Download doc - modul1 wirausaha

Transcript
Page 1: modul1 wirausaha

MODUL MATA KULIAH

KEWIRAUSAHAAN

Page 2: modul1 wirausaha

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Kewirausahaan Gambaran Ringkas

1. Inti dan Hakikat Kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan

memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan

‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan

sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan

tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik

kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai

pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new

and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berpikir

kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir

kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena

memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut

biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan,

proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan

(research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, maupun

Page 3: modul1 wirausaha

3

tindakan kreatif tidak l;ain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu

yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber

keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu

kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan

sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, melalui (1) pengembangan teknologi

baru, (2) penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) perbaikan produk barang dan jasa

yang ada, (4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak

dengan sumber daya yang lebih efisien.

Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-

carabaru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing).

Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka

pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi, kreativitas

adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan

inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.

Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan

jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru

dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif

merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga.

Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan

muncul apabila wirausaha “look at old and thing something new or different”.

Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu

yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things

or old thing in new way) (Zimmer, 1996:51).

2. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan

Page 4: modul1 wirausaha

4

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa

dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh

komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi

(berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani

tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu

suka akan tantangan).

3. Proses Kewirausahaan

Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian

berkembangan menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada adalah proses

penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan.

Tahapan inovasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari

pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif

berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan

faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model

peran, dan aktivitas. Perilaku kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi,

insentif, dan lingkungan.

4. Fungsi dan Peran Wirausaha

Secara umum, wirausahaan memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (inovator)

dan sebagai perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan

menciptakan produk baru, teknologi dan cara baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha

baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru,

merencanakan strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam

perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru.

5. Ide dan Peluang Kewirausahaan

Page 5: modul1 wirausaha

5

Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi

terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan

memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha

harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk

menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha

baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru.

6. Bekal Pengetahuan dan Keterampilan Wirausaha

Selain bekal kemampuan, wirausaha juga memiliki pengetahuan dan

keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi (1) bekal

pengetahuan mengenai usaha yang akan memasuki/ dirintis dan lingkungan usaha

yang ada, (2) bekal pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab, dan (3) bekal

pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan

yang harus dimiliki wirausaha meliputi (1) bekal keterampilan konseptual dalam

mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, (2) bekal keterampilan kreatif dalam

menciptakan nilai tambah, (3) bekal keterampilan dalam memimpin dan mengelola,

(4) bekal keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5) bekal keterampilan

teknik usaha yang akan dilakukannya.

7. Merintis Usaha Baru

Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga cara untuk

memasuki suatu usaha bisnis, yaitu (1`) merintis usaha baru sejak dari awal, (2)

membeli perusahaan yang telah ada, (3) kerja sama manajemen (tranchising).

Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama yang harus

ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan proses imitasi dan duplikasi,

ide untuk melakukan pengembangan, atau ide untuk menciptakan sesuatu yang baru

Page 6: modul1 wirausaha

6

dan berbeda. Setelah ada ide, lakukan analisis kelayakan usaha termasuk analisis

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strenght, weakness, opportunity, and

treath –SWOT).

Selanjutnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha

baru, antara lain (1`) bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis, (2) bentuk usaha

dan bentuk kepemilikan usaha dan jenis usaha yang akan dipilih, (3) tempat usaha

yang akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan, (5) jaminan usaha yang

mungkin diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk mengelola

usaha tersebut harus diawali dengan (1`) perencanaan usaha, (2) pengelolaan

keuangan, (3) aksi strategis usaha, (4) teknik pengembangan usaha.

8. Etika Berwirausaha

Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa baik secara sosial ataupun ekonomi,

ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus diperhatikan, yaitu (1`)

kejujuran, (2) integritas, (3) menepati janji, (4) kesetiaan, (5) kewajaran, (6) suka

membantu orang lain, (7) menghormati orang lain, (8) warga negara yang baik dan

taat hukum, (9) mengejar keunggulan, dan (1`0) bertanggungjawab. Dalam konteks

ekonomi maupun sosial, kejujuran, integritas dan tepat janji merupakan modal sosial

yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara hubungan baik untuk jangka

panjang.

B. Kompetensi Kewirausahaan

Menurut Michael Harris (2000:1`9), kompetensi adalah:”….are underlying bodies

of knowledge, abilities, experiences, and other requirement nescssary to succesfully

perform the job”. Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki

kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas

individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk

Page 7: modul1 wirausaha

7

melaksanakan pekerjaan/ kegiatan. Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi

juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut di antaranya keterampilan

manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan

keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan berelasi (human skill) dan

keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decision making skill),

keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill), dan

keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Akan tetapi memiliki pengetahuan dan

keterampilan saja tidaklah cukup. Wirausaha harus memiliki sikap positif, motivasi, dan

selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi wirausaha

merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya. Dalam dunia bisnis, yang disebut

kompetensi inti (care competency) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai

tambah untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan

kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi

tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.

Page 8: modul1 wirausaha

8

BAB 1I

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

A. Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,

kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk

memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks

bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996) “Entrepreneurship is the result of a

disciplined, systematic process of applying creativity and innovations to needs and

opprtunities in the marketplce”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses

sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di

pasar.

Dahulu, kewirausahaan diangap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman

langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are

born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang,

kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.

Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui

pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang mengenal

potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta

mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi

wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki

pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.

Page 9: modul1 wirausaha

9

Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah

diperkenalkan di beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan ‘ondernemer’, di

Jerman dikenal dengan “unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki

banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang

menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, menyediakan

modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan

iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1950-an pendidikan kewirausahaan mulai

dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun

1`970-an banyak universitas yang mengajarkan “enterpreneurship” atau “small business

manajement” atau “new venture manajement”. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di

Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan

kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.

Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradikma pertumbuhan yang

wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke arah globalisasi (globalization

paradigm shift) yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka

dewasa ini sedang terjadi perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift). Menurut

Soeharto Prawirokusumo (1`997:4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai

suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (independent academic disipline), karena:

1. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata distinctive, yaitu ada

teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture strat-up dan venture-

growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen dan kepemilikan

usaha (business ownership).

Page 10: modul1 wirausaha

10

3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new

and different things).

4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan

pemerataan pendapatan (wealth creation prosess an entrepreneurial endeavor by its

own night, nation’s prosperity, individual self-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang

adil dan makmur.

Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang industri,

kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu

kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya

kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di

berbagai bidang lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-

institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya.

Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti (core

competency) dalam menciptakan perubahan, pembaruan, dan kemajuan. Kewirausahaan

tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai

kiat kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang. Di bidang

bisnis misalnya, perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar karena memiliki

kreativitas dan inovasi. Mel;alui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptakan nilai

tambah atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses

kreatif dan inovatif banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan

bersaing. Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh

perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas dan inovasi

dibidang teknologi. Demikian juga dibidang pendidikan, kesehatan dan pemerintahan,

kemajuan-kemajuan tertentu dapat diciptakan oleh orang-orang yang memiliki semangat,

Page 11: modul1 wirausaha

11

jiwa kreatif dan inovatif. David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya

“Reinvernting Government” mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa

ini dituntut pemerintah yang berjiwa kewirausahaan (entrepreneurial government).

Dengan memiliki jiwa kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memiliki

motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien,

efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

B. Objek Studi Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang nilai,

kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek

studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997:`14-15),

kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausaah meliputi:

1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha. Dalam merumuskan tujuan

hidup/ usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang kemudian berulang-ulang

dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemamuannya.

2. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang

menyala-nyala.

3. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa

menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi

kebiasaan berinisiatif.

4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah

dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah

desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi

baru apa saja yang dapat dijadikan peranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi

kemakmuran masyarakat.

Page 12: modul1 wirausaha

12

5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital

goods).

6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu

tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda

pekerjaan.

7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

C. Hakikat Kewirausahaan

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminalogi yang persis sama tentang

kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang

hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang inovatif ke dalam dunia

usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Peter F. Drucker,

`1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptkan

sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different thing). Bahkan,

entrepreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan

wirausaha (Ibnu Soedjono, `1993; meredith, `1996; Marzuki Usman, 1997).

Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat

diartikan sebagai “the backbone of economy’, yaitu syaraf pusat perekonomian atau

sebagai “tailbone of economy”, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto

Wirakusumo, 1997:10). Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang

diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) atau suatu proses dalam

mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative). Menurut

thomas w. Zimmerer (1996:5`1), kewirausahaan adalah “applying creativity and

Page 13: modul1 wirausaha

13

innovation to solve the problems and to exploit opprtunities that people face everyday”.

Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan

upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan

gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan

dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh

Zimmerer (1996:51) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru

dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi

peluang (creativity is the ability to devolop new ideas and to discover new ways of looking

at problems and opportunities). Sedangkan, inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang

untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply

creative solutions to those problems and opportunities to enhance or enrich people’s live).

Menurut Harvard’s Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer (1996:51), kreativitas adalah

thinking new things (berpikir sesuatu yang baru), sedangkan inovasi adalah doing new

things (melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila

berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan

cara yang baru (thinking and doing new ways). Menurut Zimmerer (1996:51), ide kreatif

akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang

baru atau berbeda (look at something old and think something new or different).

Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan

(entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan

berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat,

kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata entrepreneur. Menurut

Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini pertama kali digunakan oleh Cantilon

Page 14: modul1 wirausaha

14

dalam Essai sur la nature du commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang

membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak

pasti.

Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang yang

memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti finansial (money), bahan

mentah (materials), dan tenaga kerja (labor), untuk menghasilkan suatu produk baru,

bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman,

1997:3). Entrenal yang meliputi kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme,

dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri

edi Swasono (1978:38), dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak

semua penggusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator,

penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam

berprestasi di bidang usaha.

Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan

defenisi wirausaha sebagai berikut “An entrepreneur is one who creates a new business in

the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by

identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those

opportunities”.

Menurut Dun steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang

yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risioko untuk menciptakan usaha

baru dan peluang berusaha. “A person who organizes, manages, and assumer the risk of a

business or entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risks financial,

material, and human resources a new way to create a new business concept or

opportunities within an existing form”.

Page 15: modul1 wirausaha

15

Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan pada kemampuan dan

perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun steinhoff dan John F. Burgess

(1993:4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana

perusahaan kecil. Menurutnya, “entrepreneur” is considered to have the same meaning

as “small business owner-manager” or “small busines operator”.

Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan para

pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal kewirausahaan tidak selalu identik

dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat baik sebagai karyawan swasta

maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang

melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan

meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan

(preparation)hidup (Prawirokusumo, 1997:5).

Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya banyak berasal

dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter, entrepreneur merupakan

pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan

komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan

pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian.

Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumper adalah (1)

memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh

konsumen, (2) melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru

dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan

keuntungan, (3) membuka suatu pemasar baru, yaitu pasar yang belum pernah ada atau

belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan, (4) pembukaan suatu sumber

dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang harus dikembangkan, (5)

pelaksanaan organisasi baru Yuyun Wirasasmita, 1982; 33-34).

