Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.
Wereng batang padi cokelat
(Nilaparvata lugens) telah menyerang
tanaman padi di banyak Negara Asia
dalam beberapa tahun terakhir.
Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya ledakan N. lugens dan
salah satunya adalah intensifnya
penggunaan insektisida pada tanaman
padi. Penggunaan insektisida yang
kurang bijaksana khususnya yang
berspektrum luas akan berdampak
negatif terhadap organisme non target, musuh alami, lingkungan dan manusia. Penggunaan insektisida
pada konsentrasi subletal dapat mempengaruhi biokimia dan fisiologi tanaman inang, serta fisiologi dan
perilaku serangga hama. Beberapa insektisida dapat meningkatkan kadar nutrisi tanaman yang berperan
sebagai pemacu makan serangga. Insektisida juga dapat meningkatkan laju makan dan keperidian
serangga.
Penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin pada konsentrasi
subletal mempengaruhi periode perkembangan dan fungsi sistem reproduksi N. lugens. Semakin sering
terpapar deltametrin maka potensi reproduksi N. lugens semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan
memendeknya periode preoviposisi dan meningkatnya periode oviposisi dan lama hidup imago betina,
dan pada akhirnya meningkatkan viabilitas telur dan keperidian aktual N. lugens. Oleh karena resurjensi
merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diperlukan indikator
khusus untuk menentukan resurjensi secara dini. Hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan
bahwa rasio jumlah keturunan dan keperidian aktual dapat digunakan sebagai indikator awal dalam
menentukan resurjensi N. lugens. Oleh karena insektisida deltametrin masih digunakan secara luas oleh
petani untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorixa acuta), maka perlu pengawasan yang lebih
ketat terkait dengan penggunaan insektisida ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi
registrasi dan penggunaan pestisida.
(Heong, K.L., 2011)
Nama saya Jacqualine Arriani Bunga dan saya bekerja di Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Kelapa merupakan tanaman utama di Timor dan kumbang kelapa
(Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling berbahaya. Insektisida
kimia sangat mahal, karena itu petani setempat mengendalikan
kumbang dengan cara menebang tanaman kelapa atau palem lain yang
sudah tidak produktif dan terserang kumbang. Kumbang dikumpulkan
dan dibunuh sebulan sekali serta tempat hidupnya dihancurkan. Batang
yang tumbang dan membusuk dimanfaatkan sebagai kayu api atau
dikubur. Sampah di areal pertanaman dibersihkan setiap 6 bulan.
Di Timor, pengendalian menggunakan nematoda belum pernah dilakukan. Nematoda lokal
dapat digunakan karena petani bisa melakukan perbanyakan massal sehingga mengurangi biaya
pengendalian. Nematoda diisolasi dari habitat yang sama dengan kumbang, sehingga nematoda
yang digunakan dapat lebih efektif karena sudah beradaptasi dengan lingkungan.
Sebagai bio-insektisida, nematoda entomopatogen memiliki beberapa keunggulan, yaitu
mempunyai reseptor kimia dan virulensi tinggi sehingga dapat menemukan dan membunuh
inang dengan cepat. Nematoda juga dapat diproduksi dengan biaya murah, mudah diterapkan
menggunakan sprayer standar, dan kompatibel dengan beberapa pestisida kimia. Selain itu,
nematoda juga memiliki potensi untuk berkembang biak dengan baik di lingkungan. Meski
nematoda entomopatogen ini memiliki kisaran inang yang luas, namun tidak berpengaruh
negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti lebah madu, burung, mamalia dan
vertebrata lainnya.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan isolat nematoda entomopatogen dari Timor yang
memiliki potensi untuk mengendalikan O. rhinoceros. Nematoda diisolasi dari tanah di enam
desa di Timor. Sampel tanah diambil dari rhizosfer beberapa tanaman. Nematoda dari vegetasi
rumput diidentifikasi sebagai Steinernematidae yang mampu bereproduksi dengan baik dan
efektif mengendalikan O. rhinoceros di laboratorium. Di masa depan penelitian ini diharapkan
dapat membantu petani mengembangkan alternatif lain dalam mengendalikan O. rhinoceros
karena lebih mudah beradaptasi, murah dan ramah lingkungan.
