MODUL MATA KULIAH
TEKNIK PERKUSI GEUNDRANG
Disusun Oleh: Surya Rahman, S.Sn., M.Sn. NIDN: 0023039201 Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini merupakan mata kuliah praktik. Mahasiswa akan mempelajari tentang pengetahuan dan wawasan tentang instrument perkusi aceh khususnya Geundrang. Dalam modul ini dijelaskan tentang sejarah geundrang itu sendiri hingga berbagai macam teknik, posisi duduk,teknik warna bunyi dan teknik memainkan geundrang. Mata kuliah ini sangat menunjang mata kuliah lain seperti: komposisi musik tradisi dan penciptaan karya tugas akhir Dosen Pengampu: Surya rahman, S.Sn., M.Sn Kode MK : MN 3403 3 SKS
PRODI SENI KARAWITAN INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA ACEH
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta memberikan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan modul “Teknik Perkusi Geundrang”. Modul ini
merupakan bahan materi, buku rujukan, buku ajar, dan sumber bacaan.
Materi dalam modul ini berisi tentang pengetahuan dan berbagai macam
teknik serta etika dalam memainkan Geundrang ini. fokus isian pembelajaran dalam
modul ini adalah pemahaman umum tentang geundrang, tune colour (warna bunyi),
organologi, serta teknik-teknik permainan geundrang..
Dalam penyusunan modul ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depan. Semoga tulisan ini bisa menjadi rujukan yang
bermanfaat.
Kota Jantho, Januari 2019
iii
DAFTAR ISI
COVER DALAM.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II PEMBELAJARAN
A. ETIKA DALAM MEMAINKAN GEUNDRANG ............................................... 4
B. TEKNIK MEMAINKAN GEUNDRANG ........................................................... 5
a) TEKNIK BRUM ....................................................................................... 6
b) TEKNIK CEK ........................................................................................... 7
c) TEKNIK PREUNG ................................................................................... 7
BAB III BAHAN LATIHAN
A. PUKULAN DASAR DALAM MEMAINKAN GEUNDRANG............................ 9
BAB IV PENUTUP
A. RANGKUMAN............................................................................................ 10
BAB V DAFTAR PUSTAKA
A. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
B. DAFTAR INFORMAN ................................................................................. 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
Geundrang atau gendang adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang termasuk dalam
keluarga two-headed atau double-headed drum. Geundrang memiliki double-membrane (kulit)
kiri dan kanan dengan memiliki frame seperti tabung, untuk memperkuat ikatan geundrang
tersebut diikat dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit itu sendiri. Kedua sisi geundrang
ini memiliki kulit yang berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan ini bertujuan untuk
memberi warna bunyi yang berbeda, kulit lembu (sapi) digunakan untuk mendapatkan suara
yang low (rendah), sedangkan untuk sisi lainnya terbuat dari kulit kambing yang bertujuan untuk
mendapatkan suara yang hight (tinggi).
Dalam mengklasifikasikan sebuah alata musik, Curt Sach dan Hornbostel (1961)
mengemukakan yaitu:
1. Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri
2. Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara
3. Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit dan membrane
4. Chordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.
Mengacu pada teori diatas, maka geundrang ini adalah instrumen musik yang tergolong
ke dalam membranofon dikarenakan bunyinya berasal dari membrane atau kulit gendrang itu
sendiri.
Menurut Djamal Abdullah selaku seniman geundrang tersebut mengatakan: bahwa
berdasarkan catatan sejarah, kemuungkinan geundrang ini telah ada sejak zaman Hindu dan
mirip dengan instrumen dhol yang berasal dari India. Adapun menurut informasi yang
didapatkan, geundrang masuk ke Aceh dibawa oleh pedagang Islam dari Ghujarat pada akhir
abad ke XI.1
Untuk perkembangan geundrang itu sendiri, instrumen ini berkembang diwilayah Aceh
Besar dan Banda Aceh. Adapun ditemukannya alat ini di daerah lain, itu sudah dibawa oleh
kreator seni dari daerah berkembangnya alat ini. Dalam segi penggunaannya, geundrang biasa
digunakan dalam ensambel musik tradisi untuk mengiri tari-tarian seperti: tari ranup lampuan,
tari besare-sare yang komposisi alatnya terdiri dari rapa’I, geundrang, dan serune kalee.