Page 16: modul1 wirausaha

16

Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau penemu

kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih merupakan pelaksana

dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha tersebut biasanya memiliki sikap yang

khusus seperti sikap pedagang, pemilik industri, dan bentuk-bentuk usaha lainnya yang

sejenis. Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap

pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benar-

benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.

Kewirausahaan (enterpreneurship) muncul apabila seseorang berani

mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua

fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan

penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh

peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1995).

Menurut Meredith (`1996:9), kewirausahaan berarti memadukan watak pribadi,

keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, kewirausahaan merupakan suatu pekerjaan

atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil

resiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan

(Meredith, 1996:9). Syarat berwirausaha harus memiliki kemampuan untuk menemukan

dan mengevaluasikan peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan

bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Esensi dari

kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah dipasar melalui proses kombinasi antara

sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer

(1996:51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut (1)

pengembangan teknologi baru (develo[ping new technology), (2) penemuan pengetahuan

baru (discovering new knowledge), (3) perbaikan produk dan jasa yang sudah ada

(improving existing products or services), (4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk

Page 17: modul1 wirausaha

17

menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit

(finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).

Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada

peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa

kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada

setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya

birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.

Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting

kewirausahaan, yaitu:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan

dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis

(Ahmad Sanusi, 1994).

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (ability to create the new and diferent) (Druker, 1959).

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam

memecahkan persoalan dan menemukakan peluang untuk memperbaiki kehidupan

(usaha) (Zimmerer, 1996).

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up

phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (create),

dan sesutau yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih.

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk

memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara

mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara

Page 18: modul1 wirausaha

18

baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki

produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan

kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat

didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and diferent)

yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai

tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

D. Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan

1. Karakteristik Kewirausahaan

Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep

yang berbeda-beda. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7)

mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi:

a. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha

yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu

mawas diri.

b. Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia

selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun resiko yang terlalu

tinggi.

c. Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya

untuk berhasil.

d. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang

segera.

e. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan

keinginannya demi masa yang lebih baik.

Page 19: modul1 wirausaha

19

f. Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perpektif, dan berwawasan

jauh ke depan.

g. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber

daya untuk menciptakan nilai tambah.

h. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.

Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia

tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun,

ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak didasari

oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko

terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu

berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi

dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung poleh

komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang

sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif, dan

merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat

optimisme yang tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola

secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir

Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli sperti di atas,

secara ringkas dikemukakan oleh Vernon a Musselman (1989:155), Wasty Sumanto

(1989), dan Geoffey Meredith (1989:5) dalam bentuk ciri-ciri berikut.

a. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

b. Kemampuan untuk mengambil resiko.

c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

d. Memotivasi diri sendiri.

e. Semangat untuk bersaing.

Page 20: modul1 wirausaha

20

f. Orientasi pada kerja keras.

g. Percaya pada diri sendiri.

h. Dorongan untuk berprestasi.

i. Tingkat energi yang tinggi.

j. Tegas.

k. Yakin pada kemampuan sendiri.

Wasty Sumanto (1989:5) menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai berikut.

l. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat.

m. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam.

Geoffrey Meredith (1989:5) menambah ciri yang ke-14 sampai dengan ke-16, yaitu.

n. Kepemimpanan.

o. Keorisinilan.

p. Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu

pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development Repor” (1986)

yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) dikemukakan

beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:

a. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).

b. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees

and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan,

berencana, dan mengutamakan monitoring.

c. Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan

bisnis.

Page 21: modul1 wirausaha

21

Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John F Burgess (1`993:38) mengemukakan

beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil,

meliputi:

a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.

b. Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.

c. Berencana, mengorganisir.

d. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang

lainnya.

f. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan

kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration

(1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37) mengemukakan

bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian

(entrepreneurial personality) sebagai berikut:

a. They have the self-confidence to work hard independently and understand that the

risk taking is part of the equation for success.

b. They have organization ability, can set goals, are results-oriented, and take

responsibility for the results of their endeavors---good or bad.

c. They are creative and seek an outlet for their creativity in an entrepreneurship.

d. They enjoy chllenges and find personal fulfilment in seeing their ideas through to

completion.

Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mc Clelland (1961), Thomas

F. Zimmerer (1996:6-8) memperluas karakteristis sikap dan kewirausahaan yang

berhasil sebagai berikut:

Page 22: modul1 wirausaha

22

a. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat

untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati

mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.

b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam

mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap

keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu, akan mawas diri secara internal.

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari peluang.

Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai

tujuan.pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan

ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara

mentrasfer risiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan

lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap

pandangan yang berbeda dan ketidakpastian

e. Self confidence, yaitu.percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan

yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting

adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam

menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa

kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel

tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.

g. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera.

Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu,

dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk menggunakan

ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

Page 23: modul1 wirausaha

23

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang

berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang

lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif

lama.

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin

lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan

melebihyi standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri 9internal) dan

jarang dari eksternal.

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk

tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih

baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha

yang berhasil tidak pernah takut gagal. Ia selalu menfokuskan kemampuannya

pada keberhasilan.

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang

berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan

(power), ia harus lebih memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator.

Menurut Ahmad sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi

wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya:

a. Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah teratur/ diatur dan

jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapan-harapan dan

keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu

(nilai tambah yang berbeda).

b. Suka memandang keluar, beorientasi pada aspek-aspek yang luas dari soal yang

dihadapi untuk memperoleh peluang baru.

Page 24: modul1 wirausaha

24

c. Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau

prakasa atas nama sendiri.

d. Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta

memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.

e. Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi terhadap

perbedaan pihak lain.

f. Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan dikembangkan,

serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak

final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan perubahan.

g. Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yang tercapai timbul rasa

percaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.

h. Sikap dan perilaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan keterampilan

manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan pengembangan produk,

penetrasi/ pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi perusahaan, keuangan,

dan lain-lain.

i. Meskipun asasnya bekerja keras, cermat dan sungguh-sungguh namun aspek risiko

tidak bisa dilepaskan sampai batas yang dapat diterima.

j. Dengan risiko tersebut, dibulatkan tekad, komitmen, dan kekukuhan hati terhadap

alternatif yang dipilih.

k. Berhubung yang dituju ada kemajuan yang terus-menerus, maka ruang lingkup

memandang pun jauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak datang tanpa

dasar atau tiba-tiba.

l. Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong kemauan keras

untuk membuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih baik, untuk mencapai hasil

lebih baik bahkan yang terbaik dan berbeda.

Page 25: modul1 wirausaha

25

m. Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain

yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia

harus ada kesiapan untuk bersaing.

n. Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan untuk

mencari berbagai ikhtiar.

o. Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada introspeksi

dan kesediaan, serta sikap responsif dan arif terhadap umpan balik (feedback),

kritik, dan saran.

p. Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan menyimak

informasi dari pihak lain dengan meletakan posisi dan sikap sendiri, dan

mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal yang dianggap belum jelas.

q. Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan dirinya,

integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil, adil,

dan sangat menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orang lain.

Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha tidak memiliki

profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya sendiri.

2. Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan

Masing-masing

3. Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan

E. Sikap dan Kepribadian Wirausaha

Alex Inkeles dan david H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di antara ahli

yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern. Menurut Inkeles (1974:24)

kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi

modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam

kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu

Page 26: modul1 wirausaha

26

membaca perubahan sosial, lebih realitas terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada

masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri,

memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan

memahami produksi.

Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh

gunar Myrdal, yaitu:

1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.

2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.

3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah.

4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.

5. Selalu berencana dalam segala kegiatan.

6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu.

8. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip masing-masing.

9. Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972).

Menurut Harsojo (1978:5), modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan:

1. Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan.

2. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.

3. Berorientasi pada masa kini dan masa depan.

4. Meyakini kemampuan sendiri.

5. Menyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk

menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah

standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini merupakan

Page 27: modul1 wirausaha

27

wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Menurut

Yurgen Kocka (1975), “Pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk

pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas dari suatu

latar belakang pendidikan, pengalaman perjalanan yang banyak” (Yuyun Wirasasmita,

(1982:44). Dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha

perdagangan yang sistematis dan rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap

kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah

kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang pantas

diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih

dan karya untuk kemajuan kemanusian yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.

Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator

atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi

sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan

serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai

kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo, 1982;1).

Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan

dari lima proses inovasi, yaitu menemukan pasar-pasar baru, pengenalan barang-barang

baru, metode produksi baru, sumber-sumber penyediaan bahan-bahan mentah baru, serta

organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan

kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.

Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting

suatu perusahaan. Menurut Dusselman (1989:16), seseorang yang memiliki jiwa

kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:

1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide

baru.

Page 28: modul1 wirausaha

28

2. Keberanian untuk menghadapi resikop, yaitu usaha untuk menimbang dan

menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi

ketidakpastian.

3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliputi (1) usaha perencanaan, (2) usaha

untuk mengkoordinir, (3) usaha untuk menjaga kelancaran usaha, (4) usaha untuk

mengwasi dan mengevaluasi usaha.

4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan

tujuan usaha.

Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku

kewirausaha di atas tergambar pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut.

1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri,

keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan kemauan kuat.

2. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar-personal,

kepemimpinan, dan manajemen.

3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, perilklanan

dan promosi.

4. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan,

dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.

5. Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.

David Mc Clelland (1961:205) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan,

yaitu:

1. Keterampilan mengambilan keputusan dan mengambil risiko yang

moderat, dan bukan atas dasar kebetulan belaka.

2. Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.

Page 29: modul1 wirausaha

29

3. Tanggung jawab individual.

4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan

tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.

5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.

6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan,

kepemimpinan, dan manajerial.

Telah dikemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam

mengombinasikan sumber-sumber bahan baru, teknologi baru, metode produksi baru,

akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993)

perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan “entrepreneurial action”, yang ciri-

cirinya (1) selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2) mandiri, (3) berkreasi

menciptakan nilai tambah, (4) selalu mencari peluang, (5) berorientasi ke masa depan.

Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu nilai-

nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positip, dan optimis, keberanian mandiri, dan

memimpin, dan kemauan belajar dari pengalaman.

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor internal yang

berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan. Sedangkan faktor yang

berasal dari eksternal diri perlaku adalah kesempatan atau peluang.

F. Motif Berprestasi Kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena

adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif

berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang

Page 30: modul1 wirausaha

30

terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980:55).

Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan

hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai

dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan

akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri

(esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).

David C. McClelland (1971) mengelompok kebutuhaqn (needs), menjadi tiga,

yakni:

1. Need for achievement (n’Ach): The drive to axcel, to achieve in relation to a set of

standard, to strive to succeed.

2. Need for power (n’Pow); The need to make other behave in a way that they would not

have behaved otherwise.

3. Need for affiliation (n’Aff): The desire for friendly and close interpersonal

relationships.

Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk

melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha

yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada

2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan

kegagalan.

3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas

yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia

Page 31: modul1 wirausaha

31

selalu menghindari tantangan yang sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan

sangat rendah.

Kebutuhan akan kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi,

mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing,

berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin

mempengaruhi orang lain.

Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh

orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai

persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen

P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan

keberhasilan manajer saat ini.

