7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 1/8
Membela Sahabat Yang Mulia Mu'awiyah Bin Abi Sufyan Radhiyallahu
Anhuma
Minggu, 6 Desember 2015 09:01:00 WIB
Kategori : Al-Masaa'il
MEMBELA SAHABAT YANG MULIA, MU‟AWIYAH BIN ABI SUFYANRADHIYALLAHU ANHUMA
Oleh
Ustadz Abu Isma‟il Muslim al-Atsari
Para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam memiliki kedudukan yang agung di
sisi Allâh, di sisi Rasul-Nya, dan di sisi kaum muslimin lantaran sangat banyak kebaikan dan
keutamaan mereka Radhiyallahu anhum. Sebaliknya, sebagian orang ada yang menyimpang dan
memiliki kebiasaan mencela sebagian para sahabat Nabi yang mulia, khususnya sahabat
Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Padahal beliau termasuk sahabat Nabi,saudara ipar Nabi, dan penulis wahyu pada zaman Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam yang
memiliki kedudukan dan pujian.
Pujian Allah kepada sahabat secara umum, yang pujian ini juga mengenai sahabat Mu‟awiyah
bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumasebagaimana tertera dalam firman Allâh Ta‟ala:
اء ػ
ؼ
ا
ه
سع
س سب
ن ا
ع بؼ
ا سم ش
ب بء ب ع ا س
ج
ساح
اى ل
ش اىغ سص ش ؤ سضم و ا
ع
ػ
بع بع
ا
س
اىض
ؼت
ػ
ا آ
ا
ػ
بس
ن ا
ػ
شا
شح
بد ب
ىا
Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah kerasterhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dansujud mencari karunia Allâh dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud (maksudnya, pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati
mereka). Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Sedangkan sifat-sifat mereka dalam Injil,
adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itukuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya, karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allâh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [al-Fath/48:29].
Demikian pujian terhadap para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam , danMu‟awiyah Radhiyallahu anhuma termasuk di dalamnya.
Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma, termasuk sahabat Nabi yang mengikuti
perang Hunain. Allâh Ta‟ala menurunkan beberapa ayat tentang perang ini yang menunjukkan
anugerah ketenangan kepada kaum mukminin dan pertolongan- Nya kepada mereka. Allâh Ta‟ala berfirman:
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 2/8
مش شح ػن ا م ن زن مش ػ
ذ س ب س ن ا بذ ػ
﴿ ش ٢عس
ػ عن
هض
﴾ ا ةػ
ػ ب ش ا هض نبش ل ضاء ا
ا مش
ا
Sesungguhnya Allâh telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain. Yaitu ketika kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamusedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakangdengan bercerai-berai. Kemudian Allâh menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Allâh menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan
Allâh menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir. [at-Taubah/9:25-26].
Allâh Ta‟ala juga berfirman:
بس ا بش ا
اى ػ
ةب بم ب ؼ حشغ
ؼ عبػخ ا ؼ
ا
ا بة ػ
ق ة ش ض
س ف سء
Sesungguhnya Allâh telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang
Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir
berpaling, kemudian Allâh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada mereka. [at-Taubah/9:117].
Ayat ini dengan jelas memberitakan kasih sayang dan penerimaan taubat Nabi Shallallahu „alaihi
wa sallam, Muhajirin, dan Anshar, yang telah mengikuti beliau dalam perang Tabuk. AdapunMu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumatermasuk sahabat Nabi yang mengikuti perang
ini.
Allâh Ta‟ala juga menjanjikan surga bagi para sahabat Nabi g , sedangkan janji Allah adalahhaq. Allâh berfirman:
ز ا
جو
ق
ن
غ
و ؼب
ا
ا
سخ
ػ
ل
غ ا
ػ
م
ا ب
ش
ؼ
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum
penaklukan (Mekkah),[1] mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan(hartanya) dan berperang sesudah itu. Allâh menjanjikan kepada masing-masing mereka
(balasan) yang lebih baik (yaitu surga). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [al-
Hadîd/57:10].
Di dalam ayat ini Allâh Ta‟ala menyebutkan dua golongan sahabat yang dijanjikan mendapatkan
surga, dan Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhumatermasuk salah satunya. Karena
kemungkinan ia telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah atau setelahnya. Dia juga telah ikut berinfak dan berperang bersama Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam di Hunain dan Thaif,
sehingga ia termasuk yang mendapatkan janji “husna” berdasarkan nash ayat ini. Husna adalah
surga sebagaimana fir man Allâh Ta‟ala:
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 3/8
ؼج ب ػ ل
غ ب ا ذ ع
ا
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka al-husna (ketetapan yang baik; surga) dariKami, mereka itu dijauhkan dari neraka. [al-Anbiyâ‟/21:101].
DOA KEBAIKAN NABI SHALLALLAHU „ALAIHI WA SALLAM UNTUK MU‟AWIYAHRADHIYALLAHU ANHUMu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma memiliki keutamaan secara khusus karena
pernah didoakan kebaikan oleh Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut ini:
بة بم حش ػ ث
ػ ػج اىش
: ػ اى
ع ػ
ه بهسع ع ػ
ىا خ ب بؼ ا اؼ ب ب
Dari Abdurrahman bin Abi „Amîrah -ia termasuk sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam - :
dari Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bahwa beliau berdoa untuk Mu‟awiyah: “Ya, Allah!
Jadikanlah ia (Mu‟awiyah) orang yang memberi petunjuk, orang yang diberi petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebab dia”[2].
Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah menilai hadits ini termasuk keutamaan yang nyata bagi
sahabat Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Dia juga berkata: “Orang yang Allûh berikan keutamaan penggabungan dua tingkatan ini, bagaimana dibayangkan padanya apa yang
dikatakan dengan dusta oleh orang-orang yang membuat kebatilan dan apa yang disifatkan oleh
orang-orang yang menentang”.[Tath-hîrul-Lisân, hlm. 14].
APAKAH MU‟AWIYAH BIN ABI SUFAY RADHIYALLAHU ANHUMA BERSIH DARI
KESALAHAN?
Aqidah Ahlus-Sunnah menyatakan bahwa para sahabat Nabi Radhiyallahu anhum tidak maksum.Mereka adalah manusia yang bisa berbuat salah dan dosa. Namun para sahabat Nabi Shallallahu
„alaihi wa sallam merupakan generasi terbaik, paling bersemangat dalam berbuat kebaikan,
banyak amal shalih besar yang mereka lakukan. Mereka beriman kepada Allâh dan Rasul-Nya.
Kaum Muhajirin berhijrah dan kaum al-Anshar memberikan pertolongan, membela agama dan Nabi yang mulia dengan harta, jiwa, dan raga. Oleh karena itu, jika ada kesalahan yang mereka
lakukan, maka sesungguhnya tertutupi dengan lautan kebaikan yang telah mereka lakukan. Atau
kesalahan mereka diampuni dengan sebab berbagai musibah yang mereka alami. Atau denganrahmat Allâh yang dekat kepada orang-orang yang berbuat ihsan, yang memohon ampun, dan
mengharapkan rahmat-Nya.
Suatu ketika al-Miswar bin Makhramah bertemu Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu , lalu terjadi
pembicaraan sebagai berikut:
Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bertanya kepada al-Miswar bin Makhramah: “Apa yangmenyebabkan engkau mencelaku?”
Al-Miswar menyebutkan seluruh perkara yang menyebabkan ia mencela Mu‟awiyah
Radhiyallahu anhu. Maka Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu berkata: “Bersama ini semua, wahaiMiswar, apakah engkau memiliki kesalahan-kesalahan?”
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 4/8
Dia menjawab, “Ya”.
Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bertanya,"Apakah engkau mengharapkan Allah
mengampuninya?”
Dia menjawab,"Ya.".
Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu berkata,"Apa yang menjadikanmu lebih mengharapkan ampunan
Allâh dariku? Sesungguhnya demi Allah, (selain mengharapkan ampunan-Nya) tidaklah aku
disuruh memilih antara Allâh dengan selain-Nya, pasti aku memilih Allâh daripada selain-Nya.Demi Allâh, aku selalu berusaha berjihad, menegakkan hudud (hukum-hukum agama berkaitan
dengan kejahatan), memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, lebih baik daripada
perbuatanmu. Dan aku memeluk agama (Islam) yang (agama ini) menerima kebaikan-kebaikan pemeluknya, dan memaafkan kesalahan-kesalahannya. Maka apakah yang menjadikanmu lebih
mengharapkan rahmat Allâh dariku?”
