Transcript
Page 1: mengukur ambien oleh menlh.PDF

1

Lampiran IPeraturan Menteri NegaraLingkungan HidupNomor :Tanggal :

RINCIAN KEGIATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUPTAHUN ANGGARAN 2012

I. PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

a. Peralatan laboratorium permanen

Pengadaan peralatan laboratorium permanen baik untuk uji kualitas air, udara dantanah wajib mengacu pada ketentuan pasal 8 ayat (1) huruf a, b, c, dan d PermenLHNo......tentang Petunjuk Tenknis Pemenfaatan DAK Bid. LH 2012.

b. Peralatan laboratorium lainnya

1. Peralatan sampling air portable

Peralatan sampling air portable diperlukan untuk pengujian sampel kualitas air untukparameter DO, BOD, COD, TSS, Amonia, pH dan fecal coliform. Peralatan dengan fungsiyang sama dan sudah diadakan pada tahun sebelumnya, tidak diperbolehkanpengadaannya pada tahun berikutnya, kecuali untuk penggantian alat yang rusak.

2. Peralatan sampling udara ambien.

Peralatan sampling udara ambien paling sedikit dapat digunakan untuk mengambilsampel untuk parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3),Timah Hitam (Pb), Total Suspended Particulate (TSP), Particulate Matter dengan ukurankurang dari 10 mikron (PM10) dan Particulate Matter dengan ukuran kurang 2,5 mikron(PM2,5). Pengadaan peralatan sampling udara ambien sebaiknya dilengkapi dengan alatukur meteorologi yang dapat mengukur : kecepatan angin, arah angin, temperaturudara, kelembaban udara dan solar radiation (radiasi sinar matahari). Disamping ituperalatan sampling udara ambien diperlukan untuk melengkapi peralatan pengujian dilaboratorium yang sudah tersedia sebelumnya. Bagi kota-kota yang sudah memiliki alatpemantauan kualitas udara ambien otomatis (AQMS). Pengadaan peralatan ini wajibmengacu pada ketentuan pasal 8 ayat (1) huruf a, b, c, dan d PermenLH No......tentangPetunjuk Tenknis Pemenfaatan DAK Bid. LH 2012. Peralatan dengan fungsi yang samadan sudah diadakan pada tahun sebelumnya, tidak diperbolehkan pengadaannya padatahun berikutnya, kecuali untuk penggantian alat yang rusak.

Page 2: mengukur ambien oleh menlh.PDF

2

Peralatan Sampling Udara Ambien (Manual)

No Parameter Peralatan Sampling

1. Sulfur dioksida (SO2) Botol Impinger

2. Nitrogen dioksida (NO2) Midget Impinger

3. Ozon (O3)/ Oksidan fotokimia(Ox)

Botol Impinger

4. Total Suspended Particulate(TSP)

High Volume Air Sampler (HVAS)

5. Particulate Matter < 10 um(PM10)

- High Volume Air Sampler dilengkapidengan

- Gent Sampler

6. Particulate Matter < 2,5 Um(PM2,5)

- Gent Sampler

3. Peralatan sampling udara emisi sumber tidak bergerak.

Peralatan sampling udara emisi sumber tidak bergerak perlu diadakan terutama bagikabupaten/kota yang mempunyai banyak industri, pertambangan, dan pembangkitlistrik. Peralatan yang perlu diadakan adalah peralatan sampling yang mampu untukmelakukan pengukuran parameter : SO2, NOx, Amonia (NH3), CO, Total partikulat, danparameter logam. Peralatan dengan fungsi yang sama dan sudah diadakan pada tahunsebelumnya, tidak diperbolehkan pengadaannya pada tahun berikutnya, kecuali untukpenggantian alat yang rusak.