Nama saya Araz Meilin dan saya bekerja untuk Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan hama penting pada tanaman padi di
Indonesia, khususnya pada saat ini. Populasi hama dipengaruhi oleh luas tanaman, musuh
alami, sistem pertanian dan penggunaan insektisida. Parasitoid adalah musuh alami yang
potensial untuk pengendalian hayati hama wereng coklat. Jika pengendalian hayati berhasil,
penggunaan insektisida seperti deltametrin dapat dikurangi.
Tidak ada informasi yang tersedia saat ini tentang pengaruh
insektisida deltametrin pada lama hidup, lama perkembangan
dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae (Hymenoptera:
Mymaridae). Efek ini dapat dipelajari dengan mengaplikasikan
insektisida konsentrasi subletal.
Penelitian kami menanyakan pertanyaan berikut, apakah
insektisida deltametrin konsentrasi subletal mengurangi lama
hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid?
Parasitoid A. nilaparvatae dipapar dengan deltametrin konsentrasi subletal LC10 (0,023 ppm)
dan LC40 (2,235 ppm) menggunakan metode kontak dalam tabung reaksi. Kontrol tidak
diperlakukan dengan insektisida. A. nilaparvatae yang sudah terpapar digunakan untuk
memarasit telur N. lugens pada bibit padi. Pengamatan dilakukan terhadap lama hidup, lama
perkembangan dan keperidian parasitoid
A. nilaparvatae.
Penelitian kami menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin konsentrasi subletal LC10
dan LC40 memiliki efek negatif terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian baik
aktual maupun potensial A. nilaparvatae dewasa dan keturunannya.
Pesan utamanya adalah tidak perlu penggunaan insektisida deltametrin pada pertanaman padi
jika terdapat parasitoid (A. nilaparvatae).
Nama saya, Siwi Indarti, staf pengajar pada Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nematoda Sista Kentang (NSK) merupakan salah satu hama yang sangat merusak pada tanaman kentang
yang tersebar di seluruh dunia. Mempunyai ukuran mikroskopis, sista NSK menjadi sulit terdeteksi
keberadaanya di dalam massa tanah dan mudah menyebar melalui bahan tanaman maupun partikel-
partikel tanah. Kemampuan nematoda parasit tersebut membentuk sista untuk melindungi telur-telur
yang ada didalam tubuhnya, menjadikan NSK bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dalam
kurun waktu yang lama sehingga sulit dikendalikan. Luas dan daerah penyebaran NSK di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada sentra pertanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah.
Pengendalian kimiawi hanya efektif untuk stadia larva, penggunaan varietas tahan akan mendorong
terbentuknya patotipe baru NSK yang lebih virulen terhadap tanaman inangnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengembangan alternatif teknik pengendalian untuk menekan populasi dan daerah
penyebaran NSK di Indonesia. Para ahli nematologi mengantisipasi nematoda pembentuk sista dengan
memanfaatkan musuh alami yang seringkali ditemukan pada ekosisitem nematoda.
Penelitian yang kami lakukan adalah mengembangkan teknik pengendalian hayati dengan memanfa-
atkan musuh alami, terutama jamur parasit telur dan sista nematoda, untuk merusak stadia NSK yang
resisten terhadap teknik-teknik pengendalian yang lain.
Sista NSK (Nematoda Sista Kentang) (kiri) dan telur NSK (kanan) terinfeksi jamur parasit nematoda
Hasil penelitian kami menemukan beberapa spesies jamur parasit nematoda dari lahan pertanaman
kentang terserang NSK di Indonesia yang bersifat merusak dan menekan perkembangan telur dan sista
nematoda, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai agens hayati pengendali NSK.
Nama saya Mofit Eko Poerwanto dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Indonesia.
Penyakit CVPD telah menyapu bersih kebun jeruk yang luas, produksi jeruk hancur, dan petani
telah banyak merugi.
Penyakit ini disebarkan oleh serangga yang disebut psylid. Penggunaan insektisida yang
berlimpah telah gagal untuk membunuh mereka.
Cara lain untuk mengurangi jumlah psyllid adalah dengan menyemprot pohon dengan minyak
mineral. Penelitian kami menyelidiki bagaimana minyak ini membunuh psyllids.
