Download pdf - Nk Dw 1363215338

Transcript
  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    1

    PENDAHULUAN

    Peningkatan mutu pendidikan menjadi tugas semua pihak, baik pemerintah, ilmuwan maupun praktisi pendidikan. Salah satu upaya peningkatan pendidikan dalam lingkup sekolah adalah dengan melakukan riset pendidikan. Sudah lama dalam dunia riset pendidikan, pihak sekolah atau guru tidak banyak dilibatkan karena riset sering dilakukan oleh pihak luar tanpa banyak melibatkan pihak sekolah atau guru untuk selanjutnya diadakan perbaikan yang berarti bagi sekolah dan bagi guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

    Para pelaku/praktisi pendidikan seperti kepala sekolah dan guru merasa bahwa hasil dan laporan penelitian terlalu sulit dimengerti karena memakai batasan-batasan penelitian yang ormal dan sulit dicerna, apalagi langsung digunakan di lapangan. Para kepala sekolah dan guru memerlukan penelitian yang lebih dekat dengan praktik pendidikan sehari-hari yang mudah digunakan dalam peningkatan mutu dan praktik pendidikan. Untuk itulah riset tindakan menjadi penting karena dekat dengan praktisi pendidikan sendiri (Soeparno, 2008:4). Bahkan dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan itu sendiri yakni guru dan/atau kepala sekolah yang lebih mengenal dan memahami situasi dan karakteristik praktek pendidikan.

    Kemmis (1997:173) mengungkapkan bahwa riset tindakan merupakan usaha untuk mencari relasi antara teori pendidikan dengan praktek pendidikan sehari-hari. Riset diintegrasikan dengan latar (setting) pendidikan yang nyata sehingga dapat langsung mempengaruhi dan mengembangkan praktek pendidikan yang ada. Dengan demikian, riset tindakan dapat menjembatani jarak antara peneliti dengan praktisi karena praktisi menjadi peneliti.

    Uraian tentang riset tindakan ini terdiri dari tiga bab. Bab satu tentang konsep umum peneltian tindakan. Bab dua tentang proses penelitian tindakan. Bab tiga tentang membuat laporan dan menyajikan hasil riset tindakan.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    2

    BAB I

    KONSEP UMUM PENELITIAN TINDAKAN

    Pada bagian pertama tulisan ini akan disajikan tentang konsep umum riset tindakan. Sehingga diharapkan dengan mengkaji konsep umum riset tindakan akan memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang riset tindakan yakni tentang pengertian, sejarah, tujuan, jenis, sifat dan kegunaan riset tindakan. 1.1. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN

    Kemmis & Mc Taggart (1982) mengatakan: Action research is the way groups of

    people can organize the conditions under which they can learn from their own experiences and make their experience accessible to others. Riset tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003:210). McNiff (2002) menerangkan bahwa riset tindakan sebagai riset praktisi karena dilakukan oleh praktisi sendiri tentang apa yang sedang dilakukan. Riset ini menuntut peneliti berpikir cermat tentang apa yang dibuat, atau menjadi semacam relfeksi. Dalam hal ini peneliti melakukan riset di tempat kerjanya sendiri (Soeparno, 2008:6). Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan riset tindakan sebagai bentuk releksi diri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi social dengan tujuan untuk memajukan produktivitas, rasionalitas, keadilan pada persolan social, atau praktek pendidikan. Partisipan tersebut adalah guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, anggota masyarakat atau semua yang terkait dengan dunia pendidikan di sekolah. Riset tindakan dalam pendidikan digunakan dalam rangka pengembangan kurikulum, profesi, program sekolah, perencanaan dan kebijakan sekolah.

    Wikipedia (ensiklopedi dalam internet) menyatakan: Action research is a reflective process of progressive problem solving led by individuals working with others in teams or as part of a "community of practice" to improve the way they address issues and solve problems. Action research can also be undertaken by larger organizations or institutions, assisted or guided by professional researchers, with the aim of improving their strategies, practices, and knowledge of the environments within which they practice. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Dalam pengertian di atas mengungkapkan bahwa riset tindakan adalah riset yang

    dapat dilakukan oleh orang yang sedang melakukan sesuatu pekerjaan untuk mengembangkan pelaksanaan pekerjaan itu atau dalam lingkup institusi yang besar untuk mengembangkan strategi, praktek serta pengetahuan yang ada pada institusi itu.

    Kurt Lewin (1944) mengatakan: Action research as a comparative research on the conditions and effects of various

    forms of social action and research leading to social action that uses a spiral of steps, each of which is composed of a circle of planning, action, and fact-finding about the result of the action. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Dalam pengertian tersebut terkandung makna bahwa riset tindakan sebagai riset yang mengkomparasikan pelbagai kondisi dan dampak dari situasi sosial dengan menggunakan menggunakan langkah-langkah yang berbentuk spiral dimulai dari perencanaan, aksi dan membangun fakta sebagai suatu tindakan.

    Sedangkan Reason & Bradbury (2001) mengatakan: Action research is an interactive inquiry process that balances problem solving actions implemented in a collaborative context with data-driven collaborative analysis or research to understand underlying causes enabling future predictions about personal and organizational change. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Zuber & Skerritt (1982) sebagaimana dikemukakan oleh Riding, dkk, (1995) memberikan gambaran tentang riset tindakan sebagai pencarian kolaboratif kritis oleh

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    3

    para praktisi yang reflektif terhadap yang mereka lakukan. Dalam lingkup pendidikan, berarti para pendidik (praktisi) mengadakan refleksi secara kritis terhadap apa yang dikerjakan dengan cara meneliti secara mendalam tentang praktek pendidikan mereka, cara mengajar mereka, relasi mereka dengan siswa, serta bagaimana mereka secara konkret melakoni profesi mereka (Soeparno, 2008:12).

    Glencoe (2006) mengemukakan bahwa riset tindakan dalam dunia pendidikan dimengerti sebagai proses sistematis untuk mengetes ide atau gagasan baru di kelas, ruang kuliah dan sekolah; lalu menganalisis akibatnya dan akhirnya mengambil keputusan untuk pelaksanaan ide baru itu seterusnya. Biasanya, ide baru itu dapat berupa model pembelajaran yang baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang baru. Menariknya penelitian itu dilakukan oleh guru sendiri. Misalnya, seorang guru ingin menerapkan model simulasi, dia dapat mengunakan riset tindakan apakah model itu dapat mengembangkan siswa belajar. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Dewasa ini selain istilah penelitian tindakan pendidikan dikenal istilah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Kedua istilah ini sebenarnya tidak jauh berbeda. Penelitian tindakan pendidikan lebih memiliki pengertian yang lebih luas. Karena penelitian yang dilakukan bisa dalam lingkup yang lebih luas, yakni lingkup sekolah. Sedangkan penelitian tindakan kelas lebih fokus pada penelitian yang dilakukan di dalam kelas.

    Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: Classroom Action Research is research designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or quantitative, descriptive or experimental. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.

    Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh guru dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).

    1.2. SEJARAH SINGKAT PENELITIAN TINDAKAN Dari segi isi riset tindakan sudah dirintis oleh John Dewey dalam bukunya How We Think, 1933 (Tomal, 2003:7) dengan metode ilmiah dalam memecahkan persoalan. Akan tetapi para ahli dan peneliti riset tindakan sekarang lebih memandang Kurt Lewin sebagai bapak riset tindakan. Kurt Lewin adalah seorang praktisi dan teoretisi, ia mendirikan pusat riset untuk dinamika kelompok, yaitu The Research Center for Group Dynamics di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Lewin adalah orang yang pertama menggunakan istilah action research (riset tindakan) pada tahun 1946 dalam makalanya action research and minority peoblems. Lewin menggunakan riset tindakan untuk memecahkan persoalan sosial di masyarakat waktu itu lalu terjadilah perubahan social. Dalam riset tindakan. Lewin menekankan pentingnya kerja-sama dalam mengumpulkan data sosial. Sampai tahun 1970, metode Lewin belum bergema dalam dunia pendidikan.

    Riset tindakan mulai digunakan dalam dunia pendidikan pada awal tahun 1970-an, bertepatan dengan munculnya gerakan guru sebagai peneliti-teacher-researcher di Inggris. Tokoh yang penting mengembangkan riset tindakan dalam duni pendidikan di Inggris adalah Lawrence Stenhouse. Pada tahun 1975 di Inggris, ia membantu para guru untuk melakukan penelitian sambil mengajar di kelas. Guru diajak berefleksi secara kritis dan sistematis tentang praktek mengajar sehingga dapat memabngun teori kurikulum sendiri. Guru harus menjadi ahli dalam bidangnya lewat penelitian terhadap tindakannya sendiri. Guru mulai dimasukkan ke dalam proses riset dan hal ini dianggap sangat tepat karena guru kelaslah yang dapat melihat persoalan dan mencari pemecahan tentang persoalan pengajaran di kelasnya (Soeparno, 2008:11). Pada awalnya riset tindakan lebih dilaksanakan di sekolah menengah ke bawah, namun dewasa ini berkembang pula dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    4

    Pada tahun 1970, Paulo Freire mengembangkan riset tindakan yang partisipatif. Wikipedia ensiklopedi menulis:

    Participatory action research has emerged in recent years as a significant methodology for intervention, development and change within communities and groups. It is now promoted and implemented by many international development agencies and university programs, as well as countless local community organizations around the world. (From Wikipedia, the free encyclopedia). Riset model Freire melibatkan setiap bagian yang terkait untuk secara aktif

    mengamati bersama tindakan yang sedang berlaku dengan tujuan mengubah atau mengembangkan. Mereka secara bersama melakukan dengan merefleksikan secara kritis apa yang terjadi dengan konteks historis, politik, budaya, ekonomis dan konteks yang lebih luas. Riset ini adalah riset yang dilakukan oleh orang local (setempat) demi keperluan kemajuan mereka. Dalam pengalaman Freire, riset ini dilakukan oleh orang-orang di masyarakat itu untuk meningkatkan dan mengubah budaya masyarakat yang ada.

    Dalam dunia pendidikan, riset tindakan partisipatoris oleh Freire digunakan untuk membangun pedagogi yang kritis, yang tidak lagi menganggap guru sebagai sosok yang lebih hebat, sedangkan siswa hanya boleh menurut saja. Untuk itu, riset ini dapat menggerakkan masyarakat karena semua terlibat dalam merefleksikan dan mengambil tindakan selanjutnya. Pengalaman menunjukkan bahwa riset ini telah mengubah budaya dan cara bertindak masyarakat. Mereka bersama saling memberdayakan diri.

