34
GAMBARAN AKTIVITAS MANUAL HANDLING
DI PT DHL EXEL SUPPLY CHAIN INDONESIA (KRAFT PROJECT)
TAHUN 2010
LAPORAN MAGANG
OLEH :
ANDRI CAHYADI
NIM : 106101003278
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
35
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Magang, Maret 2010
Andri Cahyadi , NIM : 106101003278
Gambaran Aktivitas Manual Handling di PT. DHL Exel Supply Chain (Kraft
Project) Cikarang Tahun 2010
xiii + 68 Halaman, 6 Tabel, 10 Gambar, 9 Lampiran
ABSTRAK
Aktivitas manual handling adalah aktivitas yang paling banyak dilakukankan
dalam kegiatan pemindahan barang. Hal itu merupakan kegiatan utama operasional
sehari-hari yang dilakukan PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project).
Aktivitas manual handling memiliki dampak risiko kesehatan yang dapat ditimbul
karena pekerja tidak melakukan teknik manual handling dengan benar. Oleh karena itu,
diperlukan suatu penggambaran aktivitas manual handling, sehingga dapat mengetahui
karakteristik pekerjaan fisik, karakteristik lingkungan kerja, karakteristik objek dan
karakteristik kemampuan pekerja dalam melakukan manual handling.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aktivitas manual
handling di PT DHL. Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. DHL yang dimulai pada
tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Maret 2010 dengan pengambilan
data primer dengan observasi dan wawancarara mendalam dan data sekunder berupa
profil perusahaan, data-data perusahaan baik pada bidang Safety Health and
Environment (SH&E).
Pada karakteristik pekerjaan fisik diketahui postur tubuh pekerja dibagi menjadi
dua, yaitu postur diam (statis) dan postur bergerak (dinamis). Pada postur diam (statis)
sudah sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) untuk aktifitas manual
handling postur tubuh diam (statis). Sedangkan dalam postur tubuh bergerak (dinamis)
sudah sesuai dengan pedoman handling dalam buku International Encyclopedia of
ergonomics and human factors (2001). Pada karakteristik lingkungan kerja diketahui
suhu di area gudang rata-rata berkisar pada 29oC – 30
oC, hal ini sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002. Sedangkan tingkat kelembaban,
kebisingan, getaran maksimum dan pencahayaan diarea gudang belum dilakukan
36
pengukuran. Pada karakteristik objek diketahui berat objek yang dipindahkan kurang
dari 25 Kg (< 25 Kg), hal ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Sedangkan bentuk
objek yang dipindahkan berupa kotak (box) yang memiliki lebar objek kurang dari 400
mm, panjang objek kurang 350 mm dan tinggi objek kurang dari 450 mm, hal ini sudah
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh International Labour Organization
(1998). Pada karakteristik kemampuan kerja diketahui gangguan kesehatan yang sering
dialami pekerja terjadi pada bagian punggung, lengan dan pinggang dan perusahaan juga
telah melakukan pelatihan tentang aktifitas manual handling, walaupun materi pelatihan
belum yang mengupas manual handling secara keseluruhan
Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat mengetahui bahaya
yang ditimbulkan dan meminimalkan kejadian kecelakaan kerja dari aktifitas manual
handling butuh dilakukannya pengukuran tingkat kelembaban, kebisingan, getaran
maksimum dan pencahayaan agar dapat menciptakankan lingkungan kerja di area
gudang aman dan nyaman bagi pekerja, serta melakukan pelatihan tersendiri tentang
aktifitas manual handling yang lengkap, diantaranya ditambahkan materi tentang
pengantar risiko ergonomi bagi kesehatan dan keselamatan dalam proses manual
handling, gambaran dampak potensial dari aktifitas manual handling bagi tubuh
manusia, faktor risiko individu dan pekerjaan yang berhubungan dengan kecelakaan
kerja akibat aktifitas manual handling, strategi pengendalian tempat kerja dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan aktifitas manual handling.
Daftar bacaan : 14 (1989-2009)
37
PERNYATAN PERSETUJUAN
Laporan Magang dengan Judul
Gambaran Aktivitas Manual Handling
di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project) Tahun 2010
Oleh :
ANDRI CAHYADI
NIM. 106101003278
Telah distujui, diperiksa, dan dipertahankan Tim Penguji Magang Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, April 2010
38
Pembimbing Fakultas
Dr. Yuli P. Satar MARS
Pembimbing Lapangan
Intan Ramadhany Gustika S,S.E.
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, April 2010
Penguji I,
Dr. Yuli P. Satar MARS
Penguji II,
39
Iting Shofwati ST. MKKK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Andri Cahyadi
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 05 September 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. H. Niing No.58 RT 03/04 Kel. Duren Mekar
Sawangan, Depok
Email : [email protected]
Telp : 085694637575
Riwayat pendidikan
TK Aisyah 01 Pademangan Barat : 1993-1994
40
SDN 02 Binong Permai, Tangerang : 1994-2000
SLTPN 1 Curug, Tangerang : 2000-2003
SMAN 1 Parung, Kab. Bogor : 2003-2006
S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006-Sekarang
KATA PENGANTAR
حين لر ا لرحمن ا هلل ا بسن
ته كا بر و هلل ا ورحمة عليكن م اسال
Segala puji kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan yang tak
terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan
rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul ”Gambaran Aktivitas Manual
Handling di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project) Tahun 2010” ini
dapat tersusun. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Baginda Besar Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan.
Penyusunan Laporan magang ini dapat diselesaikan dan disajikan agar
bermanfaat dalam menambah referensi teman-teman serta adik-adik kelas untuk
melaksanakan kegiatan yang sama.
41
Laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan
banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan petunjuk. Sekiranya
patutlah bagi penulis untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan apa yang ku butuhkan dan untuk semua
nikmat-Nya yang tak terhingga.
2. Kelurga besar. Ayah dan Ibu, terima kasih atas doa, motivasi dan kesabaran yang
tulus mengiringi langkahku. Adik-adikku, saudara-saudaraku terima kasih telah
memberikan semangat untuk terus kuliah, terima kasih untuk segala doa, motivasi
dan semua kemudahan yang diberikan.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dr. Yuli P.Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
(PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dan mencurahkan pikirannya untuk membimbing penulis
dalam menyusun laporan magang ini.
5. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, selaku dosen Penanggungjawab peminatan
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengetahuan tentang K3.
6. Ibu Raihana Alkaff, M.MA selaku dosen yang telah banyak meluangkan waktu
dan ilmunya dalam membimbing sehingga selesainya laporan magang ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selama perjalanan menuntut ilmu penulis telah
mencurahkan ilmu yang begitu luas dan bermanfaat bagi penulis, serta tak lupa
kepada Bapak Gozali yang telah membantu kelancaran seluruh mahasiswa.
8. Bapak Deddy M. Bardjah, Operation Manager PT. PT Exel DHL Supply Chain
Kraft Project yang telah menerima untuk melakukan magang.
42
9. Kakak Intan Ramadhany Gustika S, Selaku Pembimbing lapangan yang selalu
memberikan masukan dan arahan selama magang
10. Sahabat-sahabatku tersayang JNC dan KITA yang selalu memberikan dukungan,
pemikiran, perbuatan dan sikap dalam menghadapi segala permasalahan.
11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat ’06 K3 dan Gizi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini, karena kekurangan ini datangnya dari penulis dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca
lain.
ته كا بر و هلل ا ورحمة عليكن م لسال ا و
Jakarta, April 2010
Andri Cahyadi
DAFTAR ISI
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR PERSETUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiii
43
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.1. Tujuan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2.2. Tujuan Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.3. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.1. Bagi Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.2. Bagi Prodi Kesmas UIN Jakarta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3.3. Bagi Mahasiswa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.1. Ergonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.2. Manual Handling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2.1. Jenis Aktifitas Manual Handling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2.2. Teknik Manual Handling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3. Faktor Risiko Ergonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.3.1. Karakteristik Pekerjaan Fisik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.3.2. Karakteristik Lingkungan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.3.3. Karakteristik Objek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.3.4. Karakteristik Kemampuan Pekerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
BAB III LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.1. Tahap Persiapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.2. Topik Magang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.3 Lokasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.4 Waktu Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
3.5 Nara Sumber . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.6 Alur Magang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.7 Jadwal Kegiatan Magang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
4.1. Profil Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
4.1.1. Sejarah Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
4.1.4. Gambaran HS&E Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
4.1.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
4.1.6. Kebijakan K3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
4.1.7. Kebijakan Mutu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
4.1.8. Quality Assurence . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
4.1.9. Sasaran Mutu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
4.2. Gambaran Jenis Aktivitas Manual Handling . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
4.3. Gambaran Karakteristik Pekerjaan Fisik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.3.1. Postur Tubuh Pekerja Posisi Diam (Statis) . . . . . . . . . . . . . . 49
4.3.2. Postur Tubuh Pekerja Posisi Bergerak (Dinamis) . . . . . . . . . 53
4.4. Gambaran Karakteristik Lingkungan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
4.4.1 Suhu dan Kelembapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
4.4.2. Kebisingan dan Getaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
4.4.3. Pencahayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
4.5. Gambaran Karakteristik Objek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
4.5.1 Berat dan Bentuk Objek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
4.6. Gambaran Karakteristik Kemampuan Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
4.6.1. Gangguan Kesehatan Pekerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
4.6.2. Pelatihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
5.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
5.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Postur janggal dan alokasi kemungkinan terjadinya sakit . . . . . . . . 16
46
Tabel 2.2 Faktor yang mempengarui postur tubuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Tabel 2.3 Tingkat Getaran Di Tempat Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
Tabel 2.4 Intensitas Pencahayaan di Tempat Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
Tabel 2.5 Tingkat Kebisingan di Tempat Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
Tabel 4.1 Berat dan produk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Posisi mengangkat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
47
Gambar 2.2 Cara mengangkat beban . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Gambar 2.3 Faktor yang mempengaruhi postur tubuh dalam bekerja . . . . . 17
Gambar 3.1 Alur Magang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
Gambar 4.2 Struktur Organisasi SHE (Safety Health And Environment) . . . . 44
Gambar 4.3 Alur aktivitas manual handling pada postur diam (statis) . . . . . . 50
Gambar 4.4 Alur aktivitas manual handling pada postur bergerak (dinamis) . 53
Gambar 4.5 Termometer ruangan dan lembar pencatatan suhu . . . . . . . . . . . . 56
Gambar 4.6 Pencahayaan di area gudang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
BAB I
PENDAHULUAN
48
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek kehidupan
yang bisa memberikan pengaruh dan dampak penting terhadap kehidupan manusia.
Perkembangan sektor industri yang diharapkan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan manusia juga dapat memberikan kerugian bagi manusia dan lingkungan
jika tidak dikelola dan dijaga dengan baik.
