Download docx - Mual Muntah

Transcript
Page 1: Mual Muntah

TUGAS EFEK SAMPING OBAT

MUAL DAN MUNTAH

Anastasia Filipa Veritas (088114060)

Rio Bagus Permadi (088114106)

Eddie H (088114120)

Rolando (088114127)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Mual Muntah

A. Definisi

Mual dan muntah merupakan keluhan umum yang terjadi pada individu yang

mengalami gangguan pencernaan/gastrointestinal (GI). Mual dan muntah dapat

merupakan suatu kejadian sementara/akut tanpa disertai gejala penyakit lain, tapi

dapat juga merupakan gejala kompleks suatu penyakit, seperti gangguan pencernaan,

kardiovaskular, neurologis, metabolik atau proses psikogenik (Dipiro et al., 2008).

Mual merupakan suatu perasaan yang tidak mengenakkan akhirnya akan

menimbulkan muntah. Mual/nausea seringkali didefinisikan sebagai kecenderungan

atau keinginan untuk muntah atau perasaan di tenggorokan atau daerah di sekitar

lambung (epigaster) yang memberi peringatan pada individu bahwa ia mungkin akan

segera muntah. Muntah terjadi karena ada dorongan yang kuat yang disebabkan oleh

isi perut (makanan dan cairan tubuh) melewati mulut. Otot-otot perut akan

berkontraksi secara kuat dan cepat, sehingga menghasilkan tekanan yang dapat

memicu terjadinya muntah. Rasa mual biasanya dapat terjadi tanpa menimbulkan

muntah, akan tetapi rasa mual dapat memicu proses terjadinya muntah.

B. Mekanisme terjadinya mual dan muntah

Mual muntah dapat dapat dipicu secara langsung ataupun secara tidak

langsung, yakni dengan cara menstimulasi 4 area yang dapat menyebabkan muntah,

diantaranya : gastrointestinal tract, cerebral cortex dan thalamus, daerah vestibular,

dan chemoreseptor trigger zone (CTZ) (Becker, 2010). Reseptor neurotransmitter

utama yang terkait dengan respon muntah meliputi reseptor serotonin, neurokinin-1-

1-reseptor, dan reseptor dopamin (Lohr, 2009). CTZ terletak di daerah postrema di

lantai ventrikel keempat di batang otak dan terletak di luar blood brain barier. Tidak

seperti membran otak lainnya, CTZ ini tidak terlindungi oleh blood brain barrier.

Sehingga dapat dikatakan endotelium pada membran ini tidak tersusun dengan tebal

dan tidak dilapisi oleh glial cells dan dapat dengan mudah ditembus oleh senyawa

lain yang memiliki kelarutan dalam lemak (non polar) dan molekul yang cukup besar

(Becker, 2010). CTZ memiliki banyak reseptor seperti serotonin tipe 3 (5-HT3),

neurokinin-1 (NK1) dan reseptor dopamine (D2). Adanya agen stimulan yang dapat

Page 3: Mual Muntah

menyebabkan nausea dan vomiting pasti akan menstimulasi satu atau lebih dari

reseptor tersebut (DiPiro, et al., 2008).

Sistem GI juga memainkan peranan besar dalam inisiasi respon emetik.

Saluran GI mengandung sel enterochromaffin di mukosa GI. Ketika sel-sel ini

dirusak oleh radiasi kemoterapi, atau iritasi mekanis, serotonin dilepaskan, yang

merangsang serabut aferen vegal yang akan menginisiasi reseptor 5-HT3 reseptor

yang akan menginisiasi terjadinya muntah. Gangguan dari sistem vestibular, seperti

sakit vertigo dan gerak, merangsang VC melalui asetilkolin dan melepaskan histamin

(Lohr, 2009).

(Becker, 2010)

Page 4: Mual Muntah

C. Penyebab

Mual dan muntah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

1. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat berpotensi menimbulkan mual dan muntah misalnya

saja obat anestesi yang digunakan pada saat melakukan operasi, serta

pengobatan pada kemoterapi

2. Infeksi pada GIT

Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri, diantaranya adalah

infeksi gall bladder (chloecystitis), appendicitis, virus hepatitis, dan

diverculitis.

3. Infeksi diluar GIT

Dapat diakibatkan oleh infeksi pada ginjal, infeksi telinga, meningitis,

pneumonia

4. Keracunan makanan makanan

Penyebab keracunan biasanya berasal dari bakteri Salmonella,

Campylobacter, Shigella, E. coli, Listeria, atau Clostridium botulinum

(botulism).

5. Pada saat kehamilan

6. Mabuk perjalanan

7. Alkohol

Alkohol bila dikonsumsi akan menyebabkan dehidrasi dalam tubuh.