    Antonio Gramsci pada abad ke-20 memberikan latar belakang filosofis terhadap perkembangan riset tindakan. Gramsci menulis: All people are intellectuals and philosophers. Organic intellectuals is how he terms people who take their local knowledge from life experiences, and use that knowledge to address changes and problems in society. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

    Gramsci mengungkapkan bahwa setiap orang adalah intelektual dan filsuf. Dengan landasan ini, pada dasarnya setiap orang mampu untuk berpikir, berefleksi, melakukan penelitian kritis, demi memajukan hidup mereka sendiri. Keyakinan ini telah membantu banyak pendidik untuk memberikan kesempatan kepada siswa atau mahasiswa untuk berpikir kritis dan aktif berpartisipasi dalam menentukan perkembangan hidup mereka. Stephen Kemmis (1986) dalam McNiff (2002:45) dalam Educational Action Resarch, dengan menggunakan pendekatan Lewin, membuat bagan riset tindakan. Dia melukiskan adanya action planning dan refleksi yang terus-menerus. Selanjutnya John Elliot (1991) mengembangkan model Lewin dan Kemmis dengan menambah beberapa pikiran kritis untuk menyempurnakan model Lewin dan Kemmis. Dewasa ini riset tindakan dalam dunia pendidikan sudah dikembangkan di banyak negara di Eropa maupun di AS dan Amerika Latin. Di kawasan Asia, Jepang sudah mengembangkannya dan tahun-tahun terakhir ini juga mulai dikembangkan di Indonesia. 1.3. TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN Tujuan riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Soeparno, 2008:17):

    Untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktek pendidikan yang teliti secara lebih langsung.

    Untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktek guru di lapangan sehingga berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya.

    Mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja. 1.4. SIFAT PENELITIAN TINDAKAN Riset tindakan memiliki beberapa sifat (Johnson, 2005:22-25; Kemmis, 1997:173-179; Sukardi, 2003:211-212) sebagai berikut:

    Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh praktisi pendidikan dan riset tindakan dilakukan oleh praktisi pendidikan sendiri.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    5

    Sampelnya kecil, terbatas: siswa perorangan, kelas, beberapa kelas; kecuali bila riset menyangkut seluruh sekolah. Namun hasil riset pada satu kelas tidak dapat diterapkan pada kelas yang lain.

    Riset tindakan pendidikan dilakukan secara sistematis dengan metodologi yang jelas. Metodologi tidak perlu terlalu ketat dan tidak perlu berpikir pada efektivitasnya. Persoalannya adalah pada apa yang terjadi dan bagaimana dapat dikembangkan.

    Waktu riset tindakan untuk peningkatan profesionalitas pada umumnya pendek tidak perlu terlalu lama. Akan tetapi perlu dilakukan secara reguler dan berkali-kali.

    Riset tindakan bukan riset kunatitatif. Akan tetapi dapat menggunakan metode kuantitatif. Statistik yang digunakan lebih deskriptif:prosentase, mean (rata-rata), standar deviasi dan frekuensi.

    Riset tindakan terbatas pada persoalan apa yang ingin dikembangkan dan diperbaiki.

    Proses riset tindakan adalah refleksi spiral: perencanaan, tindakan, obsevasi, refleksi, rencana diperbaiki, implikasi lebih lanjut, refleksi, dst.

    Riset tindakan adalah riset partisipatoris, yaitu orang aktif bekerja untuk memajukan prakteknya.

    Riset tindakan adalah riset kolaboratif, semua pihak ikut di dalamnya, bukan hanya peneliti saja.

    Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari praktek lapangan.

    Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang perlu dimajukan.

    1.5. KEGUNAAN PENELITIAN TINDAKAN Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara lain:

    Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah. Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai

    pendidik dan pengajar. Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif

    membantu siswa. Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan

    mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya. Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup

    ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam. Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan & kebijakan sekolah

    berdasarkan riset mereka. Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi

    sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas. Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan

    model pendekatan problem solving. 1.6. JENIS PENELITIAN TINDAKAN Jenis riset tindakan dapat dilihat dalam beberapa aspek: berdasarkan teori riset tindakan, berdasarkan pelaku, (Soeparno, 2008:18-20), dan berdasarkan cara kerja (Aqib, 2006:19-20). 1.6.1. DUA TEORI UTAMA PENELITIAN TINDAKAN

    Dua teori utama riset tindakan, yaitu: 1) riset tindakan kritis, 2) riset tindakan

    praktis.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    6

    a) Riset Tindakan Kritis Riset tindakan kritis (critical action research) disebut juga riset emansipatoris karena tujuannya adalah demi pembebasan seseorang atau kelompok melalui pengetahuan. Riset tindakan kritis menyatakan bahwa semua riset pendidikan harus secara sosial tanggap atau membantu proses:

    a. Demokratisasi, yang mempersiapkan partisipasi orang. b. Partisipatoris, membangun komunitas pembelajar. c. Empowering, membebaskan dari penindas. d. Life enhancing, mengungkapkan potensi manusia penuh.

    b) Riset Tindakan Praktis Riset tindakan praktis (practical action research) lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu untuk memajukan pendidikan lewat proses tindakan. Setiap guru dan tim peneliti adalah otonom dan dapat menentukan penyelidikan sendiri, demi perkembangan profesi dan sekolah mereka. Guru menentukan fokus, teknik pengumpulan data, cara analisis, intervensi, tindakan aksi, dll. Secara singkat kekhasan kedua teori riset tindakan tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut (bdk. Mills, 2007:8-9): Tabel. 1.1 Perbedaan Konsep Riset Tindakan Kristis & Praktis

    KONSEP RISET TINDAKAN KRITIS

    KONSEP RISET TINDAKAN PRAKTIS (GURU)

    Dasar pendekatan filosofis: kritik sosial-pembebasan & postmodern: kebenaran relatif, pengetahuan berdasarkan pengalaman.

    Pendekatan: pratek, tidak filosofis; bagaimana dapat memajukan pendidikan

    1. Partisipatoris & demokratis 2. Responsif pada persoalan

    masyarakat dan terjadi dalam konteks.

    3. Riset tindakan membantu guru meneliuti praktek sehari-hari.

    4. Hasil riset dapat membebaskan guru, siswa, administrator dan memajukan pembelajaran dan manajemen

    1. Guru otonom dalam mengambil keputusan.

    2. Guru komitmen pada perkembangan profesi dan kemajuan sekolah.

    3. Guru refleksi atas praktek mereka. 4. Guru akan menggunakan

    pendekatan sistematis untuk merefleksi praktek mereka.

    5. Guru akan memilih fokus, cara pengumpulan data, analisis, interpretasi data dan rencana tindakan sendiri.

    1.6.2. TIGA KELOMPOK PENELITIAN TINDAKAN BERDASARKAN PELAKU

    Berdasarkan pelaku riset tindakan dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Riset Tindakan individual. Riset ini dilakukan oleh guru, kepala sekolah,

    administrator, dosen, atau peneliti di sekolah. Misalnya riset dilakukan oleh guru kelas untuk menguji-coba apakah metode mengajar dengan permainan dapat membantu siswa dalam belajar. Atau riset yang dilakukan oleh kepala sekolah tentang efektivitas pelayanan sekolah kepada para siswa. Atau tentang efektivitas dan gaya kepemimpinannya dalam lingkup sekolah.

    2. Riset grup. Riset ini dilakukan oleh sekelompok orang atau grup. Misalnya oleh sekelompok guru yang serumpun dalam mata pelajaran. Misalnya kelompok guru IPA melakukan penelitian tentang sikap siswa dalam belajar sains. Guru dalam kelompok bahasa meneliti tentang cara pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa. Atau beberapa orang guru agama (Katolik) di sekolah negeri meneliti tentang nilai-nilai kekatolikan bagi para guru dan siswa di sekolah negeri. Dalam riset dapat dibantu oleh tenaga ahli dari luar sekolah.

    3. Riset gabungan guru, kepala sekolah, administrator, stakeholders. Riset ini biasanya dilakukan demi perkembangan sekolah secara menyeluruh. Misalnya riset tentang

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    7

    toleransi anak-anak sekolah terhadap pelbagai perbedaan yang ada. Atau beberapa orang guru agama (Katolik) di sekolah negeri meneliti tentang nilai-nilai kekatolikan bagi para guru dan siswa di sekolah negeri.

    1.6.3. BERDASARKAN CARA KERJA

    Menurut Chen (1990) penelitian tindakan kelas terdiri atas empat jenis, yakni PTK diagnostik, partisipsi, empiris dan eksperimental (Aqib, 2006:19). 1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah

    suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam lata penelitian. Contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, perkelahian atau konflik yang terjadi antar siswa dalam suatu kelas atau sekolah, peneliti mendiagnosis siatuasi yang melatarbelakanginya.

    2) PTK Partisipan, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.

    3) PTK Empiris, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan mencatat dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.

    4) PTK Eksperimental, ialah penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pelbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar-mengajar.

    1.7. MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN

    Dalam perkembangan riset tindakan sedikitnya dikenal empat model penelitian tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model Kemmis & Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-218; Aqib, 2006:21-4). 1.7.1. MODEL KURT LEWIN

    Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).

    Gambar 1.1 PTK Model Kurt Lewin

    1.7.2. MODEL KEMMIS & TAGGART Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang membedakan dengan Kurt Lewin adalah sesudah suatu siklus selesai, yakni sesudah

    PLAN PLAN PLAN

    Observasi

    Reflektif

    act

    Reflektif

    Observasi

    act

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    8

    refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis & Taggart dapat digambarkan sbb: 1.7.3. MODEL EBBUT

    Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua. Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada langkah ketiga. Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan.

    Tabel 1.2 Siklus Model Ebbut

    Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3

    - Ide awal, identifikasi permasalahan, tujuan & manfaat

    - Langkah tindakan

    - Monitoring efek tindakan

    - Revisi rencana umum

    - Langkah tindakan

    - Monitoring efek tindakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkatan ketiga

    - Revisi rencana umum

    - Rencana diperbaiki

    - Langkah tindakan

    - Monitoring efek tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan penelitian

    Gambar 1.2 Siklus Model Kemmis

    PLAN REVISED PLAN REVISED PLAN

    Observasi

    Reflektif

    act

    Reflektif

    Observasi

    act

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    9

    1.7.4. MODEL ELLIOT Model ini dikembangkan oleh Elliot & Edelman. Mereka mengembangkan model

    dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian. Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang diteliti. Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya. Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan dapat dipecahkan.

