LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : POTENSIAL SEL Kelompok : III A
Nama : 1. M. Bayu Prasetyo NRP. 2313 030 049 2. Vonindya Khoirun N.M. NRP. 2313 030 021 3. Maulana Adi W. NRP. 2313 030 025
Tanggal Percobaan : 2 Desember 2013
Tanggal Penyerahan : 9 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Percobaan potensial sel ini bertujuan untuk mengukur potensial sel pada elektrokimia pada
larutan CuSO4 dengan ZnSO4 dengan kosentrasi larutan yang berbeda-beda.
Prosedur yang digunakan pada percobaan ini adalah yang pertama Isi beaker glass yang
berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4 konsentrasi pertama 0,12N. Kemudian
mengisi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel dengan larutan garam sejenis Zn(SO4)
konsentrasi pertama 0,12N. Lalu, hubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam. Kemudian,
hubungkan kutub negatif voltmeter pada elektroda tembaga da nkutub positif pada elektroda sampel.
Selanjutnya, amati voltase yang terjadi. Yang terakhir, ulangi percobaan dengan konsentrasi larutan
yang berikutnya menggunakan variabel konsentrasi 0,15N; 0,18N; 0,21N; 0,23N; 0,25N; 0,30N;
0,60N; 0,90N
Dari percobaan potensial sel ini didapatkan potensial sel dari masing-masing konsentrasi
larutan. Pada konsentrasi 0,12N rata-rata harga potensial sel sebesar 29,1 volt. Pada konsentrasi
0,15N rata-rata harga potensial sel sebesar 38,1 volt. Pada konsentrasi 0,18N rata-rata harga
potensial sel sebesar 61,27 volt. Pada konsentrasi 0,21N rata-rata harga potensial sel sebesar 44,47
volt. Pada konsentrasi 0,23N rata-rata harga potensial sel sebesar 23,47 volt. Pada konsentrasi 0,25N
rata-rata harga potensial sel sebesar 49 volt. Pada konsentrasi 0,30N rata-rata harga potensial sel
sebesar 31 volt. Pada konsentrasi 0,60N rata-rata harga potensial sel sebesar 54,2 volt. Pada
konsentrasi 0,90N rata-rata harga potensial sel sebesar 71,27 volt. Dari percobaan diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada dimana seharusnya
besarnya harga potensial sel sebanding dengan besarnya konsentrasi larutan.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... . i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................ I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori..................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1Variabel Percobaan ........................................................................................ III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................. III-1
III.3Alat yang Digunakan ..................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ..................................................................................... III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan ............................................................................... III-2
III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................ IV-1
IV.2 Pembahasan ................................................................................................. IV-1
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ......................................................................................................... vii
APPENDIKS ................................................................................................................... viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1.1 Susunan Sel Volta .................................................................................. II-1
Gambar III.6 Alat Percobaan ...................................................................................... III-4
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Harga Potensial Sel ................................................................................... II-6
Tabel II.2 Data Keselamatan Tembaga (II) Sulfat .................................................... II-15
Tabel II.3 Data Keselamatan Seng Sulfat .................................................................. II-19
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Potensial Sel .................................................................. IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.2.1 Hubungan antara Voltase Rata-rata dengan Konsentrasi Larutan CuSO4 dan
ZnSO4 ...................................................................................................... IV-2
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dengan mudah ditemui pemanfaatan
elektrokimia. Melalui elektrokimia dapat dipelajari bagaimana reaksi kimia dapat
menghasilkan listrik dan bagaimana listrik dapat membuat reaksi kimia berlangsung.
Aplikasi praktis dari elektrokimia sangat bervariasi dari mulai pembuatan baterai,
pemurnian logam, pembuatan senyawa kimia dan pencegahan korosi. Melalui elektrokimia
dapat juga memahami lebih dalam reaksi yang melibatkan transfer electron, yaitu oksidasi
dan reduksi. Sel elektrokimia merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua elektrode, yaitu
katode dan anode, serta elektrolit sebagai penghantar elektron. Pada katode terjadi reaksi
reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi.
Dalam sel elektrokimia berlangsung proses elektrokimia, yaitu suatu proses
elektrokimia menghasilkan arus listrik, atau sebaliknya, arus listrik menyebabkan
terjadinya suatu reaksi kimia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa sel
elektrokimia dibagi dua berdasarkan reaksinya, yaitu Sel Volta dan Sel Elektrolisis.
Oleh karena itu mengingat pentingnya sel elektrokimia dalam kehidupan sehari-
hari, terutama yang berkaitan dengan pengubahan energi kimia menjadi energi listrik, yaitu
sel volta, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengukur potensial sel pada sel
elektrokimia. bertujuan Sehingga manfaat yang dapat diambil oleh praktikan adalah
praktikan dapat membuat rangkaian sel volta dengan kemampuan masing-masing.
Praktikan dapat menghitung besar beda potensial yang dihasilkan oleh elektroda pada sel
volta. Praktikan dapat mengetahui bagaimana jumlah energy listrik yang dihasilkan oleh
elektroda pada rangkaian sel volta.
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara mengukur potensial sel pada elektrokimia pada larutan CuSO4
dengan ZnSO4 dengan kosentrasi larutan yang berbeda-beda ?
I.3. Tujuan Percobaan
Untuk mengukur potensial sel pada elektrokimia pada larutan CuSO4 dengan ZnSO4
dengan kosentrasi larutan yang berbeda-beda.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pengertian Sel Volta
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat
menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Dalam sel
volta, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda
(oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang
melepaskan elektron akan membentuk kutub negatif (-) dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang menerima elektron akan membentuk kutub positif (+) dinamakan katoda.
Jadi, sebuah sel volta terdiri dari dua bagian atau dua elektroda dimana setengah reaksi
oksidasi berlangsung pada anoda dan setengah reaksi berlangsung pada katoda. Reaksi
redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi listrik ini ditemukan oleh
Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta (Anonym, 2013).
Sel Volta (sel galvani) memanfaatkan reaksi spontan (∆G < 0) untuk
membangkitkan energi listrik, selisih energi reaktan (tinggi) dengan produk (rendah)
diubah menjadi energi listrik. Sistem reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan. Sel
Elektrolisa memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan (∆G > 0)
lingkungan melakukan kerja terhadap sistem. Kedua tipe sel menggunakan elektroda, yaitu
zat yang menghantarkan listrik antara sel dan lingkungan dan dicelupkan dalam elektrolit
(campuran ion) yang terlibat dalam reaksi atau yang membawa muatan (Lindra, 2011).
Gambar II.1.1 Susunan Sel Volta
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Sel volta menjadikan perubahan energi bebas reaksi spontan menjadi energi listrik
Energi listrik ini berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua elektroda (voltase)
atau disebut juga potensial sel (Esel) atau gaya electromotive (emf) (Lindra, 2011).
Untuk proses spontan Esel > 0, semakin positif Esel semakin banyak kerja yang
bisa dilakukan oleh sel. Satuan yang dgunakan 1 V = 1 J/C. Potensial sel sangat
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi, oleh karena itu potensial sel standar diukur pada
keadaan standar (298 K, 1 atm untuk gas, 1 M untuk larutan dan padatan murni untuk
solid) (Lindra, 2011).
