ini prognosisnya
jelek, respons terhadap pengobatan anti
malaria tidak menolong, diet dengan
kurang garam dan tinggi protein, dan
diuretik boleh di!oba, steroid tidak
berguna. Pengobatan dengan a;atioprin
dengan dosis %*%,4 mgkg B.B selama "% bulan tampaknya memberikan hasil yang
baik9 siklofosfamid lebih sering
memberikan effek toksik. %ecrudescense
sering terjadi pada plasmodium malariae!
parasit dapat bertahan lama dalam darah
perifer, sedangkan bentuk diluar eritrosit
(di hati tidak terjadi pada P malariae
!anif estasi(lin
is!alar i
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 20/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
a Ov
at e&erupakan bentuk yang paling ringan
dari semua jenis malaria. &asa inkubasi
""*"< hari, serangan paroksismal +*6
hari terjadi malam hari dan jarang lebih
dari "# kali )alaupun tanpa terapi.
Apabila terjadi infeksi !ampuran dengan
plasmodium lain, maka Povale tidak
akan tampak didarah tepi, tetapi
plasmodium yang lain yang akanditemukan. 8ejala :linis hampir sama
dengan malaria 0i0aks, lebih ringan,
pun!ak panas lebih rendah dan
perlangsungan lebih pendek, dan dapat
sembuh spontan tanpa pengobatan.
Serangan menggigil jarang terjadi dan
splenomegali jarang sampai dapat diraba.
&anifestasi klinis&alaria Tropika&.
falsiparum&alaria tropika merupakan bentuk yang
paling berat, ditandai dengan panas yang
ireguler, anaemia, splenomegali,
parasitemia sering dijumpai, dan sering
terjadi komplikasi. &asa inkubasi 5*"6
hari. &alaria tropika mempunyai
perlangsungan yang !epat, dan
parasitemia yang tinggi dan menyerang
semua bentuk eritrosit. 8ejala prodromal
yang sering dijumpai yaitu sakit kepala,
nyeri belakang tungkai, lesu, perasaandingin, mual, muntah, dan diare. Parasit
sulit ditemui pada penderita dengan
pengobatan supresif. Panas biasanya
ireguler dan tidak periodik, sering terjadi
hiperpireksia dengan temperatur di atas
6#O. 8ejala lain berupa kon0ulsi,
pneumonia aspirasi dan banyak keringat
)alaupun temperatur normal. Apabila
infeksi memberat nadi !epat, nausea,
muntah, diarea menjadi berat dan diikuti
kelainan paru (batuk. Splenomegali
dijumpai lebih sering dari hepatomegalidan nyeri pada perabaan9 hati membesar
dapat disertai timbulnya ikterus. :elainan
urin dapat berupa albuminuria, hialin dan
kristal yang granuler. Anemia lebih
menonjol dengan leukopenia dan
monositosis.
D
I
35
<SIS
! L
#I
Diagnosa malaria sering memerlukan
anamnesa yang tepat dari penderita
tentang asal penderita apakah dari
daerah endemik malaria, ri)ayat
berpergian ke daerah malaria, ri)ayat
pengobatan kuratip maupun pre0entip.
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 21/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
$e)eriksaanTetes
Dara,4ntuk!alariaPemeriksaan mikroskopik darah tepi
untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan
satu kali dengan hasil negatip tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria.
Pemeriksaan darah tepi + kali dan hasil
negatip maka diagnosa malaria dapatdikesampingkan. Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan oleh tenaga
laboratorik yang berpengalaman dalam
pemeriksaan parasit malaria.
Pemeriksaan pada saat penderita
demam atau panas dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya parasit.
Pemeriksaan dengan stimulasi
adrenalin 1&"### tidak jelas
manfaatnya dan sering membahayakanterutama penderita dengan hipertensi.
Pemeriksaan parasit malaria melalui
aspirasi sumsum tulang hanya untuk
maksud akademis dan tidak sebagai !ara
diagnosa yang praktis. Adapun
pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui G
Tetesan preparat darah tebal. &erupakan
!ara terbaik untuk menemukan parasit
malaria karena tetesan darah !ukup
banyak dibandingkan preparat darah
tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya
untuk studi di lapangan. :etebalan
dalam membuat sediaan perlu untuk
memudahkan identifikasi parasit.
Pemeriksaan parasit dilakukan selama 4
menit (diperkirakan "## lapang
pandangan dengan pembesaran kuat.
Preparat dinyatakan negatip bila setelah
diperiksa %## lapang pandangan dengan
pembesaran kuat 3##* "### kali tidak
ditemukan parasit. itung parasit dapatdilakukan pada tetes tebal dengan
menghitungjumlah parasit per %##
leukosit. Bila leukosit "#.###ul maka
hitung parasitnya ialah jumlah parasit
dikalikan 4# merupakan jumlah parasit
per mikro*liter darah.
Tetesan darah tipis. Digunakan untuk
identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan. :epadatan parasit dinyatakansebagai hitung parasit (parasite count)!
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit
yang mengandung parasit per "### sel
darah merah. Bilajumlah parasit J
"##.###ul darah menandakan infeksi
yang berat. itung parasit penting untuk
menentukan prognosa penderita malaria,
)alaupun komplikasi juga dapat timbul
dengan jumlah parasit yang minimal.
Penge!afan dilakukan dengan !at
8iemsa, atau /eishman s, atau Fieldsdan juga 1omano)sky. Penge!atan
8iemsa yang umum dipakai pada
beberapa laboratorium dan merupakan
penge!atan yang mudah dengan hasil
yang !ukup baik.
Tes
nti-en
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 22/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
& P
-F
t
e
s
t
?aitu mendeteksi antigen dari
P#alciparum (&istidine %ich Protein
'f) Deteksii sangat !epat hanya + * 4
menit, tidak memerlukan latihan
khusus, sensiti0itasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi
untuk antigen 0i0aks sudah beredar di
pasaran yaitu dengan metode IT. Tes
sejenis dengan mendeteksi la$tat
dehidrogenase dari plasmodium
(p/D dengan !ara
immunochromatographic telah
dipasarkan dengan nama tes
PTI&A/. ptimal dapat mendeteksi
dari # * %## parasitul darah dan dapatmembedakan apakah infeksi P
#alciparum atau P vivax Sensiti0itas
sampai 54 dan hasil positif salah
lebih rendah dari tes deteksi 1P*%.
Tes ini sekarang dikenal sebagai tes
!epat (%apid /est) Tes ini tersedia
dalam berbagai nama tergantung pabrik
pembuatnya
Tes
Ser o
lo-iTes serologi mulai diperkenalkan sejak
tahun "5<% dengan memakai tehnik
indirectfluorescent antibody test Tes ini
berguna mendeteksi adanya antibodi
spe!ifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal.
Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostik sebab antibodi barn terjadisetelah beberapa hari parasitemia. &anfaat
tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor
darah. TiterJ "G%## dianggap sebagai
infeksi barn9 dan testJ "G %# dinyatakan
positip. &etode metode tes serologi antara
lain indirect haemagglutination test!
immuno precipitation techni;ues! =/ISA
test! radio-immunoassay
$e)eriksaan$*#(PolymeraseChainReaction)Pemeriksaan ini dianggap sangat peka
dengan teknologi amplifikasi D2A,
)aktu dipakai !ukup !epat dan
sensiti0itas maupun spesifitasnya tinggi.
:eunggulan tes ini )alaupun jumlah
parasit sangat sedikit dapat memberikan
hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai
sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 23/62
!alaria 175*
DI
GNOSIS #N
DING ML!
I
Demam merupakan salah satu gejala
malaria yang menonjol, yang juga
dijumpai pada hampir semua penyakit
infeksi seperti infeksi 0irus pada sistim
respiratorius, influen;a, bruselosis,
demam tifoid, demam dengue, dan
infeksi bakterial lainnya seperti
pneumonia, infeksis saluran ken!ing,
tuberkulosis. Pada daerah hiper*endemik
sering dijumpai penderita dengan
imunitas yang tinggi sehingga penderita
dengan infeksi malaria tetapi tidak
menunjukkan gejala klinis malaria. Pada
malaria berat diagnosa banding
tergantung manifestasi malaria beratnya.
Pada malaria dengan ikterus, diagnosa
banding ialah demam tifoid dengan
hepatitis, kolesistitis, abses hati, dan
leptospirosis. epatitis pada saat timbulikterus biasanya tidak dijumpai demam
lagi. Pada malaria serebral harus
dibedakan dengan infeksi pada otak
lainnya seperti meningitis, ensefalitis,
tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.
Penurunan kesadaran dan koma dapat
terjadi pada gangguan metabolik
(diabetes, uremi, gangguan serebro
0askular (strok, eklampsia, epilepsi, dan
tumor otak.
'OMPLI'SIPEN+'ITM
L!I
:omplikasi malaria umumnya disebabkan
karena P. falciparum dan sering di sebut
pernicious manifestations Sering terjadi
mendadak tanpa gejala gejala
sebelumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada
orang pendatang dan kehamilan.
:omplikasi terjadi 4*"# pada seluruh
penderita malaria yang dira)at di 1S dan%# dari padanya merupakan kasus yang
fatal. Data di &inahasa insiden malaria
berat ialah < dari kasus yang dira)at di
1S dengan mortalitas "#*%#.