Ahli psikologi lain, Frederik Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene

mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan

dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasila kerja, yaitu faktor yang membuat

orang lain merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas

(dissatisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja (job-

satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan (the

work itself), tanggungjawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan

berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan

(dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan,

mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990:95).

Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya

yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia mengemukakan bahwa “The strength of

a tendency to act in a certain way depend on the strength of an expectation that an act

will be followed by a given outcome and actractiveness of that outcome to the individual”.

Page 32: modul1 wirausaha

32

Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah tertentu tergantung pada

kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang

dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling

berhubungan, yaitu (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan,

(2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan

kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang

dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan (expectancy theory), yaitu:

1. Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara

motivasi (M) dan ability (A).

2. Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama

(V1) dengan expectancy (E).

3. Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah

valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan

instrumental (I).

Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan

energi.

2. Menentukan arah perbuatan ketujuan tertentu.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat

menjadi wirausaha? Menurut Dan steinhoff & John F. Burgess (1993:6) ada tujuh motif:

1. The desire for higher income.

2. The desire for more satisfying career.

P = f (M x A)

M = f (V1 x E)

V1 = f (V1 x 1)

Page 33: modul1 wirausaha

33

3. The desire to be self-directed.

4. The desire for the prestige that comes to being a business owner.

5. The desire to run with a new idea or concept.

6. The desire to build long-term wealth.

7. The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita

(1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwiraiusaha, yakni:

1. Alasan keuangan, yakni untuk mencari nafkah untuk menjadi kaya, untuk mencari

pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.

2. Alasan sosial, yakni untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat dikenal dan

dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan

orang banyak.

3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menatar

masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-anak dan

keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau istyri, untuk membahagiakan ayah

dan ibu.

4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi alasan atau mandiri, untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk

menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari

kewirausahaan, yaitu:

1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.

2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.

3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

Page 34: modul1 wirausaha

34

4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha

seseorang.

BAB 1II

PROSES KEWIRAUSAHAAN

A. Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan

David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan

(entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme

(optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status kewriusahaan (entrepreneurial

status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe soedjono dan Roopke, proses

kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi

dari property right (PR), competency/ability (C), incentive (I), dan external environment

(E).

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-

faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/ kompetensi

(competency/ability, C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi

lingkungan (environment, E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif

(affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang

kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi

kemampuan afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif (cognitive abilities)

merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial). Jadi,

kemampuan berwirausaha (entrepreneurial) merupakan fungsi dari perilaku

Page 35: modul1 wirausaha

35

kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian

menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

B. Model Proses Kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan

diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

internal maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan

lingkungan (Bygrave, 1996:3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control,

kreativitas, inovasi, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi

wirausaha yang besar (Soeharto Prawirakusumo, 1977:5). Secara internal, inovasi

dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilai-

nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang

mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi

berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan,

organisasi, dan keluarga.

Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu

oleh faktor pribadi,lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu

kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-

nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasaan. Sedangkan

faktor pemicu yang berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing,

inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal

dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. Seperti halnya

pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat

tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan

lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan faktor yang

Page 36: modul1 wirausaha

36

berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial.

Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur, budaya, dan

strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh

nilai-nilai pribadi, sosiologi, organisasi, dan lingkungan.

Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat

menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and practice). Jadi,

pedoman-pedoman, pengharapan-pengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari

pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan.

C. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di Kabupaten

Madiun yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses

pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu (1)

tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating), (2) tahap duplikasi dan

pengembangan (duplicating and devoloping), (3) tahap menciptakan sendiri barang dan

jasa baru yang berbeda (creating new and different).

Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi para wirausaha mulai

meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya diawali

dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan

meniru yang sudah ada. Teknik produksi, desain, pemprosesan, organisasi usaha, dan pola

pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu diperoleh melalui

magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi

tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena proses pengamatan.

Page 37: modul1 wirausaha

37

Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para wirausaha mulai

mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk misalnya, wirausaha

mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan didesain

sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan

model-model pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan yang

lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit perubahan. Misalnya

desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah tiga sampai lima tahun

sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh bentuk-bentuk monopsoni oleh para

pengumpul seperti usaha kecil pada umumnya. Beberapa wirausaha di antaranya ada juga

yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan sebagai market follower dan

beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul. Setelah tahap

duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan

berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Tada tahap ini wirausaha

biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingitahuan, ketidakpuasan

terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil

yang lebih unggul secara mengebu-gebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas

dengan skala yang luas pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan

pasar dan berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang

pasar (market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-produk unik

yang digerakkan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan

perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri kecil

sepatu dan industri konveksi mulai menantang pasar (market challenger), sedangkan

industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern masih

menjadi pengikut pasar (market follower).

Page 38: modul1 wirausaha

38

D. Langkah Menuju Kaberhasilan Wirausaha

Untuk menjadi wirausaha sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis

(business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi

risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah

berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya.

Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha

harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitrausahanya maupun dengan

semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.

E. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan wirausaha

sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996:14-15)

mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkab wirausaha gagal dalam

menjalankan usaha barunya.

1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan

dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat

perusahaan kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan

menvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordininasikan, keterampilan mengelola

sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik

faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur

pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas

akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak

lancar.

Page 39: modul1 wirausaha

39

4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,

sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang

menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis merupakan faktor yang

menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak styrategis dapat mengakibatkan

perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.

6. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan

efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien

dan tidak efektif.

7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah

terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.

Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/ transisi kewirausahaan. Wirausaha

yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi

wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh

apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewitrausahaan, Zimmerer

(1996:17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari

kewirausahaan, yaitu:

1. Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan,

dalam bisnis ada jaminan untuk memperoleh pendapatan yang berkesinambungan.

Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung.

Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan

berwirausaha.

Page 40: modul1 wirausaha

40

2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru

sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/ kegagalan

usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi mengakibatkan

seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan

sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.

3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari

pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan

bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha

menjadi mundur. Ia kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang

berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi

dan ditekuni.

4. Kualitas kehidupan yang rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang

tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari

kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak

meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

F. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian

pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl (2000:19-20)

mengemukakan keuntungan dan kerugian kewirausahaan sebagai berikut:

1. Keuntungan Kewirausahaan

a. Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat

wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.

Page 41: modul1 wirausaha

41

b. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau

perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk

mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat

memotivasi wirausaha.

c. Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa

kekayaan sebagai milik sendiri.

2. Kerugian Kewirausahaan

Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan berwirausaha juga

memiliki beberapa kerugian, yaitu:

a. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan

waktu yang lama dan sibuk. Sedikit waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi.

Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

b. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi

bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.

c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena

wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka

margin laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal

juga ada.

Page 42: modul1 wirausaha

42

BAB 1V

FUNGSI DAN MODEL PERAN WIRAUSAHA

A. Profil Kewirausahaan

Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokkan yang

berbeda-beda. Ada yang mengelompokkan berdasarkan pemilikannya, pengelompokkan

berdasarkan perkembangannya dan pengelompokkan berdasarkan kegiatan usahanya.

Roopke (1995:5), mengelompokkan kewirausahaan berdasarkan perannya, sebagai

berikut.

1. Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari-

harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar

prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah mengadakan perbaikan-perbaikan

terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasan sumber-sumber.

Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya

seorang pegawai atau manajer. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji.

Page 43: modul1 wirausaha

43

2. Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui

kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukaan). Misalnya, bila tidak

terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, maka ia akan membeli

dengan murah dan menjualnya dengan mahal. Kegiatannya melibatkan spekulasi

dalam memanfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli.

3. Wirausaha inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-

kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak saja dalam memperkenalkan

teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan

teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia mengadakan proses dinamis pada

produk, proses, hasil, sumber pengadaan, dan organisasi yang baru.

Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan sebagai

berikut:

1. Part-time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian

waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis bisanya hanya bersifat sampingan.

2. Home-Based New Ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/ tempat tinggalnya.

3. Family-Owner Business, yaitu usaha yang dilakukan/ dimiliki oleh beberapa anggota

keluarga secara turun-temurun.

4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama

sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.

B. Fungsi Makro dan Mikro Wirausaha

Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi secara

makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak,

pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat,

dan negara-negara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu,

sehingga negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan

Page 44: modul1 wirausaha

44

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan

ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasa telah

menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global.

Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan para

wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan

ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha,

pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak pernah terjadi.

Menurut J. B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber ekonomi dari

produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi dan berlimpah ruah. Menurutnya,

wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan itu dilakukan tidak dengan

mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda (“not

by doing things better but by doing something different”).

Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi,

yakni: Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai

keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar

bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator

antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and

backward-lingkages) (Drucker, 1979-54). Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan

efediensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat

fleksibel, karena dapat mnyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan

sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Ketiga, usaha kecil

dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha

dan pemerataan pendapatan (wealth creation prosess), karena jumlahnya tersebar baik di

perkotaan maupun di pedesaan.

Page 45: modul1 wirausaha

45

Secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian,

mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk

menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya,

menurut Marzuki Usman (1977), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu (1)

sebagai penemu (innovator), (2) sebagai perencana (planner).

Sebagai inovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:

1. Produk baru (the new product)

2. Teknologi baru (the new tecnology)

3. Ide-ide baru (the new image)

4. Organisasi usaha baru (the new organization)

Sebagai planner, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:

1. Perencanaan perusahaan (corporate plan)

2. Strategi perusahaan (corporate strategy)

3. Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)

4. Organisasi perusahaan (corporate organization)

Menurut Zimmerer (1996:51) fungsi wirausaha adalah menciptakan nilai barang

dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian sumber daya dengan cara-cara baru yang

berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui:

1. Pengembangan teknologi baru (devoloping new technology).

2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge).

3. Perbaikan produk dan jasa yang ada (improving existing products or services).

4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah

lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit (finding different ways

of providing more goods and services with fewer resources).

Page 46: modul1 wirausaha

46

Lain halnya dengan Werner Shombart (1992), yang membagi fungsi

entrepreneur menjadi tiga, yaitu:

1. Captain of industry, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang

keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan dengan sengaja

melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta.

2. Usahawan (businessman), yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan

masyarakat, merangsang kebutuhan baru untuk mendapat langganan baru.

Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.

3. Pemimpin keuangan (financial leader), yaitu orang sejak muda menekuni keuangan,

mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.

Selain entrepreneur, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep “entrepreneur”

yaitu orang yang tidak menemukakan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan

temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang bersangkutan (Marzuki Usman,

1977:4), misalnya dalam membuat desain/ rancangan suatu produk yang sesuai dengan

permintaan pasar. Fungsi intrapreneu adalah duplicating new product, and imitating new

technology. Berbeda dengan benchmarking yang berkembang pada kalangan para manajer

dan wirausaha di Jepang dan Australia. Pada benchmarking, selain meniru juga

mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi baru (imitating and developing

product) atau imitating with modification (winardi, 1998).

Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan bahwa wirausaha adalah

perintis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil risiko dalam menghadapi

ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya manusia, material, dan keuangan

untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci

keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapai tujuan tersebut (Steinhoff

dan Burgess, 1993:38).