4. Peralatan pengujian kualitas tanah

Untuk pemantauan kerusakan tanah akibat produksi biomassa diperlukan seperangkatperalatan yang dapat digunakan untuk mengukur parameter fisik, kimia dan biologitanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentangPengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, Pengadaan alat terdiri darialat pengambilan sampel tanah dan alat pengujian sampel tanah. Peralatan denganfungsi yang sama dan sudah diadakan pada tahun sebelumnya, tidak diperbolehkanpengadaannya pada tahun berikutnya, kecuali untuk penggantian alat yang rusak.

c. Kendaraan operasional pemantauan dan pengawasan lingkungan

Pengadaan kendaraan operasional pemantauan dan pengawasan lingkungan wajibmengacu pada ketentuan pasal 8 ayat (2) huruf a dan b PermenLH No......tentangPetunjuk Tenknis Pemenfaatan DAK Bid. LH 2012.

Page 3: mengukur ambien oleh menlh.PDF

3

II. PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Pengadaan Instalasi Pengolah Air Limbah Usaha Kecil dan Menengah (IPAL UKM).

Pembangunan IPAL UKM dirancang sesuai dengan debit, konsentrasi dan kapasitaspengolahan air limbah sehingga memenuhi baku mutu lingkungan seperti padaGambar 1 di bawah ini.

Gambar 1Contoh Lay Out IPAL UKM

2. Pengadaan IPAL Fasilitas Kesehatan

Pembangunan IPAL fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mengolah air limbah yangdihasilkan dari kegiatan fasilitas kesehatan.

3. Pengadaan Pemusnah Limbah Infeksius Fasilitas Kesehatan

Untuk memusnahkan limbah medis yang bersifat infeksius dan patologis seperti bekasjarum suntik dan potongan tubuh, digunakan prinsip insinerasi dengan menggunakanalat yang disebut incinerator.Secara sederhana proses insinerasi dapat digambarkan dalam skema berikut :

Page 4: mengukur ambien oleh menlh.PDF

4

Gambar 2. Proses Insinerasi

Limbah medis direaksikan dengan oksigen dari udara dengan bantuan suplai panas daribahan bakar menghasilkan abu buang serta panas sisa pembakaran. Secara ideal reaksikimia dari proses pembakaran adalah sebagai berikut :

CxHyOz + (x+y/4-z/2) O2 x CO2 + y/2 H2O

Pembakaran dapat terjadi dengan sempurna jika tersedia cukup udara, bahan bakartambahan untuk pembakar, dan waktu tinggal (time residence) untuk melangsungkanpembakaran. Titik nyala yang umumnya berkisar antara 200-500oC dicapai denganpemberian panas yang disuplai oleh bahan bakar dari pilot burner di ruang bakar.

PANAS PADATAN SISA

I N C I N E R A T O R

GAS BUANG

SUPPLAI ENERGITERKONTROL

UDARA BAKARTERKONTROL

LIMBAHINFEKSIUS

Page 5: mengukur ambien oleh menlh.PDF

5

Gambar 3. Skema Incinerator

4. Pengadaan Pengolah Sampah dengan prinsip 3 R

Pembangunan unit pengolah sampah terutama diarahkan dalam rangka penerapanprinsip 3R (reuse, recycle, recovery).Unit pengelolaan sampah, terdiri atas:

1. Bak sampah;2. Tong sampah;3. Gerobak sampah;4. Alat daur ulang sampah;5. Alat pencacah sampah;6. Alat pencacah plastik;7. Alat pembuat biji plastik;

Page 6: mengukur ambien oleh menlh.PDF

6

8. Alat pemilah sampah;9. Bangunan rumah atap pengolah sampah;10. Kendaraan roda dua pengangkut sampah;11. Truck sampah;12. Kontainer sampah;13. Composter14. conveyor pemilah sampah;15. dryer;16. arm roll.

Gambar 4.Contoh Lay Out Pengelolaan Sampah Organik

Page 7: mengukur ambien oleh menlh.PDF

7

Gambar 5.