Potensial elektroda standar adalah potensial yang terkait dengan setengah reaksi
yang ada (wadah elektroda). Menurut kesepakatan potensial elektroda standar selalu ditulis
dalam setengah reaksi reduksi. Bentuk teroksidasi + ne à bentuk tereduksi E 1/2 sel.
Potensial elektroda standar seperti halnya besaran termodinamika dapat dibalik dengan
mengubah tandanya,
E sel = E katoda – E anoda
Ilmuwan telah menyepakati untuk memilih setengah reaksi rujukan dengan nilai 0
untuk reaksi:
2H+(aq, 1 M) + 2e à H2(g, 1 atm) Eorujukan = 0
H2(g, 1 atm) à 2H+(aq, 1 M) + 2e –Eorujukan = 0
Dengan nilai rujukan ini kita bisa menyusun sel volta yang menggunakan elektroda
hidrogen standar sebagai salah satu elektrodanya dan mengukur potensial sel dengan alat
ukur, kemudian kita dapat menentukan potensial elektroda standar banyak zat secara luas.
Semua nilai adalah relatif terhadap elektroda hidrogen standar (referensi)
2H+ (aq, 1 M) + 2e Û H2 (g, 1 atm)
(Lindra, 2011).
Menurut konvensi semua setengah reaksi ditulis sebagai reaksi reduksi artinya
semua reaktan pengoksidasi dan semua produk pereduksi. Nilai Eo yang diberikan adalah
setengah reaksi tertulis, semakin positif nilainya semakin besar kecenderungan reaksi
tersebut terjadi. Nilai Eo memiliki nilai yang sama tetapi berbeda tanda jika reaksinya kita
balik. Berdasarkan tabel semakin keatas semakin oksidator dan semakin kebawah semakin
reduktor (Lindra, 2011).
Reaksi Redoks spontan
Setiap reaksi redoks adalah jumlah dari kedua setengah reaksi, sehingga akan ada
reduktor dan oksidator ditiap-tiap sisi reaksi. Berdasarkan tabel maka reaksi spontan
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
(Eosel> 0) akan terjadi antara oksidator (sisi reaktan) dan reduktor (sisi produk) yang
terletak dibawahnya, Misal Cu2+ (kiri) dan Zn (kanan) bereaksi spontan dan Zn terletak
dibawah Cu2+, Logam yang dapat menggantikan H2 dari asam. Ambil salah satu logam,
tuliskan reaksi oksidasinya lalu jumlah untuk memperoleh Eosel jika positif maka H2 akan
terlepas (Anonym, 2010).
Logam yang tidak dapat menggantikan H2, dengan langkah yang sama, namun jika
hasilnya Eosel < 0, maka reaksi tidak spontan. Logam yang dapat menggantikan H2 dari
air, logam yang terletak dibawah reduksi air. Logam yang dapat menggantikan logam lain
dari larutannya, yaitu logam yang terletak dibagian bawah tabel dapat mereduksi logam
yang terletak dibagian atas tabel (Anonym, 2010).
Pengaruh Konsentrasi terhadap Potensial Sel
Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada
keadaan standar sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan standarnya
Berdasarkan persamaan yang telah diketahui:
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan
∆G = -nFEsel juga ∆Go = -nFEosel sehingga
-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q
Esel = Eosel – (RT/nF) ln Q
Notasi sel : Zn/ Zn2+
// Cu2+
/ Cu
Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah DGL(Daya Geral Listrik) suatu s
el yang terdiri dari elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan yang mengandungionnya d
engan keaktifan satu dan elektroda Hidrogen standar.
Sistem elektroda harus reversible secara termodinamika
Mn+
+ ne M
IUPAC menetapkan untuk menggunakan potensial reduksi atau potensial elektroda
EMn+
|M = E0 M
n+|M – (RT/nF). Ln (1/ aM
n+)
EMn+
|M = E0 M
n+|M – (RT/nF). Ln (1/ {M
n+})
Logam Cu mempunyai potensial reduksi yang lebih positif dibanding logam Zn , sehingga
logam Zn bertindak sebagai anoda dan logam Cu bertindak sebagai katoda.
Persamaan reaksi ionnya:
Zn(s) + Cu2+
(aq) → Zn2+
(aq) + Cu(s)
Persamaan reaksi setengah selnya:
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
(Ahmadi, 2008)
Penulisan reaksi redoks tersebut dapat juga dinyatakan dengan diagram sel berikut:
Zn(s) | Zn2+
(aq) || Cu2+
(aq) | Cu(s)
Pada proses pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam
Zn akan teroksidasi membentuk ion Zn2+
dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini
akan mengalir melewati voltmeter menuju elektroda Cu. Kelebihan elektron pada elektroda
Cu akan diterima oleh ion Cu2+
yang disediakan oleh larutan Cu(NO3)2 sehingga terjadi
reduksi ion Cu2+
menjadi Cu(s). Ketika reaksi berlangsung, dalam larutan Zn(NO3)2 akan
kelebihan ion Zn2+
(hasil oksidasi). Demikian juga dalam larutan CuSO4 akan kelebihan
ion NO3– sebab ion pasangannya (Cu
2+) berubah menjadi logam Cu yang terendapkan pada
elektroda Cu. Kelebihan ion Zn2+
akan dinetralkan oleh ion NO3– dari jembatan garam,
demikian juga kelebihan ion NO3– akan dinetralkan oleh ion Na
+ dari jembatan garam.
Jadi, jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks.
Dengan demikian, tanpa jembatan garam reaksi berlangsung hanya sesaat sebab
kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks tidak ada yang menetralkan dan akhirnya reaksi
berhenti seketika. Dalam sel elektrokimia, tempat terjadinya reaksi oksidasi (elektroda Zn)
dinamakan anoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi reduksi (elektroda Cu) dinamakan
katoda. Alessandro Volta melakukan eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan
logam atau deret potensial logam yang dikenal dengan deret Volta.
Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat.
Karena suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah kanannya, tetapi tidak
mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya. Logam Na, Mg, dan Al terletak di
sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat mereduksi ion H+ untuk menghasilkan gas
H2, sedangkan logam Cu dan Ag terletak di sebelah kanan H sehingga tidak dapat
mereduksi ion H+
(tidak bereaksi dengan asam). Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi
logam dengan logam lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4.
Li⎯K⎯Ba⎯Ca⎯Na⎯Mg⎯Al⎯Nu⎯Zn⎯Cr⎯Fe⎯Cd⎯Co⎯Ni⎯Sn⎯H⎯Cu⎯Ag⎯Hg⎯Pt⎯Au
Pada elektroda Zn : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
Pada elektroda Cu : Cu2+(aq) + 2e– → Cu(s)
Reaksi redoks : Cu2+
(aq) + Zn (s) → Cu (s) + Zn2+
(aq)
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Reaksi yang terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+
(berasal dari CuSO4) dan menghasilkan
endapan logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu.