Penderita malaria dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria
berat yang menurut @
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 24/62
didefinisikan sebagai infeksi
P. falciparum dengan satu atau lebih
komplikasi sebagai berikutG I. &alaria
Serebral (!oma yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain atau lebih dari +#
menit setelah serangan kejang9 derajat penurunan kesadaran harus dilakukan
penilaian berdasar 8S (8lasgo) oma
S!ale9 %. A!idemiaa!idosisG p darah
Q 3.%4 atau plasma bi!arbonateQ "4
mmoll, kadar laktat 0ena QJ4 mmoll,
klinis pernafasan dalam respiratory
distress< +. Anemia berat (b Q 4
gdl atau hematokrit
Q "4 pada keadaan parasit J
"#.###ul9 bila anemianya hipokromik
danatau miktositik harus
dikesampingkan adanya anemia
defisiensi besi, talasemia
hemoglobinopati lainnya9 6. 8agaL
ginjal akut (urine kurang dari 6## ml%6
jam pada orang de)asa atau "% mlkg
BB pada anak*anak setelah dilakukan
rehidrasi, disertai kreatinin J + mgdi9
4. =dema paru non*kardiogenikA1DS
(*dult %espitarory "istress
yndrome)< <. ipoglikemi G gula darahQ 6# mgdi9 3. 8agaL sirkulasi atau
Syok G tekanan sistolik Q 3# mmg (anak
"*4 tahun Q4# mmg9 disertai keringat
dingin atau perbedaan temperatur kulit*
mukosa J "#O 9 $. Perdarahan spontan
dari hidung, gusi, saluran !erna, dan
atau disertai kelainan laboratorik adanya
gangguan koagulasi intra0askuler9 5.
:ejang berulang lebih dari % kali %6
jam9 "#. &akroskopik hemoglobinuri
oleh karena infeksi malaria akut (bukankarena obat anti malaria kelainan
eritrosit (kekurangan 8*<*PD9 "".
Diagnosa post-mortem dengan
ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
Beberapa keadaan lain yangjuga
digolongkan sebagai malaria berat sesuai
dengan gambaran klinik daerah setempat
ialah G ". 8angguan kesadaran ringan
(8S Q "4 di Indonesia sering
dalam keadaan delirium9 %. :elemahan
otot (tak bisa duduk berjalan tanpakelainan neurologik9 +. iperparasitemia
J 4 pada daerah hipoendemik atau
daearah tak stabil malaria9 6. Ikterik (
bilirubin J + mgdl bila disertai gagal
oragan lain9 4. iperpireksia (temperatur
rektal J 6#O pada orang de)asaanak.
Mal
ar ia Ser e,r
al
Terjadi kira*kira % pada penderita non*
imun, )alaupun demikian masih sering
dijumpai pula didaerah endemik seperti
di 'epara ('a)a Tengah, Sula)esi >tara,
&aluku, dan Irian 'aya. Se!ara sporadik
juga ditemui pada beberapa kota besar di
Indonesia umumnya sebagai kasus
import. &erupakan komplikasi yang
paling berbahaya dan memberikanmortalitas %#*4# dengan pengobatan .
Penelitian di Indonesia mortalitas
berkisar %",4* +#,4. 8ejala malaria
serebral dapat ditandai dengan koma yang
tak bisa dibangunkan, bila dinilai
dengan 8S (5lasgo1 Coma cale)
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 25/62
ialah di ba)ah 3 atau eual dengan
keadaan klinis soporous. Sebagian
penderita terjadi gangguan kesadaran
yang lebih ringan seperti apati,
somnolen, delirium dan perubahan
tingkah laku (penderita tidak mau bi!ara. Dalam praktek keadaan ini
harus ditangani sebagai malaria serebral
setelah penyebab lain dapat
disingkirkan. Penurunan kesadaran
menetap untuk )aktu lebih dari +#
menit, tidak sementara panas atau
hipoglikemi membantu meyakinkan
keadaan malaria serebral. :ejang,
kaku kuduk dan hemiparese dapat
terjadi )alaupun !ukup jarang. Pada
pemeriksaan neurologik reaksi mata
di0ergen, pupil ukuran normal dan
reaktif, funduskopi normal atau dapat
terjadi perdarahan. Papiledema jarang,
refleks komea normal pada orang
de)asa, sedangkan pada anak refleks
!ornea dapat hilang. 1efleks abdomen
dan kremaster normal, sedang
Babinsky abnormal pada 4#
penderita. Pada keadaan berat
penderita dapat mengalami dekortikasi (lengan fle7i dan tungkai e7tensi,
de!erebrasi (lengan dan tungkai
e7tensi, opistotonus, de0iasi mata ke
atas dan lateral. :eadaan ini sering
disertai dengan hiper0entilasi. /ama
koma pada orang de)asa dapat %*+
hari, sedang pada anak satu hari.
Diduga pada malaria serebral terjadisumbatan kapiler pembuluh darah
otak sehingga terjadi anoksia otak.
Sumbatan tersebut terjadi karenaeritrosit yang mengandung parasit sulit
melalui pembuluh kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit.
Akan tetapi penelitian @arrell DA
menyatakan bah)a tidak ada perubahan
cerebral blood flo1! cerebra vasculer
resistence! ataupun cerebral metabolic
rate for oxygen pada penderita koma
dibandingkan penderita yang telah
pulih kesadarannya. :adar laktat pada
!airan serebro*spinal (SS meningkat
pada malaria serebral yaitu J %.%mmoll ("5,< mgdi dan dapat
dijadikan indikator prognosis9 yaitu bila
kadar laktat J < mmoll mempunyai
prognosa yang fatal. Pada pengukuran
tekanan intrakranial meningkat pada
anak*anak ($# , sedangkan pada
penderita de)asa biasanya normal. Pada
pemeriksaan C/ scan biasanya normal,
adanya edema serebri hanya dijumpai
pada kasus*kasus yang agonal. Pada
malaria serebral biasanya dapat disertai
gangguan fungsi organ lain seperti
ikterik, gaga ginjal, hipoglikemia dan
edema paru. Bila terjadi lebih dari +
komplikasi organ, maka prognosa
kematian J 34.
Gaga
l Gin
-al
.%t /GG
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 26/62
0:elainan fungsi ginjal sering terjadi
pada penderita malaria de)asa.
:elainan fungsi ginjal dapat pre*renal
karena dehidrasi (J 4# dan hanya 4*
"# disebabkan nekrosis tubulusakut. 8angguan ginjal diduga
disebabkan adanya anoksia karena
penurunan aliran darah ke ginjal
akibat dari sumbatan kapiler. Sebagai
akibatnya terjadi penurunan filtrasi
pada glomerulus. Se!ara klinis dapat
terjadi fase oliguria ataupun poliuria.
Pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan yaitu urin mikroskopik,
berat jenis urin, natrium urin, serum
natrium, kalium, ureum, kreatinin,
analisa gas darah serta produksi urin.
Apabila berat jenis (B.' urin Q
".#"# menunjukkan dugaan nekrosis
tubulus akut9 sedangkan urin yang
pekat B'.J ",#"4, rasio urea urinG
darah J 6G", natrium urin Q %#
mmoll menunjukkan keadaan
dehidrasi. Beberapa faktor risiko
yang mempermudah terjadinya 88A
ialah hiperparasitemia, hipotensi,ikterus, hemoglobinuri. Penanganan
penderita dengan kelainan fungsi
ginjal di &inahasa memberikan
mortalitas 6$. Dialisis merupakan
pilihan pengobatan untuk menurunkan
mortalitas.Seperti pada
hiperbilirubinemia, anuria dapat terus
berlangsung )alaupun pemeriksaan
parasit sudah negatif.
'elainan
"ati
/Malar ia #
iliosa0 aundice atau ikterus sering dijumpai
pada infeksi malaria falsiparum. Pada
penelitian di &inahasa dari $+<
penderita malaria, hepatomegali "4,5,hiperbilirubinemi "6,5 dan
peningkatan serum transaminase 4,3.
Pada malaria biliosa (malaria dengan
ikterus dijumpai
ikterus hemolitik "3,%9 ikterus
obstruktip intra*hepatal "",6 dan
tipe !ampuran parenkimatosa, hemolitik
dan obstruktip 3$,<, peningkatan
S8T rata*rata "%" m>ml dan S8PT
$#,$ m>ml dengan ratio de 1itis ",4.
Peningkatan transaminase biasanyaringan sampai sedang danjarang
melebihi %## iu, ikterus yang berat
sering dijumpai )alaupun tanpa diikuti
kegagalan hati. Penelitian di &inahasa
pada "#5 penderita malaria berat, kadar
bilirubin tertinggi ialah +<,6 mgdi,
bilirubin normal (Q ",% mgdi
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 27/62
17& Tropik lnfeksi
dijumpai %$ penderita (%4
mortalitasnya "", bilirubin ",% mg *
%mgdi dijumpai pada "3 penderita
("< mortalitasnya "3, bilirubin
J % mgdi* +mgdl pada "+penderita
("% dengan mortalitas %5 serta
bilirubin J + mgdi dijumpai pada 4"
penderita (6< dan mortalitasnya
++. Serum S8T ber0ariasi dari <
*%6+ ul sedangkan S8PT ber0ariasi
dari 6 * "46 ul. Alkali fosfatase
ber0ariasi dari 4 * 4+6 ul dan gamma*
8T ber0ariasi 6* <#+ ul. @hite ("55<
memakai batas bilirubin J%,4 mgdi,
S8T .S8PT J + 7 normal
menunjukkan prognosis yang jelek.
"ipogl
i.e)iaipoglikemi dilaporkan sebagai keadaan
terminal pada binatang dengan malaria
berat. al ini disebabkan karena
kebutuhan metabolik dari parasit telah
menghabiskan !adangan glikogen dalamhati. ipoglikemia dapat tanpa gejala
pada penderita dengan keadaan umum
yang berat ataupun penurunan
kesadaran. Pada penderita dengan
malaria !erebral di Thailand dilaporkan
adanya hipoglikemi sebanyak "%,4,
sedangkan di &inahasa insiden
hipoglikemia berkisar "3,6*%",$.