Contoh Bangunan Unit Pengolah Sampah

Gambar 6.Contoh Alat Transportasi Sampah

Page 8: mengukur ambien oleh menlh.PDF

8

III. PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)

A. Pembangunan Taman Hijau/Taman Kehati

Pembangunan taman hijau /taman kehati merupakan salah satu upaya untukmenangkap gas CO2 yang merupakan salah satu GRK dan sekaligus sebagai paru-parukota. Kegiatan pembangunan Taman Kehati juga bertujuan sebagai pencadangansumber daya alam hayati guna penyelamatan tingkat ancaman sangat tinggi terhadapkelestariaannya. Taman Kehati mempunyai fungsi antara lain : a.Sumber bibit,b.Pengembangbiakan tumbuhan dan satwa pendukungnya, c.Sumber genetiktumbuhan dan tanaman asli/lokal yang dibudidayakan secara tradisional, d.Saranapendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan, e.Ruang terbuka hijau,f. Penambahan tutupan vegetasi. Berikut contoh taman kehati sebagaimana gambar 7di bawah ini:

Gambar 7.Contoh Gambar Taman Hijau

Page 9: mengukur ambien oleh menlh.PDF

9

B. Pengadaan Unit Biogas.

Penanganan limbah organik yang baik dapat memperbaiki lingkungan danmenghasilkan nilai tambah ekonomi misalnya bagi para peternak dan petani.Pemanfaatan limbah organik yang tadinya tidak bermanfaat menjadi berhasil gunamenjadi gas metan sebagai energi, pupuk cair dan pupuk padat organik.Sumber pencemar yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, antara lain:1. kotoran ternak sapi , kerbau dan babi;2. eceng gondok;3. sisa proses pembuatan tahu dan ampas tahu;

Dalam pembuatan biogas pertimbangan desain teknis perlu dilakukan. Beberapa faktoryang mempengaruhi pemilihan desain dan model instalasi biogas, antara lain:1. desain sederhana, dalam hal konstruksi, operasional dan perawatan;2. bahan baku mudah didapat, jenis bahan baku yang dapat digunakan adalah bahan

bangunan dan bahan fabrikan (fiber);3. mudah diperbaiki, aman dan bila memungkinkan mudah dipindahkan;4. harga terjangkau oleh petani dan peternak, dan umur pemakaiannya lama.

Page 10: mengukur ambien oleh menlh.PDF

10

Gambar 8.Contoh Desain Biodigiser (eceng gondok)

Gambar 9.

Contoh Rencana Desain Biodigiser (Kotoran Sapi)

Desain Biodigister Tampak Samping dan Atas

Page 11: mengukur ambien oleh menlh.PDF

11

Instalasi Penglolahan Air Limbah (IPAL) Biogas

Industri Tahun dan Ternak

Gambar 10. Prinsip kerja Teknologi Biogas

Gambar 11. Teknis IPAL Biogas Industri Tahu

Page 12: mengukur ambien oleh menlh.PDF

12

Investasi awal yang diperlukan untuk membangun sarana fisik IPAL biogas industri tahudiperkirakan sebesar Rp. 9.5 juta per meter kubik bangunan, ditambah dengan biaya pemipaanRp.125.000 per meter (LPTP, 2010). Penentuan kapasitas IPAL yang dirancang didasarkan padavolume air limbah produksi tahu dikalikan dengan waktu tinggal yang biasanya 3 hari, sebagaiberikut:Volume limbah per hari (m3/hari) = Jumlah bahan baku kedelai (kg/hari) x 15 literKapasitas IPAL (m3) = Volume limbah (m3/hari) x 3 hari waktu tinggalInvestasi Bangunan IPAL (Rp) = Rp. 9.5 X Kapasitas IPAL (m3)

Sedangkan biaya pembangunan biodigester ternak sapi tergantung pada bahan bangunan yangdigunakan. Biodigester dengan bahan utama fero semen diperkirakan memerlukan biayasebesar Rp.10 juta rupiah untuk setiap unit biodigester terkecil yang efesien untuk dibangun.Unit biodigester terkecil tersebut kurang lebih berukuran 4 m3 yang dapat manampungkotoran sapi maksimal 4 ekor.