    1.7.5. MODEL McKERNAN

    Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. Jika ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya. Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:

    Daur 1

    Hasil Identifikasi permasalahan

    Evaluasi tindakan 1

    Tindakan 1

    Impliksi tindakan 1

    Penilaian kebutuhan

    Hipotesis ide

    Daur 1

    Penetapan hasil 2

    Redefinisi permasalahan

    Revaluasi tindakan 2

    Penilaian kebutuhan

    Impliksi tindakan 2

    Hipotesis ide

    Tindakan 1

    Daur n

    Gambar 1.3. Siklus Model Elliot

    Gambar 1.4 Siklus Model McKernan

    Ide utama Peninjauan Perencanaan

    Tindakan 2 Monitor Tindakan 1

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    10

    BAB II

    PROSES PENELITIAN TINDAKAN

    2.1. LANGKAH UMUM

    Gwynn Mettetal (1998) dalam Wikipedia, the free encyclopedia mengemukakan langkah-langkah umum penelitian tindakan (Steps for Classroom Action Research) sebagai berikut:

    1. Decide on a question-Meaningful and important to you (Menentukan/merumuskan pertanyaan, dan makna dan pentingnya penelitian).

    2. Read literature on your topic (Kajian pustaka). 3. Plan your overall research strategy and data collection strategies (Merencanakan strategi

    penelitian dan pengumpulan data). 4. Collect data-refine methods as needed (Pengumpulan data-dengan menggunakan metode

    yang diperlukan). 5. Make sense of the data-qualitative and/or quantitative. (Menganalisis data dengan cara

    kualitatif dan/atau kuantitatif) 6. Reach conclusions about your question. What is the practical significance of your

    findings? (Menentukan kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian. Apakah memiliki signifikansi yang praktis untuk pengembangan?)

    7. Take action based on your conclusions (Melakukan tindakan berdasarkan kesimpulan penelitian).

    8. Share your findings with others (Mensharingkan usulan-usulan pengembangan kepada pihak lain).

    Menurut Johnson (2005), Tomal (2003), Mills (2007), langkah-langkah umum penelitian tindakan kelas (Suparno, 2008:28-30) adalah sebagai berikut: 1. Indetifiksi persoalan atau topik permasalahan

    Langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah menentukan persoalan yang akan diteliti. Apa yang ingin diteliti? Apa ada persoalan dalam kelas, cara guru mengajar, suasana siswa, sikap siswa, bahan, yang perlu diperhatikan secara khusus atau ingin dikembangkan? Apa yang menarik untuk diteliti di kelas atau sekolah?

    2. Menempatkan topik atau persoalan dalam konteks teori Topik atau persoalan perlu ditempatkan dalam konteks teori pendidikan yang ada. Untuk itu peneliti perlu memiliki pemahaman yang cukup tentang teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan dan mengaitkan dengan topik atau persoalan penelitian. Oleh karena itu perlu membaca literatur seperti majalah, jurnal pendidikan, buku, laporan hasil penelitian, internet, dan lain-lain.

    3. Pengumpulan data Sebelum mengumpulkan data, peneliti perlu secara cermat merencanakan data macam apa yang ingin dikumpulkan. Bagaimana data itu dikumpulkan, metode yang digunakan serta instrumennya? Di samping itu juga perlu merencanakan kapan dan seberapa sering data tersebut akan dikumpulkan? Berapa lama waktu akan digunakan? Dalam penelitian tindakan peneliti dapat mengadakan perubahan persoalan atau pertanyaan selama pengumpulan data. Oleh karena itu selama pengumpulan data dapat terjadi perubahan strategi mengajar, sumber data diubah dan bahkan fokus studi dapat berubah.

    4. Analisis data Setelah instrumen dan/atau pokok-pokok/pedoman observasi atau wawancara dibuat, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Setelah pengumpulan data atau sudah terkumpul data yang cukup maka peneliti dapat melakukan analisis data untuk dapat menarik kesimpulan dalam penelitian. Dalam analisis perlu dicermati tentang tema, kategori, serta pola yang muncul sehingga temuan penelitian dapat dimunculkan kemudian dapat menarik kesimpulan. Data yang terkumpul dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Dalam analisis data peneliti perlu mengerti dengan jelas berapa

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    11

    kali data diambil dan direkam. Bagaimana kategori dibuat dan disusun? Apa ada subategiori? Penting data diorganisasikan semikian rupa sehingga mudah untuk mengambil kesimpulan dari data yang ada.

    5. Membuat kesimpulan dan rekomendasi Langkah berikut adalah membuat kesimpulan dari data yang ada berkaitan dengan persoalan yang akan diteliti, kemudian membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.

    6. Membuat rencana aksi Kekhususan dari penelitian tindakan adalah membuat rencana tindakan berdasarkan penemuan. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk semakin memperbaiki kinerja, situasi, persoalan yang diteliti. Model rencana aksi (actin plan) yang dapat menggunakan salah satu model penelitian yang sudah dikemukakan.

    7. Melaksanakan tindakan lanjut Rencana aksi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, coba dilaksanakan di lapangan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Dalam pelaksanaan ini perlu dilibatkan banyak orang yang terkait dengan segala prosedurnya.

    8. Evalusi Setelah melakukan tindakan lanjut, perlu dievaluasi apakah tindakan itu memang berjalan baik, membantu mengembangkan pendidikan atau tidak. Bila ada kendala dalam implikasi perlu ditelusuri lebih lanjut. Evaluasi dapat digunakan juga untuk perencanaan selanjutnya.

    9. Menyiapkan proposal penelitian tindakan Sebelum melakukan penelitian, terutama kalau riset akan dimintakan dana/sponsor dari pihak lain, biasanya harus mengajukan proposal penelitian. Berikut contoh skema proposal penelitian tindakan. JUDUL BAB 1. PENDAHULUAN 1. Pengantar Topik a. Identifikasi persoalan atau wilayah penelitian b. Latar belakang masalah 2. Tujuan penelitian a. Tujuan umum b. Tujuan Khusus 3. Pentingnya penelitian a. Mengapa penelitian ini penting b. Contoh kepetingannya 4. Definisi Term/istilah-pernyataan BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

    1. Teliti penelitian yang telah ada/sebelumnya yang berhubungan dengan topik penelitian kita

    2. Kaitkan topik anda dengan literatur yang dipelajari 3. Beberapa teori tentang topik penelitian ini 4. Bencmarking?

    BAB 3. METODOLOGI 1. Partisipan yang telibat dalam penelitian

    - Orang yang terlibat (subjek) - Lingkungan sekolah, kelas, komunitas (setting)

    2. Material yang digunakan - Jelaskan sarana dan peralatan yang digunakan dalam penelitian - Jelaskan semua peralatan ukur yang digunakan

    3. Prosedur - Jelaskan lama studi/penelitian - Bagaimana mengumpulkan data, berapa banyak, berapa sering - Jelaskan prosedur atau teknik khusus dalam metodologi (perencanaan,

    observasi, tindakan, refleksi). 4. Analisis

    - Jelaskan bagaimana anda akan menganalisis data

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    12

    - Kuantitatif data biasanya dianalisis dengan frekuensi, nilai total, rata-rata dan standar deviasi

    BAB 4. PERENCANAAN DI LAPANGAN 1. Jadwal waktu penelitian 2. Sarana dan prasarana yang digunakan termasuk perizinan 3. Dana yang dibutuhkan

    Kepustakaan

    2.2. MENENTUKAN TOPIK PERSOALAN PENELITIAN Pertanyaan-pertanyaan pokok yang dapat diajukan dalam menentukan topik dalam praktik pendidikan antara lain:

    - Apa ada persoalan dalam praktik pendidikan yang perlu didalami dan dicari pemecahan untuk dikembangkan?

    - Apakah ada persoalan yang menganggu jalannya proses pendidikan di eklas, sekolah dan ingin dicari tahu termasuk jalan keluarnya?

    - Apakah kita ingin memajukan suatu model pembelajaran dalam kelas, mengevaluasinya atau memilih model yang lain?

    - Apakah ada hal yang menarik perhatian kita dalam praktik pendidikan yang kiranya dapat lebih diungkap secara jelas?

    Berikut beberapa contoh persoalan pendidikan dalam lingkup sekolah dan/atau kelas. 1. Unsur siswa: Apakah di dalam eklas sikap siswa semua baik, serius, konsentrasi

    pada pelajaran? Apakah tida ada siswa yang selalu menganggu kelas, yang merusak suasana kelas? Apakah tidak ada siswa yang harus dibantu secara khusus dalam proses pendidikan dan pengajaran? Bagaimana kerukunan di antara siswa, kerja-sama antar siswa? Apa ada siswa aneh, selalu sedih, tidak bersemangat, selalu menganggu teman, yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian secara khusus? Apakah siswa teliti dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal? Apakah semua siswa aktif mengajukan pertanyaan? Mengapa ada siswa yang selalu terlambat datang ke sekolah atau malas mengerjakan PR?

    2. Unsur guru: Bagaimana cara mengajar guru selama ini menarik atau tidak? Terampil dalam menggunakan alat dan media pembelajaran? Apakah guru secara kreatif menghadapi murid dengan latar belakang yang berbeda-beda? Bagaimana sikap guru dalam membimbing para siswa? Apakah ada perbedaan tingkat keberhasilan pembelajaran antara guru pria dan wanita? Apakah pendidikan-pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru membantu peningkatan kinerja guru?

    3. Unsur motode mengajar: Guru dapat meneliti apakah metode mengajar yang selama ini digunakan sudah efektif meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa? Apakah siswa terkesan atau bosan dengan suatu motode terentu? Apakah suatu metode mengajar perlu direvisi dan diganti dengan metode lain atau tidak? Bagaimana metode mengajar yang bervariasi membantu siswa belajar? Apakah suatu motode baru dalam pemlajaran dapat diterapkan?