II.1.2 Potensial Sel
Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui
sirkuit eksternal. Potensial sel dihasilkan dari sel Galvani atau sel volta. Besarnya potensial
sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta merupakan total dari potensial elektroda unsur-
unsur sesuai dengan reaksinya. Hasil perhitungan potensial sel dapat bernilai positif atau
negatif. Jika potensial sel bertanda positif berarti reaksi dapat berlangsung, sedangkan jika
potensial sel bertanda negatif berarti reaksi tidak dapat berlangsung.
Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam
sel. Potensial sel standar E0 sel : potensial pada 25
0C, konsentrasi ion 1 M dan tekanan
parsial 1 atm. Potensial sel standar dihitung dengan menggunakan potensial-potensial
standar zat-zat yang mengalami redoks.
E0oks = potensial standar zat yang mengalami oksidasi
E0red = potensial standar zat yang mengalami reduksi
(Ratna, 2009)
Zn(s)+CuSO4(aq)→ZnSO4(aq)+Cu(s)
atau Zn(s) + Cu2+
(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)
E0 sel = E0 red – E0 oks
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel II.1 Harga Potensial Sel
Macam-macam Elektroda
Dalam sel elektrokimia suatu elektroda dapat disebut sebagai anoda atau katoda.
Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel elektrokimia
dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron memasuki
sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau
katoda tergantung dari tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut.
Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel
elektrokimia dan katoda bagi sel elektrokimia lainnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroda)
Elektroda dibagi menjadi:
a. Logam-ion logam
Elektroda ini terdiri atas logam yang setimbang dengan ion logamnya, seperti Zn, Cu,
Cd, Na dan sebagainya.
b. Amalgama
Hampir sama dengan elektroda logam-ion logam tetapi dipakai amalgama. Sifatnya
lebih aktif dan aktivitas logamnya lebih rendah sebab diencerkan Hg. Contohnya
elektroda Pb(Hg) dalam larutan Pb2+
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
c. Non metal-non gas
Elektroda ini disusun dengan menempatkan zat yang bersangkutan dalam tabung,
kemudian di atasnya diberi larutan ion yang bersangkutan. Hubungan dengan air dapat
dilakukan dengan logam inert seperti Pt.
d. Gas
Elektroda gas terdiri atas gas yang dimasukkan bergelembung ke dalam larutan yang
berisi ion dan setimbang dengannya. Sebagai hubungan luar biasanya dipakai Pt
dilapisi Pt hitam.
e. Logam-garam tidak larut
Dalam hal ini termasuk:
1. Elektroda kalomel
2. Elektroda perak-perak klorida
3. Elektroda timbal-timbal sulfat
4. Elektroda perak-perak bromida
Elektroda ini setimbang dengan ion-ion sisa asam dari garam yang bersangkutan.
f. Logam-oksida tidak larut
Elektroda ini setimbang dengan ion OH- dalam larutan.
g. Oksidasi-oksidasi
Elektroda ini terdiri atas logam Pt yang dimasukkan dalam larutan yang terbentuk
oksidasi dan reduksinya.
(Sukardjo,2002)
Reaksi dan Persamaan Elektrokimia dan Elektrolisis
Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji tentang
perubahan bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya. Proses
elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses transfer elektron akan menghasilkan
sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam dua jenis sel, yaitu
sel volta dan sel elektrolisis. Ada dua metode untuk menyetarakan persamaan redoks.
Salah satu metode disebut metode perubahan bilangan oksidasi (PBO), yang berdasarkan
pada perubahan bilangan oksidasi yang terjadi selama reaksi. Metode lain, disebut metode
setengah reaksi (metode ion-elektron). Metode ini melibatkan dua buah reaksi paruh, yang
kemudian digabungkan menjadi reaksi redoks keseluruhan (Anonym, 2012).
Reaksi oksidasi dan reduksi sering diistilahkan dengan ―reaksi redoks‖, hal ini
dikarenakan kedua peristiwa tersebut berlangsung secara simultan. Oksidasi merupakan
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom (gugus) melepaskan elektron, bersamaan
itu pula atom atau kelompok atom akan mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Demikian
pula sebaliknya reduksi adalah perubahan dari sebuah atom atau kelompok atom menerima
atau menangkap elektron. Sel elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sel kimia
a. Tidak dengan pemindahan
b. Dengan pemindahan
2. Sel konsentrasi
a. Tidak dengan pemindahan
b. Dengan pemindahan
(Maron Lando, 1974)
Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang
tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda itu. Elektroda yang
bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan negatif disebut katoda.
Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron dari larutan disebut elektron
inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia memasuki reaksi elektroda
selama elektrolisis, terjadilah reduksi pada katoda dan oksidsi pada anoda. Gambaran
umum tipe reaksi elektroda dapat diringkas sebagai berikut:
a. Arus listrik yang membawa ion akan diubah pada elektroda
b. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada katoda menyebabkan pengurangan H2O dan
pembentukan H2 dan OH- dan absorpsi elektron.
c. Ion negatif yang sulit dibebaskan pada anoda menyebabkan pengurangan H2O dan
elektron.
(Dogra, 1998)
Sel galvani menghasilkan arus listrik bila reaksi berlangsung spontan. Sel elektrolit
menggunakan elektrolit untuk menghasilkan perubahan kimia. Proses elektrolisis meliputi
pendorongan arus listrik melalui sel untuk menghasilkan perubahan kimia dimana potensi
potensial sel adalah negatif .
(Strjer, 1994)
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian suatu elektrolit oleh suatu arus listrik. Jika
dalam sel volta energi kimia diubah menjadi energi listrik, maka dalam sel elektrolisis
yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu energi listrik diubah menjadi energi kimia. Dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam suatu larutan atau leburan elektrolit, akan diperoleh
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
reaksi redoks yang terjadi dalam sel elektrolisis. Faktor yang menentukan reaksi kimia
elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda ada yang bersifat
inert dan elektoda tidak inert. Hasil elektrolisis dapat disimpulkan; reaksi pada katoda
(katoda tidak berperan) ada K+, Ca
2+, Na
+, H
+. Dari asam dan logam lain (Cu
2+), reaksi
pada anoda, untuk anoda inert ada OH-, Cl
-, Br
-, dan I
- dan sisa asam lainnya serta anoda
tidak inert (bukan Pt dan C).
(Anshory, 1984).
Dalam elektrolisis, sumber aliran listrik digunakan untuk mendesak elektron agar
mengalir dalam arah yang berlawanan dengan aliran spontan. Hubungan antara jumlah
energi listrik yang dikonsumsi dan perubahan kimia yang dihasilkan dalam elektrolisis
merupakan salah satu persoalan penting yang dicarikan jawabannya oleh Michael Faraday
(1791-1867). Hukum faraday pertama tentang tentang elektrolisis menyatakan bahwa
―jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya muatan listrik yang
melewati suatu elektrolisis‖. Hukum kedua tentang elektrolisis menyatakan bahwa :
―Sejumlah tertentu arus listrik menghasilkan jumlah ekivalen yang sama dari benda apa
saja dalam suatu elektrolisis‖.