Gambar 12. Teknis Biodigester Ternak SapiKapasitas 4 m3 dengan bahan ferro semen

Page 13: mengukur ambien oleh menlh.PDF

13

Gambar 13. Teknis Biodigester Ternak Sapi Kapasitas 4 m3 dengan bahan Fiber

Gambar 14. Gambar Teknis Biodigester Ternak Sapi Kapasitas 4 m3 dengan bahan Fiber

Page 14: mengukur ambien oleh menlh.PDF

14

IV. PERLINDUNGAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP.

A. Sumur Resapan

Dalam proses pembuatan sumur resapan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,diantaranya adalah komponen bangunan sumur resapan, persyaratan lokasi pembuatan danpersyaratan konstruksi/desain dari sumur resapan itu sendiri.

1) Komponen Bangunan Sumur Resapan :

Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur;

Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan;

Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran permukaanyang akan masuk;

Sumur resapan; serta

Pipa pembuangan yang berfungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumurresapan sudah penuh.

2) Persyaratan Lokasi :

Sumur resapan dangkal harus berada pada lahan yang datar, tidak berada pada lahanyang berlerang, curam, atau labil;

Sumur resapan dangkal dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septictank (minimal 10 meter diukur dari tepi) dan berjarak minimum 1 meter dari pondasibangunan;

Lokasi sumur resapan yang akan dibuat supaya dicatat koordinat geografisnya yangmeliputi: lintang dan bujur, ketinggian lokasi (dpl). Dengan menggunakan GlobalPositioning System (GPS) atau dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Datakoordinat sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis datapengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yangtelah berjalan.

3) Persyaratan Konstruksi / Desain Teknis Sumur Resapan :

Bentuk sumur resapan dangkal boleh bundar atau empat persegi.

Sumur resapan dangkal harus diberi penutup, dapat menggunakan pelat betonbertulang.

Air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan dangkal harus melalui bak kontrolsebagai sediment mengendap di bagian bawahnya.

Page 15: mengukur ambien oleh menlh.PDF

15

2-10 mtergantun

g Jenisdan

LapisanTanah

Saluran air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan dapat menggunakan pipaberdiameter 6 inchi.

Jarak bak kontrol dengan sumur resapan dangkal kurang lebih 50 centimeter.

kedalaman sumur resapan dangkal sekitar antara 2 – 10 meter diatas air tanah dangkal(sesuai dengan kedalaman air tanahnya).

kontruksi bangunan pada dinding sumur resapan dangkal dapat menggunakan batako,bata merah dengan komposisi ada sela-sela /pori-pori dengan bahan yangkasar(pecahan bata merah, kerikil yang berongga).

Bagian dasar sumur resapan dangkal diisi dengan pecahan batu, ijuk serta arang yangdisusun secara berongga.

Bak kontrol dan sumur resapan dangkal dibersihkan setiap musim kemarau dan musimpenghujan dengan mengangkat bahan pengendap (arang aktif, pasir, kerikil dan ijuk).

Gambar 15. Desain Konstruksi Sumur Resapan Dangkal

bak kontrol sedimen

10-15 cm kerakal / koral

Arang AktifPasirKoralInjuk

Page 16: mengukur ambien oleh menlh.PDF

16

Gambar 16. Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (Tampak Samping)

Page 17: mengukur ambien oleh menlh.PDF

17

Gambar 17. Desain Tutup dan Buis Beton Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan

Gambar 18. Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (tampak atas).

Page 18: mengukur ambien oleh menlh.PDF

18

Gambar 19. Desain Bak Kontrol Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan.

Gambar 4 memperlihatkan desain yang unik pada buis beton yang ditanam pada bak/ sumurperesapan. Bentuk/tipe sistem peresapan ini sengaja didesain agar air yang masuk ke dalamsumur dapat segera diresapkan ke dalam tanah. Sehingga laju infiltrasi tanah menjadi lebihbesar, selain itu desain ini juga memperhatikan kekuatan rancang bangun sistem peresapan itusendiri.

B. Lubang Resapan Biopori

Lubang Resapan Biopori (LBR) adalah lubang silidris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanahdengan diameter 10 – 30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau melebihi kedalaman muka airtanah. Lubang kemudian diisi sampah orgtanik untuk mendorong terbentuknya biopori. Bioporiadalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atauakar tanaman.

