Modul Pelatihan MODUL MI-5 PPEENNGGEELLOOLLAAAANN SSAARRAANNAA
PPEEMMBBUUAANNGGAANN AAIIRR LLIIMMBBAAHH
DDII DDAAEERRAAHH TTAANNGGGGAAPP DDAARRUURRAATT
I. DESKRIPSI SINGKAT
alam situasi bencana dengan semua keterbatasan pasti banyak limbah yang tidak
terurai dengan baik, sehingga sangat dikawatirkan akan mengganggu kesehatan para warga
korban bencana tersebut. Limbah dimaksud bisa berasal dari pusat dapur, kamar mandi, cucian, dan
kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau
sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat.
Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar
untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan
D
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
2
penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan
lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah yaitu dengan:
• Membuat saluran air kotor
• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara
Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memerhatikan ketentuan sebagai berikut:
1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di
daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah
maupun air di bawah permukaan tanah. 2) Tidak mengotori permukaan tanah.
3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga
lain. 5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7) Jarak minimal sumber air dengan bak resapan 10 meter.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda
terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak
pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan
minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur,
agar lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
3
sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk
membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar
mampu mengelola Sarana pembuangan air limbah di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah
kerjanya
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar
dapat:
1. Menjelaskan dampak air limbah yang tidak
dikelola dengan baik
2. Menyediakan sarana SPAL di daerah tanggap
darurat
3. Memelihara sarana SPAL di daerah tanggap darurat
4. Menyediakan Instalasi Pengolahan air limbah di daerah tanggap darurat
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
4
III. POKOK BAHASAN
A. Pengantar Dampak Air Limbah.
B. Penyediaan SPAL di Daerah Tanggap Darurat
C. Pemeliharaan SPAL di Daerah Tanggap Darurat
D. Pengadaan Ipal di Daerah Tanggap Darurat
IV. PROSES PEMBELAJARAN
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara
efektif, maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Peyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
Kegiatan bina suasana dikelas
a. Memperkenalkan diri
b. Menggali pendapat pembelajar (curah
pendapat) tentang apa yang dimaksud dengan pengelolaan sarana pembuang kotoran
manusia di daerah tanggap darurat
c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan
tujuan pembelajaran tentang pengelolaan
sarana pembuanga kotoran manusia di daerah tanggap darurat
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
5
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang
diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
Langkah 2: Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 sampai dengan 4 secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar
untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-
hal yang dianggap penting
b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
Langkah 3: Pendalaman pokok bahasan di kaitkan dengan situasi tanggap darurat
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikan pokok bahasan sbagai berikut :
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
6
Kelompok 1: Identifikasi jenis-jenis SPAL
yang sesui denga situasi kondisi di daerah tanggap daurat,
Kelompok 2: Penyediaan SPAL yag sesuai
dengan situasi dan kondisi di daerah
tanggap darurat
Kelompok 3: Pemeliharaan SPAL di daerah
tanggap darurat
Kelompok 4: Penyediaan IPAL yag sesuai
dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua,
sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih
ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-
hal yang kurang jelas pada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok
bahasan/ sub pokok bahasan yang ditugaskan dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil
pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta masing-masing kelompok mempresen-
tasikan hasil duskusi
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
7
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan
dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat
d. Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi
masing – masing pokok bahasan yang dikaitka dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat yang telah dibuat oleh tiap kelompok
Langkah 5: Simulasi pada situasi taggap
darurat (buatan)
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mensimulasikan pokok bahasan : (1) Identifikasi
jenis SPAL dan IPAL yang sesuai dengan situasi
dan kondisi di daerah tanggap darurat, (2) Penyediaan SPAL dan IPAL yang sesuai dengan
situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat
Catatan : setiap kelompok mensimulasikan dalam situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat yang berbeda
b. Meminta masing-masing kelompok yang sedang
tidak bersimulasi menjadi observer
c. Memberikan bimbingan pada proses simulasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok simulasi
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
8
b. Melakukan simulasi secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap
darurat yang berbeda
c. Kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer untuk mengobservasi
kelompok yang sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang sudah baik dan yang
masih memerlukan perbaikan
d. Mengemukakan hasil observasi untuk perbaikan
dan pengkayaan
Langkah 6: Rangkuman dan evaluasi hasil
belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan
5 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap
masing – masing pertanyaan
c. Bersama peserta merangkum hasil proses
hasil pembelajaran pegelolaan sarana
pembuangan air limbah (SPAL) dan IPAL di daerah tanggap darurat
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan
fasilitator.
d. Bersama fasilitator merangkum hasil proses
pembelajaran pegelolaan sarana
pembuangan air limbah (SPAL) dan IPAL di daerah tanggap darurat
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
9
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN I
PENGANTAR DAMPAK AIR LIMBAH
ir limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit
yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media
pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain
sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu
sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman
penyakit air limbah juga dapat mengandung bahan-
bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang
mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam
air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya
kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah.
Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan
terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkem-
A
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
10
bangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air
dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di
dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses
penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat
selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk
diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan
di dalam air juga dapat terganggu.
Dalam situasi bencana dengan semua keterbatasan
pasti banyak limbah yang tidak terurai dengan baik, sehingga sangat dikawatirkan akan mengganggu
kesehatan para warga korban bencana tersebut.
Prinsip pengelolaan Limbah adalah sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah
maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga
lain. 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal dari sumber air dengan bak resapan
10 meter.
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
11
POKOK BAHASAN II
PENYEDIAAN SPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT
POKOK BAHASAN 1
ntuk penyediaan SPAL di daerah bencana
sebaiknya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Biasanya dalam situasi
bencana air limbah dihasilkan dari air limbah sisa kamar mandi, air cucian dan air sisa kegiatan di
tempat penyediaan konsumsi untuk para korban
bencana.
1. SPAL untuk air bekas mandi dan cucian
a. URAIAN SINGKAT Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke
bak kontrol dan langsung kesumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang
keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.
b. BAHAN 1) Besi beton ½-25 cm
2) Batu bata 3) Kerikil
4) Semen
5) Pasir
c. PERALATAN 1) Gergaji
2) Cetok
U
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
12
3) Cangkul 4) Skop
5) Parang
6) Ember 7) Besi runcing
8) Meteran
d. PEMBUATAN Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata,
campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat
terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi
pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran.
Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari
susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil
dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya
jangan mencemarinya. Pembuatan dapat
dilihat pada gambar 1 dan 2 di bawah ini.
Gambar 1. Bak Saluran Bekas Mandi dan
Cuci
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
13
Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.
Saluran air bekas mandi dan cuci :
A : Kamar mandi dan cuci
B : Bak kontrol
C : Bak resapan
e. PENGGUNAAN
1) Untuk membuang air cucian
2) Untuk membuang air bekas mandi
3) Untuk membuang air kotor/bekas lainnya.
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
14
f. KEUNTUNGAN
Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada
disekitar kita dan konstruksinya sederhana.
g. KERUGIAN
Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari
struktur lapisan tanah. Tanah yang liat pada
musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini
mungkin berpengaruh pada sumber air bersih.
Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu
lebih diperpanjang lagi.
Catatan lain-lain :
Secara rutin perlu dikontrol apakah ada yang
rusak atau tidak.
2. SPAL untuk air bekas dari dapur
a. URAIAN SINGKAT
Air cucian dialirkan melalui saluran ke sebuah
lubang resapan.
b. BAHAN
1. Batu bata
2. Semen
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
15
3. Bambu
4. Pasir
5. Kerikil
6. Batu kali
c. PERALATAN
1. Cetok
2. Gergaji
3. Cangkul
4. Parang
5. Slop
6. Ember
d. PEMBUATAN
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan
lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan
dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran
dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis.
Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan
bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi
dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik
kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan
dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
16
pembuatannya dapat dilihat pada gambar 1 di
bawah ini.
Gambar 1. Bak Saluran
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
17
Gambar 2. Galian Bak Resapan Dapur.
e. PENGGUNAAN
Untuk membuang air limbah rumah tangga
seperti air bekas cucian dan masak.
f. KEUNTUNGAN
Mudah dibuat dan bahannya dapat dari bahan-
bahan bekas.
h. KERUGIAN
Kalau tutupnya kurang rapat, baunya akan
tersebar sehingga mengganggu lingkungan.
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
18
POKOK BAHASAN III
PEMELIHARAAN SPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT
PAL DI DAERA
Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan SPAL ini
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan
memakai sapu, atau alat lain.
2. Jangan membuang benda-benda padat seperti
batu kerikil, kertas, kain,plastik dan barang-
barang lainnya
3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar
bagian-bagian yeng tersumbat dibersihkan.
4. Jangan memasukkan buangan berupa benda
padat seperti kertas, kain, plastik.dsb
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
19
POKOK BAHASAN IV
PENYEDIAAN IPAL DI DAERAH TANGGAP DARURAT
H TANGGAP DARURAT
Sebaiknya di daerah bencana tetap dibuatkan IPAL,
walaupun secara sederhana. Hal ini dilakukan agar
saluran air yang sudah dibuat tidak akan terjadi
genangan dan tidak menimbulkan pencemaran lebih
lanjut.