Page 47: modul1 wirausaha

47

C. Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global

Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini,

banyak tantangan yang harus dihadapi. Setiap negara harus bersaing dengan menonjolkan

keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber

dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki

keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak akan

mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah

negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya (conomic

empowering) dan memberdayakan sumber daya manusianya (resourcess empower) secara

nyata. Sumber-sumber ekonomi dapat diberdayakan apabila sumber daya manusia betul-

betul menghadapi tantangan dan persaingan yang kompleks.

Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan

pengangguran, tantangan tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, dan

tantangan etika, tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan tantangan gaya

hidup berserta kecenderungan-kecenderungannya merupakan tantangan yang saling terkait

satu sama lain. Dalam persaingan global, semua sumber daya antar negara akan bergerak

bebas tanpa batas. Sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, teknologi,

dan gaya hidup akan bergerak melewati batas-batas negara. Hanya sumber daya yang

memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga

pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai persaingan yang tinggi akan

menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif (competitive advantages),

diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif wirausaha.

Untuk dapat bersaing di pasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang

berdaya saing tinggi, yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan

Page 48: modul1 wirausaha

48

tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan

tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas sumber

daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan terampil yang

dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantangan baru. Selanjutnya

kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat ditentukan oleh sistem

pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan inovatif. Sumber daya

kreatif dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha.oleh sebab itu, wirausaha yang mampu

menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda (create the new and different)

BAB V

IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN

A. Ide Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai suatu barang

dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan

produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab

itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar

menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahan

sebagai penggerak perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara

terus-menerus. Wirausahaan dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua

tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha

(business driven). Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi., misalnya

menciptakan permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru para pengusaha

(business innovation) perusahaan mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya

membuat ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak

Page 49: modul1 wirausaha

49

lagi tergantung pada konsumen (seller-market) seperti falsafah pemasaran yang

konvensional.

Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan

peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di

pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-

nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi

semua risiko yang terjadi dengan cara:

1. Pengurangan kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif.

2. Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin.

3. Pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.

Ada risiko yang dapat dievaluasi, yaitu (1) risiko pasar atau risiko persaingan, (2)

risiko finansial,dan (3) risikoteknik. Risiko pasar terjadi akibat adanya ketidakpastian

pasar. Risiko finansial terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya.

Risiko teknik terjadi sebagai akibat adanya kegagalan teknik. Pada hakikatnya,

ketidakpastian pasar terjadi akibat dari berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi,

teknologi, demografi, dan sosial politik.

Menurut Zimmerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide

untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak

akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus

menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta

ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaannya ,

bagaimana ide bisa menjadi peluang ? Ada beberapa cara, antara lain:

1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/ metode yang lebih

baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan.

2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.

Page 50: modul1 wirausaha

50

3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan atau

modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.

Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk

arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan

perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil

pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.

B. Sumber-sumber Potensial Peluang

Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka

wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus.

Proses penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk

menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam

penjaringan (screening) ide dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Menciptakan produk baru dan berbeda. Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata,

misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus

berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut

harus menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna, barang dan

jasa itu harus bernilai bagi konsumen baik pelanggan maupun konsumen potensial

lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen

di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang

perlu diperlukan (1) permintaan terhadap barang/ jasa yang dihasilkan, (2) waktu

penyerahan dan waktu permintaan barang/ jasa.

Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu menciptakan

produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada konsumen. Misalnya, apakah

produk-produk barang dan jasa tersebut dapat meningkatkan efisiensi bagi

Page 51: modul1 wirausaha

51

pemakainya ? Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli

potensial ? Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut ?

Pertanyaan-pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang.

Secara implisit, apabila wirausaha baru menfokuskanpada segmen pasar, maka

secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada perilaku segmen pasar.

Kemampuan untuk memperoleh peluang itu akan sangat tergantung pada kemampuan

wirausaha untuk menganalisis pasar yang meliputi aspek (1) kemampuan untuk

menganalisis demografi pasar, (2) kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah

laku pesaing, (3) kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan

ketafakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan peluang.

2. Mengamati pintu peluang, wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki

pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman

keberhasilan dalam mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan

keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk

mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-

kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.

Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing dan

peluang yang dapat diperoleh, ada beberapa pertanyaan, yaitu (1) pertanyaan untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam pengembangan produk, meliputi

bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam pengembangan produk

jika dibandingkan kemampuan teknik yang dimiliki? Dan bagaimana track-record

pesaing untuk mencapai sukses dalam pengembangan produk?, (2) pertanyaan untuk

mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kapabilitas dan sumber-sumber

yang dimiliki, meliputi: sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk

melakukan investasi dalam pengembangan produk baru dan produk awal? Dan

Page 52: modul1 wirausaha

52

keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?, (3) pertanyaan untuk mentukan

apakah pintu peluang ada atau tidak, meliputi: sejauh mana kecepatan perusahaan

membawa produk ke pasar dapat mendahului pesaing?, apakah kapabilitas dan

sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar

yang sedang dikuasai pesaing?, apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup

untuk menguasai serangan pesaing?.

Menurut Zimmerer (1996:87) ada beberapa keadaan yang dapat menciptakan

peluang, yaitu (1) produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang

relatif singkat, (2) kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik

harus dipertimbangkan sebelumnya, (3) bila pesaing tidak begitu agresif untuk

mengembangkan strategi produknya, (4) pesaing tidak memiliki teknologi canggih, (5)

pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya, (6)

perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan

produk barunya.

3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisis ini sangat penting

untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan memadai atau

tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya

yang dikeluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?.

4. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana

sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, untuk

perluasan dan untuk biaya lainnya?.

5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, misalnya risiko teknik, risiko

finansial, dan risiko pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan

pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Risiko pesaing meliputi pertanyaan

(1) kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing?,

Page 53: modul1 wirausaha

53

(2) tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh pesaing dalam pengembangan

produknya?, (3) seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan

produk baru dan produk yang diperkenalkannya?, (4) apakah perusahaan baru cukup

kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?.

Analisis kelemahan,kekuatan,peluang, dan ancaman atau analisis strength,

weaknss, oppurnity, and threat (SWOT) sangat penting dalam menciptakan

keberhasilan perusahaan baru.

C. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan

Seperti dikemukakan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (2000)

bahwa kebanyakan responden yang menjadi wirausaha berasal dari pengalaman sehingga

ia memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil,

persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan.

Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau

kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.

Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang

memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah

seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda

(ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan

kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk

memulai usaha (start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),

kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (oppurnity), kemampuan dan

keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk

Page 54: modul1 wirausaha

54

mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemampuan dan kemampuan-

kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:

1. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).

2. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).

3. Merintis usaha baru (new business).

4. Melakukan proses/ teknik baru (the new technic).

5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization).

Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana

usaha (businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha berperan:

1. Merancang perusahaan (corporate plan).

2. Mengatur strategi perusahaan (corperate strategy).

3. Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corperate image).

4. Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).

Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan:

1. Menentukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create the new

and different).

2. Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).

3. Meniru dan memodifikasi (imitating and modificating).

4. Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru, dan organisasi

baru.

Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik

dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan

menanggung risiko. Seperti telah dibahas pada bab 4 bahwa untuk menjadi wirausaha

pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas,

kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu,

Page 55: modul1 wirausaha

55

kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila

tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang

dikutip Yuyun Wirasasmita (1993:3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:

1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya

atau ditekuninya.

2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide dan perspektif serta tidak mengandalkan

pada sukses di masa lalu.

3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan

teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.

4. Seach skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.

5. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.

6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan memprediksi keadaan

masa yang akan datang.

7. Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan

berhubungan dengan orang lain.

Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki

kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan & Bradstreet Business

Credit Sarvice (1993:1), ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wirausaha, yaitu:

1. Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.

Dengan kata lain, seseorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. Misalnya, seorang yang

akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang

perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang

cara memasarkan komputer.

Page 56: modul1 wirausaha

56

2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan

bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan

perusahaan termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan

dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti

memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara

efektif dan efisien.

3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang

dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif

yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya

berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan

modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup uang, tenaga, tempat, dan

mental.

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/ mengelola

keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya

secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.

6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin.

Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,

menggerakan (memotivasi), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan

perusahaan.

8. Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan

kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,

bermanfaat, dan memuaskan.

Page 57: modul1 wirausaha

57

9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/ cara bersaing. Wirausaha, harus

dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity),

dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT baik

terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.

10. Copying with regulations and poperwork, yaitu membuat aturan/ pedoman yang jelas

(tersurat, tidak tersirat).

Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki

pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil, Jr dan Douglas

Cloud (1993:8) ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai

pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, di antaranya:

1. Techinical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun

(know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih.misalnya, kemampuan

dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui

bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.

2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang

cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia

harus mengetahui bagaimana menemukakan peluang pasar yang spesifik, misalnya

pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.

3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan , mengatur

pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/ rugi. Ia harus mengetahui

bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.

4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan

personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia

harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

Page 58: modul1 wirausaha

58

Sedangkan menurut Norman M. Scarborough (1993), kompetensi kewirausahaan

yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis tersebut, meliputi:

1. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.

2. Berorientasi pada prestasi/ kemajuan, cirinya:

a. Selalu mencari peluang.

b. Berorientasi pada efisiensi.

c. Konsentrasi untuk kerja keras.

d. Perencanaan yang sistematis.

e. Selalu memonitor (check and recheck).

3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:

a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.

b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis.

Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut, cenderung

berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan yang berupa

pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal

pengetahuan yang perlu dimiliki misalnya:

1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada

disekitarnya.

2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.

3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.

4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan keahlian dalam

bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha.

Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di antaranya pengetahuan tentang

pasar dan strategi pemasarannya, pengetahuan tentang konsumen (pelanggan),

Page 59: modul1 wirausaha

59

pengetahuan tentang pesaing, baik yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan

tentang pemasok, pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang

dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis pelanggan,

mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting

pengetahuan spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntasi dan

pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran,

dan perencanaan.

Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal

keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa

sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan khusus

yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki itu di antaranya:

1. Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan mempertimbangkan risiko.

2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.

3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.

4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.

5. Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.

Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kewirausahaan itulah yang

membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradsteet (1993), pengusaha kecil harus

memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian, realistis, penuh harapan, dan penuh

komitmen. Modal yang cukup, bisa diperoleh apabila perusahaan mampu

mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan

hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan dari penyandang dana. Penggunaan

dana tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus-menerus. Menurut

Ronald J. Ebert (2000:117) bahwa efektifitas manajer perusahaan tergantung pada

Page 60: modul1 wirausaha

60

keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen (Basic Manajemen Skill)

tersebut meliputi:

1. Technical skill

2. Human relation skill

3. Conceptual skill

4. Decision making skill

5. Time manajemen skill

Kemampuan menguasai persaingan, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya

dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan sendiri, dan kekuatan

serta kelemahan yang dimiliki pesaing. Seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993) :

“My best advice for competing successfully is to find your own distinctive niche in the

marketplace”. Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang merupakan kekuatan

bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar menghasilkan keunggulan.

Kelemahan dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan dan kelamahan yang dimiliki

pesaing merupakan peluang yang harus digali. Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahan tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal , misalnya dalam pelayanan,

harga barang, kualitas barang, distribusi , promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam

bauran pemasaran (marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan peluang.