Kami menemukan bahwa minyak menghambat bau tanaman jeruk, mendorong tanaman untuk
menghasilkan bau yang aneh sehingga tidak dapat dikenal oleh psyllid. Jadi psyllid menjadi
bingung dalam mencari makanan, tempat untuk bertelur, dan membesarkan anak mereka.
Temuan penelitian menunjukkan kemampuan minyak untuk menggantikan insektisida dalam
memusnahkan penyakit CVPD dari dunia tanpa menyebarkan banyak polusi dan meningkatkan
kesengsaraan manusia.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan munculnya bau
aneh, dan mengapa serta kapan bau aneh tersebut dihasilkan tanaman sehingga cocok untuk
diaplikasikan ke tanaman dan mudah digunakan oleh petani.
APAKAH KEMURNIAN ITU PENTING?
Halo, saya Susi Melina, salah seorang staff teknis dari Bidang Proteksi BBP2TP Surabaya.
Di Filipina, kapas umumnya ditanam di Pulau Mindanau. Para petani yang berada di daerah ini
menghadapi masalah serius dengan ulat penggerek buah kapas, yang serangannya dapat menyebabkan
gagal panen. Biasanya mereka menggunakan insektisida untuk mengatasi masalah ini, meskipun tidak
memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara penggunaan yang tepat. Apa akibatnya? Serangan
hama meluas dan kerugian
yang diderita petani menjadi
tidak tertanggungkan. Selain
itu, semakin tinggi dosis
insektisida yang digunakan
pada suatu lahan, semakin
banyak residu beracun yang
mengendap di lahan
tersebut.
Sebagaimana makhluk hidup
lainnya, ulat penggerek buah kapas memiliki banyak musuh alami. Beberapa jenis virus dapat
membunuh serangga ini (gejala yang ditimbulkannya seperti pada gambar). Keberadaan virus ini
menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai suatu cara efektif dan aman untuk mengendalikan
penggerek buah kapas. Masalahnya, saat diekstrak dari serangga, virus dapat tercampur dengan
berbagai virus lain yang dapat menurunkan kapasitasnya untuk mengendalikan hama ini. Karena itu
dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan efektivitas virus yang ada di alam dengan virus yang
telah dimurnikan. Apakah kemurnian diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya?
Dalam prosesnya virus alami diproduksi secara massal, diekstrak dan dipisahkan menjadi klon-klon virus.
Virulensi klon-klon yang dihasilkan ini kemudian dibandingkan dengan campuran awal virus (virus alami)
dalam hal kecepatan dan jumlah yang dibutuhkan untuk membunuh hama penggerek buah kapas.
Semakin cepat dan semakin sedikit jumlah virus yang dibutuhkan semakin baik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat-isolat dari virus yang ada secara alami terdiri dari dua klon
yang berbeda. Akan tetapi virulensinya sama baiknya dengan virus alami. Karena itu petani dapat
langsung menggunakan virus alami tanpa harus mengkhawatirkan efektivitasnya.
Mati dengan sepertiga atau setengah bagian tubuh menggantung kebawahmerupakan ciri khas gejala infeksi virus. Kulit serangga yang telah mati ini akan mudah pecah mengeluarkan cairan tubuh mengandung jutaan virus ke alam.
Nama saya Muryati, saya bekerja sebagai peneliti pada bidang hama dan penyakit tanaman di Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Sumatra Barat.
Lalat buah telah banyak menyebabkan kerusakan pada buah dan sayur di
Indonesia. Petani lebih banyak bertumpu pada aplikasi insektisida sintetis
untuk mengendalikan hama pada tanamannya termasuk lalat buah,
meskipun pada sebagian petani cara lain juga digunakan. Bahan kimia ini
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti terbunuhnya serangga
berguna seperti halnya membunuh serangga hama. Saat ini kita harus
melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang
lebih parah.
Indonesia, sebagai negara tropis mempunyai banyak sumber daya alam
yang dapat dieksplorasi untuk mendapatkan bahan kimia alami untuk
mengendalikan lalat buah. Jika kita dapat menemukan salah satu yang efektif diantaranya, maka hal ini
akan menguntungkan baik bagi petani maupun lingkungan. Penelitian yang kami lakukan saat ini adalah
untuk mendapatkan senjata alami yang ideal untuk melawan serangan lalat buah pada mangga.