Dalam perkembangannya, sektor industri merupakan bentuk perkembangan
teknologi yang semakin lama semakin canggih, tetapi dalam pelaksanaannya industri
tetap saja memerlukan tenaga pekerja sebagai pangguna dan pengelolaanya. Beberapa
industri di negara kita masih menggunakan tenaga manusia dalam melakukan proses
produksi yang salah satunya dalam proses pengangkutan dan pemindahan barang hasil
produksi. Dalam pekerjaan tersebut, pekerja diharapkan dapat bekerja dengan baik dan
aman, serta mempertimbangkan aspek kesehatan keselamatan pekerja.
Untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, maka diperlukan suatu interaksi
yang harmonis antara manusia, mesin dan lingkungan kerja yang merupakan komponen-
komponen dalam kegiatan produksi. Interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan
kerja lebih dikenal dengan istilah ergonomi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari antara
kesesuaian alat, pekerjaan dan lingkungan terhadap manusia agar menghindari manusia
dari faktor yang tidak diinginkan yaitu penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja
sehingga dengan interaksi yang harmonis ini dapat meningkatkan produktivitas setiap
49
pekerja dalam bekerja. Kaitan antara aktivitas manual handling seperti mengangkat
(lifting), mendorong (pushing), menarik (pulling), membawa (carrying), memegang
(holding) merupakan hal yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan kerja (Bridger, 1995).
Berdasarkan penelitian Enviromental Health Science dari University of
Minnesota di Amerika Serikat ditemukan bahwa satu juta pekerja setiap tahunnya
mengalami low back pain yang menyebabkan kehilangan waktu kerja dikarenakan
pekerjaan manual handling (mengangkat, membawa, mendorong, menarik dan lain-lain)
yang tidak sesuai. Pada tahun 1998 juga diketahui lebih dari 440.00 orang kehilangan
waktu kerja karena cidera punggung, serta terjadi cidera musculoskleletal sebesar 21%
dari total pekerja tersebut yang menyebabkan kehilangan waktu kerja pada perusahaan
manufacturing dan sektor pelayanan jasa.
(www.enhs.umn.edu/2004injury/back/backinjury.html)
Data dari National For Ocupational Safety and Health (NIOSH) tahun 1981
menyebutkan sekitar 500.000 pekerja menderita cidera akibat penggunaan tenaga yang
berlebih, sebanyak 60% disebabkan karena aktivitas mengangkat, 20% karena proses
mendorong dan menarik. Didapatkan juga data bahwa aktivitas manual handling yang
paling sering menyebabkan cedera adalah mengangkat (lifting) dan membawa (carrying)
objek sebesar 61,3% dan 60% dari jumlah tersebut menderita nyeri punggung (Bridger,
1995)
50
Hasil studi Laboratorium Pusat studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun
2006-2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada
muskuloskeletal sesudah melakukan aktivitas manual handling. Dengan memahami
pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya melakukan evaluasi
secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada
dengan para pekerjanya (Yassierili, 2009)
PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project) merupakan perusahaan
penyimpanan dan pengiriman barang yang memiliki proses kerja yang banyak
melakukan aktifitas manual handling. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah
barang yang dipindahkan oleh pekerja dalam sehari sekitar tiga ribu dus barang yang
harus dipindahkan oleh sekitar tiga puluh orang pekerja. Oleh karena itu dengan melihat
frekuensi perpindahan barang yang tinggi, penyusun melakukan observasi guna
mendapatkan gambaran aktivitas manual handling yang dilakukan pekerja selama
bekerja.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Didapatkannya gambaran tentang aktivitas manual handling di areal gudang PT.
DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project) Cikarang Jawa Barat.
1.2.2 Tujuan Khusus
51
a. Didapatkannya informasi tentang profil perusahaan PT. DHL Exel Supply Chain
Indonesia (Kraft Project) Cikarang Jawa Barat
b. Didapatkannya informasi tentang gambaran jenis manual handling yang
dilakukan pekerja selama kegiatan manual handling di PT. DHL Exel Supply
Chain Indonesia (Kraft Project) Cikarang Jawa Barat
c. Didapatkannya informasi tentang gambaran karakteristik pekerjaan fisik selama
kegiatan manual handling di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft
Project) Cikarang Jawa Barat
d. Didapatkannya informasi tentang gambaran karakeristik lingkungan kerja di area
gudang di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project) Cikarang Jawa
Barat
e. Didapatkannya informasi tentang gambaran karakteristik objek yang akan
dipindahkan di area gudang di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft
Project) Cikarang Jawa Barat
f. Didapatkannya informasi tentang gambaran karakteristik kemampuan pekerja
bagi pekerja di area gudang di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft
Project) Cikarang Jawa Barat.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perusahaan
52
a. Perusahaan akan mendapatkan informasi tentang gambaran pelaksanaan manual
handling yang ada di tempat kerja PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft
Project) Cikarang Jawa Barat pada tahun 2010.
b. Gambaran pelaksanaan manual handling yang diperoleh dapat digunakan untuk
meningkatkan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya gangguan
kesehatan pada pekerja
c. Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan studi kepustakaan PT. DHL Exel
Supply Chain Indonesia (Kraft Project) Cikarang Jawa Barat
1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
a. Dapat dijadikan sebagai relasi dunia pendidikan dan dunia pekerjaan yang
menyangkut kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan teori yang didapat dalam perkuliahan ke dalam prakteknya di
perusahaan
b. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam melihat aktivitas manual handling
di area pergudangan.
53
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ERGONOMI
Asal kata ergonomi adalah ergon yang berarti kerja dan nomos yang
berarti hukum/aturan, dimana kedua kata tersebut berasal dari Yunani yang dapat
disimpulkan definisi melalui kata-kata tersebut ialah aturan atau hukum yang
berhubungan dengan kerja. Sejarah mengatakan bahwa kata ergonomi ditetapkan
pada tanggal 16 Februari 1950. Kemudian seiring dengan perkembangan jaman
maka arti ergonomi semakin berkembang.
54
Seorang pakar keselamatan dan kesehatan kerja Indonesia Bapak
suma’mur, 1989 mengatakan bahwa ergonomi adalah : Ilmu yang penerapannya
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-
optimalnya, hal ini meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara
timbal balik untuk efesiensi dan kenyamanan kerja. Selain itu, suatu badan asosiasi
ergonomi Internasional atau disebut juga International ergonomic Association
(IEA) menyebutkan bahwa ergonomi adalah Ilmu yang mempelajari anatomi dan
aspek psikologi dari manusia dalam lingkungan kerja, dimana hal tersebut
bertujuan untuk mendapatkan efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan
untuk orang baik saat bekerja, saat di rumah ataupun saat bermain. Secara garis
besar, ilmu ini mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan
kerja.
Peneliti berdasarkan informasi dari buku-buku, artikel-artikel, bahan
kuliah menyimpulkan bahwa ergonomi adalah suatu ilmu aplikasi yang
mempelajari tentang kesesuaian peralatan kerja, lingkungan kerja dan pekerjaan
dengan pekerjanya. Fokus utama ilmu ergonomi ini adalah manusia. Dalam
pelaksnaannya ergonomi memandang penting keserasian antara ketiga unsur ini,
yaitu : manusia, lingkungan dan mesin.
Adapun tujuan penerapan ilmu ergonomi adalah didapatkannya efesiensi
kerja manusia yang maksimal, peningkatan terhadap kenyamanan dan kepercayaan
pekerja yang mempengaruhi peningkatan pada produktifitas kerja, selain itu tujuan
55
pelaksanaan ergonomi adalah untuk meningkatkan derajat keselamatan dan
kesehatan pekerja. Oleh karenanya seorang ahli K3 perlu untuk mengidentifikasi
kemudian menetapkan keterbatasan dari pekerja, dan berdasarkan hasil tersebut
seorang ahli ergonomi akan dapat membuat suatu sistim kerja (lingkungan kerja,
pekerjaan dan peralatan kerja) yang sesuai dengan kemampuan pekerja.
Agar mampu dalam melakukan identifikasi dan implementasi terhadap
keberadaan ergonomi maka perlu dipahami ketiga ilmu yang merupakan ruang
lingkup dari ilmu ergonomi itu sendiri, yang diantaranya adalah :
a. Ilmu faal, anatomi tubuh memberikan gambaran bentuk tubuh manusia,
kemampuan tubuh/anggota gerak untuk mengangkat atau ketahanannya
terhadap suatu gaya yang diterimanya.
b. Psikologi faali memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan sistim
persarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku.
c. Ilmu fisika dan tehnik memberikan informasi yang sama untuk mesin dan
lingkungan dimana terlibat didalamnya.
Selain perlunya pengertian akan ketiga ilmu diatas, kita juga perlu
mengetahui faktor-faktor yang menjadi resiko dalam ergonomi.
Karakteristik tempat kerja dibentuk oleh interaksi antara parameter –
parameter berikut ini :
56
a. Pekerja dengan perbedaan ukuran (berat badan dan tinggi badan),
kekuatan, berbagai pergerakan, intelektual, pendidikan, perkecualian dan
kapasitas fisik/mental lainnya.
b. Latar belakang tempat kerja berkaitan dengan bagian, peralatan, furnitur,
panel, control/display dan obyek fisik lainnya.
c. Lingkungan kerja yang terbentuk dari iklim, pencahayaan, vibrasi dan
kualitas atmosfir lainnya.
2.2. Manual Handling
Manual Handling didefinisikan sebagai seluruh kegiatan yang
menggunakan pengerahan tenaga manusia untuk mengangkat, menurunkan,
mengangkut, mendorong, menarik bahkan memindahkan, menggenggam dan
menahan benda hidup atau benda mati (National Occupational Health and
Safety Commision, 1990)
Ketidaksesuaiaan yang dilakukan pekerja dalam menangani
beban dengan cara manual, yang dapat mengakibatkan terjadinya cidera
ataupun penyakit akibat kerja bisa disebabkan karena memindahkan objek
yang terlalu berat, postur yang salah (postur janggal) dalam manangani beban,
cara angkat yang salah, menggunakan tenaga berlebihan saat bekerja dan
pergerakan berulang yang cepat.
57
2.2.1. Jenis Aktifitas Manual Handling
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human
factors (2001), dijelaskan bahwa jenis aktifitas manual handling terdiri dari :
1. Mengangkat/menurunkan (Lifting/Lowering)
Mengangkat adalah menaikan dari level bawah ke level yang lebih tinggi.
Jarak pengangkatan bisa dari bawah hingga setinggi tangan untuk meraih.
Sedangkan menurunkan adalah aktifitas menurunkan dari level yang lebih
tinggi ke level bawah.