Semua informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari

berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan, lingkungan sekitas, distributor,

laporan rutin, periklanan, dan pameran dagang.

Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha.

Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines Development Centre (5-6) bahwa

wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang merupakan fungsi dari kapasitas

yang diperlukan, yaitu technical, marketing, financial, personnel, and management.

Page 61: modul1 wirausaha

61

Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai

keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, tujuan,

pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut Small

Busines Development Centre, untuk mencapai keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri,

sangatlah tergantung pada:

1. Individual skill and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individual.

2. Knowlegde of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan.

3. Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan perusahaan.

4. Take advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam mencari peluang-

peluang.

5. Adapt to the changes, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.

6. Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk meminimalkan ancaman

terhadap perusahaan.

Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada akhinya seorang

wiausaha harus memiliki perencanaan strategis, yaitu suatu proses penentuan tujuan,

menetapkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi sumber-sumber

daya perusahaan, misalnya fasilitas, pasar, produk/ jasa, dana, dan karyawan. Strategi

tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumber daya seoptimal

mungkin. Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan selalu memotivasi

karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih mudah diwujudkan. Menurut

Allan Filley dan Robert W. Price (1991:1-2) untuk mencapai keberhasilan dalam

wirausaha khususnya perusahaan kecil, ada beberapa klasifikasi strategi yang harus

dimiliki,meliputi:

1. Craft; firms are prepared by people who are technical specialist.

Page 62: modul1 wirausaha

62

2. Promotion; promotion are typically dominated by their leader and are designed to

exploit some kind of innovative advantages.

3. Administrative; administrative firm have formal management and are built around

neccesary business function.

Menurut Alan C. Filley dan Robert W. Pricer (1991:1)”…karena perusahaan kecil

tergantung pada lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil bila

lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada umumnya

perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau human skill. Human skill adalah

kemampuan untuk bekerja, memahami, dan kemampuan untuk memotivasi orang-orang,

baik sebagai individu maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan mental

ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi, ability diartikan

sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu perusahaan.

Dalam rumusan yang lebih sederhana, kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari

keterampilan menajerial. Robert Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins (1993)

mengemukakan tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human,

dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan

“craft firm”. Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul dan berkomunikasi,

dan conceptual skill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, meramalkan, atau

memprediksikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha

yang berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan dan bekal

keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal

pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang

peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri,

pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keterampilan

Page 63: modul1 wirausaha

63

yang perlu dimiliki meliputi keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan

memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah,

keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan

berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha (Soesarsono Wijandi, 1988:29).

BAB V1

MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

A. Cara Memasuki Dunia Usaha

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki

dunia usaha, yaitu:

1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan

menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga

bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (1) Perusahaan milik sendiri (sole

proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang,

(2) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih

Page 64: modul1 wirausaha

64

yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan (3) perusahaan berbadan

hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan

modal saham-saham.

2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah

didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan

organisasi usaha yang sudah ada.

3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur

(franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/ parent company) dalam

mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha

(waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat,

rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan,

pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar, promosi,

pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

1. Merintis Usaha Baru

Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk memasuki dunia usaha

(business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seorang yang

mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai

pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil

(small business operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, kemampuan

mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90), sekitar

43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh

ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat professional lainnya.

Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut.

Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya

Page 65: modul1 wirausaha

65

dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11%) dari wirausaha yang disurvei

memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan sebanyak 46% lagi karena

hobi.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk

mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: Pertama, pendekatan ”inside-out”

atau disebut dengan ”idea generation”, yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai

kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri,

kemampuan latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan

dirintis. Kedua, pendekatan ”the out-side in” yang juga disebut ”opportunity

regognition”, yaitu pendekatan yang menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan

di pasar. Opportunity recognition tidak lain adalah pengamatan lingkungan

(environment scanning) yaitu alat untuk pengembangan yang akan ditransfer menjadi

peluang-peluang ekonomi. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000:92)

bersumber dari surat kabar, laporan periodik tentang perubahan ekonomi, jurnal

perdagangan dan pameran dagang, publikasi pemerintah, informasi lisensi produk

yang disediakan oleh broler, universitas, dan perusahaan lainnya.

Menurut Lambing, keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah dapat

mengidentifikasi ”kebutuhan pelanggan” dan ”kemampuan pesaing”. Berdasarkan

pendekatan ”in-side out” di atas, bahwa untuk memulai usaha, seorang calon

wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough,

kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:

a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang

dan jasa serta cara menyajikannya.

b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar

dan pelanggan serta harga yang tepat.

Page 66: modul1 wirausaha

66

c. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-

sumber dana dan cara menggunakannya.

d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari,

memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta

negosiasi.

Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang dituntut tidak

hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan. Seperti

telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk

barang dan jasa yang laku di pasar. Tentu saja, barang dan jasa yang akan dijadikan

objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh karena itu, mengamati peluang pasar

merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan.

Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa

akan mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan.

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan (1) bidang

dan jenis usaha yang dimasuki, (2) bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan

dipilih, (3) tempat usaha yang akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan,

(5) jaminan usaha yang mungkin diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan

berpengaruh.

Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:

a. Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan,

perikanan, dan perkebunan.

b. Bidang Usaha Pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah,

batu, dan bata.

Page 67: modul1 wirausaha

67

c. Bidang Usaha Pabrikan (Manufacturing), meliputi usaha industri, perakitan, dan

sintesis.

d. Bidang Usaha Konstruksi (Contruction), meliputi usaha konstruksi bangunan,

jembatan, pengairan, dan jalan raya.

e. Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan kecil (retailer),

grosir, agen, dan ekspor-impor.

f. Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankkan,

asuransi, dan koperasi.

g. Bidang Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong rambut, salon,

loundry, catering.

h. Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan,

pergudangan, wartel, dan distribusi.

i. Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No.

9/ 1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis usaha wisata, yaitu (1) Kelompok

usaha jasa pariwisata, meliputi jasa biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan

wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran, jasa

impresariat, jasa konsultan pariwisata, jasa informasi pariwisata, (2) Pengusaha

objek dan daya tarik wisata, meliputi pengusaha objek dan daya tarik wisata alam,

pengusaha objek dan daya tarik wisata budaya, pengusaha objek dan daya tarik

wisata minat khusus, (3) Usaha sarana wisata, meliputi penyediaan akomodasi,

penyediaan makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata, penyediaan

sarana wisata dan sebagainya.

Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang akan Dipilih

Page 68: modul1 wirausaha

68

Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah

selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk

kepemilikan usaha, yang bisa dipilih, di antaranya:

a. Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahaan yang dimiliki

dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah

mudah untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan

memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.

b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau

lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan

ada dua macam anggota, yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau

lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan

ada dua macam anggota, yaitu (1) sekutu umum (general partner), yaitu anggota

yang aktif dan duduk sebagai pengurus persekutuan, (2) sekutu terbatas (limited

partner), yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang

perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam

perusahaan.

c. Perseroan (coraporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para

pemegang saham (persero/ stocholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas

terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetorkan.

d. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama

bersama. Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi

ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara

anggota.

Tempat Usaha yang akan Dipilih

Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa hal di bawah ini:

Page 69: modul1 wirausaha

69

a. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan

atau pasar? Bagaimana akses pasarnya?

b. Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga kerja?

c. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat

pengangkut dan jalan raya?

Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi dan

afektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efidien baik bagi

perusahaan maupun bagi konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha ada

beberapa alternatif yang kita bisa pilih, yaitu (1) membangun bila ada tempat yang

strategis, (2) membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan, (3) kerja

sama bagi hasil, bila memungkinkan.

Organisasi Usaha yang Akan Digunakan

Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha

yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya.

Sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya. Pada

lingkup atau skala usaha kecil, organisasi usaha pada umumnya dikelola sendiri.

Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai small business owner manager atau

small business operator. Meskipun pengusaha usaha kecil identik dengan owner

business manager, jika skala dan lingkup usahanya semakin besar, maka

pengelolaannya tidak bisa dikerjakan sendiri akan tetapi harus melibatkan orang lain.

Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan, bagian pembelian,

bagian administrasi, dan bagian keuangan masing-masing memerlukan tenaga

tersendiri dan perlu bantuan orang lain.

Dalam perusahaan yang lebih besar seperti Perseroaan Terbatas (PT) dan CV,

maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara hierarkis, organisasi

Page 70: modul1 wirausaha

70

perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham, dewan

komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat pemegang saham dalam

perusahaan besar adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat

dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak

tanduk direksi dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran

perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa orang

manager.

Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam perusahaan

kecil fungsi manajemen relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi kewirausahaan

sangat besar perannya karena dasarnya adalah kreativitas dan inovasi. Sebaliknya,

dalam perusahaan besar fungsi kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan

fungsi manajemen sangat besar, karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen.

Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula fungsi manajerial,

karena dasarnya adalah fungsi-fungsi kewirausahaan karena yang mendasarinya

adalah motivasi dan kemauan.

Lingkungan Usaha

Lingkungan usaha tidak bisa diabaikan begitu saja. Lingkungan usaha dapat

menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat

mempengaruhi jalannya usaha/ perusahaan adalah lingkungan mikro yang sangat

berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.

a. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan

operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan,

manajer, direksi,distributor, pelanggan/ konsumen, dan lainnya. Sejalan dengan

pergeseran strategi pemasaran , yaitu dari laba perusahaan (shareholder)

Page 71: modul1 wirausaha

71

kemanfaat bagi shareholder, maka lingkunangan internal baik perorangan

maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan akan sangat

berpengaruh. Yang termasuk perorangan dan kelompok perorangan dan kelompok

yang bekepentingan terhadap perusahaan dan mengharapkan kepuasan dari

perusahaan (shareholder satisfaction), di antaranya:

1) Pemasok (supplier)

Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku/ kepada

perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan pembeli/ pelanggan, maka

perusahaan tersebut harus memproduk barang dan jasa yang bermutu tinggi.

Hal ini bisa dicapai apabila bahan yang tidak memadai, akan cenderung untuk

pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.

2) Pembeli atau Pelanggan

Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh

karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa

karena tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya akibat mutu,

harga dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk pindah dan

berlangganan kepada perusahaan lain.

3) Karyawan

Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan.

Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat dari

perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan

produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka mendapat gaji yang

cukup, masa depan yang terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan yang

teratur. Jika tidak, maka karyawan akan bekerja kurang termotivasi, kurang

Page 72: modul1 wirausaha

72

produktivasi, kurang produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan

perusahaan.

4) Distributor

Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam

perusahaan, karena dapat memperlancar penjualan. Distributor yang kurang

mendapat manfaat dari perusahaan akan menghambat pengiriman barang

sehingga barang akan terlambat datangt ke konsumen atau pasar.

b. Lingkungan Makro

Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat

mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan yang meliputi:

1) Lingkungan Ekonomi (economic environment)

Kekuatan ekonomi lokal, regional, rasional, dan global akan berpengaruh

terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Variabel–variabel ekonomi seperti

tingkat inflasi, tingkat bunga dan fluktuasi mata uang asing baik langsung

maupun tidak akan berpengaruh pada perusahaan. Inflasi atau kenaikan harga-

harga akan mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan usahanya.