Kami melakukan eksperimen
dengan cara memaparkan lalat
buah pada buah mangga yang
telah diperlakukan dengan bahan
kimia asal tanaman sereh wangi
yang diekstrak menggunakan
pelarut yang berbeda dan
membiarkannya memilih untuk
meletakkan telur pada buah yang
telah diperlakukan tersebut.
Bahan kimia dari sereh wangi
yang diekstrak dengan metanol
menyebabkan jumlah telur yang
diletakkan oleh betina lalat buah
pada mangga lebih rendah
dibandingkan pada buah dengan perlakuan yang lain. Hanya bahan kimia dari sereh wangi yang
diekstrak dengan metanol yang dapat efektif bekerja sebagai pencegah peletakan telur lalat buah dan
tentu saja dalam aplikasinya harus dipastikan bahwa buah terlindungi dengan sempurna dengan
menyemprot secara merata. Dalam proses pencegahan peletakan telur ini, sepertinya bukan karena
lalat buah tidak menyukai aroma dari bahan kimia tersebut tetapi kemungkinan karena rasanya yang
tidak disukai. Bahan ini kemungkinan dapat menyelamatkan buah mangga dari serangan lalat buah.
Karena eksperimen ini masih pada skala laboratorium, untuk selanjutnya hasil ini akan diuji untuk
melihat efektivitasnya pada skala lapang.
Nama saya adalah Vivi Yuskianti. Saya bekerja di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan di Indonesia.
Mempertahankan tingkat keragaman genetik yang tinggi dikebun benih
merupakan hal yang penting agar tanaman dapat beradaptasi terhadap
berbagai perubahan lingkungan. Kebun benih adalah tempat untuk
memproduksi benih yang berkualitas. Benih tersebut berasal dari
serangkaian kegiatan yang meliputi koleksi dari beberapa populasi,
penanaman dan beberapa kali seleksi. Pada akhir proses seleksi, hanya
tersisa pohon-pohon dengan penampilan pertumbuhan yang terbaik. Biji
yang dihasilkan dari pohon-pohon tersebut kemudian diambil dan
digunakan untuk pembangunan perkebunan.
Tingkat keragaman genetik dapat diukur menggunakan karakteristik pertumbuhan fisik seperti tinggi,
panjang batang dan bentuk pohon. Tetapi cara ini membutuhkan waktu dan hasil pengukurannya juga
sulit untuk diinterpretasikan karena adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh. Analisa DNA
merupakan alat yang tepat untuk mengukur keragaman genetik karena tidak dipengaruhi oleh
lingkungan.
Penelitian saya adalah untuk mengetahui tingkat keragaman genetik kebun benih sengon (Falcataria
moluccana) yang berada di Candiroto, Jawa Tengah, Indonesia. Analisa dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar populasi yang ada di kebun
benih tersebut.
Analisa DNA menunjukkan bahwa kebun benih sengon tersebut mempunyai tingkat keragaman genetik
yang tinggi. Analisa hubungan kekerabatan menunjukkan bahwa populasi sengon di Jawa Timur tidak
berasal dari Jawa tetapi kemungkinan merupakan hasil introduksi dari Papua. Studi ini juga menemukan
bahwa dua populasi sengon di Papua (Wamena dan Biak) kemungkinan berasal dari sumber benih yang
sama. Hasil penelitian ini akan mempengaruhi strategi pembangunan dan pengelolaan kebun benih
sengon. Secara keseluruhan, sengon di kebun benih tersebut beragam secara genetik dan produksi
benih yang berkualitas dapat diharapkan dari kebun benih tersebut. Tetapi karena beberapa populasi
mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat maka kehati-hatian diperlukan dalam mendesain kebun
benih sengon yang baru agar tidak terjadi perkawinan sendiri atau inbreeding.
Nama saya Eliana Wulandari. Saya bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran, Bandung, Indonesia.