Penyebab terjadinya hipoglikemi yang
paling sering ialah karena pemberian
tempi kina (dapat terjadi + jam setelah
infus kina. Penyebab lainnya ialah
kegagalan glukoneogenesis pada penderita
dengan ikterik, hiperparasitemia oleh
karena parasit mengkonsumsi karbo*
hidrat, dan pada T2F*a yang meningkat.
ipoglikemi dapat pula terjadi pada
primigra0ida dengan malaria tanpa
komplikasi. ipoglikemia kadang*kadang
sulit diobati dengan !ara kon0ensionil,disebabkan hipoglikemia yang persisten
karena hiperinsulinemia akibat kina.
&ungkin dengan pemberian dia;oksid
dimana terjadi hambatan sekresi insulin
merupakan !ara pengobatan yang dapat
dipertimbangkan.
Blackwater
Fe2er/Malaria
"ae)oglo,in%ria0Adalah suatu sindrom dengan gejala
karakteristik serangan akut, menggigil,
demam, hemolisis intra0askular,
hemoglobinemi, hemoglobinuri dan gagaL
ginjal. Biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi Pfalciparum yang
berulang*ulang pada orang non*imun atau
dengan pengobatan kina yang tidak
adekuat. Akan tetapi adanya hemolisis
karena kina ataupun antibodi terhadapkina belum pemah dibuktikan. &alaria
hemoglobinuria dapat terjadi pada
penderita tanpa kekurangan ensim 8*<*
PD dan biasanya parasit falsiparum
positif, ataupun pada penderita dengan
kekurangan 8*<*PD yang biasanya
disebabkan karena pemberian primakuin.
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 28/62
Malar ia lgidAdalah terjadinya syok 0askular,
ditandai dengan hipotensi (tekanan
sistolik kurang dari 3# mmg, perubahan tahanan perifer dan
berkurangnya perfusi jaringan.
8ambaran klinik berupa perasaan dingin
dan basah pada kulit, temperatur rektal
tinggi, kulit tidak elastik, pu!at.
Pemafasan dangkal, nadi !epat, tekanan
darah turun dan sering tekanan sistolik
tak terukur dan nadi yang normal.
:eadaan ini sering dihubungkan dengan
terjadinya septisemia gram negatif.
ipotensi biasanya berespon dengan pemberian 2al #,5 dan obat
inotropik.
'e3ende
r %ngan P
er dar
a4anPerdarahan spontan berupa perdarahan
gusi, epistaksis, perdarahan di ba)ah
kulit dari petekie, purpura, hematoma
dapat terjadi sebagai komplikasi malaria
tropika. Perdarahan ini dapat terjadi
karena trombositopenia, atau gangguan
koagulasi intra0askular ataupun gangguan
koagulasi karena gangguan fungsi hati.
Trombositopenia disebabkan karena
pengaruh sitokin. 8angguan koagulasi
intra0askular jarang terjadi ke!uali pada
stadium akhir dari suatu infeksi
Pfalciparum yang berat.
Ede)
a Par %Sering terjadi pada malaria de)asa dan
jarang pada anak. =dema paru
merupakan komplikasi yang paling berat
dari malaria tropika dan sering
menyebabkan kematian. =dema paru
dapat terjadi karena kelebihan !airan atau
adult respiratory distress syndrome
Beberapa faktor yang memudahkan
timbulnya edema paru ialah kelebihan
!airan, kehamilan, malaria serebral,
hiperparasitemi, hipotensi, asidosis dan
uremi . Adanya peningkatan respirasi
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 29/62
merupakan gejala a)al, bila frek)ensi
pemafasan
J +4 kalimenit prognosanyajelek. Pada
otopsi dijumpai adanya kombinasi edema
yang difus, kongestif paru, perdarahan,
dan pembentukan membran hialin. lehkarenanya istilah edema paru mungkin
kurang tepat, bahkan
sering disebut sebagai insuffisiensi paru
akut atau adult respiratory distress
syndrome Pada pemeriksaan
radiologik dijumpai peningkatan
gambaran bronko*0askular tanpa
pembesaran jantung.
Mani( esta
si Gastr o5intestinal&anifestasi gastro*intestinal sering
dijumpai pada malaria, gejalagejalanya ialah G tak enak diperut,
flatulensi, mual, muntah, diare dan
konstipasi. :adang*kadang gejala
menjadi berat berupa sindroma billious
remittentfever yaitu gejala gastro*
intestinal dengan hepatomegali, ikterik
(hiperbilirubinemia dan peningkatan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 30/62
S8TS8PT dan gaga ginjal,
malaria disenteri menyerupai disenteri
basiler, dan malaria kolera yang jarang
pada P falciparum berupa diare !air
yang banyak, muntah, kramp otot dan
dehidrasi
"iponatr e
)iaiponatremia sering dijumpai pada
penderita malaria falsiparum dan
biasanya bersamaan dengan penurunan
osmolaritas plasma. Terjadinya
hiponatremia dapat disebabkan karena
kehilangan !airan dan garam melalui
muntah dan men!ret ataupun terjadinya
sindroma abnormalitas hormon anti*
diuretik (SAAD, akan tetapi pengukuran hormon diuretik yang
pemah dilakukan hanya dijumpai
peningkatan pada " diantara "3
penderita.
Gangg
%an Meta
,oli.
LainnyaAsidosis metabolik ditandai dengan
hiper0entilasi (pernafasan :ussmaul,
peningkatan asam laktat, p turun
dan peningkatan bikarbonat. Asidosis
biasanya disertai edema paru,
hiperparasitemia, syok, gagaL ginjal dan
hipoglikemia.
H ipokalsemiadanhipophosph
atemi
aH
i
pe
r
m
ag
ne
se
m
i
a
H
i
p
e
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 31/62
rka
lem
ia
(pa
da
gag
aL
gin
jal
H
i
p
o
a
l
b
u
mi
n
e
m
i
a
H
i
p
e
r p
h
o
s
p
h
o
l
i
p
e
de
m
i
a
H ipertrigly
!eremia
dan
hipo!holest
erolemia
H T*6 rendah, TS basal
normal (sic$ euthyroid syndrome)
ML!I P
D 'E"MIL
N
&alaria lebih sering dijumpai pada
kehamilan trimester I dan II
dibandingkan pada )anita yang tidak
hamil. &alaria berat juga lebih sering
pada )anita hamil dan masa
puerperium di daerah mesoendemik
dan hipoendemik. al ini disebabkan
karena penurunan imunitas selama
kehamilan. Beberapa faktor yang
menyebabkan turunnya respon imun
pada kehamilan seperti G peningkatan
dari hormon steroid dan
gonodotropin, a foetoprotein dan
penurunan dari lmfosit menyebabkan
kemudahan terjadinya infeksi malaria.
Ibu hamil dengan infeksi IK
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 32/62
!enderung mendapat infeksi malaria dan
sering mendapatkan malaria !on genital
pada bayinya dan berat bayi lahir
rendah.
:omplikasi pada kehamilan karena
infeksi malaria ialah abortus, penyulit pada partus (anemia,
hepatospleRomegali, bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia,
gangguan fungsi ginjal, edema paru,
hipoglikemia dan malaria kongenital.
leh karenanya perlu pemberian obat
pen!egahan terhadap malaria pada
)anita hamil di daerah endemik.
Pen!egahan terhadap malaria pada ibu
hamil dengan pemberian klorokuin %4#
mg tiap minggu mulai dari kehamilantrimester III sampai satu bulan post*
partum.
PEN+'IT +NG#E!"$#$NGNDENGN ML!I
?aitu penyakit atau keadaan klinik
yang sering dijumpai pada daerah
endemik malaria yang ada
hubungannya dengan infeksi parasit
malaria yaitu Sindrom Splenomegali
Tropik (SST, Sindroma 2efrotik (2S
dan Burkit /imfoma (B/.
Sindro)Spleno)egaliTropi./SS
T0SST sering dijumpai dinegara tropik
yang penyebabnya antara lain malaria,
kala*a;ar, s!histosomiasis, disebut juga
&yper-reactive Malarial
plenomegaly (Big Spleen Disease
SST berbeda dengan splenomegali
karena malaria. Splenomegali karena
malaria sering dijumpai
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 33/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
!alaria 17&1
di daerah endemik malaria dengan
parasitemia intermiten dan ditemukan
hemo;oin (pigmen malaria pada sistem
retikulo*endotelial. Sering pada umur
de)asa dengan terbentuknya imunitas,
parasitemia menghilang dan limpa
menge!il. Pada SST terjadi pada
penduduk daerah endemik biasanya anak*
anak, spleen tidak menge!il, bahkan
membesar, terjadi peningkatan serum
lg& and antibodi terhadap malaria.=tiologi diduga merupakan respon
imunologik terhadap malaria dimana
terjadi peningkatan dari Ig&. 8ejala
klinik berupa bengkak pada perut karena
splenomegali, merasa lemah, anoreksia,
berat badan turun dan anemia.
Pembesaran limpa men!apai umbilikus
sampai fossa iliaka (derajat 6*4
a!kett. Anemia biasanya
normokromik*normositik dengan
peningkatan retikulosit. Anemiahemolitik dapat terjadi pada kehamilan
dengan SST, sedangkan trombositopenia
jarang menyebabkan manifestasi
perdarahan. :riteria
diagnostik yang dipakai untukmenegakkan SST yaitu G
H Splenomegali (limpa "# !m ba)ahar!us !ostarum dan anemia.
H Antibodi terhadap malaria meningkat
H lg& meningkat % SD dari normal
setempatH Penurunan besarnya limpa, lg&
dan antibodi setelah + bulan
pengobatan kemoprofilaktis
H /imfositosis pada sinusoid hati
H 1espons imunitas selluler dan
humoral normal terhadap antigen.