2. Mendorong/menarik (Pushing/Pulling)
Mendorong adalah menekan dengan tenaga berlawanan dengan objek
bergerak dan lawannya adalah menarik
3. Memutar (Twisting)
Memutar adalah kegiatan menggerakan tubuh bagian atas ke satu sisi atau
sisi yang lainnya ketika tubuh bagian bawah berada pada posisi tetap.
4. Membawa (Carrying)
Membawa adalah memegang objek atau mengambil objek ketika ada
kegiatan memindahkan berat objek menjadi bagian dari total berat orang
tersebut ketika sedang bekerja.
5. Menggenggam (Holding)
Menggenggam adalah memegang objek ketika posisi tubuh dalam keadaan
statis.
2.2.2 Teknik Manual Handling
58
Pada pekerjaan memindahkan barang atau beban, bentuk, volume berat
dan sifat beban yang akan dipindahkan sangat menentukan cara-cara pelaksanaan
pemindahan tersebut baik mengangkat maupun meletakkan kembali beban.
Kegiatan mengangkat dan mengangkut ini banyak melibatkan kerja otot dan
tumpuan pada kerja tulang belakang, oleh karena itulah dibutuhkan teknik yang
benar. Dalam buku pedoman manual handling Queensland (1991) dijelaskan
bahwa teknik manual handling yang benar, yaitu sebagai berikut :
a. Membuat perencanaan dengan menilai beban dan mementukan
bagaimana menanganinya, sebagai suatu cara untuk menghindari cidera
akibat pengerahan tenaga yang berlebih.
b. Menentukan teknik terbaik dengan menghindari postur membungkuk,
memuntir, dan menjangkau yang tidak diperlukan.
c. Menggenggam objek dengan pegangan yang kuat dan menggunakan
seluruh jemari dari kedua tanggan dalam menganggat barang.
d. Dorong beban sedekat mungkin dengan badan untuk mencegah stress
yang berlebihan di punggung.
e. Variasikan penanganan tugas berat dengan yang ringan
f. Periksakan material dari permukaan yang bergerigi, susut yang runcng
dan tajam atau licin.
g. Menghilangkan minyak, air atau objek yang kotor sebelum mencoba
untuk menanganinya.
2.3 FAKTOR RISIKO ERGONOMI
59
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human
factors (2001), disebutkan yang menjadi faktor-faktor risiko ergonomi dalam
aktifitas manual handling, diantaranya :
2.3.1 Karakteristik Pekerjaan Fisik
A. Postur
Kata postur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti : bentuk
tubuh, keadaan tubuh, perawakan tubuh. Postur tubuh dalam ergonomi
diartikan sebagai posisi tubuh saat melaksanakan pekerjaan. Dengan kata
lain, postur tubuh dipengaruhi oleh pergerakan. Secara garis besar pergerakan
bergantung pada tipe pekerjaan yang terbagi dalam dua jenis pekerjaan (ILO,
1998) :
a. Pekerjaan statis
Permasalahan dalam pekerjaan statis dapat timbul
dikarenakan postur yang tidak sesuai, atau menahan dalam jangka
waktu yang lama ataupun ketika kegiatan kerja dengan postur yang
janggal yang dapat menyebabkan bagian tubuh merasakan stress.
Perlu kita sadari bersama, melakukan pekerjaan dengan postur
60
apapun pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan ketidak
efektifan pekerjaan, sakit atau nyeri pada pekerja setelah bekerja dan
dapat membawa pekerja dalam masalah kesehatan yang
berkepanjangan. Sakit pada otot yang berhubungan dengan pekerjaan
statis dapat menjadi bahan indentifikasi kerendahan tingkat
permintaan pekerjaan dengan kapasitas pekerja. Kesalahan dalam
mengangkat beban dapat menyebabkan terjadinya suatu gangguan
pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Adapun postur statis yang benar dan salah ketika mengangkat
beban adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Posisi Mengangkat
b. Pekerjaan dinamis
Meskipun pergerakan sangat penting untuk mencegah masalah
pekerjaan statis, khususnya dalam menangani beban yang berat, ternyata
hal tersebut juga memberi masalah pada kesehatan dan kinerja kerja,
61
seperti saat mengangkat, membawa, mendorong dan menarik beban.
Masalah pada pekerjaan dinamis dapat terjadi karena dua hal yaitu :
Penggunaan energi secara berlebih
Pekerjaan mengangkat dan menangani beban
Cara yang benar dalam menangani beban adalah sebagai berikut
yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 2.2.
Cara mengangkat Beban
Berdasarkan gambar diatas, cara yang benar ketika mengangkat
dan membawa objek adalah sebagai berikut :
Jongkok ke bawah, bengkokkan hanya pangkal paha dan lutut.
Jika dibutuhkan, taruh salah satu lutut di lantai dan panjangkan lutut
lainnya didepan anda, berlutut pada sudut yang tepat (setengah
berlutut). Tekan dada anda tegak kedepan. Hal ini menjaga bagian
punggung tetap tegak, sejajar dengan pusar anda. Gunakan kaki anda
untuk merubah arah, ambil langkah-langkah pendek. Arahkan dengan
62
pangkal paha setiap anda berganti arah. Jaga bahu anda tetap dalam
posisi sejajar dengan pangkal paha ketika anda berpindah lalu letakkan
beban anda hati-hati.
Langkah – langkah yang perlu diperhatikan :
a. Pada posisi awal
Pertimbangkan ketika akan mengangkat objek
Pertimbangkan posisi terbaik
Berdirilah dengan posisi yang benar
Cobalah terlebih dahulu posisi tersebut sebelum mengangkat
b. Pada langkah kedua tentukan postur tubuh yang tepat
Letakkan tangan pada posisi dibawah beban
Bengkokan lutut
Usahakan punggung tetap dalam posisi lurus
Jangan membungkuk atau menunduk
c. Pada langkah ketiga memegang objek
Letakkan tangan dibawah sudut, hindari sudut tajam dan daerah
yang mudah lepas
Cobalah pegangan tersebut sebelum mengangkat
63
Periksa kemungkinan rusak atau sobek
d. Pada langkah kelima pada tahap mengangkat
Otot kaki merupakan otot terkuat diseluruh tubuh gunakan otot
kaki untuk melindungi punggung
Tekuk lutut dan angkat
e. Pada langkah keenam pegang objek sedekat mungkin dengan tubuh
Semakin dekat objek dengan tubuh maka semakin kecil tekanan
yang terjadi pada punggung
Adapun postur-postur yang dapat menyebabkan masalah pada Kesehatan
(Van Wely dalam ILO,1998) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan Terjadinya Sakit
Postur Janggal
Alokasi kemungkinan terjadinya
sakit atau gejala lainnya
Berdiri Pada kaki, regio lumbal
Duduk tanpa dukungan lumbar Pada regio lumbal
Duduk tanpa dukungan punggung Pada otot-otot punggung
Duduk tanpa footrest (tumpuan kaki)
yang baik dengan ketinggian yang
sesuai
Pada lutut, kaki dan regio lumbal
Duduk dengan mengistirahatkan bahu
pada permukaan alat kerja yang
terlalu tinggi
Pada bahu dan otot – otot leher
Tangan bagian atas terangkat tanpa Pada bahu dan lengan bagian atas
64
dukungan dari alas vertikal
Tangan meraih sesuatu yang sulit
terjangkau (jauh/tinggi)
Pada bahu dan lengan bagian atas
Kepala mendongkak Pada regio leher
Posisi membungkuk, punggung yang
mengarah ke depan
Pada regio lumbal, otot-otot
punggung
Membawa beban berat dengan cara
memenggul atau memikul
Pada regio lumbal, otot-otot
punggung
Semua posisi tegang Pada semua otot (karena semua otot-
otot terlibat)
Posisi ekstrim yang harus terus
menerus pada setiap sendi
Pada semua sendi (karena semua
sendi terlibat)
Menurut Phesant (1991), postur yang baik dalam bekerja adalah postur
yang mengandung tenaga otot statis yang paling minimum, atau secara umum
dapat dikatakan bahwa variasi dari postur saat bekerja lebih baik dibandingkan
dengan satu postur saja saat bekerja. Kenyamanan melakukan postur yang janggal
saat bekerja dapat benjadi suatu kebiasaan yang dapat berdampak pada
penggeseran atau pemendekan jaringan lunak dan otot (Ramazani dslam Pheasant,
1991)
Menurut Bridger (1995) hal-hal yang dapat mempengaruhi postur tubuh
ketika bekerja adalah karakteristik pekerjaan (kebutuhan pekerjaan, disain tempat
kerja dan faktor personal pekerja) seperti yang ditunjukan pada bagan berikut ini :
Task Requirements
Working Posture
Workspace Design Personal Factor
65
Gambar 2.3.
Faktor yang mempengaruhi postur tubuh dalam bekerja
Tabel 2.2.
Faktor yang mempengaruhi Postur tubuh (Bridger, 1995)
NO FAKTOR CONTOH
1. Karakteristik Pengguna (faktor
Personal)
Umur
Antropometri
Berat badan
Kebugaran (olah raga)
Pergerakan sendi (banyaknya gerakan)
Masalah muskuletal terbaru
Cidera atau operasi awal
Handedness
Kegemukan
2. Kebutuhan pekerja/kegiatan Kebutuhan visual
Kebutuhan manual (posisi tenaga)
Masa Waktu
Periode istirahat
Pekerjaan yang mobile/tidak atau
66
kecepatan dalam bekerja
3.
Disain tempat kerja
Dimensi Tempat duduk
Dimensi permukaan tempat kerja
Dimensi tempat duduk
Dimensi ruang kerja (ruang untuk
kepala, ruang untuk kaki)
Keleluasaan pribadi
Kualitas dan tingkat iluminasi
Dalam buku NEBOSH (National Examination Board in Occupational Safety and
Health) RRC (Rapid and Results College) Business Training dijelaskan bahwa untuk
meminimalkan risiko dari kegiatan manual handling pada karakteristik pekerjaan fisik
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menyesuaikan rangkaian pekerjaan untuk meminimalisir langkah-kangkah
pekerjaan termasuk membawa dan mengangkat beban.
b. Pekerjaan rutin dengan mengurangi pengulangan pekerjaan dengan menambahkan
variasi pergerakan dan postur dalam bekerja, contohnya dengan istirahat, rotasi
kerja, menyediakan SOP untuk memudahkan ruang gerak pekerja dalam bekerja.
c. Membuat tim kerja dengan membagi beban kerja kepada beberapa orang pekerja,
contohnya mengkhususkan beberapa pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan
tersendiri dengan tetap mengkoordinasikan pekerja dalam proses memindahkan
barang.
