AGENDAI. Latar Belakang
II. Maksud & Tujuan
III. Institusi Yang Dikunjungi
IV. Sistem Upah Minimum
V. Mekanisme Penetapan Upah Mimum
VI. Kelembagaan Pengupahan di Negara Benchmark
VII. Kewenangan Institusi Pengupahan di Negara Benchmark
VIII. Poin-poin penting hasil benchmarking
IX. Kesimpulan
I. LATAR BELAKANG•Kepres Nomor 107 Tahun 2004: Depenas-RI memiliki tugas dan
fungsi memberi saran dan pertimbangan mengenai perumusankebijakan pengupahan dan pengembangan sistem pengupahannasional kepada pemerintah dalam hal ini KementerianKetenagakerjaan.
•Dalam rangka melengkapi pengetahuan dan referensi gunamenyusun Roadmap sistem pengupahan Indonesia dalammenyongsong bonus demografi tahun 2030 dan antisipasiperkembangan era ekonomi digital, Depenas RI melakukanbenchmarking ke Philipina, Jepang dan Australia.
MAKSUD & TUJUANMenambah wawasan dan pengetahuan dengan cara menggali informasi tentang sistem pengupahan di negara lain langsung dari sumbernya. Hal ini diperlukan untuk:
1) Perbaikan sistem pengupahan di Indonesia kedepan
2) Penentuan kebijakan sistem pengupahan baru yang lebih adil dan lebih produktif
3) Perbaikan peraturan perundangan pengupahan yang sekarang berlaku di Indonesia
4) Menyusun roadmap sistem pengupahan di Indonesia dalam rangka mempersiapkan bonus demografi tahun 2030 dan antisipasi perkembangan era ekonomi digital
INSTITUSI YANG DIKUNJUNGINo PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
1 Department of Labor and Employment of
the Philippines (DOLE)
Japan Business Federation
(KEIDANREN)
Fair Work Commission
2 National Wage and Productivity
Commission (NWPC)
Ministry of Health, Labour and Welfare
Jepang
Fair Work Ombudsman
3 Social Security System (SSS) Agency Japan Chamber of Commerce and
Industry (JCCI)
Australian Council of Trade Union
4 Employers Confederation of the
Philippines (ECOP)
Toyota Company (Management) Australian Industry Group (AI
Group)
5 Associated Labour Union (ALU) Toyota Company (Union) Company Visit Roy Morgan
6 Yazaki-Torres Manufacturing Inc., (also
investing in Indonesia)
AICHI Prefecture Labour Bureau University of Melbourne
7 Citra Metro Manila & SOMCO Co.
(Indonesian Company investing in
Philippines)
Kedubes RI Tokyo Konjen RI Merlbourne
8 Kedubes RI Philippines
SISTEM UPAH MINIMUMINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Definisi dan
Jenis UM
Upah Bulanan terendah yang
ditetapkan oleh Gubernur
sebagai jaring pengaman.
UM berdasarkan Wilayah
Provinsi atau Kabupaten/Kota
(UMP/UMK)
UM berdasarkan sektor pada
wilayah provinsi atau
kabupaten/kota (UMSP/UMSK)
Tidak ditemukan definisi UM
dalam Act.6727 tentang
Rationalize Wage Policy.
Ditetapkan berdasarkan Wilayah
(17 Region) dengan pembagian
jenis UM, yaitu: UM Agriculture,
UM Non-Agriculture, dan UM
Domestic Worker
upah perjam terkecil yang
wajib dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja,
tanpa kecuali.
UM ditetapkan per Wilayah
(47 Prefecture dan ada
hirarki 4 Kelompok
prefecture).
Australia tidak membedakan
UM antar wilayah, namun
Ada UM yang berlaku
secara umum (UM federal)
Ada UM sektoral yang
terdiri dari 122 jenis sub
sektor/profesi dan hanya
berlaku di sektor/profesi
tertentu saja
Satuan Upah
MInimum
UM ditetapkan bulanan
(Monthly)
UM ditetapkan harian (daily) UM ditetapkan per jam
(hourly)
UM federal ditetapkan
hourly
UM sektoral bisa
ditetapkan
hourly/daily/weekly
disesuaikan dengan
masing-masing sektor
Lingkup Pekerja/Buruh dengan masa
kerja dibawah 1 tahun
Pekerja/Buruh yang tidak
memiliki keterampilan dan yang
baru bekerja.
Seluruh Pekerja/Buruh Seluruh Pekerja/Buruh
Pengecualian Tidak ada pengecualian, namun
dapat ditangguhkan
Terdapat pengecualian dengan
syarat
Terdapat pengecualian pada
penerapan UM dengan syarat
(disabilitas)
MEKANISME PENETAPAN/PENINJAUAN UPAH MINIMUMINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Kebijakan
Pengupahan
Kebijakan penetapan upah
minimum
Upah Minimum ditetapkan sebagai
jaring pengaman
Penerapan struktur dan skala
upah
Upah diatas Upah Minimum
mengacu kepada struktur dan
skala upah di perusahaan
Kebijakan Two Tier Wage
System yang diterapkan terdiri
dari:
a. Penerapan Upah Minimum
yang bersifat wajib;
b. Penerapan pengupahan
berdasarkan produktifitas dan
skema insentif yang bersifat
sukarela namun sangat
direkomendasikan.
UM harus ditetapkan dibawah
rata-rata upah tapi di atas social
safety net (jaring pengaman
sosial).
Menyerahkan Upah efektif
kepada mekanisme bipartite
dan UM harus ditetapkan
dibawah rata2 upah efektif
tapi di atas unemployment
benefid (umkm dan informal)
Kebijakan Umum Pengupahan
Australian adalah:
1. Modern Award
2, Agreement
UM federal harus lebih
tinggi dari unemployment
benefif
Pengecualian UM khusus
bagi junior emplooyee,
trainee dan penyandang
cacat yg besarnya %
tertentu dari UM
FWC menetapkan UM
berdasarkan daya saing
global
Lembaga yg
menetapkan/
meninjau
Pemerintah (Gubernur) Regional Tripartite Wage Board
(RTWB)
Regional Minimum Wage
Council dengan
mempertimbangkan patokan
yang dikeluarkan Central
Minimum Wage Council
Regional Fair Work
Commission (FWC)
MEKANISME PENETAPAN/PENINJAUAN UPAH MINIMUMINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Dasar
penetapan
KHL dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi.
UMP/UMK = Formula Perhitungan
Upah Minimum
UMSP dan UMSK didahuli dengan
kajian penentuan sektor unggulan
oleh dewan pengupahan.
Penentuan nilai didasari oleh
kesepakatan antara asosiasi
pengusaha dan serikat
pekerja/serikat buruh pada sektor
yang bersangkutan.
UM ditetapkan berdasarkan
indikator sosial ekonomi yang
bersumber dari lembaga statistik
dalam perundingan tripartite,
yaitu:
1. Kebutuhan Pekerja dan
Keluarganya (CPI)
2. Kemampuan Membayar
(Produktifitas, ROI)
3. Perbandingan upah dan
pendapatan
4. Kondisi ekonomi dan sosial
Tidak menggunakan formula
matematik dan KHL
UM ditinjau tiap tahun
berdasarkan kebutuhan
hidup pekerja, upah pekerja
dan kemampuan pengusaha
dalam membayar upah
dalam perundingan tripartite
Peninjauan UM didasarkan
pada masukan2 terbuka
(online) dari semua pihak
Jangka
Waktu
Peninjauan
Upah Minimum berdasarkan
wilayah dilakukan pada bulan
November setiap tahunnya
Peninjauan Upah Minimum
berdasarkan sektor dilakukan
berdasarkan kesepakatan hasil
perundingan Asosiasi pengusahan
dan SP/SB sektor terkait
Peninjauan Upah Minimum dapat
dilakukan paling cepat setelah 12
bulan sejak terahir kali penetapan
Upah Minimum dikeluarkan.
Peninjauan dapat dilakukan
kurang dari 12 apabila terdapat
kondisi khusus misalnya inflasi
yang tinggi atau terdapat petisi
yang diajukan oleh SP/SB.
Peninjauan Upah Minimum
dilakukan pada bulan
oktober setiap tahunnya
Peninjauan Upah Minimum
dilakukan pada bulan Juli
setiap tahunnya.
MEKANISME PENETAPAN/PENINJAUAN UPAH MINIMUMINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Tahapan
Peninjauan
UM
Peninjauan UM berdasarkan
wilayah dihitung oleh Dewan
Pengupahan menggunakan
formula perhitungan UM dengan
mempergunakan data yg
dikeluarkan oleh BPS. Hasil
perhitungan tersebut di
rekomendasikan kepada gubernur
untuk ditetapkan.
Peninjauan UM berdasarkan
Sektor dilakukan apabila ada
kesepakatan hasil perundingan
Asosiasi pengusaha dan SP/SB
sektor terkait. Berdasarkan hasil
kesepakatan tersebut dinas
tenaga kerja menyampaikan
kepada gubernur untuk ditetapkan.
Setelah 12 Bulan peninjauan di
dasarkan atas petisi yang
diajukan, apabila terdapat kondisi
khusus misalnya terjadi Inflasi
diatas 10%, maka dimungkinkan
untuk dilakukan peninjauan
sebelum 12 bulan terlampaui
Dilakukannya konsultasi publik,
dan harus ditetapkana 30 hari
setelah konsultasi publik terahir
dilaksanakan.
Dilaksanakanya
perundingan musim semi
(Shunto) sebagai forum
bipartit pengusaha dan
pekerja dalam rangka
menyepakati besaran UM
sesuai acuan yang
dikeluarkan oleh Central
Minimum Wage Cuncil.
Apabila tidak setuju dgn
acuan maka diajukan
kepada pemerintah
prefecture untuk diputuskan.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan bisa menetapkan UM Sektoral atas usulan dari union maupun pengusaha. Bisa ditetapkanuntuk sektor atau kelompok pekerjaan tertentu. UM sektoral harus lebih tinggi daruUM tetapi antar tahun bisa berganti2 sektor dengan pertimbangan daya saing dari sektor tersebut.
Peninjauan didasarkan atas
masukan yang diberikan
kepada FWC
UM baru diputuskan
berdasarkan hasil pengkajian
FWC dengan
mempertimbangkan masukan
yang ada.
KELEMBAGAANINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Dewan
Pengupahan
Pusat
Dewan Pengupahan Nasional
(Lembaga adhoc di Bawah
Kemenaker)
Masa bakti 3 tahun dengan
maksimal 2 periode
National Wage & Productivity
Commission (NWPC)
(Lembaga adhoc di Bawah
Departement of Labour &
Producitivity)
Masa bakti 5 tahun
Central Minimum Wage Council
(Lembaga Permanen di Bawah
Ministry of Health, Labour and
Welfare)
Federal Fair Work Commission
(Lembaga Independen dan
Permanent di Bawah Pemerintah
Federal)
Dewan
Pengupahan
Daerah
Dewan Pengupahan Provinsi
dan Kabupaten/Kota
Lembaga adhoc di Bawah Dinas
yg membidangi ketenagakerjaan
Masa bakti 3 tahun dengan
maksimal 2 periode
Regional Tripartite Wage Board
(RTWB)
(Lembaga adhoc di Bawah
Regional Government)
Masa bakti 5 tahun
Regional Minimum Wage Council
(tingkat Prefecture)
(Lembaga Permanen di Bawah
Pemda Prefecture)
Regional Fair Work Commission
(Lembaga Independent tapi
Permanent di Bawah Pemerintah
Negara Bagian)
Komposisi
Dewan
Pengupahan
Tripartit
Jumlah sesuai kebutuhan
dengan kompoisisi : Unsur
Pemerintah, Organisasi
Pengusaha dan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dgn
Komposisi (2:1:1). Unsur
Perguruan Tinggi dan Pakar
disesuaikan kebutuhan
Tripartit
komposisi 3 orang wakil
pemerintah, 2 orang wakil SP/SB,
2 orang wakil Pengusaha
Jumlah 7 orang
Non-Tripartit
komposisi 6 orang wakil akademisi, 6
orang wakil SP/SB dan 6 orang
pengusaha
Non-tripartit
Berdasarkan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah.
Struktur
Dewan
Pengupahan
Ketua (Pemerintah) , 2 Wakil
Ketua (Pemerintah dan SP/SB),
Sekertaris, dan Anggota
(Sekertaris berada pada instansi
pemerintahan yang membidangi
ketenagakerjaan)
Ketua (Pemerintah) , Wakil Ketua
(Pemerintah), 5 anggota
(sekertariat berada di DOLE)
Tidak memiliki struktur karena
anggota memiliki kedudukan yang
sama
Ketua, 2 Wakil Ketua, 18 Deputi,
20 Commissioner dan 5 Panel
Expert
Panel Expert (Akademisi dan
Pakar) yang ditunjuk oleh FWC
untuk mengkaji masukan2 terbuka
(online) dari semua pihak
KEWENANGAN
INDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Dewan
Pengupahan
Pusat
Memberikan saran, dan
pertimbangan kepada
Pemerintah dalam rangka
perumusan kebijakan
pengupahan dan
pengembangan sistem
pengupahan nasional.
Membuat saran
pertimbangan,
melaksanakan kajian,
membuat pedoman,
melakukan asistensi,
mereview penetapan upah
yang dilakukan oleh
RTWB, meriview rencana
program kerja RTWB.
Menetapkan nilai acuan bagi
Regional Minimum Wage
Council dalam menetapkan
upah minimum serta
menglasifikasikan perfecture
kedalam kelompok A,B,C &
D.
Mereview saran,
pertimbangan dan keberatan
yang di ajukan oleh Regional
Minimum Wage Council
terhadap angka acuan yang
di keluarkan oleh pusat.
Federal FWC
menetapkan besaran UM
tingkat Federal yg berlaku
untuk seluruh Australia
serta Upah Award
(Profesi dan Sektor).
Melakukan Peninjauan
terhadap Upah Award
melakukan revisi sektor2
baru yang perlu
ditetapkan UM nya
(Diterbitkan satu paket
antara UM dan List of
Awards)
KEWENANGANINDONESIA PHILIPPINES JAPAN AUSTRALIA
Dewan
Pengupahan
Daerah
Provinsi
Memberikan saran dan
pertimbangan kepada Gubernur
dalam Rangka:
- Menetapkan UMP
- Menetapkan UMK dan UMS
- Penerapan Sistem
Pengupahan di Provinsi
Penyiapan bahan perumusan
pengembangan sistem
pengupahan nasional
Kabupaten/Kota
Memberikan saran dan
pertimbangan kepada
Bupati/Walikota dalam Rangka:
- Pengusulan Umk dan/atau
UMSK
- Penerapan Sistem
Pengupahan di Kab/Kota
Penyiapan bahan perumusan
pengembangan sistem
pengupahan nasional
RTWB bersama Komisi
Pengupahan menetapan upah
minimum serta mengeluarkan
panduan penerapan upah
berbasis produktivitas pada
sektor tertentu.
(Tidak dapat diinterfensi oleh
National Wage & Productivity
Commission)
Melaksanakan kajian terhadap
permohonan penyusunan
panduan penerapan upah
berbasis produktivitas pada
sektor tertentu
Regional Minimum Wage Council
Bersama Komisi Pengupahan
menetapkan UM regional
berdasarkan nilai acuan yang
dikeluarkan oleh Central
Minimum Wage Council serta
menentukan UM dan UMSR
berdasarkan indikator2 yang
releven di masing2 daerah
Mengajukan saran &
pertimbangan kepada Central
Minimum Wage Council sebelum
ditetapkan nilai acuan
Mengajukan keberatan kepada
Central Minimum Wage Council
terhadap nilai acuan yang telah
ditetapkan
Regional Minimum Wage Council
menetapkan UMSR berdasarkan
kesepakatan SP dan Asosiasi
Pengusahan (syarat sektor
tersebut memiliki 1000 pekerja)
Melaksanakan fungsi
perpanjangan tangan dari
Federal FWC.
Menghimpun data dan
masukan khususnya terkait
dengan regional yang
kemudian disampaikan
kepada Federal FWC
POINT2 PENTING HASIL BENCHMARKING• Dewan Pengupahan di ketiga negara benchmark hanya menetapkan UM sebagai safety net
bagi pekerja dan/atau upah minimum sektoral. Upah Efektif diserahkan ke mekanisme pasar (mekanisme bipartite). Sesuai dengan prinsip dasar dalam pasar tenaga kerja bahwa upah pada dasarnya adalah hasil negosiasi
antara pengusaha dengan pekerja
Di Jepang bahkan Dewan Pengupahanya disebut sebagai Dewan Upah Minimum karena memang urusanya hanya sebatas UM
• Ketiga negara benchmark pada dasarnya menerapkan UM sektoral meskipun implementasinya terdapat perbedaan Di Jepang UM sektoral ditetapkan untuk subsektor ekonomi yang dianggap unggul dilihat dari
kompetitiveness nya, ditetapkan lebih tinggi dari UM regional, beda2 subsector di tiap prefecture, bisa berganti2 subsektor, jika suatu subsector sudah dianggap tidak unggul lagi maka kembali ke UM
Di Australia ditetapkan untuk subsektor/kelompok profesi tertentu setiap tahun yang terdiri dari 122 jenis (disebut modern awards)
Di filipina upah minimum terbagi menjadi 3 jenis, yaitu upah minimum agri culture, non-agri cultur, dan domestik worker
POINT2 PENTING HASIL BENCHMARKING
• Penetapan UMR pada hakekatnya didasarkan pada variabilitas kondisi ekonomi antar wilayah Australia tidak menetapkan UMR karena menganggap kondisi perekonomian di seluruh negara bagian
cukup homogen, sehingga hanya menetapkan UM Nasional dan Upah Minimum Award.
Jepang dan Filipina menerapkan UMR sampai level provisi
• Ketiga negara benchmark sudah tidak lagi menggunakan teori basket barang jasa dalampenetapan UM tetapi didasarkan pada besaran2 makro sosial-ekonomi yang dihitung daridata empirik (hasil survey/sensus oleh lembaga yang kompeten di bidang statistik) Secara umum ketiga negara benchmark mensyaratkan UM harus berada dibawah Median Upah efektif
tapi harus lebih tinggi dari sosial safety net. Filipina menggunakan garis kemiskinan sebagai social safety net, sedangkan Jepang dan Australia menggunakan unemployment benefit sebagai social safety net
Di Jepang bahkan upah efektif menjadi salah satu indikator dalam penetapan UM (UM idealnya sekianpersenya Median Upah)
POINT2 PENTING HASIL BENCHMARKING• Di ketiga negara benchmark, fokus/sasaran/patokan penetapan UM adalah pada skala
usaha kecil/UMKM/ sektor informal Hal ini sesuai teori bahwa jika UM merupakan safety net, maka perusahaan2 dengan skala usaha
menengah keatas mestinya upahnya sudah diatas UM
• Ketiga negara benchmark tidak menggunakan formulasi matematika dalam penetapanUM. Penetapan UM didasarkan pada perundingan tripartite dengan mendasarkan kepadabesaran2 makro sosial ekonomi seperti kebutuhan pekerja dan keluarganya, inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, kemampuan dunia usaha) Di ketiga negara benchmark, semangat negosiasi adalah kesadaran bersama untuk menjaga
kompetitiveness demi keberlangsungan dunia usaha
Di Jepang bahkan ada filosofi yang disepakati bersama antara pengusaha dan pekerja bahwa mereka ibarat awak kapal pada satu kapal yang sama sehingga pekerja dan pengusaha harus bekerjasama guna mewujudkan tujuan yang sama. Atau Pengusaha dan pekerja, ibarat roda kiri dan roda kanan dari satu kendaraan yang sama sehingga pekerja dan pengusaha harus menjaga harmonisasi yang baik supaya kendaraan bisa melaju guna mencapai tujuan.
Kesimpulan
• Upah Minimum adalah upah terendah yang dibayarkan oleh pengusaha dari skala usaha terendah.
• Upah diatas Upah Minimum diberlakukan upah minimum sektoral yang ditetapkan oleh institusi kelembagaan masing-masing.
• Upah yang berlaku diluar Upah minimum dan upah minimum sektoral adalah upah berdasarkan kesepakatan (Bipartit).
• Terdapat pengecualian terhadap pemberlakuan upah minimum,
contoh: penyandang cacat, masa percobaan, magang, karyawan pemula.
• Terdapat sanksi yang tegas bagi yang tidak melaksanakan Upah Minimum. Sanksi tersebut berupa denda.
Kesimpulan
• Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap industri dan/atau perusahaan yang tidak mampu melaksanakan upah minimum.
Contoh : Di Jepang, dalam rangka meningkatkan produktivitas diberikan bantuan uang tunai. Di Filipina apabila perusahaan UMKM tidak mampu membayar UM, maka diwajibkan untuk melaporkan kepada pemerintah agar mendapatkan insentive pajak serta teknikal asistensi dari pemerintah.
• Peninjauan Upah Minimum di 3 negara tersebut selalu didasarkan parameter ekonomi yang terukur serta daya saing.
• Perhitungan kebutuhan hidup sudah tidak didasarkan pada paket komponen barang dan jasa, tapi didasarkan pada data empirik yang up to date di lapangan.
Kesimpulan
• Institusi Pengupahan di 3 negara tersebut bersifat independen, namun permanen yang dilengkapi dengan staff tetap dan unit research serta dokumentasi dan services sebagai supporting unit yang akan menjadi supporting bagi institusi pengupahan. Supporting unit tersebut, dapat terdiri dari berbagai bidang keahlian seperti, ahli ekonomi, ketenagakerjaan, ahli sosial demografi, ahli statistik, ahli hukum dll.
• Posisi akademisi/ahli/pakar di 3 negara tersebut sangat di dengar dan di akuikeberadaannya dalam merumuskan kebijakan upah minimum.
• Terdapat mekanisme penegakan hukum yang kuat di 3 negara tersebut.
• Di Australia terdapat institusi penegakan hukum ketenagakerjaan yang independen (Fair Work Ombudsman) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.