(Petrucci, 1985)
Untuk menginduksi arus agar mengalir melewati sel elektrokimia, dan
menghasilkan reaksi sel non-spontan, selisih potensial yang diberikan harus melebihi
potensial arus-nol sekurang-kurangnya sebesar potensial lebih sel, yaitu jumlah potensial
ubin pada kedua elektroda dan penurunan ohm (I x R) yang disebabkan oleh arus yang
melewati elektrolit. Potensial tambahan yang diperlukan untuk mencapai laju reaksi yang
dapat terdeteksi, mungkin harus besar, jika rapatan arus pertukaran pada elektrodanya
kecil. Dengan alasan yang sama, sel galvani menghasilkan potensial lebih kecil ketimbang
pada kondisi arus nol.
(Atkins, 1990)
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki
yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam
kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi
listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air (H2O),
dapat diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
mengurai air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan
maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya
merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Ada dua tipe
elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada proses
elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda.
(http://esdikimia.wordpress.com/2011/09/28/sel-elektrolisis/)
Berikut ini adalah contoh reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl. Dikenal dengan
istilah sel Downs :
Katoda (-) : 2 Na+
(l) + 2 e-
——> 2 Na(s)
Anoda (+) : 2 Cl-(l) ——> Cl2(g) + 2 e
-
Reaksi sel : 2 Na+
(l) + 2 Cl-(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g)
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di
katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda .
(Andy, 2009)
Hukum-Hukum yang Mendasari
Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah dibahas. Untuk
persamaan sel umum,
aA +bB xX + yY
potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst.
E = Eθ – (RT/nF) ln([X]
x[Y]
y)/([A]
a[B]
b)
Eθ adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi
sel dalam keadaan standar), n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, F adalah
tetapan Faraday (Anonym, 2009).
Potensial sel non standar dapat dihitung dengan persamaan Nernst sebagai berikut :
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
)(
)(log
0592,00
reduksimassa
oksidasimassa
nEselE sel
Eo adalah potensial elektroda normal (potensial elektroda semua zat dalam reaksi
sel dalam keadaan standar), n jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, sedangkan
oksidasi dan reduksi masing-masing menyatakan konsentrasi partikel hasil oksidasi dan
konsentrasi partikel hasil reduksi (Anonym, 2009).
1. Pengukuran Daya Gerak Listrik (DGL) Sel
Besarnya daya gerak listrik antara dua elektroda dapat diukur dengan voltmeter
atau multimeter. Namun cara ini tidak teliti karena akan ada arus dari sel yang melalui
voltmeter dan akan menyebabkan perubahan DGL yang diukur. Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengukur DGL secara teliti adalah Potensiometer.
Menggunakan cara yang telah disebutkan di atas, yang dapat diukur adalah beda
potensial antara dua buah elektroda. Tidak mungkin mengukur potensial suatu
elektroda tunggal. Sehingga yang disebut dengan satu sistem sel pasti terdiri dari dua
elektroda. Untuk mengukur potensial suatu elektroda tertentu maka diperlukan
elektroda lain yang disebut sebagai elektroda pembanding. Dengan demikian beda
potensial kedua elektroda dapat diukur, karena besarnya potensial elektroda
pembanding sudah diketahui dengan pasti, maka besarnya potensial elektroda yang
ingin diketahui dapat dihitung.
Sebagai elektroda pembanding dipilih elektroda hidrogen standar yang
berdasarkan perjanjian potensialnya berharga nol volt ( 0 Volt). Suatu elektroda yang
dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung ionnya dengan keaktifan berharga satu
(a= 1) dan diukur dengan elektroda pembanding elektroda hidrogen standar pada suhu
25 oC disebut potensial elektroda standar.
Elektroda hidrogen standar, elektroda ini terdiri atas logam platina yang dicelupkan
ke dalam suatu larutan asam yang mengandung ion H+) dengan konsentrasi 1,0 M (dan
koefisien keaktifan a = 1) dan dialiri gas hidrogen pada tekanaan .
2. Potensial Elektroda Standar (EӨ)
Potensial elektroda standar dari suatu elektroda didefinisikan sebagai DGL (daya
gerak listrik) suatu sel yang terdiri dari elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu
larutan yang mengandung ionnya dengan keaktifan berharga satu ( a = 1) dan elektroda
hidrogen standar sebagai pembanding, pada tekanan hidrogen 1 atm dan suhu kamar.
Sistem elektroda dalam sel tersebut harus reversibel secara termodinamika yaitu :
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Mn+ (a=1) + n e ‹══› M
Sebenarnya yang diukur bukanlah potensial elektroda, tetapi lebih tepat bila
dikatakan sebagai beda potensial (terhadap hidrogen = 0 v). Yang umum dikenal
adalah potensial reduksi standar.
3. Menghitung DGL sel menggunakan data potensial elektroda
DGL standar suatu sel besarnya adalah selisih kedua potensial elektroda atau sama
dengan potensial sel elektroda standar dari katoda dikurangi potensial standar anoda.
Misal menentukan E Ө sel untuk sistem : Zn (s) │ Zn 2+ (aq) ││ Cu2+ (aq) │ Cu
(s) yaitu : Yang mengalami oksidasi adalah Zn berarti Zn merupakan anoda, sedangkan
yang mengalami reduksi adalah Cu, atau Cu sebagai katoda, maka :
EӨ sel = EӨ Cu2+ │ Cu - EӨ Zn 2+ │Zn = E Ө katoda – E Ө anoda
4. Pengaruh Konsentrasi terhadap Potensial Sel
Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada
keadaan standar sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan
standarnya Berdasarkan persamaan yang telah diketahui:
Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa kimia
dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan kederajatan
hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu
putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru terang (Anonym,
2013).
Proses Pembuatan
Tembaga(II) sulfat diproduksi dalam skala besar dengan cara mencampurkan
logam tembaga dengan asam sulfat panas atau oksidanya dengan asam sulfat. Untuk
penggunaan di laboratorium, tembaga (II) sulfat biasanya dibeli (tidak dibuat manual).
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan
∆G = -nFEsel juga ∆Go = -nFEosel
sehingga
-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q
Esel = Eosel – (RT/nF) ln Q
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Bentuk anhidratnya ditemukan dalam bentuk mineral langka yang disebut kalkosianit.
Tembaga sulfat terhidrasi eksis di alam dalam bentuk kalkantit (pentahidrat) dan 2 mineral
lain yang lebih langka: bonatit (trihidrat) dan bootit (heptahidrat) (Anonym, 2013).
Sifat-Sifat Kimia
Tembaga(II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150 °C,
akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi pada suhu
109 °C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C. Proses dehidrasi melalui dekomposisi
separuh tembagatetraaqua(2+), 2 gugus aqua yang berlawanan akan terlepas untuk
menghasilkan separuh tembagadiaqua(2+). Tahap dehidrasi kedua dimulai ketika 2 gugus
aqua terakhir terlepas. Dehidrasi sempurna terjadi ketika molekul air yang tidak terikat
terlepas. Pada suhu 650 °C, tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi menjadi tembaga(II)
oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3). Warna tembaga(II) sulfat yang berwarna biru
berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya
akan terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu. Tembaga sulfat bereaksi
dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan tembaga(II) yang warnanya biru akan
berubah menjadi hijau karena pembentukan tetraklorokuprat(II):
Cu2+
+ 4 Cl– → CuCl4
2–
Tembaga(II) sulfat juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih reaktif dari tembaga
(misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb, etc.):
CuSO4 + Zn → ZnSO4 + Cu
CuSO4 + Fe → FeSO4 + Cu
CuSO4 + Mg → MgSO4 + Cu
CuSO4 + Sn → SnSO4 + Cu
3 CuSO4 + 2 Al → Al2(SO4)3 + 3 Cu
Tembaga yang terbentuk akan terlapisi di permukaan logam lainnya. Reaksi akan berhenti
ketika tidak ada lagi permukaan kosong pada logam yang dapat dilapisi oleh tembaga
(Anonym, 2013).
