NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK
TK/PAUD USIA 4 SAMPAI 5 TAHUN
DI KECAMATAN MUARA BANGKAHULU TAHUN 2014
NADIA SETYASIH
H1A011017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
1
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak TK/PAUD Usia 4-5 Tahun di Kecamatan Muara Bangkahulu Tahun 2014
The Relationship of Nutritional Status and Development of 4-5 Years Old Children in Kindergarten, subdistrict Muara Bangkahulu in 2014
Nadia Setyasih, Sylvia Rianissa Putri, Tatik SutekyFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
ABSTRAKLatar Belakang: Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita karena perkembangan berjalan sangat cepat yang menentukan perkembangan selanjutnya. Gizi adalah salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan anak. Prevalensi status gizi di Kecamatan Muara Bangkahulu cukup merata yaitu gizi lebih 3,7%, gizi kurang 7,8%, dan gizi buruk 3,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak TK/PAUD usia 4-5 tahun di Kecamatan Muara Bangkahulu.Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah anak TK/PAUD di Kecamatan Muara Bangkahulu dengan menggunakan teknik cluster random sampling, selanjutnya dipilih 10 anak dari 5 TK/PAUD yang terpilih, total sampel adalah 50 anak. Status gizi diperoleh dari perhitungan BB/TB menggunakan Z-score WHO 2011 dan status perkembangan diperoleh dari pengisian kuesioner pra skrinning perkembangan (KPSP). Data dianalisis dengan menggunakan uji alternatif korelasi Spearman. Hasil Penelitian: Rata-rata Z-score anak sebesar -0,15 yang berarti anak berstatus gizi baik dengan standar deviasi 1,99 dan memiliki skor KPSP sebesar 8,68 yang berarti anak berkembang sesuai usia dengan standar deviasi 1,25. Hasil uji bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,025) antara status gizi dengan perkembangan anak. Arah korelasi positif terlihat pada hubungan gizi baik dan gizi kurang dengan perkembangan anak, sementara arah korelasi negatif pada hubungan gizi lebih dengan perkembangan anak.Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak TK/PAUD usia 4-5 tahun di Kecamatan Muara Bangkahulu Tahun 2014.
Kata kunci: status gizi, perkembangan anak, KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan), Z-score WHO.
2
ABSTRACTNadia Setyasih, H1A011017, 2014. The Relationship of Nutritional and Developmental Status of 4-5 Years Old Children in Kindergarten, subdistrict Muara Bangkahulu in 2014. Mini Thesis. Medical Faculty, Bengkulu University, Bengkulu. Background: The golden period of child growth and development happens in the first five years of life, because child develop fast in this stage which is important for determining subsequent development. Nutrition is one of factor that determining development. Prevalence of nutritional status in subdistrict Muara Bangkahulu is equal enough, i.e. overnutrition 3,7%, malnutrition 7,8%, dan severe malnutrition 3,3%. This research aims to identify relationship of nutritional status and development of 4-5 years old children in Kindergarten, subdistrict Muara Bangkahulu.Methodology: Using analytic descriptive design with cross-sectional approach, 50 child were selected. Sample was child who attended in kindergarten, subdistrict Muara Bangkahulu in Bengkulu City, were randomized using cluster random sampling and 10 samples were chosen from 5 kindergarten were selected. Nutritional status was obtained from calculation of weight/height using Z-score WHO 2011 and developmental status was examined using Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Data was analyzed using Spearman correlation test. Result: The average Z-score was -0,15 that indicate children had good nutritional status with deviation standard 1.99 and the average KPSP score was 8.68 that indicate children had appropriate development with deviation standard 1.25. Results of Spearman correlation test was not significant (p>0.025) showed on the relationship of nutritional status and development. Correlation direction was positive showed on the relationship of good nutrition and malnutrition with development, while correlation direction was negative showed on the relationship of over nutrition status and development. Conclusion: There was no significant correlation between the relationship of nutritional status and development of 4-5 years old children in Kindergarten, subdistrict Muara Bangkahulu in 2014.
Keywords: Nutritional status, child development, KPSP (Pre-Screening Questionnaire Development), Z-score WHO 2011.
3
PENDAHULUAN
Gizi memiliki peran sentral dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
(Stallings dan Tershakovec, 2010). Periode penting dalam tumbuh kembang
adalah masa balita karena perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat yang
menentukan perkembangan selanjutnya (Adriana, 2011).