Dalam penjabaran bentuk instrumen ini dapat dilihat secara kajian organologi alat
musiknya. Organologi merupakan ilmu tentang instrumen musik (alat musik) yang seharusnya
tidak hanya mencakup sejarah dan deskripsi instrumen saja, tetapi juga sama pentingnya
walaupun sebagai aspek yang terabaikan dalam “ilmu” instrumen musik, seperti teknik-teknik
tertentu dalam memainkan, fungsi, hiasan ( yang dibedakan dari konstruksi) dan berbagai
pendekatan tentang sosial budaya. (Hood, 1982 : 124)
1 Wawancara dengan Djamal Abdullah pada tanggal 23 November 2019
2
Penjabaran dalam mendiskripsikan alat musik, dapat juga dikemukakan dengan
menggunakan teori Susumu Khasima (1990:174) yaitu: untuk membahas sebuah alat kita dapat
mempergunakan 2 pendekatan, yakni pendekatan structural dan fungsional. Secara structural
berupa aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam serta menggambarkan
bentuk instrumen dll. Dan secara fungsional lebih kepada fungsi instrumen tersebut dan
penggunaan bunyi yang diproduksi dalam sebuah komposisi musik.
Adapun bentuk geundrang, seperti;
Gambar 1: Geundrang
Gambar 2: Sisi Kulit Kambing (High)
3
Gambar 3: Sisi Kulit Lembu (Low)
Gambar 4: Stik Atau Alat Pemukul
4
II
PEMBELAJARAN
A. Etika Dalam Bermain Geundrang
Dalam bermain instrumen geundrang, ada beberapa etika yang harus diperhatikan. Etika
yang dimaksud mengenai penyikapan terhadap instrumen itu sendiri, termasuk posisi peletakan
instrumen. Posisi ini sangat menentukan kenyamanan dalam bermain. Seperti yang telah
dijelaskan, instrumen geundrang memiliki dua sisi yang berbeda ukuran, tidak ada aturan yang
menganjurkan sisi yang kecil harus di kiri atau di kanan, hal ini tergantung kenyamanan si
pemain geundrang. Pemain geundrang pada umumnya bermain dengan sisi yang besar di sebelah
kanan, sedangkan sisi yang kecil di sebelah kiri.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam “organologi”, instrumen geundrang dianjurkan
memiliki belt (sabuk) penyangga. Ketika bermain pada posisi duduk, sabuk ini diharuskan
melingkari tubuh pemain, tepatnya sabuk harus dalam posisi diduduki (di bawah pinggul), bukan
di pinggang. Sabuk harus dalam keadaan terikat kuat dan kencang. Posisi sabuk dibawah pinggul
akan membuat instrumen geundrang tetap pada posisinya, hal ini akan berbeda jika sabuk
diposisikan pada pinggang pemain, instrumen geundrang akan mudah berpindah posisi ke kanan
ataupun ke kiri, akibatnya kenyamanan dalam bermain akan berkurang. Posisi yang dimaksud
dapat dilihat pada foto berikut:
Gambar 5: Posisi Sabuk Geundrang
Posisi duduk pemain mirip dengan posisi duduk bersila, hanya saja kaki tidak dilipat.
Kaki yang satu harus berada di depan kaki lainnya. Aturan kaki ini juga tidak diatur, tergantung
ukuran sisi membran instrumen geundrang. Jika sisi yang lebih kecil berada di kiri, maka kaki
kanan harus berada di depan kaki kiri, begitu juga sebaliknya. Sisi yang memiliki ukuran besar
diletakkan di atas paha mendekati lutut, sedangkan sisi yang kecil diletakkan pada sisi kaki
bagian dalam. Posisi ini dapat dilihat pada foto berikut:
5
Gambar 6: Posisi Duduk (Tampak Depan)
Gambar 7: Posisi Duduk (Tampak Samping)
Seperti yang telah diketahui, instrumen geundrang memiliki lubang kecil pada badan
geundrang. Ketika bermain geundrang, lubang ini dianjurkan menghadap ke arah depan. Posisi
lubang yang menghadap ke depan ini akan membuat instrumen geundrang menghasilkan suara
yang jelas. Pemain harus memperhatikan posisi lubang ini sebelum bermain instrumen
geundrang. Banyak kasus yang ditemui bahwa pemain geundrang pada umumnya menghiraukan
posisi lubang kecil ini, bahkan ada juga posisi lubang menghadap ke bawah, akibatnya suara
yang dihasilkan oleh instrumen geundrang tidak terdengar dengan jelas.