    4. Unsur materi pelajaran: Bagaimana urutan-urutan materi yang disajikan oleh guru? Cara penyajiannya? Apakah perlu menambah sumber bahan pelajaran? Manakah materi-materi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dikuasai siswa? Apakah perlu menambah waktu untuk pelajaran tertentu? Mengapa untuk mata pelajaran tertentu penambahan waktu perlu? Apakah materi-materi dalam buku pegangan guru sudah cocok dengan situasi dan kondisi siswa di sekolah kita? Apakah langkah-langkah dan pengelolaan pembelajaran dapat membantu siswa menguasai kompetensi yang diharapkan?

    5. Unsur peralatan dan sarana pendidikan dan pembelajaran: Apakah pengaturan dan penataan sarana pendidikan di sekolah dan kelas sudah baik membantu siswa belajar? Apakah sarana pembelajaran di sekolah sudah cukup? Bagaimana mengefektifkan sarana pembelajaran yang terbatas untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal? Bagaimana guru dan para siswa memanfaatkan laboratorium atau perpustakaan dengan optimal?

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    13

    6. Unsur pengelolaan kelas: Bagaimana mengelolah kelas supaya semua siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran? Bagaimana membuka dan/atau menutup pelajaran secara efektif? Bagaimana interkasi guru dan siswa dalam pembelajaran? Apakah pengelompokkan siswa dalam belajar efektif? Apakah pengaturan tempat duduk siswa dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar? Apakah tutor sebaya efektif? Apakah penempatan dan penggunaan papan tulis sudah maksimal dan efektif?

    7. Unsur hasil pembelajaran: Apakah penilaian pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu sudah secara berimbang mengukur tiga ranah pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor)? Bagaimana metode pengawasan yang tepat agar para siswa menjawab soal ulangan dengan jujur? Teknik evaluasi apa yang cocok untuk materi dan mata pelajaran tertentu? Mengapa hasil Ujian Bersama, UAN di sekolah tinggi? Atau sebaliknya rendah? Kenapa di sekolah banyak siswa yang tawuran? Mengapa di suatu sekolah banyak guru dan siswa yang membolos?

    8. Unsur lingkungan: Apakah lingkungan kelas sudah membantu siswa belajar dengan baik? Apakah lingkungan sekolah secara keseluruhan sudah cukup baik? Bagaimana lingkungan masyarakat atau keluarga mempengaruhi prestasi belajar siswa? Bagaimana tingkat ekonomi atau pendidikan orang tua mempengaruhi prestasi belajar siswa?

    Penentuan topik atau persoalan penelitian dapat dimulai dengan mengadakan pengamatan sejenak tentang praktik pembelajaran, lalu mencoba mempertanyakan praktik tersebut. Misalnya:

    - Pengamatan: Siswa kelihatannya makin banyak yang membolos saat pelajaran agama di sekolah negeri. Persoalannya: Mengapa banyak siswa yang membolos saat pelajaran agama? Apa penyebabnya?

    - Pengamatan: banyak siswa dalam suatu kelas tidak atau belum dapat bedoa secara spontan? Persoalannya: Bagaimana teknik guru mengajar cara bedoa yang baik?

    - Pengamatan: Siswa di kelas satu banyak yang tidak cermat mengerjakan soal-soal Fisika. Persoalannya: Bagaimana guru dapat membantu siswa menegrjakan soal Fisika dengan cermat?

    - Pengamatan: Siswa di kelas dua banyak yang belum bisa menulis tata bahasa Indonesia dengan benar sesuai dengan EYD? Persoalannya: Bagaimana cara/teknik/metode guru mengajar atau mendampingi siswa agar dapat menulis dengan tata bahasa Indonesia sesuai dengan EYD.

    Mills (2007:26-28) memberikan catatan agar semakin terfokus dalam nenentukan topik yang ingin diteliti, sebaiknya menggunakan reconnaissance (pengumpulan data awal). Proses tersebut dapat ditempuh dengan langkah-langkah seperti nampak pada tabel berikut:

    Tabel 2.1 Model Reconnaissance Refleksi diri - Refleksikan topik anda: dengan nilai dan keyakinan

    anda - Dengan pengertian anda tentang hubungan teori,

    praktik, sekolah dan masyarakat. - Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran. - Bagaimana keadaan menjadi seperti sekarang.

    Deskripsi - Uraikan situasi yang ingin anda ubah - Uraikan bukti-bukti bahwa topik itu memang menjadi

    persoalan - Identifikasi faktor kritis yang mempenagruhi topik

    anda Eksplanasi - Jelaskan mengapa dan bagaimana faktor kritis yang

    adan identifikasi menyebabkan situsi menjadi seperti sekarang

    Pertanyaan topik sebaiknya mudah dijawab dalam penelitian, jangan sampai pertanyaan menjadi sulit untuk dijawab dalam penelitian sehingga peneliti menjadi frustasi. Kalau sudah menemukan topik yang ingin diteliti ada baiknya topik tersebut dirumuskan lagi dalam beberapa pertanyaan penelitian. Rumusan pertanyaan akan membantu dalam merumuskan tujuan penelitian.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    14

    Contoh: Topik: Mengembangkan minat siswa belajar Fisika dengan model permainan Pertanyaan riset (rumusan masalah):

    1. Apakah model permainan mengembangkan minat siswa belajar Fisika?

    2. apakah model permainan membantu siswa senang dengan pelajaran Fisika?

    Topik: Mengembangkan keaktifan bertanya siswa dalam pelajaran Pendidikan

    Agama Katolik. Pertanyaan riset (rumusan masalah):

    1. Apa yang menyebakan siswa kurang aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

    2. Apakah cara guru agama mengajar memacu siswa untuk aktif bertanya?

    3. Apa harapan siswa agar mereka menjadi aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama katolik?

    4. Bagaimana teknik-teknik yang dapat digunakan supaya siswa aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

    2.3. LATAR BELAKANG TEORI-KAJIAN PUSTAKA Langkah selanjutnya adalah mencari landasan teori tentang persoalan topik penelitian. Sumber literatur dapat berasal dari: Jurnal penelitian/ilmiah, internet, buku-buku, benchmarking. Benchmarking berupa standar, praktik standar, pedoman standar yang dapat dijadikan acuan. Misalnya soal kelemahan siswa membaca siswa, dapat dicarikan padanan praktik suatu sekolah yang kemampuan membacanya sangat menonjol atau standar baca yang selevel. Jumlah sumber yang dapat digunakan dalam peneltian tindakan, Johnson (2005) memberikan beberapa kriteria (Suparno, 2008:40-41)sebagai berikut:

    - Untuk tesis MA. Magister, S2 perlu lebih adri 25 judul. - Untuk disertasi Doktor perlu lebih dari 50 judul. - Untuk tugas biasa, penulisan di jurnal, ceramah, 2 s.d. 5 judul. - Untuk proyek riset tindakan demi pengembangan profesi atau hanya untuk evaluasi

    dan problem solving tidak diperlukan literatur. Jadi peneliti lebih bebas dalam menyampaikan gagasannya. Tentunya kalau ada literaturnya akan lebih baik dan memperkaya. Untuk PTK lebih dari 5 judul akan lebih baik.

    Dalam menggunakan literatur perlu menuliskan nama, tahun dan halaman pada bagian uraian sumber literatur yang dipergunakan baik dalam pengutipan langsung maupun tidak langsung. Untuk uraian yang tidak langsung dapat menggunakan teknik parafrase, yakni membahasakan dengan bahasa peneliti/penulis suatu pendapat dari orang lain. Pada bagian kepustakaan ditulis nama, tahun, judul buku, tempat terbit dan penerbit. Contoh: lihat pengutipan dan penulisan dalam tulisan ini. 2.4. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan proses atau langkah-langkah penelitian. Dalam metodologi diuraikan tentang subjek dan setting (tempat penelitian) penelitian, desain-rancangan penelitian-siklus penelitian, jensis instrumen, pelaksanaan tindakan, cara pengamatan, penyajian data, analisis data dan relfeksi. 2.4.1. SUBJEK DAN LATAR PENELTIIAN Perlu dikemukakan subjek dan latar atau tempat penelitian. Misalnya penelitian tindakan dilakukan untuk meneliti peningkatan prestasi belajar siswa (subjek) di SMP Pax Chirsti Manado (latar/setting).

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    15

    2.4.2. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN Peneliti perlu menguraikan desain atau rancangan tindakan kelas, yakni langkah-langkah atau siklus (berapa kali siklus) tindakan yang akan dilaksanakan. Perlu diuraikan langkah-langkah setiap siklus, bahan materi ataupun materi yang digunakan dalam setiap siklus. Berdasarkan persoalan atau masalah yang dirumuskan dan ditunjang dengan teori-teori yang relevan maka peneliti merencanakan tindakan kelas dalam rangka mengatasi atau menemukan jalan keluar dari persoalan. Menurut Mills (2007) dalam Suparno (2008:86) rencana berdasarkan siapa yang akan melaksanakan tindakan tediri atas tiga, yakni rencana tindakatan individual, rendana tindakan tim dan rencana tindakan institusi/sekolah. 2.4.3. METODE PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian data yang ingin dikumpulkan adalah semua bentuk informasi, observasi dan fakta yang akan menunjang tujuan riset. Misalnya untuk mengerti kegiatan siswa di kelas maka perlu dikumpulkan data tentang semua kegiatan mereka di kelas dalam waktu yang terus-menerus dan berkali-kali. Data kegiatan itu dapat diwujudkan dalam bentuk tertulis, rekaman, dokumen dan hasil tindakan mereka yang kita amati. Pengumpulan data perlu direncanakan terlebih dahulu secara sistematik. Sebelum pengumpulan data perlu membuat rencana data macam apa yang akan dikumpulkan, kapan, dan seberapa sering. Namun tetap terbuka bila terjadi perubahan-perubahan dalam proses pengumpulan data (Suparno, 2008:41-43). Berikut ini contoh dalam bentuk table mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan pengumpulan data.

