PENDAHULUAN
Infeksi pada susunan saraf pusat (SSP) dapat terjadi di beberapa tempat. Bagian SSP
yang sering terinfeksi adalah otak (enchepalitis), membran yang membungkus otak
(meningitis), medulla spinalis (myelitis), rongga-rongga di otak (ventrikulitis) serta
peradangan kombinasi pada medulla spinalis dan otak (myeloencephalitis).
Kerusakan sistem saraf pusat sebenarnya tidak hanya karena adanya mikroorganisme,
tetapi lebih diakibatkan oleh proses inflamasi sebagai respon adanya mikroorganisme
tersebut. Penyakit meningitis dapat terjadi pada semua tingkat, usia, namun kalangan usia
muda lebih rentan terserang penyakit ini.
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mycobacterium dan protozoa.
Infeksi bakteri Neisseria meningitidis lebih banyak dijumpai pada penderita meningitis
dewasa. lanjut usia merupakan kelompok usia yang rentan terhadap infeksi Pneumonia dan
biasanya disertai infeksi Streptococcus. Sedangkan Haemophilus influenza adalah penyebab
utama meningitis pada anak-anak usia 3 bulan hingga 4 tahun.
PEMBAHASAN
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi sistem saraf pusat, yang
biasanya dikenal dengan meninges (radang pada arachnoid dan piamater). Meningitis dapat
berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti agen infeksi, trauma, kanker, atau
penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia,protozoa, dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian. Perjalanan
penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur
saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal.
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :
a. Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang belakang dan
sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk struktur-
struktur ini.
b. Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piamater dan duramater.
c. Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat.
ETIOLOGI
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Penyebab infeksi ini dapat
diklasifikasikan atas :
1. Bakteri
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Eschericia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus
Enterovirus
3. Jamur
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
PATOFISIOLOGI
Agen penyebab
Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah
Bermigrasi ke lapisan subarachnoid
Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan serebrospinal, dan ventrikuler
Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun protozoa, point of entry masuknya
kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah,
penyebab lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan kontaknya cairan serebrospinal dengan lingkungan luar.
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Temgkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s
dan Brudzinsky positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya si penderita merasa sangat lelah, leher
terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul
bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku,
dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
Gejala infeksi akut
Panas
Nafsu makan tidak ada
Anak lesu
Gejala kenaikan tekanan intrakranial
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Ubun-ubun besar menonjol
Gejala rangsangan meningeal
Kaku kuduk
Kernig
Brudzinsky I dan II positif
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan gejala dan
tanda dari infeksi akut, peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu
diperhatikan. Untuk mengonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa
tes darah dan cairan sumsum tulang belakang.
Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal
(lumbal puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan tulang
belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyerap contoh cairan sumsum tulang belakang.
Tekanan cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi,
sebagiam cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan.
Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala yang dapat
berlangsung beberapa hari.
KLASIFIKASI
MENINGITIS BAKTERI atau PURULENTA
Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan
proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus.
Meningitis bakteri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat, mempunyai risiko tinggi dalam menimbulkan kematian dan kecacatan. Diagnosis
yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri. Penyebab
meningitis purulenta yang tersering adalah Haemophilus influenza, Diplococcus pneumonia,
Neisseria meningitides, Streptococcus B haemolitikus, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, dan Salmonella sp.
ETIOLOGI
1. Neonatus : Escherichia coli, Streptokokus, Listeria
2. Anak : Haemophilus influenza, Neisseria meningitides (meningokokus), Pneumokokus
3. Dewasa : Neisseria meningitides, Pneumokokus, Streptococcus, Staphylococcus
PATOGENESIS
Bakteri mencapai selaput otak dan ruang subarachnoid melalui :
Trauma terbuka kepala
Operasi
Fraktur basis kranium
Langsung dari infeksi telinga, sinus paranasalis, tulang
Hematogen : sepsis, radang paru, infeksi jantung, infeksi kulit, infeksi gigi dan mulut
Patogenesis dari meningitis dapat terjadi melalui beberapa fase :
1. Penyebaran kuman ke tuan rumah
2. Pembentukan kolonisasi pada nasofaring
3. Invasi ke dalam traktus respiratorius
4. Penyebaran hematogen
5. Invasi ke susunan saraf pusat
Bila bakteri mencapai ruang subarachnoid akan terjadi proses inflamasi. Neutrofil
masuk ke dalam ruang subarachnoid menghasilkan eksudat yang purulen. Dalam penilaian
secara dasar tampak eksudat berwarna kuning keabu-abuan atau kuning kehijauan. Eksudat
paling banyak terdapat dalam sistema pada daerah basal otak dan seluruh permukaan dari
hemisfer dalam sulkus Sylvii dan Rolandi.
Eksudat purulen terkumpul dalam sistema ini dan meluas ke dalam sistema basal dan
di atas permukaan posterior dari medulla spinalis. Eksudat juga dapat meluas ke dalam
selubung arachnoid dari saraf cranial dan ruang perivaskuler dari korteks.
Recommended