2.3.2. Karateristik Lingkungan Kerja
67
A. Suhu dan Kelembaban
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri yang mengatur suhu dan kelembaban ditempat kerja, menyebutkan suhu
yang baik berkisar antara 18 – 30 o
C, sedangkan kelembaban berada pada
kisaran 65 % - 95 %.
B. Getaran (vibrasi)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri yang mengatur tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan
kesehatan di tempat kerja sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Tingkat Getaran di Tempat Kerja
No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN MAKSIMAL (10 - 6 mM)
1. 4 < 100
2. 5 < 80
3. 6.3 < 70
4. 8 < 50
5. 10 < 37
6. 12.5 < 32
7. 16 < 25
68
8. 20 < 20
9. 25 < 17
10. 31.5 < 12
11. 40 < 9
12. 50 < 8
13. 63 < 6
Agar getaran tidak menggangu kesehatan atau membahayakan perlu diambil
tindakan sebagai berikut :
a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar
b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran
c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberikan bantalan
pada sumber getaran
C. Pencahayaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri yang mengatur intensitas Cahaya di tempat kerja sebagai berikut :
Tabel 2.4.
Intensitas Pencahayaan di Tempat Kerja
JENIS
KEGIATAN
TINGKAT
PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
69
Pekerjaan kasar
dan tidak terus
menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang memerlukan
pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar
& terus menerus 200
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin &
perakitan/penyusunan
Pekerjan agak
halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor pekerja
pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemprosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat
halus
1500
Tidak menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin dengan
perakitan yang
70
Pekerjaan terinci 3000
Tidak menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
sangat halus
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut :
a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukan.
b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan
c. Untuk ruangan kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk
tidak menggunakan lampu neon.
d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
bola lampu sering dibersihkan
e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti
D. Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri yang mengatur tingkat kebisingan di tempat kerja sebagai berikut :
Tabel 2.5.
Tingkat Kebisingan di Tempat Kerja
No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA) PEMAPARAN HARIAN
71
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
Agar kebisingan tidak menggangu kesehatan atau membahayakan perlu diambil
tindakan sebagai berikut :
a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari
kebisingan
b. Sumber kebisingan dapat dikendalikan dengan beberapa cara diantaranya
dengan meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
peninggian tembok, membuat bukit buatan, dan lain-lain
c. Rekayasa peralatan (engineering control).
Dalam buku NEBOSH (National Examination Board in Occupational Safety and
Health) RRC (Rapid and Results College) Business Training dijelaskan bahwa untuk
meminimalkan risiko dari kegiatan manual handling pada karakteristik lingkungan kerja
dapat dilakukan dengan cara :
a. Merubah disain tempat kerja agar memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaan
sehingga pekerja merasa nyaman
72
b. Kondisi lantai harus bebas dari halangan, adanya lubang, tonjolan permukaan dan
material-material lain yang dapat menyebabkan pekerja terjatuh, tersandung atau
bahkan kehilangan keseimbangan dalam berpijak. Oleh karena itu harus ada
langkah-langkah untuk membersihkan lantai agar dapat dipastikan tidak ada
material-material lain yang jatuh pada saat dibawa.
c. Merubah tingkat ketinggian dengan tidak menggunakan tangga karena dapat
menggangu dalam proses membawa barang.
d. Kondisi udara, suhu dan ventilasi harus disesuaikan sehingga kondisi pada saat
bekerja merasa nyaman dan tidak menyebabkan kelelahan. Tingkat pencahayaan
harus cukup disemua bagian tempat kerja sehingga pekerja dapat melihat seluruh
permukaan lantai dan bagian dari beban yang mereka bawa.
e. Alat pelindung diri (APD), pekerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan
yang dibutuhkan untuk melindungi diri mereka dari bahaya atau kerusakan,
contohnya adalah sarung tangan, safety shoes, dll dengan pertimbangan tingkat
risiko yang ada di tempat kerja.
2.3.3. Karakteristik Objek
A. Berat objek
Menurut International Labour Organization (ILO, 1998), beban
maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh seseorang adalah 23-25 Kg.
Mengangkat beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tekanan pada dictus
pada tulang belakang (deformitas dictus). Deformitas dictus menyebabkan
73
derajat kurvatur lumbar lordosis berkurang sehingga pada akhirnya
megakibatkan tekanan pada jaringan lunak. Selain itu, beban yang berat juga
dapat menyebabkan kelelahan karena dipicu peningkatan tekanan pada dictus
intervertebra (Bridger, 1995). Ditambahkan dalam buku Pedoman Manual
Handling Queensland (1991) jarak pemindahan barang secara vertikal dan
horizontal harus kurang dari 25 cm.
B. Bentuk benda
Bentuk objek juga ikut mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka.
Ukuran objek harus cukup kecil agar dapat diletakkan sedikit mungkin dari
tubuh. Lebar objek yang besar dapat membebani otot pundak atau bahu lebih dari
300-400 mm, panjang lebih dari 350 mm dengan ketinggian lebih dari 450 mm.
Sedangkan bentuk objek yang baik harus memiliki pegangan, tidak ada sudut
tajam dan tidak dingin atau panas saat diangkat. Mengangkat objek tidak boleh
hanya dengan mengandalkan kekuatan jari, karena kemampuan otot jari terbatas
sehingga dapat cidera pada jari (Kumar, 1999)
Dalam buku NEBOSH (National Examination Board in Occupational Safety and
Health) RRC (Rapid and Results College) Business Training dijelaskan bahwa untuk
meminimalkan risiko dari kegiatan manual handling pada karakteristik objek dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meringankan beban yang dibawa dan memperkecil ukuran jika memungkinkan
sehingga memudahkan pekerja dalam memindahkan barang
74
b. Membuat barang mudah untuk digenggam dengan membuat pegangan pada benda.
c. Membuat beban lebih stabil dengan memperhatikan pembungkus dan isi dari barang
agar mudah dibawa ketempat yang jauh
2.3.4. Karakteristik Kemampuan Pekerja
A. Gangguan Kesehatan
Kesalahan posisi dalam bekerja ketika menangani beban akan
dapat berdampak menyebabkan cidera ataupun penyakit-penyakit
musculoskeletal, contohnya :
a. Muskuloskeletal disoders
Manual handling dapat menyebabkan terjadinya cidera yang dapat
berkembang menjadi ganguan musculoskeletal (sistim rangka)
muskuloskeletal disorders atau biasa disingkat MSDs adalah suatu kondisi
yg mengambarkan terjadinya cidera yang berpengaruh pada tulang dan
struktur jaringan lunar (berbeda dgn organ) dari tubuh yang disebabkan
oleh manual handling saat berkerja. contohnya yang melibatkan terkilir
atau tegang nya otot ataupun sendi, cidera pada bagian belakang
(pungung\pinggang), sendi, tulang atau dan hernia. MSDs meliputi RSI
(Repetitive strain injury) atau Occupational overuse syndrome (OOS).
75
MSDs dapat timbul secara tiba-tiba dari satu kejadian pengeluaran
berlebih, contohnya ketegangan yang terjadi pada otot belakang ketika
mendorong troli yang bermuatan berat atau ketegangan pada otot bahu
ketika mengangkat beban yang berat. Pada umumnya, MSDs berkembang
dari ketegangan ringan dan penggunaan terus menerus sitim rangka dan
oto. Oleh karena ketegangan minor ini dan kebiasaan dalam menggunakan
tidak menimbulkan sakit, maka kegiatan manual handling dianggap tidak
mengakibatkan suatu risiko, padahal hal tersebut adalah kebalikannya.
Beberapa faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan
seseorang berisiko terhadap MSDs. Faktor individual termasuk postur,
tenaga yang dikeluarkan, pengulangan (pergerakan berulang-frekuesnsi)
dan kecepatan untuk gerakan yang diperlukan, vibrasi dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (durasi). Keseluruhan faktor
risiko personal dapat dipengaruhi oleh disain dan bentuk dari tempat kerja
serta area kerja seseorang, lingkungan kerja dan karakteristik atau lokasi
benda-benda dan bagaimana pekerjaan berorganisasi dengan sistim kerja
didalam suatu kempat.(www.csu.edu.au)
b. Low Back Pain (LBP)
Low Back Pain adalah gangguan muskuloskeletal yang paling
sering terjadi. Peristiwa terjadinya LBP relatif dalam jangka waktu yang
pendek. Gejala biasanya dirasakan selama beberapa minggu, meskipun
76
dalam kasus-kasus tertentu dapat terjadi dalam waktu yang panjang. Pada
salah satu peninjauan studi kasus tentang penderitaan LBP ditemui bahwa
serangan sakit pinggang ditemukan lebih 60% terjadi serangan berulang
dalam waktu 1 tahun (Biering-Sorensen, 1983)
Salah satu hal yang menjadikan LBP gangguan yang perlu
dihindari dikarenakan dampak dari timbulnya penyakit ini adalah angka
absensi sakit yang meningkat. Penyebab terjadinya LBP sering kali
dikaitkan dengan kegiatan manual handling dan faktor risiko pekerjaan
diantaranya karakteristik lingkungan, pekerjaan dan faktor personal
pekerja.
c. Cumulative Trauma Disorders (CTDs)
Cumulative Trauma Disorders adalah cidera pada sistim rangka
dan sistim saraf yang disebabkan karena pergerakan berulang, penggunaan
tenaga berlebih vibrasi, tekanan mekanis (tekanan terhadap permukaan
keras), atau posisi menopang/menahan dan posisi janggal. CTDs juga
disebut sebagai Repetitive Motion Disorders (RMDs), sindrom overuse,
regional muskkuloskletal disorders, repetitive motion injuries atau
repetitive strain injuries. Sakit yang dirasakan terkadang menyebabkan
gangguan kelumpuhan yang biasanya berkembang selama periode waktu
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
77
Gejala terjadinya CTDs antara lain : mati rasa/kaku, kelambanan
gerakan tulang sendi, tekukan hebat, luka bakar, sakit nyeri, kemerahan,
kelelahan, kejanggalan, pecah atau mengembangkan sendi. Gejala-gejala
diatas melibatkan pinggang, bahu, siku, pergelangan atau jari-jari. Perlu
dicurigai bila gejala timbul minimal 1 kali dalam satu minggu atau
seringkali muncul setiap minggunya. (www.state.nj.us)
d. Repetitive Strain Injury
Gangguan ini terjadi pada bagian leher, bahu dan upper limb.
Istilah Repetitive Strain Injuries berasal dari negara Inggris, sedangkan di
Amerika penyakit ini disebut dengan Cumulative Trauma Disorders. Hal
ini sering terjadi pada industri assembling atau manufacturing, faktor
kausatif penyebab penyakit ini adalah postur kerja yang tidak sesuai,
pergerakan berulang dan stress psikologis.
e. Gangguan-gangguan lainya :
1. Carpal Tunner Syndrome tekanan pasa saraf di pergelangan tangan
yang dapat menyebabkan penutup sendi/urat ataupun urat sendi
mengalami iritasi
2. Tendinitis adalah peradangan hebat atau iritasi pada urat/sendi yang
berkembang ketika otot secara nerulang-ulang terpajan oleh
78
penggunaan berlebih dan kejanggalan penggunaan tangan,
pergelangan, lengan atau bahu.
3. Tenosynovitis adalah peradanagan hebat atau iritasi dari penutup
urat/sendi yang berhubungan dengan gerakan flextion dan ekstention
dari pergelangan tangan.
4. Synovitis adalah peradangan atau iritasi lapisan synovial (lapisan
tulang sendi)
5. DeQuervain’a disease adalah tipe synovitis yang terjadi pada ibu jari
kaki
6. Bursitisis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi pada jaringan
penyambung di sekitar sendi yang biasanya terjadi pada bahu
7. Epicondylitis adalah sakit pada siku yang berhubungan dengan rotasi
berlebihan dari lengan bawah atau membengkokkan pergelangan
tangan secara berlebihan. Kondisi ini juga disebut dengan siku tenis
atau siku pegolf
8. Thoracic Outlet Syndrom adalah tekanan pada sistim saraf pada leher
9. Ulnar Nerve Entrapment adalah tekanan pada saraf ulnar pada
pergelangan.
B. Pelatihan
79
Pelatihan merupakan bagian dari pembinaan sumber daya manusia.
Setiap individu memerlukan pelatihan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu
untuk mencapai sasaran tertentu. Fungsi suatu sistem pelatihan adalah
memproses individu dengan prilaku tertentu agar berprilaku sesuai dengan yang
telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan (Syukri, 1997).
Ditambahkan bahwa dalam pengembangan suatu pelatihan harus mengadopsi
sebuah proses yang sistemik dan objektif yang mencakup delapan kegiatan,
yaitu:
1. Tentukan kebutuhan pelatihan
2. Tetapkan prioritas pelatihan
3. Tentukan tujuan pelatihan
4. Pilih dan urukan silabus kursus
5. Pilih strategi dan metode instruksional
6. Jamin dan atau kembangkan program pelatihan
7. Kembangkan materi pelatihan
8. Pilih dan Siapkan alat bantu pelatihan
Keuntungan pelatihan bagi pekerja baru adalah dapat ditamamkan
kebiasaan dan tingkah laku yang aman dalam bekerja. Kebiasaan ini akan
terbawa seterusnya sehingga dapat mendukung upaya pencegahan kecelakaan di
tempat kerja. Ada beberapa hal penyebab pekerja melakukan perbuatan yang
berbahaya, diantaranya :
a. Tidak tahu telah melakukan pekerjaan yang salah
80
b. Salah memahami perintah kerja
c. Berfikir bahwa perintah kerja tidak penting
d. Belum menerima petunjuk berkaitan dengan tugasnya
e. Lupa cara melakukan pekerjaan yang benar
f. Sulit mengikuti instriksi
g. Secara sengaja tidak mengikuti perintah kerja
h. Tidak bisa merubah kebiasaan buruk dalam bekerja seperti yang
diperintahkan
Dalam Buku Pedoman Manual Handling Queensland (1991) dijelaskan
bahwa pekerja harus diberikan pelatihan tentang tehnik manual handling yang
benar, agar dapat mencegah dari kesakitan dari aktifitas manual handling melalui
pendekatan dasar dari penilaian dan identifikasi resiko dan pengendalian utama
dari disain kerja dan pekerjaan. Materi program pelatihan seharusnya disesuaikan
dengan kebutuhan yang spesifik dari kelompok yang akan diberikan pelatihan.
Materi-materi pelatihan program manual handling dapat berisi tentang :
a. Pengantar risiko ergonomi bagi kesehatan dan keselamatan dalam proses
manual handling
b. Gambaran dampak potensial dari aktifitas manual handling bagi tubuh
manusia
c. Faktor risiko individu dan pekerjaan yang berhubungan dengan kecelakaan
kerja akibat aktifitas manual handling
d. Strategi pengendalian tempat kerja
81
e. Teknik manual handling yang aman
f. Penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan aktifitas manual
handling
BAB III
LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN
82
3.1 Tahap Persiapan
Kegiatan magang dilakukan selama 4 minggu (minimal 26 hari kerja),
dilaksanakan mulai tanggal 15 Februari sampai dengan 15 Maret 2010. Dalam tahap
perencanaan kegiatan yang dilakukan meliputi pengurusan perizinan dan pengumpulan
bahan teori.
3.2 Topik Magang
Untuk magang yang dilakukan akan lebih difokuskan pada gambaran aktifitas
manual handling yang dilakukan pekerja, khususnya pada bagian yang terdapat banyak
kegiatan yang memindahkan barang.
3.3 Lokasi
Kegiatan magang akan dilaksanakan di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia
(Kraft Project) yang berlokasi di kecamatan Cikarang Kab Bekasi Provinsi Jawa Barat.
3.4 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan magang akan dilaksanakan selama satu bulan, pada hari kerja mulai pada
tanggal 15 Februari 2010 hingga 15 Maret 2010 antara jam 08.00-15.00 WIB.
3.5 Nara Sumber
Narasumber pada kegiatan magang kali ini adalah orang-orang yang mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kerjanya masing-masing serta paham
83
terhadap aktifitas manual handling yang ditunjuk oleh perusahaan untuk memberikan
informasi kepada mahasiswa.
3.6 Alur Magang
Gambar 3.1.
Alur Magang
PENGAJUAN MAGANG
SURAT PENGANTAR
PT. DHL CIKARANG
TURUT SERTA
DALAM KEGIATAN
K3 DI PERUSAHAAN
SOSIALISASI DENGAN PIHAK
PERUSAHAAN
SOSIALISASI DENGAN TEAM
SH & E
PENGUMPULAN
DATA DAN
INFORMASI
PEMBUATAN LAPORAN
HASIL MAGANG
38
3.7 Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan
NO RENCANA KEGIATAN
FEBRUARI MARET
Minggu
Ke - 3
Minggu
Ke - 4
Minggu Ke
- 1
Minggu
Ke - 2
1. Perkenalan dengan
pembimbing Lapangan
√
2. Pengarahan oleh
Manajemen Personalia
√
3. Pengarahan oleh
pembimbing Lapangan
√
4. Mempelajari gambaran
Umum perusahaan
√
5. Memperlajari gambaran
umum K3 Perusahaan
√
6. Memperlajari struktur
organisasi Perusahaan
√
7. Observasi ke area gudang
untuk melihat aktifitas
pemindahan barang
√
8. Observasi dan wawancara
ke pekerja
√
9. Mempelajari dan
menganalisa seluruh
√
39
aktifitas manual handling
di perusahaan
10. Tahap Penyelesaian
magang
√
11. Perpisahan dengan
perusahaan
√
12. Penyusunan Laporan √
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project)
Nama DHL berasal dari nama belakang pendiri perusahaan, Adrian Dalsey,
Larry Hillblom dan Robert Lynn. DHL dibentuk di tahun 1969, sebagai pionir di
industri kiriman kilat udara dengan rute pertamanya dari San Francisco ke
Honolulu dengan menggunakan pesawat kargo bewarna merah putih yang mereka
beli. Kesuksesan perusahaan ini bermula dari ide inovatifnya untuk mengirimkan
segala dokumentasi sebelum kargo tiba, sehingga mempercepat proses impor
barang-barang. Jaringan DHL berkembang dengan sangat pesat. Deutsche Post
World Net melihat potensi yang dimiliki DHL dan membeli sebagian saham
mereka untuk dikembangkan keberbagai negara, pada awal tahun 2002 Deutsche
41
Post World Net menjadi pemegang saham utama hingga akhir tahun 2002 DHL
menjadi milik Deutsche Post World Net sepenuhnya.
Tahun 2003 Deutsche Post World Net menggabungkan semua aktifitas
logistik dan ekspres dibawah satu perusahaan. Deutsche Post Euro Express
beropresi sejak tahun 1997, DHL menjadi perusahaan jasa yang bergerak di bagian
pengiriman paket dan pelayanan cepat no. 1 di lebih dari 20 negara di Eropa
dengan melalui pertumbuhan internal dan penanaman investasi di perusahaan-
perusahaan besar di Eropa sehingga jaringan DHL berkembang dengan sangat
pesat. Perusahaan ini kemudian berkembang ke bagian barat dari Hawaii ke
Bagian Timur Jauh dan kawasan Pasifik, kemudian Timur Tengah, Afrika dan
Eropa. Di tahun 1988, DHL telah ada di 170 negara dan memiliki 16.000 pegawai.
Setelah Deutsche Post World Net memiliki secara penuh DHL pada akhir
tahun 2002. Dengan akusisi Exel plc di December 2005, Deutsche Post World Net
selanjutnya memantapkan kekuatan logistiknya. Dengan demikian, DHL kini
sudah dapat melayani dengan dua jenis logistik yang baru: DHL Exel Supply
Chain dan DHL Global Forwarding. Agar dapat melayani kebutuhan konsumen,
DHL memiliki lima spesialis divisi sebagai berikut :
a) DHL Ekspress
DHL Ekspres adalah mitra yang tepat untuk seluruh kebutuhan kiriman
kilat dan paket ke seluruh dunia. Jaringan DHL mencakup lebih dari 4000 kantor
dan lebih dari 120.000 tujuan di seluruh dunia. DHL Ekspres adalah hasil
42
konsolidasi dari bisnis milik DHL Worldwide Express dengan bisnis paket
Deutsche Post Euro Express dan menawarkan layanan Same Day (Hari Yang
Sama), Express (Kilat), Parcel (Paket) dan Kiriman.
b) DHL Freight Forwarder
DHL Freight forwarder menawarkan solusi transport internasional dan
nasional untuk muatan penuh sebagian dan penuh (part and full load) di Eropa.
DHL mengekspedisi barang-barang melalui darat, kereta api atau gabungan
keduanya. DHL Freight menjangkau bisnis non-dokumen dan non-paket dan juga
bisnis transport darat dari Danzas Eurocargo road transport business.
c) DHL Global Forwarding
DHL Global Forwarding adalah pemimpin pasar di udara dan di
ekspedisi laut dan sebagai penyedia layanan logistik proyek untuk seluruh dunia..
Suatu layanan dengan nilai tambah dalam produk dan layanan portofolio, yang
memberikan posisi pasar yang memuaskan dan memberikan pelayanan bagi
pelanggan dalam skala global.
d) DHL Exel Supply Chain
Tanpa melihat apakah konsumen bekerja dibagian layanan kesehatan,
teknologi, dirgantara, industri atau otomotif maupun di sektor busana, pelanggan
43
atau eceran, DHL dapat melayani semua tugas logistik global anda yang rumit.
DHL Exel Supply Chain membantu konsumen dengan solusi berbasiskan IT
dengan cakupan jaringan yang ada, logistik pengadaan inti, pergudangan dan
pengoperasian logistik penjualan. DHL menawarkan layanan nilai tambah dalam
tingkat papan atas misalnya perampungan, kemas, pemberian label harga, pesanan,
proses order dan semua layanan keuangan dan promosi penjualan.
e) DHL Global Mail
DHL Global Mail menawarkan jasa pengiriman surat bertaraf
Internasional dan menjadi pelopor dalam bidang pelayanan pemasaran dan solusi
publikasi di berbagai negara.
DHL di Indonesia memiliki tiga divisi yaitu :
1. Expres
DHL Express terletak di Pancoran Jakarta Selatan bergerak di bidang jasa
pengiriman paket pintu ke pintu.
2. Supply chain
DHL supply chain terletak di Menara Jamsostek Gatot Subroto Jakarta
Selatan bergerak di bidang pergudangan penyimpanan barang. DHL supply chain
Indonesia merupakan cabang dari DHL supply chain negara Singapura untuk
wilayah Asia Pasifik.
44
3. Global Forward.
DHL Forward terletak di Bandara Sukarno Hatta Tangerang bergerak di
bidang pelayanan pengiriman barang export impor.
4.1.2 VISI dan MISI
a. Visi DHL
Pada tahun 2010, DHL Logistik akan memimpin industri logistik dalam
hal inovasi, kualitas, produktifitas, kesempatan, karyawan dan tanggung jawab
sosial. disebut dengan “World Class Logistic for the 21st Century.
b. Misi DHL
1. Membuat yang terbaik dari semangat, pengalaman, dan skala bersama.
2. Membangun perusahaan logistik terbaik di dunia
3. Menjadi pilihan pertama customer dan pegawai di seluruh dunia.
Untuk mencapai visi dan misi DHL maka dibuat 7 langkah strategis
Focusing closer on customer (First Choice), yaitu :
1. Tanpa menyerah selalu meningkatkan efisiensi
2. Memperluas kemampuan
45
3. Tanggung jawab sosial yang proaktif
4. Menarik, mempertahankan dan membangun bakat, secara global
5. Pelayanan kosisten secara global
6. Customer focus yang semakin besar
7. World Class Logistic for the 21st century
4.1.3 Struktur Organisasi
PT. DHL Exel Supply Chain Kraft Project merupakan salah satu anak
perusahaan PT. DHL Tbk. Perusahaan ini bergerak dalam penyimpanan dan
pengiriman barang Kraft. PT. DHL Exel Supply Chain Kraft Project dipimpin oleh
Operation Manager yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap direksi PT.
DHL Tbk. Secara rinci struktur organisasi PT. DHL Exel Supply Chain Kraft
Project.
46
Gambar 4.1.
Struktur Organisasi Perusahaan
4.1.4 Gambaran Safety Health and Environment (SH&E)
Bagian SH & E (Safety Health And Environment) PT. DHL Exel Supply
Chain Kraft Project merupakan HS & E Representatif dari perusahaan PT. DHL
Tbk. (Safety Health And Environment) PT. DHL Exel Supply Chain Kraft Project
dipimpin oleh Komandan (Commander) yang bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap direksi PT. DHL Tbk. Secara rinci struktur SH & E PT. DHL Exel
Supply Chain Kraft Project.
47
Gambar 4.2.
Struktur Organisasi SH & E (Safety Health And Environment)
4.1.5 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Berdasarkan data dari bagian Finance & HR SPV diketahui bahwa jumlah
karyawan PT. DHL Exel Supply Chain Kraft Project sampai dengan bulan
Februari 2010 berjumlah 38 (tiga puluh delapan) orang. Jam kerja di PT. DHL
Exel Supply Chain Kraft Project dibagi dua shift dan hari kerja dimulai dari hari
senin sampai dengan hari sabtu. Shift 1 dimulai dari jam 07.00 - 15.00 WIB
48
dengan waktu istirahat jam 12.00 - 13.00, sedangkan untuk shift 2 dimulai dari jam
15.00-23.00 WIB dan waktu istirahat 18.00 - 19.00 WIB.
4.1.6 Kebijakan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Komitmen kami :
Menyediakan dan mengatur tempat kerja yang aman dan sehat untuk
semua karyawan dan relasi, dan melaksanakan bisnis dalam keselarasan dengan
masyarakat dimana kita beroprasi.
Mengutamakan :
A. Pendekatan sistem
Kami berusaha untuk menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen
K3 guna menjamin semua kebijakan, prosedur, pengukuran dan tinjauan benar-
benar dilaksanakan di tempat kerja dengan memperhatikan kepentingan bisnis
dan keperdulian terhadap karyawan dan relasi kami.
B. Keterlibatan
Semua karyawan harus bertanggungjawab terhadap K3 dan berusaha
untuk memperkuat bisnis dengan menjadikan K3 sebagai bagian integral dalam
aktivitasnya
C. Pencegahan Kecelakaan
49
Kami berusaha untuk mencegah kecelakaan, bahaya, dan memperkecil
resiko yang bisa menyebabkankaryawan terluka atau dampak buruk bagi
pekerja dan mewujudkan angka kecelakaan Nol
D. Kepatuhan
Kami berusaha untuk memetuhi semua hukum dan peraturan K3 yang
berlaku di negara dimana kami beroprasi
E. Perbaikan Terus Menerus
Kami berusaha untuk melakukan Perbaikan terus menerus terhadap
pelaksanaan K3 yang mengacu pada pengertian terbaru tentang K3
4.1.7 Kebijakan Mutu
Performance : memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dan
organisasi tentang kinerja
Process : proses yang konsisten, efektif dan efisien
People : menjadi perusahaan pilihan menarik dan
mempertahankan orang- yang berkualitas tinggi,
bersemangat dan terampil
Policies dan Procedues : setiap orang pekerja DHL Exel Suplly Chain
diharapkan untuk mematuhi semua kebijakan,
prosedur dan instruksi
50
Continual Improvement : selalu mengembangkan secara terus menerus dari dan
kinerja perusahaan
Customer Satisfaction : mencapai tingkat kepuasan pelanggan
4.1.8 Quality Assurance
PT. DHL Exel Supply Chain Kraft Project telah melakukan audit sistem
manajemen mutu, ISO 9001:2000 Certification yang dilakukan oleh SGS.
4.1.9 Sasaran Mutu
1. Memenuhi atau melebihi semua persyaratan pelanggan
2. Memenuhi atau melebihi Sasaran Kinerja Operasional
3. Memenuhi semua persyaratan hukum dan peraturan yang berlaku
4. Memenuhi atau melebihi proses pengembangan sasaran
5. Memenuhi atau melebihi persyaratan Jaminan Mutu “Level 1” di semua lokasi.
4.2. Gambaran Jenis Aktifitas Manual Handling
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human
factors (2001), dijelaskan bahwa jenis aktifitas manual handling terdiri dari
mengangkat (lifting), menurunkan (lowering), mendorong (pushing), menarik
(pulling), memutar (twisting), membawa (carrying), menggenggam (holding).
51
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada pekerja diketahui
aktifitas manual handling yang sering dilakukan pekerja adalah sebagai berikut :
a. Menggengam (holding)
Aktivitas ini merupakan langkah awal yang dilakukan pekerja untuk
memindahkan barang.
b. Mengangkat (lifting)
Aktivitas ini dilakukan oleh pekerja pada saat pekerja sudah memegang barang
yang akan dipindahkan dengan cara menaikan level tinggi barang ke posisi
yang sesuai dengan postur tubuh.
c. Membawa (carrying)
Aktivitasi ini dilakukan oleh pekerja pada saat barang yang akan dipindahkan
sudah di angkat dengan cara memindahkan posisi barang dari satu tempat ke
tempat lain.
d. Memutar (twisting)
Aktivitasi ini biasa dilakukan oleh pekerja pada saat pekerja melakukan
pemindahan barang dengan postur dinamis, sehingga pekerja harus
menggerakan tubuh bagian atas ke satu sisi atau sisi lainnya ketika tubuh
bagian bawah berada pada posisi tetap. Aktivitas ini biasanya dilakukan.
e. Menurunkan (Lowering)
Aktivitasi ini merupakan langkah akhir yang dilakukan oleh pekerja pada saat
barang yang akan dipindahkan sudah berada pada posisi tempat yang
diinginkan untuk memindahkan barang.
52
4.3. Gambaran Karakteristik Pekerjaan Fisik
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human factor
(2001), diketahui karakteristik pekerjaan fisik terjadi karena adanya interaksi
antara pekerja dengan tempat. Pekerjaan fisik yang dilakukan ditempat kerja
berhubungan dengan kapasitas otot pada tubuh pekerja dan kerja otot bergantung
dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Menurut International Labour Organization
(1998), secara garis besar pergerakan bergantung pada tipe pekerjaan yang terbagi
dalam dua jenis pekerjaan.
4.3.1. Postur Tubuh Pekerja Posisi Diam (Statis)
Dari hasil Observasi di area gudang diketahui dalam proses pemindahan barang
yang tidak terlalu jauh, pekerja melakukan aktifitas manual handling dengan posisi
diam (statis) yang terdiri dari langkah-langkah berikut ini :
50
Gambar 4.3.
Alur Aktifitas Manual Handling Pada Postur Diam (Statis)
Langkah Pertama :
Amati dan perhatikan
bentuk, tipe,
karakteristik, bahan dan
berat benda yang akan
diangkat
Langkah Kelima :
Angkat barang
dengan cara
memiringkan barang
tersebut kearah depan,
lalu selipkan jari dari
bawah untuk
mencengkramnya
Langkah Kedua :
Pasang Kuda-kuda
dengan melebarkan
jarak kedua kaki
selebar bahu
Langkah Keenam :
Angkat barang tersebut
ke atas paha serta
dekatkan ke arah dada,
pastikan barang tersebut
aman, dalam posisi
tangan tetap memegang
barang tersebut
Langkah Keempat :
Jongkok dan
dekatkan barang
yang akan diangkat
kearah lutut
Langkah Ketiga :
Buka Punggung
dengan benar
Langkah Ketujuh :
Berdiri perlahan dengan
tangan tetap memegang
barang yang tetap
didekatkan ke arah dada
sambil meluruskan tubuh
51
Secara keseluruhan bahwa proses aktifitas manual handling yang dilakukan
pekerja dengan postur badan statis (diam) hanyalah termasuk kedalam jenis aktifitas
manual handling mengangkat, membawa, menggenggam dan menurunkan barang.
Langkah-langkah diatas sudah sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) PT.
