“PAK OGAH”
(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat
mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial
dalam bidang Antropologi
Disusun Oleh:
YOSUA RIZKY SIREGAR
130905093
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
“PAK OGAH”
(Studi etnografi kehadiran “PAK OGAH” di persimpangan Jalan Bhayangkara, Kelurahan
Indra Kasih,Kota Medan)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya jugga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau ttidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya
bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Desember 2017
Penulis
YOSUA RIZKY SIREGAR
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Yosua Rizky Siregar, NIM 130905093,2017. Skripsi ini berjudul “PAK OGAH”(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan).Skripsi ini terdiri dari 5 bab 72 halaman dan 7 gambar
Penelitian ini dilaksanakan di Persimpangan Jalan Bhayangkara dengan Jalan Pancing di Kota Medan. Kemacetan di Kota Medan timbul karena adanya ketidaksabaran dalam pengendara kendaraan sehingga dalam kemacetan menjadi kesseempatan “Pak Ogah” dalam mencari uang. Adapun tujuan penelitian mengetahui dan memahami awal kehadiran “Pak Ogah” di Jalan Bhayangkara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat etnografi dan menggunakan analisis pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam(depth interview) terhadap beberapa informan yang bekerja sebagai “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara. Hasil dari penelitian adalah (1) “Pak Ogah” lebih mengutamakan kendaraan jenis beroda lebih dari empat karena lebih sulit menyelinap ditengah kemacetan (2) Adanya ketidakaadilan sosial dalam mengatur yang mengutamakan pengendara yang mau membayar jasa karena sudah diberi jalan (3) Adanya saling menguntungkan antara “Pak Ogah” dengan kepolisian serta pengendara kendaraan (4) tidak seimbangnya polisi yang bertugas dengan kemacetan yang ramai membuat adanya kerjasama antar “Pak Ogah”
Kata-kata kunci: Pak Ogah, mengutamakan,menguntungkan,kerjasama
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
serta kasih dan rahmatNya yang tiada batasnya kepada penulis,oleh kemurahan Tuhan yang
selalu membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi dari awal sampai selesai yang berjudul :
“PAK OGAH”(Studi etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan
Bhayangkara,Kelurahan Indra Kasih,Kota Medan). Skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi Sosial,Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis yaitu bapak I.Siregar
dan Ibu MR.Damanik yang saya cintai dan selalu mendukung selama dalam perkuliahan
saya, karena doa kalian juga saya bisa melangkah sejauh ini. penulis sanggat bangga dan
bersyukur dibesarkan oleh kalian,dan memberikan kepercayaan penuh selama kuliah bahwa
akan menyelesaikan dengan baik. Dan saya tidak akan mengecewakan apa yang sudah kalian
percayakan kepada saya selama ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Dekan
FISIP USU bapak Dr.Muryanto Amin,S.Sos,M.Si atas semua fasilitas dan kemudahan yang
diperoleh selama menjadi mahasiswa FISIP USU. Kepada Bapak Dr.Fikarwin Zuska,M.Ant
selaku ketua Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, juga saya ucapkan terimakasih kepada bapak
Drs.Agustrisno,MSP selaku sekretaris Departemen Antropologi Sosial. Juga kepada ibu
Dra.Tjut Syahriani,M.Soc selaku dosen pembimbing akademik peneliti yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
Saya juga mengucapkan terimakasih yang sangat besar kepada dosen pembimbing
skripsi saya, bapak Drs.Yance,Msi yang selalu memberikan dorongan postif dan memotivasi
Universitas Sumatera Utara
saya selalu yang tiada henti-henti nya kepada saya, sehingga skripsi ini dapat selesai. Kepada
staf pegawai dan dosen di lingkungan Departemen Antropologi Sosial yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendidik dalam perkuliahan di Departemen
Antropologi Sosial. Terimakasih juga saya ucapkan kepada kedua adik-adik saya Meilina
Siregar dan Kevin Koreshy Siregar yang selalu mendukung dan memotivasi saya untuk
segera selesaikan. Semoga kita bertiga bisa membuat kedua orangtua kita bangga di masa
depan kita. Tidak lupa juga saya ucapkan kepada kerabat-kerabat angkatan 2013 Antropologi
Sosial yang tak bisa juga saya sebutkan semua namanya menjadi teman suka-duka menjalani
perkuliahan. Saya tetap ingat perjalanan awal kita masuk bersama di jurusan kita sampai kita
harus berpisah meninggalkan kampus dengan sendiri-sendiri. Terimakasih kepada teman saya
Saud Damanik yang selalu menjadi tamu tetap di kos baik pagi,siang maupun malam. Abang
dan kakak senior di Antropologi Sosial yang sudah memberikan arahan positif dalam
perkuliahan. Saya sangat berterimakasih kepada Tim Pagelaran Drama Musikal keluarga
besar GBI Medan Plaza sangat bangga bisa bergabung di tim ini karena saya memiliki
semangat dalam hidup dan terus melayani Tuhan di pagelaran selanjutnya dan kita tetap satu
dalam Kristus. Terimakasih kepada kelompok kecil saya di FA 005 cabang GBI Hermes
Place selalu mendoakan saya dalam skripsi ini. dan juga saya ucapkan terimakasih kepada
Bang Budi,Bang Dece,Bang Rahman,Bang Morris,Bang Vide,Bang Udin,dan Bang Iwan
selaku informan yang bekerja sebagai “Nyemprit” senang bisa masuk dan kenalan dalam
wawancara selama penelitian saya. Semoga sehat-sehat selalu. Dan juga kepada teman-teman
yang membantu dalam proses penelitian Ricky Sumbayak, sudah mengizinkan tidur di kos
nya selama penelitian,Otniel Sihombing menemani wawancara,Erwin Silalahi yang
meminjamkan buku antropologi perkotaan juga kepada ulul azmi anak antro unimed yang
bisa teman berdiskusi dengan “Pak Ogah” ini.
Universitas Sumatera Utara
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang membantu dalam
mengerjakan skripsi ini hingga selesai, dan semoga Tuhan membalas kebaikan yang
diberikan oleh semua pihak kepada penulis.
Medan, Desember 2017
Penulis
YOSUA RIZKY SIREGAR
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Yosua Rizky Siregar, lahir pada tangggal 19
Oktober 1994 di Medan. Anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan I.Siregar dan
MR.Damanik. Telah menyelesaikan SD
Swasta R.A KARTINI Kota Tebing Tinggi,
SMPN 4 Tebing Tinggi, SMAN 2 Tebing
Tinggi dan tahun 2013 melanjutkan
pendidikan S1 Program Studi Antropologi
Sosial di Universitas Sumatera Utara.
Penulis dapat dihubungi alamat Facebook
Yosua Rizky Siregar dan ID Line
yos_edogawa
Beberapa kegiatan yang pernah di ikuti selama perkuliahan:
1. Sebagai peserta dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru(PMB) Universitas
Sumatera Utara tahun 2013
2. Sebagai peserta kegiatan INISIASI Antropologi Sosial FISIP USU 18-20 oktober di
Mess PTPN Prapat
3. Anggota Ikatan Dongan Sabutuha(INSAN) Antropologi Sosial FISIP USU
4. Sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara(IMAS-
USU)
5. Sebagai wakil ketua Panitia INISIASI Antropologi Sosial FISIP USU 2015
6. Sebagai Ketua Panitia Penerimaan Anggota Baru IMAS-USU tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
7. Peserta Training of Fasilitators(TOF) angkatan ke-VI oleh Departemen Antropologi
Sosial di Taman Armaya Pancur Batu tahun 2015
8. Sebagai tim survei dalam Survei Permasalahan Publik di Provinsi Nanggroe Aceh
Darusalam yang dilaksanakan oleh Media Research Center(MRC) tahun 2016
9. Sebagai tim survei dalam Survei Permasalahan Publik di Kabupaten Dairi,Sumatera
Utara yang dilaksanakan oleh Media Research Center(MRC) tahun 2017
10. Mengikuti PKL Tinggal Bersama Masyarakat(TBM) di pinggiran sungai di kota
medan, bulan September-Oktober tahun 2016
Pengalaman lainnya:
1. 2016-2017 Staf Pengajar Bimbel BT/BS Medica
2. 2017-sekarang Staf Pengajar Bimbel SSC
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini yang berjudul “PAK OGAH” (Studi
etnografi kehadiran “Pak Ogah” di persimpangan Jalan Bhayangkara)
Adapun ketertarikan untuk menulis tentang “Pak Ogah” di persimpangan Jalan
Bhayangkara, karena penulis melihat bahwa kehadiran “Pak Ogah” ini mulai marak terjadi di
Kota Medan. Dengan ada nya “Pak Ogah” di tengah kemacetan membuat sebuah fenomena
sosial baru. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan bersama informan
sebagai “Pak Ogah” yang menjadi sumber informasi dalam skripsi ini.
Skripsi ini mengkaji tentang apa yang melatarbelakangi menjadi “Pak Ogah” di
persimpangan Jalan Bhayangkara Kota Medan. Penelita juga melihat faktor-faktor yang
mendorong bisa terjadi nya “Pak Ogah” kehidupan awal muncul nya sebelum ramai nya “Pak
Ogah” di lokasi ini.
Untuk kesempatan ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan krtik ataupun nasihat yang bersifat
membangun guna perbaikan skripsi ini kedepannya.
Atas perhatian,penulis ucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2017
Penulis
YOSUA RIZKY SIREGAR
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................................................. i
ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................... iii
RIWAYAT SINGKAT PENULIS ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 8
1.2.1 Kemiskinan ................................................................................. 9
1.2.2 Pengangguran .............................................................................. 9
1.2.3 Konflik ........................................................................................ 11
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 13
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 13
1.4.1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 13
1.4.2 Manfaat Penelitian ...................................................................... 14
1.5 Metode Penelitian ......................................................................................... 14
1.5.1 Observasi..................................................................................... 14
1.5.2 Wawancara .................................................................................. 15
1.6 Analisis Data ................................................................................................. 16
1.7 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 17
BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN ...................................................................... 20
2.1 Sejarah Kota Medan ...................................................................................... 20
2.2 Letak Geografis Kelurahan Indra Kasih ....................................................... 21
2.2.1 Keadaan Umum Wilayah.............................. ............................ 21
2.2.2 Kependudukan........................................ .............................. 22
2.2.3 Pendidikan Masyarakat........................... ............................. 25
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Kesehatan Masyarakat ........................... .............................. 25
2.2.5 Ekonomi Masyarakat.............................. .............................. 27
2.2.6 Keamanan dan Ketertiban.......................................... ............................. 28
2.2.7 Tertib Administrasi Kelurahan.................................. ............................. 28
2.2.8 Pajak Bumi dan Bangunan........................................ .............................. 28
2.2.9 Tingkat Pencapaian Swadaya/Partisipasi................. ............................... 29
2.2.10 Kelembagaan Masyarakat.......................................... ............................. 30
2.2.11 Kebersihan Wilayah.................................................... ............................ 30
BAB III GAMBARAN UMUM “PAK OGAH”.............................. ........................... 31
3.1 Pengganti Polisi............................................................................... ......................... 33
3.2 Pengetahuan Mengatur Lalu Lintas.................................................. ........................ 36
3.3 Alat yang digunakan.......................................................................... ....................... 38
3.4 Aturan yang berlaku........................................................................... ....................... 38
3.5 Waktu Bekerja Informan................................................................... ........................ 40
3.6 Pendapatan jadi “Pak Ogah”.............................................................. ....................... 40
3.7 Faktor Pendorong bekerja sebagai “Pak Ogah”.................................. ...................... 42
3.7.1 Tanggungjawab Keluarga.................................................... ...................... 42
3.7.2 Menolong Pengendara dalam Kemacetan............................ ...................... 43
3.7.3 Pekerjaan Sebelumnya.......................................................... ..................... 44
3.8 Cuaca......................................................................................................................... 45
3.9 Kurang Displin Pengendara Kendaraan............................................... ..................... 45
3.10 Isu Surlantas........................................................................................ .................... 47
3.11 Tempat Istirahat................................................................................ ...................... 48
BAB IV TANGGAPAN PIHAK YANG TERLIBAT................................................ 50
4.1 Interaksi ke Pihak lain........................................................................... .................... 50
Universitas Sumatera Utara
4.1.1 Interaksi “Pak Ogah” dengan Kepolisian........................................... ................... 50
4.1.2 Interaksi dengan Keluarga.................................................................. ................... 52
4.1.3 Interaksi dengan sesama “Pak Ogah”................................................ .................... 54
4.1.4 Interaksi dengan Pengendara Kendaraan............................................ ................... 56
4.1.5 Interaksi dengan Masyarakat Setempat............................................... .................. 57
4.2 Faktor Kemunculan “Pak Ogah”........................................................... ................... 58
4.2.1 Tingkat Kedisplinan Pengendara dan Pengguna Jalan........................... ............... 58
4.2.2 Laju Pertumbuhan Kendaraan.............................................................. .................. 60
4.2.3 Masalah Ekonomi................................................................................. ................. 62
4.2.4 Freelance................................................................................................ ............... 63
4.2.5 Kurangnya Keahlian Khusus yang Dimiliki ....................................................... 64
4.2.6 Rambu Lalu Lintas.................................................................................. ............... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................................... 67
5.1 Kesimpulan........................................................................................... .................... 67
5.1 Saran.................................................................................................... ..................... 69
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ........................ 71
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Istilah ‘’Kota’’ dapat di defenisikan secara berbeda-beda tergantung sudut
pandang yang digunakan. Dalam menggunakan kata ‘’kota’’ perlu dicermati karena
dalam bahasa Indonesia, kata ‘’kota’’ bisa berarti dua hal yang berbeda. Kota dalam
pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan
tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang
cukup tinggi. Dibandingkan perdesaan,penggunaan tanah perkotaan mempunyai
intensitas yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukakan dalam pemakaian modal yang
besar,jumlah orang yang terlibat lebih banyak,nilai tambah penggunaan ruang yang
dihasilkan lebih besar,dan keterkaitan dengan penggunaan tanah yang lain lebih erat.
Dikarenakan intensitas penggunaan tanahnya yang lebih tinggi tersebut maka kota
senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi daerah sekitarnya. Intensitas penggunaan
tanah yang tinggi juga ditunjukkan oleh ukuran setiap unit penggunaan tanah yang
umumnya lebih kecil dibandingkan dengan unit penggunaan tanah perdesaan.
Misalnya ,rumah,toko,pasar,dan kantor luasnya relatif kecil jika dibandingkan dengan
sawah,hutan,dan perkebunan. Disamping itu,intensitas penggunaan perkotaan yang
tinggi juga telah berkembang ke penggunaan ruang ke arah vertikal dengan bangunan-
bangunan bertingkat.
Menurut ahli Christaller dengan ‘central place theory; nya menunjukkan
fungsi kota sebagai penyelenggaraan dan penyediaan jasa-jasa bagi sekitarnya;kota itu
pusat pelayanan . jadi kota pertama-tama bukannya tempat permukiman,melainkan
pusat pelayanan. Sejauh manakah kota menjadi pusat pelayanan bergantung kepada
Universitas Sumatera Utara
sejauh mana pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota. Kota mempunyai daya
tarik yang relatif(sangat) kuat bagi penduduk yang berdomisili di luar kota yang
bersangkutan,baik yang tersebar di daerah pedesaan ataupun di kota-kota yang lebih
kecil. Perpindahan penduduk dari desa untuk menetap di kota selalu kita jumpai di
seluruh dunia dan sepanjang sejarah. Peprindahan atau urbanisasi baru menjadi
masalah ketika perpindahan itu menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota
yang didatangi, maupun bagi si pendatang atau secara makro bagi negara.
Perkembangan Kota Medan menunjukkan daerah terbangun (urban area)
makin bertambah luas sebagai akibat dari jumlah penduduknya bertambah besar
sehingga arus urbanisasi ke daerah perkotaan semakin kuat. Dalam masa
pembangunan (Daldjoeni,2003). Pertumbuhan yang tak seimbang secara demografis
ekonomis bertalian erat dengan apa yang disebut overurbanisasi. Gejala ini distudi
oleh geograf Belanda De Bruijne(1976). Menurut ia,overurbanisasi hanya karena tak
seimbangnya jumlah penduduk dengan lapangan kerja di kota,tetapi menyangkut
langsung atau tak langsung kehidupan di pedesaan sekitarnya. Tidakkah mengalirnya
penduduk desa masuk kota itu pada umumnya dipaksa oleh tak tersedianya mata
pencaharian yang layak baginya di kawasan agraris. Salah satu faktor pendorong itu
ialah kemiskinan di daerah pedesaan yang disebabkan oleh cepatnya pertambhan
penduduk di deesa sehingga menimbulkan ketimpangan dalam perimbangan antara
jumlah penduduk dan luas lahan pertanian;terdesaknya pengolahan pertanian secara
manual oleh alat-alat mekanikal;dan terdesaknya kerajinan rumah tangga oleh produk
industri moderen.
Di negara-negara yang sedang berkembang,umumnya urbanisasi itu
disebabkan oleh ‘’overruralization’’ ,yakni jumlah penduduk yang terdapat di desa
lebih banyak daripada yang dapat dijamin dan didukung oleh kondisi dan potensi
Universitas Sumatera Utara
ekonominya. Adapun faktor penarik kota itu meliputi daya tarik ekonomi kota berupa
kesempatan kerja,fasilitas-fasilitas pendidikan dan pengembangan bakat rekreasi,serta
besarnya kesempatan untuk beremansipasi,karena renggangnya atau longgarnya
kontrol masyarakat dan adat istiadat atas individu. Di perkotaan tingkat kemudahan
tinggi maka orang akan datang ke kota membawa pengalaman serta modalnya.
Dengan bertambahnya kegiatan usaha di kota, maka tingkat kemudahan pun
meningkat dan daya tariknya juga makin bertambah kuat. Tingkat kemudahan
dicerminkan oleh tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan.
Jumlah penduduk perkotaan yang relatif padat itu membutuhkan ketersediaan
prasarana dan sarana perkotaan dan berbagai fasilitas pelayan ekonomi dan sosial
dalam jumlah besar dan kwalitas pelayanan umum yang cukup memadai. Jumlah
penduduk di daerah perkotaan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang makin
meningkat dan cepat,karena daerah perkotaan mempunai daya tarik yang kuat,yaitu
menjanjikan kesempatan kerjaa yang lebih luas,memberikan pendapatan yang lebih
tinggi,memberikan peluang pengembangan karir dan kemampuan profesional,serta
penyediaan berbagai kemudahan lainnya,misalnya melanjutkan studi ke strata yang
lebih tinggi,mengembangkan kegiatan usaha baru,menikmati kehidupan yang lebih
mewah dan megah dan lain sebagainya. Jumlah penduduk pedesaan memperlihatkan
pula pengembangan,tetapi relatif lamban dibandingkan pertumbuhan perkotaan.
Pemusatan penduduk di daerah pedesaan terjadi di ibukota kecamatan dan ibukota
desa. Selain peranannya yang penting dalam pembangunan,kota-kota juga memliki
fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat perkotaan dewasa ini seperti;fungsi
tempat tinggal,tempat pekerjaan,lalu lintas(transportasi) dan rekreasi. Permintaan
pelayanan prasarana dan sarana yang dibutuhkan di daerah perkotaan pada umumnya
dirasakan dibandingkan dengan ketersediaan prasaranan dan sarana yang dibangun.
Universitas Sumatera Utara
Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan tahun 2012-2015
Tahun
Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
Penduduk(jiwa/Km2)
2015 265.00 2.110.624 8.342
2014 2.65 2.191.140 8.268
2013 2.65,1 2.122.804 8008
2012 265,1 2.122.804 8008 Sumber: Badan Pusat Statistik Medan
Suplai sarana dan prasaranan perkotaan ternyata tidak mampu mengimbangi
yang dibutuhkan,karena lahan perkotaan untuk pembangunan prasarana
jalan(arteri,kolektor dan lokal) itu relatif terbatas dan anggaran pembangunan yang
tersedia juga sangat terbatas,sedangkan perkembangan perkotaan berlangsung terus
dan cenderung semakin pesat.Tidak seimbangnya prasarana dan sarana perkotaan
dibandingkan dengan kebutuhan akan menimbulkan ketidakefektifan dan
ketidakefisien dalam penggunaan atau pemakaian prasarana dan sarana yang
tersedia,misalnya terjadinya kemacetan dan kepadatan lalu lintas atau ketidaklancaran
pelayanan angkutan umum,hal ini jelas merugikan masyarakat luas. Perencanaan yang
masih bersifat dasar berupa penempatan bangunan dan ruang untuk pergerakkan
manusia dan kendaraan. Tanpa adanya perencanaan dasar tersebut,bangunan dan
ruang tidak akan dapat berfungsi. Jika pemerintahan yang sedang berkuasa
menghendaki,maka sistem jaringan jalan lengkap direncanakan dan proyek-proyek
besar dirancang dan dilaksanakan pembangunannya.
Peranan transportasi semakin vital sejalan dengan tingkat kemajuan ekonomi
dan kemakmuran negara. Hal ikhwal yang bersangkut paut dengan transportasi
Universitas Sumatera Utara
menyinggung langsung kebutuhan pribadi warga kota dan berkaitan langsung dengan
keidupan ekonomi kota. Transportasi ternyata telah menjadi ciri kemajuan
kebudayaan dan sekaligus menjadi beban kebudayaan itu sendiri. Masalah lanjutan
yang disebabkan oleh buruknya penyediaan prasaran,khususnya prasarana jalan
adalah terjadinya kondisi transportasi yang buruk. Kondisi itu(Sadyohutomo2008)
seperti kemacetan lalu lintas(traffic jams) dan lalu lintas merambat (traffic
congestion),kesemrawutan lalu lintas campur aduk antara transportasi lokal dengan
transportasi antarregional,kendaraan lambat dengan kendaraan cepat,kendaraan tidak
bermesin dengan kendaraan bermesin dan pedagang kaki lima di trotoar dengan
pejalan kaki,di mana terjadi perampasan hak pejalan kaki oleh pedagang kaki lima.
Kemajuan teknologi di bidang transportasi warga kota yang ingin memiliki
kendaraan sendiri seperti sepeda motor,pick-up,mobil atau pun kendaraan lainnya di
ikuti harga kendaraan yang bisa dijangkau dengan di cicil sehingga warga kota bisa
memlikinya.
Tidak mengherankan,bahwa akibatnya kesempatan untuk memiliki kendaraan
makin meluas. Pemilikan kendaraan pribadi setingkat demi setingkat menyaingi
kedudukan alat transportasi umum sepeti kereta api,angkutan umum,bis.
Perkembangan pola pemilikan kendaraan begitu cepat sehingga akhirnya berada
diluar pengendalian pemerintahan pusat dan pemerintah kota.konsentrasi penduduk
dan bangunan dalam jumlah yang besar secara kuantitatif lebih rentan terhadap
bencana alam dan gangguan kemasyarakatan,dibandingkan dengan masyarakat-
masyarakat berukuran kecil. Kualitas lingkungan akan semakin menurun dengan
semakin berkurangnya ruang-ruang terbuka,semakin tingginya tingkat
kebisingan,serta polusi dan air. Mobil merupakan alat transportasi yang selama ini
dan akan terus berlanjut memiliki dampak yang sangat luas terhadap kota-kota di
Universitas Sumatera Utara
negara berkembang dan maju. Sejalan dengan pertumbuhan komunitasnya dan
semakin tingginya tingkat pendapatan sehingga memungkinkan meluasnya pemilikan
mobil. Dampak pemakaian mobil dapat di jumpai diberbagai tempat
parkir,pengendalian lalu lintas,kemacetan lalu lintas,pencemaran udara,kecelakaan
lalu lintas,mobilitas,biaya kontruksi,biaya transportasi,citra dan gengsi dan Akibat ,
dari pola pemilikan mobil yang tak terkendali tersebut menjadi sangat terasa dan
menimbulkan masalah kronis mulai dari kemacetan lalu lintas,sampai masalah polusi.
Kemacetan lalulintas menyebabkan semakin lamanya seseorang harus menunggu dan
menyebabkan tertundanya perjalanan,sehingga membuat semakin tegangnya para
pengemudi kendaraan. Sejauh ini kemacetan lalulintas secara total hanya terjadi di
kota-kota besar. Bahkan dijumpai kenyataan bahwa rata-rata kecepatan jalan kaki
semakin tinggi dengan semakin besarnya ukuran kota(Branch,1995). Jalur-jalur
transportasi dan utilitas kota merupakan pembentuk pola penggunaan lahan di kota.
Sejak awal pertumbuhan komunitas,berbagai kegiatan usaha memilih lokasi di
sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer dan di tempat-tempat yang merupakan
konsentrasi para pelanggan potensial. Jaringan jalan dalam kota dapat didasarkan atas
fungsi lahan,kualitas jalan maupun jumlah jalur,namun kajian yang lebih penting
adalah sebaran wilayah yang dapat dilayani secara langsung oleh jaringan
jalan,sehubungan dengan sarana transportasi dan aksesbilitas menuju lokasi-lokasi
tertentu di dalam kota,karena transportasi adalah suatu faktor kunci yang
menstimulasi akses ke jasa (Koestoer,1997). Transportasi dan guna tanah oleh para
perencana kota sering diibaratkan sebagai ‘’dua sisi pada satu uang logam’’ karena
tempat masuk dan keluarnya transportasi diperlukan agar sebidang tanah memiliki
funsi produktif,dan jalur lalu lintas tidak akan bermanfaat kecuali bila jalur tersebut
melayani kegiatan baru ataupun yang telah ada pada kedua ujungnya.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi dan sosial yang
sangat cepat merupakan alasan utama munculnya kebutuhan yang sangat mendesak
terhadap pembangunan sistem angkutan kota yang baik. Sasaran utama adalah untuk
dapat menyediakan fasilitas angkutan untuk melayani pergerakan orang dan
penumpang dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi dan sosial wilayah
perkotaan bersangkutan. Secara umum permasalahan yang dihadapi sistem
transportasi di Indonesia dewasa ini (Sjafrizal,2012) jauh lebih kecilnya pertambahan
jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan dengan pertambahan penduduk
dan kegiatan ekonomi sehingga fasilitas transportasi kendaraan di kota menjadi sangat
kurang. Jumlah dan kualitas sarana angkutan umum masih sangat terbatas karena
keterbatasan kemampuan keuangan pemerintahan kota dan pihak swasta.
Perkembangan kota yang tidak diikuti dengan struktur tata guna lahan yang serasi
sehingga penataan arus barang dan penumpang menjadi kurang baik.
Kepadatan di jalan raya yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan baik
bermotor dan tidak bermotor ,pejalan kaki,dan pedagang kaki lima membuat kondisi
psikologi tidak nyaman bagi pengguna kendaraan di jalan. Kondisi kepadatan di jalan
raya yang tidak teratur membuat meningkatnya tingkat agresi pengguna jalan
raya,kelelahan secara emosional,dan ketidaknyamanan psikologi yang lain. Kepadatan
di jalan raya memang tidak dapat dihindarkan karena jumlah penduduk dan kendaraan
yang makin meningkat disertai pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak
sebanding dengan peningkatan tersebut. Luas jalan yang tidak berimbang dengan
jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya. Begitulah yang terjadi di kota-kota besar
di Indonesia,terkesan macet,kumuhdan semrawut. Salah satu penyebabnya adalah
pola perilaku pengguna jalan raya di Indonesoa yang tidak displin. Salah satunya di
Kota Medan. Kemacetan yang terjadi di perparah lagi dengan kedisplinan pengguna
Universitas Sumatera Utara
jalan kendaraan yang sangat rendah. Di kota-kota besar seperti Kota Medan meskipun
menyebrang di traffic light yang menunjukkan kendaraan harus berhenti,penyebrang
tidak dapat menyebrrang secara nyaman di zebra cross karena area zebra cross
dipenuhi dengan kendaraan yang tidak berhenti di stop line. Belum lagi kendaraan
yang menyerobot tidak berhenti. Lebih parah ketika menyebrang di zebra cross yang
disertai dengan traffic light ,belum tentu pengendara mau berhenti dan memberikan
kesempatan penyebrang.
Rambu lalu lintas berfungsi mengatur lalu lintas sehingga kenyaman dalam
berlalu lintas dapat terwujud Pengguna jalan banyak yang melanggar rambu-rambu
lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan yang semakin parah. Dan juga
penegakan hukum oleh aparat terhadap pelanggar lalu lintas yang lemah dalam
mengatasi ini. Kemacetan yang terjadi ada petugas,pengendara jalan,jadi petugas itu
sering kali juga kehadirannya tidak setiap saat. Ketidakhadiran petugas setiap di
lokasi rawan kemacetan membuat pengguna jalan frustasi. Kondisi ini ini dibaca dan
ditangkap oleh pemuda atau beberapa orang yang tidak memiliki pekerjaan menetap.