B. Teknik Memainkan Geundrang
Instrumen geundrang memiliki 3 (tiga) warna bunyi yang bersumber dari pukulan stik dan
tangan. Para pemain geundrang biasa menyebutkan tiga warna bunyi tersebut dengan brum, cek,
dan preung. Bunyi brum dan cek dihasilkan oleh pukulan stik, sedangkan bunyi preung
dihasilkan oleh pukulan tangan. Stik dipegang dengan satu tangan sesuai dengan posisi sisi
membran geundrang yang besar, sedangkan sisi membran yang kecil dipukul dengan telapak
tangan. Dalam memegang stik, ada beberapa teknik yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Bagian stik yang dipegang adalah bagian pangkal, namun sedikit ke tengah.
6
2. Posisi ibu jari (jempol) harus berada di atas stik.
3. Empat jari lainnya diposisikan seperti menggenggam biasa.
4. Posisi ujung stik yang melengkung menghadap ke bawah.
Agar lebih jelas, posisi ini dapat dilihat pada foto berikut:
Gambar 8: Posisi Memegang StikGeundrang (Atas)
Gambar 9: Posisi Memegang Stik Geundrang (Samping)
a. Teknik Pukulan Brum
Dalam memainkan stik, kekuatan tangan berada pada lengan bawah dan
pergelangan tangan. Ayunkan stik ke arah tepat di tengah membran. Jangan mengayunkan
tangan terlalu tinggi/jauh, hal ini akan mengakibatkan lelah pada tangan. Untuk
menghasilkan bunyi brum, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Bunyi brum dihasilkan oleh sisi ujung stik bagian dalam.
(foto)
2. Ayunkan stik dengan posisi ujung stik tepat pada bagian tengah membran.
3. Setelah mengenai membran, stik jangan dibiarkan menempel, stik harus spontan
di angkat kembali.
4. Ulangi langkah-langkah sebelumnya untuk menghasilkan bunyi yang sempurna.
7
Gambar 10: Ujung Atas Stik Yang Menyentuh Kulit
b. Teknik Pukulan Cek
Pada dasarnya, teknik pukulan untuk menghasilkan bunyi cek sama dengan teknik
pukulan bunyi brum, hanya saja bunyi cek dihasilkan oleh bagian sisi dalam ujung stik yang
melengkung. Untuk menghasilkan bunyi cek, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Bunyi cek dihasilkan oleh sisi bagian dalam ujung stik yang melengkung,
tepatnya sedikit ke ujung lengkungan kayu.
2. Putar lengan bawah dengan posisi sedikit keluar. Hal ini bertujuan untuk
membentuk sudut lebih kurang 45o antara ujung stik yang melengkung dengan
membran geundrang.
3. Ayunkan stik dengan posisi tepat pada bagian tengah membran.
4. Setelah mengenai membran, stik tetap dipertahankan menempel, jangan ditarik
kembali.
5. Ulangi langkah-langkah sebelumnya untuk menghasilkan bunyi yang sempurna.
Gambar 11: Ujung Bawah Stik Menyentuh Kulit Geundrang
c. Teknik Pukulan Preung
Bunyi preung dihasilkan oleh pukulan telapak tangan pada membran sisi yang kecil.
Kekuatan tangan berpusat pada pergelangan dan telapak tangan. Bagian membran yang
dipukul adalah bagian tepi yang dekat dengan ring pengikat membran, sedangkan bagian
8
telapak tangan yang digunakan lebih kurang 3
4 dari keseluruhan sisi telapak tangan. Untuk
lebih jelasnya, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Posisi jari tangan boleh rapat boleh renggang. Tergantung kenyamanan dan
kekuatan pemain.
2. Ayunkan telapak tangan menuju ke bagian tepi membran, tepatnya bagian tepi
yang menghadap ke pemain. Ayunkan seperti gerakan menampar.