Indonesia kaya akan sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian. Risiko dalam pertanian tidak
dapat dihindari, tapi kita bisa menguranginya dengan memahami dan mengelola sumber-sumber risiko
tersebut. Cabai merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang mempunyai risiko yang tinggi. Risiko,
terutama perubahan iklim, mengakibatkan produksi dan harga cabai yang berfluktuasi. Harga cabai yang
tinggi di pasar berkontribusi sekitar 0,3% dengan tingkat inflasi, kontribusi ini merupakan kedua terbesar
setelah padi. Produksi cabe di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar hampir 4%, padahal
konsumsi cabai meningkat 3%. Penurunan produksi cabai ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan
petani cabai.
Risiko apa saja yang dihadapi oleh petani cabai? Risiko apa
yang paling dominan terjadi dan bagaimana seharusnya
petani mengelola risiko-risiko tersebut? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang akan ditelaah lebih lanjut.
Risiko dapat dibagi menjadi risiko internal dan eksternal.
Risiko internal terkait dengan aktivitas disekitar petani,
input-input pertanian yang diperlukan oleh petani dan
pemasok. Risiko eksternal berhubungan dengan lingkungan,
kebijakan pemerintah, pasar dan lembaga lainnya yang
terkait dengan aktivitas petani.
Risiko-risiko yang perlu mendapat prioritas untuk segera
ditangani adalah pencurian cabe, jumlah pemasok yang
sedikit, kontinuitas pasokan, pengendalian hama dan
penyakit, intensitas curah hujan yang tinggi, periode
pembayaran oleh lembaga keuangan (misalnya bank, koperasi) dan periode kekeringan yang panjang.
Pengelolaan risiko-risiko ini dapat dilakukan dengan menerapkan Prosedur Operasi Standar (SOP),
menyediakan penampungan air untuk mengatasi kekeringan, pengendalian hama dan penyakit dapat
ditingkatkan dengan penerapan pengelolaan hama terpadu yang efektif dan ramah lingkungan,
penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan sumber daya lokal sehingga mengurangi
ketergantungan pada pasokan yang dibeli, dan ketersediaan pinjaman.
Kami terus bekerja untuk menciptakan sistem peringatan dini untuk mengingatkan petani akan berbagai
risiko ini. Kami juga mencoba untuk membuat petani menyadari untuk mengadopsi strategi dalam
mengurangi dampak dari risiko-risiko ini.
Nur Asbani, peneliti entomologi di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).
Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengurangi subsidi harga bahan
bakar minyak akan mendorong penggunaan bahan pengganti alternatif.
Jarak pagar merupakan salah satu sumber bahan baku untuk pengganti
BBM. Budidaya tanaman ini mengalami beberapa kendala, di antaranya
yang cukup penting adalah permasalahan serangan hama.
Jarak pagar termasuk komoditas pertanian yang relatif baru
dikembangkan sehingga jenis hama dan cara pengendaliannya belum banyak dipahami.
Keterbatasan informasi tentang hama ini berakibat pada pengembangan teknik
pengendaliannya.
Penelitian saya diharapkan dapat menjawab jenis-jenis hama penting yang menyerang dan
bagaimana cara pengendaliannya yang efektif namun tetap ramah lingkungan. Pengendalian
hayati menjadi salah satu pilihan dan penggunaan pestisida menjadi pilihan yang terakhir.
Pada awal pengembangan jarak pagar,
ada kepercayaan bahwa tanaman ini
tahan terhadap serangan hama dan
penyakit. Hal ini cukup beralasan karena
tanaman ini mengandung beberapa
bahan yang bersifat racun. Selama
beberapa tahun pengembangan jarak
pagar telah terbukti bahwa kepercayaan
tersebut tidak benar. Jarak pagar dapat
mengalami kerusakan yang cukup serius akibat serangan thips dan tungau. Mereka menyerang
daun, tunas, dan buah sehingga menurunkan produksi dan mutu.
Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah berhasil untuk mendapatkan musuh alami.
Beberapa di antaranya adalah tungai predator Amblyseius, Mymarothrips, Blepyrus, Scolothrips
dan Chrysopa.
Nama saya Suputa dan saya bekerja sebagai staf di Universitas Gadjah Mada, Indonesia.
Lalat buah merupakan salah satu kelompok hewan
darat yang dominan di daerah tropis. Masing-
masing spesies memiliki peranan dan fungsi
penting di dalam ekosistem pertanian. Lalat buah
ordo Diptera famili Tephritidae tersebar luas di
seluruh dunia dan beberapa spesiesnya merupakan
hama penting secara ekonomi serta dapat
mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman
buah dan sayur.
