MORFOLOGI SEL DARAH MERAH ITIK MANILA YANG
DIPAPAR PADA BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN
NaCl HIPOTONIS
ANISA RAHMA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfologi Sel Darah
Merah Itik Manila yang Dipapar pada Berbagai Konsentrasi Larutan NaCl
Hipotonis adalah benar karya saya dari arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini, saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 17 Februari 2015
Anisa Rahma
NIM B04100014
ABSTRAK
ANISA RAHMA. Morfologi Sel Darah Merah Itik Manila yang Dipapar pada
Berbagai Konsentrasi Larutan NaCl Hipotonis. Dibimbing oleh MOKHAMAD
FAHRUDIN dan KOEKOEH SANTOSO.
Bentuk sel darah merah dapat dipengaruhi oleh pemberian larutan yang
memiliki konsentrasi berbeda. ImageJ dapat dimanfaatkan untuk mengukur
perubahan morfologi sel darah merah. Analisis morfologi sel darah merah
dilakukan pada 60 sampel darah yang diberi perlakuan NaCl dengan konsentrasi
bertingkat (NaCl 0.6%, NaCl 0.7%, NaCl 0.8%, NaCl 0.9%). Sampel natif darah
diamati pada menit ke- 2, -4, -6, -8, dan -10. Sel darah merah diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali. Data hasil pengamatan
diolah menggunakan imageJ untuk menganalisis sirkulariti serta perubahan
dimensi. Hasil penelitian memperlihatkan terjadi peningkatan sirkulariti dan nilai
dimensi sel darah merah pada konsentrasi 0.6% menit ke-2, konsentrasi 0.7%
menit ke-4, dan pada konsentrasi 0.8% pada menit ke-8. Hal ini menggambarkan
bahwasanya terjadi perubahan bentuk sel darah merah yang ditandai dengan
adanya peningkatan sirkulariti dan dimensi sel darah merah ketika sel darah merah
dipapar pada konsentrasi NaCl yang berbeda-beda.
Kata kunci : ImageJ, Morfologi , NaCl, Sel darah merah, Sirkulariti,
ABSTRACT
ANISA RAHMA. Morfology of Muscovy Duck Red Blood Cell’s in that exposed
by Various Concentrations of NaCl Hypotonic Solution. Under supervision of
MOKHAMAD FAHRUDIN and KOEKOEH SANTOSO.
The shape area of red blood cell could be influenced by exposure of solution
with different concentration. ImageJ software could be utilized to detect the
change of red blood cell morpholgy. In this study, 60 red blood cells samples of
muscovy duck were exposed to different concentrations of NaCl (0.6%, 0.7%,
0.8%, and 0.9%) to detect its morphological change. Blood samples were
observed microscopically at magnification of 40× objective at 2, 4, 6, 8, and 10
minutes after exposure to NaCl solution. The data were then analized using
imageJ software to measure its circularity and dimension. The result of this study
revealed that circularity and dimension of red blood cells increased at 2 minutes
after exposure to 0.6% NaCl, 4 minutes after exposure to 0.7% NaCl, and 8
minutes after exposure to 0.8% NaCl. This study conclude that the morphology of
red blood cells of muscovy duck after exposure to various concentrations of NaCl
solution was influenced by concentration of the NaCl solutions.
Keywords: Circularity, ImageJ, Morphology , NaCl, Red blood cell
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
MORFOLOGI SEL DARAH MERAH ITIK MANILA YANG
DIPAPAR PADA BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN
NaCl HIPOTONIS
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ANISA RAHMA
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi berjudul Morfologi Sel Darah Merah Itik Manila yang Dipapar
pada Berbagai Konsentrasi Larutan NaCl Hipotonis ini dapat penulis selesaikan.
Semoga taufik dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada segenap insan yang
selalu bertaqwa kepada-Nya dan semoga seluruh nikmat-Nya yang kita gunakan
senantiasa mendatangkan keberkahan, amin. Penulis menyadari bahwa dalam
karya ilmiah ini terdapat banyak sekali kekurangan baik dari segi penggunaan kata
dan bahasa yang belum memenuhi kaidah yang tepat maupun dari isi penelitian
ini sendiri. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan bantuan, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak yang membaca karya ilmiah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang cukup banyak
memberikan bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun material. Penulis
mempersembahkan ucapan terima kasih kepada Dr Drh Mokhamad Fahrudin
selaku pembimbing pertama, Dr Drh Koekoeh Santoso selaku pembimbing kedua,
serta staf laboratorium fisiologi yang banyak membantu penelitian. Ungkapan
terima kasih yang juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang sudah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini antara lain kepada saudari Etri
Mardaningsih dan saudara Rendi Rifano yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian, kepada saudari Meta Anggistia dan saudara Esdinawan
Carakantara Satridja yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, kepada Agvinta Nilam yang senantiasa memberikan saran-
sarannya, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada ayahanda
Alirman, dan ibunda Asma Yenti serta seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan pada penulis dalam penelitian ini. Semoga ilmu yang didapatkan
mendatangkan makna dan manfaat dalam kehidupan.
Bogor, 17 Februari 2015
Anisa Rahma
NIM B04100014
DAFTAR ISI
ABSTRAK iii
PRAKATA viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur Penelitian 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 19
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sirkulariti sel darah merah itik setelah dipapar pada berbagai
konsentrasi NaCl dan waktu yang berbeda 5
Tabel 2 Dimensi sel darah merah setelah dipapar pada berbagai konsentrasi
NaCl dan waktu yang berbeda 7 Tabel 3 Rasio sel darah merah yang memiliki bentuk sirkular setelah
dipapar pada berbagai konsentrasi NaCl dan waktu yang berbeda 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sirkulariti Sel Darah Merah Itik yang dipengaruhi oleh
Konsentrasi 6
Gambar 2 Dimensi Sel Darah Merah Itik yang dipengaruhi oleh
Konsentrasi. 9 Gambar 3 Sel darah merah itik NaCl 0.8% a. tipe RGB menit ke-2, b. tipe
RGB menit ke-8, c. tipe gray-scale menit ke-2, d. tipe gray-
scale menit ke-8, e. hasil fill holes menit ke-2, f. hasil fill holes
menit ke-8. Skala pada gambar : 100µm 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis rancangan acak kelompok sirkulariti sel darah merah
itik 14
Lampiran 2 Hasil uji duncan sirkulariti sel darah merah itik. 14 Lampiran 3 Hasil uji Duncan sirkulariti sel darah merah itik. 14
Lampiran 4 Analisis rancangan acak kelompok dimensi sel darah merah itik. 14 Lampiran 5 Hasil uji Duncan dimensi sel darah merah itik. 15 Lampiran 6 Hasil uji ANOVA nilai rasio sel darah merah yang berbentuk
sirkular. 15 Lampiran 7 Hasil uji Duncan nilai rasio sel darah merah yang berbentuk
sirkular. 15
Lampiran 8 Analisis Regresi Sirkulariti Sel Darah Merah Unggas 15
Lampiran 9 Analisis Regresi Dimensi Sel Darah Merah Unggas 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemeriksaan profil sel darah merah sangat penting dilakukan karena
mampu menggambarkan kondisi fisiologis tubuh yang berkaitan dengan
kesehatan. Profil sel darah merah yang baik akan menunjukkan kondisi fisiologis
yang baik (Shawaludin et al. 2013). Morfologi dari sel darah merah seorang
pasien sangat membantu para dokter dalam mendeteksi suatu penyakit (Warni
2009). Unggas memiliki sel darah merah berbentuk elips dengan inti di bagian
tengah. Sel darah merah unggas memiliki ukuran yang berbeda tergantung spesies
unggas dan jenis kelaminnya (Nowaczewski dan Kontecka 2012).
Morfologi dari sel darah merah dapat dipengaruhi oleh pemberian larutan
dengan tekanan osmosis berbeda. Plasma darah unggas memiliki tekanan osmosis
normal 0,85%. Pemberian larutan dengan konsentrasi lebih rendah (hipotonis) dan
lebih tinggi (hipertonis) akan menyebabkan perubahan bentuk sel. Larutan
hipotonis akan mengakibatkan sel menggembung karena adanya pergerakan dari
pelarut ke dalam sel yang merupakan bentuk homeostasis untuk mempertahankan
tekanan osmosis dari sel tersebut (Siagian 2004). Cairan antar kompartemen
mengalami pergerakan yang ditentukan oleh perbedaan tekanan osmosis antara
sel dengan cairan di sekitarnya. Pergerakan terjadi sampai osmolalitas masing-
masing kompartemen menjadi sama.
Saat ini, analisis tentang morfologi sel darah merah yang dilakukan oleh
para dokter dan petugas laboratorium masih dilakukan secara konvensional
(Warni 2009). Akan tetapi, perubahan ukuran sel tidak dapat terlihat jelas hanya
dengan menggunakan mikroskop. Oleh sebab itu, diperlukan suatu teknologi
untuk memudahkan analisis ukuran sel. Perkembangan akan kemudahan,
kepraktisan, dan keakuratan ini sangat dibutuhkan terutama dalam analisis sel
darah merah (Usman 2008). Teknologi yang sedang berkembang adalah dengan
menggunakan pengolahan gambar (Hartadi 2004). Pemanfaatan perangkat lunak
imageJ yang digabung dengan kamera Dino-eye untuk membantu melihat
perubahan morfologi sel. Kamera Dino-eye dimanfaatkan untuk memperlihatkan
gambaran sel darah merah dengan bantuan komputer yang dihubungkan dengan
mikroskop sementara perangkat lunak imageJ digunakan dalam hal analisis data.
Perangkat lunak imageJ juga dapat digunakan untuk perhitungan ukuran sel darah
merah secara otomatis (Ramadhani 2013).
Penggunaan perangkat lunak diharapkan akan membantu diagnosis,
mengingat pembacaan yang dilakukan oleh petugas pada preparat ulas sangat
subjektif. Dengan bantuan perangkat lunak ini, gambar dari preparat bisa diambil
dengan segera dan identifikasi dilakukan melalui gambar. Diagnosis juga dapat
dilakukan secara bersama-sama sambil melihat gambar yang telah diambil
sehingga hal ini akan lebih mengurangi faktor kesalahan dalam pembacaan
preparat ulas (Habibzadeh 2011).
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini sesuai dengan pertanyaan berikut.
2
1. Apakah pengaruh cairan hipotonis terhadap morfologi sel darah merah itik
dapat diukur dengan bantuan perangkat lunak imageJ ?
2. Apakah ada pengaruh waktu paparan larutan hipotonis terhadap perubahan
morfologi sel darah merah itik ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur perubahan morfologi sel darah
merah unggas yang diberi larutan NaCl konsentrasi bertingkat (0.9%, 0.8%, 0.7%,
0.6%) selama jangka waktu tertentu dengan memanfaatkan teknologi pengolahan
gambar.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mempermudah pengamatan sel darah
merah di dalam dunia kedokteran dengan memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang morfologi sel darah merah melalui pemanfaatan teknologi pengolahan
gambar.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pengaruh larutan hipotonis terhadap
perubahan sel darah merah itik selama jangka waktu tertentu. Mekanisme
masuknya larutan hipotonis ke dalam membran sel, yang berhubungan dengan
elastisitas membran, serta kemudahan yang didapatkan dengan menggunakan
pengolahan gambar dalam melihat perubahan luas sel darah merah itik.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Pengamatan ukuran luas sel darah merah unggas dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Penelitian ini menggunakan sel darah merah unggas yang berasal dari 3 ekor
itik manila jantan, NaCl (Darmstadt, Germany) konsentrasi 0.9%, 0.8%, 0.7%,
dan 0.6%, alkohol 70% (Ciubros Farma, Indonesia), antikoagulan Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), kapas, tisu, minyak emersi (VWR
International, USA), dan xylol (Recochem, USA).
3
Alat
Alat yang digunakan adalah jarum suntik ukuran G27, kaca objek, gelas
penutup, mikroskop (Nicon YS 100, Nicon Instrument Inc, Japan), kamera Dino-
eye (tipe AM4023X, ANIMO Electronic Co, Taiwan) dengan resolusi 1.3
MegaPixel, perangkat lunak imageJ (versi 1.46r, NIH, USA), laptop (Toshiba tipe
Satellite L645, Toshiba, China), alat ukur untuk kalibrasi, pipet eritrosit, dan
stopwatch.
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Darah Itik Manila
Pengambilan darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen
Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Darah diambil melalui vena brachialis. Daerah pengambilan
darah tersebut dibersihkan dengan alkohol 70%. Darah diambil menggunakan
jarum suntik G27 yang sudah diberi antikoagulan EDTA kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Darah yang terdapat di dalam tabung reaksi diambil
menggunakan pipet leukosit, kemudian dicampur dengan larutan NaCl konsentrasi
(0.9%, 0.8%, 0.7% dan 0.6%) dengan perbandingan 1:10. Darah dihomogenkan
dengan cara memutar tabung reaksi membentuk angka delapan.
Selanjutnya, darah itik yang sudah dicampur larutan NaCl dibuat preparat
natif. Darah diteteskan pada objek gelas kemudian ditutup dengan gelas penutup.
Preparat diamati di bawah mikroskop pada menit ke-2, -4, -6, -8, dan -10 setelah
penambahan pengencer.
Pengambilan gambar
Mikroskop yang digunakan untuk melihat preparat ulas sebelumnya telah
dihubungkan dengan komputer menggunakan kamera Dino-eye. Preparat natif
darah diamati dengan perbesaran objektif 40 kali. Gambar yang terlihat di layar
komputer difoto selama 1 menit. Pengaturan waktu ini bertujuan untuk
menghindari darah tidak terlalu lama terpapar panas lampu mikroskop. Satu menit
kemudian, preparat diganti dengan yang baru. Masing-masing pengenceran
diamati pada menit ke-2, -4, -6, -8 , dan -10. Pada setiap pengamatan, digunakan
preparat baru.
Pengolahan gambar oleh imageJ
Gambar yang telah didapat dianalisis dengan menggunakan perangkat
lunak imageJ. Perangkat lunak imageJ yang sudah di-install pada laptop dibuka
dan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi skala gambar dilakukan dengan
gambar skala mikrometer (ukuran 100µm) kemudian angka kalibrasi ini
digunakan untuk menganalisis sel darah merah yang diperoleh dengan
menggunakan Dino-eye (Jacqui 2012). Setelah dikalibrasi, dilakukan analisis
terhadap gambar yang akan diukur perubahan morfologinya, untuk dianalisis
dengan menggunakan perangkat lunak imageJ. Gambar yang akan dianalisa
diubah tipenya dari red green blue (RGB) menjadi abu-abu. Selanjutnya nilai
ambang dari warna hitam putih diatur untuk memisahkan antara objek dan latar
belakang (Juma dan Yousef 2005). Nilai ambang diatur sampai objek yang
4
diinginkan terlihat jelas. Setelah didapatkan hasil yang cukup jelas, dilakukan
konversi gambar menjadi gambar hitam putih. Selanjutnya, dilakukan evaluasi
terhadap sel darah merah yang telah dikonversi. Jika terdapat bagian gambar yang
masih berongga, dilakukan pengisian untuk menutup rongga tersebut. Untuk sel
darah merah yang mengalami penumpukan, dilakukan pemisahan dari sel darah
merah yang menyatu dengan menggunakan watershed. Pada tahap ini, data sudah
dapat dianalisis oleh perangkat lunak imageJ. Dengan menggunakan perangkat
lunak imageJ, sirkulariti serta ukuran diameter panjang dan diameter pendek sel
darah merah itik dapat ditampilkan secara otomatis. Ukuran dari diameter panjang
dan diameter pendek dapat dianalisis dengan memanfaatkan sumbu mayor dan
minor dari sel darah merah yang diamati dengan imageJ (Igathinathane et al.
2007).
Analisis Data
Data gambar morfologi sel darah merah diolah menggunakan imageJ (versi
1.46r, NIH, USA). Nilai sirkulariti dan dimensi hasil citra diolah menggunakan
Microsoft Excel 2007. Selanjutnya dianalisis dengan piranti lunak SPSS 18
dengan metode Two Way Anova. Kemudian dilakukan uji lanjut untuk melihat
adanya perbedaan nyata menggunakan uji Duncan, dengan tingkat kepercayaan
95%. Hubungan antara sirkulariti, dimensi dengan konsentrasi NaCl dan waktu
pemaparan ditentukan dengan analisis regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Darah merupakan suatu parameter dalam menilai kondisi fisiologis tubuh.
Sel darah merah memiliki peranan yang sangat penting di dalam tubuh makhluk
hidup salah satunya untuk membawa oksigen yang sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup suatu organisme (Shawaludin et al. 2013). Ukuran dan
bentuk dari sel darah merah memberikan indikasi permukaan yang tersedia untuk
pertukaran gas (Harthman dan Lessler 1963). Ukuran dari sel darah merah sendiri
dapat berubah karena pengaruh cairan yang konsentrasinya lebih rendah
(hipotonis) sebab cairan hipotonis dapat merusak membran sel darah merah
(Sacher dan Pherson 2002).
Larutan NaCl yang diberikan dapat masuk ke dalam sel darah merah setelah
melalui membran sel. Ketika larutan NaCl berhasil masuk ke dalam sel, larutan
tersebut telah berhasil melewati membran. Selain memiliki membran, sel juga
memiliki kerangka. Kerangka sel dikenal dengan nama sitoskeleton. Sitoskeleton
tersusun atas tiga serabut yaitu mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen antara
(Mustahib 2007). Deformabilitas dan stabilitas membran sel darah merah
tergantung pada sitoskeleton dan isi sel. Kejadian internal tertentu pada membran
sitoskeleton atau molekul hemoglobin bisa mengubah sifat membran dan bentuk
sel (Richards et al. 2000).
Perubahan morfologi sel dapat dilihat dari nilai sirkulariti dan dimensinya.
Sirkulariti merupakan derajat kebundaran dari sel darah merah, nilai sirkulariti
akan mendekati satu apabila objek yang diteliti bulat. Nilai sirkulariti akan
5
berubah karena transformasi bentuk, rotasi, dan translasi (Milos dan Amiya 2013).
Gambaran hasil pengukuran sirkulariti dari sel darah merah itik dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Sirkulariti sel darah merah itik setelah dipapar pada berbagai konsentrasi
NaCl dan waktu yang berbeda
Waktu (Menit ke-)
Konsentrasi NaCl (%)
0.6 0.7 0.8 0.9 (kontrol)
Sirkulariti
2 0.650±0.018a,q
0.598±0.022bc,q
0.566±0.025b,q
0.579±0.027c,q
4 0.639±0.023a,q
0.606±0.019bc,q
0.557±0.014b,q
0.581±0.021c,q
6 0.663±0.020a,q
0.613±0.019bc,q
0.566±0.023b,q
0.596±0.026c,q
8 0.674±0.017a,r
0.579±0.023bc,r
0.770±0.013b,r
0.586±0.020c,r
10 0.675±0.017a,s
0.594±0.027bc,s
0.600±0.023b,s
0.616±0.021c,s
Keterangan: Data merupakan rataan nilai sirkulariti±Sd. Superscript (a, b, c) yang
berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada
( <0.05). Superscript (q, r, s) yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata pada ( <0.05)
Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa setelah sel darah merah itik yang dipapar
dengan konsentrasi NaCl yang rendah memiliki nilai sirkulariti yang lebih tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa larutan hipotonis mengakibatkan sel darah merah itik
mengalami perubahan bentuk dari elips menjadi lebih membulat. Perubahan ini
tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaCl saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh waktu papar sel darah merah terhadap larutan NaCl. Pada Tabel
1, dapat dilihat pada konsentrasi 0.7% sirkulariti tertinggi terdapat pada menit ke-
6 kemudian sel mulai mengecil kembali. Pada konsentrasi 0.8% sel darah merah
itik memiliki sirkulariti tertinggi pada menit ke-8 dan pada menit ke-10 ukuran sel
darah merah mengecil kembali. Sirkulariti sel darah merah itik terlihat stabil pada
konsentrasi 0.9%. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
nyata pengaruh waktu antara menit ke-2, -4, dan -6 terhadap menit ke-8 dan ke-10.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai sirkulariti dipengaruhi oleh
waktu.
6
Gambar 1 Sirkulariti Sel Darah Merah Itik yang dipengaruhi oleh Konsentrasi.
Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara sirkulariti sel darah merah,
konsentrasi NaCl, dan waktu pemaparan. Hubungan ini dilihat dengan
menggunakan analisis regresi sederhana yang menggambarkan perubahan nilai
sirkulariti (y) karena pengaruh konsentrasi (x) yang dapat dilihat pada satu garis
lurus (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Hubungan antara nilai sirkulariti dengan konsentrasi pada menit ke-2
memiliki koefisien determinasi (R2) adalah 0.73 dengan persamaan garis lurus y=
0.782-0.245x. Berarti setiap perubahan konsentrasi NaCl sebesar satu satuan akan
mengakibatkan perubahan nilai sirkulariti sebanyak 0.245. Menit ke-4 memiliki
nilai R2= 0.67, dengan persamaan linear y=0,763-0,223x. Nilai koefisien
determinasi menit ke-6 adalah 0.62 dengan persamaan garis lurus y= 0.795-
0.246x. Pada menit ke-8 dengan persamaan garis lurus y=0.707-0.073x
didapatkan nilai R2= 0.01, kecilnya nilai R
2 yang didapat menunjukkan
bahwasanya kurangnya korelasi antara nilai konsentrasi dan sirkulariti. Persamaan
dapat dikatakan terkorelasi secara linear apabila nilai R2 semakin mendekati 1
(Prasetyowati 2012). Persamaan linear pada menit ke-10 yaitu y= 0.749-0.171x
dengan R2= 0.35, nilai R
2 kurang dari 0.5 menunjukkan lemahnya korelasi dari
kedua peubah. Berdasarkan persamaan linear dapat diartikan bahwasanya semakin
rendah konsentrasi NaCl yang diberikan maka semakin besar nilai sirkulariti yang
diperoleh.
Selain dengan memperhatikan nilai sirkulariti, perubahan bentuk sel darah
merah itik ini juga dapat dilihat dari nilai dimensi seperti yang disajikan pada
Tabel 2. Nilai dimensi didapat dengan membandingkan nilai diameter pendek
dengan diameter panjang sel darah merah (Rodriguez et.al 2014).
0.900.850.800.750.700.650.60
0.80
0.75
0.70
0.65
0.60
0.55
konsentrasi
sir
ku
larit
2
4
6
8
10
waktu
Scatterplot of sirkularit vs konsentrasi
7
Tabel 2 Dimensi sel darah merah setelah dipapar pada berbagai konsentrasi NaCl
dan waktu yang berbeda
Waktu (Menit ke-)
Konsentrasi NaCl (%)
0.6 0.7 0.8 0.9 (kontrol)
Dimensi
2 0.747±0.016a 0.673±0.015
b 0.634±0.016
ab 0.621±0.012
c
4 0.730±0.013a 0.694±0.014
b 0.660±0.012
ab 0.625±0.017
c
6 0.706±0.015a 0.670±0.010
b 0.674±0.010
ab 0.625±0.010
c
8 0.689±0.016a 0.643±0.017
b 0.785±0.035
ab 0.626±0.015
c
10 0.672±0.014a 0.635±0.017
b 0.662±0.016
ab 0.627±0.014
c
Keterangan: Data merupakan rataan dimensi sel darah merah±Sd. Superscript (a, b, c)
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
pada ( <0.05).
Dimensi sel darah merah itik yang terlihat pada Tabel 2, sesuai dengan nilai
sirkulariti yang disajikan pada Tabel 1. Nilai dimensi meningkat karena terjadinya
peningkatan nilai rasio diameter pendek dan diameter panjang, sehingga sel
terlihat mengalami perubahan bentuk. Rasio nilai dimensi juga mengalami
peningkatan dan penurunan akibat pengaruh waktu walaupun secara statistik tidak
menunjukkan adanya perbedaan nyata (P>0.05). Dari Tabel 2 dapat dilihat
bahwasanya pada konsentrasi NaCl 0.6% nilai dimensi tertinggi terdapat pada
menit ke-2. Sementara untuk konsentrasi NaCl 0.7% nilai dimensi tertinggi
terdapat pada menit ke-4 dan untuk konsentrasi NaCl 0.8% terdapat pada menit
ke-8. Akan tetapi pada konsentrasi NaCl 0.9% tidak terdapat pengaruh waktu
terhadap dimensi sel darah merah. Hasil ini menggambarkan bahwasanya ketika
sel darah merah dipapar pada konsentrasi NaCl rendah, maka perubahan bentuk
yang terjadi akan semakin cepat.
Menurut Floyd (1971), tanggapan dari sel darah merah itik terhadap larutan
hipotonis dibagi dalam 2 fase yaitu fase cepat awal yang merupakan fase
pembengkakan sel dan fase yang lebih lambat (fase regulasi) di mana sel-sel
menyusut kembali sampai mencapai volume isotoniknya. Kemampuan sel untuk
menyusut kembali ke ukuran semula ini membuat presentasi sel yang memiliki
bentuk sirkular berubah berdasarkan waktu. Hal ini dapat dilihat dari rasio sel
darah merah yang mengalami perubahan bentuk dalam setiap menitnya, seperti
pada Tabel 3. Hakikatnya tidak semua sel darah merah mengalami perubahan
bentuk pada saat yang sama dengan pemberian konsentrasi yang sama. Hal ini
karena sel darah merah memiliki responnya masing-masing (Komariah 2009). Sel
darah merah dikelompokkan ke dalam kelompok sirkular jika memiliki nilai
sirkulariti ≥ 0.7 (Rodriguez et al. 2014).
8
Tabel 3 Rasio sel darah merah yang memiliki bentuk sirkular setelah dipapar
pada berbagai konsentrasi NaCl dan waktu yang berbeda
Waktu (Menit ke-)
Konsentrasi NaCl (%)
0.6 0.7 0.8 0.9
Rasio (%)
2 73.8 a
29.8 b
5.9 b
5.3 b
4 58.7 a
32.6 b
11.4 b
10.4 b
6 54.5 a
20 b
13.6 b
0 b
8 45.1 a
14.3 b
47.9 b
9.8 b
10 22.9 a
18.5 b
23.8 b 4.4
b
Superscript (a, b, c) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata pada (P<0.05).
Rasio sel darah merah yang berbentuk sirkular merupakan jumlah sel darah
merah yang memiliki nilai sirkulariti mendekati 0.7 pada konsentrasi dan menit
tertentu berbanding dengan jumlah sel darah merah yang ditemukan pada
konsentrasi dan menit tersebut. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi
NaCl 0.6% sel darah merah sudah mengalami perubahan bentuk pada menit ke-2
dengan persentase 73.8% sel yang berbentuk sirkular. Sementara konsentrasi
NaCl 0.7% memiliki jumlah sel berbentuk sirkular tertinggi pada menit ke-4.
Sedangkan konsentrasi NaCl 0.8% peningkatan jumlah sel yang sirkular terjadi
pada menit ke-8. Pada konsentrasi NaCl 0.9% juga ditemukan sejumlah sel yang
sirkular akan tetapi dalam persentase yang sangat rendah. Walaupun jumlah sel
yang berbentuk sirkular berubah setiap waktu, akan tetapi berdasarkan analisis
secara statistik sebaran jumlah sel yang berbentuk sirkular ini tidak berbeda nyata
(P>0.05).
Pada saat diberikan cairan hipotonis, sel darah merah akan menggembung
karena tekanan osmosis di dalam sel lebih tinggi dibandingkan lingkungannya
sehingga cairan dari lingkungan berpindah ke dalam sel dan menyebabkan sel
membengkak. Pada konsentrasi yang masih dapat ditoleransi oleh sel, sel hanya
akan membengkak. Akan tetapi, pada konsentrasi dimana sel tidak dapat lagi
melakukan osmoregulasi, sel akan pecah (Guntari et al. 2012). Korelasi perubahan
bentuk sel darah merah itik dengan konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 2.
9
Gambar 2 Dimensi Sel Darah Merah Itik yang dipengaruhi oleh Konsentrasi.
Hubungan antara nilai dimensi dengan konsentrasi pada menit ke-2
memiliki koefisien determinasi (R2) adalah 0.90 dengan persamaan garis lurus
y=0.981-0.417x. Artinya perubahan konsentrasi satu satuan akan menyebabkan
perubahan dimensi sebesar 0.417. Menit ke-4 memiliki nilai R2=1, dengan
persamaan linear y=0,939-0,349x. Tingginya nilai R2 menunjukkan bahwa
kuatnya korelasi antara nilai dimensi dengan konsentrasi. Nilai R2 menit ke-6
adalah 0.86 dengan persamaan garis lurus y=0.848-0.2436x. Pada menit ke-8
dengan persamaan garis lurus y=0.721-0.047x didapatkan nilai R2=0.01.
Persamaan linear pada menit ke-10 yaitu y=0.730-0.108x dengan R2=0.42.
Berdasarkan persamaan linear yang didapat diketahui bahwasanya korelasi dari
nilai dimensi dan konsentrasi kurang kuat pada menit ke-8 dan ke-10, hal ini juga
terlihat pada hubungan antara nilai sirkulariti dan konsentrasi. Berdasarkan
persamaan linear dapat diartikan bahwasanya nilai dimensi akan semakin tinggi
ketika dipapar larutan NaCl dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Sel darah merah normal mempunyai membran yang sangat kuat untuk
menampung banyak bahan material di dalamnya sehingga perubahan bentuk tidak
akan merenggangkan membran sel secara hebat dan sel tidak pecah seperti yang
akan terjadi pada sel lainnya (Guntari et al. 2012). Sitoskeleton merupakan
kerangka dari membran sel. Keberadaan sitoskeleton berpengaruh terhadap
kekuatan membran sel. Pada sitoskeleton, terdapat komponen yang disebut
mikrofilamen. Komponen mikrofilamen berfungsi menjaga bentuk sel sepanjang
mikrotubulus (Mustahib 2007). Kemampuan sel darah merah unggas dalam
mempertahankan bentuk sel mengakibatkan sel darah merah itik tidak mengalami
hemolisis di dalam larutan hipotonis.
Sel darah merah itik diberi perlakuan dengan dicampurkan larutan NaCl
konsentrasi bertingkat. Selanjutnya, dilakukan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop yang tersambung dengan komputer. Sel darah merah itik yang terlihat
di komputer tersebut difoto dengan menggunakan kamera Dino-eye sehingga
didapatkan gambar seperti yang terlihat pada Gambar 3a dan 3b. Gambar tersebut
0.900.850.800.750.700.650.60
0.80
0.75
0.70
0.65
0.60
konsentrasi
dim
en
si
2
4
6
8
10
waktu
Scatterplot of dimensi vs konsentrasi
10
disimpan di dalam laptop untuk kemudian diolah dengan menggunakan perangkat
lunak imageJ. Pada Gambar 3, dapat dilihat terjadinya perubahan bentuk pada sel
darah merah karena pemberian larutan hipotonis. Sel darah merah yang awalnya
memiliki tampilan 2 dimensi elips pada saat menit ke-2 mengalami perubahan
bentuk menjadi bulat pada menit ke-8 dengan pemberian konsentrasi yang sama.
Hal ini memperlihatkan bahwa waktu paparan sel darah merah terhadap larutan
hipotonis mempengaruhi ukuran sel darah merah.
Gambar sebelum diolah perlu dikenali oleh sistem perangkat lunak yang
akan melakukan pembacaan gambar, sehingga gambar digital dikenali sebagai
gambar yang siap diolah untuk program selanjutnya (Hartadi dan Sumardi 2004).
Gambar yang didapatkan pada awalnya adalah dalam bentuk RGB. Menurut
Candra (2011), model RGB merupakan warna sebenarnya dari gambar yang
didapat. Untuk memudahkan pengolahan maka gambar berwarna disederhanakan
menjadi gambar abu-abu (gray-scale, Gambar 3c dan 3d). Sel darah merah itik
Gambar 3 Sel darah merah itik dalam NaCl 0.8% a. tipe RGB menit ke-2, b. tipe
RGB menit ke-8, c. tipe gray-scale menit ke-2, d. tipe gray-scale menit
ke-8, e. hasil fill holes menit ke-2, f. hasil fill holes menit ke-8. Skala
pada gambar : 100µm
a
c
b
d
e f
11
dikonversi menjadi abu-abu atau hitam putih agar batas antara objek dan latar
belakang dapat dipisahkan. Sel darah merah itik yang sudah dalam bentuk abu-
abu kemudian diubah menjadi gambar hitam putih. Pada gambar biasanya terdapat
lubang (holes) untuk menutup lobang tersebut maka digunakan perintah fill holes
sehingga dihasilkan Gambar 3e dan 3f.
Pada penelitian ini digunakan kamera Dino-eye yang memiliki resolusi
sebesar 1.3 megapixel. Gambar yang didapat dengan kamera ini kemudian
dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak imageJ. Pengolahan dengan
menggunakan perangkat lunak imageJ dapat meningkatkan akurasi dan kecepatan
pengolahan data (Mikulka 2011).
Perangkat lunak imageJ sebelumnya pernah dimanfaatkan oleh Hartadi dan
Sumardi (2004) untuk menghitung jumlah sel darah merah secara otomatis karena
perhitungan secara konvensional sering kali tidak akurat. Program simulasi
komputer dapat melakukan simulasi pengolahan gambar dengan cepat dan akurat.
Pada gambar hasil pemotretan sekelompok objek yang seragam atau hampir
seragam, terdapat ciri khas pada setiap objek tersebut. Ciri khas itulah yang
digunakan sebagai patokan untuk menghitung jumlah objek tersebut. Sel-sel yang
bertumpuk lebih sulit untuk dianalisis. Namun, masalah tersebut masih bisa
dipecahkan jika ciri-ciri sel masih tampak. Menurut Usman (2008), kesalahan
dalam hasil pengolahan gambar dapat dikurangi dengan melakukan pemisahan
dari sel yang bertumpuk menggunakan operasi morfologi. Akan tetapi, kesalahan
pada proses awal seperti noise yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi operasi
morfologi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Melalui penelitian ini diketahui bahwa semakin rendah konsentrasi NaCl
yang diberikan maka semakin cepat sel mengalami penggembungan. Jumlah sel
yang berbentuk sirkular dengan pemberian NaCl 0.6% tertinggi terdapat pada
menit ke-2, untuk konsentrasi NaCl 0.7% terdapat pada menit ke-4 sedangkan
untuk pemberian NaCl 0.8% sel berbentuk sirkular tertinggi ditemui pada menit
ke-8. Perubahan morfologi sel darah merah karena pengaruh waktu papar larutan
tidak terlihat pada pemberian NaCl 0.9%.
ImageJ dapat digunakan dalam menganalisis morfologi dari sel darah merah
unggas secara kuantitatif.
Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan
hewan lain yang memiliki bentuk sel darah merah elips agar didapatkan data yang
lebih akurat mengenai pengaruh waktu dan konsentrasi terhadap perubahan
morfologi sel darah merah. Sebaiknya digunakan sampel yang lebih banyak untuk
mendapatkan data yang lebih akurat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Muhairy J, Al-Assaf Y. 2005. Automatic white blood cell segmentation based
on image processing [internet]. [diunduh 30 Desember 2014]. Tersedia pada
[email protected] ; [email protected]
Candra NS. 2011. Mengubah citra berwarna menjadi gray-scale dan citra biner.
Jurnal Teknologi Informasi. Dinamik 16: 14-19.
Floyd MK. 1971. The Response of Duck Erythrocytes to Nonhemolytic Hypotonic
Media. Jurnal of General Fisiology 58: 396-412.
Guntari TM, Yuda HB, Teguh B. 2012. Pengaruh penangkaran terhadap profil
eritrosit lumba-lumba hidung botol dari perairan laut jawa. Jurnal Sains
Veteriner 30: 0126-0421.
Habibzadeh M. 2011. Counting of RBCs and WBCs in noisy normal blood smear
microscopic images. Medical Imaging 79: 63.
Hartman FA, Lessler MA. 1963. Erythrocyte Measurements in Fishes, Amphibia
and Reptiles. Department of Physiology. Columbus (US): Ohio State
University.
Hartadi D, Sumardi I. 2004. Simulasi perhitungan jumlah sel darah merah.
Transmisi 8: 1-6.
Igathinathane C, Pordesimo LO, Columbus EP, Batchelor WD, Methuku SR.
2007. Shape identification and particles size distribution from basic shape
parameters using imageJ. Computer and Electronic in Agriculture 63: 168-
182.
Jacqui R. 2012. ImageJ: Introduction to Image Analysis. [internet]. [diunduh 2014
Agustus 22]. Tersedia pada: http://microscopy.berkeley.edu/courses/dib
/section.
Komariah M. 2009. Metabolisme eritrosit (Makalah ilmiah). Sumedang (ID):
Fakultas keperawatan Universitas Padjajaran.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan: dengan Aplikasi
SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Press.
Mikulka J. 2011. ImageJ Plug-ins for Microscopic Image
Processing.Departement of Theoretical and Experimental Engineering.
Kolejni (CZ): Faculty of Electrical Engineering and Communication,
University of Technology.
Milos S, Amiya N. 2014. Shape based circularity measure of planar point sets.
[internet].[diunduh pada 02 November 2014]. Tersedia pada:
http://1eeexplore.ieee.org/xpl/login.jsp?tp=&arnumber=4728560&url=http
%3A%2F%2Fieeexplore.ieee.org%2Fxpls%2Fabs_all.jsp%3Farnumber%3
D4728560.
Mustahib. 2007. Sitoskleton. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 17]. Tersedia
pada: http://www.sitoskeleton.biologi.terlengkap.com.
Nowaczewski S, Kontecka H. 2011. Haematolohical indices, size of erythrocytes
and haemoglobin saturation in broiler chickens kept in commercial
condition. Animal Science Paper and Report. 30 : 181-190.
Prasetyowati R. 2012. Regresi Linear [internet]. [diunduh 2015 Januari 23].
Tersedia pada: www.uny.ac.id.
13
Ramadhani D. 2013. Otomatisasi Pendeteksian Sel Blast Dan Sel Metafase
Dengan Perangkat Lunak Pengolahan Citra Sumber Terbuka. Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2013.; 2013 juni 15; Yogyakarta,
Indonesia. Yogyakarta (ID): Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);
[diunduh 2014 Agustus 15]. Tersedia pada: http://www.jurnal.uii.ac.id.
Richards RS, Roberts TK, Mathers RH, McGregor NR. 2000. Erythrocyte
morphology in rheumatoid arthritis an chronic fatigue syndrome a
preliminary. Jurnal of Choronic Fatigue Syndrome 6: 23-35.
Rodrigues JM, Johansson JMA, Edeskar T. 2014. Particle shape determination by
two-dimensional image analysis in geotechnical engineering. [internet].
[diunduh 21 Agustus 2014]. Tersedia pada : [email protected].
Sacher R, Pherson R. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Bram, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari:Widmanns Clinic
Interpretation Of Laboratory Test, 11th Edition.
Shawaludin A, Ismoyowati, Indrasanti D. 2013. Jumlah eritrosit,
kadarhemoglobin, dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap
penambahan probiotik dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan 1:1001-
1013.
Siagian M. 2004. Homeostasis: keseimbangan halus dan dinamis [internet].
[diunduh 2014 Agustus 15]. Tersedia pada : http://staff.ui.ac.id/system
/files/users/minarma.siagian/.../homeostasismsho.pdf
Usman K. 2008. Perhitungan sel darah merah bertumpuk berbasis pengolahan
citra digital dengan operasi morfologi. Seminar Nasional Informatika; 28
Mei 2008; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): UPN Veteran.
Warni E. 2009. Penentuan morfologi sel darah merah (eritrosit) berbasis
pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan.Jurnal Ilmiah Elektrikal
Enjiniring. 7: 1-9
14
Lampiran 1 Analisis rancangan acak kelompok sirkulariti sel darah merah itik.
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Db Kuadrat
Tengah
F Sig.
Konsentrasi 0.050 3 0.017 50.1440 0.000
Waktu 0.025 4 0.006 19.3270 0.000
Waktu*konsentrasi 0,075 12 0.006 18.9510 0.000
Galat 0.013 38 0.000
Total 0.163 59
a. R Squared = 0.923 (Adjusted R Square = 0.881)
Lampiran 2 Hasil uji Duncan sirkulariti sel darah merah itik.
Konsentrasi N Kelompok
1 2 3
.90 15 .5849
.70 15 .5974 .5974
.80 15 .6080
.60 15 .6604
Sig. .067 .121 1.000
Lampiran 3 Hasil uji Duncan sirkulariti sel darah merah itik.
Waktu N Subset
1 2 3
2.00 12 .5924
4.00 12 .5955
6.00 12 .6061 .6061
10.00 12 .6205
8.00 12 .6489
Sig .086 .060 1.000
Lampiran 4 Analisis rancangan acak kelompok dimensi sel darah merah itik.
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Db Kuadrat
Tengah
F Sig.
Waktu 0.008 4 0.002 1.182 0.334
Konsentrasi 0.054 3 0.018 10.013 0.000
Waktu*konsentrasi 0.047 12 0.004 2.177 0.034
Galat 0.068 38 0.002
Total 0.178 59
a. R Squared = 0.616 (Adjusted R Squared = 0.404)
15
Lampiran 5 Hasil uji Duncan dimensi sel darah merah itik.
Konsentrasi N Subset
1 2 3
.90 15 .6253
.70 15 .6617
.80 15 .6819 .6819
.60 15 .7073
Sig. 1.000 .2000 .1090
Lampiran 6 Hasil uji ANOVA nilai rasio sel darah merah yang berbentuk sirkular.
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
db Kuadrat
Tengah
F Sig.
Konsentrasi 5307.997 3 1769.332 8.845 0.002
Waktu 436.843 4 109.211 0.546 0.705
Galat 2400.365 12 200.030
Total 20780.570 20
Lampiran 7 Hasil uji Duncan nilai rasio sel darah merah yang berbentuk sirkular.
Konsentrasi N Kelompok
1 2
.90 5 5.980
.80 5 20.520
.70 5 23.040
.60 5 51.000
Sig. .094 1.000
Lampiran 8 Analisis Regresi Sirkulariti Sel Darah Merah Unggas
Menit ke-2
Persamaan regresi
Respon =0,782-0,245 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,782 0,079 9,890 0,010
consentration -0,2450 0,104 -2,350 0,143
S = 0,0233184 R-Sq = 73,4% R-Sq(adj) = 60,1%
16
Menit ke-4
Persamaan regresi
Respon = 0,763 - 0,223 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,763 0,08335 9,15 0,012
consentration -0,2230 0,1099 -2,03 0,180
S = 0,0245795 R-Sq = 67,3% R-Sq(adj) = 50,9%
Menit ke-6
Persamaan regresi
Respon = 0,795 - 0,248 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,7955 0,1038 7,66 0,017
consentration -0,2480 0,1369 -1,81 0,212
S = 0,0306088 R-Sq = 62,1% R-Sq(adj) = 43,2%
Menit ke-8
Persamaan regresi
Respon = 0,707 - 0,073 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,7070 0,3701 1,91 0,196
consentration -0,0730 0,4881 -0,15 0,895
S = 0,109147 R-Sq = 1,1% R-Sq(adj) = 0,0%
Menit ke-10
Persamaan Regresi
respon = 0,749 - 0,171 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,7495 0,1234 6,07 0,026
consentration -0,1710 0,1627 -1,05 0,404
S = 0,0363916 R-Sq = 35,6% R-Sq(adj) = 3,3%
17
Lampiran 9 Analisis Regresi Dimensi Sel Darah Merah Unggas
Menit ke-2
Persamaan regresi
Respon =0,981 - 0,417 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,98150 0,07330 13,39 0,006
consentration -0,41700 0,09666 -4,31 0,050
S = 0,0216137 R-Sq = 90,3% R-Sq(adj) = 85,4%
Menit ke-4
Persamaan regresi
Respon = 0,939 - 0,349 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,939000 0,002006 468,04 0,000
consentration -0,349000 0,002646 -131,91 0,000
S = 0,000591608 R-Sq = 100,0% R-Sq(adj) = 100,0%
Menit ke-6
Persamaan regresi
Respon = 0,848 - 0,239 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,84800 0,05224 16,23 0,004
consentration -0,23900 0,06890 -3,47 0,074
S = 0,0154062 R-Sq = 85,7% R-Sq(adj) = 78,6%
Menit ke-8
Persamaan regresi
Respon = 0,721 - 0,047 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,7210 0,2951 2,44 0,135
consentration -0,0470 0,3892 -0,12 0,915
S = 0,0870296 R-Sq = 0,7% R-Sq(adj) = 0,0%
18
Menit ke-10
Persamaan Regresi
respon = 0,730 - 0,108 konsentrasi
Pedictor Coef SE Coef
T P
Constant 0,73000 0,06760 10,80 0,008
consentration -0,10800 0,08915 -1,21 0,349
S = 0,0199349 R-Sq = 42,3% R-Sq(adj) = 13,5%
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, 20 Mei 1991 dari pasangan suami istri,
ayah Alirman dan ibu Asma Yenti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di TK Aisyiah Jopang
Manganti pada tahun 1997 – 1999. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan
sekolah dasar di SD Negeri 01 Jopang, Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Sumatera Barat pada tahun 1999 - 2004. Pada tahun 2007, penulis lulus dari
sekolah menengah pertama SMP Negeri 1 Kecamatan Mungka dan melanjutkan
pendidikan ke SMAN 1 Kecamatan Guguk Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada
tahun 2010, penulis lulus dari sekolah menegah atas SMAN 1 Kecamatan Guguk
Kabupaten Lima Puluh Kota dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Profesi Ornithologi dan Unggas Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan anggota
Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa
Payakumbuh (IKMP) IPB. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum di laboratorium histologi FKH IPB pada tahun 2012.
Penulis mengajukan hasil penelitian yang berjudul Morfologi Sel Darah
Merah Itik Manila yang Dipapar pada Berbagai Konsentrasi Larutan NaCl
Hipotonis sebagai bahan untuk menyelesaikan studi sarjana di Fakultas
Kedokteran Hewan.