Berdasarkan data United Nations Children's Fund pada tahun 2012, sekitar
44 juta balita obesitas dan 68 juta balita gizi kurang di dunia (UNICEF et al.,
2012). Data Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan pada tahun 2013, prevalensi balita Indonesia yang kurus 12,1 persen
dan obesitas 11,9 persen. Provinsi Bengkulu berada di urutan kedelapan dari 17
provinsi yang memiliki prevalensi balita kurus di atas angka nasional dan berada
di urutan ketiga dari 12 provinsi yang memiliki masalah balita obesitas di atas
angka nasional (Balitbangkes, 2013). Status gizi balita yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Muara Bangkahulu tahun 2012 memiliki persebaran
yang cukup merata yaitu, dari 267 balita yang ditimbang prevalensi gizi lebih
3,7%, gizi kurang 7,8%, dan gizi buruk 3,3% (Dinkes Kota Bengkulu, 2012).
Gizi buruk pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat yang tidak dapat diubah dan berhubungan
dengan kemampuan kognitif (UNICEF, 2014). Anak obesitas memiliki hubungan
terhadap disfungsi kognitif. Hal ini disebabkan oleh diet tinggi lemak
meningkatkan sirkulasi asam lemak bebas, sitokin proinflamasi, kemokin, dan sel-
sel kekebalan tubuh sehingga mendapatkan akses ke hipotalamus dengan
meningkatkan permeabilitas sawar darah otak (blood brain barrier), oleh
karenanya terjadi peradangan sentral yang menyebabkan apoptosis neuron dan
gangguan neurogenesis sehingga mengganggu hippocampus sebagai fungsi
kognitif (Miller dan Spencer, 2014).
Hasil penelitian sebelumnya oleh Zulaikha (2010) berjudul “Hubungan
Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta” bahwa status gizi mempengaruhi
perkembangan anak. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha
4
(2010), penelitian yang dilakukan oleh Gunawan et al. (2011) dengan judul
“Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun” bahwa tidak
terdapat hubungan antara gangguan perkembangan dengan status gizi.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui status gizi anak, mengetahui
perkembangan anak, menganalisis hubungan status gizi dengan perkembangan
anak TK/PAUD usia 4-5 tahun di Kecamatan Muara Bangkahulu.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik
dengan studi cross-sectional. Penelitian dilakukan di TK/PAUD dan kediaman
subjek penelitian di Kecamatan Muara Bangkahulu. Jumlah sampel yang
digunakan dari penelitian ini adalah 50 anak. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik cluster random sampling.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari pengisian formulir identitas, grafik status gizi berdasarkan Z-score
WHO BB/TB, dan pengisian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan yang
melibatkan pertanyaan kepada orang tua/wali. Normalisasi data menggunakan uji
Shapiro-Wilk, jika data berdistribusi normal menggunakan uji Pearson sementara
uji alternatifnya korelasi Spearman (Dahlan, 2012). Uji analisis pada penelitian ini
menggunakan program SPSS 16 dengan taraf signifikansi atau batas kepercayaan
adalah 0,025.
HASIL
Berdasarkan data yang terkumpul pada Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa
sebagian besar subjek penelitian berada dalam rentang usia 48 sampai 54 bulan,
berjenis kelamin laki-laki, anak pertama, pendidikan ibu SMA, dilahirkan secara
normal tanpa alat bantu, memiliki status gizi baik, dan perkembangan yang
sesuai.
5
Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Karakteristik.
Variabel Klasifikasi Frekuensi
(orang)
Persentase
(%)
1. Usia - 48 s.d. 54 bulan
- 55 s.d. 60 bulan
30
20
60
40
2. Jenis kelamin - Laki-laki
- Perempuan
26
24
52
48
3. Urutan kelahiran
anak
- 1
- 2
- 3
- ≥4
27
10
7
6
54
20
14
12
4. Pendidikan
terakhir ibu
- SMP
- SMA
- Diploma
- Sarjana
1
10
2
37
2
20
4
74
5. Cara persalinan
ibu
- Normal tanpa
alat bantu
- Normal dengan
alat bantu
- Operasi caesar
22
14
14
44
28
28
6. Status gizi anak - Gizi baik
- Gizi kurang
- Gizi lebih
27
12
11
54
24
22
7. Perkembangan
anak
- Sesuai
- Meragukan
- Penyimpangan
27
21
2
54
42
4
6
Tabel 4.2 Deskripsi Status Gizi dan Perkembangan Anak TK PAUD Usia 4-5
Tahun
N Rerata ± SD Median Minimum Maksimum
Status Gizi 5
0
-0,15 SD ± 1,99 -0,96SD -3SD4SD
Perkembangan 5
0
8,68 SD ± 1,25 9 6 10
Deskripsi status gizi pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa anak TK/PAUD
rata-rata memiliki gizi baik yaitu Z-score -0,15 dengan standar deviasi ± 1,99
berarti antara -2,14 SD atau gizi kurang sampai 1,84 SD atau gizi baik. Rata-rata
perkembangan anak adalah perkembangan sesuai dengan skor perkembangan 8,68
yang memiliki standar deviasi ± 1,25 berarti antara 7,43 atau perkembangan
meragukan sampai 9,93 atau perkembangan sesuai.
Tabel 4.3 Distribusi Gangguan Aspek Perkembangan berdasarkan Status Gizi
Status Gizi
Baik Kurang Lebih
Gangguan Aspek
Perkembangan
Sosial dan
kemandirian,
bicara dan
bahasa
Bicara dan
bahasa
Sosial serta
kemandirian, bicara
dan bahasa, gerak
halus, gerak kasar
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa anak dengan gizi baik
mengalami gangguan pada aspek sosial dan kemandirian serta bicara dan
bahasa, anak dengan gizi kurang mengalami gangguan pada aspek bicara dan
bahasa, sedangkan anak dengan gizi lebih mengalami gangguan di keempat
aspek perkembangan menurut Departemen Kesehatan RI yaitu bicara dan
bahasa, sosial dan kemandirian, motorik halus, dan terakhir motorik kasar.
7
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Spearman Status Gizi Lebih, Gizi Baik, dan Gizi
Kurang dengan Perkemabangan Anak
N Median Minimum Maksimum p value σ
Gizi Lebih 11 3,05 SD 2,04 SD 4,29 SD0,154 -0,460
Perkembangan 11 7 6 8
Gizi Baik 27 -1 SD -1,30 SD 0,17 SD0,540 0,123
Perkembangan 27 9 8 10
Gizi Kurang 12 -2,1 SD -2,83 SD -2,00 SD0,783 0,089
Perkembangan 12 8 7 9
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan
Tabel 4.6, diperoleh p value lebih dari 0,025 yang berarti H0 diterima bahwa tidak
terdapat hubungan antara status gizi baik dengan perkembangan anak, status gizi
kurang dengan perkembangan anak, dan status gizi lebih dengan perkembangan
anak.
PEMBAHASAN
Pada Tabel 4.1, gizi baik memiliki persentase yang paling tinggi dari hasil
penelitian ini dan sejalan dengan penelitian Gunawan et al. (2011), berarti bahwa
orang tua sudah cukup baik dalam pemberian asupan gizi anak. Perbedaan
persentase antara kedua penelitian tersebut dapat ditinjau dari status gizi yang
salah satu faktor dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Jika kondisi anak selalu sehat
dan konsumsi pangan tercukupi maka status gizi anak akan baik.
Pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa perkembangan anak usia 4 sampai 5
tahun di TK/PAUD Kecamatan Muara Bangkahulu rerata perkembangan anak
berada pada nilai 8,68 yang berarti perkembangan anak sesuai. Penelitian
Gunawan et al. (2011) bahwa anak yang mengalami perkembangan normal 278
anak (90,22%) dan meragukan 30 anak (9,78%). Hasil yang sebanding dari
8
penelitian tersebut diperkuat dengan instrumen perkembangan yang dipakai sama
adalah KPSP.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan
Tabel 4.6, diperoleh p value lebih dari 0,025 yang berarti H0 diterima bahwa tidak
terdapat hubungan antara status gizi baik (-2SD<Z-score<+2SD) dengan
perkembangan anak, status gizi kurang (Z-score<-2SD) dengan perkembangan
anak, dan status gizi lebih (Z-score>+2SD) dengan perkembangan anak. Hal ini
dapat disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak seperti
usia anak, pendidikan ibu, jenis kelamin, status gizi, sosial ekonomi, jumlah
saudara, orang tua bekerja dan pola asuh. Pada penelitian Gunawan et al. (2011)
disebutkan bahwa hanya usia dan orang tua bekerja yang memiliki hubungan
terhadap perkembangan anak dari delapan faktor yang telah disebutkan, sementara
nilai p pada pendidikaan ibu dan pola asuh mendekati tingkat bermakna. Berbeda
dengan penelitian Kar et al. (2008) yang menyatakan bahwa anak yang malnutrisi
memiliki gangguan kognitif yang memiliki onset waktu lama dan mengikuti pola
malnutrisi anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kar et al. (2008), anak
kurang gizi menunjukkan kinerja yang buruk pada tes fungsi kognitif terdiri dari
fleksibilitas kognitif, perhatian, memori kerja, persepsi visual, pemahaman verbal,
dan memori.
Menurut Raqib dan Cravioto (2009), nutrisi dapat mempengaruhi ekspresi
gen secara langsung atau tidak langsung. Pada tingkat sel, nutrisi dapat melakukan
hal berikut: 1) bertindak langsung sebagai ligan untuk transkripsi faktor reseptor;
2) dapat dimetabolisme oleh jalur metabolisme sehingga menyebabkan perubahan
konsentrasi substrat yang terlibat dalam regulasi gen atau sel sinyal; dan 3)
mengubah jalur transduksi sinyal dan sinyal, maka perlu kekurangan nutrisi yang
spesifik untuk menghasilkan perubahan transduksi sinyal spesifik sehingga
mengubah sinyal otak dalam proses eksekusi.
Lingkungan TK merupakan lingkungan yang penuh dengan stimulasi
untuk meningkatkan kecerdasan anak. Kecerdasan anak diperoleh dengan cara
bermain sekaligus belajar mengasah kemampuan motorik, berbahasa, daya pikir,
dan bermasyarakat (Drost et al., 2003). Stimulasi yang didapatkan anak di
9
TK/PAUD telah membuktikan bahwa anak TK/PAUD telah terpenuhi faktor
eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak. Stimulasi yang diberikan
dalam pembelajaran di TK/PAUD dapat menyebabkan sinaptogenesis, hipertrofi
astrosit, dan sel-sel baru pada dentate gyrus, sementara latihan fisik tanpa belajar
menginduksi angiogenesis dan neurogenesis dentate gyrus. Hal tersebut
menunjukkan terdapat hubungan interaksi sekitar dalam meningkatkan plastisitas
sinaps yang mungkin ditunjukkan pada anak dengan gizi lebih dan gizi kurang
(Markham dan Greenough, 2004).
Berbeda dengan penelitian Zulaikhah (2010) yang menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 2 sampai 3
tahun. Hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi π = 0,225 dengan
tingkat signifikansi 0,039 yang berarti nilai koefisien korelasi tersebut variabel
memiliki tingkat korelasi yang rendah. Perbedaan tingkat korelasi ini dapat
disebabkan oleh lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian Zulaikah adalah
di puskesmas berbeda dengan penelitian ini yang berlokasi di TK/PAUD.
Stimulasi yang didapatkan anak di TK/PAUD telah membuktikan bahwa anak
TK/PAUD telah terpenuhi faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
anak. Hal ini tidak terjadi pada anak yang diambil dari puskesmas berusia 1-2
tahun dengan keadaan stimulasi orang tua terhadap perkembangan anak yang
beragam yaitu baik ataupun tidak baik. Keadaan stimulasi anak TK/PAUD yang
telah terpenuhi dapat lebih mengaasah perkembangan anak. Selain itu penelitian
Zulaikah menggunakan 84, lebih banyak sampel yang peneliti ambil yaitu 50
anak.
Arah korelasi positif berdasarkan Tabel 4.4 pada hubungan antara gizi
baik dengan perkembangan dan gizi kurang dengan perkembangan anak,
sementara arah korelasi negatif terlihat pada hubungan antara gizi lebih dengan
perkembangan anak yang ditunjukkan oleh Tabel 4.4. Arah korelasi positif
mengindikasikan bahwa semakin besar nilai status gizi baik maka semakin besar
nilai perkembangan anak yang ditunjukkan pada anak dengan status gizi baik serta
status gizi kurang. Anak dengan gizi baik maka kebutuhan nutrisinya terpenuhi
sehingga cukup baik untuk menunjang perkembangan anak yang sangat pesat
10
pada usia 4-5 tahun, namun masih terdapat 4 anak dari 27 anak dengan gizi baik
yang mengalami perkembangan meragukan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
lain yang mempengaruhi proses perkembangan seperti psikologi anak,
sosioekonomi, dan endokrin (Depkes RI, 2011).
Anak dengan gizi kurang dapat mengalami kekurangan gizi makro
maupun mikro, salah satu contohnya adalah kolesterol. Kolesterol di SSP
diperlukan untuk transmisi neuron, pematangan sinaps, dan mempertahankan
plastisitas sinaps. Jika terjadi gangguan pada metabolisme lipoprotein HDL, maka
akan terjadi perubahan pada komposisi membran lipid yang akan meningkatkan
metabolisme Amyloid Precorsor Protein (APP) sehingga akan menghasilkan
peningkatan produksi amyloid Aβ. Hal ini akan memicu timbulnya stres oksidatif
yang akan menyebabkan oligomerisasi dan agregasi dari Aβ. Keseluruhan proses
ini akan mengganggu pembentukan dan pematangan sinaps sehingga proses
transmisi neuronal yang berperan dalam pembentukan memori dapat terganggu
(Kontush dan Chapman, 2008).
Arah korelasi negatif terlihat pada hubungan antara gizi lebih dengan
perkembangan anak ditunjukkan pada Tabel 4.4. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa semakin besar nilai status gizi maka semakin kecil nilai
perkembangan anak. Status gizi lebih (Z-score>+2SD) pada anak
mengindikasikan diet tinggi lemak yang dialami anak. Lama diet tinggi lemak dan
obesitas dapat menyebabkan peradangan langsung pada daerah otak, oleh
karenanya dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam sel sinyal dan
konektivitas bahkan degenerasi neuron serta atrofi otak. Hal tersebut pada
akhirnya mungkin bertanggung jawab untuk perubahan dalam kesehatan kognitif
terlihat pada obesitas (Miller dan Spencer, 2014).
Pada penelitian ini anak dengan gizi kurang masih dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan anak yang harus dicapai seusianya dapat
dikarenakan pengaruh gizi kurang berbeda pada setiap anak dengan jangka waktu
lama ataupun cepat. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Liu J et al. (2003)
bahwa anak dengan riwayat gizi kurang pada usia 3 tahun mengalami gangguan
11
kognitif seperti kemampuan verbal, spasial, membaca, kinerja sekolah pada saat
anak tersebut berusia 11 tahun.
PENUTUP
Rata-rata anak usia 4 sampai 5 tahun di TK/PAUD Kecamatan Muara
Bangkahulu rata-rata anak memiliki gizi baik dan memiliki perkembangan
sesuai usia. Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan
perkembangan anak usia 4 sampai 5 tahun di TK/PAUD Kecamatan Muara
Bangkahulu.
Diharapkan penelitian lanjutan dengan subjek penelitian berusia remaja
yang menghubungkan riwayat status gizi saat subjek berumur kurang dari 5 tahun
dan perkembangan dengan sampel penelitian yang lebih banyak, tenaga kesehatan
serta guru TK/PAUD dapat meningkatkan upaya deteksi dini tumbuh kembang
anak secara rutin, dan orang tua dapat menambah wawasan tentang kebutuhan
nutrisi anak dan tahap perkembangan anak yang sesuai usia.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana D (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika, pp 8-9.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Bakti Husada, pp: 249-263.
Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu (2014). Kota Bengkulu dalam angka. Bengkulu: BPS Kota Bengkulu, pp: 1,4,5,21.
Budiarto E dan Anggraeni D (2003). Pengantar epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp 44-45.
Centers for Disease Control and Prevention (2014). Important Milestones: Your Child at Five Years. http://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/ milestones-5yr.html. Diakses September 2014.
Dahlan S (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sambel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika, pp: 39-40.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan Dasar. Jakarta: Bakti Husada, pp: 1-20.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2012). Profil kesehatan Kota Bengkulu: Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas.
Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu (2012). Profil Pendidikan Provinsi Bengkulu: Data Sekolah Se-Kecamatan Muara Bangkahulu Tahun Ajaran
12
2012/2013. www.dispendik.bengkulu-id.net/guest/kecamatan/04. Diakses September 2014.
Drost, Wanei GK, Ekowarni E, Hidajat LL, Adiyanti MG, dan Wiryasumarta Y et al. (2003). Perilaku anak usia dini kasus dan pemecahannya. Jakarta: Familia, pp 49-53.
Eriyanto (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, pp: 139-143.
Feigelman S (2011). Growth, development, and behavior. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme JW, dan Behrman RE. Nelson textbook of Pediatrics. Edisi 19. USA: Elsevier, pp 6-7.
Gunawan G, Fadlyana E, dan Rusmil K (2011). Hubungan status gizi dan perkembangan anak usia 1-2 tahun. Sari Pediatri, 13(2):142-6.
Hibbert A, Godwin A, Dear F (2008). Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: EGC, pp 122-125.