H 1espons limfosit normal terhadapPhytohaemagglutinin (PA .
H ipersplenism terjadi hanya pada
beberapa kasus dan berhubungan
dengan besarnya splenomegali
H /imfositosis perifer dan pada sumsum
tulang.
H Kolume plasma meningkat.
Pengobatan G
H pemberian kemoprofilaktis dalam
jangka )aktu panjang akan menurunkan besarnya limpa dan
immunogolbulin.
H splenektomi tidak dianjurkan karena
mortalitas yang meningkat karena
memudahkan terjadinya infeksi.
H tanpa pengobatan prognosis jelek,
4# meninggal dalamfollo1 up
SIND!OM NEF!OTI'
Sindrom nefrotik (S2 dengan gambarankarakteristik berupa albuminuria,
hipoalbumin, edema dan
hiperkolesterolemia, dapat terjadi pada
penderita anak*anak dengan infeksi
plasmodium malariae. 8ambaran patologi
dapat ber0ariasi berupa penebalan
setempat dari kapiler glomerulus,
sklerosis sebagian, dan peningkatan sel*
sel mesangial. 8ambaran klinik penderita
umumnya G "4 tahun, edema, proteinuria
+ g%6 jam, serum albumin G + gdl,dan dijumpai asites. ipertensi dan uremi
dijumpai pada penderita S2 de)asa dan
jarang pada anak*anak. :omplikasi
berupa infeksi, trombosis yang dapat
menyebabkan kematian. Pengobatan
se!ara konser0atif dengan pemberian
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 34/62
diuretika, diet, mengkontrol hipertensi
dan men!egah infeksi. Pemberian steroid
hanya bermanfaat pada lesi minimal dan
biasanya mudah relaps. Apabila steroid
tidak berhasil dapat di!oba dengansiklofosfamid, a;athioprin. Pemberian
hanya obat anti*malaria pada S2 oleh
karena malaria tidak menunjukkan
manfaat, akan tetapi penulis lain
menyatakan perbaikan yang dramatik.
Akan tetapi 8iles dalam penelitian di
2igeria mengobati S2 dengan anti
malaria selama < bulan ternyata tidak
memba)a hasil.
BURKITT'S LIMFOMA /#L0
Pada daerah hiper atau holo*endemik
malaria sering dijumpai Burkitts
limfoma yaitu merupakan tumor limfosit
B. Terjadinya tumor ini belum diketahui,
diduga gangguan pada sel*sel
penolongsupresi T dipengaruhi oleh
Pfalciparum sehingga sel limfosit T
kurang menghambat pembiakan 0irus
=pstein Barr. B/ sering dijumpai pada
usia % * "< tahun dengan pun!ak padausia 6 dan 5 tahun, dan pria lebih sering
dari )anita. Tumor dijumpai pada rahang
atau massa pada perut, o0arium, ginjal
dan kelenjar limfe mesenterial. Tumor
dapat berkembang dengan !epat, ukuran
dapat menjadi dobbel dalam + hari dan
pada gastrointestinal dapat memberikan
tanda*tanda obstruksi. Pengobatan
dengan sitostatika memberikan sur0i0al
yang panjang kira*kira 4#.
ML!IOLE"'!ENT!SF$SI
D!"
&alaria karena transfusi darah dari
donor yang terinfeksi malaria !ukup
sering terutama pada daerah yang
menggunakan donor komersial.
Dilaporkan +4## kasus malaria oleh
karena transfusi darah dalam <4 tahun
terakhir. Parasit malaria tetap hidup
dalam darah donor kira*kira satu
minggu bila dipakai anti*!oagulant yang
mengandung dekstrose dapat sampai "#hari. Bila komponen darah dilakukan
cryopreserved! parasit dapat hidup
sampai % tahun. Inkubasi tergantung
banyak faktor, asal darah, berapa
banyak darah dipakai, apa darah yang
disimpan di Bank Darah, dan sensiti0itas
dari penerima darah. >mumnya inkubasi
berkisar "< * %+ hari (ber0ariasi
Pfalciparum $ * %5 hari, P vivax $ * +#
hari.
Bila seseorang pernah mendapattransfusi darah, dan setelah + bulan
terjadi demam yang tak jelas
penyebabnya, harus dibuktikan terhadap
infeksi malaria dengan pemeriksaan
darah tepi berkali*kali tiap <*$ jam.
Pen!egahan
terhadap malaria
akibat transfusi G
H Deteksi darah donor dengan
pemeriksaan tetes tebal G biasanyasulit karena parasit malaria biasanya
hanya sedikit.
H Pemeriksaan serologis donor dengan metode indirect fluorescent
antibody (IFA, bila negatif boleh
sebagai donor, bila hasil "G %4<
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 35/62
tidak boleh sebagai donor (infeksi
baru.
H Pengobatan pen!egahan untuk
semua donor darahrutin.
H Pengobatan terhadap donor tiba*tiba, 6$ jam sebelum darah
diambil.
H Pengobatanterhadap
recipient
(penerima
darah
!ESISTENSITE!"DPO#TML!I
:ira*kira 6# tahun lalu telah
terdeteksi beberapa strain
P#alciparum yang resisten terhadap
proguanil dan pirimetamin. lnimenandakan kemampuan P#alciparum
tetap hidup dengan pemberian
kemoterapi anti malaria. Beberapa
laporan tentang resisten terhadap obat
malaria, yaitu terhadap 6
Aminokuinolin (:lorokuin dan
Amodiakuin .tahun "543 di Thailand
dan tahun "545 diperbatasan
:olumbia dan Kene;uela.Tahun "53$
dilaporkan beberapa daerah Afrika
yang resisten terhadap klorokuin, yaitu:enya, pulau :omoro, &adagaskar,
Tan;ania,>ganda dan ambia, dan
tahun "5$+ di daerah Pasifik Barat,
India dan ina Selatan.Tahun "55+
beberapa daerah P#alciparum yang
masih sensitif terhadap klorokuin
antara lain :arabia, Terusan Panama,
man dan daerah perbatasan ?aman
dengan Arab Saudi.
&alaria Falsiparum yang resisten
terhadap klorokuin in vitro atau in vivo pernah dilaporkan di %3 propinsi
Indonesia dengan ber0ariasi dari derajat
1I * 1iii. 1esistensi terhadap
sulfadoksin*pirimetamin di "" propinsi
(lrian jaya, /ampung, 'a)a Tengah,
Sumatera >tara, A!eh, 1iau, Sula)si
Selatan, D:I 'akarta, :alimantan
Timur, dan Sula)esi >tara, dengan
derajat 1I*1II, resisten terhadap kina di
4 propinsi ('a)a Barat, 'a)a Tengah,
2TT, Irian 'aya dan :alimantan Timursedangkan terhadap meflokuin di +
propinsi ('a)a Tengah, Irian 'aya dan
:alimantan Timur dengan derajat 1I *
1iii dan alofantrin di :alimantan
Timur, )alaupun obat*obatan tersebut
belum dipakai di Indonesia. :asus
resistensi yang ditemukan di D:I
'akarta dan Bali adalah merupakan
kasus impor. Dalam 4 tahun terakhir
perkembangan kasus resistensi sudahdemikian meluas, ter!atat sudah lebih
dari "# propinsi yang mengalami
resistensi lebih dari %4 terhadap obat
klorokuin maupun SP.
DETE'SI!ESISTENSITE!"DP O#TML!I
Tes I n V
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 36/62
i v oSe!ara praktis, dugaan resistensi
terhadap obat malaria dapat dilihat padakasus akut malaria falsiparum yang
tidak berespon dengan pengobatan
standar atau terjadi rekrudesensi dari
gejala dan parasit dalam darah yang
terdeteksi setelah hilang sementara
)aktu oleh karena pengobatan. :riteria
untuk mengetahui parasit malaria
resisten terhadap 6 Aminokuinolin
dipergunakan sejak tahun "536 sebagai
prosedur baku untuk menentukan
respons parasit malaria terhadapklorokuin dan telah direkomendasi oleh
@. Tes in vivo meliputi tes
standard yaitu dilakukan pemeriksaan
darah tets tebal malaria setiap hari
selama 3 hari yang biasanya dilakukan di
1S atau P>S:=S&AS ra)at nginap9
atau tes diperpanjanglengkap
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 37/62
Scan By Dr.Suvianto H.L "4*#4*%##5
182 Tropik lnfeksi
(extended test) yang basanya dilakukan dilapangandi lokasi yaitu tes selama %$ hari,
pemeriksaan malaria ditambah dengan
hari "6, %" sampai %$ hari setelah
pengobatan. >ntuk mengetahui resistensi
lebih a)al dipergunakan tes + hari
(implified . days resistency test)! yaitu
dilakukan pemeriksaan malaria tiap hari
sampai 6$ jam setelah pengobatan (hari
ke*+.
In
te
r
pr
e
t
as
i h
a
si
l
te
s
G
H 1esisten derajat III G bila parasit
tidak menurun atau malahan naik
pada standard tes 3 hari9 atau hitung
parasit pada 6$ jam pengobatan tidak
turun di ba)ah 34 dibandingkan
hari I (sebelum terapi pada tes +
hari.H 1esisten derajat II G bila parasit
menurun tetapi tidak pemah hilang
selama 3 hari atau hilang sementara
kemudian mun!ul kembali pada hari
ke*3 pada tes standar.
H 1esistensi derajat I dini Gparasitmenjadi negatip selama 3 hari, tetapi
mun!ul kembali setelah hari ke*$
sampai hari ke*"6.
H 1esistensi derajat I kasep G parasit
menjadi negatif selama 3 hari, tetapi
mun!ul kembali setelah hari ke*"4
sampai hari ke* %$.