    Tabel 2.2 Contoh Perencanaan Pengumpulan Data

    MACAM DATA INSTRUMEN (METODE)

    KAPAN BERAPA KALI

    SARANA JADWAL CEK(SESUAI BERAPA KALI)

    1. Kehadiran siswa

    Ceklis daftar hadir

    Bulan September

    25 kali Lembar daftar hadir dan bolponit

    v v dst

    2. Keaktifan siswa bertanya

    Anecdotal Bulan September

    4 kali setiap hari Senin

    Lembar notes sebanyak siswa

    v v v dst

    Metode pengumpulan data yang dapat dipakai dalam penelitian tindakan dapat dikelompokkan dalam lima kelompok (Johnson, 2005; Tomal, 2003; Mills, 2007; Stringer, 2004) dalam Suparno(2006:44), seperti nampak dalam table berikut:

    Tabel 2.3 Metode Pengumpulan Data

    OBSERVASI LANGSUNG

    WAWANCARA/ INTERVIEW

    SURVEI/ ANGKET

    DOKUMEN/ FORTOFOLIO

    TESTING

    Fieldnotes Log/Jurnal riset Anecdotal notes Checklist Rating checklist

    Pribadi Kelompok Konferensi Terbuka Terstruktur

    Terbuka Tertutup One-way Two-way

    Portofolio Arsip Video/audiotape Data retried Website/jurnal/email

    Dibuat guru Standart test Essay Ibjektif

    a. Observasi langsung Observasi langsung dapat dibedakan tiga macam (Mills, 2007:58-59, bdk. Sugiyono, 2008:204-205; Moleong, 2005:176-179):

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    16

    - Pengamat sebagai partisipan aktif. Peneliti secara aktif dalam proses pembelajaran dan juga pengamat. Misalnya guru sebagai peneliti, mengajar sekaligus menjadi pengamat langsung. Kesulitannya adalah mengajar sambil mengamati.

    - Peneliti menjadi pengamat aktif. Guru mengamati murid-muridnya di luar jam mengajarnya, misalnya saat pelajaran olahraga atau kegiatan lain. Dalam hal ini guru menjadi pengamat aktif tetapi bukan sebagai partisipan. Guru tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

    - Pengamat pasif. Guru sebagai peneliti tidak dalam tanggung-jawab mengajar, hanya sungguh-sungguh mengamati dan mengumpulkan data. Guru tidak ikut berinterakasi dengan siswa yang diteliti.

    Ada beberapa metode/cara dan alat yang dapat dipergunakan dalam pengamatan, seperti disajikan dalam uraian berikut (Suparno, 2008:46-49). 1) Fieldnotes. Fieldnotes adalah catatan penelitian di lapangan. Peneliti sebaiknya

    menggunakan buku catatan untuk menulis dan mencatat semua hal yang diamati. Ada tiga macam fieldnotes, yakni: - Deskripsi selama pengamatan. Fieldnotes ini dibuat guru selama guru mengajar.

    Memang agak sulit, karena di samping mengajar, tapi juga mengamati dan mencatat.

    - Catatan cepat selama mengajar. Pada saat sedang mengajar guru dapat membuat catatan cepat dan dilengkapi setelah selesai mengajar. Ada baiknya guru menyiapkan lembar-lembar kertas atau kartu yang tiap kartunya memuat nama masing-masing siswa. Setiap kali guru mengamati tingkah seorang siswa, guru dapat langsung mencatat hasil pengamatannya pada kartu.

    - Catatan dan refleksi pada akhir kelas. Guru sebagai peneliti membuat catatan setelah selesai ia mengajar. Sesegera mungkin ia membuat catatan. Guru juga mencatat semua pikiran yang muncul selama mengamati dan kemudian membuat refleksi.

    2) Log atau Jurnal Riset. Log/jurnal riset adalah salah satu bentuk fieldnotes yang lengkap. Yang merekam semua pengamatan atau observasi dan pemikiran berkaitan dengan semua hal dalam riset. Log dibuat oleh peneliti untuk mencatat apapun yang dilakukan dalam riset. Log memuat pencatatan penelitian dalam kurun waktu yang berkelanjutan. Misalnya laporan hari 1,2,3,4,dst. Di dalamnya dapat dituliskan beberapa hal, antara lain: - Langkah yang dilakukan dalam riset, termasuk perubahan yang ada. - Semua data yang diobservasi seperti keadaan kelas, suasana siswa, sikap siswa

    dalam kelas dan komentar mereka di kelas. - Analisis yang muncul dalam pikiran peneliti terhadap observasi yang diadakan, apa

    yang dipikirkan yang muncul dalam perjalanan penelitian. - Fakta yang ditemukan berkaitan dengan penelitian seperti diagram, jumlah anak,

    skor, nilai, daftar hadir, dll. Agar pengorganisasian data dan pemikiran tersebut, hendaknya bila log dibuat dalam computer dengan dibedakan file-filenya. Bila tidak menggunakan computer log dapat dibuat dalam kertas lembaran yang setiap kali dapat ditambah jumlahnya.

    3) Anecdotal notes. Anecdotal notes adalah salah satu bentuk fieldnotes yang dibuat secara cepat dalam pengamatan dan dapat dilengkapi. Isinya berupa perubahan tingkah-laku yang diharapkan pad anak. Anecdotal notes dapat ditulis dalam selembar kerta, kartu indeks, computer, dll. Berikut ini contoh anecdotal notes dari seorang siswa bernama Ladis.

    Tabel 2.4 Contoh Anecdotal Notes

    TANGGAL NAMA KETERANGAN/KEJADIAN 5 Agust Arin Hanya diam saat di kelas, tidak ikut

    kelompok 7 Agust Arin Ikut kelompok, tetapi tetap diam, tidak

    bicara 9 Agust Arin Dia bicara dengan 2 teman, ikut

    mengerjakan soal 11 Agust Arin Banyak bicara, memimpin kelompok, wajah

    gembira

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    17

    4) Checklist (lembar cek). Ceklis adalah suatu daftar atau tabel yang berisi hal-hal yang

    hendak diamati dengan kolom-kolom yang akan digunakan untuk mengecek apakah sesuatu terjadi atau tidak terjadi. Biasanya digunakan tanda V. Dalam PTK dibedakan beberapa ceklis: - Ceklis siswa, memuat apa yang harus dilakukan siswa dan nanti digunakan oleh

    siswa. Misalnya ceklis kehadiran siswa yang harus diisi oleh siswa sendiri, atau ceklis tentang keikutsertaan siswa dalam diskusi yang harus diisi oleh siswa sendiri; daftar buku yang telah dibaca siswa.

    - Ceklis guru, memuat apa yang dibuat guru dalam pelajaran, apa yang telah dijelaskan kepada siswa, apa yang telah dikatakan. Ceklis ini dicek sendiri oleh guru untuk melihat sejauh mana bahan atau topic sudah diajarkan.

    - Ceklis terbuka, berisi keterampilan siswa, apa yang dimengerti siswa, dan ini diisi oleh siswa sendiri. Dengan membaca ini guru dapat mengerti sejauh mana dan sedalam mana siswa memahami yang diajarkan.

    Tabel 2.5 Contoh Cecklist Kehadiran Siswa

    NAMA HARI 1

    HARI 2

    HARI 3

    HARI 4

    HARI 5

    HARI 6

    HARI 7

    Anton v v v v v Rita v v v v v v Tina v v v v v v Hendra v v v v v Niko v v v v v Santi v v v v v v v

    5) Rating Checklist. Rating checklist dibuat untuk melihat kualitas sikap atau tindakan

    tertentu. Jadi bukan hanya mencatat apakah siswa melakukannya, tetapi juga setinggi mana tingkat atau levelnya. Misalnya kita ingin mengerti bagaimana keaktifan siswa di dalam suatu pelajaran atau suatu topic pelajaran tertentu.

    Contoh: Keaktifan siswa dalam kelas pada mata pelajaran matematika dengan skor: 4. sangat tinggi 3. tinggi 2. cukup 1. rendah Hasil pengamatan dibuat dalam tabel.

    Tabel 2.6 Contoh Hasil Pengamatan dengan Cara Rating Checklist

    NAMA SISWA KEAKTIFAN Anton 4 Rita 1 Tina 2

    Hendra 2 Niko 3

    b. Wawancara/Interview Wawancara dalam penelitian dapat dibedakan dalam dua bentuk (Sugiyono, 2008:194-199; Suparno, 2008:50-54), yakni: wawancara tertutup (terstruktur) dan wawancara terbuka (tidak terstruktur). Contoh wawancara tertutup:

    1) Apakah saudaramu-saudaramau ramai bila kamu sedang belajar? Ya atau tidak? 2) Suasana rumahmu tenang atau ramai saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak? 3) Apakah di sore dan malam hari listrik di rumahmu menyala dengan terang atau

    tidak? Ya atau tidak? 4) Orang tuamu duduk di dekat kamu saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak? 5) Apakah orang tuamu menonton TV atau video selama kamu belajar ? Ya atau

    tidak?

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    18

    6) Waktu kamu tidak belajar di rumah, apakah orang tuamu mengingatkan atau tidak?

    7) Apakah kamu senang dengan pelajaran agama? a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang

    8) Di rumah kamu membaca kitab suci, a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

    Contoh wawancara terbuka: 1) Coba ceritakan bagaimana suasana rumahmu waktu kamu belajar! 2) Apa yang kamu harapkan dari orang tuamu saat kamu sedang belajar di rumah! 3) Coba ceritakan apa yang biasanya dilakukan orang tuamu saat kamu sedang

    belajar! 4) Apa yang dapat membuat kamu senang dengan pelajaran agama?

    c. Survei Survei adalah sekumpulan pertanyaan yang disusun dengan jelas untuk mendapatkan jawaban dari subjek tentang hal, kegiatan, pendapat, kebiasaan, dll yang ingin diketahui oleh peneliti. Model survey sering disebut model angket atau kuesioner. Survei dapat dilakukan langsung pada subjek, atau secara tidak langsung melalui orang lain, telepon, faksimili, e-mail atau pun on-line via computer. Dibedakan dua bentuk survey berdasarkan pertanyaannya:

    - Pertanyaan pilihan ganda atau tertutup. Siswa hanya memilih jawaban yang sudah disediakan.