Lokasi Pembuatan

Lobang Resapan Biopori (LBR) dapat dibuat di halaman rumah, perkantoran, lapangan parkir,parit atau selokan yang berfungsi untuk aliran pembuangan air hujan saja, serta di lahan kebundan areal terbuka lainnya.

Page 19: mengukur ambien oleh menlh.PDF

19

Cara Pembuatan :

1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman 100 cm ataujangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuatdengan menggunakan bambu, pipa besi atau alat bor tanah. Jarak antar lubang 50 – 100cm;

2. Mulut atau pangkal lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2- 3 cm,setebal 2 cm disekeliling mulut lubang;

3. Isi lubang LBR dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan rumputdari halaman atau sampah dapur;

4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurangatau menyusut karena proses pelapukan; serta

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil setelah 2 – 3 bulan.

Gambar 20. Pembuatan lubang resapan dengan bor tanah atau Lubang Biopori

Membuat

lubang

dengan bor

tanah

Page 20: mengukur ambien oleh menlh.PDF

20

Jumlah LBR yang disarankan

Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapanair dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus :

Intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (m2)

laju resapan air perlubang (liter / jam).

Contoh:

Untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan airperlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m bidang kedap perlu dibuat sebanyak : (50 x100) : 180 = 28 lubang.

Gambar 21. Peralatan dalam membuat LRB dan bahan pengisi LRB

Page 21: mengukur ambien oleh menlh.PDF

21

C. Embung (Kolam Tampungan Air)

Metode kolam tampungan drainase dalam skala besar sangat mudah untuk disosialisasikanmelalui pola pemenuhan kebutuhan bahan urugan atau bahan galian C (Gambar 22).Pemerintah dan masyarakat dapat mencari lokasi tambang galian C, kemudian dikeruk. Hasilgaliannya dipakai sebagai bahan urug, bekas galiannya dipakai sebagai kolam resapan air hujansekaligus dapat dikembangkan untuk rekreasi.

Cara ini banyak dipraktekkan di negara-negara maju sehingga dalam jangka waktu tertentumereka mempunyai banyak sekali danau buatan dari tambang galian C. Di samping itu,konstruksi kolam dapat dibangun di areal permukiman.

Gambar 22. Kolam penampung air hujan (embung) dan drainase ramah lingkungan padapemukiman dan areal pertanian/perkebunan

.

Selain di areal permukiman, dikenal juga kolam konservasi air hujan di areal pertanian (Gambar8). Kelebihan air hujan yang jatuh di areal pertanian, termasuk limpasan dari jalan danperkampungan di sekitar areal pertanian, dapat ditampung pada kolam-kolam penampungan,tidak langsung dibuang ke sungai. Pemerintah atau masyarakat dapat memanfaatkan tanah kasdesa atau membeli beberapa hektar lahan untuk dijadikan kolam konservasi air hujan.

Dimensi areal konservasi disesuaikan dengan luas daerah tangkapan air hujan yang akandimasukkan ke kolam tersebut dan karakteristik air hujan. Perencanaan dimensi kolam dapatdilakukan dengan hitungan rumus-rumus drainase hujan aliran biasa.

bekas galian C yang dimanfaatkansebagai kolam tampungan air

(embung) sekaligus untuk rekreasimasyarakat

kolam konservasi di areal pertanian /perkebunan

Page 22: mengukur ambien oleh menlh.PDF

22

Gambar 23. Kolam konservasi air hujan di areal pertanian

D. Penanaman Pohon di Sekitar Mata Air

Penanaman pohon di sekitar sumber mata air yang berada di luar dan dalam kawasan hutandiutamakan jenis tanaman lokal yang berumur panjang. Namun demikian apabila ada alasanteknis lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (saran dari ahli) dapatmenggunakan tanaman lainnya dari luar daerah. Umur dan besar bibit tanaman disesuaikankondisi setempat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

Lokasi penanaman dapat berada di luar dan dalam kawasan hutan, dan harus berada disekitar sumber atau mata air;

Mudah terjangkau untuk akses pemeliharaan;

Lahan untuk lokasi penanaman bukan milik perseorangan atau sejenisnya untukmemudahkan pengendalian;

Koordinasi dengan instansi terkait.