Tes resistensi di atas hanya
ditentukan berdasarkan pemeriksaan
parasit, oleh karena @ pada tahun
"55< yang disempumakan pada tahun
%##" menetapkan penentuan respon
terhadap pengobatan yang memasukkan
kriteria klinis di samping pemeriksaan
parasitologis.
#espons
(eteran-an
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 38/62
Scan By Dr.Suvianto H.L "4*#4*%##5
dengan komplikasimalaria berat
memakai obat parenteral (lihat bab.
Penanganan &alaria berat, malaria
biasa diobati dengan per oral-9 %.
Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak terjadi
kegagalan pengobatan dan men!egah
terjadinya transmisi yaitu dengan
pengobatan AT (*rtemisinin base
Combination /herapy)< +. Pemberian
pengobatan dengan AT harus
berdasarkan hasil pemeriksaan malaria
yang positif dan dilakukan monitoring
efekrespon pengobatan9 6. Pengobatan
malaria klinis tanpa hasil pemeriksaan
malaria memakai obat non*AT
$/53<; T5$/5D/#IT!L
#ISe!ara global @ telah menetapkan
dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat AT (Artemisinin base
ombination Therapy. 8olongan
artemisinin (A1T telah dipilih sebagai
obat utama karena efektif dalam
mengatasi plasmodium yang resisten
dengan pengobatan. Selain itu
artemisinin juga bekerja membunuh
plasmodium dalam semua stadium
termasuk gametosit. 'uga efektif
terhadap semua spesies, P falciparum!
Pvivax maupun lainnya. /aporan
kegagalan terhadap A1T belum
dilaporkan saat ini.
3olon-an
r te)isinin
Berasal dari tanaman *rtemisia annua + yang disebut dalam bah. ina sebagai
=inghaosu . bat ini termasuk
kelompok seskuiterpen lakton
mempunyai beberapa formula seperti G
artemisinin, artemeter, arte*eter,
artesunat, asam artelinik dan
dihidroartemisinin. bat ini bekerja
sangat !epat dengan paruh )aktu kira*
kira %jam, larut dalam air, bekerja
sebagai
:egagalan
Pengobatan
Dini(=TFC Early
/reatment
#ailure)
:egagalan Pengobatan
:asep(+/#>+ate /reatment
failure)
Bila penderita berkembang dengan salah
satu keadaanG
* Ada tanda bahayamalaria berat
pada l,%,+ dan
parasitemia.
* Parasitemia pada % J .
* Parasitemia pada + JC %4 .
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 39/62
Scan By Dr.Suvianto H.L "4*#4*%##5
* Parasite
mia pada +
dengan
Temp.J +3,4
Bila
penderita
berkembang
dengan
salah satu
keadaan sbb
pada 6*
%$ yang
sebelumnya
tidak ada
persaratan
=TF sbbG
* Ada
tanda
bahaya
malaria
berat
setelah + dan
parasitemia 8enis
parasit C.
* Parasitemia pada
6 * %$
disertai
temperature J
+3,4 disebut /ate
!lini!al
obat si;onto!idal darah. :arena beberapa penelitian bah)a pemakaian
obat tunggal menimbulkan terjadinya
rekrudensi, maka di rekomendasikan
untuk dipakai dengan kombinasi obatlain,. Dengan demikian juga akan
memperpendek pemakaian obat. bat
ini !epat diubah dalam bentuk
aktifnya dan penyediaan ada yang
oral, parenteralinjeksi dan
suppositoria.
5a)a <'at
(e)asan?Ta'let?*ap Dosis
1espon
:linis
&emadai(*C%>*ppro
priate
Clinical
%espon)
FailureC /F
* Parasitemia pada 3
l6 %" %$ 8enis
parasitC, tanpa
demam disebut +ate
Parasitological
#ai2ure ( /PF
Bila penderita
sebelumnya tidak
berkembang dengan salah
satu persaratan =TF dan
/TF, dan tidak ada
parasitemia selama
diikuti.
I. Artesunat
ralG 4# mg
%##
mg
Injek
siimi0G<#mgam p
Su
p
p
o
si
to
ri
a G "##
%##
mgsup
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 40/62
Scan By Dr.Suvianto H.L "4*#4*%##5
ari I G
%
mgkg
BB, %
7 sehari, hari II
- & dosis
tunggal
%,6 mgkg hari I9 ",%
mgkg hari
minimal + hari I
bisa minum oral
"<## mg + hari
atau 4
mgkg "%jam
Tes I n V i t
r oDengan menggunakan tes standar kit
yang didistribusi oleh @ di &anila.
&edium yang sama digunakan pada
T1A8=1S kultur. Tes terdiri dari G
2. A
r t
e
m
e
t
e
r
ral G
6#mg4#mg
Injeksi
$#
mgam
p
6mgkg
dibagi %dosis hari
I9 %mgkg
hari untuk
< hari
+,% mgkg BB pada hari I9
",< mgkg
selama +
hari bisa
minum
oral
J piringan plastik ukuran $ U "%!m,mengandung "% obat yang
dien!erkan (klorokuin, uinine atau
meflokuin sesuai kebutuhan dan kontrol.
H darah heparin=DTA diteteskan
pada medium,kemudian diinkubasi
pada suhu +3,4O selama %6 * %<
jam
H setelah itu supematan diambil dan
dibuat preparat tebal.
J setelah penge!atan, hasil tes
didapat dengan menghitung
proporsi s!hi;ont de)asa
dibandingkan dengan kontrol.
3. Artemisinin
ral %4#mg
S
u
p
p
o
s
it
o
ri
a
G
I
##
%##+
##
I
40
01
4##
mgs
upp
4. Dihidroartem
isinin
ral G
%#<#$# mg
Supposit
oria G $#
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 41/62
Scan By Dr.Suvianto H.L "4*#4*%##5
%#mgkg dibagi % dosis hrI9 "mgkg
untuk < hari %$##mg + hari9 yaitu <##
mg dan 6##mg hari I dan
%76##mg,%hari berikutnya
%mgkg BBdosis % 7
sehari hari I dan " 7
sehari 6 hari
selanjutnya
$/55355 $/5D/#IT T5$(<!$LI(SI "!L#I ;IS0
Semua indi0idu dengan infeksi malaria
yaitu mereka dengan ditemukannya
plasmodium aseksual didalam darahnya,
malaria klinis tanpa ditemukan parasit
dalam darahnya perlu diobati.
Prinsip pengobatan malariaG I.Penderita
tergolong malaria biasa (tanpa
komplikasi atau penderita malaria berat
dengan komplikasi. -Penderita
5. Artheet
her
6. Asa
m
arte
lini
k
m
g
su
p
Inje
ks
i
i.
m
G
"
4
#m
g
a
m
p
"+ arteeher(artemotilG 6,$
dan ",<
mgkg <
jam
kemudia
n dan
hari I9
",<
mgkg 6
hari
selanjut
nya
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 42/62
Pengo,atan 6T /rte)isinin ,ase 6o),ination T4erapy0
!alaria 1763
i
Penggunaan golonganartemisinin se!ara monoterapi akan
mengakibatkan0
terjadinya rekrudensi.:arenanya @memberikan petunjuk
penggunaan artemisinin dengan
mengkombinasikan dengan obat
anti malaria yang lain. al ini
disebut Artemisinin base
Combination /herapy (AT.
:ombinasi obat ini dapat
berupa kombinasi dosis tetap
(fixed dose) atau kombinasi tidak
tetap (non-fixed dose)
:ombinasi dosis tetap lebih
memudahkan pemberian
pengobatan. ontoh ialah -o*
Artem- yaitu kombinasi
artemeter (%#mgN lumefantrine
( l%#mg. Dosis oartem 6 tablet
% 7 " sehari selama + hari.:ombinasi tetap yang lain
ialah dihidroartemisinin (6#mg
N piperakuin (+%#mg yaitu
-Artekin-. Dosis artekin untuk
de)asa G dosis a)al %tablet, $
jam kemudian % tablet, %6 jam
dan +% jam, masing*masing %
tablet.
:om
binasi
AT
yangtidak
tetap
misalnya
G
H Ar
te
s
un
a
te
N m
e
f l
o
u
i
n
e
H A
r t
e
su
n
at
e
N
a
mo
d
i
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 43/62
a
in
e
H Ar
t
es
u
na
t
e
N
k l
o
r o
k
ui
n
J Artesu
nat
e
N
sul
fad
oks
in*
piri
me
tami
ne
H A
r
t
e
s
u
n
a
t
e
N
p
y
r
o
n
a
r
i
di
n
e
J Artesunate N
!hlorproguani
l*dapsone
(DA/apdap
plus
J Dihidroartemis
ininN
Piperakuin N
Trimethoprim
(Arte!om
H A
r
t
e
!
o
m
N
p
r
i
m
a
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 44/62
k
u
i
n
(
K
S
J D
i
h
i
d
r
oa
r
t
e
m
i
s
i
n
i
n
N
n
a
p
h
t
h
o
u
i
n
e
Dari kombinasi di atas
yang tersedia di Indonesia
saat ini ialah kombinasi
artesunate N amodiakuin
dengan nama dagang
-A1T=SDIAV>I2=- atau
Artesumoon. Dosis untuk orang de)asa yaitu
artesunate (4#mgtablet
%##mg pada hari I*III (6
tablet. >ntuk
Amodiauine(%##mgtable
t yaitu + tablet hari I dan
II dan ""% tablet hari III.
Artesumoon ialah
kombinasi yang dikemas
sebagai blister dengan
aturan pakai tiap blisterhari (artesunate N
amodiakuin diminum
selama + hari. Dosis
amodiakuin adalah %4 *+#
mgkg BB selama + hari.