    - Pertanyaan terbuka. Siswa dapat leluasa menjelaskan jawabannya. Dalam menyusun pertanyaan sedapat mungkin sederhana, jelas, mudah dimengerti dan menarik. Sebaiknya dalam suatu angket terdapat pertanyaan petanyaan terbuka. Berikut ini contoh angket tentang minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

    ANGKET Angket no: .. Pengatar Bacalah dengan teliti pertanyaan-pertanyaan berikut, kemudian pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan situasi, pemikiran, pengalaman anda selama ini, dengan cara melingkari pada huruf jawaban yang anda pilih. Ini bukan ulangan jadi tidak akan mempengaruhi nilai-nilai dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Pertanyaan 1. Apakah kamu menyukai pelajaran agama di kelas anda? a. Sangat suka

    b. Suka c. Kurang suka d. Tidak Suka 2. Apa yang kamu lakukan untuk mempersiapkan pelajaran agama saat kamu di rumah? a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama. b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama. c. Saya jarang membaca buku pelajaran agama d. Saya tidak pernah membaca buku pelajaran agama. 3. Apakah yang anda lakukan sebelum pelajaran agama dimulai?

    a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama sebelumnya. b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama sebelumnya. c. Saya jarang membaca buku pelajaran agama sebelumnya

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    19

    d. Saya tidak pernah membaca buku pelajaran agama sebelumnya. 4. Apakah kamu bertanya kepada guru Agama di kelas bila penjelasannya anda anggap

    kurang memuaskan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang/jarang d. Tidak pernah

    5. Apakah kamu membawa catatan/buku pelajaran agama setiap ada pelajaran agama? a. Selalu membawa buku pelajaran agama. b. Kadang-kadang tidak membawa buku pelajaran agama. c. Jarang membawa buku pelajaran agama. d. Selalu lupa membawa pelajaran agama.

    6. Bila guru agama kamu memberikan persoalan yang perlu dikerjakan di kelas, apa yang anda lakukan? a. Saya mengerjakannya sampai tuntas. b. Saya mengerjakan separohnya saja. c. Saya kadang tidak mengerjakannya. d. Saya tidak mau mengerjakannya.

    7. Selama pelajaran agama berlangsung apakah kamu memperhatikan penjelasan guru agama?

    a. Saya selalu memperhatikan b. Saya sering memperhatikan c. Saya kadang-kadang memperhatikan d. Saya tidak memperhatikan 8. Apakah kamu mengerjakan Pekerjaan Rumah yang diberikan oleh guru agama? a. Selalu mengerjakannya, tidak pernah lupa.

    b. Sering mengerjakannya tetapi lain kali tidak mengerjakannya. c. Jarang mengerjakannya hanya sekali-kali mengejarkannya.

    d. Selalu lupa mengerjakannya. 9. Apa yang anda lakukan setelah pelajaran agama selesai?

    a. Saya masih membaca kembali semua bahan pelajaran yang baru diajarkan. b. Saya membaca separoh saja bahan yang baru diajarkan. c. Saya kadang-kadang membaca bahan pelajaran yang baru diajarkan. d. Saya langsung menutup buku pelajaran agama.

    10. Bila bel sudah berbunyi tetapi pelajaran agama masih berlangsung, apa yang anda lakukan? a. Tetap memperhatikan dan mengikuti dengan serius pelajaran agama. b. Tetap memperhatikan tapi langsung menutup buku pelajaran agama. c. Kadang tidak memperhatikan lagi dan langsung menutup buku pelajaran. d. Tidak memperhatikan lagi dan langsung menutup buku pelajaran.

    Jawablah dengan bebas pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan apa yang anda pikirkan, lakukan dan alami selama ini. 11. Ceritakan apa yang biasanya anda lakukan di rumah untuk mempersipkan pelajaran

    agama? .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. 12. Ceritakan apa yang biasanya anda lakukan sebelum pelajaran agama dimulai? .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. 13. Ceritakan apa yang anda lakukan selama pelajaran agama berlangsung? ..................................................

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    20

    .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. 14. Ceritakan apa yang anda lakukan setelah pelajaran agama selesai? .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. 15. Ceritakan apa yang anda lakukan kalau bila ada Pekerjaan Rumah mata pelajaran

    agama? .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. .................................................. Tomal (2003:69-70) membedakan adanya dua model survey, (1) one way dan (2) two ways survey. Dalam one way survey peneliti tidak mengembalikan atau membicarakan hasil angket dan analisis kepada subjek penelitian. Sedangkan two ways survey, peneliti mengembalikan dan membicarakan bersama hasil penelitian dengan subjek penelitian. Dalam PTK guru sebagai peneliti hendaknya dapat membicarakan bersama tentang hasil angket dan analisisnya dengan subjek penelitian (siswa). Karena dengan memberituhkan dan membicarakan hasil angket secara bersama maka siswa juga akan mengetahui tindak lanjut yang akan diambil selanjutnya. Para siswa akan terlibat aktif bahkan memberikan masukan dalam upaya perbaikan atau pengembangan selanjtunya. Di samping itu juga guru sebagai peneliti perlu membicarakan hasil survey dengan kepala sekolah astau guru-guru yang terkait. Sehingga hasilnya dapat diketahui bersama dan pihak lain dapat memberikan masukan tindakan yang tepat untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya. d. Dokumen dan Portofolio Peneliti juag bias mendapatkan data lewat dokumen yang berupa portofolio, arsip, rekaman, laporan dari siswa, sekolah, atau tempat mereka bekerja, bila memang data itu diinginkan untuk topic penelitiannya. 1) Rekaman hasil karya dan performa siswa (portofolio) dapat berupa:

    - Karya seni, lukis, gambar yang dibuat siswa. - Pentas seni, drama, olahraga, kegiatan yang dilakukan siswa. - Artikel, tulisan di majalah dan jurnal. - Rekaman pidato di radio, balai desa dan di pesta-pesta. - Laporan proyek riset siswa, baik sendiri maupun bersama dalam kelompok. - Kumpulan pekerjaan rumah (PR).

    2) Arsip. Data arsip dapat berupa nilai tes masuk, hasil tes IQ, hasil tes wawancara, rapor, data orang tua, daftar kehadiran, data tentang kesehatan siswa, dll.

    3) Rekaman (video & audiotapes). Sarana ini biasasnya digunakan untuk merekam data nonverbal. Misalnya, sikap, gaya dan reaksi siswa dan/atau guru terhadap sesuatu yang dibuat atau terhadap suatu persoalan. Juga berfungsi untuk merekam apa yang dikatakan, diungkapkan dan diteriakkan oleh siswa. Perlu diperhatikan agar dalam menggunakan alat perekam jangan sampai siswa bertingkah berbeda (tidak seperti biasanya) karena mereka tau sementara direkam.

    4) Kartu data (data retrievel charts). Kartu ini digunakan untuk mengoleksi data siswa yang bentuknya bermacam-macam. Biasanya berbentuk mirip table yang berisi data tentang apa yang mau diamati dan apa yang harus dituliskan. Dapat dikatakan juga mirip ceklis, tetapi isinua bukan hanya tanda V, akan tetapi lebih memuat kata-kata atau kalimat. Misalnya untuk mencari tahu siapa yang lebih menyukai tempat-tempat belajar tertentu: siswa atau siswi, guru dapat mengisi dengan tally pada kolom yang ada. Berikut contoh kartu data.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    21

    Tabel 2.7. Contoh Kartu Data

    TEMPAT BELAJAR SISWI SISWA Perpustakaan sekolah IIII IIII IIII Ruang kelas IIII IIII IIII IIII IIII II Gang sekolah III IIII IIII IIII I Halaman sekolah IIII IIII IIII II IIII IIII IIII Aula sekolah IIII IIII IIII Kantin IIII IIII IIII I IIII IIII I

    5) Website, Jurnal Kelas, E-Mail Untuk dunia dewasa ini penggunaan website dan e-mail sudah bukan barang langkah dan baru lagi. Guru sebagai peneliti perlu menggunakan sarana-sarana tersebut untuk menemukan data dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Jurnal pendidikan dapat dibuat dalam lingkup kelas atau sekolah. Jurnal memuat tentang apa yang mereka kerjakan, pengalaman, perasaan dan usulan-usulan mereka. Pengisian jurnal dapat memanfaatkan komputer untuk menyimpan, menata, mengorganisir dan mengakses data para siswa. e. Testing Metode tes dapat dipergunakan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data. Jenis-jenis tes yang dapat dipergunakan adalah tes IQ, tes hasil belajar. Dalam penelitian guru sebagai peneliti jangan hanya menjadikan tes sebagai satu-satunya metode pengumpulan data. Tes dapat dipergunakan sebagai pelengkap atau sebagai pembanding dari data yang lain. Tes dapat berbentuk essay atau objektif. Dapat dbuat sendiri oleh guru atau tes standar yang sudah disiapkan. 2.4.4. SKALA PENGUKURUAN Pada bagian sebelumnya sudah diberikan contoh menyusun angket. Namun ada baiknya dikenal juga beberapa skala pengukuran dalam penelitian secara umum yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas (Sugiyono, 2008:134-149). a. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial tertentu. Fenomena sosial dapat terjadi dalam dunia pendidikan juga dalam lingkup pendidikan dan kelas. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: a. Sangat setuju (5) a. Selalu (4) b. Setuju (4) b. Sering (3) c. Ragu-ragu (3) c. Kadang-kadang (2) d. Tidak setuju (2) d. Tidak pernah (1) e. Sangat tidak setuju (1) a. Sangat positif (4) a. Sangat baik (4) b. Positif (3) b. Baik (3) c. Negatif (2) c. Tidak baik (2) d. Sangat negatif (1) d. Sangat tidak baik (1) Untuk keperluan analisis, maka jawaban itu dapat diberi skor seperti nampak angka-angka pada setiap gradasi. Instrumen penelitian yang menggunakan skal likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Contoh bentuk checklist:

    Berilah jawaban dengan menggunakan tanda V pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    22

    NO PERTANYAAN SS ST RG TS STS 1 Dalam pelajaran agama

    semua siswa harus membawa Kitab Suci

    V

    2 Dalam pelajaran agama semua siswa harus dapat berdoa spontan

    V

    3 .. SS = Sangat setuju : skor 5 ST = Setuju : skor 4 RG = Ragu-ragu : skor 3 TS = Tidak setuju : skor 2 STS = Sangat Tidak setuju : skor 1 Contoh cara menganalisisnya akan dibahas pada uraian selanjutnya. Bentuk pilihan ganda (lihat contoh sebelumnya pada halaman 55-58). b. Skala Guttman Skala pengukuran Guttman menutut responden menjawab dengan tegas, ya-tidak,; benar-salah, pernah-tidak pernah; positif-negatif, dll. Jadi hanya ada dua interval. Contoh lihat halaman 52. Skala Guttman dapat dibuat pilihan ganda atau checklist. Contoh pilihan ganda:

    1. Apakah kamu kamu merasa senang dengan pelajaran Matematika? a. Ya b. Tidak

    Contoh checklist NO PERTANYAAN PERNAH TIDAK

    PERNAH 1 Guru agama menggunakan

    film rohani dalam pelajaran agama

    V

    2 . c. Semantic Defferensial Skala pengukuran ini ditemukan oleh Osggod. Bentuknya sebagai berikut: Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi Semakin besar besar nilai (maksimal 5) yang diberikan berarti semakin postif, sdangkan semakin kecil semakin negatif. Pada angka 3 berarti netral. d. Rating Scale Ketiga model skala pengukuran di atas semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Pada rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

    Mohon diberi nilai terhadap nilai gaya kepemimpinan wali kelas kamu

    dengan cara melingkar angka yang sesuai menurut penilaian anda

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    23

    Contoh: Seberapa baik ruang kelas di kelas anda? Berilah jawaban dengan angka 4. bila tata ruang ruangan itu sangat baik. 3. bila tata ruang itu cukup baik. 2. bila tata ruang itu kurang baik. 1. bila tata ruang itu sangat tidak baik. Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

    NO PERTANYAAN TENTANG TATA RUANG KELAS

    INTERVAL JAWABAN

    1 Penataan meja murid & guru sehingga pembelajaran lancar

    4 3 2 1

    2 Cahaya alam dalam ruangan kelas 4 3 2 1 3 Cahaya buatan/listrik dalam kelas 4 3 2 1 4 Warna lantai kelas 4 3 2 1 5 Sirkulasi udara dalam ruang kelas 4 3 2 1 6 Keserasian warna alat-alat dan

    perlengkapan dalam kelas 4 3 2 1

    7 Kebersihan ruangan kelas 4 3 2 1 8 Penempatan almari buku 4 3 2 1

    e. Skala Thurstone Skala Thurstone adalah model skala pengukuan di mana responden diminta untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Contoh: Mengukur persepsi para siswa tentang cara guru agama mengajar. Pilihlah 5 dengan cara melingkari nomor pernyataan dari 10 pernyataan yang

    sesuai menurut kamu. a. Saya merasa senang dan bersemangat dengan cara guru agama mengajar. b. Saya mengalami kesulitan memahami pelajaran agama walaupun guru agama

    sudah menjelaskan bahan pelajaran. c. Saya cepat bosan dan mengantuk dengan cara mengajar guru agama. d. Saya dapat memahami bahan pelajaran bila guru agama mengajar. e. Guru agama saya sangat kreatif dalam mengajar pelajaran agama. f. Guru agama saya pada umumnya kalau menjelaskan membaca buku pegangan. g. Guru agama kalau mengajar kadang menarik kadang membosankan. h. Guru agama sering memberikan tugas terlalu sulit untuk dikerjakan. i. Saya senang karena guru agama saya, menghargai pendapat dari para siswa. j. Saya merasa guru agama tidak pernah memberikan kesempatan kepada para siswa

    untuk bertanya. Sebelumnya guru sebagai peneliti untuk keperluan analisis memberikan nilai pada setiap item sebagai berikut:

    No item pernyataan a b c d e f g h i j Nilai 10 5 1 8 9 4 6 2 7 3 Nilai tertinggi: 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 40, 40:5 = 8 Nilai terendah: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15, 15:5 = 3

    Misalnya: Hasil jawaban seorang siswa bernama Andy ditabulasikan sebagai berikut:

    No item pernyataan a b c d e f g h i j Jawaban Andy - - c d - - g h - J Nilai - - 1 8 - 6 2 - 3 Perhitungan: 1+8+6+2+3 =20 Nilai : 20:5 =4 Nilai 4 dari Andy adalah nilai respon yang cenderung pada nilai rendah, berarti cara mengajar guru agama menurut andy kurang.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    24

    2.4.5. METODE ANALISIS DATA a. Syarat-syarat Analisis Data Dalam analisis data perlu diperhatikan beberapa syarat, yakni validitas, kredibiltas dan reliabilitas data. 1) Akurasi dan Kredibilitas Data disebut akurat dan kredibel bila data yang diambil sungguh-sungguh menunjukkan dan menciptakan gambaran yang benar dan realistis apa yang diteliti. Misalnya kalau kita ingin meneliti tentang keaktifan siswa di kelas, data yang diapakai harus benar-benar rekaman gambaran kegiatan siswa di kelas, bukan cerita guru tentang suasana kelas. 2) Validitas Data yang valid adalah data yang menunjukkan data yang sungguh-sungguh mengukur apa yang akan diukur. Misalnya untuk mengukur tingkat kegembiraan siswa belasjar Bahasa Inggris, maka data yang disajikan menunjukkan kegembiraan siswa dalam belajar bahasa Inggris, bukan kegembiraan bermain di lapangan. McNiff(2002:105-107) mengungkapkan minimal ada tiga model validitas, yaitu (1) validitas pribadi, (2) lewat teman, (3) secara ilmiah. Secara pribadi peneliti selalu bertanya dalam dirinya (1) apakah yang saya katakan dan tulis memang benar, (2) apakah kita menggunakan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh orang lain, (3) apakah hasil yang kita ungkapkan dapat didiskusikan. Validitas teman dapat diperoleh dengan meminta pertimbangan, masukan dan kritik dari teman-teman guru tentang penelitian dan temuan kita. Semakin banyak masukan dan tanggapan maka akan lebih valid. Sedangkan data atau hasil penelitian kita memiliki validitas ilmiah apabila penelitian dan penemuan kita dapat diterima seara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Di antaranya adalah dengan menunjukkan relasi kausal antara teori dan praktik yang sudah ada; ada kritik reflektif; ada tanggung-jawab. Analisis dan laporan penelitian sebaiknya disertai dengan penjelasan-penjelasan yang ilimiah, bukan hanya sekedar laporan observasi atau deskripsi apa yang terjadi. Lincoln dan Guba (1981) mengemukakan empat kriteria validitas suatu penelitian kualitatif (Moleong, 2005:324), yakni kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Kredibilitas dapat dicapai melalui; penelitian yang lama, observasi secara tetap/konstan/ajeg, interkasi dan kreksi dari teman lain, triangulasi atau membandingkan dengan yang lain, menggunakan pelbagai sumber data, ada pengecekan dari subjek yang diteliti dan ditunjang dengan referensi yang kuat. Transferabilitas dapat dikembangkan dengan mengumpulkan data deskriptif secara detail dan mengembangkan deskripsi dari konteks. Dependabilitas artinya data saling melengkapi, diperoleh melalui metode-metode yang saling melengkapi dan mengaudit secara cermat data yang dikumpulkan. Konfimabilitas, netralitas atau objektivitas data diperoleh melalui triangulasi yakni menyoroti persoalan dari berbagai sudut dan melakukan refleksi terus-menerus, membuat jurnal riset sehingga data makin lengkap. 3) Reliabilitas Reliabilitas artinya data yang diambil akan tetap sama meski diambil dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas menunjukkan apakah suatu tes itu konsisten atau tidak. Jadi data tidak berubah dalam perjalanan waktu; diukur hari ini atau esok, hasilnya tetap sama. Misalnya hasil tes dari siswa Rita hari ini untuk mata Pelajaran Agama, maka minggu depan skornya tetap sama. Dalam penelitian tindakan kelas, apabila kita akan mengukur apakah siswa kreatif di kelas, maka perlu adanya pengamatan secara tetap, misalnya setiap minggu sampai sekitar dua bulan. Bila sampai dua bulan siswa tersebut kreatif, maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut memang kreatif.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    25

    b. Jenis Analisis Data Dalam analisis data, peneliti dapat menggunakan analisis kualitatif ataupun kuantitatif sederhana sesuai dengan model instrumen yang digunakan. Analisis data kualitatif dapat menggunakan cara kategorisasi yang dibuat dengan cara koding (mengkode). Peneliti dapat melihat pola (pattern) yang menonjol. Analisis Kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana (statistik deskriptif). Tidak perlu menggunakan statistik inferensial yang agak kompleks dan ketat. Statistik deskriptif yang dapat dipergunakan adalah menghitung frekuensi, persentase, rata-rata (mean). Standar deviasi (ketersebaran data) dan korelasi sederhan. 1) Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dapat ditempuh dengan cara induktif kualitatif. Analisis data induktif adalah cara analisis dengan cara menemukan pola-pola tertentu dari data yang dikumpulkan. Peneliti dalam membaca, melihat dan mendengarkan data, perlu melihat pola-pola yang selalu/sering muncul baik ungkapan, kejadian, perasaan atau sikap dari subjek. Analisis induktif kualitatif dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Suparno, 2008:72-79): - Membuat transkrip data. Semua transkrip data dibuat dalam bahasa tulisan dalam

    kertas, kartu atau file komputer dengan diberi nama yang berbeda menurut isi, tanggal dan waktu observasi.

    - Memberi kode, label (coding). Semua data yang sudah ditulis dalam kalimat diberi kode atau label yaitu istilah singkat atau kata yang menungkapkan tema, kegiatan, suasana, karakter, dll yang mewakili data penelitian. Kode disesuaikan dengan topik persoalan penelitian. Misalnya persoalan kita, mengapa siswa-siswi gaduh selama berada di laboratorium Fisika. 1. Alternatif kodenya: gaduh, alat kurang, berebut peralatan, heran akan hasil

    percobaan, bermain, dll. 2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai. Contoh:

    Tabel 2.8. Contoh Data Transkrip Observasi Pelajaran Fisika

    Data transkrip dari observasi Kode/label Kejadian di lab Fisika, ruangannya kecil, dengan dua meja praktikum di tengah.Di lab ada dua set peralatan Fisika dengan jumlah siswa 20 anak. Suasana praktikum ramai, gaduh. Beberapa siswa berebut peralatan, tarik-menarik, teriak. Beberapa siswa tidak dapat mencoba, hanya melihat dari jauh. Mereka ini ngobrol saja, tidak dapat aktif melakukan percobaan. Kelompok kedua tiba-tiba berteriak, gembira, kaget. Mereka semua memandang sesuatu yang tampak aneh, keluar asap kuning dari tabung percobaan mereka. Mereka saling bicara, bertanya kejadian apa itu. Dst.

    Alat Kurang Gaduh Alat kurang Gaduh Heran, hal aneh

    Contoh lain misalnya persoalan bagaimana cara guru membuat siswa aktif dalam pelajaran agama.