Hidayat TS dan Jahari AB (2012). Perilaku pemanfaatan posyandu hubungannya dengan status gizi dan morbilitas balita. Buletin penelitian kesehatan, 40:1-10.
Hidayat AA (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Pp 53, 140 - 3.
Husnaini dan Yayah K (2001). Antropometri Sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Dalam: Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC, pp 69-72.
Indra MR (2006). Dasar genetik obesitas viseral. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 12:10-19.
Kar B, Rao SL, dan Chandramouli BA (2008). Cognitive development in children with chronic protein energy malnutrition. National Center for Biotechnology Information, 4: 31.
Kim MJ, Lee W, Park EJ, dan Park SY (2012). Depletion of Mitochondrial DNA Stabilizes C1qTNF-Related Protein 6 mRNA in Muscle Cells. Journal of Korean Medical Science, 27(5): 465–470.
Kontush A, Berndt C, dan Weber W (2001). Amyloid-beta is an antioxidant for lipoproteins in cerebrospinal fluid and plasma. Free Radical Biology Medicine, 30, 119-28.
Liu J, Raine A, Venables PH, Dalais C, Mednick SA (2003). Malnutrition at age 3 years and lower cognitive ability at age 11 years. Arch Pediatric Adolescence Medicine.,157(6): 593–600.
MacDonald M (2007). Excel 2007: The Missing Manual. United States of America: O’Reilly Media, pp 272-274.
Markham JA da Greenough WT (2004). Experience-driven brain plasticity: beyond the synapse. National Center for Biotechnology Information, 1(4): 351-363.
Mei Z dan Grummerstrawn LM (2007). Standard deviation of anthropometric Z-scores as a data quality assessment tool using 2006 WHO Growth Standards: A Cross Country Analysis. National Center for Biotechnology Information, 85(6): 421-500.
53
13
Miller AA dan Spencer SJ (2014). Obesity and neuroinflammation: A pathway to cognitive impairment. El Sevier, 10: 1016.
Narendra MB (2002). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam: IDAI. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto, pp:105-110
Park KS, Kim SK, Kim MS, Cho EY, Lee JH, dan Pak YK (2003). Fetal and early postnatal protein malnutrition cause long-term changes in rat liver and muscle mitochondria. The Journal of Nutrition, 133: 3085-3090.
Patterson RE dan Pietinen P (2008). Pengkajian status gizi pada perorangan dan masyarakat. Dalam: Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC, pp 80.
Raqib R dan Cravioto A (2009). Nutrition, immunology, and genetics: future perspectives. Nutrition Review, 67:S227–S236.
Sastroasmoro S dan Ismael S (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto, pp: 330-332.
Soekirman (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, pp : 61 – 65, 84 – 85
Stallings VA dan Tershakovec (2010). Nutrisi pediatri dan gangguan nutrisi. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM. Nelson Esensi Pediatri. Edisi 4. Jakarta: EGC, pp: 65.
Supariasa IDN, Bakri B, dan Fajar I (2001). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC, pp 69-72.
Susi N (2002). Penanganan ISPA pada anak di rumah sakit kecil negara berkembang: pedoman untuk dokter dan petugas kesehatan senior. Jakarta: EGC.
UNICEF (2014). Undernutrition contributes to half of all deaths in children under 5 and is widespread in Asia and Africa. http://data.unicef.org/nutrition/ malnutrition#sthash.QiA5XWaJ.dpuf. Diakses September 2014.
UNICEF, WHO, dan World Bank (2012). Levels and trends in child malnutrition: UNICEF-WHO-The world bank joint child malnutrition estimates. http://www.who.int/entity/nutgrowthdb/jmeunicefwhowb.pdf. Diakses September 2014.
US Departement of Agriculture (USDA), US Departement of Health and Human Service (2010). Dietary guidelines of Americans. www.dietaryguideline.gov. Diakses September 2014.
U.S. Department of Health and Human Services (2012). Guidelines for evaluation of the nutritional status and growth in refugee children during the domestic medical screening examination. http://www.cdc.gov/immigrantrefugee healthguidelines/domestic/nutrition-growth.html. Diakses September 2014.
Washington State Departement (2005). Washington state early learning and development guidelines. www.del. wa .gov/publications/development/docs/ guidelines.pdf. Diakses September 2014
World Health Organization (2010). Nutrition Landscape Information System (NLIS).http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241599955eng.p d f . Diakses September 2014.
14
Zulaikha S (2010). Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 2 sampai 3 tahun di wilayah kerja puskesmas Gambirsari Kota Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Yogyakarta. Skripsi, pp 50-51.