Kegunaan
1. Sebagai herbisida, fungisida dan pestisida
Tembaga(II) sulfat pentahidrat adalah sebuah fungisida. Namun, beberapa jamur
mampu beradaptasi dengan peningkatan kadar ion tembaga. Dicampur dengan
kapur biasanya disebut campuran Bordeaux dan digunakan untuk mengontrol jamur
pada tumbuhan anggur, melon, dan beri lainnya Keguanaan lainnya adalah senyawa
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Cheshunt, sebuah campuran dari tembaga sulfat dan amonium karbonat digunakan
dalam hortikultura untuk mencegah pelembaban pada biji. Penggunaannya sebagai
herbisida bukan pertanian, melainkan untuk kontrol searangan tanaman air dan akar
tumbuhan dengan pipa yang mengandung air. Hal ini juga digunakan di kolam
renang sebagai sebuah algaecide. Sebuah larutan encer tembaga sulfat digunakan
untuk mengobati ikan akuarium dari infeksi parasit, dan juga digunakan untuk
menghilangkan siput dari akuarium. Ion tembaga sangat beracun bagi ikan,
sehingga perawatan harus dilakukan dengan memperhatikan dosis. Sebagian besar
spesies alga dapat dikontrol dengan konsentrasi tembaga sulfat yang sangat rendah.
embaga sulfat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli.
Untuk sebagian besar dari abad ke-20, tembaga arsenat dikrom (CCA) adalah tipe
dominan untuk pengawetan kayu. Untuk membuat pressure-treated wood, tabung
yang besar diisi dengan sebuah bahan kimia encer. Tembaga(II) sulfat pentahidrat
dilarutkan di dalam air bersama dengan zat aditif sebelum kayu ditempatkan di
dalam tabung. Ketika tabung diberi tekanan, bahan kimia diserap oleh kayu,
memberikan kayu fungisida, insektisida, dan sinar ultraviolet yang memantulkan
sifat yang membantu melestarikannya.
2. Reagen analisis
Beberapa tes kimia menggunakan tembaga sulfat. Tembaga sulfat digunakan dalam
larutan fehling dan larutan benedict untuk mengetes gula pereduksi, yang nantinya
akan mereduksi tembaga(II) sulfat yang berwarna biru menjadi tembaga(I) oksida
yang berwarna merah. Tembaga sulfat juga digunaka pada reagen biuret untuk
mengetes protein.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam uji darah seseorang penderita anemia. Uji
darah dilakukan dengan meneteskannya pada larutan tembaga sulfat. Dengan efek
gravitasi, darah yang banyak mengandung hemoglobin akan dengan cepat
tenggelam karena massa jenisnya besar, sedangkan darah yang hemoglobinnya
sedikit akan lebih lama tenggelam.
3. Sintesis organik
Tembaga sulfat juga digunakan dalam sintesis organik. Tembaga sulfat anhidrat ini
akan mengkatalis transasetilasi pada sintesis organik. Tembaga sulfat terhidrasi
yang direaksikan dengan kalium permanganat akan menjadi oksidan untuk
mengkonversi alkohol primer.
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
(Anonym, 2013).
Efek Racun
Tembaga sulfat bersifat mengiritasi. Biasanya manusia terpapar tembaga sulfat melalui
kontak mata atau kulit, termasuk juga dengan menghirup serbuk atau debunya. Kontak
dengan kulit akan menyebabkan eksim. Kontak tembaga sulfat dengan mata dapat
menyebabkan konjungtivitis dan radang pada kelopak mata dan kornea.
Asalkan tidak terkena paparan tinggi, sebenarnya tembaga sulfat tidak terlalu beracun.
Menurut sebuah studi, tembaga sulfat menjadi racun dalam tubuh manusia setelah terkena
paparan 11 mg/kg. Karena tembaga sulfat akan menyebabkan iritasi pada sistem
pencernaan, maka biasanya orang yang menelannya akan langsung muntah. Setelah 1-12
gram tembaga sulfat tertelan, tanda-tanda racun akan muncul seperti rasa terbakar di dada,
mual, diare, muntah, sakit kepala, yang nantinya akan menyebabkan kulit menjadi kuning.
Selain itu, keracunan tembaga sulfat juga merusak otak, hati, dan ginjal (Anonym, 2013).
Tabel II.1 Data Keselamtan Tembaga (II) Sulfat
Informasi produk
Grade ACS,ISO,Reag. Ph Eur
Synonyms Copper monosulfate pentahydrate, Copper vitriol
pentahydrate
Rumus kimia CuO4S * 5 H2O
Formulasi kimia CuSO4 * 5 H2O
Kode HS 2833 25 00
Nomor EC 231-847-6
Massa molar 249.68 g/mol
Nomor indeks EC 029-004-00-0
Nomor CAS 7758-99-8
Data kimia dan fisika
II-16
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Kelarutan di dalam air 317 g/l (20 °C)
Massa molar 249.68 g/mol
Densitas 2.284 g/cm3 (20 °C)
Angka pH 3.5 - 4.5 (50 g/l, H2O, 20 °C)
Informasi keselamatan berdasarkan GHS
Hazard Statement(s) H302: Berbahaya jika tertelan.
H315: Menyebabkan gangguan pada kulit.
H319: Menyebabkan gangguan mata berat.
H410: Sangat beracun bagi mahluk dalam air
dengan dampak jangka panjang.
Precautionary
Statement(s)
P273: Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P302 + P352: JIKA TERKENA KULIT: Cuci
dengan banyak sabun dan air.
P305 + P351 + P338: JIKA TERKENA MATA:
Bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa
menit. Lepas lensa kontak, jika digunakan dan
mudah melakukannya. Lanjutkan membilas.
Signal Word Peringatan
Hazard Pictogram(s)
Kelas penyimpanan 10 - 13 Cairan dan padatan lain
WGK WGK 3 sangat berbahaya untuk air
Disposal 15
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Larutan dan padatan yangmengandung logam
berat : Wadah E. Aduk nikel Raney (juga: nikel
Urushibara) di dalam bentuk larutan suspensi ke
dalam asam klorida (Item No. 100312) sampai
larut (Wadah E). Baik nikel Raney maupun filter
residunya tidak boleh dibiarkan mengering, jika
terjadi dapat menyala secara spontan di udara
terbuka. Di dalam konteks ini, logam berat yang
dimaksud adalah segala senyawa dari antimoni,
arsenik, kadmium, chromium(VI), tembaga,
timbal, nikel dan timah, termasuk zat-
zat/senyawa-senyawa di dalam bentuk metal,
jika mereka diklasifikasikan ke dalam kategori
bahaya (menurut AbfallverzeichnisV - Peraturan
Kalatog Limbah, Appendiks 3). Logam berat
lainnya harus dikumpulkan secara terpisah.