Di Indonesia pengetahuan tentang lalat buah masih sangat terbatas. “Apakah spesies lalat buah tersebut
merupakan hama atau bukan?” adalah pertanyaan yang perlu dijawab, konsekuensinya adalah bahwa
eksplorasi keberadaan spesies lalat buah di Indonesia dan mengamati peranan masing-masing spesies
lalat buah di dalam sistem pertanian merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan penting, yaitu
“Apa sajakah spesies lalat buah yang ada di Indonesia?” dan
“Apakah fungsi dan peranan masing-masing lalat buah
tersebut di dalam ekosistem pertanian?”
Pemerangkapan lalat buah yang telah dilakukan
mendapatkan 24 spesies lalat huah; 7 spesies diantaranya
adalah berperan sebagai hama tanaman dan 17 spesies
lainnya bukan berperan sebagai hama. Berdasarkan
pengamatan karakter morfologi dan sidik DNA
menunjukkan bahwa terdapat satu spesies lalat buah baru di Indonesia. Spesies baru tersebut bukan
merupakan spesies lalat buah hama yang diberi nama Bactrocera gamais Suputa nov.sp.; oleh karena
tidak ada yang spesifik pada karakter spesies ini maka nama spesiesnya adalah gamais yang berasal dari
GAMA yang dilatinkan. GAMA adalah kata singkatan Universitas Gadjah Mada di masa lampau.
Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa tidak semua spesies lalat buah yang ada di Indonesia adalah
hama tanaman. Sebagian besar spesies lalat buah di Indonesia adalah bukan hama dan mempunyai
peranan penting sebagai jejaring pakan di dalam ekosistem. Informasi ini akan mengubah pengetahuan
masyarakat umum tentang lalat buah dan akan memberikan pemahaman dalam rangka pengambilan
keputusan pada tindakan penanganan lalat buah secara ekonomi di dalam bidang pertanian.
Hai, nama saya Arini Wahyu Utami, biasa dipanggil Ayuk. Saya staf muda di Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada masa sekarang ini, kita seringkali sulit membedakan antara musim hujan dan kemarau.
Terkadang musim hujan lebih panjang atau sebaliknya, musim kemarau yang lebih panjang.
Bahkan pernah juga terjadi saat dimana hujan turun hampir setiap hari meskipun semestinya
musim kemarau. Fenomena cuaca ekstrim ini disebut El Nino dan La Nina, yang saya yakin
sudah sering kita dengar di televisi atau kita baca di surat kabar. Berlebihnya hujan maupun
kekeringan akan menyebabkan gagal panen. Hujan yang terus menerus turun dapat
menyebabkan banjir di lahan, sementara kekeringan menyebabkan tanaman mati. Hingga kini,
kita masih bergantung pada pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pangan kita sehari-hari.
Kejadian cuaca ekstrim akan mengganggu ketersediaan pangan kita.
Riset kami menganalisis
bagaimana dampak cuaca ekstrim
terhadap stok beras. Seperti kita
tahu, beras merupakan makanan
pokok bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia. Dengan
menggunakan 14 tahun data deret
waktu, mulai tahun 1992, dari
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan
di Indonesia, kami menganalisis
pengaruh kejadian El Nino dan La
Nina terhadap produksi beras. Hasilnya menunjukkan bahwa stok beras di keempat provinsi
produsen beras nasional terancam oleh kejadian La Nina. Berlebihnya hujan pada saat La Nina
ternyata menurunkan stok beras kita. Di lain pihak, El Nino, cuaca ekstrim yang identik dengan
kekeringan karena menyebabkan berkurangnya hujan, tidak berpengaruh apa-apa terhadap
stok beras.
Jadi, perlukah kita merasa khawatir dengan kejadian cuaca ekstrim? Menurut pendapat kami,
tidak perlu. Ada masa-masa dimana cuaca ekstrim tidak mengancam produksi beras. Selain itu,
petani di Indonesia tampaknya masih sangat termotivasi untuk menanam padi karena
memadainya harga yang mereka peroleh.
Recommended