Dehidrasi alkohol juga dapat meningkatkan keasaman pada lambung dan

usus. Hal ini yang dimungkinkan dapaat menyebabkan mual lebih lanjut.

8. Adanya inflamasi pada organ abdominal, misalnya pancreatitis, Crohn’s

disease, ulcerative colitis)

9. Lambatnya pengosongan lambung, transit material pada lambung yang

lambat juga dapat memicu terjadinya mual dan muntah (gastroparesis)

10. Migrain dan sakit kepala

11. Sakit kepala yang disebabkan oleh cidera. Cidera akan meningkatkan tekanan

didalam tengkorak dapat menyebabkan muntah.

12. Gangguan pada sistem saraf dan otak, seperti tumor otak, sclerosis

Page 5: Mual Muntah

Pengaruh hormonal, seperti diabetes, overactive hormon thyroid

(hyperthyroid)

13. Gagal ginjal

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien

gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan

muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan

dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang

menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus.

14. Terapi radiasi

15. Pengaruh secara psikis, seperti cemas, depresi, anorexia nervosa, bulimia

16. Cyclic vomiting syndrome

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mual muntah dapat dilakukan apabila kita mengetahui

penyebab mual muntah tersebut. Sehingga terapi akan berjalan dengan tepat, cepat,

dan aman tanpa menimbulkan efek samping yang berlebihan. Contoh bentuk

penatalaksanaan dari mual muntah adalah:

a) Menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh

Pada setelah terjadi muntah, tubuh akan banyak kehilangan cairan tubuh dan

elektrolit yang akan berakibat pada dehidrasi dan berkurangnya mineral dalam tubuh

(elektrolit tubuh). Pengantian cairan tubuh ini biasanya dilakukan dengan cara

pemberian larutan saline yang banyak mengandung Kalium yang diberikan secara

intravena.

b) Nutritional Support

Terapi ini biasa diberikan pada pasien yang mengalami penyakit kronis pada

saluran pencernaan, sehingga tidak memungkinkan pemberian makanan dan

minuman karena makanan tidak dapat masuk dan akan berakibat makanan tersebut

dimuntahkan. Salah satu cara untuk pemberian nutrisi dan cairan tubuh ialah dengan

menggunakan nasoenteric tube, yakni seperti tube/ selang yang diaplikasikan

melewati lubang hidung kemudian diteruskan hingga mencapai small instestine.

Page 6: Mual Muntah

c) Terapi dengan menggunakan obat untuk mengurangi gejala mual dan

muntah

Obat-obatan untuk mual muntah pada umumnya diberikan untuk mencegah

gejala-gejala mual muntah (misalnya pada saat akan menjalani kemoterapi atau

sehabis operasi akibat pemberian anestesi) dan menekan gejala-gejala pada saat akan

terjadi mual dan muntah. Mual muntah dapat dapat dipicu secara langsung ataupun

secara tidak langsung, yakni dengan cara menstimulasi 4 area yang dapat

menyebabkan muntah, diantaranya : gastrointestinal tract, cerebral cortex dan

thalamus, daerah vestibular, dan chemoreseptor trigger zone (CTZ)

Page 7: Mual Muntah

Berikut ini adalah contoh obat-obat yang dapat digunakan untuk

penatalaksanaan mual muntah.

1. Phenothiazines (Proclorperazine)

Phenothiazines merupakan antiemetik yang paling banyak diresepkan untuk

memblok reseptor dopamine, yaitu CTZ. Fenotiazin dipasarkan dalam berbagai

bentuk sediaan dan memiliki efikasi yang sama. Obat ini dirasa paling praktis untuk

perawatan jangka panjang dan murah jika dibandingkan dengan obat-obat baru. Jalur

pemberian rektal dapat diberikan pada pasien yang tidak memungkinkan diberikan

secara oral ataupun parenteral. Fenotiazin sangat berguna ketika diberikan pada

pasien dewasa dengan mual muntah ringan.

Efek samping yang dapat timbul antara lain reaksi ekstraspiramidal, reaksi

hipersensitivitas dan kemungkinan disfungsi hati, aplasia tulang sumsum dan sedasi

berlebihan (Dipiro, et al., 2008).

2. 5-HT3 antagonis (Ondansteron, Indazoles)

5-HT3 merupakan salah satu subtipe reseptor serotonin yang dapat ditemukan

pada terminal sistem saraf dan beberapa terdapat diotak. Serotonin yang dilepaskan

dari sel enterochromaffin pada usus halus akan berikatan dengan reseptor 5-HT3

yang kemudian akan menginisiasi vagal afferents untuk timbulnya refleks muntah. 5-

HT3 antagonis reseptor ini bekerja dengan cara menghambat serotonin berikatan

dengan reseptor 5-HT3, sehingga serotonin tidak dapat berikatan dengan reseptornya

sehingga tidak akan terjadi inisiasi untuk munculnya muntah.

Salah satu contoh obat yang mekanisme kerjanya sebagai antagonis 5-HT3

adalah Ondansteron (Zofran). Ondasteron merupakan antagonis reseptor 5-HT3,

yang menghambat berikatannya serotonin dengan reseptor 5-HT3. Ondasteron bukan

termasuk antagonis reseptor dopamine. Efek samping dari obat ini adalah sakit

kepala (headache), diare, pegal dan capek, konstipasi, pusing. Obat lain yang

digunakan untuk terapi mual muntah adalah Granisetron. Granisteron hidroklorida

merupakan obat yang digunakan untuk mual dan muntah yang disebabkan karena

kemoterapi kanker, radiasi kanker, anestesi yang digunakan saat operasi (Anonim,

2008).

Page 8: Mual Muntah

Granisetron merupakan antiemetik yang poten, dimana efek antiemetiknya

dicapai melalui kerja antagonis pada reseptor-reseptor 5-hydroxitryptamine (5-HT3)

di dalam chemoreceptor trigger zone dan mungkin pada saluran cerna bagian atas.

Beberapa efek samping umum dari granisetron adalah sakit kepala, letih, sakit

perut,konstipasi , diarrhea , dizziness, susah tidur, batuk, demam

3. Antagonis Reseptor Dopamin

Obat-obatan yang mekanismenya memblok reseptor dopamin merupakan

salah satu antiemetik yang kuat dalam menangani penyebab mual dan muntah. Akan

tetapi, karena kemampuannya sebagai dopamin blocker juga berperan untuk

menghambat transmisi dopamin yang terjadi di basal ganglia yang kita sebut sebagai

extrapyramidal syndrome (EPSs) (Becker, 2010). Salah satu contoh obat yang

mekanisme kerjanya menghambat reseptor dopamin adalah metoclorpamide.

Metoclorporamide merupakan bagian dari prokainamid yang memberikan efek

antiemetik dengan cara menghalangi reseptor dopaminergik pusat di CTZ.

Metoclorporamide memiliki mekanisme prokinetik pada daerah sekitar digestive

track. Dengan mekanisme sebagai agonis pada salah satu serotonin reseptor (5-HT4),

metoklorpamid menurunkan spinkter esophageal, dan meningkatkan gerak lambung

(gastric motility) sehingga membantu dalam pengosongan lambung. Dengan

mekanisme kerja obat yang seperti ini, antiemetik ini dapat diberikan pada orang

yang memiliki riwayat gastrointestinal refluks (Becker, 2010). Metoklorpamid

digunakan sebagai antiemetik pada pasien diabetik gastroparesis dan dengan

dexamethazone sebagai profilaksis dalam penundaan mual muntah dalam proses

kemoterapi. (Dipiro, et al., 2008).

Efek samping dari penggunaan obat ini adalah gelisah, pusing, hipertensi,

hipotensi, hiperprolaktinemia, konstipasi, depresi, sakit kepala, reaksi

ekstrapiramidal.

4. Antihistamine

Salah satu obat antihistamin yang dapat digunakan untuk terapi mual dan

muntah adalah diphenhydramine. Diphenhydramine merupakan salah blocker

reseptor H-1, sehingga histamin tidak dapat terikat dengan reseptor H-1 dan

menimbulkan reaksi alergi. Diphenhydramine merupakan salah satu antihistamin H-1

Page 9: Mual Muntah

bloker generasi pertama. Antihistamin H-1 bloker generasi pertama berkhasiat

sedatif terhadap sistem saraf pusat (SSP) dan kebanyakan memiliki efek

antikolinergik.

Efek samping dari penggunaan obat ini adalah mulut kering, pandangan

menjadi kabur, mengantuk, sakit kepala, dan retensi urin.

5. Antikolinergik

Skopolamin merupakan antikolinergik antagonis muskarinik struktural mirip

dengan neurotransmitter asetilkolin dan bertindak dengan memblokir reseptor

asetilkolin muskarinik dan karenanya diklasifikasikan sebagai suatu antikolinergik.

Skopolamin memiliki banyak kegunaan termasuk pencegahan penyakit gerakan. Hal

ini tidak jelas bagaimana skopolamin mencegah mual dan muntah karena mabuk.