Pengembangan
terhadap pengobatan
masa depan ialah dengan
tersedianya formula
kombinasi yang mudah bagi penderita baik
de)asa maupun anak
(dosis tetap dan
kombinasi yang paling
poten dan efektif dengan
toksisitas yang rendah.
Sekarang sedang
dikembangkan obat semi
sinthetik artemisinin
seperti artemison ataupun
trioksalones sintetik.Catatan G >ntuk
pemakaian obat golongan
artemisinin A1>S
disertaidibuktikan dengan
pemeriksaan parasit yang
positif, setidak tidaknya
dengan tes !epat antigen
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 45/62
yang positif. Bila malaria
klinistidak ada hasil
pemeriksaan parasitologik
T=TAP menggunakan obat non*
AT.
Pengo,atanMalariaDengan O,at5o,atNon56T@alaupun resistensi terhadap
obat*obat standar golongan non
AT telah dilaporkan dariseluruh propinsi di Indonesia,
beberapa daerah masih !ukup
efektif baik terhadap klorokuin
maupun sulfadoksin
pirimetamin (kegagalan masih
kurang %4 . Dibeberapa
daerah pengobatan
menggunakan obat standard
seperti klorokuin dan
sulfadoksin pirimetamin masih
dapat digunakan dengan penga)asan terhadap respon
pengobatan.
O
b
a
t
n
o
n -
A
C
i
a
la
h
G
!lorokuin di"os"atlsul"at,
%4# mg garam ("4# mg
basa, dosis %4 mg basakg
BB untuk + hari, terbagi "#
mgkg BB hari I dan hari
II, 4 mg kg BB pada hari
III. Pada orang de)asa
biasa dipakai dosis 6 tablet
hari I C II dan % tablet hari
III. Dipakai untuk P #alciparum maupun P
ivax
#ul"adoksin-
$irimetamin(#$), (4##
mg sulfadoksin N %4 mg
pirimetamin, dosis orang
de)asa + tablet dosis
tunggal ( 1 kali. Atau
dosis anak memakai
takaran pirimetamin ",%4mgkg BB. bat ini hanya
dipakai untuk plasmodium
falciparum dan tidak
efektif untuk Pvivax Bila
terjadi kegagalan dengan
obat klorokuin dapat
menggunakan SP
!ina sul"at % (1 tablet &&'
m), dosis yang dianjurkan
ialah + 7 I # mg kg BBselama 3 hari, dapat
dipakai untuk P
#alciparum maupun P
ivax :ina dipakai
sebagai obat !adangan
untuk mengatasi resistensi
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 46/62
terhadap klorokuin dan SP.
Pemakaian obat ini untuk )aktu
yang lama (3 hari menyebabkan
kegagalan untuk memakai
sampai selesai.
$rimakuin G ( 1tablet "4 mg,
dipakai sebagai obat pelengkap
pengobatan radi!al terhadap P
#alciparum maupun P ivax Pada
P #alciparum dosis nya 64mg (+
tablet dosis tunggal untuk membunuh garnet9 sedangkan untuk
P ivax dosisnya l 4mg hari selama
"6 hari yaitu untuk membunuh garnet
dan hipno;oit (anti*relaps.
Pengg%naan O,at 'o),inasi Non5a3tApabila pola resistensi masih
rendah dan belum terjadi
multiresistensi, dan belum
tersedianya obat golongan
artemisinin, dapat menggunakanobat standar yang dikombinasikan.
ontoh kombinasi ini adalah
sebagai berikut G a. :ombinasi
:lorokuin N Sulfadoksin*
Pirimetamin9 b. :ombinasi SP N
:ina9 !. :ombinasi :lorokuin N
Doksisiklin Tetrasiklin9 d.
:ombinasi SPN
DoksisiklinTetrasiklin9 e. :ina N
Doksisiklin Tetrasiklin9 t. :ina N
:lindamisin
Pemakaian obat*obat kombinasiini juga harus dilakukanmonitoring
respon pengobatan sebab
perkembangan resistensi terhadap
obat ma laria berlangsung !epat dan
meluas.
PENNGNN PENDE!IT ML!I
#E!TPenanganan malaria berat
tergantung ke!epatan dan ketepatan
dalam melakukan diagnosa sea)al
mungkin. Sebaiknya penderita yang
diduga menderita malaria berat
dira)at pada bilik intensif untuk
dapat dilakukan penga)asan serta
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 47/62
tindakan*tindakan yang tepat. Prinsip
penanganan malaria berat ialah G
H Tindakan >&>& tindakan pera)atan
H Terhadap parasitemianya yaitu
denganG ". Pemberian obat antimalaria, %. Exchange transfussion
(transfusi ganti
H Pemberian !airannutrisi
H Penanganan terhadap gangguan
fungsi organ yang mengalami
komplikasi.
TIND'N $M$M /Tinda.an Pera7atan di#ili. Pera7atan lntensi( /I6$0H Pertahankan fungsi 0ital G sirkulasi,
respirasi, kebutuhan !airan dan nutrisi.
H indarkan trauma G dekubitus, jatuhdari tempat tidur
H ati*hati komplikasiG kateter.isasi,
defekasi, edema paru karena o0er
hidrasi
H Monitoring G temperatur, nadi, tensi,dan respirasi tiap "% jam.
Perhatikan timbulnya ikterus dan
perdarahan.
H &onitoring G ukuran dan reaksi pupil,kejang, tonus otot.
H Baringkanposisi tidur sesuai dengan
kebutuhan
H SirkulasiG hipotensi - posisi
/rendenlenburg?s! perhatikan )ama
dan temperatur kulitH egah hiperpireksiG
tidak pernah
memakai botol
panasselimut
listrik kompres
airair esalkohol
ki
p
as
d
e
n
g
a
n
k i
p
a
s
a
n
g
i
n
k
e
r
t
a
s
b
a
j
u
y
a
n
g
t
i
p
i
s
t
e
r
b
u
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 48/62
k
a
!airan !ukup
H Pemberian !airanG oral,
sonde, infus, maksimal
"4## ml. !airan masukdiukur jumlah per %6
jam
!airan keluar diukur per %6 jam
kurang !airan
akan
memperberat
fungsi ginjal
kelebihan
!airan
menyebabkan
edema paruH Diet G porsi ke!il dan sering, !ukup
kalori, karbohidrat dan garam.
H Perhatikan kebersihan mulut
H Perhatikan diuresis dan defekasi,
aseptik kateterisasi.
H :ebersihan kulit G mandikan tiap hari
dan keringkan .
H Pera)atan mata G hindarkantrauma, tutup dengan kaingas
lembab.
H Pera)atan anak G
hati*hatiaspirasi,
hisap lendir
sesering
mungkin.
letakkan
posisi kepala
sedikit
rendah.
posisi dirubah !ukup sering.
pemberian !airan dan obat
harus hati*hati.
PEM#E!IN O#T NTI ML!IPD ML!I #E!T
Pemberian obat anti malaria(A&
pada malaria berat berbeda dengan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 49/62
17&4 Tropik lnfeksi
malaria biasa karena pada malaria berat
diperlukan daya membunuh parasitse!ara !epat dan bertahan !ukup lama
didarah untuk segera menurunkan derajat
parasitemi. leh karenanya dipilih
pemakaian obat per parenteral
(i.0 per infus yang berefek langsungdalam peredaran darah dan kurang
t
e
r j
ad
in
y
a
r
es
i
ste
n
si
.
Der
i2at !T
E
MISININ&erupakan obat baru yang berasal dari
hina (Vinghaosu yang memberikan
efekti0itas yang tinggi terhadap strain
yang multi resisten. Ada + jenisG
Artesunate dalam bentuk puyer,
dikemas dengan pelarutnya dapat
diberikan se!ara i.0 dan ada yang
diberikan i.m9 Baik i.0 maupun i.m pada
studi di Afrika pada anak*anak
memberikan klirens parasit yang sama
adekuat. Pada beberapa studi dalam
membandingkan dengan kina
mempunyai efek klirens parasit lebih
!epat )alaupun perbedaan mortalitas
tidak berbeda bermakna dengan kina.
:euntungan ialah efek hipoglikemi yang
kurang dan efek kardiotoksik yang juga
minimal. &asih sedang dilakukan uji
!oba dalam skala besar untuk menilai efek
moratalitas dalamjangkauan angka
statistik yang bermakna.
Dosis pemakaian artesunate ialah G
%,6 mgkg BB pada hari pertama dibagi %
dosis, kemudian dilanjutkan dosis ",%
mgkg BB pada hari ke*%*4. Pada beberapa penelitian dipakai 3
hari pengobatan ataupun dengan
menambahkan doksisiklintetrasiklin
untuk men!egah terjadinya re!rudensi.
Artemeter dalam larutan minyak dan
diberikan i.m. Dalam penelitian di
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 50/62
beberapa tempat di Indonesia artemeter
untuk malaria berat memberikan respon
yang !ukup baik yang tidak berbeda
dengan pengobatan kina, hanya pada
penggunaan artemeter kurang dijumpai
hipoglikemia.Dosis G Artemeter +,% mgkgBB i.msebagai dosis loading dibagi %
dosis (tiap "% jam, diikuti dengan ",<
mgkgBB%6 jam selama 6 hari. Pada
dua penelitian yang paling akhir meliputi
skala besar di Kietnam dan Afrika,
dilaporkan dengan pengobatan artemeter
i.m dapat memper!epat hilangnya parasit
tetapi memperpanjang masa koma dan
tidak berbeda mortalitasnya
dibandingkan dengan pengobatan kina.
Artemisinin dalam bentuk suppositoria,
yang ada ialah artesunat,
dihidroartemisinin dan artemisinis.
Bentuk suppositoria dapat dipakai obat
malaria berat khususnya pada anak*anak
atau keadaan lain dimana tidak
memungkinkan pemakaian parenteral.