Informasi keselamatan kerja
Frase R R 22-36/38-50/53
Berbahaya jika tertelan.Mengiritasi mata dan
kulit.Sangat beracun untuk organisme air, dapat
menyebabkan efek merugikan jangka-panjang dalam
lingkungan air.
Frase S S 22-60-61
Jangan menghirup debu.Bahan ini dan/atau wadah harus
dibuang sebagai limbah berbahaya.Hindari
pelepasan/tumpah ke lingkungan. Rujuklah petunjuk
khusus/lembar data keselamatan.
Jenis-jenis bahaya berbahaya, mengiritasi, berbahaya bagi lingkungan
Hazard Symbol
Harmful
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Dangerous for the environment
(Merck, 2013)
Seng Sulfat (ZnSO4)
Seng sulfat adalah senyawa anorganik dengan rumus ZnSO4 serta salah satu dari tiga
hidrat .Zat ini secara historis dikenal sebagai " vitriol putih ". Zat ini adalah tidak berwarna
padat yang merupakan sumber umum dari ion seng larut (Anonym, 2013).
Produksi dan reaktivitas
Seng sulfat diproduksi dengan memperlakukan seng dengan asam sulfat encer :
Zn + H2SO4 + H2O → 7 ZnSO4 ( H2O ) 7 + H2
Farmasi kelas seng sulfat dihasilkan dari kemurnian tinggi seng oksida :
ZnO + H2SO4 + 6 H2O → ZnSO4 ( H2O ) 7
Di laboratorium , juga dapat dibuat dengan menambahkan seng solid untuk tembaga ( II )
sulfate solution :
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Dalam larutan berair, segala bentuk seng sulfat berperilaku identik. Solusi ini berair terdiri
dari logam aquo [ Zn ( H2O ) 6 ] 2 + dan kompleks - ion SO42 . Bentuk barium sulfat
ketika solusi ini diperlakukan dengan solusi ion barium :
ZnSO4 + BaCl2 → BaSO4 + ZnCl2
Dengan potensi penurunan -0.76 , seng ( II ) mengurangi hanya dengan susah payah .
Ketika dipanaskan lebih dari 680 C , seng sulfat terurai menjadi gas belerang dioksida dan
seng oksida fume , yang keduanya berbahaya (Anonym, 2013).
Aplikasi dan Kegunaan
Hidrat, terutama heptahydrate tersebut , merupakan bentuk utama yang digunakan secara
komersial. Aplikasi utama adalah sebagai koagulan dalam produksi rayon . Ini juga
merupakan prekursor ke lithopone pigmen . Seng sulfat digunakan untuk memasok seng
dalam pakan ternak, pupuk, dan semprotan pertanian. Seng sulfat, seperti banyak senyawa
seng, dapat digunakan untuk mengontrol pertumbuhan lumut pada atap . Hal ini digunakan
sebagai elektrolit dalam untuk seng plating, sebagai mordan untuk pencelupan, sebagai
pengawet untuk kulit dan kulit dan dalam kedokteran sebagai zat dan muntah (Anonym,
2013).
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Bahan Galian
Sebagai ZnSO4 mineral · 7H2O dikenal sebagai goslarite . Seng sulfat terjadi karena
beberapa mineral minor lainnya Zinc - melanterite ( Zn , Cu , Fe ) SO4 · 7H2O ( struktural
berbeda dari goslarite ) . Hidrat rendah seng sulfat yang jarang ditemukan di alam : ( Zn ,
Fe ) SO4 · 6H2O ( bianchite ) , ( Zn , Mg ) SO4 · 4H2O ( boyleite ) , dan ( Zn , Mn ) SO4 ·
H2O ( gunningite ) (Anonym, 2013).
Tabel II.2 Data Keselamtan Seng Sulfat
Informasi produk
Grade ACS,ISO,Reag. Ph Eur
Synonyms Zinc vitriol
Rumus kimia O4SZn * 7 H2O
Formulasi kimia ZnSO4 * 7 H2O
Kode HS 2833 29 20
Nomor EC 231-793-3
Massa molar 287.54 g/mol
Nomor indeks EC 030-006-00-9
Nomor CAS 7446-20-0
Data kimia dan fisika
Kelarutan di dalam air 965 g/l (20 °C)
Massa molar 287.54 g/mol
Densitas 1.97 g/cm3 (20 °C)
Angka pH 4 - 6 (50 g/l, H2O, 20 °C)
Informasi keselamatan berdasarkan GHS
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Hazard Statement(s) H302: Berbahaya jika tertelan.
H318: Menyebabkan kerusakan mata berat.
H410: Sangat beracun bagi mahluk dalam air
dengan dampak jangka panjang.
Precautionary
Statement(s)
P273: Hindarkan pelepasan ke lingkungan.
P280: Pakai pelindung mata.
P305 + P351 + P338: JIKA TERKENA MATA:
Bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa
menit. Lepas lensa kontak, jika digunakan dan
mudah melakukannya. Lanjutkan membilas.
P313: Cari pertolongan medis.
Signal Word Bahaya
Hazard Pictogram(s)
Kelas penyimpanan 10 - 13 Cairan dan padatan lain
WGK WGK 3 sangat berbahaya untuk air
Disposal 14
Garam anorganik : Kategori I. Larutan netral
dari garam-garam ini : Kategori D. Sebelum
dimasukkan ke dalam kategori D, periksa pH
dengan Indikator pH Universal (Item No.
109535).
Informasi keselamatan kerja
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Frase R R 22-41-50/53
Berbahaya jika tertelan.Risiko cedera serius pada
mata.Sangat beracun untuk organisme air, dapat
menyebabkan efek merugikan jangka-panjang dalam
lingkungan air.
Frase S S 22-26-39-46-60-61
Jangan menghirup debu.Jika kena mata, segera bilas
dengan banyak air dan dapatkan bantuan medis.Pakai
pelindung mata/wajah.Jika tertelan, segera dapatkan
bantuan medis dan tunjukkan wadah ini atau
labelnya.Bahan ini dan/atau wadah harus dibuang
sebagai limbah berbahaya.Hindari pelepasan/tumpah ke
lingkungan. Rujuklah petunjuk khusus/lembar data
keselamatan.