Demikian juga kenaikan suku bunga dan frekuensi mata uang asing akan

menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasi keuanganya.

2) Lingkungan Teknologi (Technology environment)

Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahannya sangat

berpengaruh pada perusahaan. Perubahan teknologi yang secara dratis dalam

abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan.

Teknologi baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk

lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh

Page 73: modul1 wirausaha

73

kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa

telah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat. Oleh

karena itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat

melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersenut.

3) Lingkungan Sosiopolitik (socio environment)

Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu

diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh

pada tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa hal, perubahan kekuatan politik

berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan dan secara tidak langsung

berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya dengan adanya kekacauan

politik dan kerusuhan yang terjadi selalu membawa sentimen pasar. Perubahan

investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh pada

kondisi ekonomi. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat

apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut.

4) Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demography and life Style

environment)

Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengaruhi oleh

perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat,

gayahidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi

peluang. Pada prinsipnya semua lingkungan di atas bisa menciptakan peluang

bagi wirausaha.

Dari berbagai lingkungan seperti di ataslah peluang baru dalam bisnis

diperoleh. Zimmerer (1996:98) menganalisis peluang baru dari lingkungan

tersebut dengan menyebutnya pengamatan lingkungan (environment scanning),

yaitu suatu proses di mana semua sektor kritis lingkungan yang mempengaruhi

Page 74: modul1 wirausaha

74

perusahaan baru diamati, dievaluasi, dan diuji untuk menentukan pengaruh

perubahaan yang terjadi dalam lingkungan tersebut terhadap potensi perusahaan.

Maksud dari proses pengamatan ini adalah untuk mengidentifikasi peluang-

peluang baru atau tantangan baru yang tercipta akhir perubahan lingkungan.

Zimmerer menganalisis peluang baru tersebut dalam bentuk analisis dampak silang

(cross impact analysis).

Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri.

Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki

industri baru, yaitu.

1) Sikap dari kebiasaan Pelanggan Loyalitas pelangan kepada perusahaan baru

masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan

karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelangannya.

2) Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk

pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta sistem yang lama.

3) Respons dari pesaing yang ada secara agresif akan mempertahankan pangsa

pasar yang ada.

Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta

Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan terutama

untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta

keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Banyak perusahaan

yang tidak mengetahui pentingnya hak perlindungan perusahaan. Perlindungan

produk-produk perusahaan sangat oleh pihak lain. Temuan yang tidak memiliki

hak paten akan bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan

mematikan perusahaan penemu.

Page 75: modul1 wirausaha

75

Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bisa diperoleh adalah hak paten,

hak cipta, merek dagang, dan identitas perusahaan lainnya.

1) Paten

Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas

penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan dan

menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan. Pemberian

hak monopoli atas produk tersebut dimaksudkan untuk mendorong kreativitas

dan inovasi para penemu.

Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul

baru (bukan lebih baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila alat

tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak paten hanya

diberikan kepada penemu yang sebenarnya, bukan pada seseorang yang

menemukan penemuan orang lain. Penemuan yang telah diberikan hak paten,

tidak boleh diduplikasi dan dijual oleh siapapun tanpa izin (lisensi) dari

penemunya. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:

Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru.

Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru,

penemu harus menganalisis dan menguji alat baru dengan menggunakan

kriteria sebagai berikut:

a) Apakah alat ini telah digunakan oleh orang lain senbelum penemuan ini

diajukan untuk mendapat hak paten?

b) Apakah telah diberikan paten sebelum temuannya diajukan?

c) Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum diberikan

tanggal hak paten?

Page 76: modul1 wirausaha

76

Bila ketiga kriteria tersebut telah dilakukan sebelum diberikan hak paten,

maka penemuan itu akan kehilangan hak untuk memperoleh paten.

Langkah 2: Dokumentasikan Alat yang Ditemukan Tersebut

Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemuan harus

memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan, misalnya

tanggal ide itu tersirat, penjelasan alat yang digunakan, dan gambarnya.

Langkah 3: Telusuri Paten-pten yang Telah Ada

Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita

temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah alat

yang ditemukan itu memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.

Langkah 4: Pelajari Hasil Telusuran

Penemu harus mempelajari hasil telusuran terlebih dahulu sebelum

memutuskan mengajukan lamaran hak paten. Jika yang telah ada betul-betul

seperti paten yang akan diusulkan, maka pihak yang berwenang tidak akan

menjamin hak paten bagi penemuan baru. Akan tetapi, meskipun alat yang kita

temukan itu memiliki fungsi yang sama dengan alat yang ada, namun memiliki

perbedaan dalam cara-cara dan macam-macamnya, maka paten dapat dijamin.

Langkah 5: Mengajukan Lamaran Paten yang berisi.

a) Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli.

b) Deskripsi penemuan yang disebut spesifikasi dan batas penemuan yang

disebut klaim, yang mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru.

c) Gambar penemuan.

2) Merek Dagang

Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam

perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk

Page 77: modul1 wirausaha

77

simbol, nama, logo, slogan, atau tempat dagang yang oleh perusahaan

digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau untuk

membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang (trade mark)

pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di pasar. Untuk menetapkan

mereka harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi

pelanggan, sehingga menjadi merek terkenal.

3) Hak Cipta

Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi

pencipta dan keorisinilan ciptaannya. Misalnya, karangan, musik, lagu, hak

untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.

2. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan

Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah

ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebih rendah,

lebih mudah, dan memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang bisa ditawar.

Membeli perusahaan baru sedikit risikonya, karena kemungkinan gagal lebih kecil,

sedikit waktu, dan tenaga yang diperlukan. Di samping itu, membeli perusahaan yang

sudah adapun memiliki peluang harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan

merintis usaha baru. Namun demikian bahwa membeli perusahaan yang sudah ada

juga mengandung kerugian dan permasalahan baik eksternal dan internal:

a. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran

peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam menghadapi lingkungan

eksternal ini, misalnya : apakah perusahaan yang dibeli memiliki daya saing harga

di pasar, khususnya dalam harga dan kualitasnya? Bagaimana segmen pasarnya?

Sejauh mana agresivitas pesaingnya? Apakah ada industri yang dominan?

Bagaimana ukuran dan pertumbuhan pasarnya? Apakah ada perubahan teknologi

Page 78: modul1 wirausaha

78

yang dapat mempengaruhi perusahaan yang dibeli? Setiap pembelian perusahaan

harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya.

b. Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,

misalnya masalah image atau reputasi perusahaan. Misalnya masalah karyawan,

masalah konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar diselesaikan oleh

pemilik yang baru, masalah lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya.

Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa

aspek yang harus dipertimbangkandan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimerer

(1996) aspek-aspek itu meliputi:

1) Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut?

2) Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?

3) Di mana lokasi perusahaan tersebut?

4) Berapa harga yang rasional untuk membeli perusahaan itu?

5) Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan daripada

merintis sendiri usaha baru?

Tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang sudah ada.

Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus

mempertimbangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan

pembelian perusahaan tersebut, pembeli juga harus memperhatikan sumber-

sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, di antaranya:

1) Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan dibeli.

2) Bank investor yang melayani perusahaan.

3) Kontak-kontak perusahaan seperti pemasok, distributor, pelanggan, dan yang

lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang akan dibeli.

4) Jaringan kerja sama bisnis dan sosial perusahaan yang akan dibeli.

Page 79: modul1 wirausaha

79

5) Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan oleh perusahaan yang

akan dibeli.

Zimmerer tampak lebih eksplisit daripada Lambing tentang alasan mengapa

seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada lima hal kritis untuk

menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:

1) Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya berbentuk nyata

(tangible) atau tidak nyata (intangible)? Apakah masih prospektif dan layak

guna (up-to-date) serta efisien? Ada beberapa jenis kekayaan yang harus

diperhatikan, misalnya tangible asset (peralatan daftar piutang, susunan

leasing, business record), dan intangible asset (merek dagang, paten, hak cipta,

good-will), lokasi, dan penampilan.

2) Potensi produk dan jasa yang dihasilkan. Potensi pasar apa yang dimiliki

barang dan jasa yang dihasilkan? Ada dua aspek yang harus dianalisis, yaitu

komposisi dan karakteristik pelanggan dan komposisi dan karakteristik pesaing

yang ada.

3) Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus

dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan dan balik

nama dari penjual ke pembeli.

4) Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual. Bagaimana kondisi keuangan

perusahaan yang akan dijual tersebut apakah sehat atau tidak? Misalnya,

bagaimana potensi keuntungan yang akan diperoleh? Bagaimana laporan rugi

labanya selama lima tahun terakhir ini? Bagaimana pajak pendapatannya?

Bagaimana kompensasi laba bagi pemilik?

Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian suatu

perusahaan adalah:

Page 80: modul1 wirausaha

80

a. Yakinkan bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkan, alasan

membeli perusahaan daripada merintis usaha-usaha baru atau franschising.

b. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu

mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan, dan kepribadian anda?

c. Pertimbangan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari

perusahaan tersebut? Uang, kebebasan, atau fleksibilitas?

d. Pertimbangan lokasi yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang anda

inginkan?

e. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah anda ingin memiliki perusahaan ini

selama-lamanya atau hanya untuk kesenangan?

f. Jajaki penyandang dana sebelumnya.

g. Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang.

h. Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli.

i. Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual perusahaan tersebut?

j. Adakah penelitian sebelum anda menyetujuinya.

k. Buatlah surat pernjanjian dalam bentuk yang spesifik, misalnya jangka waktu

pembayaran berakhir.

l. Jangan lupa untuk menilai karyawan.

m. Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan nilai perusahaan.

3. Franchising (Kerja Sama Manajemen/ Waralaba)

Franchising merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat populer di

seluruh dunia. Produk-produk franchising telah menjadi produk global. Dealer-dealer

mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh

dunia. Format bisnis franchising telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para

dealer (franchising) seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan

Page 81: modul1 wirausaha

81

pengerjaan manual, serta bimbingan pengawasan kualitas. Logo-logo dari usaha

franchising terlihat di pusat-pusat perdagangan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya,

bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.

Franchising merupakan kerja sama manajemen yang biasanya berkembang

dalam perusahaan eceran. Seperti telah dikemukakan bahwa franchise adalah suatu

persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara

dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang

memberi lisensi disebut franchising dan penyalur disebut franchise. Dalam

franchising, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan

seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi

dengan nama produk, merek dagang, dan prosedur penyelenggaranya secara standar.

Perusahaan induk (franchisor) mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama,

tempat/ daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan perbekalan material

yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek

berikut (1) pemilihan tempat, (2) rencana bangunan, (3) pembelian peralatan, (4) pola

arus kerja, (5) pemilihan karyawan, (6) periklanan, (7) grafik, (8) bantuan pada acara

pembukuan.

Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-

faktor sebagai berikut (1) pencatatan dan akuntansi, (2) konsultasi, (3) pemeriksaan

dan standar, (4) promosi, (5) pengendalian kualitas, (6) nasihat hukum, (7) riset, (8)

material lainnya.

Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan bantuan

manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra (goodwill), pembuatan, dan

teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchise. Tidak sedikit bentuk

franchising yang dilakukan antar-negara, misalnya Mc Donald’s, Kentucky Fried

Chicken, Pizza Hut, Cola Cola, Pepsi Cola, Hoka-hoka Bento, dan lain sebagainya.

Page 82: modul1 wirausaha

82

Bidang otomotif, misalnya dealer mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan

pompa bensin. Di bidang lain, bentuk kerja sama ini adalah di bidang elektronik, obat-

obatan, dan hotel. Di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan

negara-negara di Eropa, franchising tumbuh cepat dan semakin meluas. Bidang-

bidang yang berkembangnya cukup menonjol seperti rekreasi, hiburan, perjalanan, dan

wisata dengan kenaikan 34,1%, jasa-jasa perusahaan 30,7%, akuntansi, kredit, agen

pengumpul, dan jasa perusahaan umum 21,19%, percetakan dan foto copy 20,8%, dan

jas-jasa lainnya. Di Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan franchising

namun berbeda adalah ”bapak angkat” atau ”kemitraan”. Dalam kerja sama sistem

bapak angkat atau kemitraan kebanyakan hanya diberikan bantuan permodalan,

pemasaran, dan bimbingan usaha.

Dasar hukum dari penyelenggaraan franchising adalah kontrak antara

perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja membatalkan

perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama tersebut melanggar

persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan.

Menurut Zimmerer (1996) keuntungan dari kerja sama franchising adalah:

a. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor.

b. Diberikannya bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi,

sedangkan sumber modal dari perusahaan franchisee sangat terbatas.

c. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, produk yang telah dikenal.

Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), keuntungan franchising

meliputi:

a. Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa nasehat pemilihan

lokasi, analisis fasilitas layout, bantuan keuangan, palatihan manajemen, seleksi

karyawan, dan bantuan pelatihan.

b. Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu menyajikan prediksi

dan pengujian tentang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan.

Page 83: modul1 wirausaha

83

c. Mendapat pengakuan yang segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki

reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan beberapa hari saja

sudah dikenal.

d. Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang besar besar, maka

pembayaran untuk pembelian bahan baku, perlatan, jasa asuransi akan relatif

murah.

e. Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan

pengalaman yang jauh lebih sehingga biaya periklanan menjadi sangat murah.

f. Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha

franchising memiliki metode yang lebih efisien dalam perbaikan proses produksi.

Di samping beberapa keuntungan seperti di atas, kerja sam franchising tidak

selalu menjamin keberhasilan, karena sangat tergantung pada jenis usaha dan

kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah

(1) program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan, (2) pembatasan kreativitas

penyelenggaraan usaha franchisee, (3) franchisee jarang memiliki hak untuk menjual

perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak

franchisor dengan harga yang sama.

B. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya

Sampai saat ini batasan usaha kecil berbeda-beda tergantung pada fokus

permasalahannya masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Dan Steinhoff dan John F.

Burgess (1993:14) bahwa ”small business has been defined in different ways by different

organization and agencies”. Usaha kecil telah didefinisikan dengan cara yang berbeda

tergantung pada kepentingan organisasi.

Dalam ”small business act” yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F. Burgess

(1993:14) bahwa “Small business has been defined in different ways by different

Page 84: modul1 wirausaha

84

organization and agencies”. Usaha kecil telah didefinisikan dengan cara yang berbeda

tergantung pada kepentingan organisasi.

Dalam ”Small Business Act” (1934) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F.

Burgess (1993:14), misalnya dikemukakan “A small business is one which independently

owned and operated and is not dominant in its field”.

Menurut “Small Business Development Centre” University of Winconsin-

Madison, perusahaan kecil memiliki cirri-ciri sebagai berikut: “Greater potential, greater

risk, limited access to capital, one or few managers, and less able to survive major

mistakes”.

Dilihat dari perangkat manajemennya, Lambing (2000:43) mengemukakan bahwa

control atau pengawasan pada usaha kecil biasanya aturan secara tidak tertulis sebab

wirausaha mudah menguasai segala aspek usahanya. Banyak wirausaha yang cenderung

untuk menggunakan manajemen mikro (micromanage) dalam usahanya. M .Kusman

Sulaeman (1988-1989:43), mengemukakan beberapa ciri pekerjaan manajerial dari usaha

kecil dan menengah yang dikutip dari beberapa hasil studi yang dilakukan.

Di Indonesia sendiri belum ada batasan dan kreteria yang baku mengenai usaha

kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kreteria menurut fokus permasalahan

yang dituju. Dalam Undang-undang No.9/ 1995 Pasal 5 tentang usaha kecil disebabkan

beberapa kreteria usaha kecil sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar

rupiah).

Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS) (1988) mendefinisikan usaha kecil dengan

ukuran tenaga kerja, yaitu 5 sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar

Page 85: modul1 wirausaha

85

yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang memiliki

tenaga kerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga (home

industry).

Berbeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse, bahwa

industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga.

Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri

besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih.

Berdasarkan terminologi di atas banyak kreteria yang digunakan. Terlepas dari

ukuran secara kuantitatif, pada umumnya perusahaan kecil memiliki ciri-ciri khusus, yaitu

manajemen, persyaratan modal dan pengopterasian yang bersifat lokal. Pada usaha kecil,

manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik, majikan, dan investor yang

mengambil berbagai keputusannya secara mandiri. Jumlah modal yang diperlukan juga

biasanya relatif kecil dan hanya dari beberapa sumber saja. Karena permodalan relatif

kecil dan dikelola secara mandiri, maka daerah operasinya juga adalah lokal, majikan dan

karyawan tinggal dalam suatu daerah yang sama, bahan baku lokal dan pemasarannyapun

hanya pada lokasi/ daerah tertentu. Beberapa usaha kecil menghasilkan produk untuk

keperluan ekspor dengan skala yang relatif kecil, relatif spesifik atau kurang diversifikasi,

misalnya barang-barang untuk keperluan rumah tangga umumnya memiliki jumlah

karyawan yang sedikit, modal terbatas dan volume penjualan yang rendah. Akan tetapi,

secara keseluruhan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lokal yang

cukup besar dan tersebar.

Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity for Economic Development-

CED), mengemukakan kreteria usaha kecil sebagai berikut:

1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.

2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.

Page 86: modul1 wirausaha

86

3. Daerah operasi bersifat lokal.

4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil.

Di samping ciri-ciri di atas, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan

tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain.

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan, misalnya perubahan

produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak

dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut.

Sedangkan, pada perusahaan besar, tindakan cepat tersebut susah dilakukan.

2. Fleksibel. Perusahaan kecil sangat luwes, ia dapat menyesuaikan dengan

kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil

pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.

Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan bahan baku dan tenaga

kerja bukan lokal yaitu mendatangkan dari daerah lain atau impor.

3. Tidak mudah goncang. Karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan

lokal, maka perusahaan kecil tidak renta terhadap fluktuasi bahan baku impor.

Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat tingginya nilai mata

uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat dijadikan peluang oleh

perusahaan kecil yang menggunakan bahan baku lokal dengan memproduksi

barang-barang untuk keperluan ekspor.

Sebagai contoh perusahaan cinderamata dan mebel yang sudah diekspor dan

menggunakan bahan baku rotan, kayu, dan kulit dapat meraih keuntungan akibat

kenaikan nilai mata uang asing. Perusahaan kecil bisa menggunakan produk barang

dan jasa yang dihasilkannya untuk bersaing karena bahan baku dan sumber lokal

harganya relatif lebih rendah daripada bahan baku impor.

Page 87: modul1 wirausaha

87

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua

aspek:

1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam struktur

perusahaan misalnya kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi,

kelemahan dalam pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan

penguasaanteknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan

terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait

dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang

tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecil terdominasi dan renta.

Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol

adalah kurangnya permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan pada kekuatan

pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan

baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki

ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus penguasa bahan baku. Selain

menguasai sumber-sumber bahan baku, pemilik modal juga menguasai akses dan

infoemasi pasar, dan dengan demikian ketergantungan usaha kecil terhadap bahan

baku menjadi ketergantungan terhadap pasar. Oleh karena yang menguasai pasar

banyak mengetahui dan langsung mengenal pasar baik standar kualitas, motif

maupun jumlahnya, maka standar produk, desain produk, teknik produk, dan

jumlah produk ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang sekaligus penyandang

dana. Akibat dari ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk yang

dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa pasar dan

pemilik modal, maka terjadilah pasar monopsoni. Demikian juga, harga jual bahan

baku dan bunga modal. Karena harga jual barang-barang yang dihasilkan usaha

kecil ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang juga sebagai pemilik informasi

Page 88: modul1 wirausaha

88

bahan baku, maka batas keuntungan penguasaha kecil ditentukan oleh batas harga

jual produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah repatriasi keuntungan

yang mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya tetap kecil. Kondisi

tersebut mengakibatkan ketergantungan penguasaha kecil yang menjadi buruh

pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan oleh batas keuntungan dari

pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan

baku.

2. Kelemahan Kultural

Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan

kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai

persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku,

seperti:

a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.

b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah,

dan mudah didapat.

c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan penguasa

besar dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan

permodalan dan pemasaran.

d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik

desain, kualitas, maupun kemasannya.

e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan

persyaratan yang terjangkau.

C. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil

Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi

enam tahap pengembangan bisnis yaitu tahap kosepsi (conception), survival, stabilisasi,

Page 89: modul1 wirausaha

89

orientasi pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat, dan kematangan. Pada setiap tahap

tersebut gaya kepemimpinan wirausaha dan keterampilan yang diperlukan cenderung

berubah. Menurut Lambing (2000:23) ada dua keterampilan yang sangat diperlukan oleh

pemilik perusahaan dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu manajemen personal

dan manajemen keuangan.

Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern

tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara

dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu

perusahaan sangat tergantung pada kemampuan internal. Secara internal, perusahaan perlu

memiliki kompetensi khusus (distinctive competency) yang dicari dari integrasi fungsional

(design school) (Mintzberg, 1990) atau dari kemampuan internal (resource-based theory)

(Pandian, 1992), atau dari care competency (D’Aveni, 1994) atau dari entrepreneur secret

yaitu kreativitas dan inovasi (creativity and innovation) dari tantangan eksternal dynamic

theory (Porter, 1980) yang dibahas lebih lanjut pada bab 7.

Pandangan Michael Porter (1980, 1999) tentang teori competitive strategy sampai

saat ini tampak masih relevan, walaupun dalam perkembangannya tidak sedikit yang

mengkritik. Teori Porter dirancang untuk menghadapi tantangan eksternal khususnya

persaingan. Dalam teori persaingan Porter dikemukakan bahwa untuk menciptakan daya

saing khusus, perusahaan harus menciptakan keunggulan melalui strategi generik (generic

strategic), yaitu strategi yang menekankan pada keunggulan biaya rendah (low cost),

diferensasi (differentiation), dan fokus (focus). Dengan strategi ini, perusahaan akan

memiliki daya tahan (sistainability) hidup secara berkesinambungan. Meskipun masih

relevan, strategi Porter ini terus dikritik. Menurut Mahoney dan Pandian (1992) dan D’

Aveni (1994), strategi Porter tersebut adalah berjangka pendek (short-life) dan statis).