1. IPAL Permanent
a. Uraian Singkat
Air limbah rumah tangga dialirkan melalui
saluran, terus masuk ke bak air limbah.
Dengan bertambahnya air limbah setelah
penuh akan mengalir melalui saluran ke
peresapan. Air limbah sudah tidak begitu
berbahaya lagi, maka dapat dipelihara ikan lele
karena ikan ini kuat terhadap air seperti ini.
Hasil dari ikan lele dapat untuk menambah
penghasilan keluarga.
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
20
b. Bahan
1) Bak ½ bis 2) Batu bata
3) Pasir 4) Semen
5) Batu koral
6) Pralon leher angsa
c. Peralatan
1) Gergaji
2) Cetok
3) Cangkul
4) Parang
5) Besi runcing/linggis
6) Ember
7) Skop
8) Meteran
d. Pembuatan
Saluran air limbah bisa dibuat dari pasangan
bak bis yang dibagi 2 (tengahan) atau dapat
juga dari pasangan batu bata dengan
pasangan semen dan pasir. Kemudian dibuat
bak penampung air limbah dan bak peresapan
yang diisi batu bata dan koral. Batas antara
bak air limbah dan bak peresapan diberi
saluran.
Pada bagian atas diberi tutup yang dapat
dibuat dari bambu. Saluran antara tempat
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
21
pencucian ke bak air limbah sebaiknya agak
ada kemiringan, sehingga air akan lancar
mengalir. Untuk pembuatannya dapat dilihat
pada Gambar 1 dan 2 berikut ini.
Gambar 1. Bak Penampung Air Bekas
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
22
Gambar 2. Saluran Air Bekas ke Bak
e. Penggunaan
1) Untuk membuang air limbah cucian
2) Untuk membuang air kotoran lainnya
f. Keuntungan
Mudah membuatnya, sederhana dan bahan-
bahan mudah didapat. Selain itu ada hasil
untuk menambah penghasilan keluarga yaitu
ikan lele.
g. Kerugian
Kadang-kadang baunya masih terasa sehingga
dapat mengganggu lingkungan sekitarnya.
Catatan lain-lain :
Pengontrolan perlu dilakukan setiap waktu.
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
23
2. IPAL Semi Permanent
a. Uraian Singkat
Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum
dan air dalam drum akan disaring dengan
koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke
dalam tanah.
b. Bahan
1) Drum
2) Koral
3) Kayu
4) Ijuk
5) Pipa PVC
c. Peralatan
1) Palu
2) Besi runcing/linggis
3) Cangkul
4) Parang
5) Gergaji
d. Pembuatan
Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm,
jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang
di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar
dan dalam masing-masing 110 cm. Di dasar
lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
24
drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut.
Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk.
Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½
bis, atau dari pasangan batu bata. Drum
ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin
lebih tahan lama dicor dengan campuran
semen dan pasir yang diberi penguat besi.
Untuk pembuatannya dapat dilihat pada
Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.
Gambar 1. Drum yang Dilubangi
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
25
Gambar 2. Pembuatan Lubang
Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
26
Gambar 4. Tutup Bak Penampung
e. Penggunaan
1) Untuk membuang air limbah rumah tangga
seperti cucian, air masak dsb
2) Untuk membuang air kotoran lainnya
f. Keuntungan
Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal
dan merupakan pemanfaatan bahan-bahan
bekas.
g. Kerugian
Air yang meresap akan mempengaruhi air
tanah di sekitarnya apabila struktur tanah
merupakan tanah liat yang berbongkah-
bongkah pada waktu musim kemarau, serta
jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur
bersih (terlalu dekat)
Modul MI 5 : Pengelolaan SPAL di Daerah Tnggap Darurat
Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat
27
Catatan lain-lain :
Setiap kali perlu diperiksa apa ada yang rusak
atau tidak.
Pemeliharaan IPAL
Untuk menjaga agar IPAL tetap berfungsi dengan
baik, dalam melakukan kegiatan pemeliharaan
IPAL ini hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Perlu setiap hari dibersihkan terutama pada
saluran yang terbuka dan pada bak kontrol 2) Jangan memasukkan buangan berupa benda
padat seperti kertas, kain, plastik.dsb.
VI. REFERENSI
Departemen Kesehatan RI (1984) Teknologi Desa, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1990) Pedoman Penggunaan Dan Pemeliharaan Serana Penyediaan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum RI (2000). Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen
Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Hisyam (1975) Pembuangan Air Kotor, Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung.