i
NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM MANAQIBAN
KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY
DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SITI AISYAH
NIM: 111-14-087
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
vi
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur yang tiada henti kehadirat Allah
SWT, dan sholawat serta salam teruntuk Baginda Nabi
Muhammad Saw selamanya...
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan
kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan
mimpiku:
1. Almarhumah Ibunda Suliyem malaikat hidupku yang kini
telah tiada lagi bersamaku. Terimakasih selama 21 tahun
telah merawat, menyayangi, menjaga, berjuang, berdoa
tiada hentinya untukku demi mewujudkan cita-citaku,
yang tanpa lantaran dari beliau saya tidak mungkin bisa
merasakan hidup seperti saat ini.
2. Bapak Miharjo Sirep yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak
pernah henti-hentinya untuk anaknya.
3. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah selaku pengasuh TPA
Darul Madani yang senantiasa menuntunku kejalan yang
vii
benar, dan yang telah menyayangiku seperti anaknya
sendiri.
4. Mbak Supinah, Mas Sumeri, Mbak Suparti, Mas Mukholim,
Mbak Taslimah, Mas Zaenal, ke-enam saudaraku yang
telah membantuku dan mensuportku untuk menggapai
mimpiku.
5. Mas Agus Gunawan yang telah memberikan motivasi,
menemani disetiap perjuangan suka maupun duka dan
bantuan untukku.
6. Sahabat-sahabati TPA Darul Madani yang memberikan
semangat dan motivasi untukku.
7. Teman-teman PAI C angkatan 2014 senasib seperjuangan
yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam
kebersamaan kita.
8. Keluarga besar Biro Tazkia dan SMA N 2 Salatiga yang
telah memberikan banyak pengalaman berharga dalam
menjalankan tanggungjawab.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum, Wr. Wb.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir
nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS
TA‟LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA‟ANY DI DESA
SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
2018”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar kesarjanaan SI Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan didalamnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
ix
4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.
5. Bapak Dr. Saerozi selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan
S1.
7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan
penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah serta seluruh jamaah Majelis ta’lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anyDesa Sruwen yang telah
meluangkan waktunya dan melancarkan terselesainya skripsi ini.
Tentu masih banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan
skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara keseluruhan penulis
ucapkan terima kasih. Jazakallah khairan katsiron.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.
Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal
kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis.
x
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.
Salatiga, 15 Maret 2018
Penulis
Siti Aisyah
NIM: 111-14-087
xi
ABSTRAK
Aisyah, Siti. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis Ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any (di Desa Sruwen Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Majelis Ta‟limManaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul Ma‟any.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implementasi nilai-nilai
pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang.Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anymerupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa
Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk mengumpulkan
umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya. Dari
manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, kita juga dianjurkan untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan tersebut terdapat
hikmah atau manfaat yang baik. antusiasme masyarakat Desa Sruwen yang
berbondong-bondong dari berbagai daerah untuk mengikuti majelis ini
menjadikan hal penting untuk diteliti. Lebih dari itu, terdapat juga nilai-nilai
pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk diteliti.
Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa Nilai-
Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Majelis Ta‟lim Manaqiban kitab
Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?
(2) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis
Ta‟lim Manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang?. Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian
kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi,
dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan
memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk
ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dan nilai-nilai pendidikan islam
yang terkandung dalam kegitan tersebut yaitu dari data yang didapatkan oleh
peneliti, seperti adanya Nilai Iman kepada Allah, cinta kepada Rasulullah,
kezuhudan, menjalin tali silaturrahmidan ukhuwah islamiyah, amaliah, dakwah,
dan tolabul ilmi.Nilai-nilai tersebut telah di implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Beribadah hanya karena Allah, mencintai rosulullah dengan
bersholawat untuknya, menghadirkan hati yang berpaling dari kesenangan dunia,
saling bertegur sapa dan mendoakan, keihlasan dalam bersodaqoh, mengajak
anak-anak untuk mengikuti kegiatan majelis tersebut, memperhatikan mauidhoh
hasanah dengan seksama, dan pengamalan bacaan dalam kegiatan manaqiban
dalam kehidupan sehari-hari.
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. I
Halaman Nota Pembimbing ........................................................................ Ii
Halaman Pengesahan.................................................................................... iii
Deklarasi....................................................................................................... Iv
Motto ........................................................................................................... V
Persembahan ................................................................................................ vi
Kata Pengantar.............................................................................................. viii
Abstrak ........................................................................................................ xi
Daftar Isi....................................................................................................... xii
Daftar Tabel ................................................................................................. xv
Daftar Lmpiran ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1-6
B. Fokus Penelitian .................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 7-8
D. Penegasan Istilah................................................................. 8-12
E. Kajian Penelitian Terdahulu................................................ 12-14
F. Sistematika Penulisan......................................................... 14-15
BAB II Kajian Pustaka
A. Nilai-nilai Pendididkan Islam............................................. 16-25
1. Pengertian Nilai....................................................... 16
2. Pengertian Pendidikan Islam................................... 17-20
xiii
3. Tujuan Pendidikan................................................... 20-22
4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam................................... 22-25
B. Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any................................................................................ 25-38
1. Pengertian Majelis Ta‟lim....................................... 25-27
2. Pengertian kitab ManaqibJawahirul Ma‟any........ 28-32
3. Sejarah kitab ManaqibJawahirul Ma‟any............. 32-34
4. Maksud dan tujuan Manaqib.................................. 34-38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................... 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................. 39-46
C. Sumber Data....................................................................... 46-47
D. Prosedur Pengumpulan Data.............................................. 47-49
E. Analisis Data....................................................................... 49-52
F. Pengecekan Keabsahan Data.............................................. 53-54
G. Tahap-Tahap Penelitian...................................................... 54-55
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data....................................................................... 53-79
B. Analisis Data....................................................................... 79-87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 88-89
B. Saran.................................................................................. 89-90
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Sruwen ....................................... 40
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin................... 40-41
Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama................................................... 41
Tabel 3.4 Data Mata Pencaharian Penduduk............................... 42-43
Tabel 3.5 Daftar Nama Informan................................................. 56
xvi
Daftar Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Keterangan Telah Meneliti
4. Lembar Konsultasi
5. Laporan SKK
6. Pernyataan Keaslian Penelitian dan Publikasi
7. Pedoman Wawancara
8. TranskipWawancara
9. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan duniawi
maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya
untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat
memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah (Zuhairini, 1995:98).
Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma
Islam. Selanjutnya Achmadi (1992:20) menjelaskan bahwa pendidikan
agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Menurut al Abrasyi dalam Nata, (2010:28) “Pendidikan Islam tidak
seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual, namun tujuan ini
merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang bermanfaat. Dalam asas
pendidikan Islam tidak terdapat pandangan yang bersifat materialistis, namun
pendidikan Islam memandang materi, atau usaha mencari rezeki sebagai
masalah temporer dalam kehidupan, dan bukan ditujukan untuk mendapatkan
materi semata-mata, melainkan untuk mendapatkan manfaat yang seimbang.
Di dalam pemikiraan al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwanul as Shafa terdapat
2
pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak akan tercapai, kecuali
dengan mensinergikan antara agama dan ilmu.”
Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan pada diri seseorang untuk menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam
yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari
al-Qur’an dan hadist.
Pendidikan sebagai institusi sosial memiliki fungsi sebagai proses
perubahan sosial yang mampu mengakomodir karakter sosial yang dimiliki
masyarakat, yang bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan
dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter yang
memiliki tiga misi utama yaitu; pewarisan pengetahuan (transfer of
knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai
(transfer of value). Oleh karena itu pendidikan dipahami sebagai suatu proses
transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala
aspek yang dicakupnya (Nugroho, 2016:33)
Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk dididik. Manusia
merupakan makhluk yang mampu mengembangkan diri sejalan dengan
potensi yang dimilikinya (Jalaluddin, 2001:18). Indikator perbedaan
penciptaan manusia dengan makhluk lain terletak pada pemberian iman. Iman
sebagai fitrah manusia merupakan penolong satu-satunya yang dapat
3
menjadikannya sebagai manusia mulia. Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-
Rum ayat 30
.
(03: 03: الروم)Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Departemen Agama RI, 2009:
407)
Dari ayat tersebut dapat diambil intisarinya yaitu manusia yang
beriman harus berusaha menyelamatkan dirinya dan anak keturunannya agar
tidak menjadi manusia yang hina di dunia dan di akhirat. Usaha itu yakni
dilakukan melalui pendidikan yang berkesinambungan sejak ia lahir di muka
bumi ini. Upaya itu akan berakhir ketika ia sudah menjadi dewasa, karena
pilihan untuk menjadi manusia yang mulia atau hina telah menjadi tanggung
jawabnya sendiri.
Di sisi lain manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di dalam suatu
masyarakat, yang bersifat dinamis atau terus menerus berubah dan
berkembang ke arah kemajuan. Perubahan itu menjadikan masyarakat
semakin komplek, yang berakibat pada semakin beratnya tuntutan untuk
dapat hidup layak secara manusiawi, berupa kehidupan yang selamat dan
terlepas dari keterjerumusan kepada kehinaan di dunia dan di akhirat. Untuk
itu manusia perlu saling tolong menolong dalam mewujudkan hakikat
sosialitasnya. Manusia harus tolong menolong dalam hal kebaikan dan
4
ibadah. Upaya tolong menolong tersebut dapat diaktualisasikan dalam
menyelenggarakan pendidikan baik itu pendidikan jalur formal maupun non
formal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan itu sangat urgent bagi
manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh pengetahuan
sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal.
Namun, kenyataannya tidak semua manusia mampu memahami dan menggali
potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, perlu adanya arahan serta
bimbingan dari orang lain sehingga akan tampak dan berkembanglah potensi-
potensinya. Dengan potensi yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu
menghadapi seluruh permasalahan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Bagi orang Islam menuntut ilmu itu wajib dari masa buaian sampai
liang lahat. Hal ini mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu harus
dilaksanakan tidak hanya oleh anak-anak saja melainkan juga oleh para orang
tua (Helmawati, 2013:5). Namun ketika orang tua ingin melanjutkan
pendidikannya, banyak sekali faktor yang menghambatnya sepertihalnya
waktu dan faktor ekonomi, mereka cenderung lebih mengutamakan
pendidikan anaknya.
Para orang tua disibukkan oleh pekerjaannya dan tentunya hal itu
tidak dapat menambah ilmu yang diharapkannya dari lembaga formal. Oleh
karena itu, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan orang tua
dalam menambah ilmu pendidikan atau pengetahuan mereka tentulah harus
5
yang tidak terikat waktu, tidak membutuhkan biaya yang banyak, serta dapat
dihadiri kapan saja diwaktu yang senggang.
Untuk tetap memperoleh pendidikan, orang tua tidak hanya dapat
memperoleh melalui jalur formal saja, namun bisa dengan jalur non formal,
salah satunya yaitu dengan majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim merupakan
pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Masyarakat Desa Sruwen mengapresiasikan pendidikan melalui
majelis ta‟lim yang mengandung nilai-nilai keagamaan maupun norma-norma
kehidupan yang sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat
mendidik khususnya bagi jamaah. Di Desa Sruwen terdapat beberapa Majelis
ta‟lim diantaranya yaitu istighotsah, yasinan, maulidan, pengajian Ahad pagi,
semaan al-Qur’an jami‟iyatul qurro‟ walkhufadz, dan Manaqib Jawahirul
Ma‟any.
Di Desa Sruwen yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah
membudaya dan terbentuk kelompok-kelompok majelis ta‟lim, salah satunya
adalah majelis ta‟lim manaqib. Dan manaqib yang banyak digunakan adalah
manaqib jawahirul ma‟any. Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma’any ini biasanya dilakukan di Masjid, Mushola, Aula Darul
Madani atau di rumah warga yang sedang memiliki hajat tertentu. Ritual yang
biasa menyertainya adalah membaca asmaul husna, hadhoroh dan shalawat
Nabi. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian hajat
kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
6
Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu
waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara
untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana
al-Juraisy yang dikutip Maimun (2009:27) tawasul dalam doa berarti
menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan
dikabulkan. Sebagaimana Shihab yang dikutip Maimun (2009:27) bahwa
wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan
yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.
Pemimpin majelis ini seusai kegiatan terkadang memberikan
penjelasan sedikit demi sedikit tentang apa yang terkandung dalam manaqib
Jawahirul Ma‟any dan juga nasehat-nasehat kehidupan yang sangat bermakna
bagi jamaah dalam menghadapi kehidupan ini.
Dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul
Ma‟anyterdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk
diteliti serta dipublikasikan. Agar dapat dijadikan motivasi bagi masyarakat
terutama para pemuda agar lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu agama
terutama melalui majelis ta‟lim. Dari berbagai manfaat yang bisa diambil dari
majelis tersebut kita dianjurkan untuk dapat mengimplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang dan sedikit paparan pendek
diatas penulis mengambil judul sebagai berikut, “ NILA-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM
MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA
SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG.
7
B. Fokus Penelitian
Penulis akan mengemukakan fokus penelitian lebih lanjut, supaya
dapat mempermudah dalam proses penelitian ini. Dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apa Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam kegiatan
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa
Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?
2. Bagaimanakah Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islamdalam
kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di
Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari fokus masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan dan
manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang
terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
b. Untuk mengetahui Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
bagi semua pihak secara teoritis maupun praktis.
8
a. Secara Teoritis
1) Memberikan kejelasan secara teoritis tentang pelaksanaan
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di
Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
2) Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam
khususnya program studi agama Islam, sehingga hasil
pembahasannya berguna untuk menambah literatur atau bacaan
tentang nilai-nilai pendidikan dalam majelis ta‟lim Manaqiban
Jawahirul Ma‟any.
b. Manfaat Praktis
Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan
pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini
dapat dipergunakan sebagai berikut:
1) Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi
motivasi bagi umat Islam untuk mengikuti majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.
2) Dengan skripsi ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul
penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang
terdapat di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai
berikut:
9
1. Nilai
Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal
dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan berharga.
Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu sasaran sosial
atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai
(Sagala, 2006: 237).Nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) penting atau berguna
bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Menurut Surayin (2007:
374) nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
atau hal untuk memuaskan manusia. Nilai juga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan
seseorang tau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam
perilaku, sikap, dan perbuatan-perbatannya (Maslikhah, 2009:106).
Dari berbagai pengertian diatas, Penulis mengambil kesimpulan
bahwa nilai merupakan tolok ukur mengenai suatu makna yang
terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai
standar pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.
2. Pendidikan Islam
Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan berasal
dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”
mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
10
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi
manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,
menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah,
manusia dan alam semesta (Haidar, 2012:3).
Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing
dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat
digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia
(Jalaluddin, 2001: 76).
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya
(Daradjat, 2011:17).
Dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan
yang mengarah kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu
pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.
3. Majelis Ta’lim
Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan
kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجهس) adalah bentuk isim
makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جهس) yang berarti tempat
11
duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan
demikian majelis merupakan tempat duduk melaksanakan pengajaran atau
pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan
kata ta‟līm (تعهم) dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata
kerja „allama (عهم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi
Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau
bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).
Majelis ta‟lim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian
atau sering pula berbentuk halaqah (Muliawan, 2005:161). Majelis ta‟lim
juga berarti lembaga pendidikan Islam Non Formal yang memiliki
kurikulum tersendiri yang diselenggarakan secara berkala dan teratur dan
diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia
dengan lingkungannya (Nuryanis, 2003:40).
Dari berbagai pengertian diatas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa majelis ta‟lim merupakan tempat pengajaran atau
pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran Islam,
tidak harus materi yang didapatkan melainkan manfaat yang di dapat itu
sudah merupakan majelis ta‟lim.
12
4. Manaqib Jawahirul Ma’any
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any
merupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa
Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk
mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat
manfaat di dalamnya. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat
tempat yang kondusif untuk berdoa bersama atau bertawassulkepada
Syech Abdul Qadir al-Jailani, menyampaikan segala hajat, keinginan,
kebutuhan, maupun segala permasalahan kehidupan yang dialami oleh
masyarakat.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini
difokuskan pada nilai-nilai pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma’any yang didasarkan pada studi kasus di Desa
Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2017. Untuk
menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain
dalam kontek yang sama, maka penulis akan memaparkan beberapa judul
skripsi terdahulu yang berkaitan dengan tema pembahasan penelitian ini.
Diantara skripsi tersebut adalah:
Skripsi Siti Mujayanah mahasiswa IAIN Salatiga dengan tema Nilai-
nilai Pendidikan Dalam Ritual Tawasulan di Pondok Pesantren Al-Huda
Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang nilai-
nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam ritual tawasulan di Pondok
13
Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Dalam Penelitian ini,
penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam menganalisis data penulis
menggunakan metode analisis data kualitatif. Melalui metode tersebut,
penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam Ritual Tawasulan di
Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Adapun nilai-
nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah keimanan, akhlaq,
kezuhudan, pendidikan sosial.
Skripsi Dedy Romansyah (2017) mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga yang mengangkat judul “Nilai-nilai
Pendidikan Islam Pada Novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun”. Skripsi
ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun. Penelitian ini tergolong penelitian
yang bertumpu pada study kepustakaan (library reaserc). Untuk mengolah
data dalam penelitian tersebut menggunakan metode analisis isi (conten
analize). Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk menangkap,
memahami, dan menangkap isi karya sastra. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada novel Asiyah Sang
Mawar Gurun Fir’aun adalah aqidah dan akhlaq mulia yang meliputi
(penolong, rendah hati, dermawan, jujur atau benar, dan cinta terhadap
lingkungan).
Skripsi Wahyuning Khlida mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2007 jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yang
mengangkat judul penelitian tentang “Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani Di
14
Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”. Metode yang diguanakan dalam
penelitian tersebut adalah metode penelitian budaya, dengan jenis penelitian
kualitatif. Adapun hasil dari penelitian tersebut yakni manaqiban yang
dilaksanakan di kecamatan gajah ini dalam prakteknya telah terjadi akulturasi
Islam dan budaya lokal (jawa). Bentuk dan pola dari akulturasi Islam dan
budaya lokal yaitu adanya pembauran antara nilai-nilai Islam dengan budaya
jawa. Pembauran antara Islam dan budaya Jawa dalam manaqiban ini
memiliki ciri yaitu bagian luarnya menggunakan simbol jawa, tetapi ruh
budayanya adalah Islam sinkretik. Jawa digambarkan sebagai wadah,
sedangkan isinya adalah Islam.
Penelitian tersebut diatas merupakan karya yang bisa dijadikan
referensi dan pendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kendati demikian
buku-buku hasil karya tersebut tetap saja berbeda dengan tempat dan latar
belakang penelitian dalam karya tulis ilmiah ini. Dari beberapa penelitian
diatas, penulis belum menemukan judul yang sama dengan skripsi ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek
kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan
keasliannya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka
penelitian ini disusun dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab yang
bersifat saling keterkaitan antara satu bab dengan yang lainnya, yang mana
sistematikanya disusun sebagai berikut:
15
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakakan
pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok
tersebut antara lain: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu, dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka, Pada bab ini penulis menguraikan tentang
tentang nilai pendidikan Islam, Majelis Ta‟lim, dan Manaqib Jawahirul
Ma‟any.
Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini laporan peneliti tentang
metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini.
Bab IV Paparan dan Analisis Data, penulis menguraikan paparan data
tentang majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa
Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Analisis data mengenai
nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Bab V Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran yang menjadi
akhir dari penulisan skripsi ini.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang
berasal dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan
berharga. Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu
sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga
untuk dicapai (Sagala, 2006: 237). Nilai juga diartikan sebagai sesuatu
yang berharga, yang dianggap bernilai, adil, baik dan indah serta
menjadi pedoman atau pegangan diri (Darmadi, 2009: 27).
Menurut Haryananta (2012:178) nilai dapat berarti harga,
angka, isi, kadar, mutu, sifat atau hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Nilai merupakan kumpulan dari ukuran-ukuran,
orientasi, dan teladan luhur, yang selaras dengan akidah yang diyakini
seseorang dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat, dimana
ukuran-ukuran itu menjadi moral bagi seseorang yang tercermin
dalam perilaku, aktivitas, usaha, dan pengalaman-pengalamannya,
baik secara ekplisit maupun implisit (Murshafi, 2006:96).
Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai merupakan suatu yang
berharga bagi seseorang, yang mana kriteria berharga atau tidaknya
itu tergantung pada sudut pandang seseorang yang menilai dan
berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
17
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata didik. Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan
berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran
“kan” mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education”
yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab
istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti
pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian informasi
yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi, sehingga
menjiwai cara berfikir, bersikap, dan bertindak baik untuk dirinya
sendiri maupun hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan
sesama makhluk hidup dalam alam semesta maupun lingkungan dan
kedudukannya sebagai hamba allah, khalifah Allah di bumi (Kaelany,
2000:240).
Menurut Mudyahardjo (2002:64) Pendidikan diartikan sebagai
segala sesuatu yang mengalami proses perubahan kearah yang lebih
baik. Apa pun bentuknya, selama suatu konsep atas objek itu sendiri
mengalami “proses perbaikan” dalam arti perubahan ke arah yang
lebih “baik”, maka objek atau konsep tersebut berhak disebut sebgai
18
pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan konsepnya bahwa pendidikan
merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam kehidupan manusia yang
berawal dari hal-hal yang bersifat aktual menuju kepada hal-hal yang
ideal. Oleh karena itu, wajar apabila pendidikan disebut sebagai
proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup dan di semua
tempat.
Dari berbagai pengertian pendidikan tersebut penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi
ilmu pengetahuan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya yang mengarahkan manusia kearah kebaikan.
Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu,
Islaman, yang berarti submision (ketundukkan), resignation
(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god)
tunduk kepada kehendak Allah. Kata aslama ini berasal dari kata
salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu
untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan,
sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa. Serta
sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian
dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk
kepada Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan
sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya
pendidikan” (Jalaluddin, 2001:68).
19
Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan
memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup
dan kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk atau jalan hidup
bagi manusia dalam tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam
menempuh hidupnya serta selaras dengan alam sekitarnya.
Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-
latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera
(Jalaluddin, 2001:74). Karena pendidikan Islam bertugas
“membimbing seorang manusia agar dapat menjalankan amanat yang
diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat individual dan sosial”
(Suharto, 2006:29).
Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk
membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal
agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi
Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).
Pendidikan Islam merupakan suatu proses edukatif yang
mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan
menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani (Gunawan,
2014:8). Pendidikan Islam juga diartikan sebagai pembentukan
pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya
ajaran Allah dan Rasul-Nya (Daradjat, 2011:17).
20
Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang
lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis
saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman
dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi
ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam
adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat,
2011:28).
Penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam
merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang mengarah
kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan
norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan
yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai setelah
melakukan sebuah usaha dan sekaligus merupakan pedoman yang
memberi arah bagi segala aktivitas yang dilakukan. Tujuan
pendidikan juga berarti sasaran yang ingin dicapai setelah melalui
proses pendidikan. Tujuan tersebut bukanlah suatu benda yang
21
berbentuk tetap dan statis, akan tetapi ia merupakan suatu keseluruhan
dari kepribadian seseorang, berkenaan seluruh aspek kehidupannya.
Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi-
potensi, baik jasmani maupun rohani, emosional maupun intelektual
serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup
secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusi yang
berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal
perbuatannya di hadapan Allah SWT. (Thoha, 1996:100).
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan tersendiri sesuai
dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan dalam al-
Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Az-zariyat: 56:
.(51:56:الذاريات)
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.(Departemen Agama RI, 2009:523 )
Tujuan penciptaan manusia menurut ayat tersebut hanyalah
untuk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan utama manusia, yakni
beribadah karena ibadah itu meliputi berbagai sikap dan perbuatan.
Dalam hal ini menuntut ilmu pun suatu hal yang termasuk ibadah
kepada Allah. Tanpa ilmu, manusia tidak akan mengetahui Tuhan,
hakikat, dan keberadaan-Nya.
22
Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis
bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mempersiapkan seseorang bagi
amalan dunia dan akhirat (Ramayulis, :25)
Penulis mengambil kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan
Islam ialah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan
kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang berahlak mulia dan beribadah
kepada-Nya.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Hakikat pendidikan merupakan proses tranformasi dan
internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses
rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai. Nilai Pendidikan Islam
bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun
berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional
pendidikan (Sarjono, 2005:137).
Nilai religius merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat
ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339). Nilai
Pendidikan Islam juga bermakna sebagai konsep- konsep pendidikan
yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral
dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam merupakan ciri khas,
sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang
23
dianut oleh agama Islam digunakan sebagai dasar untuk mengabdi
pada Allah SWT.
Nilai pendidikan Islam harus ditanamkan pada anak sejak dini
agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam
pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islami yang
mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu
rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar
pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberi out put bagi
pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.
Ada tiga tanggung jawab seorang pendidik dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu:
a. Nilai Aqidah
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu aqada-yaqidu-
aqdan yang berarti mengumpulkan dan mengokohkan. Aqidah
merupakan sesuatu yang harus dipercayai terlebih dahulu
sebelum yang lainnya. Penanaman aqidah yang baik pada diri
seseorang akan membawa kepada kepribadian yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah.
b. Nilai Ibadah
Ibadah merupakan suatu wujud perbuatan yang dilandasi
rasa pengabdian kepada Allah Swt. Ibadah juga merupakan
kewajiban agama Islam yang tidak dapat dipisahkan dari aspek
24
keimanan. Dan keimanan ini merupakan pundamen, sedangkan
ibadah merupakan manifestasi dari keimananan tersebut.
Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri
seseorang. Pada saat melakukan ibadah makan secara tidak
langsung akan ada dorongan kekuatan yang terjadi dalam
jiwanya, dan jika tidak melakukan ibadah seperti biasanya maka
ia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya. Hal ini dilatar
belakangi karena kebiasaan tersebut. Oleh karena itu orang tua
dirumah, guru di sekolah, dan siapapun yang berperan pada
pendidikan seseorang haruslah mengusahakan dan membiasakan
agar seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan baik.
c. Nilai Akhlaq
Akhlaq berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun,
yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
atau tabiat (Ya’qub, 1996:11). Pendidikan akhlaq adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, karena yang
baik menurut akhlaq, baik pula menurut agama. Dan yang buruk
menurut ajaran agama buruk juga menurut agama. Akhlaq
merupakan bentuk realisasi dari wujud keimanan yang ada pada
diri seseorang.
Pada dasarnya faktor bimbingan pendidikan agama terhadap
anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah
25
akan dapat berpengaruh terhadap pembentukan akidah, ibadah, dan
akhlaq yang baik.
B. Gambaran Umum Majelis ta’limManaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma’any
1. Pengertian MajelisTa’lim
Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu
kata majlis dan kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجهس)
adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جهس)
yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir,
1997: 202). Dengan demikian majelis merupakan tempat duduk
melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi
Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta‟līm (تعهم) dalam bahasa
Arab merupakan masdardari kata kerja „allama (عهم) yang
mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah
pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat
orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).
Dengan demikian majelis ta‟lim dapat dipahami sebagai
suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama
yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para
pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha
memasyarakatkan Islam (Siregar, 2003: 16). Majelis ta‟lim juga
diartikan sebagai sarana dakwah dalam pengajaran agama,
26
sesungguhnya memiliki basis yang kuat yaitu sejak Nabi
Muhammad SAW mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah
beliau. (Helmawati, 2013:76).
Adanya majelis ta‟lim di tengah-tengah masyarakat bertujuan
untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong
pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota
masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan
rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78).
Masih dalam konteks yang sama, majelis ta‟lim juga berguna untuk
membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka
membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, menjadi
taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame muslim, dan
menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa (Djaelani, 2007: 237-238).
Sementara itu, maksud diadakannya majelis ta‟lim menurut Chirzin
(2000: 77) adalah:
a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-
hal yang gaib
b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan
hidup manusia dan alam semesta
c. Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi
jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal
27
dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja
produktif untuk kesejahteraan bersama
d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan
yang padat dan selaras.
Masih dalam konteks yang sama, tujuan majelis ta‟lim yakni
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di
kalangan masyarakat Islam, meningkatkan amal ibadah masyarakat,
mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah, membina kader di
kalangan umat Islam, dan lain sebagainya.
Majelis ta‟lim ini termasuk lembaga pendidikan non- formal,
meskipun demikian namun majelis ta‟lim mempunyai kedudukan
tersendiri di tengah-tengah masyarakat (Redaksi Ensiklopedi, 1994:
121-122). Hal ini karena majelis ta‟lim merupakan wadah untuk
membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka
membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Di
samping itu, majelis ta‟lim juga merupakan taman rekreasi
rohaniah, karena penyelenggaraannya dilakukan secara santai.
Faktor lainnya yang membuat majelis ta‟lim cukup diminati
masyarakat, karena lembaga pendidikan non-formal ini adalah
wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam dan
sebagai media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa.
28
2. Pengertian Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any
Manaqib berasal dari bahasa arab dari lafadh naqaba,
naqobu,naqban yang artinya menyelidiki, melubangi, memeriksa,
dan menggali.Kata manaqib jamak dari lafadh manaqibun yang
merupakan isim makan dari lafadh naqaba(Syaifullah, 2000:10).
Dalam al- Qur’an lafadznaqaba banyak dijumpai diantaranya
sebagai berikut:
a. Qs. Al-Maidah 6: 12
( 21: 6: المائدة)
Artinya:”Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari)
Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang
pemimpin dan Allah berfirman,,,”(Departemen Agama RI, 2009:109)
Berarti pemimpin, ini juga sesuai dengan bentuk manaqibyaitu
berisi riwayat hidup seorang pemimpin yang bisa menjadipanutan
umat.
b. Qs. Al-kahfi 18: 97
.
(18:97: اىلكهف)
Artinya:Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa
(pula) melobanginya.(Departemen Agama RI, 2009: 303)
Berarti menolong, ini juga sejalan dengan pengadaan manaqib
yaitu agar mendapatkan berkah dari Allah SWT, yang dapat
menjadiperantara datangnya pertolongan Allah SWT.
29
c. Qs. Qaff ayat 50 : 36
. (36: 50: ق)
Artinya:Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami
binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya
daripada mereka ini, Maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah
pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat
tempat lari (dari kebinasaan)?(Departemen Agama RI, 2009: 520)
Berarti menjelajah, ini berarti seiring dengan salah satu tujuan
munculnya manaqib yaitu menyelidiki, menggali dan meneliti sejarah
kehidupan seseorang untuk selanjutnya dipublikasikan kepada
masyarakat umum agar dijadikan sebagai suri tauladan.
Manaqib juga berarti “riwayat hidup” yang berhubungan
dengan sejarah kehidupan orang-orang besar, atau tokoh-tokoh
penting, seperti biodata tentang kelahirannya, silsilah keturunannya,
langkah perjuangannya, guru-gurunya, sifat-sifatnya, serta akhlak
kepribadiannya.
Kitab manaqib Syech Abdul Qodir al- Jailani sendiri ada
banyak versi atau redaksi meskipun semua isinya hampir mirip,
menurut penulis itu disebabkan oleh jalur sanad ijazah yang
berbeda.Manaqib jawahirul ma‟any merupakan riwayat hidup yang
menceritakan tentang Syech Abdul Qadir Al-Jailani dari
Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-
30
karomahnya sampai pada wafatnya. Sosok ulama agung yang
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menghidupkan agama.
Nama lengkapnya ialah Abu Shalih Sayyid Abdul Qadir ibn
Musa ibn Abdullah ibn Yahya az-Zahid ibn Muhammad ibn Dawud
ibn Musa al-Jun ibn Abdullah al-Mahdi ibn al-Hasan al-Mutsana ibn
al-Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Beliau yang terkenal dengan nama
Abdul Qadir al-Jailani ini lahir pada tahun 470 H.
Ayah beliau beliau dikenal sebagai orang yang tekun
menjalankan syariat agama. Menurut nasabnya, ia masih keturunan
dari Imam Hasan r.a, cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Ibu
Syeh Abdul Qadir Al- Jaelani juga keturunan dari keluarga sufi.
Oleh karena itu tak heran bila mereka melahirkan seorang Syeh
Abdul Qadir Al- Jaelaniyang jga seorang sufi terkenal.
Jika dilihat dari nasab beliau, maka terlihat bahwa nasab
beliau mutawatir yakni sampai kepada Nabi Muhammad SAW, dan
itu artinya beliau memiliki nasab yang mulia. Beliau juga tergolong
pemuda yang cerdas, pendiam berbudi pekerti yang luhur, penurut
nasehat orang tua, dan cinta akan ilmu pengetahuan. Beliau juga
senang melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu,
mencintai fakir miskin dan gemar beramar ma‟ruf nahli mungkar
sesama manusia. Dalam menuntut ilmu beliau tidak hanya kepada
satu guru, namun beliau juga banyak belajar pada beberapa orang
31
guru, sehingga beliau mengembara ke berbagai negara Islam, seperti
Persia, Iraq, Mesir, Jazirah Arab, dan akhirnya menetap di Baghdad.
Syeikh Abdul Qadir Al-jailani adalah seorang tokoh sufi
terbesar dan dikenal luas, termasuk kekeramatan dan ketinggian
derajat kewaliannya. Bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Islam
di seluruh dunia. Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 11 Robiul
Akhir 561 H atau tahun 1164. Beliau wafat dalam usia 90 tahun dan
dimakamkan di Baghdad.Diantara fatwa dan ajaran beliau adalah :
(Sunarto, 2012:53).
1) Seorang fakir yang bersabar lebih utama dari orang kaya yang
bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari
keduanya dan orang fakir yang bersabar dan bersyukur, lebih
utama dari semuanya.
2) Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah,
berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari
Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk
mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa,
berkumpullah dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan
bercerai berai, bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala
dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap
di pintu Allah untuk mohon ampunanNya.
3) Berserah dirilah segala urusan hanya kepada Allah. Apabila
kenikmatan datang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu
32
dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila
cobaan yang menimpa maka sibukkan lah dirimu dengan
kesabaran dan kesadaran. Sadarilah bahwa cobaan yang
menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, melainkan
datang untuk menguji iman.
4) Ketika menghadap Allah swt hendaknya seseorang itu
memberseihkan dirinya dari segala bentuk dosa. dan tidak akan
dibuka hatinya untuk makrifat kepada Allah, kecuali hatinya
dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik.
5) Janganlah mencintai seseorang atau membencinya, kecuali
sudah memperhatikan perbuatanya dengan berdasarkan al-
Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak
sekedar menuruti hawa nafsu.
3. Sejarah Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any
Kitab ManaqibJawahirul Ma‟anydi susun oleh seorang
ulama bernama KH. Ahmad Jauhari Umar. Beliau dilahirkan pada
hari Jumat legi tanggal 17 Agustus 1945, yang keesokan harinya
bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia
yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dan Dr. Muhammad
Hatta. Tempat kelahiran beliau adalah di Dukuh Nepen Desa Krecek
kecamatan Pare Kediri Jawa Timur. Sebelum berangkat ibadah haji,
nama beliau adalah Muhammad Bahri, putra bungsu dari bapak
Muhammad Ishaq.
33
Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin harta benda,
namun mulia dalam hal keturunan. Dari sang ayah, beliau mengaku
masih keturunan Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, dan dari
sang ibu beliau mengaku masih keturunan KH Hasan Besari Tegal
Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan
Kalijogo.
Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal
cinta kepada para alim ulama terutama mereka yang
memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh
Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama.
Jika sowan (berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi
uang atau jajan (oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan
oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat ilmunya
mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH.
Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang
atau jajan oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar.
Dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa, Syaikh
Ahmad Jauhari Umar memilih satu jalan yaitu mendatangi ulama
untuk meminta doa dan berkah dari para ulama yang beliau datangi.
Selesai beliau mendatangi para ulama, maka ilmu yang didapat dari
mereka beliau kumpulkan dalam sebuah kitab “Jawahirul Hikmah”.
Kemudian beliau mengembara ke makam–makam para wali
mulai dari Banyuwangi sampai Banten hingga Madura. Sewaktu
34
beliau berziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan Madura,
Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan Sayyid Syarifuddin
yang mengaku masih keturunan Syaikh Abdul Qadir Al-Al-jailani
RA. Kemudian Sayyid Syarifuddin memberikan ijazah kepada
Syaikh Ahmad Jauhari Umar berupa amalan “MANAQIB
JAWAHIRUL MA‟ANY”. Setelah itu Ahmad jauhari umar mulai
mengajarkan dan “mengijazahkan”’ manaqib ini kepada murid-
murid beliau. Dari murid-murid beliau inilah manaqib ini akhirnya
tersebar luas ke seluruh nusantara karena banyak Fadhilahnya,
bahkan sampai ke negara asing seperti Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, Pakistan, Afrika, Nederland, dll.
4. Maksud dan Tujuan KitabManaqib
Di kalangan nahdliyin dan kelompok Ahlussunah wal
Jamaah membaca manaqibjawahirul ma‟any ataupun
manaqibSyeikh Abdul Qadir Al-jailani merupakan sebuah tradisi.
Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal, diantaranya,
riwayat hidup, kisah teladan, karomah, serta keutamaannya.
Para wali merupakan hamba-hamba yang saleh, dekat dengan
Allah, dan dipilih oleh Allah sendiri. Banyak sejarah hidup para wali
atau yang kita kenal sekarang dengan nama manaqib, yang telah
dibukukan, seperti manaqibjawahirul ma‟any yang didalamnya
memuat riwayat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mana beliau
disemati gelar sebagai sulthan al-awliya` atau pemimpin para wali.
35
Kerena beliau adalah hamba-hamba pilihan Allah maka sudah
sewajarnya jika kita harus mencintai mereka.
Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa kecintaan
kita kepada para wali adalah dengan membaca manaqibnya. Dengan
membaca manaqibnya kita bisa mengetahui kesalehan dan
kebaikannya, dan hal ini tentunya akan menambah kecintaan kita
kepadanya. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai
penyampaian hajat kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh
Abdul Qadir al-Jaelani.
Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf,
yaitu waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai
perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun,
2009:27). Sebagaimana al-Juraisy yang dikutip Maimun, (2009:27)
tawasul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa
dengan maksud doanya itu akan dikabulkan. Sebagaimana Shihab
yang dikutip Maimun, (2009:27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang
menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar
keinginan yang kuat dan mendekat.
Adapun pengertian tawassul menurut para tokoh, diantaranya
yaitu:
a. Menurut Abu Luz ibadayah yang dengannya dimaksudkan
tercapainya ridha Allah dan Surga melalui wasilah
36
(perantara) menuju keselamatan dari api neraka dan
kebahagian masuk surga(Luz, 2004:8)
b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul merupakan
mengerjakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah (Abbas, 2006:132)
c. Menurut Muslih Tawassul merupakan sesuatu yang menurut
Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi
untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat
dikabulkan oleh Allah (Muslih, 2011:51)
d. Menurut Nugroho, tawassul meupakan berdoa kepada Allah
dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuai
yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada
Allah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Nugroho,
2010:121)
Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan
bahwa tawassul merupakan ritual yang dilakukan untuk
mengungkapkan segala hajat, kebutuhan, keinginan dengan wasilah
(lantaran) wali Allah yang diyakini kedekatannya dengan Allah
berharap agar segala hajat tersebut dapat dikabulkan oleh-Nya.
Adapun dasar hukum tawassul termaktub dalam QS. Al-
Maidah ayat 35 dan QS. Al-Isra ayat 57 yang berbunyi:
37
.(03: 6: المائدة )
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.(Departemen Agama RI, 2009: 113)
. (57: 17: االسراء)
Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari
jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih
dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti.(Departemen Agama RI, 2009: 287)
Penyelenggaraan manaqib yang banyak terjadi di tengah-
tengah masyarakat sekarang ini pada umumnya didasari adanya
maksud dan tujuan tertentu secara khusus yang beragam,
diantaranya, mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta
pengampunan dosa, agar terwujudnya insan hamba Allah yang
(beriman, bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik),
untuk memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Al-jailani, untuk
mencintai, menghormati dan memuliakan para ulama, Auliya‟,
Syuhada‟, dan lain-lain. Karena hal ini dianjurkan oleh Rasulullah
38
SAW. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah
ra, yang artinya :
"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku
umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan
diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang
telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri
kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku
sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan
untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk
memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan
kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku,
pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-
lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku
menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk
mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap
kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan
sakitnya."
Demikian anjuran Rasulullah SAW, agar kita selalu
memuliakan para ulama’ baik pada saat masih hidup dengan mengaji
ilmu kepadanya, bertawasul kepadanya maupun dengan berziarah
kuburnya untuk mendoakannya, mengenang sejarah perjuangannya
dan berusaha meneladaninya.
Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW Ahlul
bait atau keluarga dan dzurriyah Rasulullah sangat dimuliakan oleh
Allah dengan menghilangkan dosa-dosa mereka sehingga tetap
terpelihara kesuciannya. Dengan demikian, memuliakan
menghormati dan mencintai Syaikh Abdul Qadir Al-jailani adalah
termasuk memuliakan, menghormati dan mencintai keluarga Nabi.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan danJenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualiatif.
(sugiyono, 2012:9) mengatakan bahwa:
“penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci, teknik pengumpulan data
yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”
Adapun jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2009:11).
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam hal ini
penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya
melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Letak Geografis Desa Sruwen
Desa Sruwen merupakan salah satu desa yang terletak di
kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Jarak dengan kecamatan 7
KM dan jarak dengan kabupaten 45 KM. Adapun jarak batas wilayah
Desa Sruwen sebagai berikut:
40
Tabel 3. 1 Batas Wilayah Desa Sruwen
Batas Wilayah Desa Sruwen
Sebelah Utara Desa Tengaran, Kec. Tengaran Kab. Semarang.
Sebelah Selatan Desa Urutsewu, Kec. Ampel Kab. Boyolali
Sebelah Barat Desa Tegalrejo, Kec. Tengaran Kab. Semarang
Sebelah Timur Desa Sugihan, Kec. Tengaran Kab. Semarang
Berdasarkan data di kantor Kepala Desa Sruwen pada bulan
Desember 2017, desa Sruwen terdiri dari 7 Dusun yaitu Dusun Sruwen 1,
Sruwen II, Sruwen III, Margosuko Putatan, Jembangan, Durensawit,
Krakal Muteran, Gudang Sakti, dan Kebon Batur.
2. Keadaan Demografi
a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Menurut data statistik tahun 2017, jumlah penduduk Desa
Sruwen, jumlah penduduk Desa Sruwen adalah 7698 jiwa, dan
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No RW Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 RW. 001 485 468 953
2. RW.002 414 392 806
3. RW. 003 324 333 657
4. RW. 004 215 215 430
41
5. RW. 005 266 256 522
6. RW. 006 316 335 651
6. RW. 007 377 349 726
7. RW. 008 221 243 455
8. RW. 009 311 329 640
9. RW. 010 337 320 657
10. RW. 011 378 428 806
11. RW.012 135 133 268
13. RW.025 1 2 3
14. RW. 029 1 2 3
15. RW. 32 4 2 6
Jumlah 3791 3907 7698
Sumber : Data Monografi Desa Sruwen
b. Agama
Mayoritas Desa Sruwen penganut agama Islam, beberapa
warga ada yang menganut agama lain. Agama yang dianut oleh
masyarakat Desa Sruwen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama
No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Islam 3790 3903 7593
2. Kristen 1 4 5
3. Katholik 0 0 0
4. Hindu 0 0 0
42
5. Budha 0 0 0
6. Konghuchu 0 0 0
Jumlah 7698
c. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Sruwen,
sebagian besar adalah karyawan swasta
Tabel 3. 4 Data Mata Pencaharian Penduduk
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Wiraswasta 997
2. Pedagang 17
3. Guru 51
4. Pembantu Rumah Tangga 15
5. Buruh tani/ perkebunan 6
6. Buruh harian lepas 1.094
7. Karyawan Swasta 1.454
11 Petani/Pekebun 394
9. Perdagangan 126
10. Kepolisian RI 9
11. Pegawai Negeri Sipil 48
12. Pensiunan 33
13. Pelajar/ Mahasiswa 1.138
14. Mengurus Rumah Tangga 775
43
15. Belum/Tidak Bekerja 1.510
16. Akumulasi pekerjaan Lainnya 31
Jumlah 7698
3. Adat Istiadat
Penduduk Desa Sruwen masih menjujung tinggi adat istiadat,
misalnya gotong royong yang masih berjalan dengan baik , peringatan
besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj dan dalam peringatan hari
Nasional seperti, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dan
lain-lainnya. Di Desa Sruwen juga terdapat pengajian Yasin khusus
untuk bapak-bapak dan remaja putra bahkan, masing-masing RT sudah
ada jadwalnya sendiri dan berjalan dengan baik. Untuk kegiatan ibu-ibu
ada PKK, pengajian Yasinan, Manaqib, berjanji, dan sebagainya, dan
pertemuan rutin bagi karang taruna juga berjalan dengan baik.
4. Kegiatan Keagamaan Masyarakat
Sebagian besar masyarakat Desa Sruwen beragama Islam.
Sehingga ada banyak kegiatan yang dilaksanakan disisni (Sumber: Data
Masyarakat Desa Sruwen). Kegiatan tersebut adalah:
a. Kegiatan Yasinan (pembacaan Surat Yasin dan tahlil) setiap hari
Kamis atau malam Jumat
Kegiatan ini dihadiri oleh para Bapak dan ibu. Tempat
pelaksanaan kegiatan ini di rumah warga secara bergiliran.
44
b. Kegiatan Yasinan Remaja Masjid
Selain Kegiatan para Bapak dan Ibu, Remaja Masjid juga
melaksanakan Kegiatan membaca Qs.Yasiin dan tahlil. Bedanya
untuk tempat biasanya Remaja Masjid lebih memilih di masjid. Hal
ini dikarenakan para remaja tidak ingin merepotkan tuan rumah
dengan menyiapkan hidangan dan jamuan bagi mereka.
c. Kegiatan Mujahadah Istighotsah
Kegiatan mujahadah Istighotsah ini diikuti oleh orangtua
terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu dan remaja. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari Rabu yaitu malam Kamis Legi dan
bertempat di masjid al-Ikhlas. Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul
20.00 – 11.00 WIB.
d. Kegiatan Semaan al-Qur’an
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi
dan diikuti oleh ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja. Semaan al-
Qur’an di Desa Sruwen ini terdiri dari beberapa kegiatan
diantaranya:
1) Setiap hari Minggu Kliwon, Biasanya bertempat di Masjid
atau Mushola dari satu dusun ke dusun lain, secara bergilir
karena kegiatan ini merupakan kegiatan dalam lingkup
Desa.
45
2) Setiap 2 Minggu sekali, biasanya bertempat dirumah
warga yang mengikuti pengajian semaan al-Qur’an secara
bergilir.
e. Pengajian pada peringatan hari tertentu
Biasanya di Desa Sruwen ini rutin dilaksanakan baik
pengajian lingkup Dusun maupun pengajian akbar untuk
memperingati hari-hari tertentu. Misalnya isra’ mi’raj, Maulud
Nabi dan lain-lain.
f. Kegiatan TPA
Bagi anak-anak yang duduk di SD-SMA, mereka di beri
tambahan pelajaran mengenai agama Islam di TPA setiap sore hari.
Pelaksanaannya dari hari Senin-Sabtu, di berbagai TPA yang ada
di Desa Sruwen. Di sini mereka belajar membaca iqra dan Al-
Qur’an, menghafal bacaan shalat dan doa sehari-hari, belajar ilmu
tajwid dan mendengarkan kisah-kisah teladan dari 25 Nabi.
g. Shalawatan
Setiap hari Senin malam, para remaja bersama bapak-bapak
dan ibu-ibu membaca shalawat bersama-sama dan kegiatan ini
dilaksanakan di masjid.
Penelitian ini dilaksanakan di Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Jawahirul Ma‟any, yang dipimpin oleh Ustadz Nur Hanani dan
khususnyabertempat di Aula Darul Madani Desa Sruwen Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Dan waktu penelitiannya dimulai pada
46
bulan Januari 2018. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena melihat
masyarakat di Desa Sruwen lebih antusias dalam majelis ta‟lim
manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any dibanding dengan majelis lainnya,
dan juga peneliti ingin mengetahui apa nilai-nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam majelis ta‟lim tersebut.
C. Sumber Data
Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya
melalui:
1. Sumber Data Primer (Utama)
Sumber data utama adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006:253).
Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang
dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi
permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.
Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah
Ustadz Nur Hanani (selaku pemimpin Majelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any), dan perwakilan jamaah Majelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Dari informan-
informan kunci tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut
kepada pihak-pihak terkait.
2. Sumber Data Sekunder (Pendukung)
Sumber data pendukung merupakan serangkaian data yang
digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang
47
didapatkan dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Adapun
sumber-sumber data pendukung dalam penelitian ini ialah seluruh
jamaah Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui:
1. Wawancara
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan atau data
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara (Syofian, 2010:130). Arikunto (2010:
270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara yaitu
sebagai berikut:
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja
kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil
wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari
pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban
responden.
b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.
48
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara
terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan
Instrumen pertanyaan tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam majelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Untuk memperoleh
data tersebut, maka pewawancara akan melakukan wawancara dengan imam
atau pemimpin, dan sebagian jamaah majelis ta‟lim manaqiban jawahirul
ma‟any sebagai respondennya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode wawancara terbuka sehingga subjek tahu bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara tersebut.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap
kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan
penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi
objek penelitian tersebut (Syofian, 2010:134).
Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati
secara langsung pelaksanaan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Dengan hal tersebut dapat diketahui gambaran tentang
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa
Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Hasil observasi
kemudian dapat diambil kesimpulan atas apa yang telah diamati.
49
3. Dokumentasi
Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu
dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-
arsip, dokumen-dokumen, maupun rekaman kegiatan atau aktifitas
pada Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’any di
Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dalam Moleong (2009: 248)
merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah
peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192).
Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen
utama yaitu:
50
1. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan(Moleong,
2009:248)
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu
data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.
Dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses living in dan living out,
maksudnya data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang
(tidak terpakai) adalah living out (Sugiyono, 2013:244)
Kegiatan analisis data biasanya berjalan serempak, artinya hasil
pengumpulan data kemudian ditinjak lanjuti dengan menganalisis data
ulang. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak dan setelah
proses pengumpulan data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkon, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
pada akirnya kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diversifikan.
51
2. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Display data merupakan proses menampilkan data
secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik
dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai
oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.
Penyajian data ini bertujuan untuk membatasi suatu penyajian
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Jadi data yang
sudah direduksi dan diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang
diteliti, sehingga kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau
verivikasi. Data yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan
reduksi data, kemudian peneliti mengelompokkan berdasarkan pokok
permasalahannya hingga peneliti dapat mengambil kesimpulan.
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya(Sugiyono, 2006:252).Mengambil simpulan
merupakan proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul dalam
bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas.
Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan yang masih perlu
52
disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan
diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir lebih
bermakna dan lebih jelas.
Pada tahap verification dalam teknik analisis data ini peneliti
berusaha menarik kesimpulan berdasarkan tema nilai-nilai pendidikan
Islam dalam majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’anyuntuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan.
Kesimpulan ini terus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga
mencapai kesimpulan yang lebih mendalam.
Selanjutnya ketiga komponen analisa tersebut yang berupa reduksi,
penyajian data, dan vertifikasi terlibat dalam proses saling berkaitan,
sehingga dapat menemukan hasil akhir dari penelitian data yang disajikan
secara sistematis yang berdasarkan pada tema nilai-nilai pendidikan Islam
dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any yang
dirumuskan. Tampilan data yang dihasilkan digunakan untuk interupsi
data. Kesimpulan yang ditarik setelah diadakan cross chek terhadap
sumber lain melalui wawancara, pengamatan dan observasi. Sehingga
dengan adanya proses analisis data tersebut maka peneliti akan bisa
menjawab fokus masalah yang membutuhkan jawaban dengan jalan
mengadakan penelitian di majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen.
53
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang
nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu adanya
kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (Sugiyono, 2006:302).
Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan
pengecekan data yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini, untuk
menguji keabsahan data dilakukan dalam beberapa bentuk meliputi:
1. Triangulasi Sumber, Menurut Patton dalam Moleong (2009:330)
“triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda”. Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,
diantaranya:
a. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil
pengamatan,
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan yang dikatakan secara pribadi,
c. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu
dokumentasi,
d. Data yang diperoleh dilakukan pada data yang
dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang
54
berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut
sehingga dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian
menghasilkan suatu kesimpulan.
2. Triangulasi teknik merupakan pengecekan data kepada sumber yang
sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006:307).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap data
yang telah diperoleh melalui wawancara kemudian membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan demikian akan
menghasilkan data yang valid.
G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian tetang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan
majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa
Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dibagi menjadi lima
tahapan. Adapun yang pertama tahapan perencanaan, kedua Persiapan dan
tahap ketiga pelaksanaan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini peneliti memubuat rencana judul yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu dengan mencari berbagai data dan sumber-
sumber buku di perpustakaan.
2. Tahap Pesiapan
Peneliti mengajukan judul skripsi nilai-nilai pendidikan Islam
dalam kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
55
ketua jurusan pendidikan agama Islam, kemudian menyusun proposal
penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
Merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian. Karena pada
tahap pelaksanaan ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang berkaitan dengan fokus penelitian dari lokasi penelitian
dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek penelitian
dengan melakukan tehnik dokumentasi dengan obyek penelitian, dan
melakukan wawancara.
4. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini penulis menyusun semua data yang berupa
reduksi data, penyajian data, vertifikasi yang sudah diolah dan disusun,
disimpulkan, divertifikasi dan setelah terkumpul secara sistematis dan
terinci sehingga data tersebut mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain secara jelas.
5. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap paling akhir dari sebuah
penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dianalisis
dan dikumpulkan dalam bentuk skripsi, yaitu berupa laporan penelitian
dengan mengacu pada peraturan penulisan skripsi yang berlaku di FTIK
IAIN Salatiga.
56
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan majelis ta‟lim manaqiban
kitab Jawahirul Ma‟any, nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang
terkandung dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any
Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dapat didasarkan
pada informasi yang berhasil dihimpun melalui beberapa informan yang
penulis rasa dapat mewakili keseluruhan tentang majelis ta‟lim manaqiban
kitab Jawahirul Ma‟any dengan rincian tabel sebagai berikut ini:
Tabel3.5 Daftar Nama Informan
No Nama Informan Kode
Informan
Tanggal
Wawancara
Jabatan
1 Nur Hanani NH 10 Maret 2018 Imam Majelis
2 Jumardi JM 8 Maret 2018 Jamaah
3 Wahyono WH 8 Maret 2018 Jamaah
4 Muqorrobin MQ 9 Maret 2018 Jamaah
5 Eko Fuji Setiawan EF 9 Maret 2018 Jamaah
6 Ihsan Umam IU 9 Maret 2018 Jamaah
7 Yasiroh YS 8 Maret 2018 Jamaah
8 Masiroh MS 8 Maret 2018 Jamaah
9 Isna Nur Bukhoriyati IB 9 Maret 2018 Jamaah
57
Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil
penelitian observasi, interview, maupun dokumentasi, maka peneliti akan
menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan Islam
dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Jawahirul ma‟any. Adapun
data-data yang akan dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’any
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any
merupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa
Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk
mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat
manfaat di dalamnya. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat
tempat yang kondusif untuk berdoa bersama atau bertawassulkepada
Syech Abdul Qadir al-Jailani, menyampaikan segala hajat, keinginan,
kebutuhan, maupun segala permasalahan kehidupan yang dialami oleh
masyarakat. Majelis ini diadakan setiap satu minggu sekali dan tepatnya
pada setiap malam senin di Aula Darul Madani.
2. Sejarah Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anydi
Desa Sruwen
Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa
Sruwen ini dilatar belakangi adanya niat untuk nguri-nguri dan menjaga apa
yang menjadi tradisi sekaligus yang telah ditanamkan oleh para ulama
58
terdahulu. Nguri-nguri ini merupakan kegiatan menanam atau proses
membudidayakan sesuatu dan dilaksanakan dalam rangka menjaga
warisan para ulama‟. Dan juga imam majelis mendapat ijazah dari guru
(Asyhuri Muntaha pengasuh pondok pesantren Nurul Furqon Blibis,
Susukan, Semarang) untuk mengamalkan manaqib Jawahirul Ma‟any.
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi
Desa Sruwen mengalami perkembangan yang sangat pesat, sesuai
pendapat dari narasumber sebagai berikut:
“Yang kita rasakan karena apa namanya,,, a,,, mungkin prosesnya
yang tidak lama, saya katakan praktis tadi dan terutama para
jamaah itu bisa merasakan manfaatnya. Maka praktis semakin
kesini alhamduliallah semakin banyak dan bahkan a,, kita
mengadakan juga di desa Sruwen itu kita memberi jadwal di
masing-masing dusun bertempat di Mushola atau Masjid tiap
lapan. Jadi misalnya Sruwen I hari apa? Kemudian Sruwen II hari
apa? Dan kita rencanakan ini nanti menyeluuruh sedesa Sruwen
bisa diubengi manaqib. Alhamdulillah ini sudah separonya kita
melaksanakan itu, dan a,, kekuatan kita tidak hanya dari jamaah
tapi justru para motor-motor penggerak yaitu dari para anshor
dan banser desa Sruwen. Yang dalam hal ini a,,, apa
mengatasnakan diri rijalul anshornya. Dadi memang rijalul
anshor itu a,,, apa namnya, tugas pokok dan fungsinya adalah
mengadakan semacam jamaah-jamaah diwilayahnya. Jadi bisa
dikatakan alhamdulillah tidak semakin sedikit atau tetap tapi
bahkan semakin hari semakin bertambah jamaahnya.” (NH)
3. Pelaksanaan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’anydi Desa Sruwen
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyini dilaksanakan melalui berbagai
tahapan sesuai penuturan narasumber NH:
59
“Tahap persiapan yakni memanggil jamaah dengan sholawat dan lagu-
lagu Islami dan setelah jamaah berkumpul kemudian masuk ke tahap
pelaksanaan yang sebelumnya memberikan muqoddimah atau motivasi
dan semangat kepada para jamaah. Membaca asmaul-husna sampai
akhir.Membaca syahadat dan Istighfar. Masuk ke proses pembacaan
manaqib yang sebelumnya didahului dengan hadhoroh. Membaca
sholawat 100X shollollohu. Membaca burdah maulayasholliwasllimdaa
iman abada 11X, Membaca manaqib, Ritual khusus yaitu tawajuhan.
Pembacaan doa, setelah itu pembacaan sholawat sekaligus asyroqolnya.
setelah itu mauidhoh hasanah jika waktu masih longgar. Setelah selesai
kita jagongan sambil ramah tamah, kalau ada yaa sambil makan minum
dan kemudian pulang dengan membawa hasil masing-masing.(wawancara
tgl 10 Maret 2018 pukul 17.00 di Gazebo depan rumah NH)
a. Tahap Persiapan
Penataan tempat atau aula Darul Madani, pemutaran sholawatan
maupun lagu-lagu Islami untuk memanggil jamaah dan juga penataan
hidangan yang akan disajikan untuk jamaah oleh remaja sekitar.
Pemutaran sholawat maupun lagu-lagu Islami ini merupakan sebuah
kreasi dan inofasi dari imam majelis yang disesuaikan dengan
kebutuhan zaman. Persiapan ini dilakukan supaya saat berlangsungnya
kegiatan tidak menganggu jamaah.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pemberian muqoddimah atau motivasi dan semangat kepada
jamaah.
Motivasi merupakan sebuah dorongan atau alasan yang
mendasari semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Dalam
Pemberian motivasi atau semangat di sini, dimaksudkan untuk
memberikan dorongan maupun motivasi kepada jamaah untuk
lebih antusias dalam mengikuti majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
60
Manaqib Jawahirul ma‟any. Dan juga untuk meningkatkan kualitas
beribadah agar lebih khusyuk dan bersungguh-sungguh.
2) Membaca asmaul husna.
Asmaul husna merupakan 99 nama yang dimiliki Allah.
Nama-nama inilah yang melambangkan dan memperlihatkan
betapa besarnya kekuasaan Allah. Dalam majelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini diawali dengan membaca
asmaul husna dengan tujuan agar majelis ta‟lim tersebut mendapat
manfaat dan berkah dari bacaaan asmaul-husna.
3) Membaca Syahadat dan Istighfar.
Sebagaimana kita yakini bahwasannya syahadat itu
menjadi sebuah dasar, sebagai suatu pondasi tentang keislaman
seseorang. Rukun islam itu yang pertama pembacaan syahadat.
Dan karena dinamika kehidupan yang demikian keras, kemudian
banyak sekali hal-hal yang menjadikan kita sering khilaf, lupa dari
tujuan hidup itu sendiri. Maka secara otomatis kadar atau nilai dari
pada keislaman kita juga berkurang. Maka dari itu dengan
pembacaan syahadat kita harapkan untuk memperbaiki kualitas
keislaman kita. Dengan menyaksikan. Mengakui, bersaksi
bahwasannya tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah.
Dan sekaligus mengakui, meyakini bahwasannya muhammad
adalah utusan Allah.
61
Kemudian dilanjutkan dengan bacaan istighrfar. Nabi
Muhammad Sawi, beliau itu maksum (terjaga dari maksiat) itu saja
sehari semalam tidak kurang dari 100 X membaca istighfar.
Kemudian bagaimana dengan kita, sebagai umatnya yang tidak
terjaga dari semua itu. Maka sedikit banyak kita mengkikis,
melebur dosa-dosa kita dengan membaca istighfar, sebagai sarana
pertobatan kita. Dan ketika hal itu sudah kita lakukan seberapapun
manfaatnya dalam hal ini adalah yang berkenaan dengan diri kita.
Otomatis karena yang akan kita lakukan adalah ritual yang
kebaikan, memasukinya dengan kondisi yang baik pula.
4) Proses pembacaan manaqib dengan didahului hadhoroh.
Hadhorohini ditujukan kepada Nabi Muhammad, kepada
para auliya, syhada‟,sholihin, dan khusunya kepada Syech Abdul
Qadir al-jaelani, kepada para guru, dan tidak lupa hadhoroh kepada
orang-orang tua kita, dan umumnya kepada kaum muslimin
muslimat. Tujuannya adalah agar tersambung secara ruhaniyah.
Jadi ketika jalinan ruhaniyah itu sudah tersambung, secara
otomatis diibaratkan kabel yang sudah terbentang, kemudian
diujungnya ada lampu bolam. Kemudian sudah dikaitkan dengan
sumber daya listrik tinggal menekan saklar nanti akhirnya hiduplah
lampu itu.
5) Membaca sholawat 100 X, Bacaannya yaitu :
ذ صه هللا عه محم
62
6) Membaca burdah 11 X
صم وسهم دائما اتذا عه حثثك خرانخهق كههم مىال
7) Pembacaan manaqib.
8) Ritual khusus yaitu membaca qasidah tawassul,
Qasidah ini merupakan tawassul dalam memohon
pertolongan Allah melalui para kekasihnya, berikut bacaan qasidah
tawassul beserta artinya (Sunarto: 2012:107)
ثـنـا لجـم هللا عثــاد هللا رجــال هللا أغ
Wahai Hamba hamba Allah, Wahai wali-wali Allah. Tolonglah
kami karena Allah
عـسـ نخـــط تـفضـــــم ل وكـىنـىاأونـنــــا ل
Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena
anugerah Allah
وـاأحثــاب وـاساد ات وـاأقـــطاب وـاأ نجـــاب
Wahai para wali qutub, wahai para wali yang dermawan, wahai
para sayyid dan habaib (keturunan Rasulullah saw.)
وأنــتم ـــاأن ال نثـــــاب تـعـانـىوانـصـــروا ل
Wahai para wali yang memiliki akal sempurna, engkau adalah
penolong, penyantun, datanglah kemari, tolonglah karena Allah
نــف رجىنكـم ســـأ ننــــاكــم سـأننـــاكــم ونهـز
Dengan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan
engkau kami memohon dengan mengharapkan do’amu kami dekat
dengan Allah
أمـرقـصــذ نـاكــم وف وا عـزمـــكــم ل فـشـــذ
Dengan maksud perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami,
karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah.
تســادات إشــــارت فــــارت ــقــه تحـقـ
63
Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan-tuan yang menjadi
wali, kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami.
تشـــــــارج تـأ ت عـس وــصـــف وقـــتـــــنا ل
Semoga lekas datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih
untuk beribadah karena Allah
ورفــــع انثــــن من تـــن تكشف انحجة عن عــن
Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan
penghalang antara kami dan Allah.
ــف وانعـن تـنـىرانـىجــه ـا هللا وطـمـس انك
Dan terhapusnya keraguan, bagaimana Allah dan dimana Allah
dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah.
من تـانهـذي جنــاع صــلج هللا مـىنـنـــــا ه
Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan
kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada
kami.
ـــــع انخــهــق عنـــذ هللا ومن تانحـــق أونـنـــــا شـفـ
Yaitu nabi Muhammad, yang memberikan Islam sebagai agma
kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk disisi Allah.
9) Tawassulan kepada Syech Abdul Qadir al-Jaelani
Membaca manaqib ini adalah bagaimana kita bisa
bertawasul, membuat wasilah atas semua keinginan, doa, hajat kita
agar diijabahi, dikabulkan oleh Allah. Dan hal ini dilakukan bukan
tanpa dasar, karena memang menjadikan auliya‟ sebagai perantara
doa kita itu diperbolehkan dalam syariat.
10) Pembacaan doa
11) Pembacaan sholawat sekaligus asyroqol (mahalul qiyam)
64
Bacaan sholawat adalah ungkapan yang berisi persembahan
rahmat untuk Rasulullah saw, dan juga merupakan sebuah
refleksikecintaan seorang muslim kepada Nabinya, segbagian
modal dasar untuk mendapatkan syafaat (pertolongan-Nya).
12) Mauidhoh hasanah.
Mauidhoh hasanah ini disampaikan setelah semua ritual
selesai. Dalam mauidhoh hasanah ini imam majelis
menyampaikan hikmah-hikmah, maupun ilmu pengetahuan Islam.
Karena manusia itu memiliki sifat manusiawi seperti sering lupa,
salah kalau tidak diingatkan dan lain sebagainya. Mauidhoh
hasanah ini bertujuan untuk mengingatkan dan menambah
kesadaran jamaah akan arti pentingnya hidup ini.
13) Pembagian air doa sekaligus ramah tamah sambil menikmati
hidangan.
Dalam prosesi majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma’any selalu disediakan air putih, dah bahkan dari
para jamaah juga ada yang membawa sendiri dari rumah. Air
putih itu diletakan didepan imam majelis. Hal itu dimaksudkan
untuk mentransfer energi kebaikan dari pembacaan manaqib ke
dalam air. Karena air itu merupakan objek yang sangat netral
untuk menerima transfer atau menerima energi apapun. Ketika
majelis itu kita yakini sebagai majelis yang baik, maka otomatis
energi yang masuk, yang disalurkan ke air tersebut adalah energi
65
yang positif. Dan diharapkan dengan air itu bisa dijadikan wasilah
untuk kesehatan, dan untuk berbagai macam keinginan,
kebutuhan dari para jamaah.
4. Tujuan Kegiatan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’anydi Desa Sruwen
a. Tujuan utama dalam kegiatan majelis ini yaitu memberikan sarana
untuk berdoa bersama bagi umat Islam, khususnya bagi jamaah yang
memiliki hajat, ataupun keinginan-keinginan yang hendak dituju. Dan
juga sebagai sarana mencari pencerahan ataupun soliusi dari segala
problematika kehidupan yang dialami. Dalam majelis ini jamaah
berdoa bersama-sama kepada Allah dengan menjadikan Syekh Abdul
Qadir al-jaelani sebagai wasilah atau perantara hajat mereka agar
dikabulkan oleh Allah.
b. Mengembalikan manusia yang telah kehilangan laku, sepertihalnya
yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu yakni puasa, riyadhoh dan
lain sebagainya. Majelis ini mencoba untuk mengembalikan sisi-sisi
itu agar manusia kembali kepada laku tersebut melalui perantara
riyadhoh dengan amalan manaqib Jawahirul Ma‟any.
c. Memberikan sarana menyambung tali silaturrahmi maupun
memperkuat jalinan ukhuwah Islamiyah bagi jamaah.
5. Motivasi jamaah mengikuti Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen, diantaranya:
66
a. Bermunajah bersama mengungkapkan segala hajat.
Menurut penuturan dari narasumber YS:
“Seng motivasi yoo,,,, bisa bermunajah bersama-sama dan
mengungkapkan segala hajat-hajat kita kepada Allah melalui
bacaan-bacaan manaqib terutama waktu dalam berdoa.”
(wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.10 di Rumah YS)
Munajah secara bahasa berarti berbisik atau berbicara
secara rahasia. Secara istilah munajah merupakan melakukan
ibadah baik dalam bentuk perbuatan, ucapan, maupun doa dengan
sepenuh hati, khusyuk dan tawadhuk, dengan suara yang lembut
sehingga terasa dekat sekali kepada Allah swt, untuk mengharap
keridhaan, ampunan, hidayat dan pertolongan-Nya. Usaha tersebut
hanya bisa dicapai dalam posisi antara kedua pihak yang sangat
dekat, inilah yang disebut munajah.
Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’anyini mengantarkan para jamaah untuk mencapai suatu
kondisi terdekat dengan Allah. Dengan begitu para jamaah dapat
mengungkapkan segala hajat dunia maupun akhirat dengan
sepenuh hati dan penuh pengharapan hanya kepada Allah swt.
b. Mendekatkan diri kepada Allah.
Mendekatkan diri kepada Allah atau dalam istilah bahasa
Arabnya yakni Taqarrub, yang berasal dari kata qurb (dekat), dan
aqriba (kerabat). Kata taqarrub ini dalam bahasa arab artinya
mendekat. Taqarrup merupakan usaha untuk mendekatkan diri
67
kepada Allah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan-Nya.
Kedekatan manusia dengan Allah disini bukan dalam arti
fisik, karena Allah dengan semua sifat dan perbuatan-Nya tidak
mungkin bisa dibayangkan. Sesuatu yang dapat dibayangkan
adalah materi dan Allah bukan bersifat materi. Antara Allah dan
manusia tidak ada jarak ruang dan waktu dalam arti materi. Antara
Allah dengan manusia yang jaraknya disebut oleh al-Qur’an
dengan qarib (dekat) bermakna abstrak, yaitu jarak yang terjadi
antara rohani (hati) manusia dengan Allah.
Seperti penuturan IB:
“Menjadikan kita selalu ingat Allah SWT, kita jadikan majelis
tersebut untuk berdoa kepada Allah bahwasannya Allah lebih dekat
dari urat nadi kita.”(wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 17.10 di
Aula Darul Madani)
Ini merupakan pernyataan Allah untuk manusia. Allah
mengingatkan bahwasannya Dia sangat dekat dengan hamba-
hamba-Nya. Apabila hamba mendekati-Nya, pasti Allah akan lebih
mendekati si hamba. Dan sebaliknya apabila hamba menjauhkan
diri dari Allah, sudah tentu Allah jauh darinya.
Dengan menekuni bermacam-macam ibadah dan salah
satunya melalui bacaan dalam manaqib Jawahirul Ma‟any ini para
jamaah berupaya untuk taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada
Allah).
68
c. Mengharap keberkahan hidup.
Seperti penuturan EF:
“Pertama mengikuti itu belum ada motivasi karena belum tahu apa
itu manaqib Jawahirul Ma‟any. Next pertemuan 2 sampe 3x
motivasi baru ada, aku beranggapan sejarah itu penting, manaqib
kan sejarah atau cerita-cerita terpuji. Dengan sejarah itu, tentunya
memotivasi untuk mencari keberkahan dalam perjuangan
hidupku.”(wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul
Madani)
Keberkahan bermakna bertambahnya suatu kebaikan. Dia
adalah puncak dari rasa optimis yang dirasakan manusia. Jadi
berkah itu mengandung makna turunnya kebaikan illahi. Berkah
disini sering kita jadikan tujuan hidup disamping mencari ridho
Allah. Mencari keberkahan hidup pada hakikatnya adalah mencari
kebahagiaan.
Keberkahan tidak akan datang dengan maksiat. Dia juga
tidak bisa tiba sesuka hati manusia. Keberkahan hanya datang dari
sisi Allah, diberikan kepada siapa yang dikehendaki.
Jamaah majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’any berharap dengan lantaran majelis tersebut, mereka dapat
menemukan keberkahan hidup baik itu keberkahan umur, waktu,
rezeki, ilmu, dan masih banyak keberkahan hidup lainnya.
d. Bertawassul kepada Syech Abdul Qadir al-Jailani.
Sesuai dengan penuturan narasumber IU:
“Seng pertama mendekatkan diri kepada Allah dengan bertawasul
kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jaelani”(wawancara tgl 9
Maret 2018 pukul 16.30 di Aula Apung Darul Madani)
69
Tawassul bermakna berdoa kepada Allah swt melalui
perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun
melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih
dekat dengan Allah swt.
Di dalam manaqib Jawahirul Ma‟any ini menjadikan Syech
Abdul Qadir al-Jailani sebagai perantara permohonan hajat,
keinginan, kebutuhan, dan solusi dari segala permasalahan hidup
yang dialami oleh jamaah.
Sepertihalnya yang tertera di dalam manaqib dijelaskan
bahwa,
”dikatakan kepadaku antara malam dan siang tujuh puluh kali:
“Aku memilihmu untuk diriku.” Dan diuacapakan lagi kepadaku
tujuh puluh kali: “Engkau dijadikan atas Pemeliharaan-Ku.” Demi
keagungan Tuhanku, sesungguhnya orang-orang yang beruntung
dan celaka diperlihatkan kepadaku, dan diberhentikan
dihadapankun dan sungguh nur mataku ada yang tinggal di Lauhil
Mahfudz, saya menyelam di dalam lautan ilmu Qadim, saya adalah
hujjah Allah terhadap kalian semua yang pada hari kiamat, saya
sebagai pengganti dan pewaris Rasulullah saw.” Dikatakan
kepadaku: “wahai Abdul Qadir bicaralah, maka dari ucapanmu
akan didengar.” Syakh Abdul Qadir al-Jailani berkata: “Demi
Allah, saya tidak akan minum sehingga dikatakan
kepadaku:”Wahai Abdul Qadir dengan hakku untukku, silahkan
minum.” Dan saya tidak akan makan sehingga dikatakan
kepadaku: “Dengan hakku untukku, silahkan makan, dan aku telah
selamatkan engkau dari segala yang merusak. Maka tahun, bulan,
minggu, dan hari, semuanya memberi salam kepadaku serta
memberitakan kejadian-kejadian yang akan terjadi waktu-waktu
tersebut.” Pada suatu ketika beliau berada di atas kursinya dan
berkata: “Apabila kalian minta kepada Allah, maka mintalah
dengan tawassul kepadaku.”(Sunarto: 2012:94)
70
6. Dampak Positif mengikuti Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma’any.
a. Hati merasa tenang.
Menurut penuturan dari narasumber YS:
“Membuat hati tambah tenang dan tambah mendekatkan diri kepada
Allah. Dan merasakan kekurangan kita”(wawancara tgl 8 Maret
2018 pukul 14.10 di Rumah YS)
Menurut penuturan MS:
“Hatine seneng, ayem, kepenak”. (wawancara tgl 8 Maret 2018
pukul 15.00 di Rumah MS)
Sedangkan menurut penuturan dari IB:
“Hati menjadi lebih tenang, adem, ayem, tentrem”. (wawancara tgl
9 Maret 2018 pukul 17.10 di Aula Darul Madani)
Setiap orang yang beriman kepada Allah swt wajib meyakini
bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki
adalah dengan berdzikir kepada Allah swt, membaca al-qur’an,
berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha
indah, dan mengamalkan ketaatan kepadanya
Kehadiran majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any ini mengajak jamaah untuk sejenak melupakan
kehidupan duniawi dengan mengalihkan segala fokus pemikiran,
perbuatan hanya untuk mengingat Allah semata. Jika jamaah sudah
berhasil melakukan hal tersebut maka yang ada hanyalah Allah. Dan
71
otomatis situasi menjadi sangat kondusif, nyaman, tenang, bahkan
diharapkan kita bisa khusyuk berdoa kepada Allah swt.
b. Terkabulnya hajat.
Setiap orang pasti selalu memiliki keinginan atau cita-cita
atau hajat yang akan terus ada selama hidupnya. Entah itu
menginginkan kesehatan, kesuksesan, jodoh, rezeki atau yang
lainnya. Sudah pasti modal untuk mencapai keinginan tersebut
adalah doa, niat atau tekad yang kuat dan usaha. Usaha itu wajib
namun tidak boleh menomorsatukan usaha kemudian baru berdoa
karena hal itu dinilai sombong oleh Allah. Maka yang harus
dinomorsatukan adalah doa terlebih dahulu kemudian baru berusaha.
Jika sudah demikian maka Allah pasti akan memudahkan,
membantu, mengabulkan apa yang menjadi hajat kita.
Seperti penuturan dari narasumber MQ:
“,,,,insyaAllah yang aku rasain hajat-hajatku dapat terwujud yaa
walaupun ngak seluruhnya dikabulkan oleh Allah,,,,” (wawancara
tgl 9 Maret 2018 pukul 21.15 di Aula Darul Madani)
Jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any berupaya untuk berdoa kepada Allah dengan menjadikan
Syech Abdul Qadir al-Jailani sebagai perantara doa tersebut. Mereka
berharap supa Allah dapat mengabulkan hajat mereka dan
memberikan pertolongan-Nya untuk mereka yang sedang
dihadapkan dengan segala persoalan hidup lainnya.
72
c. Berhati-hati dalam mengambil tindakan dan keputusan.
Menurut penuturan dari narasumber EF:
“Hidup lebih rekoso, peka situasi dan kondisi. Terutama untuk
masalah-masalah yang saat ini dialami, dan bisa berfikir panjang
untuk mengambil tindakan atau keputusan”. (wawancara tgl 9
Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul Madani)
Memikirkan setiap keputusan yang diambil adalah tindakan
yang bijaksana. Hal ini akan membuat kita lebih berhati-hati dalam
segala keputusan yang akan diambil. Lebih bijaksana berarti lebih
dewasa dalam segala hal. Yang akan menghindarkan kita dari
kemungkinan resiko-resiko buruk yang akan menimpa dalam hidup
kita.
Dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any ini pernah suatu saat imam majelis memberikan mauidhoh
hasanah untuk para jamaah agar lebih peka dengan kondisi saat ini.
Kondisi dimana zaman ini benar-benar memasuki zaman akhir. Yang
mana tanda-tandanya telah terlihat dengan jelas. Maka jamaah
diingatkan untuk lebih berhati-hati lagi dalam menjalani kehidupan
ini dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.
d. Manfaat yang bisa langsung dirasakan.
Menurut penuturan dari narasumber IU:
“Bisa dibilang membaca manaqib ini adalah seperti azimat yang
bisa langsung dirasakan. Seperti contoh, setiap majelisan ini
selalu ngedep air putih yang diasma‟ dengan barakah dari bacaan
manaqib ini untuk kesehatan dan lain-lain”. (wawancara tgl 9
Maret 2018 pukul 16.30 di Aula Apung Darul Madani)
73
Yang dimaksud manfaat yang bisa langsung dirasakan
disini ialah salah satunya dengan meminum air putih yang tadinya
telah diransfer energi kebaikan-kebaikan melalui bacaan manaqib.
Dan diharapkan dengan air itu bisa dijadikan wasilah untuk
kesehatan, dan untuk berbagai macam keinginan, kebutuhan dari
para jamaah.
7. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen
a. Nilai Iman Kepada Allah
Dalam manaqib dijelaskan juga beberapa fatwa dan ajaran
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani salah satunya yaitu:
“Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah,
berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari
Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk
mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah
dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai,
bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan
berlumuran noda dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk
mohon ampunan-Nya”.(Sunarto: 2012:54)
Merujuk pada fatwa dan ajaran beliau Syech Abdul Qadir al-
Jailani tersebut diatas, bahwasannya pada intinya kita disuruh untuk
beriman kepada Allah dengan menjalankan segala apa yang
diperintahkan-Nya mengikuti Rosulnya dan menjauhi segala larangan-
Nya.
b. Nilai Cinta Kepada Rosulullah
Menurut penuturan dari narasumber MS:
74
“,,,,lan cinta karo kanjeng nabi kanthi sholawatan”. (wawancara tgl 8
Maret 2018 pukul 15.00 di Rumah MS)
Dalam rangkaian majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any Usai pembacaan sholawat dan mahalul qiyam
imam majelis membacakan doa sholawat yang salah satu isi doanya
adalah sebagai berikut:
“Disana ada kubah bermawarna hijau, disanalah beliau
dimaqomkan. Kita berjalan menuju kesana. Yaa Rosulullah kami
datang menuju kesini tujuan kami tidak lain hanyalah engkau. Saya
sudah berada di depan pintu, bukakanlah wahai Rosulullah. Setelah
dibukakan kita langsung mencurahkan segala rasa cinta kita kepada
Rosulullah. Terimalah cintaku wahai Rosulullah. Mengingatmu
adalah sebagai obat bagi kami. Namamu bagaikan cahaya
dimanapun kami berada dan anak-anak kita”.(penjelasan Imam
Majelis, Kamis, 15 Maret 2018)
Pada saat sholawatan berlangsung kita dilatih untuk tidak
hanya sekedar membaca sholawat, namun kita dilatih untuk
menghadirkan Rosulullah dan kita harus meyakini bahwa Rosulullah
hadir dalam majelis tersebut.
c. Nilai Kezuhudan
Di era modern saat ini banyak orang yang terpikat oleh
keduniawian semata dengan segala kenikmatan yang ditawarkannya.
Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanyalah bersifat sementara,
jangan sampai kita terpedaya dengan kesenangan tersebut, serta lalai
dari memperhatikan urusan akhirat. Yang sesungguhnya kenikmatan
yang teragung yaitu kenikmatan yang akan dirasakan kelak di yamil
75
akhirat. Kenikmatan akhirat itulah yang akan membawa manusia
kepada kemuliaan yang kekal.
Sepertihalnya dalam manaqib diterangkan bahwa:
“Adabiyah beliau meniru adabiyah Syaikh Mursyidnya yang sudah
sempurna dan senantiasa terpelihara dari inayah Allah. Sehingga
derajat kewaliannya terus meningkat pada kesempurnaan, karena
cita-cita yang luhur dapat mengalahkan sifat yang tercela dan nafsu
syaithoniyah yang menyesatkan. Dan juga secara intensif melakukan
riyadhah dan memerangi nafsu, sehingga beliau meninggalkan apa
yang menjadi kesenangannya dan hal-hal yang diperbolehkan, juga
meninggalkan keramaian dunia, pergi mengembara ke hutan di negeri
Iraq selama dua puluh lima tahun sehingga tidak mengenal orang.
Bahkan banyak orang yang mencemoohkannya dan tidak mau
memperdulikannya, karena keluarga yang menjadi tanggung
jawabnya seakan-akan diabaikan. Pada permulaan beliau melakukan
pengembaraan memang dirasa banyak menghadapi tantangan serta
kekhawatiran, tetapi semua hambatan itu dapat dihadapi dengan
tabah dan tetap melanjutkan pengembaraannya ke hutan
belantara”.(Sunarto: 2012:29)
Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan
menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti
kepada Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan majelis
tersebut. Dan seakan-akan semua yang ada di dunia tidaklah penting
karena pada hakikatnya semua hanya akan kembali kepada Allah swt.
Maka mengikuti majelis ini termasuk dalam menjauhkan diri dari
kesenangan dunia dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan
kepada mereka, beribadah semata-mata hanya karena Allah. Serta
dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang baik kelak diakhirat
nanti.
76
d. Nilai Silaturrahmi dan Ukhuwah Islamiyah
Menurut penuturan dari narasumber YS :
“Mempererat tali persaudaraan, menambah sahabat sing wingi ra
kenal dadi kenal, menambah ilmu pengetahuan, ora ketong sitik yo
aqidahnya tambah”. (wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.10 di
Rumah YS)
Menurut Penuturan EF:
“,,,,Menyambung tali silaturrahmi antar sesama karena tidak jarang
aku ketemu orang-orang sik sudah lama tidak ketemu”. (wawancara
tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul Madani)
Menurut penuturan IB:
“Terjalinnya tali silaturrahmi yang lebih baik,,,,”. (wawancara tgl 9
Maret 2018 pukul 17.10 di Aula Darul Madani)
Menurut penuturan dari Narasumber JM:
“Mempererat tali silaturrahim karo mempererat persatuan umat
islam.”(wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 14.45 di Rumah JM)
Sedangkan menurut penuturan dari EF:
“,,,,Sebagai salah satu pemersatu umat terutama umat Islam yang
ikut.” (wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul 20.30 di Aula Darul
Madani)
Menjalain tali silaturrahmi yang baik, dapat mendatangkan
kebaikan pada diri kita. Dengan kita menjalin silaturrahmi yang baik
maka doa-doa yang baik akan berdatangan kepada kita. Seperti
panjang umur, rezeki yang banyak dan barakah, dan keberkahan
dalam hidup lainnya akan kita dapatkan.
Dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan Majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any, tentunya melibatkan
77
banyak orang dan di dalamnya terjadilah sebuah interaksi antar
individu.Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan
seluruh individu yang terlibat. Menjadikan masyarakat Desa Sruwen
sesantiasa hidup rukun, tentram dan bahagia.
e. Nilai Amaliah
Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Seperti penuturan
dari narasumber EF:
“Yaa tentu bisa mbak, itu ibu-ibu juga kalau datang bawa makanan
ringan dll. Yaa mungkin mereka menggunakan kesempatan dalam
majelis ini untuk bersodaqoh”. (wawancara tgl 9 Maret 2018 pukul
20.30 di Aula Darul Madani)
Untuk jamaah yang memiliki kelonggaran rezeki membawa
hidangan makanan ringan untuk disajikan kepada para jamaah seusai
kegiatan manaqiban.
f. Nilai Dakwah
Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak
saudara, pemuka agama, bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja.
Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut serta.
Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis ta‟lim ini
menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
termasuk anak-anak. Menjadikan mereka mengetahui bahwaMajelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anytersebut
mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
g. Nilai Tholabul Ilmi
78
Menurut penuturan dari narasumber MS:
“Yo beribadah, menuntut ilmu, lan cinta karo kanjeng nabi kanthi
sholawatan”. (wawancara tgl 8 Maret 2018 pukul 15.00 di Rumah
MS)
Sedangkan menurut penuturan MQ:
“Nguri-nguri tinggalan ulama dahulu di Jawa, beribadah,
mempererat tali silaturrahmi juga, terus menuntut ilmu.” (wawancara
tgl 9 Maret 2018 pukul 21.15 di Aula Darul Madani)
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anyini merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-
kegiatan positif yang diantaranya: mengagungkan Asma Allah,
berdzikir, bersholawat, menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah, maka hati pun akan menjadi tenang,
nyaman, dan tentram.
Seperti yang dituturkan oleh Narasumber NH:
“,,,,setelah itu mauidhoh hasanah jika waktu masih longgar”.
(wawancara tgl 10 Maret 2018 pukul 17.00 di Gazebo depan rumah
NH)
Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam majelis
ini terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis menggunakan
waktu ini untuk menyampaikan hikmah-hikmah agarada manfaat lain
berupa ilmu, pengertian dan lain sebagainya.
Di dalam terjemahan manaqib(Sunarto: 2012:28) dijelaskan
ketika usia Syaikh Abdul Qadir al-Jailani medekati baligh, beliau
79
gemar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mengunjungi para
ulama‟ yang mulia derajatnya lagi berpengetahuan tinggi, serta
melaksanakan berbagai keutamaan. Langkah beliau dalam menuntut
ilmu pengetahuan ini perlu kita contoh. Bagaimanapun juga
keberadaan ilmu pengetahuan itu sangatlah penting bagi kehidupan
kita, karena dengan ilmu pengetahuan manusia akan lebih mudah
dalam menjalani kehidupannya, ia juga akan mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu pengetahuan juga
merupakan hal yang lebih berharga dari harta, yang tidak bisa dibeli
oleh apapun.
B. Analisis Data
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma’anydi Desa Sruwen
a. Nilai Iman Kepada Allah
Islam telah menganjurkan kepada umat manusia untuk
berdoa kepada Allah SWT ketika ingin meminta sesuatu. Dalam
majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini
mengandung nilai iman kepada Allah dengan mengajarkan kepada
para jamaah untuk berdoa hanya kepada Allah. Adapun Syech
Abdul Qadir al-Jailani disini hanyalah sebuah perantara dari doa
kita
80
b. Nilai Cinta Kepada Rosulullah
Tidak hanya kita saja yang bersholawat untuk Nabi. Allah
swt dan malaikat-malaikat-Nya juga bersholawat untuk nabi. Allah
bersholawat kepada nabi Muhammad saw, untuk memberinya
rahmat, sedangkan para malaikat bersholawat untuk memintakan
ampunan untuk nabi. Dan kita sebagai orang-orang yang beriman
diperintahkan oleh Allah swt untuk bersholawat kepada Nabi
Muhammad saw.
Selayaknya cinta kita yang pertama dan utama sebagai orang
beriman adalah kepada Allah tuhan semesta alam. Cinta yang kedua
adalah cinta kita kepada Rosulullah saw. Mencintai Rosulullah
berarti pula kita mencintai ajaran-ajaran beliau serta
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bersholawat kepadanya dan ketaatan menjalankan ajaran-ajarannya
merupakan bukti bahwa kita benar-benar mencintainya.
Pada saat sholawatan berlangsung kita dilatih untuk tidak
hanya sekedar membaca sholawat, namun kita dilatih untuk
menghadirkan Rosulullah dan kita harus meyakini bahwa
Rosulullah hadir dalam majelis tersebut.
c. Nilai Kezuhudan
Di era modern saat ini banyak orang yang terpikat oleh
keduniawian semata dengan segala kenikmatan yang
81
ditawarkannya. Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanyalah
bersifat sementara, jangan sampai kita terpedaya dengan
kesenangan tersebut, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Yang sesungguhnya kenikmatan yang teragung yaitu kenikmatan
yang akan dirasakan kelak di yamil akhirat. Kenikmatan akhirat
itulah yang akan membawa manusia kepada kemuliaan yang kekal.
Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan
menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti
kepada Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan majelis
tersebut. Dan seakan-akan semua yang ada di dunia tidaklah penting
karena pada hakikatnya semua hanya akan kembali kepada Allah
swt.
d. Nilai Silaturrahmi dan Ukhuwah Islamiyah
Menjalain tali silaturrahmi yang baik, dapat mendatangkan
kebaikan pada diri kita. Dengan kita menjalin silaturrahmi yang
baik maka doa-doa yang baik akan berdatangan kepada kita. Seperti
panjang umur, rezeki yang banyak dan barakah, dan keberkahan
dalam hidup lainnya akan kita dapatkan.
Akan tetapi Orang zaman sekarang rasa individualismenya
itu sangat tinggi. Silaturrohmi sangat jarang dilakukan karena
sekarang sudah ada sarana-sarana berupa hp, berupa media-media
82
lain yang menggantikan silaturrahmi tersebut. Sehingga majelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini dirasa
perlu, sebagaimana untuk semakin mendekatkan, menjalin
silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Majelis ini diadakan setiap
satu minggu sekali tepatnya pada malam senin. Dengan begitu
minimal seminggu sekali jamaah bisa saling bertemu, bertegur sapa,
dan lebih dari itu bisa saling mendoakan dan sebagainya.
Dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan Majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any, tentunya melibatkan
banyak orang dan di dalamnya terjadilah sebuah interaksi antar
individu. Sehingga terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa
persatuan seluruh individu yang terlibat. Menjadikan masyarakat
Desa Sruwen sesantiasa hidup rukun, tentram dan bahagia. Dan
yang terjadi semakin lama majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any ini semakin banyak jamaahnya, serta
menjadikan majelis ini sangat kondusif sekali. Jarang sekali terjadi
gesekan-gesekan dimasyarakat, apalagi konflik. Dan hal itu harus
tetap dijaga oleh jamaah karena bagaimanapun juga tantangan
kedepan itu tidak semakin ringan melainkan semakin berat.
e. Nilai Amaliah
Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk jamaah
yang memiliki kelonggaran rezeki membawa hidangan makanan
83
ringan. Seringkali juga terdapat jamaah yang memiliki hajat aqiqah,
khoul orang tua, dan hajat lainnya membawa hidangan makanan
untuk disajikan kepada jamaah. Untuk jamaah lainnya mereka telah
ikhlas membantu menyiapkan hidangan dan perlengkapan untuk
keperluan majelis ta‟lim tersebut. Apabila seseorang mengeluarkan
shadaqah yang dilandasi dengan keikhlasan maka Allah SWT akan
melipat gandakan rezekinya.
f. Nilai Dakwah
Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak
saudara, pemuka agama, bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja.