Menurutnya sekarang ini keadaannya sudah sangat cepat berubah, maka yang diperlukan

Page 90: modul1 wirausaha

90

adalah strategi jangka panjang (long-life) dan dinamis. Untuk menghadapi kondisi jangka

panjang dan dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada

pengembangan sumber daya internal secara superior (internal resource-based strategy)

untuk menciptakan kompetensi inti (core competency) seperti yang disarankan oleh

Mintzberg (1990). Menurut Richard D’Aveni (1994:253) dan Gary Hamel (1994:232),

perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti

(building core competency), pengetahuan dan keunikan intangible asset untuk

meniciptakan keunggulan, dan hanya wirausahalah yang mampu mencari peluang secara

kreatif dalam menciptakan keunggulan.

Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori

dynamic strategy maupun teori resource-based strategy sangat relevan bila khusus

diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil nasional dewasa ini. Perhatian utama harus

ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya saing

(competitive advantages) melalui pengembangan kapabilitas khusus (kewirausahaan),

sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengandalkan strategi kekuatan pasar (market

power) melalui monopoli dan fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini, perusahaan kecil

harus mengarah pada keterampilan khusus secara internal yang bisa menciptakan core

product yang unggul untuk memperbesar manufacturing share (muncul pada berbagai

produk yang memiliki komponen penting yang sama). Strategi tersebut lebih murah dan

ampuh dalam lokalnya (Albert Wijaya, 1993). Menurut teori resourse-based strategy ini,

agar perusahaan meraih keuntungan secara terus-menerus, yaitu meraih semua pesaing di

industri yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal

yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan

memberi Pandian (1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan

pengetahuannya), modal dan kebiasaan rutin.

Page 91: modul1 wirausaha

91

Secara spesifik, ahli lain Burns (1990) menyarankan, bahwa agar perusahaan kecil

berhasil take-off, maka harus ada usaha-usaha khusus yang diarahkan untuk survival,

consolidation, control, planning, dan expectation. Dalam tahapan ini diperlukan

penguasaan manajemen, yaitu dengan mengubah pemilik sebagai pengusaha (owners as

businessman) yang merekrut tenaga yang diberi wewenang secara jelas. Di bidang

pemasaran, harus mengubah dari getting custumer menjadi tahap tighten financial

control, improve margin, and control cost. Di bidang pendanaan, dalam tahap take-off,

usaha kecil harus sudah ventura capital (Yuyun Wirasasmita, 1993:2).

Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan

yang “fit” antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang

memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core competency) yang

merupakan kompetensi khusus (distinctive competency) dari pengelolaan sumber daya

perusahaan. Kompetensi ini diciptakan melalui generic strategy-nya Porter (1980), dan

didukung dengan nilai dan budaya perusahaan yang relevan.

Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis sekarang ini, menurut

D’Aveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan kompetensi

inti (building core competency), yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan

keunggulan seperti yang telah dikemukakan. Keunggulan tersebut menurutnya diciptakan

melalui ”The New 7-S’strategy (The New 7-S’)”, yaitu:

1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan stakeholder.

2. Startegic sooth saing, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau yang

mencengangkan.

3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutakan kecepatan.

4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.

Page 92: modul1 wirausaha

92

5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan perubahan/ pengeseran

peran yang dimainkan.

6. Signaling strategic intent, yaitu mengidentifikasikan tujuan dari strategi.

7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian penggerak/

pendorong strategi secara simultan dan berurutan.

Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsungan hidup

perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya sangat tergantung pada strategi

manajemen perusahaan dalam memperdayakan sumber daya internalnya.

BAB V1I

PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

A. Pengelolaan Usaha

1. Perencanaan Usaha

Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus

dilakukan adalah membuat perencanaan. Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru

tertulis (blue-print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional

Page 93: modul1 wirausaha

93

usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan

kemampuan serta keterampilan pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan

awal memiliki dua fungsi penting, yaitu: (1) sebagai pedoman untuk mencapai

keberhasilan manajemen usaha, dan (2) sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan

permodalan yang bersumber dari luar.

Menurut Zimmerer (1993:331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam

perencanaan usaha, yaitu (1) ringkasan pelaksanaan, (2) profil usaha, (3) strategi

usaha, (4) produk dan jasa, (5) strategi pemasaran, (6) analisis pesaing, (7) ringkasan

karyawan dan pemilik, (8) rencana operasional, (9) data finansial, (10) proposal/usulan

pinjaman, (11) jadwal operasional. Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000:131),

perencanaan bisnis memuat sejumlah topik, yang meliputi:

a. Ringkasan eksekutif (executive summary).

b. Pernyataan misi (mission statement).

c. Lingkungan usaha (business environment)

d. Perencanaan pemasaran (marketing plan)

e. Tim manjemen (management team)

f. Data finasial (financial data)

g. Aspek-aspek legal (legal consideration)

h. Jaminan asuransi (insurance requirement)

i. Orang-orang penting (key person)

j. Risiko (risk)

Ringkasan eksekutif (executive summary), menjelaskan tentang (1) maksud

usaha, (2) usulan finansial, (3) permintaan dana, (4) cara menggunakan dana dan cara

pembeyaran kembali pinjaman. Secara rinci, komponen-komponen yang tercantum

dalam format usaha tersebut meliputi:

Page 94: modul1 wirausaha

94

a. Ringkasan eksekutif (executive summary). Ini dibuat tidak lebih dari dua halaman

yang memuat tentang:

1) Nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan.

2) Nama, alamat, dan nomor telepon key person.

3) Laporan singkat gambaran perusahaan.

4) Laporan singkat gambaran pasar untuk produk.

5) Laporan singkat gambaran aksi-aksi strategis untuk meraih keberhasilan

perusahaan.

6) Laporan singkat gambaran manajerial dan pengalaman teknik dari key person.

7) Laporan keperluan dana dan cara menggunakannya.

8) Rekening penerimaan dan neraca saldo.

b. Perencanaan usaha secara detail (detailed business plans)

1) Latar belakang usaha

a) Laporan singkat sejarah perusahaan

b) Situasi yang ada saat ini

2) Gambaran usaha secara detail

a) Keunikan usaha yang dimiliki

b) Bagaimana keunikan itu menciptakan nilai.

c) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan (seperti harga

persaingan, kualitas, keadalan, ketahanan, sifat-sifat teknik dan

sebagainya).

3) Analisis pasar

a) Potensi pembeli terhadap barang (dispensasikan)

b) Motivasi mereka membeli

c) Ukuran pasar (jumlah pelangan di pasar)

Page 95: modul1 wirausaha

95

d) Pembelanjaan total tahunan

e) Sifat-sifat pembelian, apakah barang tahan lama? Apakah produk hanya

dibeli pada muslim tertentu?

f) Target pasar spesifik, apakah kita mengetahui konsumen potensial yang

akan kita tuju.

g) Pengaruh pasar eksternal, bagaimana masing-masing kekuatan eksternal

mempengaruhi penjualan, misalnya:

h) Faktor ekonomi, seperti inflansi, resesi, dan tinggi-rendahnya tingkat

pengangguran.

i) Faktor sosial, seperti usia pelanggan, lokasi, tingkat pendapatan, ukuran

rumah tangga, dan sifat khusus masyarakat.

4) Analisis pesaing, memuat gambaran tentang:

a) Pesaing yang ada, jumlah pesaing yang kita kenal dan

kepercayaan pelanggan terhadap kita

b) Perusahaan yang mungkin masuk pasar, siapa, kapan, dan

mengapa masuk pasar? Apa dampak dari masuknya pesaing baru terhadap

target pasar kita.

c) Kekuatan dan kelemahan pesaing

5) Perencanaan strategi usaha

a) Rencana untuk memasarkan produk,khususnya yang berkenaan

dengan strategi pemasaran, seperti harga, promosi dan periklanan, dan

pelayanan pada pelanggan

b) Bandingkan produk kita dengan produk yang ada di pasar

6) Spesifikasi organisasi dan manajemen

Page 96: modul1 wirausaha

96

a) Bagaimana perusahaan diorganisisr baik secara legal maupun

secara fungsional

b) Orang-orang kunci dalam perusahaan, beserta latar belakang, dan

sifat-sifat spesifik lain yang mempengaruhi keberhasilan usaha

7) Perencanaan keuangan (finansial)

a) Jumlah uang yang dipewrlukan untuk memproduksi barang dan

jasa serta untuk operasional usaha

b) Ciptakan pembelanjaan kas untuk ditunjukkan kepada bank atau

investror lain yang akan membantu pendanaan perusahaan

c) Proyeksi biaya operasional secara realistis untuk membiayai

material, tenaga kerja, peralatan pemasaran, dan biaya lainnnya.

d) Proyeksi dan aktualisasi neraca dan laporan rugi laba

e) Analisis peluangpokokk (BEP)

8) Perencanaan aksi strategis

a) Penjelasan misi kita dalam perusahaan

b) Penampilan tujuan dan sasaran yang spesifik

c) Pernyataan strategi produksi dan pemasaran

d) Bagaimana strategi akan dikonversikan ke dalam perencanaan

operasional

e) Prosedur pengawasan untuk menjaga perusahaan dari serangan.

2. Pengelolaan Keuangan

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan, yaitu

1) Aspek sumber dana, 2) Aspek rencana dan penggunaan dana, 3) Aspek Pengawasan

atau pengendalian keuangan

Page 97: modul1 wirausaha

97

Sumber – Sumber Keuangan Perusahaan

Ditinjau dari asalnya sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi golongan:

a. Dana yang beraswal dari perusahaan disebut pembelanjaan intern

Ada tiga jenis sumber dana intern yang dapat dijadikan sumber keuangan

perusahaan, diantaranya:

1) Penggunaan dana perusahaan

2) Penggunaan Cadangan

3) Penggunaan laba yang tidak dibagi/ditahan

b. dana yang berasal dari luar perusahaan, yang disebut pembelanjaan ekstern.

Sumber dana ekstern mencakup:

1) dana pemilik atau penyertaan

2) Dana yang berasal dari utang/pinjaman baik jangka pendek maupun

jangka panjang atau disebut pembelanjaan asing.

3) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerahDana dari teman

atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya

4) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin

menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki potensi.

Perencanaan Keuangan Dan Penggunan Dana

B. Teknik dan strategi Pemasaran

1. Perencanaan Pemasaran

Page 98: modul1 wirausaha

98

2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

3. Kiat Pemasaran Usaha Baru

C. Teknik Pengembangan Usaha

1. Perluasan Skala Ekonomi (Economic of Scale)

2. Perluasan Cakupan Usaha (Economic of Scope)

D. Manajemen dan Strategi Kewirausahaan

1. Manajemen Kewirausahaan

2. Strategi Kewirausahaan

E. Memelihara semangat (Spirit) Wirausaha

Untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan di

pasar dapat dilakukan dengan cara:

1. Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan khususnya tentang alasan mereka

membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa

kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan.

2. Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya, tentang

proses distribusi dan perbaikan teknik produksinya untuk dapat bersaing.

3. Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide baru.

Dengan iklim yang kondusif, para entrepreneur akan lebih kreatif dalam

mentrasformasikan ide-idenya. Para entrepreneur secara ideal adalah individu-

individu yang bertanggung jawab dalam bidang pemasaran, teknologi, dan keuangan.

Mereka adalah para pencipta dan inovator pada perusahaan orang lain.

BAB VIII

KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM

KEWIRAUSAHAAN

Page 99: modul1 wirausaha

99

A. Kompetensi Inti Kewirausahaan

B. Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan