MAKA
OU
PU
BA
LAH PROP
UTLOOK
USAT SO
ADAN PE
POSAL OP
K PERT
A
Sri AdYa
Muh
OSIAL EKPE
ENELITIAPE
PERASION
TANIA
Oleh:
Adi SetiyanSupriyati
Hery Susilodreng Purwana Supriyahammad Su
KONOMIERTANIAAN DAN ERTANIA
2014
NAL PENE
AN 200
nto i owati
woto atna uryadi
I DAN KEAN
PENGEMAN
ELITIAN T
15 – 2
EBIJAKA
MBANGA
TA. 2014
2019
AN
AN
1
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian nasional
dan daerah. Peranan sektor ini diantaranya (Setiyanto, 2011a): (1) merupakan
penyedia bahan pangan, bahan baku industri, komoditas perdagangan antar daerah
dan ekspor; (2) sektor pertanian merupakan pasar bagi produk yang dihasilkan oleh
sektor pertanian itu sendiri dan produk-produk sektor lain baik industri maupun jasa-
jasa; (3) sektor pertanian merupakan sektor yang menguasai hajat hidup orang
banyak; (4) sektor pertanian merupakan sumber penggerak pertumbuhan ekonomi
nasional dan daerah; (5)menjadi penghela utama pembangunan ekonomi nasional dan
daerah; (6) sumber modal bagi pembangunan sektor lain; (7) sektor pertanian
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan; (8) sektor
pertanian merupakan penyedia dan pemelihara jasa lingkungan; (9) merupakan sektor
yang paling strategis dalam mencapai kedaulatan, keadilan, kemakmuran dan
ketahanan ekonomi nasional dan daerah. Berdasarkan Buku Strategi Induk
Pembangunan Pertanian 2013 – 2045 (SIPP) dinyatakan bahwa hingga tahun 2045
mendatang peranan tersebut masih tetap relatif tinggi.
Dalam rangka pembangunan pertanian ke depan, dalam SIPP dicantumkan
target-target atau sasaran yang ingin dicapai dalam jangka panjang hingga tahun 2045.
Selanjutnya ditetapkan sasaran jangka menengah yang terdiri dari periode 2013 –
2014; periode 2015 – 2019; periode 2020-2024; periode 2025 – 2029; periode 2030 –
2034; periode 2035 – 2039; dan periode 2040 – 2044. Pada periode 2015 – 2019,
pembangunan pertanian memiliki sasaran kokohnya fondasi sistem pertanian-bioindustri
berkelanjutan menuju tercapainya keunggulan atau daya saing pertanian berbasis
sumberdaya alam berkelanjutan, sumberdaya manusia berkualitas, dan kemampuan
IPTEK untuk (yang diikuti oleh) meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan
petani. Berdasarkan hal ini, pembangunan pertanian memiliki fokus pada upaya untuk
meletakkan fondasi sistem pembangunan pertanian bio-industri berkelanjutan sebagai
dasar pijakan untuk tahapan pembangunan pada periode berikutnya. Suatu studi atau
3
analisis yang mendukung hal tersebut di atas diperlukan untuk memberikan masukan
bagi para pengambil kebijakan pada Kementerian Pertanian. Studi yang dimaksud
adalah studi atau analisis Outlook Pertanian. Studi ini merupakan salah satu komponen
penting karena menghasilkan analisis mengenai satus, tren dan prospek sektor
pertanian dengan memperhatikan perubahan ekonomi, sosial, kelembagaan dan
teknologi baik yang berasal dari internal sektor pertanian maupun dari eksternal di luar
sektor pertanian di dalam negeri maupun luar negeri yang turut mempengaruhi
perkembangan sektor pertanian.
Studi Outlook Pertanian mendukung ulasan kebijakan dan perencanaan strategis,
menggambarkan berbagai pilihan yang tersedia bagi pembuat kebijakan pertanian,
dan menggambarkan alternatif yang mungkin timbul sebagai akibat dari pilihan-pilihan
kebijakan tersebut, dan atau antisipasi yang mungkin dilakukan akibat kondisi yang
timbulk akibat lingkungan strategis dan kebijakan yang berubah secara dinamis.
Sebuah analisis Outlook Pertanian pada umumnya disusun dengan memperhatikan
kinerja capaian kegiatan pembangunan sebelumnya serta kebijakan dan rancangan
program-program pembangunan pertanian yang akan dilakukan oleh Kementerian
Pertanian ke depan dengan memperhatikan pula kebijakan makro ekonomi dan
Kementerian lain yang terkait ke depan. Perlunya memperhatikan kebijakan makro
ekonomi dan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan oleh sektor
terkait mengingat keberhasilan pembangunan sektor pertanian tidak semata-mata
ditentukan oleh sektor pertanian saja melainkan juga oleh kinerja perekonomian makro
dan kebijakan dan program-program operasional dari sektor-sektor lain yang terkait.
1.2. Dasar Pertimbangan Studi Outlook merupakan studi yang harus menangani analisis dengan baik
sekarang dan masa depan dan memiliki tujuan utama adalah untuk melayani para
pengambil kebijakan baik pemerintah maupun pelaku pembangunan lainnya sebagai
dukungan untuk peninjauan kebijakan pada masa lalu, sekarang maupun ke depan.
Sebuah studi outlook menjadi sangat penting untuk dilakukan karena dapat
menunjukkan berbagai pilihan kebijakan yang tersedia dan menarik beberapa
4
kesimpulan tentang berbagai hasil yang mungkin terjadi dari berbagai pilihan tersebut.
Berdasarkan FAO (2014), maksud dari studi outlook adalah melakukan penilaian dan
menganalisis status, tren dan prospek sektor pertanian merupakan komponen integral
dari penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan pertanian nasional. Mengacu
kepada sumber tersebut, studi Outlook Pertanian merupakan studi menyoroti tren
pendek, menengah dan jangka panjang di sektor pertanian dan mengidentifikasi
peluang dan tantangan yang muncul, meneliti dampak dari kekuatan internal dan
eksternal atau strategis kunci yang bekerja pada sektor pertanian dan memberikan
masukan dari berbagai inisiatif kebijakan.
Berbagai Outlook Pertanian telah disusun oleh berbagai instansi dengan berbagai
perbedaan cakupan dan metoda analisis. Namun pada umumnya belum
mempertimbangkan rancangan kebijakan-kebijakan dan program-program
pembangunan pertanian serta arah kebijakan pembangunan pertanian ke depan yang
tertuang, serta perubahan lingkungan strategis internasional dan domestik. Dari segi
rentang waktu, Outlook Pertanian yang telah ada juga belum mempertimbangkan
rentang waktu RPJM maupun SIPP Kementerian Pertanian yang dapat dipandang
sebagai RPJP sektor Pertanian. Hal ini menyebabkan studi atau snalisis Outlook
Pertanian 2015 – 2019 penting untuk dilakukan, sebagai jangka waktu menengah dari
strategi induk tersebut dan lanjutan dari periode pembangunan sebelumnya, yaitu 2010
- 2014. Agar hasil Outlook Pertanian ini dapat digunakan dengan baik untuk
membantu para pengambil kebijakan merumuskan kebijakan, program dan target-
target pembangunan pertanian oleh Kementerian Pertanian ke depan, maka selain
penyesuaian rentang waktu outlook, maka dalam analisis dilakukan analisis makro
ekonomi sesuai komponen target makro ekonomi sektor pertanian (PDB menurut
subsektor, penyerapan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, ketahanan pangan
dan kesejahteraan petani) dan analisis kinerja komoditas dari sisi produksi, konsumsi,
harga dan lainnya untuk tujuh komoditas yaitu padi (beras), jagung, kedele, tebu
(gula), sapi potong, bawang merah dan cabe merah.
Berdasarkan substansi dari laporan-laporan maupun artikel-artikel yang
membahas tentang outlook komoditas dapat dirumuskan bahwa outlook komoditas
5
adalah gambaran tentang prospek ke depan penawaran, permintaan dan harga suatu
komoditas yang didasarkan atas prediksi maupun asumsi tertentu perkembangan
lingkungan strategis internasional maupun nasional yang mempengaruhi komoditas
bersangkutan secara langsung maupun tidak. Jadi ada 3 (tiga) komponen dari outlook
komoditas, yaitu: (1) gambaran tentang prospek suatu komoditas baik menyangkut
penawaran, permintaan maupun harganya, dan (2) rentang waktu dari prospek
tersebut yang bersifat jangka pendek bulanan, triwulanan, semesteran dan 1 hingga
dua tahun; jangka menengah tahunan satu hingga lima atau jangka panjang lebih dari
lima tahun, dan (3) prediksi atau asumsi tertentu perkembangan lingkungan strategis
yang dijadikan dasar untuk membuat analisis tentang prospek dan kondisi pada masa
yang akan datang.
1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian sebelumnya, tujuan kegiatan penyusunan outlook adalah:
1. Mengidentifikasi dan melakukan analisis Outlook Pertanian 2015 – 2019;
2. Mengidentifikasi dan merumuskan alternatif strategi kebijakan dan program-
program untuk mencapai keberhasilan target-target pembangunan pertanian
periode 2014 – 2019.
1.4. Keluaran
Keluaran penelitian yang diharapkan adalah:
1. Hasil analisis Outlook Pertanian 2015-2019;
2. Rumusan alternatif strategi kebijakan dan program-program pembangunan
pertanian periode 2014 – 2019;
3. Buku Outlook Pertanian 2015 – 2019;
1.2. Manfaat
Hasil penelitian yang berupa Outlook Pertanian 2015 – 2019 akan bermanfaat
untuk membantu para pengambil kebijakan di Kementerian Pertanian sebagai
stakeholder utama PSEKP dalam menyusun target-target pembangunan pertanian yang
6
akan datang dan alternatif strategi kebijakan dan program-program dalam pencapaian
target pembangunan pertanian periode 2015 -2019.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Kondisi pertanian ke depan sangat terkait dengan kinerja masa kini dan masa
lalu, serta dipengaruhi oleh dinamika perubahan lingkungan internasional, nasional
perkembangan komoditas dan kebijakan pengembangan komoditas (Kementerian
Pertanian, 2013). Dinamika perubahan lingkungan internasional dan dampaknya
terhadap kinerja pertanian Indonesia, antara lain: (i) Pada saat ini telah terjadi
interkoneksi perekonomian internasional, sehingga perkembangan perekonomian dunia
akibat krisis financial, kebijakan-kebijakan Negara lain, akan mempengaruhi
perekonomian Indonesia. Khususnya untuk pertanian, perubahan perekonomian dunia
akan berpengaruh semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, apabila
produk ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Namun demikian,
apabila tidak mampu bersaing, maka akan ndonesia akan kehilangan pasar produk
ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan produksi negara lain yang lebih murah
dan berkualitas; (ii) Indonesia merupakan net eksportir untuk beberapa komoditas
perkebunan, dan selebihnya adalah net importer, dinamika perubahan permintaan dan
penawaran komoditas dunia, perdagangan serta harga pangan dunia, akan
mempengaruhi penawaran komoditas dan ketersediaan pangan dunia. Bagi Indonesia,
dapat mengambil manfaat dari kondisi tersebut, dengan memperkuat pasar produk
pangan di pasaran dunia; (iii) Perubahan iklim akan mempengaruhi pola tanam, dan
berkembangnya serangan hama dan penyakit.
Pengaruh lingkungan kebijakan dan kondisi lingkungan strategis terhadap kinerja
komoditas pangan pokok ditunjukkan oleh hasil penelitian Setiyanto et al 2011 yaitu
(1) diantara berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah selama ini, relatif banyak
kebijakan yang menimbulkan volatilitas harga baik harga produsen maupun harga
konsumen, dan tekanan lebih mengutamakan perlindungan konsumen dari pada
produsen. Disamping itu, kebijakan-kebijakan tersebut kurang efektif menyelesaikan
7
masalah; (2) Perilaku pedagang importir, eksportir, pengolah dan pedagang grosir,
distributor input dan output komoditas pangan serta kebijakan pemerintah
pengaruhnya sangat besar terhadap terjadinya volatilitas harga, maka pemerintah
selain perlu berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan terhadap stabilisasi harga, juga
perlu mengendalikan perilaku para pedagang, pengolah dan distributor tersebut; (3)
Mengingat salah satu sumber volatilitas baik harga produsen maupun konsumen adalah
kondisi infrastruktur yang ditunjukkan oleh kuatnya pengaruh perilaku kebijakan
pemerintah, perilaku pedagang importir, eksportir, grosir, perubahan harga BBM
internasional dan domestik dan kondisi iklim, maka pembangunan dan perbaikan
infrastruktur pada bidang produksi, distribusi, transportasi, pemasaran dan
perdagangan komoditas dan perlindungan terhadap produsen dan konsumen sangat
dibutuhkan dalam menjaga stabilisasi dan monitoring harga pangan.
Dinamika perubahan lingkungan nasional dan dampaknya terhadap sector
pertanian antara lain: (i) Dinamika perkembangan perekenomian nasional (akibat
kebijakan fiskal, moneter, finansial) akan mempengaruhi investasi dan daya saing
komoditas pertanian; (ii) Dinamika perubahan permintaan dan penawaran komoditas
dan harga pangan akan mempengaruhi pola produksi komoditas pertanian. Apabila
permintaan dan harga tinggi untuk suatu komoditas maka diperkirakanakan terjadi
peralihan komoditas yang diusahakan; (iii) Perubahan perdagangan dan pemasaran,
komoditas juga akan mempengaruhi kinerja produksi dan harga komoditas; (iv)
Perubahan iklim akan mempengaruhi pola tanam, dan berkembangnya serangan hama
dan penyakit, apabila tidak ada antisipasinya akan mempengaruhi produksi komoditas
pertanian; (v) Cadangan minyak bumi yang semakin menipis, menyebabkan harga
bahan bakar minyak akan semakin mahal, hal ini akan mempengaruhi melemahnya
daya saing komoditas pertanian yang berbasis mekanisai. Namun demikian, hal ini juga
akan menjadi peluang untuk pengembangan komoditas pertanian bahan baku biofuel.
Perkembangan komoditas dipengaruhi oleh usahatani terpadu, agro ekologi,
pemasaran, jenis produk, harga, teknologi inovasi, persaingan dalam sumberdaya air
dan lahan, pangan, pakan, bahan bakar nabati, industri primer (berbahan baku
pertanian dan peternakan), dan sarana produksi pertanian (pupuk, benih, bibit,
8
pestisida dan lain-lain). Sementara itu, pengembangan komoditas terkait erat dengan
program-program dan kebijakan pemerintah. Secara umum, arah pembangunan
pertanian mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional
2005-2025, yang diperinci dalam periode 5 tahunan yang dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional. Di tingkat Kementerian Pertanian
RPJM Nasional ditindaklanjuti dengan Rencana Strategis (Renstra) dengan periode 5
tahunan. Di samping itu, Kementerian Pertanian juga membangun konsep Strategi
Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, yang memadukan RPJP dan
Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-
2025. Kementerian Pertanian, meluncurkan program-program pembangunan (SLPTT,
BLBU, Subsidi, dan lain-lain), dan berbagai peraturan perundangan untuk mendukung
pengembangan komoditas pertanian. Keterkaitan antara aspek-aspek tersebut, secara
ringkas ditampilkan pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, bagi negara yang menganut sistem perekonomian
terbuka, seperti Indonesia perkembangan suatu komoditas baik yang menyangkut
penawaran, permintaan maupun harganya bisa dipengaruhi oleh: (1) isu-isu di tingkat
internasional, (2) isu-isu di tingkat nasional, (3) program peningkatan produksi
sejumlah komoditas yang dilakukan pemerintah, dan (4) isu-isu lainnya yang
menyangkut misalnya inovasi teknologi, persaingan penggunaan air dan lahan,
persaingan penggunaan produk pertanian antara untuk pangan, pakan, dan energi.
Keempat hal tersebut yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu komoditas
dapat disebut sebagai lingkungan strategis pengembangan komoditas.
Isu-isu di tingkat internasional yang perlu dicermati antara lain adalah
perkembangan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, pemberlakuan kawasan
perdagangan bebas regional, perkembangan harga minyak bumi, perubahan kebijakan
makro di negara-negara maju, persaingan penggunaan produk pertanian antara untuk
pangan dan energi, perkembangan penawaran dan permintaan pangan utama,
perkembangan harga pangan utama, dan dampak perubahan iklim.
9
Gambar 1. Kerangka Teoritis Outlook Pertanian Indonesia
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju khususnya yang
menjadi negara tujuan ekspor sejumlah komoditi dari Indonesia perlu dicermati karena
kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan volume dan nilai ekspor
komoditas pertanian Indonesia. Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas regional
seperti AFTA harus diantisipasi dengan baik agar pasar domestik Indonesia tidak
menjadi pasar bagi barang-barang dari negara ASEAN lainnya yang pada gilirannya
akan mematikan produsen domestik. Demikian pula dampak perubahan iklim perlu
dicermati karena dampak perubahan iklim bisa menyebabkan beberapa negara
produsen utama kedele mengalami kekeringan yang pada gilirannya akan
menyebabkan penawaran pangan tersebut di tingkat dunia menjadi berkurang dan
Kondisi Sebelumnya 2004-2009
Kondisi Saat ini 2010 -2014
Kondisi Ke Depan (Out Look): 2015-2019
Perkembangan perekonomian dunia, permintaan dan penawaran komoditas, perdagangan, perkembangan harga pangan, minyak bumi, biofuel, krisis finansial, perubahan kebijakan negara-negara lain, perubahan iklim, dan lain-lain
Perkembangan perekenomian nasional: permintaan dan penawaran komoditas, perdagangan, pemasaran, perkembangan harga pangan, minyak bumi, biofuel, kebijakan fiskal, moneter, finansial, perubahan kebijakan pemerintah pusat, perubahan iklim, dan lain-lain
Perkembangan mikro: Usahatani terpadu, agro ekologi, pemasaran, jenis produk, harga, teknologi inovasi, persaingan dalamsumberdaya air dan lahan, pangan, pakan, bahan bakar nabati, industry primer (berbahan baku pertanian dan peternakan), dan sarana produksi pertanian (pupuk, benih, bibit, pestisida dan lain-lain Kebijakan/program operasional (SLPTT, BLBU,
Subsidi, dan lain-lain strategi kebijakan dan pogram opersional pemerintah)
10
selanjutnya akan mendorong harga pangan bersangkutan di tingkat dunia meningkat.
Kondisi ini pada gilirannya menyebabkan harga pangan tersebut di negara pengimpor
seperti Indonesia menjadi mahal.
Isu-isu di tingkat nasional yang perlu dicermati antara lain adalah kecenderungan
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, pasokan beberapa
pangan utama yang masih mengandalkan impor, tingkat pertumbuhan penduduk yang
masih tergolong tinggi, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Kecenderungan
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat perlu dicermati karena
turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menyebabkan harga
komoditas pertanian ekspor dari Indonesia di pasar dunia menjadi mahal dan pada
gilirannya akan menyebabkan permintaan ekspor terhadap komoditas pertanian
Indonesia berkurang. Kondisi ini pada gilirannya akan menyebabkan permintaan
eksportir kepada petani produsen menjadi turun. Disamping itu kecenderungan
menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan menyebabkan
harga pakan ternak impor menjadi mahal dan pada gilirannya akan menyebabkan harga
daging ayam di pasar dosmestik akan meningkat sehingga permintaan daging ayam
akan menurun. Penurunan permintaan sudah barang tentu akan diikuti dengan
penurunan penawaran. Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tergolong tinggi
menyebabkan permintaan terhadap produk pangan tetap meningkat dan pada
gilirannya akan menyebabkan penawaran pangan bersangkutan juga akan
meningkat.Perubahan pola konsumsi masyarakat sejalan dengan peningkatan
masyarakat dari dominan karbohidrat menjadi lebih bervariasi termasuk mengkonsumsi
sumber vitamin dan mineral menyebabkan permintaan terhadap buah dan sayuran
meningkat dan pada gilirannya menyebabkan penawaran buah dan sayuran juga
meningkat. Pelaksanaan program-program pemerintah misalnya untuk meningkatkan
produksi beras seharusnya disusun untuk meredam dinamika perubahan lingkungan
strategis internasional dan global seperti misalnya program Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) diharapkan mampu meningkatkan produksi
beras di dalam negeri sehingga tidak ada gejolak produksi untuk memenuhi permintaan
beras di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.
11
2.2. Model Analisis Outlook Yang Umum Dipakai di Dunia Model analisis yang digunakan dalam beberapa outlook komoditas cukup
beragam. Keberagaman tersebut sangat tergantung dari cakupan komoditas, aspek
yang dianalisis, jangka waktu, skenario dan asumsi-asumi yang akan dibangun,
pendekatan yang digunakan, serta tujuan outlook tersebut disusun. Analisis umum
yang digunakan dalam outlook pertanian adalah analisis tentang keragaan atau rata-
rata pertumbuhan, rata-rata dan persen kontribusi (share), serta proyeksi terhadap
indikator kinerja produksi, konsumsi, harga, volume dan nilai perdagangan. Namun,
diatas pemilihan model analisis tersebut, pembahasan tentang lingkungan strategis
yang mempengaruhi kinerja komoditas dan prespektif ke depan tentang aspek yang
dianalisis akan lebih memberikan manfaat lebih dari outlook yang disusun. Uraian-
uraian berikut memberikan penjelasan tentang Outlook pertanian yang disusun oleh
beberapa institusi internasional.
Terdapat tiga model analisis outlook pertanian yang umum dipakai sebagai
metoda analisis outlook pertanian (Blanco, 2010; NCAER, 2013; Vanuccini, 2010).
Ketiga model tersebut selalu menyediakan outlook pertanian global jangka pendek, dan
jangka menengah antara lain adalah USDA Agricultural Oulook, FAPRI Projections for
Agricultural Markets, dan OECD-FAO Outlook for World Agricultural
Commodity Markets. Sedangkan untuk jangka panjang, institusi internasional yang
sering mengeluarkan outlook antara lain adalah IFRI (tingkat global dengan
menggunakan IMPACT Model), CMAG (Canada), dan DG-AGRi (Uni Eropa). Disamping
tiga model jangka pendek menengah dan beberapa model analisis jangka panjang
tersebut beberapa negara melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk
beberapa dengan menggabungkan beberapa analisis tambahan dengan menggunakan
GTAP, CGE dan ESIM yang didukung oleh metode analisis time series baik univariate
maupun multivariate untuk variabel tertentu seperti yang diterapkan oleh beberapa
negara Afrika dan Amerika Latin. Berikut ini gambaran sekilas model analisis outlook
yang umum dipakai yang juga diadopsi di India, China, Jepang, Mexico dan Brazil untuk
menganalisis outlook jangka pendek (quarterly dan yearly) dan menengah lima tahun.
12
Untuk analisis outlook yang bersifat bulanan, umumnya digunakan analisis tambahan
berupa time series (univariate dan multivariate) dan expert judgement
2.2.1. USDA Agricultural Outlook Outlook pertanian yang diterbitkan USDA berisi proyeksi 10 tahun kedepan
kinerja perdagangan komoditas-komoditas yang mendapat kredit program dari
pemerintah Amerika serikat. Proyeksi tersebut dibangun dengan menggabungkan
beberapa model analisis dan beberapa pertimbangan pakar. Data dasar dibangun
berdasarkan asumsi-asumsi kondisi makroekonomi, adanya perubahan iklim, kebijakan,
dan perkembangan internasional. Beberapa set model ekonomi yang digunakan dalam
membuat proyeksi tersebut adalah: (i) model alokasi lahan pangan domestik, (ii)
beberapa model pasar komoditas pertanian Amerika, (iii) FAPSIM (Food and Agricultural
Simulator), (iv) global agricultural trade model, "Country-Commodity Linked Modeling,
yang mempunyai 24 pasar komoditas di 39 negara/wilayah.
Proyeksi dalam USDA agricultural Outlook ini meliputi produksi, permintaan dan
pasar komoditas pertanian. Sayangnya, konstruksi dalam membangun baseline tidak
terdokumentasikan dengan baik, sehingga faktor-faktor yang melandasi proyeksi
tersebut menjadi relatif tidak transparan.
2.2.2. FAPRI Projections for Agricultural Markets
Proyeksi Pasar Komoditas Pertanian dari The Food and Agricultural Policy
Research Institute (FAPRI) adalah hasil kerjasama institusi riset pada Iowa State
University dan the University of Missouri, Columbia. Setiap tahun FAPRI menerbitkan
baseline proyeksi 10 tahunan untuk perdagangan komoditas Amerika serikat dan
tingkat global. Hasil baseline proyeksi tersebut dipublikasikan setiap tahun dalam
FAPRI US and World Agricultural Outlook. Baseline FAPRI dibangun dengan
menggunakan data yang komprehensif dengan memanfaatkan sistem modeling dan
hasil review dari para pakar. Model FAPRI dibangun dari 3000 persamaan yang
merepresentasikan hubungan permintaan dan penawaran komoditas utama Amerika
Serikat dan tingkat dunia.
13
Kerangka model FAPRI terdiri dari satu set model keseimbangan parsial yang
meliputi model keseimbangan tanaman pangan, kapas, susu, peternakan, minyak sawit,
beras, dan gula. Model-model tersebut tidak bersifat parsial tetapi merupakan model
multi market. Artinya model-model tersebut independen, tetapi model-model tersebut
juga mempunyai hubungan satu dengan lainnya.
Produksi diturunkan dari persamaan produktivitas dan luas areal, sementara
konsumsi diturunkan dari permintaan untuk pakan dan non pakan. Kebijakan pertanian
dan perdagangan setiap Negara masuk dalam model ini untuk melihat pengaruhnya
terhadap penawaran dan permintaan oleh pelaku usaha. Variabel makroekonomi seperti
GDP, jumlah penduduk, dan nilai tukar merupakan variabel eksogen yang menentukan
dalam model proyeksi.
2.2.3. OECD-FAO Outlook for World Agricultural Commodity Markets
The OECD-FAO annual Agricultural Outlook disusun atas kerjasama antara the
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan the Food and
Agriculture Organisation (FAO). Outlook pertanian OECD-FAO memberikan pandangan
tentang evolusi perdagangan produk pertanian pada 10 tahun mendatang dan
menyediakan baseline data yang dapat dianalisis lebih lanjut dengan berbagai alternatif
kebijakan dan asumsi-asumsi ekonomi lain. Dalam outlook ini mencakup pasar biji-
bijian, minyak sawit, gula, daging, susu dan biofuel. Selain hasil-hasil proyeksi, data
historis juga disampaikan dalam outlook ini. Pendekatan metodologi yang dipakai dalam
outlook ini terdiri dari satu set asumsi dari variabel eksogen dan kebijakan, dipadukan
dengan pertimbangan pakar dan hasil dari sistem modeling. Kondisi pasar didasarkan
pada satu set asumsi faktor-faktor makroekonomi, kebijakan perdagangan dan
pertanian, dan teknologi produksi, dimana iklim diasumsikan normal. Kerjasama OECD
dan FAO ini berhasil menyusun sistem modeling produksi, konsumsi, perdagangan,
persedian/stok dan harga komoditas pertanian, yaitu Aglink Cosimo Model. Aglink
Cosimo model merupakan gabungan dari Model Aglink yang dikembangkan oleh OECD
dan model Cosimo yang dikembangkan oleh FAO.
W
sejak ta
negara
meneng
COSIMO
struktu
menggu
outlook
Gs K
aspek
makroe
Tabel 1
USDA (39 reg FAPRI (26 reg OECD-F (58 reg sumber: Tabel 2
Worldwide
ahun 1992
berkemba
gah yang
O (COmod
r dari Ag
unakan pa
k OECD-FA
Gambar 1. sumber: Blan
Komparasi
agregasi w
ekonomi ya
1. Agregas
gions)
gions)
FAO gions)
Blanco (201
2. Agregasi
Agribusin
2. Pada tah
ang yang d
dikeluarka
dity Simula
Link, sem
arameter y
AO dapat d
Prosedur pnco, 2010
ketiga o
wilayah da
ang dianalis
si regional O
Common US EU Argent Austral Brazil Canada China Japan
0) dan NCAE
Komoditas
ess Linkag
hun 2004,
dianalisis d
an FAO. P
ation Mod
entara pa
yang telah
dilihat pada
penyusuna
utlook USD
an cakupa
sis dapat d
Outlook Pe
n countries/ S M
ina Nia R Ia T S
ER (2013)
s Outlook P
ge Program
Aglink Mo
dengan me
Pengemban
el). Strukt
rameter u
ditetapka
a Gambar 2
an baseline
DA, FAPRi,
n komodit
dilihat pada
ertanian US
/aggregatesSouth Korea México New Zealand Russia ndia
Turkey South Africa
Pertanian U
m (Aglink)
odel dikemb
enggunaka
ngan kom
tur pemog
untuk nega
n FAO (Pr
2).
e outlook O
, dan OEC
tas, serta
a Tabel 1,
SDA, FAPRi
s SpeSeve
Seve
Seve
USDA, FAP
Model dik
bangkan
an data da
ponen ter
graman mo
ara baru
rosedur pe
OECD-FAO
D-FAO terk
sumber d
Tabel 2, d
i, dan OEC
ecific counteral country
eral country
eral country
PRi, dan OE
kembangka
dengan me
lam outloo
rsebut dibe
odel meng
yang dita
enyusunan
kait denga
data untuk
an Tabel 3
D-FAO
ries/aggregaggregates
aggregates
aggregates
ECD-FAO
14
an OECD
enambah
ok jangka
eri nama
ggunakan
mbahkan
baseline
an aspek-
k variabel
3.
gates
15
Common commodities Specific commodities/aggregates USDA (24 comm)
Wheat Rice Sugar Milk Beef and veal Pork Poultry meat Egss
Corn Barley Sorghum Oats Other coarse grains Cotton Soybeans Soybeans meal Soybeans oil Horticultural crops
FAPRI (33 comm)
Corn Barley Sorghum Soybeans Rapeseed Sunflower Oil Rapeseed Oil Sunflower Meal Palm Oil Cotton Ethanol Biodiesel Cheese Butter Nonfat Dry Milk Whole milk Powder
OECD-FAO (39 comm)
Coarse grains Oilseeds Oilseed meals Vegetable oils Butter Cheese Whole milk powder Skim milk powder Sheep meat Molasses Ethanol Biodiesel Dried Distiller's Grains
sumber: Blanco (2010) dan NCAER (2013) Tabel 3. Sumber data variable makro ekonomi Outlook Pertanian USDA, FAPRI, dan
OECD-FAO USDA FAPRI OECD-FAO Population growth US Bureau of the US Bureau of the UN Population Census and internal Census International Prospects sources Data Base GDP growth In-house sources IHS Global Insight OECD and World Bank medium term economic projections Exchange rate In-house sources In-house sources In-house sources Crude oil price In-house sources IHS Global Insight Short-term projections for 2009-10 and OECD economic outlook sumber: Blanco (2010) dan NCAER (2013)
Merujuk ketiga contoh outlook pertanian yang telah diuraikan terlihat bahwa
ketiga pendekatan yang digunakan dalam outlook pertanian sebagian besar adalah
Model Keseimbangan Parsial (Partial Equilibrium Model). Selain FAPRI, AGLINK,
AGLINK-COSIMO, beberapa model analisis yang digunakan dalam outlook pertanian
internasional yang menggunakan pendekatan model keseimbangan parsial antara lain
adalah European Simulation Model (ESIM) dan Common Agricultural Policy Regional
Impact Analysis (CAPRI). ESIM, merupakan model keseimbangan parsial statis
perdagangan sektor pertanian. Versi asli ESIM dikembangkan oleh USDA dan terutama
ditujukan untuk simulasi pengembangan perdagangan di Uni Eropa. Sebagai sebuah
model global, semua negara masuk kedalam model tersebut, namun disagregasi
masing-masing negara berbeda-beda. Untuk Uni Eropa, kebijakan perdagangan
16
dimodelkan secara detail termasuk tarif, quota, harga batas, subsidi ekspor, subsidi
produk, pembayaran langsung atas penggunaan lahan pertanian. Fungsi dalam ESIM
sama-sama elastis (isoelastic), penawaran di level usahatani didefinisikan dari 15
komoditas pangan, 6 komoditas peternakan, 11 produk olahan, biofuel dan
turunannya. Permintaan untuk manusia didefiniskan dari produk olahan dan dari
sebagian besar produk usahatani. Diluar produk yang dihasilkan diluar usahatani tidak
digolongkan sebagai konsumsi manusia karena hanya sebagai bahan baku industri
atau pakan. Perdagangan dalam ESIM adalah perdagangan bersih.
Tabel 4. Perbandingan Gambaran umum FAPRI, AGLIK, CAPRI, dan ESIM FAPRI AGLINK CAPRI ESIM Tipe Model Recursive
Dynamic Recursive Dynamic
Comparativ Static Comparativ Static
Definisi Base line proyeksi Baseline FAPRI
proyeksi atas Baseline AGLINK
Dikalibrasi ke Baseline DG-AGRI*)
Dikalibrasi ke Baseline DG-AGRI*)
Tahun Dasar 2009 2009 2004 (rata-rata 2003-05)
Rata-rata 2006-07
Base Line (periode Proyeksi)
2009-2018 (series)
2009-2020 (series)
2020 (titik estimasi) 2021 (titik estimasi)
Faktor Eksogen jumlah Penduduk, Variabel Makro, Perubahan teknologi
jumlah Penduduk, Variabel Makro, Perubahan teknologi
jumlah Penduduk, Variabel Makro, Perubahan teknologi
jumlah Penduduk, Variabel Makro, Perubahan teknologi
sumber: Blanco, 2010 *DG – AGRI : Directorate General for Agriculture and Rural Development
CAPRI merupakan model analisis keseimbangan parsial untuk sektor pertanian.
CAPRI dibangun untuk melihat pengaruh kebijakan sektor pertanian dan perdagangan
dari tingkat global ke regional. Model CAPRI merupakan model komparasi statis dimana
pemecahan masalah melalui iterasi modul penawaran dan perdagangan. Modul
penawaran terdiri dari satu set model penawaran pertanian regional seluruh anggota
Uni Eropa, Norwegia, Semenajung Barat Balkan, dan Turki. Modul perdagangan adalah
model multi komoditas global spasial dimana 50 komoditas dan 60 negara (yang terbagi
menjadi 28 blok perdagangan) dimodelkan sebagai pembatas dalam sistem persamaan.
17
Komparasi antara FAPRI, AGLIK, CAPRI, dan ESIM ditampilkan dalam Tabel 4 dan Tabel
5).
Tabel 5. Perbandingan Metodologi FAPRI, AGLIK, CAPRI, dan ESIM
Aspek FAPRI AGLINK CAPRI ESIM
Pendekatan umum Gabungan pertimbangan pakar dan model analisis
Gabungan pertimbangan pakar dan model analisis
Gabungan pertimbangan pakar dan model analisis
Gabungan pertimbangan pakar dan model analisis
Institusi yang menggunakan
FAPRI (hanya Pakar di Amerika Serikat)
OECD-FAO (mencakup seluruh negara)
Konsorsium EU CAPRI (hanya UE)
Pengembang ESIM (hanya UE)
Proyeksi Data Berdasarkan Pertimbangan Pakar
Berdasarkan Pertimbangan Pakar
Berdasakan data dari berbagi sumber (DG-AGRI, FAO, FAPRI)
Berdasakan data dari berbagi sumber (DG-AGRI, FAO, FAPRI)
Model Kalibrasi Dilakukan kalibrasi parameter untuk menghasilkan data final
Dilakukan kalibrasi parameter untuk menghasilkan data final
Dilakukan kalibrasi model untuk menyusun data dasar DG-AGRI
Dilakukan kalibrasi model untuk menyusun data dasar DG-AGRI
Prosedur Kalibrasi Proses tidak transparan, tergantung pakar
Proses tidak transparan, tergantung pakar
Sistematik, ditentukan oleh model yang dibangun
Proses tidak transparan, tergantung model yang dibangun
Prosedur Validasi diturunkan berdasarkan berbagai pengetahuan pakar
Hasil review proses berbagi pengetahuan pakar
prosedur validasi tidak pasti
prosedur validasi tidak pasti
sumber: Blanco, 2010
Berdasarkan uraian-uraian dan komparasi berbagai metode analisis yang
digunakan dalam outlook pertanian terlihat bahwa model yang digunakan dalam
outlook masing-masing institusi sangat kompleks dan sangat tergantung ruang lingkup
dan tujuan analisis. Kurangnya homogenitas dalam sumber-sumber data untuk variabel
eksogen menyebabkan perbedaan dalam hasil proyeksi untuk variabel-variabel
tersebut, sehingga bisa dipahami jika masing-masing lembaga menghasilkan baseline
pertanian yang berbeda. Namun, perbedaan terbesar disebabkan perbedaan dalam
tahapan proses proyeksi.
Kelebihan dari OECD-FAO adalah keseimbangan cakupan/covarage analisis,
untuk negara atau wilayah yang sama, sehingga hasil dari model tersebut relatif akurat
karena hasil tersebut telah merupakan hasil review yang melibatkan banyak keahlian.
Kekurangan model OECD-FAO adalah perlu usaha yang lebih banyak dalam rangka
18
membangun konsensus yang berlaku umum, dan kebijakan-kebijakan yang sangat
spesifik suatu negara kurang terakomodir. Keunggulan FAPRI adalah baseline bersifat
stokastik, sehingga mampu merepresentasikan banyak dampak kebijakan. Sementara
itu kelebihan baseline CAPRI adalah fleksibilitas model tersebut untuk sektor pertanian
di Uni Eropa pada berbagai level.
2.4. Model Analisis Outlook Yang Umum di Indonesia Pada tahun 2006, Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN) melakukan
analisis outlook komoditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan
peternakan. Model analisis yang dikembangkan adalah analisis keseimbangan parsial
untuk penawaran dan permintaan komoditas. Selanjutnya pada 2009, melakukan
analisis outlook perdagangan dengan metoda statis analisis daya saing perdagangan
seperti Indek Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Revealed Compartive Advantage
(RCA). Berbeda dengan analisis outlook yang dilakukan oleh banyak negara didunia,
sebenarnya analisis ini lebih kepada proyeksi dan gambaran umum, sehingga bukan
merupakan outlook. Pada tahun 2012, Hadi, et al (2012) dari PSEKP melakukan
analisis outlook komoditas pertanian 2014 dan 2025 menggunakan metoda trend. Jika
mengacu kepada analisis outlook yang dilakukan oleh banyak negara didunia, maka
analisis ini juga lebih merupakan proyeksi, jika dibandingkan outlook. Memperhatikan
berbagai hasil analisis outlook pertanian pada banyak negara di dunia, selain
penggunaan analisis keseimbangan parsial, multimarket model, tinjauan kodisi
sebelumnya, saat ini dan proyeksi ke depan, adalah dilakukannya analisis dinamika
kondisi lingkungan strategis internasional dan nasional termasuk perubahan iklim;
perubahan kebijakan ekonomi, sosial, politik pada negara-negara produsen, importir
dan eksportir utama; dan penggunaan analisis kualititatif dari expert judgment untuk
mendukung analsisis serta komprehensif. Hingga saat ini di Indonesia belum ditemukan
analisis yang demikian, sekalipun telah banyak dilakukan outlook namun umumnya
spesifik, jangka pendek dan menggunakan analisis time series seperti yang dilakukan
oleh para investor untuk mendukungan perdagangan saham.
19
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teoritis Gambar 1, penelitian ini akan menggunakan
kerangka pemikiran penelitian Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bagi sebuah negara, salah satu ciri dari outlook adalah melakukan penilaian dan
menganalisis status, tren dan prospek sektor pertanian merupakan komponen integral
dari penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan pertanian nasional. Strategi
kebijakan dan program-program serta penetapan sasaran dan target yang ingin dicapai
dalam beberapa periode tertentu ditetapkan dengan mempertimbangkan pengaruh
Lingkungan Strategis Internasional Lingkungan Strategis Nasional
Strategi Kebijakan dan Program-program operasional Kementan
Kinerja dan pencapaian target-target atau sasaran pembangunan pertanian sebelumnya dan saat ini
Evaluasi: Kajian pustaka berdasarkan hasil-hasil kajian monitoring dan evaluasi masa sebelumnya dan masa kini : mampukah strategi kebijakan program-program operasional Kementan masa lalu dan masa kini mengatasi pengaruh lingkungan strategis dan mencapai target-target atau sasaran yang telah ditetapkan?
Survei ke lapangan untuk beberapa kasus tertentu Evaluasi pengaruh secara kualitatif dan kuantitatif
Periode 2015 – 2019 : Analisis lingkungan strategis internasional dan nasional ke depan Masukan untuk kemungkinan pencapaian sasaran dan target-target
pembangunan Masukan untuk penyusunan strategi kebijakan dan program-program
operasional Didasarkan atas hasil analisis kualitatif dan kuantitatif
20
dinamika lingkungan strategis internasional dan nasional secara makro dan kondisi
mikro komoditas. Untuk itu untuk menganalisis status kondisi sebelumnya dan status
saat ini dilakukan : (1) analisis kajian pustaka berdasarkan hasil-hasil kajian monitoring
dan evaluasi masa sebelumnya dan masa kini untuk mengetahui mampukah strategi
kebijakan program-program operasional Kementan masa lalu dan masa kini mengatasi
pengaruh lingkungan strategis dan mencapai target-target atau sasaran yang telah
ditetapkan; (2) survei ke lapangan untuk beberapa kasus tertentu; dan (3) evaluasi
pengaruh secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kuantitiatif dan kualitatif dilakukan untuk menganalisis kondisi ke depan.
Mengingat belum ada analisis yang komprehensif untuk Outlook Pertanian Indonesia,
maka analisis metode analisis kuantitatif akan diekplorasi dengan mempelajari secara
mendalam mengenai model dan metode yang umumnya dipakai dalam menganalisis
outlook di beberapa negara dan menggali yang telah dikembangkan di PSEKP dengan
pertimbangan utama keterbatasan waktu dan kemungkinan kesesuaiannya untuk
Indonesia. Disamping hasil-hasil evaluasi pelaksanaan program pembangunan dari
internal Kementan, PSEKP selain telah memiliki berbagai penelitian keseimbangan
parsial penawaran permintaan secara periodik (misalnya Syafaat, 2005 dan Kustiari,
2010) yang dapat dipakai sebagai sumber penyusunan data base parameter, analisis
time series univariate (Simatupang, 2003), univariate dan multivariate (Setiyanto et al,
2011) yang dapat diterapkan untuk menganalisis dinamika lingkungan internasional,
nasional dan mikro secara kuantitatif yang juga dapat dipakai untuk penyusunan data
base dan parameter, juga telah mengembangkan multimarket model untuk 20
komoditas dan 3 input (2 pupuk dan pakan ternak), 9 kelompok rumah tangga (kaya,
menengah, miskin), 3 struktur wilayah (desa kota, jawa dan luar jawa) berdasarkan
penelitian Hutabarat et al, (2012) dan Sumaryanto et al (2013). Model ini memuat hasil
analisis produksi dan konsumsi; harga impor, konsumen dan produsen; tenaga kerja
dan pendapatan nasional (PDB); serta pendapatan petani. Untuk kepentingan
outlook, secara kualilitatif melalui organizational interface, hasil-hasil analisis akan
dipresentasikan kepada pertemuan forum ekspert dan stake holder. Disamping
memenuhi analisis outlook, hasil analisis akan dapat memberikan masukan
21
pemnacapain target-target dan sasaran pembangunan dan kebijakan dan program
operasional periode 2015 – 2019.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
3.2.1. Cakupan Analsis
Analisis dalam penelitian akan mencakup analisis makro pertanian (PDB, Tenaga
Kerja, Investasi, Ekspor Impor, Produksi, Konsumsi, Kemiskinan, Pendapatan Petani dan
harga-harga komoditas), dinamika lingkungan strategis internasional dan nasional
berdasarkan Renstra 2004 – 2009 dan 2010 – 2014, serta SIPP 2013 – 2045, dan
analisis komoditas ini mencakup 7 Komoditas yaitu padi, jagung, kedele, sapi potong,
gula, cabe dan bawang merah.
3.2.2. Cakupan Kegiatan
Kegiatan penelitian terdiri dari (1) Penyusunan Proposal+ Juklak+Kuesioner; (2)
Pengumpulan Data dan Informasi sekuder dan primer; (3) Perancangan Model Analisis
(Kuantitatif dan Kualitatif); (4) Pengolahan dan Analisis Data; (5) Organizational
interface (Diskusi dan Presentasi Untuk Memperoleh Masukan Dari Stakeholder); (6)
Penulisan draft laporan dan makalah seminar; dan (7) Seminar hasil dan perbaikan
laporan akhir (penulisan buku outlook)
3.2.3. Pendekatan Pengumpulan dan Informasi Pendekatan yang akan digunakan adalah Studi Literatur, internet browsing, survey
dan organizational interface dan Expert Acquisition : (1) Studi Literatur :
mengumpulkan semua data dan informasi yang pernah dibuat; (2) Survei :
pengambilan data sekunder dan primer langsung ke lapangan atau ke daerah tujuan
baik di pusat maupun di daerah; (3) Internet Browsing : pengumpulan data dan
informasi melalui media internet dari sumber nasional dan internasional; (4) Expert
Acquisition dan Organization Interface. (a). Expert Acquisition : wawancara dengan
pakar mengenai aspek yang berkaitan dengan isi dan materi kajian. (b). Organizational
22
interface: Tim memprakarsai pembentukan media yang memungkinkan dilakukannya
sumbang saran dari pihak-pihak yang terkait. Media yang dirancang adalah diskusi dan
mempresentasikan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data pada bagian per
bagian analisis, sebelum seminar akhir.
3.2.4. Perancangan Model Analisis Perancangan model analisis dilakkan dengan dasar utama menggunakan model
analisis yang sudah pernah dikembangkan oleh PSEKP : (1) Multimarket (Hutabarat et
al 2012 dan Sumaryanto, et al 2013); (2) Supply-Demand Analysis (dilakukan PSEKP
Secara Periodik); (3) Time Series Analysis (Simatupang et al 2003, Setiyanto et al
2011); (4) Analisis Konsumsi, ekspor, impor, WTO, Regional, Bilateral, LA AIDS, dan
lain-lain; (5) Kajian evaluasi program pembangunan (DIPA dan KSP, Roren, Eselon I);
dan (6) Kajian Lain yang relevan dari berbagai sumber khususnya model yang
diterapkan untuk analisis quarterly dan yearly agricultural situation baik India, China,
Brazil dan Mexico.
3.3. Unit Analisis
Nasional dengan contoh kasus pada Provinsi Sentra sebagai sumber informasi
pada bahasan tertentu untuk mempertajam dan memperkaya hasil analisis: ditampilkan
dalam bentuk box – box informasi studi kasus penting dari berbagai aspek yang
memerlukan pendalaman atau merupakan informasi khusus.
3.4. Metode Analisis
Menggunakan analisis kuantitatif model utama untuk mengintegrasikan berbagai
parameter dalam Multimarket model for short term and Medium-term projections 2015
– 2019 dengan ciri : (1) Agricultural key commodities; (2) Partial Equillibrium; (3)
Parameter (base data, alpha, beta, gamma) dan Assumptions (internasional,
macroeconomic, dan lainnya); (4) Coverage : Integrating farming, AgroEcosystems,
markets, products, prices, innovation, technology, competition on water and land
resources, Food, Feed, Fuel, Industry Raw Material (Raw material from agriculture and
livestock), and agricultural inputs (pupuk, benih, bibit, pestisida, dll), tenaga kerja, lain-
23
lain, sehingga ada hubungan dan interaksi antar berbagai faktor dan variabel
internasional dan nasional; (5) Influence of agricultural policy; (6) Perform alternative
scenarios dan (7) Masukan dan pendapat dari expert dan stakeholders; dengan analsis
pendukung model kuantitatif pendukung model : Time Series Uni Variate dan
Multivariate dan lainnya pendekatan ekonometrik dan statitisik deskriptive; dengan
analisis kualitatif pendukung model adalah kualitatif dan studi pustaka pada aspek-
aspek yang tidak dapat dijelaskan secara kualitatif akan dianalisis secara kualitatif
beradasarkan wawancara lapangan dan hasil Ekplore kajian PSEKP maupun unit-unit
lain lingkup Kementan, maupun sumber-sumber lain yang relevan dengan mendatangi
langsung lembaga tersebut atau mengeksplore dari internet browsing. Untuk
mematangkan akan dilakukan perumusan awal hasil untuk dipresentasikan (Melakukan
Expert Acquisition dan Organization Interface)
3.5. Lokasi Penelitian dan Responden
3.5.1. Lokasi Penelitian
Disamping survei di Pusat (DKI Jakarta dan Sekitarnya di mana kantor pusat
pemerintahan dan lembaga-lembaga riset pemerintah dan non pemerintah serta
ekspert berada), dilakukan survei untuk menggali kasus khusus yang ditemukan pada
hasil studi literatur dan pengecekan kondisi umum di lapangan pada Provinsi sentra
komoditas. Provinsi dipilih secara sengaja untuk memberikan gambaran yang terjadi di
lapangan baik di Jawa dan Luar Jawa (Tabel 6).
3.5.2. Responden Penelitian Responden penelitian terdiri dari pakar, pengambil kebijakan, pelaku usaha
(praktisi, kelompok tani, petani/peternak, pedagang, eskportir), asosiasi, dan lain-lain,
dimana jumlah responden tidak ditetapkan dari awal mengingat Expert Acquisition dan
Organization Interface tidak mempersyaratkan hal itu, tetapi pertemuan, indepth
wawancara dan keahlian, serta pendalaman informasi lebih penting. Jumlah responden
akan dirangkum setelah proses pengumpulan data dilakukan.
24
Tabel 6. Tentatif Lokasi Survei Penelitian
No Komoditas
Lokasi
Jabar Jateng Jatim NTB Banten Lampung Jumlah
1 Padi 1 1 2
2 jagung 1 1 2
3 kedelai 1 1 2
4 gula 1 1 2
5 sapi 1 1 2
6 cabe merah 1 1 2
7 bawang merah 1 1 2
2 3 3 2 2 2
3.6. Data dan Sumbernya
Data penelitian dan sumbernya disajikan pada Tabel 7.
IV. PELAKSANAAN PENELITIAN
4.1. Tim Pelaksana
Penelitian ini dilaksanakan oleh tim peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
4.2. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal rencana pelaksanaan kegiatan penelitian terangkum dalam Tabel 8.
4.3. Anggaran Penelian
Anggaran untuk kegiatan penelitian ini bersumber dari DIPA APBN Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun Anggaran 2014.
25
Tabel 7. Jenis data dan Sumbernya
No Jenis Data Sumber Rentang Data (Tahun) Sifat Data
1 Konsumsi Perkapita Menurut Kelompok Rumah Tangga dan Lapangan Pekerjaan Susenas BPS 2011 Tahunan
2 PDB Menurut Sektor dan Ketenagakerjaan Pertanian
Statistik Indonesia BPS, Sensus Penduduk dan Sakernas 2010 dan 2011 Tahunan
3 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Sensus Penduduk dan Statistik Indonesia 2010 dan 2011 Tahunan
3 Pendapatan Per Kapita Menurut Kelompok Rumah Tangga Susenas BPS 2011 Tahunan
4 Produksi Komoditas Menurut Kelompok Rumah Tangga
Susenas BPS; BPS, Direktorat Jenderal Teknis Kementan 2011 Tahunan
5 Neraca Bahan Makanan BBKP KEMENTAN, FAO, BPS 1993 - 2011 Tahunan
6 Harga Internasional (Dunia) Minyak Bumi
Bank Dunia 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
7 Harga Internasional (Dunia) Komoditas
Bank Dunia 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
8 Nilai Tukar atau Kurs Rupiah Terhadap US $
Bank Indonesia 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
9 Tarif Impor dan Ekspor Komoditas
Kementerian Keuangan 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
10 Volume Impor dan Eskpor Komoditas
Statistik Perdagangan Luar Negeri BPS 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
11 Harga Perdagangan Besar Impor dan Ekspor Komoditas
Statistik Harga Perdagangan Besar Impor dan Ekspor BPS 1993 - 2011
Bulanan dan Tahunan
12 Harga Konsumen Komoditas Statistik Harga Konsumen dan Statistik Harga
Konsumen Pedesaan BPS 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
13 Harga Perdagangan Besar (Grosir) Komoditas Statistik Harga Perdagangan Besar BPS 1993 - 2011
Bulanan dan Tahunan
14 Harga Produsen Komoditas
Statistik Harga Produsen Pedesaan BPS 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
15 Volume Konsumsi Komoditas
Susenas BPS dan FAO Stat 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
16 Volume Produksi Komoditas
BPS dan Dirjen Teknis Kementan 1993 - 2011 Bulanan dan Tahunan
17 Luar Areal dan Populasi Ternak Menurut Komoditas BPS dan Dirjen Teknis Kementan 1993 - 2011
Bulanan dan Tahunan
17 Data Southern Ossilation Index (SOI) Bulanan .............. 1993 - 2011
Bulanan dan Tahunan
18 Harga Input Pertanian (diwakili oleh Harga Pupuk Komposit ) Statistik Harga Produsen Pedesaan BPS 1993-2011
Bulanan dan Tahunan
19 Harga BBM Domestik (diwakili oleh Harga Eceran Premium) Statistik Harga Konsumen BPS 1993-2011
Bulanan dan Tahunan
21 Regional Share Penggunaan Lahan Menurut Komoditas dan Rumah Tangga
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2011 Tahunan
22 Share Produksi dan Produktivitas Komoditas Menurut Kelompok Rumah Tangga
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2011 Tahunan
23 Penggunaan Input Berdasarkan Wilayah dan Kelompok rumah Tangga
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2011 Tahunan
24 Land Share Elastiticies Masing-masing Komoditas Tanaman
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
25 Crop Yield Elasticities Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012)
dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
26 Research and Development Expenditure Elasticities
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
27 Elaxticities Commodities With Respect to Input Prices
Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012) dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
28 Livestocfk Supply Elasticity Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012)
dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
29 Input Elasticities with respect to input prices Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012)
dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
30 Input own price elasticities Diolah Kembali berdasarkan Hutabarat, et al (2012)
dan Sumaryanto (2013) 2008 Tahunan
31 Elastisitas permintaan Rumah Tangga terhadap harga komoditas Susenas BPS 2011 Tahunan
32 Elastisitas permintaan terhadap pendapatan Rumah Tangga Susenas BPS 2011 Tahunan
33 Skenario Perubahan Iklim Sumaryanto et al (2013) 2008 Tahunan
34 Hasil-hasil Evaluasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program Kementan
Unit Eselon I Kemtan untuk Periode Program 2004 -2013 2004-2013 Tahunan
35 Hasil Wawancara Survei, Expert Acquisition dan Organization Interface Rankuman Hasil 2014 Primer
26
Tabel 8. Tentatif Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian
Bulan Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan : - Penulisan Proposal - Eksplorasi data dan informasi awal serta model
dari berbagai sumber yang relevan
2. Inventarisir, Kompilasi Data dan Informasi pada tingkat Pusat : Data Sekunder, Hasil Penelitian dan Kajian sebelumnya dan wawancara Responden Tingkat Pusat dan Analisis Desk Study
3. Inventarisir, Kompilasi Data Pada Tingkat Lapangan - Survey pada Lokasi Propinsi, Kabupaten terpilih.
4. Pengolahan Data dan Informasi yang terdiri dari : - Validasi data - Entri Data - Pengelompokan data - Pengolahan data sesuai Metode yg dipilih
5. Analisis dan Kajian Data 6. Pertemuan Topik I 7. Pertemuan Topi kII 8. Petermuan Topik III 9. Pertemuan Topik IV 10. Penulisan Draft Laporan Akhir 11. Penyusunan Makalah dan Pelaksanaan
Seminar Akhir
12. Perbaikan Laporan Akhir 13. Penggandaan Laporan dan Penyusunan Buku
DAFTAR PUSTAKA
Adenäuer M , 2007. CAPRI versus AGLINK-COSIMO Two partial equilibrium models – Two baseline approaches Institute for Food and Resource Economics, University of Bonn, Bonn, Germany 12th Congress of the European Association of Agricultural Economists – EAAE 2008. OECD, (2007): Documentation of the AGLINKCOSIMO model, URL: http://www.olis.oecd.org/olis/2006doc.nsf/LinkTo/NT00009066/$FILE/JT03223642.PDF .
Baker, D.J. Jr., and Don Paarlberg. 1952. Outlook Evaluation — Methods and Results. A Journal of Economic and Statistical Research in the Bureau of Agricultural Economics and Cooperating Agencies. Vol. IV. No. 4 Oktober 1952. Pp. 105- 114.
Blanco, M, 2010. Literature Review of Methodologies to Generate Baselines for Agriculture and Land Use. Deliverable: D4.1. Draft version: 05.02.2010. Project No.: 226195. Common Agricultural Policy Regional Impact – The Rural Development Dimension (CAPRI-RD). European Commission - Joint Research Centre (JRC). Spanyol.
27
BANSE, M., H. GRETHE and S. NOLTE2004). European Simulation Model (ESIM) in GAMS. Model Documentation prepared for DG-AGRI, European Commission, Brussels, Belgium.
Europe Union. 2013. Short Term Outlook for arable crops, meat and dairy markets in the European Union. Agriculture and Rural Development. Europian Commision. http://ec.europa.eu/agriculture/ markets-and-prices/index_en.htm
Hutabarat, A. Setiyanto, R. Kustiari, and T. B. Sulser. 2012. An Examination of Climate Change Impact on Indonesia Agriculture Sector. Paper prepared for the ICASEPS-IFPRI project on "Plausible Futures for Development and Structural Adjustment in Indonesia-Impacts and Policy Implications for the Asia-Pacific Region." Bogor, Indonesia.
Hadi, PU, Sri Hery Susilowati, Muchjidin Rachmat, Dewa K.S. Swastika, Reny Kustiari, Sri Nuryanti. 2012. OUTLOOK SEKTOR PERTANIAN 2014 & 2025. PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Kustiari, R., Dewa Ketut Sadra Swastika, Wahida, Helena Juliani Purba, Pantjar simatupang, Adreng Purwoto, Tjetjep Nurasa, 2012. Model Proyeksi Jangka Pendek Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama. PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Bogor.
NBS. 2012. Review of the Nigerian Economy in 2011 & Economic Outlook for 2012 – 2015. NBS Economic Outlook 2012. Abuja.
NCAER. 2013. Agricultural Outlook and Situation Analysis Reports First Semi-annual Medium-term Agricultural Outlook Report. February, 2013. National Council of Applied Economic Research 11, I.P. Estate, New Delhi 110 002
Syafa’at, N., Saktyanu KD, Khairina M. Noekman, dan Tjetjep Nurasa. 2003. Studi Penentuan Indikator Kuantitatif Pembangunan Pertanian. Laporan Teknis. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Syafa’at, N., Prajogo U. Hadi, Dewa K. Sadra, Erna M. Lokollo, Jefferson Situmorang, dan Frans M. Dabukke. 2005. Pengembangan Model Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama. Laporan Teknis. Laporan Teknis. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
OECD-FAO. 2011. OECD-FAO. Agricultural Outlook 2011-2020. OECD/FAO (2011), OECD-FAO Agricultural Outlook 2011-2020, OECD Publishing and FAO. http://dx.doi.org/10.1787/agr_outlook-2011-en
PÉREZ DOMÍNGUEZ, I., I. BEZLEPKINA, T. HECKELEI, A. OUDE LANSINK, E. ROMSTAD and A. KANELLOPOULOS (2008). A methodological approach for linking farm and market models by means of econometric response functions. Poster
28
presented at the XIIth Congress of the European Association of Agricultural Economists, August 2008, Ghent, Belgium.
PUSDATIN. 2006. Outlook Komoditas Tanaman Pangan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
PUSDATIN. 2006. Outlook Komoditas Hortikultura. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
PUSDATIN. 2006. Outlook Komoditas Perkebunan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
PUSDATIN. 2006. Outlook Komoditas Peternakan. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
PUSDATIN. 2011. Outlook Perdagangan Komoditas Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
Setiyanto, A, MH Sawit, Sumaryanto, Sugiharto, Bambang Prasetyo, Andi Askin, M Suryadi. 2011. Analisis Volatilitas Harga Produsen dan Konsumen Komoditas Pertanian. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor
Setiyanto, A. 2011. Analisis Special Safeguard Mechanism Komoditas Pangan Utama Indonesia Dalam Rangka Perjanjian World Trade Organization. [Makalah Seminar Thesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Setiyanto, A. 2011a. Bahan Penyusunan Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pertanian : Bab II dan Bab III. Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Simantov, A. 2011. OUTLOOK FOR AGRICULTURE IN EUROPE AND AROUND EUROPE. MEDIT W 3/91 Pp 11-15
Simatupang, P., Nizwar Syafa’at, Saktyanu KD. 2003. Model Proyeksi Harga Jangka Pendek Beberapa Komoditas Pangan dan Perkebunan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Sumaryanto, Adi Setiyanto, Muhammad Suryadi, Yana Supriyatna dan Andi Askin, 2013. Dampak Makro Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pangan Indonesia. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor
Thompson, W., G. Smith and A. Elasri (2012), “WorldWheat Price Volatility: Selected Scenario Analyses”, OECD Food, Agriculture and Fisheries Papers, No. 59, OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/5k8zpt62fs32-en
29
Vannuccini, S. 2010. Cosimo Model framework. FAO Fisheries and Aquaculture Statistics and Information Service. FAO, Rome
Xu Shiwei, Li Ganqiong, Wu Jianzhai, 2013). Achievements of the agriculture and rural economy in China, manuscript submitted for FAO Technical Cooperation Project TCP/CPR/3304―Strengthening of China’s Capacity in Agricultural Market Monitoring and Agricultural Outlook. FAO, Rome.
Zhu Xinkai, (2013), China’s Current Agricultural Policy Review and Applications of the Aglink- Cosimo model under Chinese Circumstances, manuscript submitted for FAO Technical Cooperation Project TCP/CPR/3304 ―Strengthening of China’s Capacity in Agricultural Market Monitoring and Agricultural Outlook. FAO, Rome.