Al-Miswar berkata: “Dia (Mu‟awiyah) telah mengalahkanku (di dalam pembicaraan)”.[Mushannaf, Abdurrazaq, no. 20717, Bab: Man Adzalla as-Sulthan].
BENARKAH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
MENDOAKAN BURUK KEPADA MU‟AWIYAH RADHIYALLAHU ANHU?
ب بء ج
ىا تؼ : مذ بط به
ػ اث ػ ذ اس ع ػ
ه
: بء ؤسع به بة
ا
ت ا
:به
بهؤح
ؤمو
:ذ
ذ
به
خ ب ؼ
: ذ
:به
خ ب ؼ
ب
ت ا
: به
ذ
:به
ؤمو
:
Dari Ibnu Ab bas, dia berkata: “Aku sedang bermain dengan anak -anak, lalu Rasûlullâh
Shallallahu „alaihi wa sallam datang, maka aku bersembunyi di balik pintu. Beliau datang lalumenepuk bahuku dan bersabda,'Pergilah! Panggilkan Mu‟awiyah untukku!'. Aku datang
kemudian, aku berkata, 'Dia sedang makan,' lalu beliau bersabda,'Pergilah! Panggilkan
Mu‟awiyah untukku!' Aku datang, kemudian aku berkata,'Dia sedang makan,' maka beliau
bersabda,'Semoga Allâh tidak mengenyangkan perutnya'.” [HR Muslim, no. 2604; dan lainnya].
Sebagian orang menjadikan hadits ini sebagai celaan bagi Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu ,
namun banyak ulama memahaminya sebagai keutamaan bagi Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu .
Imam Nawawi rahimahullah membuatkan nama bab untuk hadits ini dengan judul,
ع
ع
ػ
اى
صمبحؼ
بم
ل
ظ
ػ
ػب
سخ
ش
(Barang siapa yang Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam melaknatnya, atau mencelanya, atau
mendoakan keburukan baginya, padahal dia tidak berhak mendapatkannya, hal itu menjadikesucian, pahala, dan rahmat baginya).
Imam Nawawi rahimahullah berkata:Adapun doa beliau Shallallahu „alaihi wa sallam terhadap Mu‟awiyah 'agar dia tidak kenyang'
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 5/8
ketika ia terlambat, maka ada dua jawaban yang telah lewat. Pertama, bahwa itu perkataan
dengan lidah yang tidak dimaksudkan. Kedua, bahwa itu adalah hukuman baginya karena
keterlambatannya. (Imam) Muslim rahimahullah memahami dari hadits ini bahwa Mu‟awiyahtidak berhak mendapatkan doa buruk, oleh karena itu ia memasukkan hadits tersebut ke dalam
bab ini. Selainnya (imam Muslim) ada yang menjadikan hadits ini termasuk keutaamaan
Mu‟awiyah, karena pada hakikatnya ini menjadi doa kebaikan untuknya”. [Al-Minhaj, 16/156].
Di antara yang menguatkan pemahaman tersebut adalah hadits-hadits lain yang diriwayatkan
Imam Muslim dalam bab yang sama, antara lain:
ه
سع
ػ
و
:ذ ب
خ ػب
ػء
ب
ن
س
ع
ػ
س
ب
ؼ
ب ؤ
ب شب
ب
ب ع ش بة ا
ه
ب سع : ذ ذ : ذ ب ب اك : به ا ب : ب
ؼ
: به ب
ج ذ ب بسذع ب ػ
ش ؤ ب ب
: اى ذ
س صمبحػ بؼ ج ع ؼ غ ا
شا
Dari „Aisyah, ia berkata: "Ada dua laki-laki menemui Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam .
Keduanya berbicara kepada beliau dengan sesuatu yang aku tidak memahaminya, lalu keduanyamenjadikan beliau murka, maka beliau melaknat keduanya dan mencelanya. Ketika keduanya
telah keluar, aku bertanya,'Wahai, Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam ! Siapakah yang
mendapatkan kebaikan sebagaimana telah didapatkan oleh keduanya?' Beliau (balik)
bertanya,'Apa itu?' Aku berkata,'Engkau telah melaknat keduanya dan mencelanya,' beliau bersabda,'Tidakkah engkau mengetahui syarat yang aku sampaikan kepada Rabbku? Yaitu aku
berdoa, Wahai Allâh, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, siapa saja umat Islam yang aku
telah melaknatnya dan mencelanya, maka jadikanlah itu kesucian dan pahala baginya'.” [HRMuslim, 2600]
Semakna dengan yang dikatakan oleh Imam Nawawi di atas, Imam adz-Dzahabi rahimahullah
berkata: “Kemungkinan dikatakan, ini adalah keutamaan bagi Mu‟awiyah berdasarkan sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam 'Wahai Allâh, barangsiapa yang aku telah melaknatnya dan
mencelanya (yaitu dari kalangan umat Islam-pen), maka jadikanlah itu kesucian dan rahmat
baginya'.” [Siyar A‟lamin-Nubala', 14/130; lihat juga Tadzkiratul- Huffadz, 2/699].
Bahkan sebagian ulama memahami doa Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam itu merupakan
keutamaan Mu‟awiyah seperti hakikatnya, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir
rahimahullah :
Sesungguhnya Mu‟awiyah telah mendapatkan manfaat dengan doa ini di dunia dan akhiratnya.
Adapun di dunianya, (yaitu) ketika ia menjadi gubernur di Syam. Dia makan tujuh kali sehari.
Didatangkan piring besar yang berisi daging yang banyak dan bawang, lalu dia makan darinya.
Dia makan tujuh kali sehari dengan daging, manisan, dan buah-buahan yang banyak. Dia
berkata, 'Demi Allâh, aku belum kenyang, namun capek'. Ini adalah nikmat dan sesuatu yangdihitung (dibanggakan) yang disukai oleh raja-raja.
Sedangkan di akhiratnya, Imam Muslim telah menyertakan hadits ini dengan hadits yang jugadiriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya dari banyak jalur dari sekelompok sahabat, bahwa
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 6/8
Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam berdoa, 'Wahai Allâh, sesungguhnya aku adalah
manusia biasa, siapa saja hamba yang aku telah mencelanya, atau menderanya, atau mendoakan
keburukan padanya, padahal dia tidak pantas mendapatkannya, maka jadikanlah itu penebus dosadan ibadah yang mendekatkannya di sisi-Mu pada hari kiamat'.
Imam Muslim menggabungkan hadits pertama dengan hadits ini suatu keutamaan bagiMu‟awiyah, dan tidak membawakan hadits itu untuk selainnya. [Al-Bidayah wan-Nihayah,18/119-120].
BENARKAH MU‟AWIYAH RADHIYALLAHU ANHU MELAKNAT ALI BIN ABI THALIB
RADHIYALLAHU ANHU?Memang ada beberapa riwayat di dalam buku-buku tarikh (sejarah) yang menyebutkan
Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , tetapi riwayat-riwayat itu tidak
shahîh, bahkan dusta. Adapun riwayat shahîh yang dianggap sebagai dalil Mu‟awiyahRadhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , maka hal itu karena kesalahpahaman
terhadapnya. Oleh karena itu, banyak ulama Ahlus-Sunnah yang mengingkari berita-berita yang
menyebutkan Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu .
Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu bersih dari tuduhan mencela Ali Radhiyallahu anhu , karena telah
terbukti ia sebagai sahabat Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam yang memiliki berbagai
keutamaan, baik secara umum maupun khusus. Sebagaimana ia Radhiyallahu anhu terpujiriwayat hidupnya, sehingga dipuji pula oleh para sahabat dan tokoh-tokoh tabi‟in. Mereka
memuji Mu‟awiyah dengan kebaikan beragama, pemahaman agama yang baik, keadilan,
kelapangan dada, dan lain-lain dalam hal sifat-sifat kebaikan.
Jika benar Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu , menceritakan celaan
dan laknat itu di mimbar-mimbar, berarti pujian para sahabat dan tokoh- tokoh tabi‟in serta
orang-orang setelahnya yang memujinya telah bersekongkol dan bersepakat di atas kesesatan,maka hal ini tentu sangat mustahil, karena umat Islam tidak pernah bersatu di atas kesesatan.