3. Pangkal ibu jari dan pangkal telapak tangan biasanya akan menyentuh bagian
kayu tepi lingkaran membran. Pada posisi ini, bagian jari lainnya diharuskan
mengenai membran akibat pantulan pangkal telapak tangan terhadap kayu
tersebut.
4. Setelah mengenai membran, telapak tangan diharuskan segera ditarik kembali,
tidak dibenarkan dibiarkan menempel pada membran.
5. Ulangi langkah-langkah sebelumnya untuk menghasilkan bunyi yang sempurna.
Gambar 13: Posisi Untuk Bunyi Preung
Dalam mengaplikasikan tiga teknik pukulan geundrang, dapat dikombinasikan menjadi
bahan latihan mandiri. Kombinasi tersebut antara lain dengan cara memainkan masing-masing
teknik secara bergantian dengan urutan sebagai berikut:
1. Brum – Cek – Preung
2. Brum – Preung – Cek
3. Cek – Brum – Preung
4. Cek – Preung – Bum
5. Preung – Brum – Cek
6. Preung – Cek – Brum
Mainkan masing-masing nomor di atas secara terus menerus. Hal ini akan membantu dalam
membiasakan merubah bunyi secara spontan. Setelah masing-masing nomor dimainkan, urutkan
mulai dari pertama hingga keenam secara bersambung tanpa terputus terus menerus.
9
III
BAHAN LATIHAN
A. Pukulan Dasar Dalam Latihan Geundrang
Dalam proses latihan instrumen geundrang, terdapat beberapa kombinasi pukulan yang
dibagi menjadi empat pola ritme, yaitu cek 1, cek 2, cek 3, dan musik kosong. Keempat pola ritme
ini bukanlah pola tradisi dari instrumen geundrang ini, akan tetapi pola ini diberikan untuk
mempermudah dalam memainkan dan mencari warna bunyi geundrang. Pola ini diharapkan dapat
membantu pemain dalam mempelajari dan mengasah kemampuan bermain instrumen geundrang.
Perbedaan antara cek 1,2,3 terdapat pada jumlah bunyi cek pada masing-masing pola sesuai
dengan penamaannya, sedangkan musik kosong merupakan kombinasi tiga warna bunyi yang
disusun menjadi sebuah pola ritme tertentu yang biasa digunakan untuk pemanasan (farming up)
sebelum pertunjukan.
Untuk melatih kemampuan bermain geundrang, dapat mengikuti langkah-langkah
berikut ini:
1. Mainkan pola cek 1 secara terus menerus.
2. Mainkan pola cek 2 secara terus menerus.
3. Mainkan pola cek 3 secara terus menerus.
4. Mainkan gabungan pola cek 1, cek 2, cek 3 secara terus menerus.
5. Mainkan pola musik kosong secara terus menerus.
10
IV
PENUTUP
A. Rangkuman
Geundrang merupakan sebuah alat musik yang kompleks akan kegunaan dan fungsinya
dalam dunia ketradisian aceh, sehingga membuat geundrang menjadi sebuah alat yang selalu
digunakan dalam setiap perhelatan masyarakat tradisional seperti: tari-tarian, garapan musik dan
pengiring dalam setiap penyambutan tamu.
Geundrang memiliki teknik yang rumit, namun dapat dipelajari dengan baik jika
mengikuti tatacara di atas. Walapun pola tradisi masih absurd dan sangat sulit untuk di temukan,
kita bisa menggunakan beberapa tahapan dalam metode pembelajaran geundrang baik etika
permainan, teknik permainan dan bahan latihan dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di
mata kuliah ini.
11
V
DAFTAR PUSTAKA
Kashima, Susumu. 1990. Ilustrasi dan Pengukuran Instrumen Musikal . Terjemahan Rizaldi
Siagian. Voices of asia. Pp.
Hornbostel, Erich M. Von and Curt Sach, 1961. Clasification of Musical Instrumen. Translate
from original Jerman by Antoni Bainen and Klause P. Wachman Berlin 1961
Hood, Mantle, 1982. The Ethnomusicologist, New Edition Kent: State University Press
DAFTAR INFORMAN:
Nama ; Djamal Abdullah
Alamat : Banda Aceh
Pekerjaan : Seniman
Topic : sejarah, teknik dan tahap latihan dalam memainkan geundrang