Maka ,kondisi seperti ini dianggap sebuah peluang yang bisa dimanfaatkan untuk
mendapatkan uang sekadarnya sebagai jasa lalu lintas amatiran kehadiran mereka.
Oleh karena itu sebagian orang menganggap ini mengganggu tapi orang lain yang
berhubungan langsung yakni pengguna kendaraan pribadi dengan merasa mereka
sangat terbantu,akan tetapi aparat petugas menganggap tindakan mereka liar. Tapi
,sebagian lagi menganggap berjaasa dalam melancarkan bagi yang mau bayar kepada
‘’Pak Ogah’’
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
Kemiskinan adalah salah satu dampak sosial pembangunan karena pembangunan
dapat menyebabkan ketmpangan penduduk. Masalah ini dialami banyak negara,terutama
negara-negara berkembang dan negara-negara miskin di dunia. Selain disebabkan
ketimpangan pendapatan karena pendapatan yang tidak merata(Martono,2011). World bank
mendefenisikan kemiskinan sebagai sebuah kondisi yang dialami penduduk ketika mereka
hidup dalam kondisi serba kekurangan yang mengakibatkan mereka tidak mampu mencapi
derajat hidup yang layak (well-being). Secara umum kemiskinan dapat dikategorikan menjadi
dua jenis,yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut ukurannya
sudah ditentukan secara absolut dan diterapkan di setiap tempat atau wilayah,sedangkan
kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan
antarpenduduk setempat. Selain dua jenis kemiskinan tersebut, adapula kemiskinan
struktural. Menno(1991) mengatakan kemiskinan bukan karena struktur sosial adanya bersifat
kondisional,yaknni karena kondisi yang relatif sementara. Mereka tetap bercita-cita dan tetap
berusaha agar pada suatu kelak,bila telah berhasil mengumpulkan cukup modal,akan beralih
ke rumah atau lokasi pemukiman yang lebih memenuhi persyaratan hidup yang layak,daan
mebentuk usaha yang meberikan penghasilan yang lebih tinggi.
1.2.2 Pengangguran
Defenisi pengangguran dalam arti luas adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi
sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi mulai bekerja. Pengangguran
adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan
yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standart
kehidupan dan tekana psikologis. Pengangguran merupakan yang dihadapi tidak saja oleh
Universitas Sumatera Utara
negara-negara sedang berkembang,akan tetapi juga negara-negara yang sudah maju. Secara
umum,pengangguran didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan secara aktif sedang mencari
pekerjaan(Nanga,2001) seseorang yang tidak bekerja tetapi secara aktif mencari pekerjaan
tidak dapat digolongkan sebagai penganggur. Menurut case(2004) dalam bukunya prinsip-
prinsip ekonomi makro,pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai
berikut;
a. Pengangguran Friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan oleh kerja
normalnya pasar tenaga kerja. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena
berpindah orang-orang dari suatu daerah ke daerah lain,atau dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain,dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai
penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru.
b. Pengangguran Musiman ini berkaitan dengan erat fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek,terutama terjadi di sektor pertanian yang hany bersifat sementara saja.
c. Pengangguran Siklis atau Konjongtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi
mengalami kemunduran,perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan
memproduksinya.
d. Pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerjaa tidak mampu
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal
ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya
proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan menuntut persyaratan tenaga
kerja yang juga makin tinggi. Dilihat dari sifatnya,pengangguran struktural lebih sulit
diatasi dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang
besar,juga waktu yang laama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan atau
sebagai akibat dari semakin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang kedua
memungkinkan suatu perusahaan menaikan produksi dan pada waktu yang sama
mengurangi pekerja.
Bentuk-bentuk pengangguran adalah:
1. Pengangguran terbuka adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat ingin
bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka.
2. Setengah pengangguran adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun
produktivitasnyya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak
mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan,
3. Tenaga kerja yang lemaahadalah mereka yang mungkin bekerja tetapi
intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
4. Tenaga kerja yang tidak produktif adalah mereka yang bekerja secara produktif
tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
1.2.3 Konflik
Konflik adalah suatu hal yang alamiah terjadi di dalam kehidupan manusia. Konflik
bisa ditimbulkan oleh dua hal berikut(Sadyohutomo,2008);
1. Adanya perbedaan tujuan atau paham sehingga menimbulkan benturan atau
permusuhan.
2. Adanya kesamaan kepentingan terhadap sesuatu sehingga menimbulkan
persaingan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam lingkup kota,konflik yang terjadi di masyarakat perlu dikelola agar tidak
merugikan semua pihak. Konflik dapat dibedakan antara konflik horizontal daan
konflik vertikal. Konflik horizontal adalah konflik antarpihak atau kelompok
masyarakat dalam posisi yang sejajar. Konflik vertikal adalah konflik antar pihak
yang berbeda kelas kedudukan atau kekuasaannya.
Menurut Robbins(1979), ada tiga pandangan mengenai keberadaan konflik yaitu pandangan
tradisional,pandangan behavioral,pandangan interactionist. Pandangan tradisional
menganggap bahwa konflik adalah jelek atau merugikan sehingga harus dicegah dan
dihindari. Pandangan kedua yang bersifat moderat menganggap bahwa konflik adalah
alami(behavioral),apabila tidak bisa dihindari maka harus diterima sebagai suatu kenyataan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pandangan ketiga yang bersifat interactionist
menganggap bahwa konflik itu bisa baik dan bisa buruk konflik yang baik adalah apabila
konflik mendorong pencapaian tujuan organisasi. Pandangan ini justru mengahrapkan
terjadinya konflik apabila keharmonisan organisasi membuat organisasi menajdi statis.
Berdasarkan intensitasnya,konflik dibedakan menajdi tida dengan cara pengelolaan nya yang
berbeda,yaitu;
1. Konflik tingkat rendah,timbul dalam kehidupan sehari-hari,tidak menimbulkan
dampak yang buruk bagi para pihak. Konflik tingkat rendah bisa diterima sebagai
hal biasa,bisa dihindari,atau didiabaikan dan tidak pelu dibesar-besarkan karena
konflik tingkat ini akan berlalu dan selesai dengan sendirinya.
2. Konflik tingkat sedang,yaitu konflik timbul karena ada unsur kompetisi,targetnya
adalah menang atau kalah.
Universitas Sumatera Utara
3. Konflik tingkat tinggi,yaitu konflik yang dapat mencederai atau mengancam jiwa
para pihak.
Kehadiran ‘’Pak Ogah’’ di jalan-jalan yang rawan kemacetan ini membuat adanya peran
aparat kepolisian selaku petugas di jalan raya untuk mengurangi kemacetan. Sehingga
membuat pemuda setempat yang berada disekitar jalan kemacetan mengambil alih peran dari
polisi tersebut dengan mengharapkan imbalan dari pengguna jalan yang seikhlas hatinya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian yang
diangkat adalah;
1. Apa yang mendorong muncul ‘’Pak Ogah’’ di tengah kemacetan?
2. Siapa yang menggunakan jasa ‘’Pak Ogah’’ di tengah kemacetan
3. Bagaimana solusi nya atas situasi ini menurut aparat negara(Polisi,Dinas
Perhubungan,Masyarakat sekitar)
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
fenomena sosial yang mulai muncul belakangan tahun terakhir ini dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Kemudian menjelaskan peranan ‘’Pak Ogah’’ di persimpangan jalan yang
menjadi lokasi untuk mengatur lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat Penelitian
Secara aplikatif,hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan mengenai permasalahan kemacetan di Kota Medan guna mencari solusi yang tepat.
1.5 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatis yang bersifat etnografis.
Penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar
melihat,mendengar,berbicara berpikir dan bertindak denga cara-cara yang berbeda. Tidak
hanya mempelajari masyarakat,lebih dari itu etnografis berarti belajar dari masyarakat
(Spredley,1997:3) penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder
maupun data primes melalui observasi dan wawancara.
1.5.1 Observasi
Observasi dalam hal ini merupakan teknik penelitian yang dilakukan langsung di
lapangan. Observasi dilakukan diawal penelitian untuk mengamati dan mencermati guna
mendapatkan gambaran lokasi dan infomasi awal. Pada saat observasi atau pengamatan ini
juga peneliti mendapatkan informan pangkal yang akan mengarahkan peneliti kepada
informan-informan lainnya guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.
Ada beberapa alsan mengapa dalam penelitian kualitatif,pengamatan dimanfaatkan
sebesar-besarnya seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moeloeng(1989:137)
sebagai berikut;
Universitas Sumatera Utara
1. Pertama ,teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung.
Bukan kah pengalaman adalah guru terbaik atau setelah melihat baru percaya
2. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan peneliti melihhat dan mengamati
sendiri,kemudian mencatat perilaku dan kejaddia sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
3. Ketiga , pengamatan memungkinkan peneliti mencata peristiwa dala situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data
4. Keempat, sering terjadi keraguan pada peneliti,jangan-jangan pada data yang
diaringnya ada yang ‘’menceng’’ atau bias
Adapun jarak waktu mengamati di lapangan:
I. 07.00-09.00
II. 09.00-12.00
III. 12.00-15.00
IV. 15.00-18.00
1.5.2 Wawancara
Wawancara dilakukan guna memperoleh data secara langsung dari informan baik
informan biasa maupun informan kunci seperti pengguna jalan yang mengggunakan jasa ‘Pak
Ogah’’,masyarakat sekitar tempat berada lokasi ‘’Pak Ogah’’ , dan aparat kepolisian.
Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan-informan kunci yang mengetahui
dan memahami pokok permasalahan yang sedang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
Proses pecarian data dilapangan didukung alat pendukung dilapangan yakni alat
rekam dan kamera foto. Alat perekam membantu peneliti ketika melakukan wawancara
sehingga data yang diperoleh ketika melakukan wawancara tersimpan dengan baik dimana
informasi-informasi tidak akan hilang. Peneliti menyadari keterbatasan untuk dapat
mengingat semua informasi yang diperoleh. Alat rekam ini tentu Sangat membantu terutama
ketika melengkapi catatan lapangan (fieldnote) sebagai dasar dalam pengolahan data yang
dilakukan. Kamera foto/video bermanfaat untuk merekam peristiwa di lapangan guna
mendukung datang dan bukti lapangan dan dapatt juga memberikan gambaran penelitian ini
secara visual.
Melakukan rapport merupakan suatu hal yang mutlak di lapangan. Rapport bertujuan
untuk memperoleh data yang akurat di lapangan. Terjalinnya rapportmemudahkan peneliti
dalam menggali data terutama dengan informan-informan. Sehingga hubungan yang baik
dilakukan terlebih dahulu agar peneliti tidak menmukan kesulitan karena tidak terjalinnya
hubungan secara baik yang membuat informan tidak dngan mudah memberikan informasi.
Rapport yang terjalin membuat informan tidak sungkan dan merasa curiga kepada penliti
yang dapat menghambat dalam perolehan data.
1.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah proses pencarian data dilapangandianggap cukup.
Proses pencarian data dilapangan dilakukan dengan sistem bola salju(snowball). Sedangkan
pencarian data dianggap selesai ketika informasi yang diperoleh di lapangan telah berulang-
ulang. Untuk keakurat data juga dilakukan crosscheek(triangulasi) kepada informan untuk
emmastikan kebenaran data-data yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Analisis data dilakukan terhadap data hasil observasi,wawancara dan dari
dokumentasi dengan mengklasifikasdikan/mengkategorikan data yang diperoleh sesuai
dengan perumusan masalah dalam penelitian ini dan menyingkirkan data yang tidak relevan.
Sehingga memudahkan untuk di pahami dengan baik.
1.7 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Medan tepat nya di jalan yang rawan kemacetan
sehingga muncul nya ‘’Pak Ogah’’ di persimpangan Jalan Bhayangkara.
1.8 Pengalaman Pribadi
Penelitian ini saya lakukan setelah mendapat ACC proposal untuk penelitian lapangan
di bulan akhir juni. Sebenarnya saya telah ACC proposal bulan mei tapi karena beberapa
alasan dan kendala maka saya penelitian di bulan juni. Awalnya saya sempat takut melakukan
penelitian ini. saya harus memasuki kelompok masyarakat yang baru dan belum pernah saya
kenal. Dari yang yang saya biasa bergabung, ngumpul dengan teman-teman dan keluarga. Ini
saya harus memasuki dunia tempat kerja nya Pak Ogah. Memang sih saya tidak menjadi Pak
Ogah nya, saya lebih interaksi langsung dengan Pak Ogah. Sebelum saya memulai ke
lapangan maka saya terlebih dahulu melihat ke lokasi penelitian yang tiap hari nya banyak
Pak Ogah supaya saya mulai membiasakan diri dan mengamati secara jauh apa yang
dilakukan mereka. Empat hari saya sering duduk agak jauh tepatnya di indomaret yang pas di
simpang Jalan Bhayangkara. Awalnya saya takut melihat mereka, karena dari segi pakaian
mereka kurang rapi dan tentunya bau keringat(dalam pikiran saya) karena mereka harus kerja
dibawah terik matahari. Dari segi muka seram membuat saya semakin jantungan, apakah saya
bisa mendekat dan ngobrol sama mereka. Karena saya takut di palaki dan yang ada malah
saya di usir pula nanti. Namun kalau pun tidak mencoba tentunya skripsi saya ini tidak
selesai. Sebelumnya saya selama penelitian tinggal di rumah Paman(tulang) saya di jalan
Universitas Sumatera Utara
pardamean di simpang Unimed saya pun bingung melihat muka-muka Pak Ogah nya seram
maka Paman saya mengusulkan untuk menemui teman gereja nya Tulang Sarmidin yang juga
sebagai sekretaris Pemuda Pancasila dan dia juga tinggal tak jauh dari lokasi jalan
bhayangkara. Lalu besoknya saya bersama tulang sarmidin ini ke Jalan Bhayangkara dan dia
kenal denga seorang Pak Ogah disitu, namanya Bang Edi. Postur tubuh dia pendek dengan
memakai kaos,sepatu yang koyak dan ada semprit juga di lehernya. Tulang sarmidin pun
meminta izin agar saya dibantu dalam peneltian ke Bang Edi maka Bang Edi pun mengiakan
permintaan Tulang Sarmidin. Itulah menjadi awal berkomunikasi untuk memasuki dunia
pekerjaan mereka. Keesokan sore harinya saya pun menemui Bang Edi ini sekedar untuk
ngobrol tetapi ketika baru jumpa, Bang Edi meminta rokok kepada saya dan saya pun
membelikannya rokok. Saya tidak mau langsung mewawancarai Bang Edi karena saya harus
membangun Rapport yang diajarkan dari perkuliahan saya. Besok hari nya saya pun
menemuinya tetap juga dia meminta rokok kepada saya, saya belikan kembali rokok
kepadanya karena baru kenal sudah dimintai rokok sama Bang Edi maka saya pun
memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. Ketika saya di lokasi penelitian dan tidak ada
Bang Edi maka saya mendekati ke Pak Ogah yang lain. Ketika itu Pak Ogah yang lain saya
dekati kebetulan sedang ada Pak Ogah yang sedang duduk istirahat di pinggir jalan lalu saya
mendekatinya. Namanya bang rahman, baju nya tampak lusuh,rambut nya sedikit
gondrong,dengan memakai celana yang sedikit longgar dan kebesaran di pakai. Saya tahu
Bang Rahman ini adalah Pak Ogah karena pernah saya lihat dia sedang mengatur lalu lintas.