Bagian vestibular dari telinga adalah sangat penting untuk keseimbangan. Ketika

seseorang melakukan gerakan yang salah, vestibulum mengirimkan sinyal melalui

saraf ke pusat muntah di otak, dan muntah terjadi. Asetilkolin adalah bahan kimia

yang digunakan untuk mengirimkan saraf pesan satu sama lain. Hal ini berarti bahwa

skopolamin mencegah komunikasi antara saraf vestibulum dan pusat muntah di otak

dengan menghalangi aksi asetilkolin. Skopolamin juga dapat bekerja langsung pada

pusat muntah. Skopolamin harus diambil sebelum timbulnya penyakit gerakan

menjadi efektif. Efek samping yang ditimbulkan adalah mengantuk, disorientasi,

mulut kering, penglihatan kabur, bingung, halusinasi.

Olanzepine merupakan agen antipsikotik yang tidak khas namun merupakan

antagonis reseptor serotonin dan dopamine dan mungkin beberapa reseptor

neurotransmiter lainnya. Aksi antiemetik ini terlihat pada pasien dengan mual dan

muntah yang susah sembuh akibat induksi kemoterapi. Dosis umum olanzepine

antara 5 – 10 mg /hari, dimulai 2 hari sebelum kemoterapi. Efek samping dari

olanzepine antara lain : susah tidur, mulut kering dan pusing. Karena mual dan

muntah merupakan salah satu gejala yang dapat merepresentasikan beberapa kondisi,

maka amat penting untuk menentukan penyebab mual dan muntah sebelum

memutuskan penggunaan obat yang tepat (Katzung, 2004).

Page 10: Mual Muntah

6. Benzodiazepines

Benzodiazepines terutama lorazepam digunakan untuk mencegah dan

mengatasi CINV. Lorazepam bekerja dengan mencegah pemasukan sensori input ke

dalam korteks serebral dan sistem limbic sehingga tidak mencapai pusat muntah di

batang otak. Efek samping yang umum terjadi ialah sedasi dan amnesia. Dalam dosis

tinggi atau ketika digunakan bersama dengan senyawa penekan saraf pusat, seperti

alkohol yang dikombinasikan dengan benzodiazepine dapat menyebabkan penurunan

fungsi pernapasan (Dipiro, et al., 2008).

7. Antasida

Mekanisme aksi antasida adalah menetralkan asam lambung dan dapat

digunakan untuk mengurangi mual dan muntah yang berhubungan dengan asam

lambung. Antasida secara umum aman digunakan, namun efek samping yang terjadi

ialah diare atau konstipasi. Obat ini tersedia sebagai obat bebas (OTC) dan sering

digunakan sebagai terapi lini pertama. Contoh antasida yang umum antara lain:

magnesium hydroxide, aluminium hydroxide, dan kalsium karbonat (Marie, et al.,

2007).

8. Novel agent

Obat-obatan yang berkerja dengan cara memblok reseptor neurokinin (NK1)

ternyata memiliki manfaat dalam penangganan mula dan muntah setelah terinduksi

kemoterapi. Obat-obatan ini i digunakan untuk mencegah dan menunda mual dan

biasanya digunakan bersama dengan obat-obatan 5-HT3 agonist. Sebagai contoh

cannabiols seperti tetrahydrocannabiols yang ditemukan dalam marijuana dan

dronabiol (Marinol) yang merupakan turunan sintetik yang memiliki manfaat pada

penanganan mual dan muntah setelah terinduksi kemoterapi (Becker, 2010). Efek

samping dari kanabinoid adalah sedasi, euphoria, hipotensi, ataksia, pusing dan

pandangan kabur (Marie, et al., 2007).

Page 11: Mual Muntah

Daftar Pustaka

Anonim, 2009, Granon, http://www.dexa-

medica.com/ourproducts/prescriptionproducts/ detail.php?id=172&idc=7 ,

diakses tanggal 22 November 2011

Anonim, 2008, Granisetron,

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a601211. html#side-

effects, diakses tanggal 22 November 2011

Becker, D.E., 2010, Nausea, Vomiting, and Hiccups : A Review of Mechanism and

Treatment, Associate Director of Education, General Dental Practice

Residence, Miami Valley Hospital Dayton, Ohio, USA

DiPiro, J. T., et all, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, Seventh

Edition, 607-616, McGraw-Hill Companies, Inc, United States of America

Katzung, B.G., 2004, Basic & Clinical Pharmacology, 9th edition, 1051-1053, Mc

Graw Hill, United State of America

Lohr, L., 2009, Nausea and Vomiting in Apllied Therapeutics: The Clinical Use of

Drugs, 9th edition, 7-1 – 7-11, Lippincott Williams & Wilkins, United State

of America

Marie A.,et al., 2010, Pharmaceutical Principle And Practice: Nausea And

Vomiting, Second Edition, 360-365, McGraw-Hill Companies, Inc, United

States of America


Recommended