DHL Exel Supply Chain Indonesia untuk aktifitas manual handling, seperti :
1. Periksa berat beban dan perhatikan sekeliling
2. Jangan mengangkat beban melebihi 25 Kg.
3. Berdiri sejajar dengan barang dan posisi badan tegap
4. Arahkan pandangan kedepan
5. Tekuk lutut bukan pinggang. Hal ini untuk memantau menjaga keseimbangan dan
kekuatan otot pada waktu mengangkat barang
6. Cobalah untuk menahan barang yang diangkat sedekat mungkin di badan dan secara
perlahan-lahan memperkuat lengan pada saat posisi berdiri
7. Angkat beban dengan posisi punggung lurus
8. Jalan dengan memperhatikan sekeliling dengan posisi tubuh lurus
9. Jaga agar lengan tangan berada didepan badan
10. Hindari memutar balik, karena akan menyulitkan dan dapat mengakibatkan cidera
Maka dapat dikatakan bahwa tahapan-tahapan pemindahan barang diatas sudah
sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) perusahaan untuk aktifitas manual
handling. Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pekerja didapatkan
informasi bahwa langkah-langkah tersebut dianggap terlalu lama dan tidak efisien, karena
pekerja sudah terbiasa melakukan pemindahan barang dan pekerja juga telah melakukan
cara-cara yang sudah disesuaikan dengan kondisi di area kerja. Diantaranya dengan
52
langsung mengadakan pengangkatan barang tanpa harus selalu mengamati objek,
melebarkan kedua kaki dan punggung. Oleh karena itu diharapkan perusahaan dapat
membuat Standart Operational Procedure (SOP) untuk aktifitas manual handling lebih
ringkas seperti membuka kaki dan punggung dengan benar sambil mengamati dan
memperhatikan barang yang akan dipindahkan.
Permasalahan dalam pekerjaan statis dapat timbul dikarenakan postur yang tidak
sesuai atau posisi diam/tetap dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan
bagian tubuh merasakan stres. Karena melakukan pekerjaan dengan postur apapun pada
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan ketidak efektifan dalam melakukan
pekerjaan, tetapi jika dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan manual handling.
Tiga puluh tiga studi dilakukan di beberapa industri untuk mencari hubungan antara
aktifitas manual handling dalam postur statis dengan kejadian musculoskeletal disorders
(MSDs) leher dan bahu dan terdapat 27 (dua puluh tujuh) studi yang menyatakan bahwa
postur statis dan MSDs leher/bahu mempunyai hubungan yang signifikan (Bernard et al,
1997)
4.3.2. Postur Tubuh Pekerja Posisi Bergerak (Dinamis)
Dari hasil Observasi di area gudang diketahui dalam proses pemindahan barang yang
jauh, pekerja melakukan aktifitas manual handling dengan postur bergerak (dinamis)
yang terdiri dari langkah-langkah berikut ini :
Langkah Pertama :
Dekati barang yang
mau diangkat, lalu
jongkok dan angkat
perlahan barang
Langkah Kedua :
Berdiri perlahan sambil
mengangkat barang dan
gerakan salah satu kaki
ke arah tempat barang
Langkah Ketiga :
Putarkan badan bagian
atas sambil memegang
erat barang tersebut
hingga sejajar dengan
53
Gambar 4.4.
Alur Aktifitas Manual Handling Pada Postur Bergerak (Dinamis)
Secara keseluruhan bahwa proses aktifitas manual handling yang dilakukan
pekerja dengan postur badan dinamis, termasuk kedalam jenis aktifitas manual handling
mengangkat, memutar, membawa, menggengam, dan menurunkan barang. Dari hasil
wawancara yang dilakukan kepada pekerja diketahui bahwa langkah-langkah tersebut
cukup efisien dan ringkas. Langkah-langkah pemindahan barang dengan postur dinamis
54
dapat dikatakn sudah sesuai dengan pedoman handling dalam buku International
Encyclopedia of ergonomics and human factors (2001), seperti :
f. Pada posisi awal
Pertimbangkan ketika akan mengangkat objek
Pertimbangkan posisi terbaik
Berdirilah dengan posisi yang benar
Cobalah terlebih dahulu posisi tersebut sebelum mengangkat
g. Pada langkah kedua tentukan postur tubuh yang tepat
Letakkan tangan pada posisi dibawah beban
Bengkokan lutut
Usahakan punggung tetap dalam posisi lurus
Jangan membungkuk atau menunduk
h. Pada langkah ketiga memegang objek
Letakkan tangan dibawah sudut, hindari sudut tajam dan daerah yang mudah
lepas
Cobalah pegangan tersebut sebelum mengangkat
Periksa kemungkinan rusak atau sobek
i. Pada langkah kelima pada tahap mengangkat
Otot kaki merupakan otot terkuat diseluruh tubuh gunakan otot kaki untuk
melindungi punggung
Tekuk lutut dan angkat
55
j. Pada langkah keenam pegang objek sedekat mungkin dengan tubuh
Semakin dekat objek dengan tubuh maka semakin kecil tekanan yang terjadi
pada punggung
4.4. Gambaran Karakteristik Lingkungan Kerja
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human factors
(2001), diketahui bahwa karakteristik lingkungan juga berpengaruh dalam melaksanakan
aktifitas manual handling. Karakteristik lingkungan tersebut adalah suhu, kelembaban,
getaran, kebisingan, dan pencahayaan.
4.4.1. Suhu dan Kelembaban Lingkungan Kerja
Dari hasil observasi dan pengukuran, didapatkan informasi tentang suhu di area
gudang PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia rata-rata berkisar pada 29oC – 30
oC,
pengukuran suhu area gudang dilakukan setiap hari dengan menggunakan termometer
ruangan yang terpasang di area gudang (Gambar 4.5), lalu hasilnya dicatat di lembar
pencatatan yang sudah disediakan (terlampir). Sedangkan tingkat kelembaban di area
gudang tidak diukur, hal ini diakrenakan perusahaan tidak mendapatkan permintaan dari
pelanggan (costumers) untuk menjaga tingkat kelembaban di tempat penyimpanan
barang. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan
dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri yang mengatur
suhu ditempat kerja, menyebutkan suhu yang baik berkisar antara 18 – 30 o
C, sedangkan
tingkat kelembaban berkisar antara 30% – 50%. Hal ini berarti suhu yang ada di area
gudang telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, sedangkan tingkat kelembaban area
gudang belum diketahui kesesuaiannya dengan peraturan tersebut, dikarenakan belum
adanya pengukuran tingkat kelembaban. Oleh karena itu sebaiknya pihak perusahaan
56
melakukan pengukuran tingkat kelembaban di area kerja agar pekerja nyaman bekerja
didalamnya dan barang-barang yang disimpan tetap dalam kondisi yang baik.
Gambar 4.5.
Termometer ruangan dan lembar pencatatan suhu
4.4.2. Kebisingan dan Getaran di Lingkungan Kerja.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada anggota SH&E (Safety Health And
Environment) perusahaan, didapatkan informasi bahwa perusahaan belum pernah
mengadakan pengukuran tingkat kebisingan dan getaran di lingkungan kerja industri. Hal
ini dikarenakan kegiatan oprasional di area gudang tidak terlalu menimbulkan getaran
dan kebisingan melebihi 85 dBA dikarenakan dalam kegiatan oprasional di area gudang
tidak banyak menggunakan mesin atau alat-alat yang dapat menimbulkan getaran dan
kebisingan. Sehingga tidak bisa dibandingkan dengan peraturan tentang persyaratan dan
tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri yang mengatur tingkat
getaran maksimal dan kebisingan di tempat kerja.
57
4.4.3. Pencahayaan di Lingkungan Kerja
Pada karakteristik lingkungan tentang pencahayaan di area kerja, di dapatkan
informasi dari observasi yang dilakukan di area gudang PT. DHL Exel Supply Chain
Indonesia, bahwa pencahayaan di area gudang cukup terang, hal ini dapat dilihat pada
gambar (4.6). Tetapi bagian Safety Health and Environment (SH&E) perusahaan belum
pernah melalukan pengukuran intensitas pencahayaan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang
Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri yang
mengatur intensitas Cahaya di ruang penyimpanan sebesar 100 LUX, dan berdasarkan
wawancara dengan anggota Safety Health and Environment (SH&E) tingkat pencahayaan
minimal di area gudang sudah melebihi dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 405
Tahun 2002 tersebut. Oleh karena itu untuk benar-benar mendapatkan tingkat
pencahayaan yang akurat diperlukanlah pengukuran intensitas pencahayaan, agar dapat
menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pekerja dalam beraktifitas.
Gambar 4.6
Pencahayaan di area gudang
4.5. Gambaran Karakteristik Objek
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human factor (2001),
diketahui bahwa karakteristik objek juga merpengaruhi kesehatan dan keselamatan
58
pekerja dalam melakukan aktifitas manual handling. Karakteristik objek tersebut adalah
berat dan bentuk objek.
4.5.1. Berat dan Bentuk Objek
Dari hasil observasi dan pencatatan, didapatkan informasi tentang berat dan bentuk objek
di area gudang PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.1
Berat dan bentuk produk
NO NAMA OBJEK BERAT BENTUK
1.
Kraft Cheddar
48 × 180 g Persegi panjang
2.
Kraft Oreo
12 × 29.4 g Kotak Persegi
3. Kraft RITZ 24 × 118 g Kotak Persegi
59
4.
Kraft Singeles
48 × 100 g Persegi Panjang
5.
Kraft Cheddar
8 × 2 Kg Persegi Panjang
6.
Kraft Jacobs Weetamal
24 × 108 g Persegi Panjang
7. Kraft Biskuat Bolu 24 × 16 g Kotak Persegi
60
8.
Kraft Biskuat Energi
65 pack × 65.5 g Kotak Persegi
Dari tabel diatas dapat diketahui berat rata-rata objek yang dipindahkan pekerja
dalam aktifitas manual handling di PT. DHL Exel Supply Chain Indonesia (Kraft Project)
dalam sekali angkat kurang dari 25 Kg/unit. Ditambahkan dari hasil wawancara kepada
pekerja dalam melakukan pemindahan barang hanya mengangkat paling banyak 2-4
kotak/box sekali pemindahan barang dan pekerja mampu memindahkan barang rata-rata
sebanyak delapan puluh dus sampai seratus dus dalam sehari kerja. Menurut International
Labour Organization (1998), beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh
seseorang adalah 23-25 Kg. Maka dapat dikatakan bahwa berat objek yang diangkat
pekerja dibawah ketentuan yang ditetapkan.