Ketika saya duduk diseblahnya makanya disitu lah awal saya mulai berkomunikasi dengan
dia. Saya pun mulai bertanya basa-basi dengan nya, saat itu saya bertanya “capek
bang,istirahat sekarang abang ini?” lalu abang itu pun berkata “iya” sedikit cuek menurut ku
tapi ku coba lagi bangun komunikasi perlahan-lahan denga menanyai pertanyaan yang tidak
penting menurut ku. Lalu yang membuat ku terkejut ketika Bang Rahman bertanya kepadaku
Universitas Sumatera Utara
“ngapai disini dek, sering abang lihat kau duduk di indomaret itu lihatin kesini(bilang ke
simpang jalan bhayangkara) lalu aku pun menjawab “ iya bang, maaf ganggu suasana abang”
aku lagi penelitian skripsi bang dari kampus, aku mau teliti pekerjaan abang ini sekarang”
maka respon Bang Rahman juga respect dan bersedia diwawancarai tapi saya belum
mewawancarai masih ingin melakukan pengamatan terlebih dahulu. Kenalan dengan Bang
Rahman yang menjadi orang pertama yang membawa ku dan memperkenalkan aku dengan
Pak Ogah lain nya. Pada saat wawancara juga sambil saya sediakan gorengan, minuman
dingin disaat mereka sedang istirahat. Malah mereka semua heran kenapa mau aku bergabung
Universitas Sumatera Utara
BAB II
GAMBARAN KOTA MEDAN
2.1. Sejarah Kota Medan
Kampung Meidan yang pada awalnya masih merupakan hutan belantara yang relatif
sepi,dimana kampung hanya terdapat di kawasan Benteng dan Babura,dan masyarakatnya
tidak lebih dari 400 jiwa,seakan berlari dengan cepat menuju perkembangan yang telah
direncanakan oleh pemerintah kolonial di Medan. Sejalan dengan penetapan Medan sebagai
ibukota (hoofdplaats) residen Sumatra Timur, maka dibentuk Negorijaad yakkni badan yang
bertugas untuk mengawasi dan mengatur pembangunan ataupun perkembangan sarana dan
prasarana di Medan. Badan ini bertugas kurang lebih selama 20 tahun hingga tahun 1906
yakni munculnya peta rencana wilayah Kota Besar (Gemeente). Selanjutnya, proses menuju
Gemeente) berakhir sehubungan dengan ditetapkammya Medan sebagai Gemeente pada
tanggal 1 April 1909. Pembentukan Gemeente Medan ini diawali dengan pembentukan
Afdeelingsraad van Deli yang dibentuk pada tahun 1906. Pembentukan Gemeente Medan ini
dilakukan pada tanggal 1 April 1909 yang dikeluarkan di Bogor (Buitenzog) pada tanggal 5
April 1909 dan ditandatangani oleh Gubernur Jenderal J.B Van Heutz,dengan Besluit Nomor
180 yang disebut azas Desentrasatie . Dengan demikian sejak 1 April 1909, maka
Negorijaraad diganti menjadi Gemeenteraad yang mengambil ahli tugas-tugas Negorijraad
sehubungan dengan penetapan Medan sebagai Gemeente. Selanjutnya, Gemeenteraad ini
bertugas untuk menata wilayah maupun menata pemerintahan hingga ditunjuknya walikota
Medan. Tugas-tugas Gemeentraad ini mencapai puncaknya pada tahun 1918, pada saat
Medan dipimpin oleh seorang Walikota. Pada saat itu , Daniel Baron Mackay ditunjuk
sebagai walikota Medan yang pertama. Singkatnya ,pembentukan Gemeente Medan dapat
dipandang sebagai cara untuk memisahkan secara tegas antara kekuasaan Zelfbestuur Deli
Universitas Sumatera Utara
(Kesultanan Deli) dengan Gouvernement Hindia Belanda. Hal ini merupakan konsekuensi
dari ‘Pemberian Hak yang Lebih Nyata’ bagi pemerintahan Hindia Belanda untuk
menjalankan kekuasaan, guna kepentingan perkebunan sesuai dengan perjanjian yang telah
dituangkan pada Acte van Verband (pengaturan tanah diwilayah kesultanan Deli) maupun
Politiek Contract ataupun perjanjian yang lainnya.
Letak Geografis Medan
Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah Timur dari
provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut.
Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat
Malaka.
Secara geografis, Medan terletak pada 3,300-3,430 LU dan 98,350-98,440 BT dengan
topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan
Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang
strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan
barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah
dengan curah hjan rata-rata 2000-5000 mm per tahun.
2.2. Letak Geografis Kelurahan Indra Kasih
2.2.1 Keadaan Umum Wilayah
Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah
Kecamatan Medan Tembung dengan luas wilayah 44,4 Ha, dengan batas-batas wilayah
Kelurahan Indra Kasih adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorame Timur dan Kelurahan Sei Kera
Hilir I.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sidodadi, Kelurahan Sei Kera Hulu,
Kelurahan, Kelurahan Pahlawan.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Perintis.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Kera Hilir I.
Kondisi Geografis Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung berada pada
ketinggian 12 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 34⁰ C, sedangkan letak
topografinya berada pada dataran rendah dan jarak dari pusat Pemerintahan Kelurahan ke
Pusat Pemerintahan Kecamatan sejauh lebih kurang 3 Km. Untuk jarak ke pusat
pemerintahan Kota Medan dapat ditempuh sejauh 3,5 Km.
2.2.2 Kependudukan
Kelurahan Indra Kasih terbagi dalam 15(lima belas) Lingkungan dengan jumlah
penduduk sebanyak 12.701 jiwa (2.475 KK) yakni Laki-laki sebanyak 5.496 jiwa dan
Perempuan sebanyak 7.205
Tabel 1. Jumlah Lingkungan Kelurahan Indra Kasih
No Lingkungan Jumlah Penduduk Total Penduduk
LK PR
1 I 405 530 935
2 II 213 258 471
3 III 329 424 753
4 IV 402 538 940
5 V 422 594 1016
Universitas Sumatera Utara
6 VI 196 235 431
7 VII 223 294 517
8 VIII 545 619 1164
9 IX 412 479 891
10 X 229 248 477
11 XI 455 835 1290
12 XII 882 734 1416
13 XIII 434 447 881
14 XIV 223 455 678
15 XV 326 515 841
Jumlah 5.496 7.205 12.701
Jumlah Penduduk Menurut Etnis(Suku) :
Aceh : 403 jiwa
Jawa : 2.457 jiwa
Melayu : 635 jiwa
Batak : 775 jiwa
Mandailing : 3.660 jiwa
Padang : 3.395 jiwa
WNI Keturunan :857 jiwa
Lainnya : 515 jiwa
Jumlah Penduduk Menurut Agama yang dianut :
Islam : 9.848 jiwa
Kristen Protestan : 543 jiwa
Katholik : 648 jiwa
Universitas Sumatera Utara
Budha : 766 jiwa
Hindu : 191 jiwa
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian :
TNI : 98 jiwa
POLRI : 19 jiwa
PNS : 335 jiwa
Kary. BUMN : -
Kary.Swasta : 1.632 jiwa
Wiraswasta : 736 jiwa
Pertanian/Perkebunan :-
Pedagang : 378 jiwa
Pensiuanan : 163 jiwa
Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut usia :
No Gol.Umur(Tahun) Jumlah
1 0-15 5.147 jiwa
2 15-65 7.131 jiwa
3 Usia 65 keatas 423 jiwa
Jumlah 12.701 jiwa
2.2.3 Pendidikan Masyarakat
Untuk menunjang pendidikan masyarakat, terdapat beberapa lembaga pendidikan di
wilayah Kelurahan Sei Kera Hilir II, sebagaimana tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3. Lembaga Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Nama Lembaga
Pendidikan
Alamat
Universitas Sumatera Utara
1 Pra-Sekolah Dasar/ PAUD PAUD JUWITA Jl.HM.Yamin
gg.Bidan No.24
TK Taman Harapan Jl.Ibrahin Umar
No.11 lk.VI
4 Sekolah Dasar(SD) SD Alwasliyah Jl.Mabar
SDN 060417 Jl.Madong Lubis
No.1
SDN 060853 Jl. Madong Lubis
No.1
SDN 060852 Jl. Madong Lubis
No. 1
SDN 060851 Jl. Madong Lubis
No. 1
SD Taman Harapan Jl.Ibrahim Umar
No.11 lk.VI
6 Sekolah Menegah Pertama(SMP) SMP Alwasliyah Jl.Mabar
SMP Taman Harapan Jl.Ibrahim Umar
no.11 lk.VI
2.2.4 Kesehatan Masyarakat
Di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kelurahan Indra Kasih sudah
tergolong baik. Hal tersebut dikarenakan koordinasi yang baik antara Pemerintahan
Kelurahan dengan SKPD(Puskesmas) dan unit kerja terkait, khususnya mengenai
pelaksanaan progam Jaminan Kesehatan Masyarakat(Jamkesmas), maupun Jaminan
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat(JPK-MS). Selain itu,salah satu faktor utama untuk
mendukung terciptanya kesehatan masyarakat di Kelurahan Indra Kasih adalah adanya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Untuk menunjang pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah Kelurahan Indra Kasih
terdapat tenaga dan sarana kesehatan sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah Tenaga dan Sarana Kesehatan Masyarakat
No Tenaga dan Sarana Kesehatan Jumlah
1 Dokter Praktek 6
2 Apotek 3
3 Posyandu 8
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya Balita dan
Lansia, terdapat 8(delapan) buah Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu) di wilayah Kelurahan
Indra Kasih, sebagai berikut :
Tabel 5. Posyandu di Kelurahan Indra Kasih
No Nama Posyandu Alamat
1 AMALIA Jl. M.Yakub Gg.Salamah No.10
2 ANGGREK Jl.HM.Yamin Gg.Pisang No.2
3 ANYELIR Jl.Gurilla Gg.Mandor Suro No.21
4 MAWAR Jl.M.Yakub No.80
5 KENANGA Jl.M.Yakub Gg.Hasibah No.1
6 CEMPAKA Jl.HM.Yamin Gg.Bidan No.24
Universitas Sumatera Utara
7 NUSA INDAH Jl.Gurilla Gg.Amat No.5
8 LANSIA CERIA Jl.HM.Yamin Gg.Bidan No.24
2.2.5 Ekonomi Masyarakat
Proses kegiatan ekonomi di tengah-tengah masyarakat berjalan dengan baik dengan
segala aktifitas yang dilakukan masyarakat selama ini dengan pendapat yang bervariasi. Juga
terdapat beberapa macam usaha mulai dari mikro/kecil, menengah, maupun skala besar, yang
juga turut menggerakan perekonomian dan turut membantu pemenuhan kebutuhan
masyarakat umumnya.
Kewirausahaan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan ekonomi masyarakat
sekaligus dalam rangka memperkuat perekonomian rakyat. Di Kelurahan Indra Kasih
terdapat beberapa Kelompok kewirausahaan yang dilakukan oleh warga yang di bina oleh
P2KP dengan cara Penerima Manfaat Pinjaman Ekonomi Bergulir,antara lain :
Tabel 6. Jenis Kewirausahaan Masyarakat
No Kelompok/Jenis Wirausaha Jumlah
1 Melon I / Berdagang 5 orang
2 Melon II / Berdagang 5 orang
3 Mawar / Berdagang 5 orang
4 Timun / Berdagang 5 orang
5 Kamboja I / Berdagang 5 orang
6 Kamboja II / Berdagang 5 orang
7 Melur / Berdagang 5 orang
8 Usaha Catering 1 orang
Universitas Sumatera Utara
9 Usaha Pembuat Kue / Snack 6 orang
2.2.6 Keamanan Dan Ketertiban
Tingkat keamanan dan ketertiban di wilayah Kelurahan Indra Kasih tergolong cukup
baik, dengan adanya kemitraan yang baik antara pihak Kelurahaan dengan POLMAS
Kelurahan,dimana Kantor Polresta Medan berada tidak jauh ± 5 Km dari wilayah Kelurahan
Indra Kasih sehingga pemantauan keamanan dan ketertiban wilayah bisa di
maksimalkan,ditambah keberadaan Posko di Kelurahan setiap malam dan Pos Keamanan
Lingkungan(Poskamling) di beberapa lingkungan di wilayah Kelurahan Sei Kera Hilir II,
sebagai berikut :
Tabel 7. Poskamling di Wilayah Kelurahan Indra Kasih
No Lingkungan Alamat Poskamling Penanggungjawab
1 I Jl. Madong Lubis Samiun Nasution
2 II Jl. Ketoprak Khairul Aksar
3 III Jl. HM. Yamin gg.Bidan No.17 M.Asrya
2.2.7 Tertib Administrasi Kelurahan
Adapun Tertib Administrasi di Kelurahan Indra Kasih sudah mulai berpedoman pada
Permendagri No. 34 Tahun 2007, dengan mencatatkan segala bentuk administrasi pada buku
administrasi Kelurahan Indra Kasih mulai tahun 2015
2.2.8 Pajak Bumi dan Bangunan
Universitas Sumatera Utara
Di sepanjang Tahun 2015, telah diintesifkan pengutipan pembayaran Pajak Bumu dan
Bangunan(PBB) di wilayah Kelurahan Indra Kasih baik dengan sosialisasi di Kantor Lurah
maupun penyisiran ke lapangan dengan bekerjasama dengan pihak UPT(Unit Pelaksana
Teknis) Dispenda Kota Medan yang bertugas di Kecamatan Medan Perjuangan. Juga dengan
memaksimalkan penerimaan pembayaran PBB pada progam Pekan Panutan PBB setiap hari
jum’at setiap minggunya, dalam rangka pencapaian target penerimaan PBB Kelurahan Tahun
2015. Selain itu, PBB yang tertunggak untuk periode tahun-tahun sebelumnya,diupayakan
pengutipannya dengan mengirimkan peringatan tertulis kepada Wajib Pajak yang
bersangkutan.
2.2.9 Tingkat Pencapaian Swadaya/Partisipasi Masyarakat
a. Kegiatan Gotong Royong
Kegiatan gotong royong di wilayah Kelurahan Indra Kasih dilaksanakan secara rutin
setiap hari sabtu ,setiap minggunya (± 4 kali sebulan) yang lokasinya ditetapkan secara
bergilir di seluruh lingkungan di wilayah Kelurahan Indra Kasih dimana partisipasi dan peran
serta masyarakat cukup baik dengan ikut membantu dalam pelaksanaan gotong royong,serta
menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing.
b. Musyawarah Rencana Pembangunan(Musrenbang)
Musrenbang Tingkat Kelurahan Indra Kasih dilaksanakan pada awal tahun, dengan
menghadirkan unsur masyarakat dari seluruh lingkungan di Kelurahan Indra Kasih dimana
semua aspirasi dari masyarakat ditampung untuk diteruskan ke Musrenbang tingkat
Kecamatan Medan Tembung sampai pada akhirnya ke tingkat Kota Medan.
c. PNPM Mandiri (P2KP)
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kegiatan yang juga mendukung dalam pelaksanaan progam pemerintah
yaitu PNPM Mandiri (P2KP) yang anggotanya berasal dari warga masyarakat, juga
menunjukan peran serta dari masyarakat dalam mendukung pemerintah untuk membangun
wilayah/lingkungan di Kelurahan Indra Kasih.
2.2.10 Kelembagaan Masyarakat
Beberapa kelembagaan masyarakat di Kelurahan Indra Kasih yakni LPM (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat) dan Karang Taruna. LPM terbentuk tahun 2011 dan Karang
Taruna di Kelurahan Indra Kasih terbentuk di tahun 2012 dan belum banyak memiliki
kegiatan di Kelurahan Indra Kasih. Beberapa kegiatan yang mengikutsertakan LPM dan
Karang Taruna antara lain : Gotong Royong Bersama,Senam/Olahraga Bersama dan kegiatan
Keagamaan seperti MTQ tingkat Kecamatan dan tingkat Kota Medan.
2.2.11 Kebersihan Wilayah
Tingkat kebersihan di wilayah Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung
tergolong baik dimana setiap Kepala Lingkungan bertanggungjawab untuk mengontrol
kebersihan wilayahnya masing-masing ditambah dengan kegiatan gotong royong yang rutin
dilakukan setiap minggunya secara bergantian ke setiap lingkungan. Selain itu pihak
Kelurahan juga berkoordinasi dengan Pihak Dinas Kebersihan untuk mengontrol Motor
Sampah,Bestari dan Melati yang bertugas membersihkan sampah di wilayah Kelurahan Indra
Kasih setiap harinya. Kelurahan Indra Kasih sudah mulai berpedoman pada Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 10 Tahun 2012, Tentang Retribusi Pelayan Kebersihan dan Kebersihan
dan Peraturan Walikota Medan No.56 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Daerah Kota Medan
No.10 Tahun 2012 tentang Retrisbusi Pelayanan Kebersihan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
GAMBARAN UMUM PAK OGAH
Dalam kehidupan manusia pasti memerlukan kebutuhan yang harus dipenuhi demi
kelangsungan hidup seseorang. Terlebih lagi dengan kondisi lapangan pekerjaan yang kurang
memadai untuk mencari penghasilan. Kesulitan dalam ekonomi membuat setiap orang untuk
berpikir menghasilkan uang di tengah-tengah kondisi perekonomian yang sulit untuk di
prediksi. Ditambah lagi persaingan yang sangat banyak dengan tingkat pengangguran yang
tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ada. Tekanan sosial membuat harus muncul
suatu ide agar bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Apapun pekerjaan yang
dilakukan membuat setiap orang berupaya mencari jalan keluar atau solusi yang sedang
dialami. Misalnya PAK OGAH atau bisa disebut juga dengan Polisi Cepek yang biasa
dijumpai di tengah kemacetan.
Pak Ogah adalah seseorang yang mengatur lalu lintas yang dapat ditemui di setiap
persimpangan-persimpangan jalan yang tingkat kemacetannya cukup tinggi dengan harapan
diberi uang dari pengguna jalan sepeda motor atau mobil dan merupakan pekerjaan yang
tidak resmi (ilegal) dan biasanya dijumpai pada jam jam tertentu. Kemacetan yang sering
terjadi di persimpangan-persimpangan membuat para pengguna jalan mengalami hambatan
dalam aktivitas, sehingga dalam kemacetan ini menjadi kesempatan bagi para pak ogah untuk
membantu yang terjebak dalam kemacetan. Nominal uang yang dipatok dari pak ogah tidak
menetap melainkan berdasarkan seikhlas hati atau sukarela pengguna jalan memberikan yang
sesuai keinginan pengguna jalan.Sebutan pak ogah adalah julukan kepada orang yang
melakukan pengatur lalu lintas di persimpangan jalan rawan kemacetan dengan status berasal
dari warga di lingkungan tersebut. Para pengguna jalan biasa menyebut dengan pak ogah’’
karena dianggap seperti dalam acara hiburan televisi Laptop Si Unyil yang menampilkan
Universitas Sumatera Utara
sosok Pak Ogah yang kerab meminta uang gopek untuk melakukan sesuatu sebelum
dikerjakan terlebih dahulu.
Muncul nya pak ogah ini dikarenakan kurang nya displin tata tertib pengguna jalan
yang ingin cepat jalan tanpa memperhatikan rambu lalu lintas yang ada dan kurang maksimal
nya petugas lalu lintas dari pihak kepolisian dan juga Dinas Perhubungan. Petugas lalu lintas
dari pihak kepolisian dan petugas dari Dinas Perhubungan hanya mengatur lalu lintas disaat
jam tertentu saja seperti di pagi hari pukul 07.00-08.30 dan sore hari pukul 16.30-18.00 siap
mengatur dari jam tersebut maka kembali ke instansi nya masing-masing. Ditambah lagi
kurang nya rambu lalu lintas yang berada di persimpangan jalan membuat pengguna jalan
tidak sabar dan berhati-hati dalam berlalu lintas.
Karena hal ini jugalah para pak ogah mencoba untuk mengatur lalu lintas
persimpangan jalan yang rawan kemacetan dan juga peran petugas lalu lintas juga yang
belum memadai dalam mengatur lalu lintas. Awal mula dari pak ogah ini karena ingin rasa
nya menolong orang yang terjebak dalam kemacetan, maka muncul pak ogah untuk
mengatasi hal tersebut. Pengguna jalan merasa terbantu karena peran pak ogah yangg
menolong pengguna jalan maka memberikan sebagai imbalan dengan sukarela akan tetapi
karena banyak nya memberi karena banyak yangg merasa terbantu maka bermunculan lah
pak ogah. Kebiasaan menolong pada awalnya menjadi sumber penghasilan yang cukup
menguntungkan. Menurut pendapat seluruh informan di lokasi penelitian, sebutan atau
panggilan untuk pekerjaan seperti ini tidak setuju dengan sebutan Pak Ogah akan tetapi
pekerjaan ini lebih sering mereka sebut sesama pekerjaan ini dan lebih enak di dengar dengan
sebutan ‘’Nyemprit’’ . Hal itu disebabkan karena mereka tidak ada meminta kepada
pengendara kendaraan dengan jargon ‘’Pak Ogah’’ . ‘’Nyemprit’’ sesuai dengan alat yang
mereka gunakan ketika mengatur lalu lintas yakni menggunakan ‘’Semprit’’ .
Universitas Sumatera Utara
Foto 1(Dokumen Pribadi)
Bang Moris sedang mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara
3.1 Pengganti Polisi
Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri
(Pasal 5 ayat [1] UU 2/2002). Sehubungan dengan lalu lintas jalan, dalam Pasal 14 ayat
(1)huruf b UU 2/2002 ditegaskan bahwa Polri bertugas menyelenggarakan segala kegiatan
dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan. Adapun temuan di
lapangan ketika pada saat itu petugas kepolisian digantikan dengan kehadiran Pak Ogah yang
sedang mengatur lalu lintas lalu penulis melakukan wawancara kepada seorang Pak Ogah
yang sedang beristirahat. ‘’Apakah menjadi Pak Ogah, abang tidak merasa fungsi kepolisian
Universitas Sumatera Utara
abang ambil?’’. Hal ini diungkapkan oleh Rahman(wawancara dengan Rahman,01 Agustus
2017):
‘’kami membantu polisi bertugas mencegah kemacetan karena disini rawan macet dek, dan juga polisi tidak setiap saat bertugas mengatur lalu lintas hanya jam-jam macet aja, malah polisi nya pun senang saling membantu juga. polisi yang bertugas disini paling Cuma satu orang aja itu pun kurang sebenarnya dengan kondisi jalan yang besar dan juga banyak pengendara. Makanya kami kadang diminta langsung polisi yang jaga pun’’
Lalu peneliti pun kembali bertanya, ‘’Apakah ada polisi yang meminta setoran kepada polisi
dari imbalan yang diberi pengendara?’’
‘’gak ada dek, polisi nya gak minta apapun malah mereka maklum aja kalau kami dikasih uang ya itu lah rezeki kami. Kata polisi nya itu rezeki kalian jadi ambil aja selagi tidak meminta dan tidak memaksa’’
Peneliti pun melihat langsung dan mendokumentasikan ternyata ada kerjasama ketika
saling menjaga di persimpangan Jalan Bhayangkara ini untuk mengatur lalu lintas. Polisi dan
seorang Pak Ogah tampak saling mengatur di tiap sisi guna menghindari kemacetan yang
terjadi di persimpangan Jalan Bhayangkara. Kondisi Jalan Bhayangkara dengan
persimpangan dengan Jalan Metrologi dan Jalan William Iskandar(Pancing).
Universitas Sumatera Utara
Foto 2 (Dokumentasi Pribadi)
Tampak seorang polisi bertugas dan seorang Pak ogah yang sedang mengatur lalu lintas
Tidak hanya dari kepolisian saja yang turut membantu untuk mengatur lalu lintas tapi
dari Dinas Perhubungan juga ikut serta berdasarkan wawancara dengan Bapak IPTU Tri Eko
selaku Khantibbimas Polsek Percut Sei Tuan,27 Juli 2017. Menurut Bapak IPTU.Tri Eko,
pihak kepolisian belum bisa berbuat banyak dikarenakan personil polisi juga kurang maka
dibantu Dinas Perhubungan,Kanwil,Shabara yang bertugas di pagi hari pukul 06.30-08.30
dan sore hari pukul 16.30-18.00 sehingga siang hari timbul Pak Ogah mencari makan disaat
petugas pengatur lalu lintas tidak bertugas di lokasi titik kemacetan maka kesempatan ini
diambil untuk bisa menghasilkan uang selagi polisi tidak mengatur lalu lintas. Menurutnya
muncul Pak Ogah karena di daerah pinggiran banyak preman-preman sesuai dengan lokasi
peenelitian di Jalan Bhayangkara yang lebih di dominasi oleh pemuda settempat yang berasal
yang lahir dan besar di jalan tersebut. Dan juga lokasi jalan tersebut adalah perbatasan
menuju daerah Percut dan juga Batangkuis. Polisi juga sudah melarang dan sudah berapa kali
ditangkap karena termasuk premanisme. Apabila ditangkap maka sifatnya pembinaan
Universitas Sumatera Utara
saja,tidak bisa ditahan 1x24 jam,dikarenakan karena mereka itu illegal , lebih mementingkan
ke pengendara yang memberi imbalan tidak memperhatikan keadilan atau posisi mana yag
duluan di utamakan. Kadang itu pula yang membuat jalanan macet sehingga dengan
kehadiran Pak Ogah pula lah menjadi memperparah kemacetan dengan skill dalam Peraturan
Lalu Lintas yang kurang memahami dan Undang-undang Lalu Lintas yang tidak diketahui.
Ketakutan polisi ketika menangkap Pak Ogah adalah kabur dan lari tanpa lihat kiri-kanan
yang dikhawatirkan terjadi kecelakaan yang membuat tertabrak oleh pengendara kendaraan.
Apabila hal itu terjadi maka masyarakat mempersalahkan pihak kepolisian.
Ada juga masyarakat yang merasa terbantu karena kehadiran Pak Ogah karena jasa
mereka diperlukan disaat kemacetan parah. Tetapi , ada juga masyarakat yang menganggap
kehadiran Pak Ogah membuat kemacetan dan pungutan liar(pungli).
3.2 Pengetahuan Mengatur Lalu Lintas
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada seluruh informan yang
sebagai Pak Ogah adalah mereka yang mengetahui dalam hal mengatur lalu lintas dengan
belajar sendiri atau Otodidak. Mereka belajar menjadi Pak Ogah dengan melihat ketika polisi
atau petugas dari Dinas Perhubungan yang sedang mengatur lalu lintas. Dengan cara
mengamati petugas itu lah sebagai dasar awal untuk mengatur lalu lintas. Gerakan tangan
yang harus digunakan misalnya tanda untuk menahan pengendara dari satu sisi agar sisi lain
bisa teratur bergantian berjalan. Fungsi Pak Ogah sendiri adalah bisa dikatakan sebagai
pengganti dari rambu-rambu lalu lintas di simpang Jalan Bhayangkara yang tidak ada rambu
lalu lintas nya. Hal ini juga membuat kemacetan yang cukup parah di jalan tersebut
diperparah lagi kurang tertib nya pengendara kendaraan dalam berlalu lintas di jalanan.
Pengetahuan mengatur lalu lintas muncul ketika disaat sedang mengatur lalu lintas di lokasi
untuk beraksi menjadi Pak Ogah hal ini harus disesuaikan ketika saat mengatur. Apabila
Universitas Sumatera Utara
pengendara jalan merasa senang dengan kehadiran mereka maka diberi imbalan yang sesuai
dengan keikhlasan pengendara. Sebelumnya sering terjebak macet karena tidak ada rambu
lalu lintas disini(wawancara dengan Bu Nur,pengendara sepeda motor). Ada lagi berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika Bang Moris mengatur lalu lintas ketika
giliran mengatur maka Bang Moris membuat gerakan-gerakan unik. Lalu peneliti pun
bertanya kepada informan Bang Moris dan katanya
‘’agar mereka(pengedara kendaraan) itu terhibur dek, kan macet pasti gak bisa jalan mereka selagi nunggu giliran jalan ya ngatur nya gitu lah. Kalau mereka senang pasti mau ngasih uang. Bisa di lihat dari kaca mobil kok mereka senang atau tidak’’
Dalam pengaturan lalu lintas selalu dibutuhkan kemampuan dalam mengatur lalu
lintas. Kemampuan dalam berlalu lintas harus lah diimbangi dalam dasar-dasar yang
digunakan untuk dilakukan di jalan-jalan. Misalnya , dalam instansi pemerintahan seperti
Kepolisian dan Dinas Perhubungan diberi pengetahuan dan cara-cara yang benar dalam hal
mengatur lalu lintas sebelum di tugas kan. Akan tetapi seluruh informan peneliti memiliki
cara-cara tersendiri. Seperti informan Bang Moris, apabila giliran mengatur di Jalan
Bhayangkara maka salah satu sisi persimpangan jalan harus menahan satu sisi jalan guna
untuk melancarkan jalan di sisi lain. Cara ini dilakukan harus bisa saling berkoordinasi
dengan ‘’Pak Ogah’’ juga. untuk kondisi persimpangan jalan rawan kemacetan seperti lokasi
penelitian si peneliti maka harus dua orang yang mengatur di persimpangan. Cara-cara
melewatkan kendaraan pun beragam-ragam. Seperti Bang Dece yang melewatkan 5 mobil
terlebih dahulu lalu membuka jalan di sisi lain nya yang sebelum nya mengantri untuk
memperkirakan 20-30 detik tiap sisi jalan untuk melewatkan kendaraan yang ingin lewat.
Pengamatan yang dilakukan peneliti menilai kemampuan tiap informan melihat kemampuan
mengatur tampak ketika informan mulai berada di dalam posisi jalan. Tidak seperti petugas
dari kepolisian atau pun Dinas Perhubungan yang sudah dibekali khusus peraturan lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Alat yang digunakan
Alat kelengkapan dalam mengatur lalu lintas juga dibutuhkan guna mendukung
pengaturan lalu lintas. Dalam pengamatan peneliti di Persimpangan Jalan Bhayangkara
kurang nya kelengkapan yang mendukung. Alat yang digunakan pada umumnya adalah
‘’Semprit’’ yang dibeli di sebuah toko alat-alat kelengkapan Polri dekat Sekolah Polisi
Negara(SPN) Sampali yang berlokasi di Jalan Bhayangkara. ‘’Semprit’’ yang dibeli dengan
harga Rp.5.000,- fungsi kegunaan nya agar pengendara bisa mendengar jelas suara tanda
peringatan kepada pengendara. Tetapi ternyata tidak semua informan yang menjadi ‘’Pak
Ogah’’ misal nya Bang Budi menurutnya susah memakai semprit lebih nyaman dengan
menggunakan suara langsung dalam mengatur lalu lintas. Para Pak Ogah tidak menggunakan
pakaian khusus untuk mengatur lalu lintas. Mereka memakai pakaian sehari-hari yang
dikenakan untuk mengatur lalu lintas. Disaat mengatur ada juga beberapa yang memakai topi
guna menghindari terik matahari dan tanpa menggunakan masker untuk menghindari asap
atau debu di jalanan. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan asap dan debu yang menjadi
‘’makanan’’ mereka tiap mengatur lalu lintas. Alas kaki yang digunakan pun sendal atau pun
sepatu guna menghindari panas nya jalanan yang dipijak. Dalam mengatur lalu lintas lebih
dominan yang sering digunakan adalah bagian tubuh,kedua tangan lebih efektif. Cukup
mengarahkan satu tangan mengarahkan telapak ke sisi bagian jalan untuk menahan supaya
berhenti sebentar. Dan, tangan yang satu lagi berfungsi untuk memanggil pengendara agar
berjalan dengan tertib. Ini dilakukan secara bergantian tiap sisi nya selama tiga puluh menit
untuk bergantian dengan teman-teman yang sudah menunggu giliran.
3.4 Aturan yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
Dalam kelompok Pak Ogah di Jalan Bhayangkara yang kebanyakan adalah Pemuda
Setempat(PS) dari lahir dan besar di daerah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
ke Bang Iwan adalah lebih baik memberikan tenaga buat kampung sendiri daripada tempat
lain yang bukan asal kita. Orang –orang Kelurahan Indra Kasih rata-rata mengenal kami
semua disini. Adapun aturan yang diikuti secara tidak tertulis untuk mengatur lalu lintas
adalah; a) harus lah berasal lahir dan besar di lingkungan Jalan Bhayangkara,apabila ada
orang yang bukan berasal dari tempat itu maka konsekuensinya akan diusir. Dianggap
mengambil rezeki di kampung orang. b) setiap yang ingin melakukan Nyemprit maka harus
lah mengantri giliran dengan yang lain ingin Nyemprit. Ini dilakukan agar semua dapat giliran
masing-masing dapat keadilan yang sesuai dengan kedatangan. c) waktu yang ditentukan pun
tidak ada yang pasti, namun berdasarkan wawancara ke semua informan rata-rata berdurasi
±30 menit/trip.
Foto 3 (Dokumentasi Pribadi)
Keterangan: tampak dua orang yang menunggu giliran untuk Nyemprit
Universitas Sumatera Utara
3.5 Waktu bekerja informan
Dalam waktu untuk melakukan Nyemprit tidak ada waktu yang di sepakati. Ini
dilakukan sesuai keinginginan tiap orang pribadi yang ingin Nyemprit. Masalah waktu itu
urusan masing-masing kapan dan jam berapa mau datang ke lokasi. Berdasarkan pengamatan
peneliti, tidak bisa ditentukan jam berapa datang nya pasti Pak Ogah ke lokasi Nyemprit.
Akan tetapi biasanya selalu datang di saat pagi hari karena anak sekolah dan pergi kerja serta
sore hari karena jam rawan macet dan juga jam pulang kerja disitu lah semua Pak Ogah
muncul karena ramai dan banyak yang mau memberi imbalan. Apabila ada Pak Ogah yang
sebelumnya cukup lama lebih dari 30 menit maka untuk Pak Ogah selanjutnya akan
mengatur sesuai dengan sebelumnya. Tak jarang hal seperti ini yang membuat konflik cek-
cok mulut untuk gantian. Kata-kata yang sering keluar pada saat wawancara apabila hal itu
terjadi;
‘’lama kali main nya, cepat lah gantian...bukan cuma kau aja yang mau cari makan...’’(kata Bang Dece)
3.6 Pendapatan jadi ‘’pak ogah’’
Setiap pekerjaan untuk keperluan sehari-hari dibutuhkan pemasukan. Sama hal nya
pekerjaan Nyemprit ada imbalan yang di dapat dari pengendara kendaraan. Jumlah yang
diperoleh dari pemberian pengendara berbeda-beda nominalnya. Ada yang memberikan
Rp.100,- , Rp.200,- , Rp.500,- , Rp.1000,- ,Rp.2000,-. Pernah juga mendapatkan dari
pengendara diatas nominal Rp.5000,- tapi itu jarang terjadi. Hal yang membuat kesal atau
dongkol adalah ketika pengendara memberikan Rp.100,- . Pada saat itu membuat perasaan
Pak Ogah kesal seperti penghinaan atau ejekan kepada mereka yang mengatur lalu lintas.
Lebih baik tidak memberi uang daripada memberi dengan nominal Rp.100,- . Mereka hanya
bisa memendam dalam hati apabila terjadi karena mereka tidak meminta dan berharap
Universitas Sumatera Utara
pemberian dari pengendara kendaraan saja. Penghasilan yang di peroleh sekali trip nya pun
tidak tentu juga. Pendapatan bisa dapat ± Rp.15.000,- hingga Rp.25.000,- sekali trip nya. Per
trip kisaran durasi waktu untuk mengatur lalu lintas adalah ± 30 menit dan bergantian dengan
Pak Ogah lainnya. Peneliti pun bertanya kepada tiap informan yang melakukan Nyemprit per
hari nya mereka dapat jika di total kan keseluruhan mampu membawa pulang Rp.150.000 –
Rp.200.000,- per hari. Pendapatan yang diperoleh untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
nya. Peneliti pun melakukan wawancara digunakan untuk apa saja hasil dari Nyemprit .
‘’Untuk keperluan keluarga sehari-hari lah dek, untuk biaya ke dapur,jajan anak ku,dan juga untuk uang rokok ku mau juga untuk makan kalau tidak sempat pulang ke rumah’’(wawancara dengan Bang Dece)
Selain untuk keperluan rumah tangga ternyata hasil dari Nyemprit digunakan untuk
membeli barang-barang terlarang seperti Sabu. Mereka melakukan itu untuk melegakan dan
menambah stamina disaat istirahat di sebuah gang kecil yang dekat dengan persimpangan.
Biasa nya mereka akan membeli sabu dari teman mereka yang akan mengantar barang
langsung ke persimpangan Jalan Bhayangkara. Pengamatan ini diperoleh ketika peneliti
sedang duduk di simpang lokasi sambil berbincang-bincang untuk menjalin Rapport dengan
Bang Iwan yang perintis mula menjadi Nyemprit . Bang Iwan sendiri yang memberitahu
kepada peneliti kalau mau datang teman nya mengantar ‘’barang’’ kepada Bang Iwan,Bang
Dece,dan Bang Rahman. Karena alasan untuk keamanan peneliti maka peneliti pun tidak
mengikuti ke tempat mereka memakai barang terlarang tersebut. Kebiasaan seperti sudah hal
biasa di kalangan sesama Pak Ogah ketika disaat istirahat.
Ketika mereka sudah siap nyabu maka mereka kembali lagi ke lokasi simpang jalan
untuk menunggu giliran mengatur lagi. Kegiatan Nyabu ini sudah biasa dilakukan tanpa
khawatir resiko apabila ketahuan pihak kepolisian. Tidak hanya sabu juga, dan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Nyemprit digunakan untuk ke diskotik atau cafe sebagai hiburan dalam beberapa kali dalam
sebulan.
3.7 Faktor Pendorong bekerja sebagai “Pak Ogah’’
Ada pun hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Faktor Pendorong bekerja
sebagai Pak Ogah adalah sebagai berikut ini;
3.7.1 Tanggung Jawab Keluarga
Dalam keluarga peranan seorang suami adalah sebagai kepala keluarga yang
harus memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari nya. Sama hal nya seperti semua para
informan peneliti yang adalah kepala keluarga. Karena tanggungjawab sebagai kepala
keluarga maka menjadi keterbeban untuk bisa bekerja mencari uang untuk keluarga
masing-masing. Banyak nya biaya yang perlu disiapkan seperti kebutuhan
dapur,biaya sekolah,dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini yang membuat para
kepala keluarga mencari nafkah menjadi Pak Ogah. Dalam proses melakukan
pekerjaan tersebut tidak lah mudah bagi yang setiap orang. Rasa malu pun harus
dihadapi untuk menjalani pekerjaan ini. Seperti hasil wawancara peneliti ke Bang
Tofa yang sebagai kepala keluarga;
“Rasa malu dari kerja disini sebenarnya ada, awal-awal kerja disini saya juga merasa minder, malu lah smaa kerja kayak gini,kan kerjaan ini dibilang mita minta sama sopir gitu tapi kami disini memang bantu aja kalo lah kami dikasih uang itukan sebagai ubgkapan terimah kasih aja dikasih pun kami senang tak dikasih gak marah, namun mau bagaimana lagi kerjaan kayak gini yang enak rasaku gak ada jadwal masuk dan bebas mau kerja apa enggak, jadi kita-kita ini enjoy (santai) saja me jalani nya dan uang masuk nya juga banyak disini. kalau aku dek bekerja kayak gini gak masalah lah buat ku, ujung-ujungnya juga untuk anak ku juga nya ku kasih uang nya, mau bagaimana lagi gak ada lagi uag pemasukan jadi mau gak maul ah kerja kayak gini dan terkadang orang sepeleh lihat kerja seperti ini padahal banyak uang satu harin kami kami dapat dari sini bisalah mencukupi biaya anak anak abang.”
Universitas Sumatera Utara
Hal yang di hadapi Bang Tofa juga di alami oleh Bang Moris, yang sudah
berkeluarga beranak satu. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bang
Moris;
“ kalau dikatakan gengsi abang gak ada kata kata gengsi atau malu, karena dasarnya mencari uang nya kita disini, tapi sempat abang saat mengatur lalu lintas lewat lah itu mobil mamak abang, karena gak terlalu lihat dengan detail kali mobilnya jadi tidak tau abang itu mobil mamak abang, jadi dibuka mamak abang lah kaca mobilnya terus terkejut lah abang rupanya mamak abang yang dimobil itu setelah itu kena marahi abang sama mamak abang, terus abang kasih masukan biar mereka mengerti abang bilang lebih baik aku kerja kayak gini daripada aku kerja jadi maling, ini aku gak ngambil uang orang ini dari keringat ku sendiri setelah itu sudah mengerti lah mamak abang tapi tetap juga malu anaknya kerja seperti ini namun abang gak masalah”
Dari hasil wawancara kepada Bang Moris yang dapat disimpulkan, ternyata Bang Moris
berasal dari keluarga yang mapan dan orang tua nya di kenal di sekitaran Jalan Bhayangkara.
Pendidikan terakhir Bang Moris adalah Diploma III dari Universitas Trisakti,Jakarta.