Komponen kegiatan penanaman pohon di sekitar sumber mata air yang berada di luar kawasanhutan meliputi :

1) Pengadaan bibit tanaman;

2) Biaya penanaman;

3) Biaya pemeliharaan.

sempadan sungai

sungai

sawah / tegalan

kolamtampungan

air

selokanmenuju

kolam

Page 23: mengukur ambien oleh menlh.PDF

23

Gambar 24. Jarak tanam pohon di sekitar mata air

Jarak Tanam Pohon (3x3 meter, atau 4x4 meter, atau 5x5 meter)

Mata Air

Teknis pelaksanaan penanaman pohon di sekitar mata air :

Pohon yang akan ditanam dipastikan memiliki ketinggian dan diameter batang yangmencukupi dan dapat hidup di lokasi penanaman;

Tanam pohon yang sudah dipilih terlebih dahulu jenis pohonnya sesuai dengan kondisi dankarakteristik lokasi penanaman, masukkan kedalam lubang tanam yang telah disediakanterlebih dahulu;

Gunakan jarak tanam yang ideal dan mencukupi untuk ruang tumbuh tanaman, bisa 3x3meter, 4x4 meter, atau 5x5 meter (tergantung dari jenis pohon yang ditanam);

Berikan pupuk organik (lebih direkomendasikan daripada pupuk jenis kimia) di sekitarlokasi penanaman pohon, dan siram dengan air secukupnya;

Kemudian lakukan penjarangan dan penyiangan pohon dalam pemeliharaannya, untukmemastikan kondisi pohon yang ditanam dapat tumbuh dengan baik.

E. Pencacah Gulma (Enceng Gondok) dan Pembuatan Media Tanam (Bitumen)

Pada dasarnya semua bahan organik yang mengandung unsur Karbon (C) dan Nitrogen (N)dapat dikomposkan. Bahan organik yang dimaksud antara lain jerami (limbah pertanian),tanaman air (Eceng Gondok, Azolla, Ganggang biru) kotoran ternak, limbah industri (padat dancair), limbah rumah tangga (tinja, urine, sampah rumah tangga dan sampah kota). Pemilihan

Page 24: mengukur ambien oleh menlh.PDF

24

bahan organik yang akan dikomposkan harus dilakukan dengan baik terutama dengan besarnyanisbah Karbon – Nitrogen (C/N), karena nisbah C/N akan menentukan kecepatan/lajupengomposan.

Bahan organik yang mempunyai nisbah C/N yang tinggi memerlukan waktu pengomposan yangcukup lama. Persyaratan agar terjadi pengomposan yang optimal adalah nisbah C/N antara 30s/d 50. Dalam penuntun praktis ini bahan baku organik yang digunakan adalah Eceng Gondok,jerami dan kotoran ternak. Selain itu digunakan bahan lain yaitu EM4 untuk pasokanmikroorganisme.

Gambar 25. Jerami dan Enceng Gondoksebagai material potensial untuk pembuatan pupuk organik

Peralatan yang Digunakan

a. Peralatan Manual

(1). Sekop, cangkul atau garpu digunakan untuk pengadukan, pengumpulandan penggeseran bahan kompos, pembalikan dan penempatan dalamwadah.

(2). Ayakan / saringan digunakan untuk mengayak pupuk organik yang

sudah matang, untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan.

(3). Parang atau sabit digunakan untuk pencacahan secara manual apabilabahan kompos berukuran besar.

(4). Ember digunakan untuk pencampuran air dengan mikroorganisme pengaktifataupun untuk perbanyakan mikroorganisme pengaktif. Pencampurandapat dilakukan dalam gembor.

(5). Gembor digunakan untuk menyiram bahan kompos dengan bahan pengaktifatau agar merata untuk menjaga kelembaban.

(6). Sarung tangan, masker dan sepatu bot digunakan sebagai pelindung untukmenjaga kesehatan dengan semaksimal mungkin menghidari kontaklangsung dengan bahan baku dan kompos.