Karena jika pekerja mengangkat benda/objek yang melebihi dari 25 Kg dapat
menyebabkan tekanan pada dictus pada tulang belakang (deformitas dictus). Selain itu,
beban yang berat juga dapat menyebabkan kelelahan karena dipicu peningkatan tekanan
pada dictus intervertebra (Bridger, 1995), ditambahkan dalam buku Pedoman Manual
61
Handling Queensland jarak pemindahan barang secara vertikal dan horizontal harus kurang
dari 25 cm agar tidak menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Selain berat benda, bentuk benda/objek juga mempengaruhi aktifitas manual
handling yang dilakukan oleh pekerja. Dari tabel diatas dapat diketahui bentuk benda yang
dipindahkan dalam aktifitas manual handling rata-rata berbentuk kotak/box, lebar objek
kurang dari 400 mm, panjang objek kurang 350 mm dan tinggi objek kurang dari 450 mm.
Jika pekerja mengangkat objek yang memiliki lebar lebih dari 400 mm, panjang lebih dari
350 mm dan tinggi lebih dari 450 mm dapat mempengaruhi terjdinya gangguan otot
rangka. Seharusnya memiliki pegangan, tidak ada sudut tajam dan tidak dingin atau panas
saat diangkat dan dalam mengangkat objek tidak boleh hanya dengan mengandalkan
kekuatan jari, karena kemampuan otot jari terbatas sehingga dapat cidera pada jari.
(Kumar. 1999).
4.6. Gambaran Karakteristik Kemampuan Pekerja
Di dalam buku International Encyclopedia of ergonomics and human factors (2001),
diketahui bahwa karakteristik kemampuan pekerja juga berpengaruh dalam melaksanakan
aktifitas manual handling. Karakteristik lingkungan tersebut adalah gangguan kesehatan
dan pelatihan yang diberikan perusahaan.
4.6.1. Gangguan Kesehatan Pekerja
Dari hasil wawancara kepada anggota Safety Health and Environment (SH&E) diketahui
bahwa perusahaan belum pernah mengadakan pemeriksaan kesehatan kepada pekerja,
sedangkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pekerja, didapatkan informasi
62
tentang gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja terjadi pada bagian
punggung, lengan, dan pinggang.
Kesalahan posisi dalam bekerja ketika menangani beban akan dapat berdampak
menyebabkan cidera yang dapat berkembang menjadi gangguan musculoskeletal. Dilihat
dari bagian tubuh pekerja yang sering mengalami gangguan kesehatan, pekerja memiliki
resiko untuk mengalami gangguann pada musculoskeletal (sistim rangka)
muskuloskeletal disorders atau biasa disingkat MSDs adalah suatu kondisi yg
mengambarkan terjadinya cidera yang berpengaruh pada tulang.
Beberapa faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan seseorang berisiko terhadap
MSDs, keseluruhan faktor risiko personal dapat dipengaruhi oleh disain dan bentuk dari
tempat kerja serta area kerja seseorang, lingkungan kerja dan karakteristik atau lokasi
benda-benda dan bagaimana pekerjaan berorganisasi dengan sistim kerja didalam suatu
kempat.(www.csu.edu.au)
Selain itu gangguan muskuloskeletal yang mungkin terjadi adalah Low Back Pain (LBP),
karena studi kasus tentang penderitaan LBP ditemui bahwa serangan sakit pinggang
ditemukan lebih 60% terjadi serangan berulang dalam waktu 1 tahun (Biering-Sorensen,
1983). Masih ada kemungkinan beberapa penyakit lain bisa diderita oleh pekerja baik
sadar ataupun tidak. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan segera melakukan
pemeriksaan kesehatan pekerja untuk mendapatkan data yang akurat tentang kondisi
kesehatan pekerja.
4.6.2. Pelatihan
63
Pada karakteristik kemampuan pekerja juga dipengaruhi oleh pelatihan yang
diberikan perusahaan kepada pekerja tentang teknik manual handling yang benar. Fungsi
suatu sistem pelatihan adalah memproses individu dengan prilaku tertentu agar berprilaku
sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan
(Syukri, 1997).
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada anggota Safety Health and
Environment (SH&E) diketahui bahwa perusahaan sudah melakukan pelatihan
(Warehouse Practice) tentang manual handling yang dilakukan setahun sekali yang
diikuti oleh seluruh pekerja gudang. Materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut
diantaranya: manajemen pergudangan, aktifitas pergudangan (pengiriman dan
penerimaan barang), serta teknik-teknik manual handling yang benar (SOP Manual
Handling PT. DHL).
Menurut Buku Pedoman Manual Handling Queensland (1991) dijelaskan bahwa
pekerja harus diberikan pelatihan tentang tehnik manual handling yang benar, agar dapat
mencegah dari kesakitan dari aktifitas manual handling melalui pendekatan dasar dari
penilaian dan identifikasi resiko dan pengendalian utama dari disain kerja dan pekerjaan.
Materi-materi pelatihan program manual handling dapat berisi tentang :
a. Pengantar risiko ergonomi bagi kesehatan dan keselamatan dalam proses manual
handling
b. Gambaran dampak potensial dari aktifitas manual handling bagi tubuh manusia
c. Faktor risiko individu dan pekerjaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja akibat
aktifitas manual handling
d. Strategi pengendalian tempat kerja
64
e. Teknik manual handling yang aman
f. Penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan aktifitas manual handling
Jika dibandingkan dengan materi pelatihan yang sudah dilaksanakan perusahaan
dengan materi pelatihan yang ada dalam buku Pedoman Manual Handling Queensland,
dapat dilihat ada beberapa isi pelatihan yang belum diberikan kepada pekerja, diantaranya
adalah pengantar risiko ergonomi bagi kesehatan dan keselamatan dalam proses manual
handling, gambaran dampak potensial dari aktifitas manual handling bagi tubuh manusia,
faktor risiko individu dan pekerjaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja akibat
aktifitas manual handling, strategi pengendalian tempat kerja dan penggunaan alat
pelindung diri (APD) dalam melakukan aktifitas manual handling. Oleh karena itu
diharapkann perusahaan dapat lebih memberikan pelatihan manual handling yang
menyeluruh kepada pekerja agar dapat meningkatkan kemampuan pekerja dalam
menjalankan aktifitas manual handling yang dilakukan.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil magang dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. PT. DHL EXEL SUPPLY CHAIN INDONESIA (Kraft Project) merupakan salah satu
anak perusahaan PT. DHL. Perusahaan ini bergerak dalam penyimpanan dan
pengiriman barang Kraft. Dipimpin oleh Operation Manager yang bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap direksi PT. DHL.
2. Gambaran jenis aktivitas manual handling yang dilakukan pekerja dalam
memindahkan barang terdiri dari menggenggam (Holding), mengangkat (Lifting),
membawa (carrying), memutar (twisting) dan menurunkan (lowering).
3. Gambaran karakteristik pekerjaan fisik di area gudang diketahui postur yang dilakukan
pekerja ada dua jenis postur dalam melakukan pemindahan barang yaitu postur diam
(statis) dan bergerak (dinamis), dan dalam jenis aktifitas manual handling yang
dilakukan adalah mengangkat, memutar, membawa, menggenggam dan menurunkan
barang.
4. Gambaran karakteristik lingkungan kerja di area gudang diketahui suhu di area kerja
sudah sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002, yaitu berkisar antara
18 – 30 o
C. Sedangkan untuk getaran, kelembaban dan pencahayaan di area gudang
belum pernah diadakan pengukuran tentang getaran, kelembaban dan pencahayaan
gudang.
66
5. Gambaran karakteristik objek, dalam karakteristik ini diketahui berat objek yang
dipindahkan kurang dari 25 Kg (< 25 Kg), hal ini sudah sesuai dengan standar yang
ada. Sedangkan bentuk objek yang dipindahkan berupa kotak (box) yang memiliki
lebar objek kurang dari 400 mm, panjang objek kurang 350 mm dan tinggi objek
kurang dari 450 mm, hal ini sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Karakteristik kemampuan pekerja, dalam karakteristik ini diketahui gangguan
kesehatan yang sering dialami pekerja terjadi pada bagian punggung, lengan dan
pinggang. Perusahaan juga telah melakukan pelatihan tentang aktifitas manual
handling, walaupun materi pelatihan belum yang mengupas manual handling secara
keseluruhan.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil magang yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan dapat membuat Standart Operational Procedure (SOP) untuk aktifitas
manual handling pada postur diam (statis) secara lebih ringkas guna lebih
memudahkan pekerja dalam melakukan aktivitas manual handling
2. Melakukan pengukuran tingkat getaran maksimal, intensitas pencahayaan dan tingkat
kelembaban di tempat kerja, agar lebih memastikan kondisi lingkungan kerja diarea
gudang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
3. Untuk melakukan pemindahan barang, sebaiknya diberikan pengangan tambahan yang
memudahkan pekerja dalam mengangkat dan memindahkan barang.
67
4. Melakukan pelatihan tersendiri tentang aktifitas manual handling yang lengkap,
diantaranya ditambahkan materi tentang pengantar risiko ergonomi bagi kesehatan dan
keselamatan dalam proses manual handling, gambaran dampak potensial dari aktifitas
manual handling bagi tubuh manusia, faktor risiko individu dan pekerjaan yang
berhubungan dengan kecelakaan kerja akibat aktifitas manual handlings, strategi
pengendalian tempat kerja dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam
melakukan aktifitas manual handling.
68
DAFTAR PUSTAKA
Bridger, R.S Introduction to Ergonomics. International editions. Singapore: Mc graw-Hill Book
Co. 1995
Division Workplace, Health and Safety. Code Of Practice For Manual Handling. Queensland
Goverment, 1991
ILO (International Labour Office). Work Organization and Ergonomics, Geneva, 1998
Journal Of Occupation Health (1999) : 41-183-190. Postural Analysis of Four Jobs Two Building
Construction Sites.
Karwowski. Waldemar. International Encyclopedia of Ergonomics and Human Factors (Volume
3). Taylor and Francis Publisher. 2001
Keputusan Menteri Kesehatan No. 405 Tahun 2002 Tentang Persyaratan dan Tata Cara
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Kumar, S. Biomechanics in Ergomonics, Tailor& Francis, Unaited Kingdom.1999
NEBOSH. International General Cerficate in Occupational Safety dan Health : RRC business
Training. London
NIOSH. Worker Health Chartbook “Fatal Injury”. Cincinati: NIOSH Publication
Dissemination. 1990
69
Pheasent, Stepehen, PhD, FergS.Ergonomics, Work and Health, Aspenn Publishers, Inc.
Gaithersburg, Maryland, 1991
Suma’mur. P.K., Rd., Msc. Ergonomi Untuk Produktifitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung.
1989
Syukri, Sahab. Tehnik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta, 1997
Yassierili, 2009. Peningkatan Kinerja K3 dengan Ergonomi, (Online),
(http://www.ergoinstitude.com/index.php)