Berdasarkan penuturan Bang Moris,dia adalah anak terakhir dari enam bersaudara dan anak
kesayangan ibu nya. Karena anak kesayangan maka sejak kecil Bang Moris di manjakan oleh
kedua orangtua yang membuat dia tidak mandiri. Sehingga ketika sudah besar Bang Moris
ingin mencari penghasilan sendiri. Walaupun banyak yang mengejek pekerjaan ini tapi halal
asal tidak mencuri atau merampok saja. Dan istri Bang Moris pun mendukung nya meskipun
banyak yang meremehkan akan pekerjaan Bang Moris.
3.7.2 Menolong pengendara dalam kemacetan
Hasil wawancara dengan Bang Iwan;
“Bekerja kayak gini 2 nya tujuan kita , yang satu kita menolong orang yang kedua kita dapat uang, dari kerja ini menghasilkan, bisa dapat uang , dapur pun jadi berasap makan anak binik awak, itu nya sebenarnya tujuan utama kita itu ya cari duit.kalau emosi, emosi juga dek apalagi biasanya itu kita kena maki sama orang itu, pernah juga abang disini berantam sama yang naik kereta“
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan wawancara dapat diketahui awal muncul nya Pak Ogah dasar nya ingin
menolong orang disaat macet. Karena itu muncul inisiatif bagaimana bisa menolong orang
disaat macet. Yakni dengan mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara. Tidak
rugi menolong orang karena disatu sisi membantu agar orang-orang dapat menjalani aktivitas
nya tanpa hambatan dan juga disatu sisi mendapat pahala. Namun karena disaat mengatur lalu
lintas membuat para pengendara merasa terbantu akan kehadiran mereka di tengah
kemacetan. Hal ini pun diapresiasikan dalam bentuk imbalan yang diberikan oleh
pengendara. Nominal yang di berikan pun sesuai keikhlasan diberikan oleh pengendara
kendaraan. Namun berdasarkan pengamatan dan pendalaman wawancara karena dasar
menolong ini lah awal muncul nya Pak Ogah. Dari hasil pemberian pengendara kendaraan
yang cukup lumayan bagi mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Maka mereka melihat ini
sebuah peluang pekerjaan yang menguntungkan untuk di kerjakan. Mereka kerja tanpa ikatan
dinas, tanpa ada jam kerja yang ditetapkan,dan bebas mau dilakukan kapan saja. Pekerjaan ini
dilakukan mereka berdasarkan sesuka hati melakukan nya, tanpa terbebani seperti kerja di
perkantoran.
3.7.3 Pekerjaan Sebelumnya
Tidak bisa di pungkiri muncul nya pekerjaan Pak Ogah ini memiliki sebab-akibat ini
bisa terjadi. Maka peneliti menelusuri pekerjaan yang dilakukan sebelum menjadi Pak Ogah .
Sebelum menjadi Pak Ogah maka para informan peneliti memiliki pekerjaan . Dari
wawancara dengan Bang Iwan yang dulu pernah bekerja sebagai Bongkar Muat barang;
“ aku dulu kerjanya bongkar muat aja dek , bongkar muat aja dulu kerja ku tapi gitulah kerja kek gitu berat kali rasanya, banyak kali tenaga keluar, gitu-gitu pun dikitnya penghasilan nya ya kan, beda kayak ini (polisi gopek) disini kita selow aja kerja nya, bangun kita gak ada yang mau di kejar, beda kek dulu kerja bongkar muat itu kalo telat, kita kena repeti sama bos kalo ini kan kita nya bos nya mau dapat duit kerja di pasar itu (menunjuk jalan) kalau kiranya uda agak banyak dapat kita stop istirahat dulu jadi lebih
Universitas Sumatera Utara
enak lah dek gak ada tekanan bebas kapan aja bisa kerja(wawancara 5 juli 2017)
Namun ternyata tiap informan memiliki latar belakang seperti Bang Tofa. Bang Tofa adalah
satu diantara sekelompok orang yang bekerja sebagai Pak Ogah di Jalan Bhayangkara. Dia
berumur 39 tahun,duda dua orang anak dan juga sebagai pegawai honorer di kantor Dinas
Pemuda dan Olahraga Kota Medan. Karena merasa kurang penghasilan sebagai pegawai
honorer maka Bang Tofa pun mencari pekerjaan sampingan menjadi Pak Ogah. Hal ini dia
lakukan agar ada pemasukan tambahan untuk biaya anak-anak nya yang mulai masuk
sekolah. Dalam membagi waktu nya bekerja sebagai Pegawai honorer dia menjadi Pak Ogah
disaat pagi hari karena jam-jam rawan macet karena anak sekolah yang mau ke sekolah dan
orang yang mau berangkat kerja ke kantornya. Juga sore hingga malam hari Bang ikut
mengatur lalu lintas. Ternyata hasil dari menjadi Pak Ogah digunakan juga untuk memakai
narkoba atau sabu.
3.8 Cuaca
Cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet
lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam beberapa
waktu beberapa hari. Dalam melakukan pekerjaan Pak Ogah tentunya keadaan cuaca
juga diperhatikan berhubung pekerjaan ini dilakukan di persimpangan jalan. Selama
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Melihat para Pak Ogah mengatur lalu
lintas tanpa memperhatikan kondisi cuaca apapun. Baik itu cuaca panas terik
matahari ataupun sedang hujan, mereka tetap berada di posisi simpang jalan
bhayangkara. Hal ini dilakukan untuk mengharapkan imbalan dari pengendara
kendaraan. Ketika hujan tampaknya mereka tidak memperhatikan kesehatan karena
sudah biasa disaat hujan mengatur lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
“hujan pun tetapnya macet disini dek makanya kami tetap ngatur jalan. Kan mereka ngasih duit juga sama kami. Tengoklah sendiri lagi hujan sekarang (menunjuk ke bang tofa) tetap jaga nya dia kan. Hujan-hujan pun ada juga yang kasi”
Foto 4: Bang Iwan sedang mengatur lalu lintas disaat hujan (dokumentasi pribadi)
3.9 Kurang Displin Pengendara Kendaraan Perjalanan yang lancar dan menyenangkan tentu sebuah dambaan yang indah.
Namun dalam kenyataan ketika sedang mengendarai kendaraan maka sering yang dialami
pengendara adalah terjebak dalam kemacetan. Dalam pengamatan peneliti ketika berada di
lokasi penelitian. Kurangnya kedisplinan pengendara kendaraan inilah yang menjadi resiko
dalam menjadi Pak Ogah. Karena bisa menimbulkan kemacetan parah dan kecelakaan
apabila tidak saling sabar menunggu giliran untuk melaju. Ini lah yang dikhawatirkan, apalagi
pengendara sepeda motor yang sering menerobos meskipun sudah di atur. Sepeda motor ini
bisa cepat dan menyelinap diantara pengendara kendaraan yang lain nya. Cukup sering juga
ketika mengatur lalu lintas Pak Ogah kena bersinggungan dengan pengendara sepeda motor
yang ingin duluan jalan.
Universitas Sumatera Utara
Foto 5: penngendara yang berusaha menerobos
3.10 Isu Surlantas
Karena marak nya di kota-kota besar seperti Kota Jakarta,Medan,Bandung,dan lain
lainnya. Maka muncul isu dari pemerintah seperti di Kota Jakarta yang akan merekrut Pak
Ogah ini menjadi Sukarelawan LaluLintas(SURLANTAS). Isu ini pun ditanggapi positif bagi
Pak Ogah sendiri. Maka peneliti pun menemui Pak Eko sebagai Khantibbimas Polsek Percut
Tuai yang di mana Jalan Bhayangkara adalah bagian wilayah dari Polsek Percut Tuai.
“untuk hal itu tentu nya harus ada koordinasi dari pemerintah sendiri dek. Kalau pemerintah siap
mengeluarkan anggaran untuk Surlantas itu maka bisa bekerjasama dengan kepolisian. Dan kami pun siap
membimbing mereka,mengajarkan peraturan lalu lintas. Mana aja yang harus di dulu kan lewat. Kalau pun
mereka di rekrut yang dikhawatirkan mereka minja gaji,pakaian seragam,dan tetap juga mereka minta-minta
juga di jalan entar’’
Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Bang Dece yang sebagai Pak Ogah di
Jalan Bhayangkara dia juga memberikan respon yang positif akan hal itu;
Universitas Sumatera Utara
“ bagus lah dek, jadi kerja kami ini dianggap penting juga dan gak diremehkan orang lagi kami-kami
ini. ya harapan abang sih kalau di rekrut abang juga mau fasilitas seperti baju dinas, gaji ya biar dianggap ada
kami ini, dan juga motor dinas juga kan butuh juga untuk orang rumah(keluarga bang dece) butuh juga biar
jalan-jalan refershing jadi abang gak lagi minjam dari saudara abang”
3.11 Tempat Istirahat
Disaat para informan sedang istirahat maupun menunggu giliran selanjutnya untuk
“nyemprit” adalah:
3.11.1 Warkop Wak No
Di warkop ini lah menjadi salah satu tempat berkumpulnya seluruh Pak Ogah dalam
menunggu giliran maupun sedang istirahat. Lokasi warkop Wak No ini pun persis di simpang
Jalan Bhayangkara. Mereka juga menjadi rezeki tersendiri dan pelanggan tetap di warung
wak No yang berjualan minuman dingin maupun panas serta menjual rokok. Ketika mereka
istirahat di warung wak No ini juga menjadi tempat penghitungan yang di dapat sekali ngetrip
dan lalu membeli kan minuman dingin berupa es cincau,air mineral,kopi,teh manis. Sering
sekali Wak No menerima pembayaran dari mereka berupa uang recehan hasil Nyyemprit .
Universitas Sumatera Utara
Foto 6
( Bang Dece sedang menghitung uang yang di dapat dari Nyemprit )
Foto 7
( Pak Ogah sedang beristirahat di warung wak no)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
TANGGAPAN PIHAK YANG TERLIBAT
4.1 INTERAKSI KE PIHAK LAIN
4.1.1 INTERAKSI “PAK OGAH” DENGAN KEPOLISIAN
Kepolisian adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan dan
penegakan hukum di seluruh wilayah negara. Kepolisian merupakan pekerjaan yang resmi
dari negara dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya dan tugas dan kewajibannya
sudah diatur dalam Undang-undang yang berlaku. Akan tetapi pada saat melakukan
penelitian dan berusaha untuk mewawancarai polisi yang sedang bertugas. Peneliti mendapat
penolakan untuk dilakukan wawancara ini dikarenakan. Adanya secara resmi dalam
melakukan wawancara di kantor polisi yang diketahui oleh bagian Kantibbimas Polsek Percut
Sei Tuai. Meskipun sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan ini, para Pak Ogah juga sering
diamankan atau ditertibkan oleh para aparat kepolisian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pak Eko selaku Kantibbimas yang mengatakan pekerjaan ini termasuk premanisme karena
illegal atau tidak resmi. Mereka lebih mementingkan pengendara yang mau membayar jasa
mereka saja, tanpa melihat sisi jalan lain nya. Makanya adanya ketidakadilan dalam berlalu
lintas. Apabila sedang ada razia maka mereka itu juga ikut diamankan di kantor Polsek.
Penertiban ini dilakukan untuk penyuluhan dan masukan aparat kepolisian terhadap mereka
yang bekerja disini agar bekerja lebih baik dan mengutamakan kepentingan publik daripada
kepentingan pribadi. Dengan pemberhentian oleh aparat kepolisian membuat penghasilan
mereka yang didapat hari itu juga akan berkurang. Seperti wawancara peneliti kepada salah
satu informan Bang Iwan
“pernah nya abang di tangkap dek sampek tiga kali pun di tangkap, tapi abang santai aja karena mereka menahan kita tidak sampek malam, di suruh duduk-duduk saja di halaman kantor itu, nanti juga
Universitas Sumatera Utara
kalau ditanyai palingan kenapa kerja seperti itu, carilah pekerjaan yang lebih baik lagi, jangan utamakan mobil yang mau ngasih, utamakan kepentingan publik agar semuanya lancar”
Dari pernyataan Bang Iwan disimpulkan bahwa penangkapan oleh polisi untuk memberi
masukan kepada pekerja ini sangat baik polisi mengarahkan untuk kerja lebih prioritas
kepentingan masyarakat bukan memprioritaskan uang, tetapi dengan adanya penangkapan
oleh aparat membuat terganggunya pekerjaan mereka dimana pada saat bekerja mereka
biasanya ditangkap. Dengan alasan ini lah mereka menyebutkan bahwa penertiban oleh pihak
kepolisian adalah salah satu hambatan mereka bekerja disini. Namun selama penelitian
berlangsung ada nya keganjalan dalam benak peneliti. Bahwa adanya ketidaksamaan
pendapat Pak Eko dengan polisi yang bertugas di Jalan Bhayangkara. Ketika Pak Eko
mengatakan pekerjaan Pak Ogah ini adalah illegal akan tetapi di lapangan justru adanya
kerjasama yang baik antar Pak Ogah dengan polisi yang bertugas. Ini karena
ketidaksanggupan polisi yang sendirian yang mengatur lalu lintas di jalan tersebut. Maka
dibutuhkan peran yang dapat membantu polisi. Adanya ketidakberanian dalam
mengungkapkan pendapat sebenarnya menurut polisi yang bertugas karena sudah diatur
dalam hal mengungkapkan sesuatu. Dan Pak Eko sendiri juga mengakui ini juga diakibatkan
kurangnya personil anggota kepolisian lalu lintas dan juga tidak tiap jam harus mengatur lalu
lintas. Jam tugas mengatur lalu lintas pun juga sudah diatur mengatur lalu lintas dalam
instansi yakni pagi hari 06.30-08.30 WIB dan sore hari 16.30-18.00 WIB karena kurangnya
personil , maka kepolisian turut dibantu oleh Dinas Perhubungan dan Sabhara juga. Bahkan
pengamatan peneliti disaat istirahat pun polisi dan Pak Ogah nya pun juga duduk bersama di
warung Wak No sambil merokok dan minum-minuman dingin yang di jual Wak No. Hal
seperti ini setiap hari sudah di perhatikan oleh peneliti. Kesulitan peneliti adalah tidak
bisanya mewawancarai polisi yang sedang bertugas dan justru dialihkan ke kantor untuk
wawancara nya. Bahkan ketika peneliti mengambil dokumentasi disaat polisi dan Pak Ogah
Universitas Sumatera Utara
mengatur lalu lintas sempat dikira wartawan oleh polisi karena mengambil foto tidak
memperkenalkan diri terlebih dahulu.