Page 25: mengukur ambien oleh menlh.PDF

25

(7). Timbangan digunakan untuk menyiapkan bahan–bahan kompos denganperbandingan–perbandingan tertentu dan untuk menimbang pupuk organikyang dihasilkan.

(8). Termometer digunakan untuk mengukur suhu pada saat prosespengomposan. Jika suhu terlalu tinggi maka harus dilakukan penurunandengan cara pembalikan, atau dibuat ventilasi untuk aliran udara.

(9). pH-meter digunakan untuk mengukur derajat kemasaman, yaitu denganditancapkan ke dalam campuran kompos dalam bak pengomposan.

b. Mesin Pencacah

Salah satu faktor yang menentukan kualitas kompos Eceng Gondok yang dihasilkan, adalahtingkat kehalusan pencacahan Eceng Gondok dan bahan baku lainnya. Semakin halusbahan-bahan sebelum dikomposkan, kualitas kompos yang dihasilkan cenderung semakinbaik. Pencacahan dapat dilakukan misalnya dengan mesin pemotong rumput gajah, mesinpenggiling, atau modifikasi keduanya. Pada umumnya mesin pencacah memiliki 3 bagianyaitu :

motor penggerak (mesin diesel berkekuatan 8 PK, 10 PK dan seterusnya tergantungjumlah dan kapasitas penggilingan).

Bagian pencacah/penggiling yang terdiri dari leher/ as roda, dan komponen yangbergerak yaitu pisau-pisau.

Bagian tranmisi berupa sabuk (karet) yang dipasang dengan ketegangan tertentu, tidakterlalu kendor maupun terlalu kencang. Ada pula yang berupa gigi atau batang kaku.

Gambar 26. Mesin pencacah dan penggiling

(Dok: NM, 2005), (b) mesinpencacah, (c) pisau-pisaupencacah, (d) pencacahan, (e)hasil pencacahan (Dok: HM,2006).

Mesin ini harus dioperasikansesuai petunjuk pengopera-sianyang diinformasikan pada saatmembeli atau dalam manualalat, serta harus dirawat bagian-bagiannya sehingga pisau-pisaunya tidak tumpul, mesintidak berkarat dan macet,d e

b c

a

Page 26: mengukur ambien oleh menlh.PDF

26

sehingga dapat digunakan untuk waktu bertahun-tahun.

c. Bak Pengomposan

Agar mendapatkan hasil pupuk organik yang baik, bak pengomposan harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :

(1). Memiliki kapasitas volume, dan lingkungan yang diinginkan.

(2). Terletak di tempat yang memungkinkan diterimanya sinar matahari sehingga tercapaisuhu pengomposan yang diperlukan dan tertutup dari curah hujan.

Bak pengomposan dapat berupa lubang yang digali di tanah, bak dari kayu atau bambu,bekas drum, bak dinding beton, ataupun bak pengomposan plastik yang telah dijual dipasaran.

Gambar 27. Contoh bak pengomposan dari bambu, dengan satu sisi yang dapat dibuka/ tutupdan (b) Contoh desain bak pengomposan dari beton, dengan sekat kayu yang dapat

dibuka/tutup.

(b)(a)

Page 27: mengukur ambien oleh menlh.PDF

27

Gambar 28. Berbagai macam teknologi penghalus dan pengayak pupuk organik yang matang.

Teknik Pembuatan Media Tanam dari Enceng Gondok

a) Proses Pengomposan :

Pengomposan adalah suatu usaha pengolahan bahan organik secara biologi menjadiproduk yang bersifat higienis dan humik, dapat memperbaiki struktur tanah danmemberikan zat makanan bagi tanaman. Pengomposan merupakan gabungan dariproses fisik, kimia dan enzimologi yang terjadi selama degradasi bahan organik dengankondisi yang optimal.

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik maupun anaerobik. Pengomposansecara aerobik sering digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan serta tidakmemerlukan kontrol proses yang sulit. Pengomposan secara aerobik membutuhkanmikroba aerob untuk mendegradasi bahan organik, sementara pengomposananaerobik membutuhkan mikroba anaerobik.

b) Perubahan Fisik :

Selama proses pengomposan terjadi perubahan fisik dan kimia dari bahan yangdikomposkan. Perubahan warna di akhir pengomposan warna berubah menyerupaiwarna tanah.

Perubahan suhu Perubahan suhu merupakan parameter bagi tingkat kegiatanperombakan bahan organik oleh mikroorganisme. Jika proses pengomposan terjadidengan baik, suhu akan naik pada awal pengomposan kemudian turun, sampai akhirpengomposan suhu sedikit di atas suhu udara.

Penyusutan volume dan pengurangan bobot. Penyusutan volume dan penguranganbobot yang terjadi selama proses pengomposan disebabkan adanya proses

(d)

(b)

(e)

(a)

Page 28: mengukur ambien oleh menlh.PDF

28

pencernaan oleh mikroorganisme. Selama proses ini bahan organik diuraikan menjadiunsur-unsur yang dapat diserap oleh mikroorganisme tersebut.

Perubahan bau (kompos yang sudah matang tidak berbau, atau hampir berbau samadengan tanah/humus).

Perubahan struktur kompos (struktur kompos biasanya lepas, tidak lengket dan tidakmenggumpal).

c) Persiapan Bahan dan Penetapan Formula :

Pemilihan dan penetapan formula bahan baku pupuk organik sangat penting agarmemenuhi kriteria persyaratan terjadinya proses pengomposan yang ideal.

Dalam hal pemilihan bahan baku Eceng Gondok, jerami dan kotoran ternak harusdiperhatikan ukuran, kelembaban dan pembandingan bahan baku. Untuk memenuhipersyaratan ukuran yang ideal, Eceng Gondok dan jerami dapat dicacah dengan mesinpencacah.

Sedangkan kotoran ternak yang digunakan dapat disesuaikan dengan potensi daerahmisalnya kotoran ayam, sapi, kambing, kerbau atau guano (burung).

Dalam hal penentuan formula bahan baku dapat dipilih beberapa alternatif antara lain:

Eceng Gondok : kotoran ternak = 70%:30 % (dalam berat).

Eceng Gondok : jerami : kotoran ternak 35% : 35% : 30% (dalam berat).

Sebagai pengaktif mikroorganisme dapat digunakan EM4 atau produk sejenis lainnyayang mudah diperoleh di pasaran.

d) Pengemasan :

Pengemasan pupuk organik biasanya dilakukan untuk keperluan komersial atau jika akandisimpan. Pengemasan pupuk organik untuk keperluan komersial dimaksudkan untuk:

Memudahkan bongkar muat

Menjaga kualitas pupuk

Agar kelihatan menarik

F. Pencegah Longsor Tebing Sungai Ramah Lingkungan

Tebing sungai yang merupakan bagian dari sempadan sungai, merupakan komponen ekosistemsungai yang sangat penting dan perlu kita jaga kelestariannya. Terdapat 2 (dua) mahzab besardalam hal pengelolaan dan penanganan permasalahan tebing sungai, diantaranya adalahmelalui konsep sipil teknis yang salah satunya melalui penurapan sungai; serta konsep eko-hidraulik sungai yang lebih pro-lingkungan.

Page 29: mengukur ambien oleh menlh.PDF

29

Gambar 29. Konsep penanganan bantaran sungai melalui sipil teknis penurapan

versus konsep eko-hidraulik

Gambar 30. Penggunaan tebing turap versus konstruksi eko-hidraulik

Dikes, non eco-hydraulicconstruction

Eco-hydraulicconstruction

Page 30: mengukur ambien oleh menlh.PDF

30

Kombinasi yang dapat digunakan dalam usaha perlindungan tebing sungai adalah denganmelakukan penurapan tebing sungai tetapi dengan mengkombinasikannya dengan penanamanpohon, seperti dapat terlihat pada di bawah ini :

Gambar 31. Penerapan konsep eko-hidraulik dalam penurapan tebing sungai

MENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,

BALTHASAR KAMBUAYA


Recommended