Beberapa studi di Thailand maupun
Afrika, penggunaan artesunate
suppositoria sama efektif dengan pengobatan parenteral lainnya. Dosis
tunggal artesunate "# mgkg BB dapat
menurunkan parasitemia dalam %6 jam
yang pertama.
>ntuk men!egah terjadinyare!rudensi pada penggunaanartemisinin
dianjurkan untuk menambah obat lain
malaria seperti meflouine atau lainnya.
Pada pemakaian artesunate, dengan
menambah meflouine rekrudensi turun
dari %6 menjadi 4, sedangkan
penambahan meflouine pada pemakaian
artemeter rekrudensi turun dari 6%
menjadi %#.
'i
na /'
ina "6l
8'in
in ntipir
in0:ina merupakan obat anti*malaria yang
sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan efektif sebagai
si;ontosida maupun gametosida. Dipilih
sebagai obat utama untuk malaria berat
karena masih berefek kuat terhadap
Pfalciparum yang resisten terhadap
klorokuin, dapat diberikan dengan !epat
(i.0 dan !ukup aman.ara pemberian dan dosisG a. Dosis
loading dengan %# mgkgBB :ina I
dalam "##*%## !! !airan 4 dekstrose
(atau 2al #,5 selama 6 jam, dan segera
dilanjutkan dengan "#mg:gBB
dilarutkan dalam %##ml dekstrose 4
diberikan dalam )aktu 6 jam, selanjutnya
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 51/62
diberikan dengan dosis yang sama
diberikan tiap $ jam. Apabila penderita
sudah sadar, kina diberikan peroral
dengan dosis +7 6##*<## mg selama 3
hari dihitung dari pemberian hari I
pemberian parenteral ("# mg:gBB $ jam. Dosis loading tidak dianjurkan
untuk penderita yang t!lah mendapat
kina atau meflokuin %6 jam sebelumnya,
tidak diberikan pada usia lanjut atau
penderita dengan =:8 dijumpai
pemanjangan V*T! inter0al ataupun
aritmia9 b. Digunakan dosis tetap 4##
mg :ina I (dihitung BB rata rata 4#
:g dilarutkan dalam !airan 4 De7trose
dan diberikan selama <
* $ jam berkesinambungan tergantungkebutuhan !airan tubuh. Pada
penelitian di &inahasa ternyata dosis
a)al 4## mg$ jam per infus
memberikan mortalitas yang lebih
rendah dibandingkan dosis a)al "###
mg. ara pemakaian ini lebih sederhana
karena tidak memerlukan pemakaianmikro*drips9 !. :ina dapat diberikan
se!ara intramuskuler bila melalui infus
tidak memungkinkan. Dosis loading %#
mg:g BB diberikan i.m terbagi pada %
tempat suntikan, kemudian diikuti
dengan dosis I # mg:g BB tiap $ jam
sampai penderita dapat minum per oral.
!inidin Bila kina tidak tersedia maka
isomemya yaitu kinidin !ukup aman
dan efektif sebagai anti malaria. DosisGloading "4 mg basakgBB dilarutkan
dalam %4# ml !airan isotonik diberikan
dalam 6jam, diteruskan dengan 3,4 mg
basakgBB dalam 6 jam, tiap $ jam,
dilanjutkan per oral setelah sadar.
atat
an G
H :inidin efektif bila sudah
terjadi resistensi terhadap
:ina.
H :inidin
lebih
toksik dibandi
ngkan:ina.
H :inidin
juga
menim bulkan
hipogli
kemia
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 52/62
Beberapa haL yang perlu
diperhatikan pada
pemberian kinaG
H :ina tidak diberikan intra0ena
(i.0 bolus karena efek toksik
pada jantung dan saraf. Apabila
harus diberikan i.0 !aranya dengan
mengen!erkan dengan +#*4# ml
!airan isotonis dan diberikan i.0
lambat (dengan pompa infus
selama +# menit.
H Pemberian :ina dapat diikuti
dengan terjadinya hipoglikemi
karenanya perlu diperiksa gula
darah"% jam.
H Pemberian dosis di atastidak berbaha*a bagi
)anita hamil.
H Bila pemberian sudah 6$ jam dan
belum ada perbaikan, dan atau
penderita dengan gangguan fungsi
ginjal dosis dapat diturunkan
setengahnya (+#*4# .
H Pemberian dosis di atas
memerlukan pengamatan yang
!ermat, sebaiknya digunakan
mikrodrip untuk menyesuaikandengan kebutuhan !airan.
!lorokuin :lorokuin masih
merupakan A& yang efektif terhadap
P falciparum yang sensitif terhadap
klorokuin. :euntungan tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak
mengganggu kehamilan. Dengan
meluasnya resistensi terhadap
klorokuin, obat ini sudah jarang
dipakai untuk pengobatan malaria berat.
Dosis loading G klorokuin I # mg basakgBB dilarutkan 4## ml !airan
isotonis diberikan dalam $ jam, dan
dilanjutkan dengan dosis 4 mg basal
kgBB per infus selama $ jam diulang
+ kali (dosis total %4 mgkgBB selama
+% jam.
Bila !ara i.0 per infus tidak
memungkinkan dalam diberikan se!ara
intra muskuler atau subkutan dengan
!araG l) +,4 mg :g BB kloroluin basa
tiap <jam inter0al atau, %. %,4 mgkgBB klorokuin basa tiap 6jam.
Bila penderita sudah dapat minum
oral segera pengobatan parenteral
dihentikan biasanya setelah % kali
pemberian parenteral.
ExchangeTransfusin
/Trans(%siGanti0Tindakan exchange transfasion dapat
menurunkan se!ara !epar keadaan
parasitemia. Pada malaria berat tindakan
transfusi ganti berguna untuk G
mengeluarkan eritrosit yang berparasit,
menurunkan toksin basil parasit dan
metabolismenya (sitokin dan radikal
bebas dan memperbaiki anemianya.
Indikasi transfusi tukar (exchangeblood transfasion2E4/) adalah G
H Parasitemi
a J +#
tanpakomplikasi
berat
H Parasitemia J I # disertai
komplikasi berat lainnya seperti G
serebral malaria, A1F,
*%"!@aundice (bilirubin totalJ %4
mg dan anemia berat.
H Parasitemia J "# dengan gagaL pengobatan setelah "%*%6 jam
pemberian kemoterapi anti malaria
yang optimal.
H Parasitemia J "# disertai
prognosis buruk (misal Glanjut usia,
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 53/62
adanya late stage parasitesski;on
pada darah perifer
Pastikan darah transfusi bebas
infeksi (malaria, IK, epatitis dan
ada fasilitas untuk melakukan dan
memonitor prosedur transfusi ganti.
PEM#E
!IN6I!N
DNN$T!ISI
Pemberian !airan merupakan bagian
yang penting dalam penanganan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 54/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
&alaria 17&5
malaria berat. Pemberian !airan yang
tidak adekuat (kurang akanmenyebabkan timbulnya nekrosis
tubuler akut. Sebaliknya pemberian
!airan yang berlebihan dapat
menyebabkan edema paru. Pada
sebagian penderita malaria berat sudah
mengalami sakit beberapa hari Iamanya
sehingga mungkin inta$e sudah kurang,
penderita juga sering muntah muntah,
dan bila panas tinggi akan memperberat
keadaan dehidrasi. Ideal bila pemberian!airan dapat diperhitungkan se!ara Iebih
tepat, misalnyaG
Maintenance !airan diperhitungkan berdasar BB, misal untuk BB 4#
k
g
d
i
b
ut
uh
k
a
n
!
ai
r an
"
4#
#
ml.
Derajat dehidrasinyaG dehidrasi ringan
ditambah "# , dehidrasi sedang
ditambah %# dan dehidrasi berat
ditambah +#. Setiap kenaikan suhu
I#O ditambah I kebutuhan
maintenence
Pemantauan pemberian !airan lebihakurat bila dilakukan pemasangan
CP lineCara di atas tidak selalu dapat
dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat
Puskesmas1S :abupaten. Sering kali
pemberian !airan dengan perkiraan,
misalnya "4##*%### ml%6 jam dapat
sebagai pegangan. &ashaal membatasi
!airan "4## m3A jam untuk
menghindari edema paru. airan yang
sering dipakai ialah Dekstrose 4 untuk
menghindari hipoglikemi khususnya pada
pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium, dipertimbangan
pemberian 2al bila diperlukan.
PENNGNN'E!$S'N8GNGG$NF$NGSI O!GN9
Tinda.an8Pengo,atanTa),a4an Pada MalariaSere,ral
:ejang merupakan salah satu komplikasidari malaria serebral.
Penangananpen!egahan kejang penting
untuk menghindarkan aspirasi.
Penanganan kejang dapat dipilih di
ba)ah ini G
H Dia;epamG i.0 I mg9atau intra*rektal #,4*",#
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 55/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
mgkgBB.
H Pa
r
ad
e
l
hi
d
G
#
,
I
m
g
k
g
BB
H :lormetia;ol (bila kejang berulang*ulang dipakai #,$ Iarutan infus
sampai kejang hilang
H FenitoinG 4mgkgBB i.0diberikan selama %#menit.
H F
e
no
bar
b
it
a
l
Pemberian fenobarbital +,4
mgkgBB (umur di atas < tahun
mengurangi terjadinya kon0ulsi.
Anti*T2F dan pentoksifilin dan
desferioksamin, prostasiklin, asetilsisteinmerupakan obat*obat yang pernah di!oba
untuk malaria serebral dan tidak terbukti
manfaatnya, sedangkan heparin, dekstran,
sislosporin, epinephrin dan
hiperimunglobulin tidak terbukti
berpengaruh menurunkan mortalitas.