Seringkali para ibu mengajak anak-anaknya untuk ikut serta.
Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis ta‟lim ini
menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
termasuk anak-anak. Menjadikan mereka mengetahui bahwaMajelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anytersebut
mengandung nilai-nilai pendidikan Islam.
g. Nilai Tholabul Ilmi
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anyini merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-
kegiatan positif yang diantaranya: mengagungkan Asma Allah,
berdzikir, bersholawat, menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa
84
mendekatkan diri kepada Allah, maka hati pun akan menjadi
tenang, nyaman, dan tentram.
Hati yang lembut mudah menerima ilmu dan cahaya dari
Allah. Nasehat-nasehat yang baik mengalir dengan deras dalam
jiwanya. Semangat dalam mencari dan mengamalkan ilmunya
berkobar dalam jiwanya.
Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam
majelis ini terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis
menggunakan waktu ini untuk menyampaikan hikmah-hikmah
agarada manfaat lain berupa ilmu, pengertian dan lain sebagainya.
2. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kegiatan Majelis Ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any.
Dari hasil penjabaran di atas, bahwasannya bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyseperti Iman kepada Allah,
cinta kepada Rasulullah,kezuhudan, menjalin tali silaturrahmidanukhuwah
Islamiyah, ibadah, amaliah, dakwah, dan tolabul ilmi. Ditemukan bahwa
nilai-nilai tersebut sudah diterapkan dalam kegiatan Majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anymaupun diluar kegiatan
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.
Nilai iman kepada Allah terlihat dalam kegiatan majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any mengajarkan kepada para
85
jamaah untuk berdoa hanya kepada Allah. Adapun Syech Abdul Qadir al-
Jailani disini hanyalah sebuah perantara dari doa kita.
Nilai cinta kepada Rosulullah di ajarkan dalam kegiatan majelis
ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any dengan cara
bersholawat bersama dengan dilatih untuk tidak hanya sekedar membaca
sholawat, namun kita dilatih untuk menghadirkan Rosulullah dan kita
harus meyakini bahwa Rosulullah hadir dalam majelis tersebut.
Ketika jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any melaksanakan ritualnya. Maka mereka akan
menghadirkan hati yang yang berpaling kepada dunia dan berbakti kepada
Allah swt dengan khusyuk meresapi pelaksanaan kegiatan majelis
tersebut.
Kehadiran kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any ini dirasa perlu, sebagaimana untuk semakin
mendekatkan, menjalin silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Majelis ini
diadakan setiap satu minggu sekali tepatnya pada malam senin. Dengan
begitu minimal seminggu sekali jamaah bisa saling bertemu, bertegur
sapa, dan lebih dari itu bisa saling mendoakan dan sebagainya.Sehingga
terwujudlah rasa kebersamaan dan rasa persatuan seluruh individu yang
terlibat. Menjadikan masyarakat Desa Sruwen sesantiasa hidup rukun,
tentram dan bahagia, oleh sebab itu majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any ini semakin bertambahnya jamaahnya, serta
86
menjadikan majelis ini sangat kondusif. Jarang sekali terjadi gesekan-
gesekan dimasyarakat, apalagi konflik.
Dalam pelaksanaan majelis ta‟lim ini, masyarakat senantiasa
meningkatkan amal kebaikan melalui shadaqah. Untuk jamaah yang
memiliki kelonggaran rezeki membawa hidangan makanan ringan.
Seringkali juga terdapat jamaah yang memiliki hajat aqiqah, khoul orang
tua, dan hajat lainnya membawa hidangan makanan untuk disajikan
kepada jamaah. Untuk jamaah lainnya mereka telah ikhlas membantu
menyiapkan hidangan dan perlengkapan untuk keperluan majelis ta‟lim
tersebut.
Majelis ta‟lim ini, dihadiri oleh sanak saudara, pemuka agama,
bapak-bapak, ibu-ibu, dan remaja. Seringkali para ibu mengajak anak-
anaknya untuk ikut serta. Sehingga secara tidak langsung kegiatan majelis
ta‟lim ini menyampaikan ajaran islam kepada orang-orang yang hadir
termasuk anak-anak.
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any ini
merupakan wadah yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan positif yang
diantaranya: mengagungkan Asma Allah, berdzikir, bersholawat,
menuntut ilmu. Apabila kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah,
maka hati pun akan menjadi tenang, nyaman, dan tentram.
Setelah rangkaian pembacaan manaqib selesai, dalam majelis ini
terkadang jika waktu masih ada. Imam majelis menggunakan waktu ini
87
untuk menyampaikan hikmah-hikmah agar ada manfaat lain berupa ilmu,
pengertian dan lain sebagainya.
Para jamaah Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any mengalami perubahan dalam hidupnya yang lebih baik, seperti
halnya keimanan mereka kepada Allah semakin meningkat, semakin
bertambah kecintaannya kepada Nabi Muhammad dan para auliya‟, hati
mereka menjadi lebih tenang, lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil paparan dan analisis data yang terkumpul diatas maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen
Dari data yang didapatkan oleh peneliti, bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam yang terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyini seperti adanya Nilai
Iman kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, kezuhudan, ukhuwah
Islamiyah, menjalin tali silaturrahmi, amaliah, dakwah, dan tolabul ilmi.
2. Implementasi nilai-niai pendidikan Islam dalam kegiatan majelis ta‟lim
manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen
Dari data yang didapat di atas dapat disimpulkan bahwa dari
konsep nilai-nilai pendidikan Islam yang sudah diterapkan oleh imam
majelis dan jamaah majelis ta‟lim manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
Ma‟any. Penerapan dilakukan baik pada saat majelis tersebut berlangsung
maupun di luar majelis. Terlihat dari saat kegiatan majelis berlangsung
para jamaah menghadirkan perasaan yang berpaling dari kesenangan dunia
untuk beribadah hanya karena Allah, dan menjadikan Syech Abdul Qadir
al-Jailani hanya perantara doa mereka. Berkumpulnya para jamaah majelis
ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any secara langsung
89
mereka dapat mempererat tali silaturrahmi antar sesama umat Islam dan
juga mempererat ukhuwah islamiyah. Terlihat dari mereka yang tadinya
jarang bertemu bisa bertemu kembali dalam satu majelis, dari yang belum
kenal menjadi kenal, saling bertegur sapa dan lebih dari itu saling
mendoakan. Semakin bertambahnya jamaahnya, serta menjadikan majelis
ini sangat kondusif. Jarang sekali terjadi gesekan-gesekan dimasyarakat,
apalagi konflik. Nilai amaliah para jamaah terlihat dari keihlasan mereka
dalam membawa sodaqah makanan yang akan disajikan untuk para jamaah
lainnya, dan juga kekompakan mereka dalam membantu baik tenaga
maupun materi untuk terlaksananya kegiatan majelis tersebut. Semangat
dakwah dan menuntut ilmu terlihat saat imam majelis menyampaikan
muqoddimah maupun mauidhoh hasanah yang diperhatikan oleh para
jamaah dengan seksama.Kemudian penerapan pengamalan bacaan asmaul
husna, manaqib, dan sholawatan, oleh imam majelis maupun jamaah
terlihattidak hanya saat kegiatan majelis saja, namun juga terlihat dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini
yaitu mengenai pelaksanaankegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk Imam Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anyDesa Sruwen
90
a. Hendaknya pelaksanaan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen dilaksanakan lebih awal, agar
jamaah tidak terlalu lama menunggu dimulainya majelis tersebut.
b. Hendaknya seluruh jamaah dihimbau untuk mempunyai manaqib
jawahirul ma‟any, agar waktu pelaksanaan seluruh jamaah ikut
andil dalam menyimak dan dapat menirukan bacaan di dalam
manaqib tersebut dengan benar.
c. Hendaknya penyampaian isi kandungan maupun hikmah dalam
manaqib jawahirul ma‟any bisa dilakukan secara intens. Agar
jamaah memiliki pengetahuan tentang manaqib tersebut secara
menyeluruh.
2. Untuk masyarakat Desa Sruwen
a. Hendaknya masyarakat turut mendukung dan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any.
b. Bagi jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anyhendaknya lebih istiqomah dalam mengikuti majelis
tersebut.
c. Ritual kegiatan majelis ta‟lim manaqiban hanya sebagai sarana
untuk berdoa bersama bertawassul kepada Syech Abdul Qadir al-
Jailani, adapun yang paling utama adalah ibadah mahdhoh harus
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Sirodjuddin. 2006. 40 Masalah Agama Jilid I. Jakarta: Pustaka
Tarbiyah
Achmadi. 1992. Islam Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Alawiyah, Tuti. 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim.
Bandung: Mizan. Cetakan Pertama.
Al-Aziz, Moh Saifulloh. 2000. Terjemahan Manaqib. Surabaya. Terbit
Terang.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chirzin, M. Habib. 1997. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.
Cetakan Ketiga.
Darajat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung:
Alfabeta
Daulay, Haidar Putra & Nurgaya Pasa. 2012. Pendidikan Islam dalam
Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta:
Sygma Publishing.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (DEKDIKBUD). 1989. Kamus
BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewan Redaksi Ensiklopedi. 1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve.
Djaelani, Bisri M. 2007. Ensiklopedi Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka
Yogyakarta.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
92
Haryananta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesastraan.
Jakarta: Aksara Sinergi Media.
HD, Kaelany. 2000. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bina
Aksara.
Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalis Majelis Ta‟lim
Peran Aktif Majelis Ta‟lim Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Jalaludin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Luz, Abu Ana Ali Bin Husain. 2004. Ulasan Lengkap Tawassul (Antara
Realita dan Bimbingan Syariat). Jakarta: Darul Haq.
Maimun, Ahmad. 2009. Mengurai kebekuan khilafiyah. Salatiga: IAIN
Salatiga Press.
Maslikhah. 2009. Nilai Pendidikan Akhlaq. Jakarta : Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Upaya
Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Progresif.
Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan
Berbakti. Surakarta: Ziyad Visi Media.
Muslih, Muhammad Hanif. 2011. Kesahihan Dalil Tawasul Menurut
Petunjuk al-Qur‟an dan Hadist. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Nugroho. 2010. Doa Pasti Diterima. Solo:Al-Qowam.
Nugroho, Muhammad Aji. 2016. Pendidikan Islam Berwawasan
Multikultural: Sebuah Upaya Membangun Pemahaman
93
Keberagamaan Inklusif Pada Umat Muslim, vol.8 No 1,33, dalam
“http://www.mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/arti
cle/view/489/450, diakses 4 April 2018.
Nuryanis, Romli. 2003. Pendidikan Luar Sekolah Kontribusi Ditpenamas
dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional. Departemen
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka..
Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Nimas Multima.
Sarjono. 2005. Nilai- nilai Dasar Pendidikan Islam. Pendidikan Agama
Islam, Vol. II.
Sastrapradja, M. 1981. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya:
usaha nasional.
Siregar, H. Imran dan Moh. Shofiuddin. 2003. Pendidikan Agama Luar
Sekolah (Studi Tentang Majelis Taklim). Jakarta: Puslitbang
Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang Agama dan
Diklat Keagamaan Departemen Agama RI
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Ahmad. 2012. Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Makna
Jawa Pegon dan Terjemah Indonesia. Surabaya: Al-Miftah.
Suprayoga, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial
Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yrama
Widya.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Ya’qub, Hamzah. 1996. Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro.
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
97
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pertanyaan untuk pemimpin majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any
1. Apakah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyitu?
2. Apa yang melatar belakangi berdirinya majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
3. Sejak kapan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anydiadakan?
4. Bagaimana perkembangan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen? Apakah mengalami perkembangan
dengan banyaknya para jamaah atau para jamaah semakin sedikit?
5. Bagaimana pelaksanaan dan apa saja yang dibaca dalam majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?
6. Apa tujuan dilaksanakannya majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
7. Apakah kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anydapat dijadikan sarana untuk memperkuat ukhuwah islamiyah?
8. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam kegiatan
majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa
Sruwen?
98
B. Pertanyaan untuk Jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any
1. Apakah anda sering mengikuti kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any?
2. Apa yang memotivasi anda mengikuti majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
3. Siapa saja yang terlibat dalam majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any?
4. Apa dampak positif bagi anda setelah mengikuti majelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
5. Apakah kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anydapat dijadikan sarana untuk bersodaqoh?
6. Menurut anda nilai pendidikan Islam apa saja yang tersurat dalam
kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?
99
HASIL WAWANCARA
a. Wawancara dengan Pemimpin Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen
Nama : Ustadz Nur Hanani
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2018
Waktu : 17.00 wib
Tempat : Gazebo depan rumah pemimpin
Hasil wawancara
1. Apakah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anyitu?
Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any
itu suatu sarana untuk mengumpulkan umat kemudian diajak
bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya, yang antara lain
diadakan dengan secara ritual, kemudian sedikit banyaknya
menyampaikan tentang hikmah-hikmah. Dan Selanjutnya tarjetnya
adalah bagaimana jamaah atau majelis itu bisa merasakan
manfaatnya. maka kedepan bukan kita yang mengumpulkan, tapi
mereka yang butuh untuk kumpul. Bahkan kehadiran majelis ini
bener-bener diharapkan di masyarakat.
2. Apa yang melatar belakangi berdirinya majelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
Yang melatarbelakangi adalah ini ada koidah almuhafadhoh
alqodimissholih walakhdu jadidil al-aslah, jadi apa yang ditinggalkan
100
oleh orang-orang terdahulu atau para ulama itu kita jaga karena itu
kita yakini itu sesuatu yang baik, nguri-uri istilahe.Nguri-uri,
melestarikan dan kemudian kita juga tidak menutup kemungkinan
untuk berinofasi agar supaya relefansinya itu bisa diterima oleh
masyarakat. Dalam arti orang dulu dengan orang sekarang kan
berbeda, dadi kalau dulu itu tidak pakai pengeras sekarang harus
pakai pengeras. Kemudian untuk memanggil mereka sebelum hadir
dengan sholawatan, lagu-lagu. Nah itu sebagai bentuk apa namanya
kreatifitas inofasi kita, kita sesuaikan dengan a,,,kebutuhan zaman,
atau kebutuhan saat ini. Initine nguri-uri dan njogo apa yang menjadi
tradisi sekaligus yang telah ditanamkan oleh para pendahulu kita
sejauh itu tidak berlawanan dengan syariat. Dalam arti tidak
mengandung unsur-unsur maksiat dan sebagainya. Dan saya juga
mendapat ijazah dari guru (Asyhuri Muntaha pengasuh pondok
pesantren Nurul Furqon Blibis, Susukan, Semarang) untuk
mengamalkannya.
3. Sejak kapan kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib
Jawahirul ma‟any itu diadakan?
Tepanya kita lupa yaa, yaa,,, sudah sekitar kurang lebih satu
tahun.
4. Bagaimana perkembangan kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen? Apakah mengalami
101
perkembangan dengan banyaknya para jamaah atau para jamaah
semakin sedikit?
Yang kita rasakan karena apa namanya,,, a,,, mungkin
prosesnya yang tidak lama, saya katakan praktis tadi dan terutama
para jamaah itu bisa merasakan manfaatnya. Maka praktis semakin
kesini alhamduliallah semakin banyak dan bahkan a,, kita
mengadakan juga di desa Sruwen itu kita memberi jadwal di masing-
masing dusun bertempat di Mushola atau Masjid tiap lapan. Jadi
misalnya Sruwen I hari apa? Kemudian Sruwen II hari apa? Dan kita
rencanakan ini nanti menyeleuruh sedesa Sruwen bisa diubengi
manaqib. Alhamdulillah ini sudah separonya kita melaksanakan itu,
dan a,, kekuatan kita tidak hanya dari jamaah tapi justru para motor-
motor penggerak yaitu dari para anshor dan banser desa Sruwen.
Yang dalam hal ini a,,, apa mengatasnakan diri rijalul anshornya.
Dadi memang rijalul anshor itu a,,, apa namnya, tugas pokok dan
fungsinya adalah mengadakan semacam jamaah-jamaah
diwilayahnya. Jadi bisa dikatakan alhamdulillah tidak semakin sedikit
atau tetap tapi bahkan semakin hari semakin bertambah jamaahnya.
5. Bagaimana pelaksanaan dan apa saja yang dibaca dalam kegiatan
majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?
“Tahap persiapan yakni memanggil jamaah dengan sholawat
dan lagu-lagu Islami dan setelah jamaah berkumpul kemudian masuk
ke tahap pelaksanaan yang sebelumnya memberikan muqoddimah
102
atau motivasi dan semangat kepada para jamaah. Membaca asmaul-
husna sampai akhir.Membaca syahadat dan Istighfar. Masuk ke
proses pembacaan manaqib yang sebelumnya didahului dengan
hadhoroh. Membaca sholawat 100X shollollohu. Membaca burdah
maulayasholliwasllimdaa iman abada 11X, Membaca manaqib, Ritual
khusus yaitu tawajuhan. Pembacaan doa, setelah itu pembacaan
sholawat sekaligus asyroqolnya. setelah itu mauidhoh hasanah jika
waktu masih longgar. Setelah selesai kita jagongan sambil ramah
tamah, kalau ada yaa sambil makan minum dan kemudian pulang
dengan membawa hasil masing-masing.
6. Apa tujuan dilaksanakannya kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
Tujuan utama: karena ini adalah sesuatu yang baik , kita
yakini dengan manaqib ini bisa merekatkan jalinan ukhuwah
kemudian bisa mempererat tali silaturraohmi. Dan kita menangkap
suatu fenomena yang terjadi dimasyarakat itu terlihst beban dari
pada hidup itu semakin berat. Maka ini menjadi salah satu solusi.
Bagaimana kita kalau meminta sendiri dengan berjamaah itu
berbeda. Kita kumpukan kita bersama-sama yaa agar semakin
dekatlah. Tapi nak tujuan secara umum yaa orang sekarang itu sudah
melupakan laku. Laku itu bentuk riyadhoh, bentuk usaha. Dan orang
sekarang itu maunya yang instan-instan. Maka kita coba untuk
mengembalikan sisi-sisi itu. Kita kembali kepada laku, kalau orang
103
dulu itu sering puasa, riyadhoh, dan sebagainya. Agar bagaimana
tujuannya itu bisa tercapai. Dan itu tidak lepas dari keberkahan itu
sendiri, apa yang dicapai oleh laku, disamping tujuannya tercapai
juga ada keberkahan. Tapi ketika orang itu hanya instant-instant saja
sebagaimana makanan dan sebagainya itu. Yaa cepat tapi, pasti ada
madhorotnya, pasti ada efek sampingnya, ada sisi negatifnya.
Berbeda dengan yang menggunakan laku tadi.
7. Apakah kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟anydapat dijadikan sebagai sarana memperkuat ukhuwah
islamiyah?
Tidak hanya bisa tapi memang orang sekarang itu rasa
individualismenya itu sangat tinggi yaa , gengsinya juga sangangat
tinggi. Orang sekarang itu silaturrohminya sangat jarang sekali,
karena sekarang sudah ada sarana-sarana berupa hp, berupa media-
media lain. Sehingga seperti ini itu perlu, sebagaimana untuk semakin
rekat, menjalin silaturrohmi, dan sangat efektif sekali. Kalau disini
setiap malem senin, minimal seminggu sekali kita bisa bertemu, kita
bisa tegur sapa, bisa saling tanya kabar, dan lebih dari itu bisa saling
mendoakan, dan sebagainya. Dan yang terjadi semakin kesini itu
semakin banyak jamaah, menjadikan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟any ini menjadi sangat kondusif sekali.
Jarang sekali terjadi gesekan-gesekan dimasyarakat, apalagi konflik.
Dan itu harus kita jaga, dan bagaimanapun juga tantangan kedepan
104
itu tidak semakin ringan tetapi semakin berat. Yaa karena manusia
sekarang sudah kehilangan laku tadi.
8. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam kegiatan
majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa
Sruwen?
Nilai-nilai pendidikan Islam itu terutama a,,, bagaimanapun
juga kita tidak bisa lepas dari pendahulu-pendahulu, tidak bisa lepas
dari apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, apa yang
dicontohkan. Dan nilai yang sangat tinggi adalah bagaimana kita
berada di majelis itu, sesaat kita bisa melupakan dunia, sesaat kita
bisa melupakan tentang hiruk pikuknya. Sesaat kita bisa mengalihkan
fokus pemikiran kita, fokus kesadaran kita kepada Allah, kanjeng
Nabi, kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jailani. Dan itu adalah
sarana yang sangat efektif bagaimana kita bisa menentramkan diri
kita. Karena ketentraman itu adalah puncak dari pada tujuan hidup.
Ketentraman adalah ketika kita merasa nyaman dengan keadaan,
ketentraman itu nilai yang tertinggi. Surgapun adalah tempat
ketentraman, kenyamanan, dan bagaimana kita bisa menjadikan
kehidupan di dunia ini menjadi surga yaitu penuh dengan
ketentraman, kedamaian, kenyamanan itu nilai-nilai tertinggi.
Sebetulnya apa yang kita lakukan itu sudah nilai, karena memang kita
itu melakukan sesuai syariat, dan tidak bertentangan dengan
syariat.nah itu sudah nilai tersendiri, belum manfaat-manfaat yang
105
kita dapatkan itu juga nilai seperti: silaturrahimi, menjalin ukhuwah
itu juga nilai. Dan masih banyak lagi nilai-nilai yang kita dapatkan.
b. Wawancara dengan jamaah kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab
Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa Sruwen
Dalam interview ini, peneliti mengambil 8 orang sampel dari
jamaah majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anyDesa
Sruwen. Berikut data interviewnya:
1) Apakah anda sering mengikuti kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?
Menurut YS :
Iya alhamdulillah.
Menurut JM:
Alhamdulillah sering.
Menurut MS:
Ya sering.
Menurut WY:
Ya alhamdulillah isoh mangkat terus.
Menurut MQ:
Yoo alhamdulillah isoh mangkat terus.
Menurut EF:
Iya alhamdulillah bisa sering berangkat, walaupun terkadang kalau
ada acara ganda saya tidak bisa berangkat.
Menurut IU
106
Alhamdulillah, semoga bisa istiqomah mengikuti majelis ini.
Menurut IB
Alhamdulillah sering mengikuti, dan semoga Allah selalu
meridhoi,,,aminn
2) Apa yang memotivasi anda mengikuti kegiatanmajelis ta‟lim
Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen?
Menurut YS :
Seng motivasi yoo,,,, bisa bermunajah bersama-sama dan
mengungkapkan segala hajat-hajat kita kepada Allah melalui bacaan-
bacaan manaqib terutama waktu dalam berdoa.
Menurut JM:
Supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut MS:
Ya beribadah kepada Allah, ikut-ikut berdoa, mujahadah, minuwun.
Menurut WY:
Ngalap berkah dari jamaah manaqib.
Menurut MQ:
Motivasi saya mengikuti majelis manaqib jawahirul ma‟any sebenere
semua manaqib semua sama, bahwa membaca manaqib syaikh Abdul
Qadir Jilani itu sangat baik. Karena akan menambah kecintaan kita
kepada beliau, yang kita ketahui adalah salah satu seorang wali
Allah, bahkan beliau disemati gelar sebagai sulthanul auliya‟ atau
pemimpin para wali. Kalau saya cenderung ke manaqib jawahirul
107
ma‟any karena: Durasi waktunya yang pas untuk mujahadah , tidak
kepanjangen atau kependekan jadi kalau ditambah sholawat nabi
waktu tetep pas.Lebih manteb di manaqib ini.Jamaah yang
banyak.Yaa imam dari tokoh masyarakat yang mumpuni juga, yaa itu
salah satu motivasnya. yaa ini dari aku sih.
Menurut EF:
Pertama mengikuti itu belum ada motivasi karena belum tahu apa itu
manaqib Jawahirul Ma‟any. Next pertemuan 2 sampe 3x motivasi
baru ada, aku beranggapan sejarah itu penting, manaqib kan sejarah
atau cerita-cerita terpuji. Dengan sejarah itu, tentunya memotivasi
untuk mencari keberkahan dalam perjuangan hidupku.
Menurut IU:
Seng pertama mendekatkan diri kepada Allah dengan bertawasul
kepada Kanjeng Syech Abdul Qadir al-Jaelani, manaqibnya asyik.dan
rasanya itu berenergi mungkin karena yang memimpin. Seperti janji
Allah, bahwasannya Allah akan membangunkan taman di Surga bagi
orang-orang yang selalu berada atau mau hadir dalem sebuah
majelis ta‟lim ataupun dzikir.
Menurut IB
Menjadikan kita selalu ingat Allah SWT, kita jadikan majelis tersebut
untuk berdoa kepada Allah bahwasannya Allah lebih dekat dari urat
nadi kita.
108
3) Siapa saja yang terlibat dalam kegiatanmajelis ta‟lim Manaqiban
Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any?
Menurut YS :
Imam Manaqib, tetangga dan sahabat baik dekat maupun jauh. Yaa
meskipun ora terlalu adoh.
Menurut JM:
Teman, saudara, tetangga, lan imam majelis manaqib.
Menurut MS:
Pemimpin manaqib, tonggo teparo, lingkungan.
Menurut WY:
Imam manaqib, konco, lan tonggo-tonggo.
Menurut MQ:
Yang terlibat itu imam atau pemimpin manaqib dan jamaah baik yang
sepuh-sepuh, pemuda dan bahkan ada anak-anak juga.
Menurut EF:
Yaa yang terlibat tentunya Abah atau imam manaqib, terus jamaah
dari berbagai daerah di Desa Sruwen.
Menurut IU:
Hampir keseluruhan masyarakat luas, dari bapak-bapak, ibu-ibu,
para remaja, santri, anak-anak, dan juga para ta‟mir masjid/ mushola
karena dari masjid dan mushola se Desa Sruwen sudah diadakan
majelis ini.
Menurut IB
109
Imam majelis, remaja dan masyarakat Desa Sruwen yang berkenan
hadir.
4) Apa dampak positif bagi anda setelah mengikuti kegiatanmajelis
ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen?
Menurut YS :
Membuat hati tambah tenang dan tambah mendekatkan diri kepada
Allah. Dan merasakan kekurangan kita.
Menurut JM:
Ngawe hati luwih tenang.
Menurut MS:
Hatine seneng, ayem, kepenak.
Menurut WY:
Merasa tenang hatinya.
Menutut MQ:
Sering berkumpul dengan orang-orang soleh, punya kegiatan rutinan
untuk urusan agama, merasa ada curahan hati tentang dosa kita,
insyaAllah hati selalu bahagia, insyaAllah yang aku rasain hajat-
hajatku dapat terwujud yaa walaupun ngak seluruhnya dikabulkan
oleh Allah, dan bisa belajar Istiqomah.
Menurut EF:
Hidup lebih rekoso, peka situasi dan kondisi. Terutama untuk
masalah-masalah yang saat ini dialami, dan bisa berfikir panjang
untuk mengambil tindakan atau keputusan.
110
Menurut IU
Bisa dibilang membaca manaqib ini adalah seperti azimat yang bisa
langsung dirasakan. Seperti contoh, setiap majelisan ini selalu ngedep
air putih yang diasma‟ dengan barakah dari bacaan manaqib ini
untuk kesehatan dan lain-lain. Majelis ini kan diadakan satu minggu
sekali di Aula Darul Madani ini, nah kalau sekali saja ngak ikut
majelis ini itu ada sesuatu yang kurang, trus dihati itu rasanya kayak
getun gitu.
Menurut IB
Hati menjadi lebih tenang, adem, ayem, tentrem.
5) Apakah kegiatan Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma’any dapat dijadikan sarana untuk bersodaqoh?
Menurut YS :
Iya isoh.
Menurut JM:
Iya.
Menurut MS:
Nggeh saget, ora ketong opo yo aku kadang nyok ngowo idep-idep
sodaqoh.
Menurut WY:
Iya bisa.
Menurut MQ:
111
Bisa, karena suguhan yang dihidangkan oleh para jamaah itu
sebenarnya juga dari para jamaah sendiri. Jadi ya majelis ta‟lim ini
bisa dijadikan sarana untuk bersodaqoh.
Menurut EF:
Yaa tentu bisa mbak, itu ibu-ibu juga kalau datang bawa makanan
ringan dll. Yaa mungkin mereka menggunakan kesempatan dalam
majelis ini untuk bersodaqoh.
Menurut IU:
Iyaa bisa sih mbak, karena disamping majelis ini ada kotak amal,
terus ada juga ibu-ibu yang membawa makanan ringan untuk
dihidangkan setelah majelis tersebut selesai.
Menurut IB
Ya sangat banyak kesempatan untuk kita bersodaqoh, karena setelah
selesai acara tersebut dilaksanakan jagongan bersama sinambi dahar
unjukan.
6) Menurut anda nilai pendidikan Islam apa saja yang tersurat dalam
kegiatan majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul
ma‟any?
Menurut YS :
Mempererat tali persaudaraan, menambah sahabat sing wingi ra
kenal dadi kenal, menambah ilmu pengetahuan, ora ketong sitik yo
aqidahnya tambah.
112
Menurut JM:
Mempererat tali silaturrahim karo mempererat persatuan umat islam.
Menurut MS:
Yo beribadah, menuntut ilmu, lan cinta karo kanjeng nabi kanthi
sholawatan.
Menurut WY:
Keimanan, tali silaturrahim, lan menuntut ilmu.
Menurut MQ:
Nguri-nguri tinggalan ulama dahulu di Jawa, beribadah, mempererat
tali silaturrahmi juga, terus menuntut ilmu.
Menurut EF:
Kalau secara kandungan dalam manaqib aku ngak faham karena aku
ngak bisa ilmu tafsir atau ilmu bahasa Arab, tapi kalau secara kasap
mata ada beberapa hal yang tak terlihat:
1. Sebagai salah satu pemersatu umat terutama umat Islam yang
ikut.
2. Membina solidaritas dan kekompakan para Jamaah.
3. Menyambung tali silaturrahmi antar sesama karena tidak jarang
aku ketemu orang-orang sik sudah lama tidak ketemu.
4. Salah satu jalan untuk menyambungkan batin dengan Allah swt
melalui doa.
113
5. Waktu untuk curhat sama gusti Allah karena sering kan pas saat-
saat tertentu imam menyampaikan “sami krentek hajatipun
piyambak-piyambak”.
Menurut IU
Yang pasti bisa Menjalin tali silaturrahim khususnya bagi
masyarakat Desa Sruwen (yang berangkat, hehehehehe,,,,) bahkan
ada juga yang dari luar wilayah desa Sruwen.
Menurut IB:
Terjalinnya tali silaturrahmi yang lebih baik, memanfaatkan
waktu kita agar hidup lebih berkah.
125
DOKUMENTASI
Wawancara dengan narasumber NH Wawancara dengan narasumber
YS
Wawancara dengan narasumber MS Wawancara dengan narasumber
JM
Wawancara dengan narasumber IB Wawancara dengan narasumber
MQ
126
Wawancara dengan narasumber EF Wawancara dengan narasumber IU
Imam majelis Kegiatan Manaqib
Sesi berdoa Asyroqol (Mahalul Qiyam)