Jenis-jenis bahaya Berbahaya, mengiritasi, berbahaya bagi lingkungan
Hazard Symbol
Harmful
Dangerous for the environment
(Merck, 2013)
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Variabel Percobaan
a) Variabel Bebas : - Konsentrasi larutan CuSO4
- Konsentrasi larutan ZnSO4
b) Variabel Terikat : - Elektroda Cu
- Elektroda Zn
- Volume larutan CuSO4
- Volume larutan ZnSO4
c) Variabel Kontrol : - Jenis zat terlarut dan zat pelarut
III.2. Alat Percobaan
a) Beaker Glass 250 ml
b) Voltmeter
c) Jembatan garam (selang)
d) Logam Tembaga (Cu)
e) Logam Aluminium (Zn)
f) Labu Ukur 1000 ml
g) Gelas Ukur 100 ml
h) Kaca arloji
i) Pipet tetes
j) Spatula
k) Corong kaca
III.3. Bahan Percobaan
a) Larutan Zn(SO4)
b) Larutan CuSO4
c) Larutan NaCl jenuh
d) Aquades
III-2
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III.4 Prosedur Percobaan
1. Isi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga dengan larutan CuSO4
konsentrasi pertama 0,12N
2. Isi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel dengan larutan garam
sejenis Zn(SO4) konsentrasi pertama 0,12N
3. Hubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam
4. Hubungkan kutub negative voltmeter pada elektroda tembaga dan kutub positif
pada elektroda sampel
5. Amati voltase yang terjadi
6. Ulangi percobaan dengan konsentrasi larutan yang berikutnya menggunakan
variabel konsentrasi 0,15N; 0,18N; 0,21N; 0,23N; 0,25N; 0,30N; 0,60N; 0,90N
III.5 Diagram Alir
Mulai
Isi beaker glass yang berisi lempengan logam tembaga
dengan larutan CuSO4 konsentrasi pertama 0,12N
Isi beaker glass lain yang berisi lempengan logam sampel
dengan larutan garam sejenis Zn(SO4) konsentrasi
pertama 0,12N
Hubungkan kedua beaker glass dengan jembatan garam
Hubungkan kutub negative voltmeter pada elektroda tembaga dan
kutub positif pada elektroda sampel
A
III-3
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
A
Amati voltase yang terjadi
Ulangi percobaan dengan konsentrasi larutan yang lain hingga selesai
Selesai
III-4
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III.6 Gambar Alat
Beaker Glass Voltmeter
Jembatan Garam (selang)
Logam Tembaga (Cu)
Logam Aluminium (Al)
Labu Ukur
Gelas Ukur
Kaca arloji
Pipet tetes
Spatula
Corong kaca
III-5
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III-6
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
III-7
Bab III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan Potensial Sel didapatkan hasil percobaan adalah sebagai berikut :
Tabel IV.1.1 Hasil percobaan Potensial Sel
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel IV.1.1 didapatkan dengan menggunakan skala 200m pada
voltmeter adalah pada konsentrasi larutan CuSO4 dan ZnSO4 0,12 N jarum pada
voltmeter pada percobaan pertama menunjuk angka rata-rata 29,1, pada konsentrasi
0,15 N volt rata-rata 38,1, pada konsentrasi 0,18 N volt rata-rata 61,27, pada konsentrasi
0,21 N volt rata-rata 44,47, pada konsentrasi 0,23 volt rata-ratanya 23,47, pada
konsentrasi 0,25 N volt rata-rata 49, pada konsentrasi 0,30 N volt rata-rata 31, pada
konsentrasi 0,60 N volt rata-rata 54,2, pada konsentrasi 0,90 N volt rata-rata 71,27.
Konsentrasi Larutan
CuSO4 dan ZnSO4
Voltase Rata-rata
I II III
0,12 36,6 20,3 30,3 29,1
0,15 31 45,5 37,8 38,1
0,18 69,5 37,8 76,5 61,27
0,21 32,5 57,7 43,2 44,47
0,23 33,6 19,2 17,6 23,47
0,25 50,3 58,4 38,3 49
0,30 26,3 25,1 41,6 31
0,60 58,5 52,6 51,5 54,2
0,90 79,5 78,4 55,9 71,27
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV-2
Laboratorium Kimia Fisika
Program studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Berdasarkan hasil pengamatan dari proses percobaan yang telah dilakukan,
larutan CuSO4 dan ZnSO4 yang dihubungkan dengan jembatan garam berupa selang
yang berisi larutan NaCl jenuh bertindak sebagai elektrolit. Sedangkan Logam yang
dimasukkan pada kedua larutan itu disebut elektrode. Elektrode pada sel ini terbuat dari
tembaga (Cu) dan seng (Zn). Tembaga berfungsi sebagai katode (+), sedangkan besi
berfungsi sebagai anode (-).
Reaksi redoks yang terjadi pada sel volta sebagai berikut :
(anode) : Zn(s) → Zn2+
(aq) + 2e
(katode) : Cu2+
(aq) + 2e → Cu(s)
Reaksi sel : Zn(s) + Cu2+
(aq) → Zn2+
(aq) + Cu(s)
Berdasarkan proses yang berlangsung pada sel di atas, logam Seng akan
melepaskan elektron dan membentuk ion Zn2+
(aq). Elektron tersebut akan mengalir
melalui pipa penghubung, selanjutnya diterima oleh ion Cu2+
untuk membentuk
endapan logam tembaga (Cu). Akibatnya larutan CuSO4 semakin berkurang
konsentrasinya, sedangkan electrode Cu (katode) semakin bertambah massanya.
Sementara itu, logam Zn semakin berkurang massanya karena berubah menjadi ion Zn2+
sehingga jumlah ion Zn2+
dalam larutan semakin bertambah. Penambahan ion
Zn2+
ini tidak seimbang dengan jumlah anion SO42-
yang tetap. Karena ion positif dan
negative tidak seimbang. Anion SO42-
yang berasal dari jembatan garam akan masuk ke
dalam larutan yang mengandung ion Zn2+
(daerah anode). Akibatnya larutan di daerah
anode semakin pekat.
Penulisan reaksi sel tersebut dapat diseerhanakan dalam bentuk lambing sel
berikut :
Reaksi oksidasi diruas kiri (anode) dan reaksi reduksi di ruas kanan (katode),
keduanya dipisahkan dengan jembatan garam (tanda ||). Jembatan garam ini berfungsi
mentransfer elektron dan menyeimbangkan muatan pada setiap larutan.
Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV-3
Laboratorium Kimia Fisika
Program studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2.1 Hubungan Antara Voltase Rata-rata dengan Konsentrasi Larutan CuSO4 dan
ZnSO4
Berdasarkan grafik IV.2.1 hasil yang didapatkan bila dibentuk grafik adalah tidak sesuai
dengan literatur yang ada dimana kenaikan konsentrasi larutan akan diimbangi dengan
kenaikan voltase pada voltmeter namun, pada percobaan potensial sel kali ini hasil yang
dicapai naik turun atau tidak konstan naik. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kurang teliti dalam membuat larutan serta saat penimbangan, voltmeter
digital yang digunakan cenderung berubah-ubah terus menerus, hanya beberapa percobaan
saja dimana voltmeter dapat berhenti dan menunjukkan hasil yang akurat.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,12 0,15 0,18 0,21 0,23 0,25 0,3 0,6 0,9
Konsentrasi CuSO4 dan ZnSO4 (N)
Voltase
(V)
Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV-4
Laboratorium Kimia Fisika
Program studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Grafik IV.2.2 Deviasi Nilai Potensial Sel
Berdasarkan grafik IV.2.2, deviasi nilai potensial sel dari percobaan ini antara hasil percobaan
dengan hasil reaksi mengalami perbedaan yang sangat besar. Pada potensial sel hasil reaksi
mengalami fluktuasi yang besar sedangkan pada potensial sel hasil reaksi mengalami grafik
yang lurus.