    1. Alternatif kodenya: aktif, pasif, diam, tidak menjawab, bingung, malu-malu, bertanya, menunjuk, memberi pujian, dsb.

    2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai. Contoh:

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    26

    Tabel 2.9. Contoh Transkrip Data Observasi dalam Pelajaran Agama

    Data transkrip dari observasi Kode/label Guru masuk ruangan belajar. Guru membuka pelajaran dengan doa dan nyaian. Guru mengajak siswa berdiri untuk berdoa dan bernyanyi. Saat guru mengajak berdiri berdoa dan bernyanyi ada siswa yang tidak langsung berdiri. Ada yang masih sibuk dengan buku-bukunya. Ada yang masih bersenda-gurau dengan teman-teman yang lain. Guru mengajak kembali semua siswa untuk berdoa dan bernyanyi. Guru mulai membuka pelajaran dengan bertanya bahan pelajaran minggu yang lalu. Semua siswa diam. Guru bertanya lagi. Tida ada yang menjawab. Banyak yang tertunduk, masih sibuk dengan menulis (tidak tau apa yang ditulis). Guru menunjuk seorang siswa. Dia diam. Guru bertanya kembali. Nampak siswa-siswi yang lain berbisik-bisik saling memandang. Siswa tersebut tetap diam. Guru bertanya kepada siswa yang lain. Siswa tersebut belum menjawab dengan baik. Guru mengarahkan. Jawaban siswa mendekati harapan guru. Guru memberi pujian. Nampak semua siswa senyum. Guru bertanya lagi. Banyak siswa yang mengangkat tangan. Bahkan ada yang langsung menjawab. Suasana kelas mulai gaduh. Guru meredahkan suasana. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab. Siswa tersebut menjawab dengan baik. Guru merangkum semua jawaban siswa. Guru selanjutnya menerangkan tentang tema pelajaran dan menulis tema pelajaran di papan tulis. Dst.

    Mengajak Tidak aktif Sibuk sendiri Mengajak Bertanya Diam Tidak menjawab Sibuk Menunjuk, diam Bertanya Diam Bertanya Menjawab Pujian Bertanya Menjawab, gaduh Menunjuk Menjawab

    Kadang-kadang peneliti tidak dapat langsung memberi kode pada kalimat yang tertulis langsung, tetapi harus mencoba menangkap maksud data yang tertulis bukan kata yang digunakan atau maksud yang lebih menyeluruh. Adakalanya data dalam satu lembar kerta hanya dapat diberi satu kode saja. Untuk itu seorang peneliti perlu membaca kembali seluruhnya dengan berefleksi. Bisa saja kode yang sudah diberikan tidak cocok sehingga perlu diganti.

    3) Membuat duplikat data tertulis. Supaya data aman, maka perlu membuat duplikat, salinan duplikat asli dengan jalan misalnya dengan menfotocopy. Data salinan/fotocopy yang dijadikan bahan analisis dan diberi kode.

    4) Mengumpulkan data-data yang berkode sama. Data kode yang sama dijadikan satu kategori, pengertian yang lebih luas. Pada contoh persoalan kegaduhan siswa di lab Fisika, kategori dapat berupa:

    - gaduh karena : 1) peralatan lab tidak mencukupi 2) terheran-heran pada hasil percobaan 3) siswa yang lain bermain 4) siswa mau melakukan percobaan lebih dulu

    Pada persoalan bagaimana cara guru mengajak siswa aktif dalam pelajaran agama. - cara membuat siswa aktif: 1) mengajak untuk terlibat 2) bertanya 3) menunjuk untuk menjawab 4) memberi pujian

    5) Dari semua kategori yang akan terlihat kategori mana yang paling banyak. Kemuadian buatlah urutan kategori.

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    27

    6) Alasan kegaduhan dan cara membuat siswa aktif dapat ditentukan dari kategori yang paling banyak muncul.

    7) Apabila kategori jumlahnya banyak maka kategori yang mirip atau dekat dikelompokkan lagi menjadi konsep utama. Konsep utama dirutkan dari yang paling banyak terjadi dan itulah hasil dari penelitian.

    8) Membuat rangkuman dalam bentuk narasi atau kalimat terhadap apa yang ditemukan. Secara skematis proses induktif kualitatif dapat digambarkan sbb:

    Petunjuk lain yang dapat dilakukan dalam analisis kualitatif, yakni: 1. Melihat pola yang muncul dari data. Oleh karena itu penting melihat dengan jelas

    kejadian yang sering terulang, kata-kata yang sering terungkap, jawaban-jawaban yang sering muncul.

    - Perhatikan apa yang unik, yang berbeda dari biasanya. Kemudian bertanya mengapa itu terjadi di sini, sekarang bukan di tempat lain atau waktu lain.

    - Menggunakan peta konsep untuk melihat persoalan yang ada. Unsur-unsur yang muncul dicoba dijadikan satu peta konsep. Lalu dari sana akan terlihat mana yang saling berkaitan dan mana yang tidak, mana yang menjadi sebab utama dan mana yang bukan.

    - Peneliti dapat menggunakan kategori dengan pertanyaan who, what, where, when, why, how.

    - Menggunakan kata kerja, karena menunjukkan suatu tindakan. Apalagi meneliti apa yang dilakukan siswa.

    2) Analisis Data Kuantitatif Sederhana Dalam penelitian tindakan diperlukan juga pengumpulan data secara kuantitatif, walaupun tidak harus selalu dalam penelitian tindakan menggunakan analisis kuantitatif. Sudah disebutkan sebelumnya analisis kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana seperti frkuensi, rata-rata, standar deviasi, persentase dan korelasi sederhana. Contoh analisis kuantitatif berbasarkan instrumen dengan bentuk skala likert:

    Berilah jawaban dengan menggunakan tanda V pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

    NO PERTANYAAN SS 5

    ST 4

    RG 3

    TS 2

    STS 1

    1 Dalam pelajaran agama semua siswa harus membawa Kitab Suci

    V

    2 .. SS = Sangat setuju : skor 5 ST = Setuju : skor 4 RG = Ragu-ragu : skor 3 TS = Tidak setuju : skor 2

    Data

    Data

    Data

    Data

    Kode

    Kode

    Kategori Konsep

    Gambar 2.1. Proses Induktif Kualitatif

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    28

    STS = Sangat Tidak setuju : skor 1 Angket diberikan kepada 30 orang siswa. Setelah Hasilnya sebagai berikut: 9 orang menjawab : Sangat Setuju 8 orang menjawab : Setuju 5 orang menjawab : Ragu-ragu 4 orang menjawab : Tidak setuju 4 orang menjawab : Sangat tidak setuju Berdasarkan data tersebut 17 orang (9+8) atau 64 % siswa menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulan 64-65% siswa setuju bahwa dalam pelajaran agama perlu membawa Kitab Suci. Data interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata (mean) jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut: Jumlah skor untuk 9 orang = 9 x 5 = 45 Jumlah skor untuk 8 orang = 8 x 4 = 32 Jumlah skor untuk 5 orang = 5 x 3 = 15 Jumlah skor untuk 4 orang = 4 x 2 = 8 Jumlah skor untuk 4 orang = 4 x 1 = 4 Jumlah Total = 112 Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 30 (jumlah responden)= 150 (seandainya semua menjawab sangat setuju). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian adalah 112. Jadi berdasarkan data ini maka tingkat persetujuan siswa terhadap perlunya membawa Kitab Suci dalam pelajaran agama adalah (112:150) x 100% = 74,67% dari yang diharapkan 100%. Secara kontinuum dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.2. Contoh Kontinuum Hasil Pengukuran Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai 112 berada pada daerah yang cenderung ragu-ragu dan setuju. Jadi ada kecenderungan belum semua siswa setuju membawa Kitab Suci dalam pelajaran agama. Temuan ini tentunya tidak ideal. Maka guru sebagai peneliti perlu mencari alasannya kemudian menentukan tindakan apa (tindakan kelas) yang tepat supaya para siswa dapat memiliki persepsi yang lebih meningkat lagi (persepsi positif) terhadap penggunaan Kitab Suci dalam pelajaran agama. 2.4.5. PENYAJIAN DATA Hasil penelitian dalam bentuk deskripsi data dan analisis data perlu disajikan secara menarik sehingga mudah dibaca. Penyajian dapat berbentuk tabel dan grafik (pictogram diagram garis, histogram/diagram batang atau model pie /diagam lingkaran.

    1. Tabel Ada beberapa model tabel yang dapat dipergunakan seperti nampak dalam beberapa contoh berikut. Contoh tabel data nominal

    STS TS SS ST RG

    30 60 90 120 150

    112

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    29

    Tabel 2.10 Data Siswa di SMA Don Bosco Manado

    NO

    AGAMA KELAS JUMLAH

    KELAS X KELAS XI

    KELAS XII

    1 Islam 2 3 - 5 2 Protestan 88 90 76 254 3 Katolik 74 64 61 199 4 Hindu - - - - 5 Budha 8 5 8 21 6 Konghucu - - - - JUMLA

    H 172 162 145 479

    Contoh tabel data ordinal 1 Tabel 2.11 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII

    SMP Pax Christi Manado

    NO NILAI JUMLAH SISWA PROSENTASE 1 20 2 4,44 2 30 5 11,11 3 40 7 15,56 4 50 11 24,44 5 60 8 17,78 6 70 7 15,56 7 80 3 6,67 8 90 2 4,44 45 100

    Contoh tabel data ordinal 2

    Tabel 2.12 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

    NO

    NILAI JUMLAH SISWA PROSENTASE

    1 50 11 24,44 2 60 8 17,78 3 40 7 15,56 4 70 7 15,56 5 30 5 11,11 6 80 3 6,67 7 20 2 4,44 8 90 2 4,44 45 100

  • Penelitian Tindakan Kelas/Pendidikan LR/2009

    30

    Contoh tabel data Interval Tabel 2.13. Karakteristik Gaya Mengajar Guru Agama menurut Persepsi Siswa Kelas IX

    SMA Frater Don Bosco Manado

    NO KARAKTERISTIK GAYA MENGAJAR

    GURU

    SKOR PROSENTASE (%)

    1 Otoriter 1 05,55

    2 Konsultasi 7 38,89

    3 Partisipasi 7 38,89

    4 Delegasi 3 16,67

    JUMLAH 18 100,00

    Contoh tabel data Distribusi Frekuensi

    Tabel 2.14 Hasil Tes Siklus II Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

    NO


Recommended