:ortikosteroid seperti deksametason baik
dengan dosis sedang ataupun dosis tinggi
tidak terbukti menurunkan mortalitas
pada malaria serebral, karena itu
seyogyanya tidak diperunakan lai
P!nggunaan steroid justru
memperpanjang lamanya koma dan
menimbulkan banyak efek samping
seperti pneumoni dan perdarahan
gastrointestinal.
Tinda.an8Pengo,atanpada GagalGin-al .%t
Bila terjadi oliguri (dehidrasi infus +##*4## ml 2al #,5 untuk rehidrasi sesuai
dengan perhitungan kebutuhan !airan,
kalau produksi urin kurang dari <# m
jam, diberikan furosemid 6#*$# mg i.0.
Setelah % * + jam tak ada urin,
pertimbangan melakukan dialysis,
semakin dini dialysis dilakukan prognosa
lebih baik. Bila penderita hipotensi,
dopamin dapat diberikan dengan dosis
%,4*4,# ugkgmenit. :ebutuhan protein
dibatasi %# ghari dan kalori diberikan
dengan diet karbohidrat %## ghari.
emodialisis Iebih baik dari peritoneal*
dialisis karena efek samping perdarahan
dan infeksi. Indikasi dialisis antara lain
ialah gejala uremia, gejala kelebihan
!airan seperti edema paru atau gagaL
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 56/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
jantung kongestif, adanya bising gesek
perikard, hiperkalemia, asidosis #+
G "4 mel. Bila terjadi hiperkalemia,
diberikan regular insulin I unit i.0 i.m
bersama*sama 4# ml dekstrose 6#,monitor gula darah dan serum kalium.
Sebagai pilihan lain dapat diberikan "#*
%# ml kalsium glukonat I i.0 pelan*
pelan. Altematif lain yaitu resonium A "4
g$ jam per oral atau resonium enema +#
g$ jam. Bila pemeriksaan kadar kalium
darah tak tersedia dapat dilakukan
monitoring dengan pemeriksaan
elektrokardiografi.
ipokalemi terjadi 6# dari
penderita malaria serebral. Bilakalium
+,# * +,4 mel diberikan :L per infus
%4 me9 kalium %,# * %,5 mel
diberikan :L per infus 4#*34 me.
Pemberian :L tidak melebihi "##
mehari dan tidak diberikan i.0 bolus.
iponatremi dapat memberikan
penurunan kesadaran. :ebutuhan
2atrium dapat dihitungG BB (kg 7 <#
7 2a. defisit (mel. Satu liter 2al#,5 C "46 me9 I g 2al puyer C "3
me. Asidosis (p G 3,"4 merupakan
komplikasi akhir dari malaria berat dan
sering bersama*sama dengan kegagalan
fungsi ginjal. Pengobatannya dengan
pemberian bikarbonat. :ebutuhan
Bikarbonat (me C "+ B.B(kg 7
defisit bikarbonat dikonfersikan
dalamjumlah ml $,6 2a,. Bila
pemberian natrium dikuatirkan terjadinyaedema paru, dapat diberikan TA&
(tris*hydro7ymethyl*aminomethan atau
pyruvate dehydrogenase activator
dichloroacetate Dialisis merupakan
pilihan terbaik.
Tinda.anTer 4adapM
alar ia#iliosa
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 57/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
Kitamin : dapat diberikan "#mghari
i.0 selama + hari untuk memperbaiki
faktor koagulasi yang tergantung
0itamin (. 8angguan faktor koagulasi
lebih sering dijumpai pada penderitadengan ikterik yang berat. ati*hati
dengan obat*obatan yang mengganggu
fungsi hati seperti parasetamol,
tetrasiklin.
"ipog
li.e)iaPeriksa kadar gula darah se!ara !epat
dengan glukometer pada setiap penderita
malaria berat (malaria serebral, malaria
dengan keharnilan,malaria biliosa. Bila
kadar gula darah kurang dari 6# mgdi,maka diberikan 4# ml Dekstrose 6#i.0
dilanjutkan dengan glukosa I per
infus. &onitor gula darah tiap 6*< jam,
bila gula darah masih di ba)ah 6#
mgdl, diulang pemberian bolus 4# ml
De7trose 6#. Bila perlu obat yang
menekan produksi insulin seperti
dia;okside, glukagon atau somatostatin
analogue.
Penanga
nan
Malar ia lg
idTujuan dalam penanganan malaria
algidmalaria dengan syok yaitu
memperbaiki gangguan hemodinarnik.
Diberikan !airan infus plasma atau 2al
#,5 untuk mengembalikan 0olume
darah ( "/ !airan mengandung
dekstranplasma diberikan dalam "jam.
Bila belum ada perbaikan tekanan darah
dan denyut jantung, di berikan lagi "/!airan isotonis (2al #,5. ipotensi
biasanya berespon terhadap !airan. Bila
tak berhasil dapat dipakai dopamin
dengan dosis %*6 ampul doparnin
(lampC %## mg dalam 4## ml
Dekstrose 4, dengan tetesan infus
mulai "*% m!gkg menit. Tetesan
sampai 4 m!gkgmenit dopamin
menyebabkan 0asodilatasi dan
memperbaiki sirkulasi ginjal.
Penanga
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 58/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
nan
Ede)a Par %=dema paru merupakan komplikasi
yang fatal, pada malaria beratsebaiknya dilakukan penanganan untuk
men!egah terjadinya edema paru.
Pemberian !airan dibatasi, sebaiknya
menggunakan monitoring dengan CP
line Pemberian !airan melebihi "4##
ml !enderung memberikan edema
paru. Bila ada anemi, transfusi darah
diberikan perlahan*lahan. ("unit darah
dalam 6jam. &engurangi beban
jantung kanan dengan tidur setengahduduk, pada edema paru karena
kelebihan !airan dapat diberikan
diuretika, yaitu furosemide 6# mg i.0.
>ntuk memperbaiki hipoksia diberikan
oksigen konsentrasi tinggi (<*$ Kmenit
dan bila mungkin dengan bantuan
respirator mekanik.
Pe
nanganan
ne
)iBila anemi kurang dari 4 gdl atau
hematokrit kurang dari "4 diberikan
tranfusi darah 1hole blood atau
pac$ed cells Darah segar lebih baik
dibanding darah biasa. Transfusi
sebaiknya pelan*pelan, kalau perlu
dengan monitoring KP line atau
dengan memberikan furosemid %# mg
sebelum transfusi.
PenangananTer4adapln(e.siSe.%nder8SepsisInfeksi sekunder yang sering terjadi
yaitu pneumonia karena aspirasi, sepsis
yang berasal dari infeksi perut dan
infeksi saluran ken!ing karena
pemasangan kateter. Antibiotika yang
dianjurkan sebelum diperoleh hasil
kultur ialah kombinasi ampisilin dan
gentamisin, atau bila mungkin
sefalosporin generasi ke III
(sefti;oksim, seftriakson atau
!efta;idime.
P!O
GNOSIS
Pada infeksi malaria hanya terjadi
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 59/62
Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
mortalitas bila mengalarni malaria berat.
Pada malaria berat, mortalitas
tergantung pada ke!epatan penderita
tiba
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 60/62
,
.Scan By Dr.Suvianto H.L 15-05-2009
17&& Tropiklnfeksi
di
1S,
ke!ep
atan
diagn
osa
dan
penan
ganan
yangtepat.
@ala
upun
demi
kian
morta
litas
pende
rita
malar
ia berat
di
dunia
masih
!ukup
tinggi
ber0a
riasi
"4*
<#
terga
ntung
fasilit
as
pemb
eri
pelay
ana
n.
&a
kin
ban
yakj
uml
ah
ko
mplikas
i
aka
n
diik
uti
den
gan
peni
ngk
atanmor
talit
as,
mis
alny
a
pen
deri
ta
den
gan
mal
aria
sere
bral
den
gan
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 61/62
hipoglikemi,
PEN6EG"N
Tindakan
menghindarkan
menggigit
Bila
plasmodium
yang terbukti
=tauin,
Kaksinasi
proteksi
Patarroyo!
yang bermanfaat,
respon terbaik
!EFE!ENSI
Barnes :I,
arijanto,
arijanto
:rogstad
1. Dolin
%$+".
:rudsood S,
@ilairatan
a P,
Kannaphan S, et all
G lini!al
e7perien!e
)ith
intra0enou
s uinine,
intramus!
ular
artemether
and
intra0enou
s
artesunate
for the
treatment
of se0ere
malaria in
Thailand.
South=ast
Asia '.
Trop &edPubli!
ealth
%##+G
+6("G 46
*<".
2juguna P@, 2e)ton 1 G&anagementof se0erefal!iparummalaria.
'ournal ofPost
8raduate
&edi!ine
%##69 4# G64* 4#
lliaro P/,
Taylor @1
G
De0elopi
ng
artemisi
nin based
drug
!ombina
tions for
the
treatmen
t of
drug
resistant
fal!iparu
m
malariaG
A
re0ie).
'ournal
of Post
8raduate
&edi!in
e %##69
4# G6#*
661B& G AT
G the
)ay
foe)ard
for
treating
malaria.
ttpG)
)).rbm.
)ho.int
!m!Wupload
#####"
4+<6
1B&inf
osheetW5
.htm
Taylor T=,
7/25/2019 Malaria RSU H ABDULMANAN SIMATUPANG
http://slidepdf.com/reader/full/malaria-rsu-h-abdulmanan-simatupang 62/62
Stri!kland 8TG
Trapu; A, 'ereb
riti!al are
@hite 2', Breman
*ill, 2e) ?ork@hite 2'. G &alaria.
@ G A global strategy
@ G The use
1eport of ajoint
@ G Se0ere Fal!iparum
@ G Antimalarial
ni!al onsultation,
@oodro) ', aynes