Di antara ulama Ahlus-Sunnah yang mengingkari berita-berita yang menyebutkan Mu‟awiyah
Radhiyallahu anhu mencela Ali Radhiyallahu anhu adalah sebagai berikut:[3]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Jauh (yaitu mustahil) Mu‟awiyah menyatakan laknat
dan celaan terhadapnya (Ali Radhiyallahu anhu ), karena Mu‟awiyah memilki sifat berakal, beragama, santun, dan akhlak yang baik. Adapun yang diriwayatkan darinya tentang hal itu
(celaaan dan laknat terhadap sahabat Ali Radhiyallahu anhu ), kebanyakan adalah dusat, tidak
shahîh”.[Al-Mufhim, 6/278].
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini tidak shahîh dari mereka, semoga Allah
meridhai mereka”. [Lihat dalam al-Bidayah wan-Nihayah, 10/576].
Di antara hadits shahih yang dianggap sebagai bukti Mu‟awiyah Radhiyallahu anhu mencela Ali
Radhiyallahu anhu ialah hadits berikut ini:
ػش
به
ػ
ب
ث
ؼع
ث
ػبش
ؼل
ب
به
عؼا
ب
ع
ث
خ ب بؼ
ب
به
شاة
اى
ب
ت
غ
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 7/8
7/21/2019 Membela Sahabat Yang Mulia Muawiyyah.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/membela-sahabat-yang-mulia-muawiyyahpdf 8/8
buku-buku tarikh, tetapi tidak bisa dipercaya.
Ibnul „Arabi rahimahullah berkata: Jika ada yang mengatakan ia (Mu‟awiyah) menyusupkanorang yang meracun al-Hasan, maka kami katakan, ini mustahil (ditinjau) dari dua sisi.
Pertama, Mu‟awiyah tidak perlu menjaga diri dari serangan al-Hasan, karena al-Hasan telahmenyerahkan urusan (kekuasaan).
Kedua, masalah tersebut merupakan perkara ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah.
Maka mengapa engkau tuduhkan hal itu dengan tanpa bukti kepada salah seorang dari makhluk-
Nya setelah zaman yang jauh. Kita tidak meyakini nukilan seseorang yang menukilkan yang berada di tengah-tengah pendapat para pengikut hawa nafsu, dan di dalam keadaan fitnah dan
fanatisme, setiap orang menisbatkan kepada musuhnya perkara yang tidak pantas. Maka nukilan-
nukilan itu tidak diterima kecuali yang bersih (murni) dan tidak didengar kecuali dari seorangyang benar-benar adil (jujur dan baik). [Al-„Awâshim minal-Qawâshim, hlm. 220-221].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata membantah Ibnu Muthahhar: “Adapun perkataan Ibnu Muthahhar „sesungguhnya Mu‟awiyah meracun al-Hasan‟, maka ini memang
disebutkan oleh sebagian orang, tetapi tidak ada bukti yang dibenarkan syari‟at atau pengakuan
yang diterima, dan tidak ada nukilan yang bisa dipastikan. Ini termasuk perkara yang tidak
mungkin diketahui. Maka mengatakan tentang hal ini merupakan perkataan tanpa ilmu. Intinya,hal seperti ini tidak bisa dihukumi dalam syari‟at berdasarkan kesepakatan kaum muslimin”.
[Minhajus-Sunnah, 4/469]
Demikian sedikit penjelasan dan bantahan sebagian syubhat terhadap sahabat yang mulia,
Mu‟awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhuma. Sesungguhnya syubhat sangat banyak, tetapi
sedikit isyarat ini mencukupi bagi orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah, wallâhu a‟lam
bish-shawwab.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
761016] _______
Footnote
[1]. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-fath dalam ayat ini ialah perdamaian Hudaibiyah.
[2]. HR Ahmad, 4/216; Bukhâri dalam at-Tarikh, 5/240; Tirmidzi, no. 3842; dan lain-lain.
Dishahîhkan oleh al-Albani di dalam ash-Shahîhah, no. 4/615.[3]. Lihat Sallus-Sinan fiidz-Dzabbi „an Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, 1/208