0
20
40
60
80
100
120
0,12 0,15 0,18 0,21 0,23 0,25 0,3 0,6 0,9
Po
ten
sial
Se
l (V
)
Konsentrasi (N)
Potensial hasil percobaan
Potensial hasil reaksi
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah kami lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari percobaan potensial sel ini didapatkan pada konsentrasi 0,12N rata-rata potensial
sel sebesar 29,1 volt. Pada konsentrasi 0,15N rata-rata potensial sel sebesar 38,1 volt.
Pada konsentrasi 0,18N rata-rata potensial sel sebesar 61,27 volt. Pada konsentrasi
0,21N rata-rata potensial sel sebesar 44,47 volt. Pada konsentrasi 0,23N rata-rata
potensial sel sebesar 23,47 volt. Pada konsentrasi 0,25N rata-rata potensial sel sebesar
49 volt. Pada konsentrasi 0,30N rata-rata potensial sel sebesar 31 volt. Pada
konsentrasi 0,60N rata-rata potensial sel sebesar 54,2 volt. Pada konsentrasi 0,90N
rata-rata potensial sel sebesar 71,27 volt.
2. Hasil optimum yang diperoleh pada percobaan potensial sel ini adalah 71,90 Volt pada
konsentrasi larutan CuSO4 dan ZnSO4 0,90N.
3. Hasil minimum yang diperoleh pada percobaan potensial sel ini adalah 23,47 Volt
pada konsentrasi larutan CuSO4 dan ZnSO4 0,23N.
4. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan konsentrasi berbanding lurus dengan nilai
dari potensial sel dimana semakin besar konsentrasi maka akan semakin besar nilai
dari potensial sel tersebut.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, I. (2008, Oktober 8). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from Wordpress:
http://imamahmadi.wordpress.com/sel-volta/
Andy. (2009, September 10). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from Wordpress:
http://andykimia03.wordpress.com/2009/09/10/elektrokimia-ii-sel-elektrolisis/
Anonym. (2013, September 07). Article. Retrieved December 15, 2013, from Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Zinc_sulfate
Anonym. (2009, Oktober -). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from Blogspot:
http://k15tiumb.blogspot.com/2009/10/potensial-sel.html
Anonym. (2009, Juni -). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from blogspot:
http://chemsin.blogspot.com/2009/06/persamaan-nernst-dan-sel-konsentrasi_16.html
Anonym. (2010, Januari -). Home. Retrieved Desember 2013, 2013, from Wordpress:
http://zhivinachem.wordpress.com/reaksi-redoks-dan-elektrokimia/
Anonym. (2012, februari -). home. Retrieved desember 15, 2013, from blogspot:
http://belajar-sob.blogspot.com
Anonym. (2013, April 06). home. Retrieved Desember 15, 2013, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_galvani
Anonym. (2013, April 7). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga%28II%29_sulfat
Lindra. (2011, - -). Home. Retrieved Desember 15, 2013, from wordpress:
http://lindrakimiapasca.wordpress.com/kelas-xii-2/30-2/sel-volta/
Ratna. (2009, Desember 12). home. Retrieved Desember 15, 2013, from Chem-is-try:
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/potensial-sel-reaksi-sel-
dan-penentuan-potensial-reduksi/
vii
DAFTAR NOTASI
Simbol Keterangan Satuan
m Massa gram
M Molaritas M
N Normalitas N
V Volt V
V Volume L
APPENDIKS
Percobaan I
a. Membuat larutan CuSO4 0,12N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,12N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,12 = M. 2
M = 0,06M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,06 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 2,421 gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,12N
Diketahui :
4. NZnSO4 = 0,12N
5. Mr ZnSO4 = 161,4
6. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,12 = M. 2
M = 0,06M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,06 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 2,421 gram
Percobaan II
a. Membuat larutan CuSO4 0,15N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,15N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,15 = M. 2
M = 0,075M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,075 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,02625gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,15N
Diketahui :
1. NZnSO4 = 0,15N
2. Mr ZnSO4 = 161,4
3. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,15 = M. 2
M = 0,075M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,075 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,02625gram
Percobaan VIII
a. Membuat larutan CuSO4 0,60N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,60N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,60 = M. 2
M = 0,009M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,030 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,6315gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,15N
Diketahui :
1. NZnSO4 = 0,15N
2. Mr ZnSO4 = 161,4
3. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,15 = M. 2
M = 0,075M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,075 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,02625gram
Percobaan IV
a. Membuat larutan CuSO4 0,18N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,18N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,18 = M. 2
M = 0,09M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,09 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,6315gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,18N
Diketahui :
4. NZnSO4 = 0,18N
5. Mr ZnSO4 = 161,4
6. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,18 = M. 2
M = 0,09M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,09 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 3,6315gram
Percobaan V
a. Membuat larutan CuSO4 0,21N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,21N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,21 = M. 2
M = 0,0105M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,0105 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 4,23675gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,21N
Diketahui :
7. NZnSO4 = 0,15N
8. Mr ZnSO4 = 161,4
9. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,21 = M. 2
M = 0,0105M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,0105 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 4,23675gram
Percobaan VI
a. Membuat larutan CuSO4 0,23N
Diketahui :
4. NCuSO4 = 0,23N
5. Mr CuSO4 = 161,4
6. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,23 = M. 2
M = 0,115M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,115 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 4,64025gram
c. Membuat larutan ZnSO4 0,23N
Diketahui :
10. NZnSO4 = 0,115N
11. Mr ZnSO4 = 161,4
12. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,115 = M. 2
M = 0,115M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,115 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 4,64025gram
Percobaan VII
a. Membuat larutan CuSO4 0,25N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,25N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,25 = M. 2
M = 0,125M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,125 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 5,04375gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,25N
Diketahui :
1. NZnSO4 = 0,25N
2. Mr ZnSO4 = 161,4
3. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,25 = M. 2
M = 0,125M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,125 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 5,04375gram
Percobaan VIII
a. Membuat larutan CuSO4 0,30N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,30N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,30 = M. 2
M = 0,15M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,15 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 12,105gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,30N
Diketahui :
1. NZnSO4 = 0,30N
2. Mr ZnSO4 = 161,4
3. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,30 = M. 2
M = 0,15M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,15 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 6,0525gram
Percobaan XI
a. Membuat larutan CuSO4 0,90N
Diketahui :
1. NCuSO4 = 0,90N
2. Mr CuSO4 = 161,4
3. Ekuivalen CuSO4 = 2
Ditanya :
Massa CuSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,90 = M. 2
M = 0,45M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,45 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 18,1575gram
b. Membuat larutan ZnSO4 0,90N
Diketahui :
1. NZnSO4 = 0,90N
2. Mr ZnSO4 = 161,4
3. Ekuivalen ZnSO4 = 2
Ditanya :
Massa ZnSO4 ?
Jawab :
N = M.e
0,90 = M. 2
M = 0,45M
M = 𝑚
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑣
0,45 = 𝑚
161,4 𝑥
1000
250
Massa = 18,1575gram