4.1.2 INTERAKSI DENGAN KELUARGA
Dalam melakukan pekerjaan tentunya ada tekanan dalam batin bagi setiap Pak Ogah
di jalan tersebut. Tekanan batin yang dirasakan adalah dalam keluarga sendiri. Semua Pak
Ogah di Jalan Bhayangkara sudah memiliki anak isteri. Tekanan yang dihadapi berupa jenis
pekerjaan yang banyak menganggap hina atau rendahan yang harus mengatur lalu lintas di
persimpangan guna mendapat uang dari pengendara. Tentunya banyak juga sanak keluarga
mereka yang kebetulan melintas di jalan tersebut. Seperti hasil wawancara kepada Bang
Moris yang merupakan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ibu Bang Moris kecewa
dengan pekerjaan yang dilakukan anaknya. Ibu nya sudah menyekolahkan hingga perguruan
tinggi di Jakarta namun pekerjaan nya dianggap sia-sia yang selama ini di sekolahkan. Bang
Moris merupakan anak ke-6 dari enam bersaudara. Saudara pertama hingg kelima memiliki
pekerjaan yang terhormat dan memiliki perusahaan. Bahkan ketika Ibu Bang Moris kebetulan
melintas di persimpangan Jalan Bhayangkara melihat anak nya menjadi Pak Ogah sehingga
miris dan sedih hati Ibu nya. Dengan kondisi seperti Bang Moris terlihat pasrah dengan
keadaan yang dialaminya. Dulu bekerja di perusahaan KIM Medan namun akhir nya di pecat
oleh perusahaan dengan alasan yang tidak disebutkan Bang Moris. Kondisi seperti ini
membuat Bang Moris mencari akal untuk mendapatkan uang demi menghidupkan keluarga
nya sendiri yakni anak nya yang sudah mulai masuk Taman Kanak-kanak(TK) dan isterinya.
Muncul polemik dengan isteri Bang Moris dengan pekerjaaan yang dilakukan suaminya ini.
namun Bang Moris berusaha meyakinkan untuk sementara melakukan pekerjaan ini dan akan
mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Dan isterinya pun menerima pendapat dari Bang
Universitas Sumatera Utara
Moris. Bang Moris tidak malu melakukan pekerjaan ini asal tidak mencuri,merampok,dan
juga meminta kepada orang lain. Lebih baik memberikan jasa kepada pengendara apabila
merasa terbantu tentunya dengan sukarela pengendara memberi imbalan kepada Bang Moris.
Bang Moris pun juga.
Hal serupa juga di alami Bang Dece yang sudah memiliki isteri dan anak yang
berumur lima tahun. Bang Dece harus dengan keadaan terpaksa harus menjadi Pak Ogah
karena kurang cukup nya penghasilan dari pekerjaan sebelumnya. Berdasarkan hasil
wawancara isteri dari Bang Dece ini sempat khawatir dengan pekerjaan nya yang dari segi
keamanan yang berbahaya, apabila tersenggol kendaraan dan juga dari segi kesehatan yang
harus kena debu dan asap knalpot kendaraan. Sering keluarga dari Bang Dece melintas di
Jalan Bhayangkara dan mengatakan pekerjaan yang dikerjakan nya tidak lah pantas dan
dianggap rendahan bagi keluarga Bang Dece. Namun Bang Dece tidak memikirkan apa yang
dikatakan orang karena Bang Dece pun tidak lah mengemis dan ada jasa nya digunakan bagi
pengendara. Hal itu lah Bang Dece tidak lah merasa malu dengan pekerjaan ini. Bang Dece
pun bingung untuk mencari pekerjaan yang lain. Di satu sisi umur Bang Dece sudah
mencapai tiga puluhan dan tidak ada pekerjaan yang menerima dengan umur segitu.
Bang Iwan yang sebagai orang pertama menjadi Pak Ogah juga merasa kan hal
demikian yang dialami teman-teman nya. Bang Iwan telah memiliki dua orang anak yang
masih kecil. Karena sudah di pecat dari perusahaan sebelum nya maka Bang Iwan tidak tahu
harus bagaimana untuk menafkahi keluarga nya. Bang Iwan terlebih berasal dari keluarga
yang kaya. Bapak nya mantan Kapolsek namun nasib Bang Iwan sendiri yang beda dari
abang dan adik nya. Tapi Bang Iwan tidak merasa malu semua dilakukan demi yang halal.
Apapun pekerjaan yang halal dilakukan Bang Iwan. Dia tidak merasa rendah diri melihat
orang lain yang pekerjaan nya jauh lebih baik dari dia.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 INTERAKSI DENGAN SESAMA “PAK OGAH”
Dalam hal pekerjaan ini tentu ada nya seekelompok orang menjadi Pak Ogah. Di
lokasi penelitian terdapat enam orang yang menjadi Pak Ogah. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di lokasi tersebut. pekerjaan yang dilakukan oleh Pak Ogah sebagai pemuda
setempat mereka mempunyai inisiatif agar simpang ini tidak macet namun dari sinilah hal ini
muncul banyak para pengendara tanpa sengaja memberi mereka uang karena telah membantu
mereka supaya tidak macet lambat laun yang bekerja di persimpangan ini semakin banyak
karena mereka anggap ini adalah peluang yang besar karena uang dihasilkan banyak dan
mampu memuhi kebutuhan keluarga dimana pekerja disini rata-rata sudah berumah tangga
dan mempunyai beban untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dikeluarga mereka hal ini juga
sama dikatakan oleh Snel dan Sterling(2009:3) dalam teori bertahan hidup ia menyatakan
bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagian rangkaian tindakan yang dipilih secara standar
oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.Melalui strategi ini
seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber
lain.
Dalam kasus pekerjaan Pak Ogah mereka melihat peluang yang besar karena dari
pekerjaan ini mereka bisa memberi uang atau memenuhi kebutuhan keluarga nya yang
dimana sebagai kepala rumah tangga para pekerja ini mampu menambah penghasilan mereka
dari pemanfaatan kemacetan yang terjadi dikawasan ini supaya mereka atur dan para
pengendara akan memberi uang kepada Pak Ogah tersebut. Dan diperkuat adanya ikatan
jaringan diamana para pekerja yang ada disini hanyalah orang-orang yang tinggal di kawasan
ini dan mempunyai sisi solidaritas yang tinggi didalam kelompok mereka hal ini juga sama
seperti yang dinyatakan oleh Kusnadi ( 2000:146) dalam strategi jaringan terjadi akibat
adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu
keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Strategi jaringan yang biasanya
Universitas Sumatera Utara
dilakukan adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan memanfaatkan
kepercayaan dari para kerabat. Dalam kasus para pekerja polisi gopek peneliti melihat
jaringan/ikatan sesama masyarakat yang tinggal sekampung adalah alasan mengapa para
pekerja polisi gopek disini hanya yang berhak bekerja diperismpangan ini, mereka
berasalasan kawasan ini adalah wilayah mereka dan mereka tumbuh besar di kawasan ini jadi
yang berhak bekerja untuk mengatur lalu lintas disini adalah orang-orang yang tinggal
dikawasan ini namun walaupun ada orang luar yang bekerja di persimpangan ini adalah
mereka yang pernah atau orang tua mereka pernah tinggal disini. Para informan mereka
bertempat tinggal tidak lah saling berjauhan dengan simpang Jalan Bhayangkara. Adapun
interaksi yang terjadi sering terlibat konflik dengan sesama Pak Ogah.
Konflik yang dialami mereka adalah ketidaksesuai dalam waktu mengatur. Ini
dikarenakan adanya diantara mereka yang serakah dalam mengatur lalu lintas. Terlalu
lamanya dalam mengatur membuat Pak Ogah yang selanjutnya mulai emosi dengan sikap
teman nya yang tidak memikirkan teman-teman yang lain. Pada hal waktu rata-rata dalam
sekali mengatur adalah kisaran 20-30 menit saja. Waktu yang ditentukan tidak menggunakan
jam sebagai penanda tapi dengan perkiraan saja. Ketika mereka sedang istirahat dan tidak
sedang bekerja maka sesama mereka sering duduk di warung Wak No sambil berkumpul dan
ada pula ketika istirahat mereka gunakan waktu nya untuk mengisap sabu yang mereka beli
dari teman mereka yang mengantar kepada mereka. Hal ini membuat selain kebutuhan
keluarga penghasilan menjadi Pak Ogah digunakan untuk konsumsi sabu. Mereka disini juga
berlatar belakang pekerjaan sebelumnya berbeda. Mereka ada yang dulu nya bekerja sebagai
buruh bangunan,tukang becak, karyawan swasta. Mereka disini memilik dasar yang sama
karena kebutuhan hidup yang semakin banyak ditambah sulitnya mencari pekerjaan. Mereka
juga ke cafe dekat daerah tersebut sebagai penghiburan saja untuk melepas rasa capek
bekerja.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 INTERAKSI DENGAN PENGENDARA KENDARAAN
Pekerjaan yang dilakukan Pak Ogah ini tentunya berhubungan dengan kemacetan.
Dimana setiap pengendara ingin melintas di Jalan Bhayangkara untuk melakukan aktivitas
nya. Setiap Pak Ogah harus lah mengatur kendaraan agar tidak menimbulkan kemacetan yang
sangat parah. Maka disini ada nya keseimbangan aturan agar berjalan dengan lancar. Maka
penulis melakukan wawancara terhadap pengendara sepeda motor yang mau keluar jalan
bhayangkara dan singgah ke warung wak no. Pengendara sepeda motor itu bernama ibu Ija.
Ibu Ija berkata(wawancara 07 Agustus 2017)
“ mereka bagus kok ada disini, jadi gak macet dulu disini macet kali dek kalau gak ada mereka, mereka mau tiap hari ngatur disini dari pagi sampek malam ibu lihat. Kalau ibu pas lewat mau nya ibu kasih kan uang juga lah. Orang-orang sini nya itu dek ibu tanda muka nya sama mereka”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu Ija kehadiran Pak Ogah sangat lah
membantu dalam kemacetan karena dengan adanya mereka meminimalisir kemacetan yang
ada.
Akan tetapi berbeda pendapat saat melakukan pengendara sepeda motor yang lain Pak
Sitinjak yang sedang berhenti di Indomaret persimpangan jalan bhayangkara. Pak Sitinjak
mengatakan (wawancara 08 Agustus 2017)
“ kalau menurut bapak sih mereka itu gak resmi preman sini nya itu, tengok lah dek macet juga nya ada mereka. Mereka pun pentingin yang mobil-mobil besar aja daripada yang naik kereta ini, cara ngatur mereka pun gak pandai bapak lihat. Tapi memang dari dulu jalan ini macet nya sebelum ada mereka pun, kalau untuk minta-minta uang ini mereka bapak perhatikan dekat-dekat sama mobil itu, bapak tiap hari lewat sini makanya tahu percis kebiasaan mereka” Berdasarkan wawancara dengan Pak Sitinjak, menurut nya tidak ada pengaruh dengan
hadir nya Pak Ogah disini. Karena dari dulu sudah macet ada nya, tidak ada peran atau tugas
dari Pak Ogah sendiri di kemacetan ini maka pengendara yang kontra Pak Ogah. Itu lah
sebabnya sebagian pengendara ada yang tidak suka dengan munculnya Pak Ogah karena
dianggap pungutan liar(pungli) dan meminta kepada pengendara.
Universitas Sumatera Utara
Ada pun penulis kembali melakukan wawancara kepada pengendara mobil, yakni Pak Agung
yang bekerja di Bank BNI jalan ahmad yani, dia mengatakan(wawancara 08 Agustus 2017)
“sangat lah berguna dengan kehadiran mereka, saya juga tidak kena macet. Bawa mobil kan gak bisa kencang-kencang pas jam-jam kerja gni dek. Apalagi kalau udah kereta yang jalan pasti mau cepat cepat gas , kalau di kasi mereka nya jalan kita kan ku kasih lah dua ribu sama yang ngatur jalan, aku pun bisa kerja gak telat jadi nya, apalagi dek kau lihat sendiri kan tidak ada rambu lalu lintas disimpang itu jadi orang gak tau kapan berhenti dan kapan berjalan” Ternyata menurut Bang Agung ini lah sangat lah penting ada nya Pak Ogah khusus
nya kendaraan mobil yang dari segi bentuk lebih besar dan bagian jalan yang diambil pun
banyak juga. Banyak nya jumlah mobil yang melintas ditambah dengan kendaraan bermotor
membuat semakin parah tingkat kemacetan. Maka untuk mempercepat jalan maka
pengendara mobil menggunakan jasa Pak Ogah agar di beri ruang jalan untuk melintas. Hal
ini lah membuat kecemburuan dengan pengendara kendaraan yang lain. Adanya
ketidakadilan dalam berlalu lintas. Lebih mementingkan pengendara yang memberi jalan
kepadanya.
4.1.5 INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT
Pak Ogah di Jalan Bhayangkara juga melakukan interaksi dengan masyarakat
setempat sekitaran simpang Jalan Bhayangkara. Penulis mewawancarai kepada seorang
warga setempat yang persis rumah nya di simpang Jalan Bhayangkara. Wawancara kepada
Pak Jamal(wawancara 11 Agustus 2017)
“ gak apa-apanya mereka disini kerja dek, gak nya menganggu kali dengan mereka datang toh niat mereka baik nya untuk ngatur lalu lintas, namanya mereka cari rezeki nya disini dan juga banyak juga yang senang ada nya mereka, gak kena macet lagi orang mau lewat, mereka juga orang sini kok, rumah mereka dekat-dekat sini juga” Ada dukungan positif dari Pak Jamal ini karena ada nya kesamaan rasa dalam tinggal
di lokasi yang sama. Terlebih lagi mereka bisa dikatakan pengangguran yang tidak memiliki
pekerjaan yang tetap.
Universitas Sumatera Utara
4.2 FAKTOR KEMUNCULAN PAK OGAH
4.2.1 TINGKAT KEDISPLINAN PENGENDARA DAN PENGGUNA JALAN
Pada dasarnya, displin merupakan hal yang dapat dilatih. Pelatihan displin diharapkan
dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Displin
berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat membedakan mana hal yang benar dan
mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku
yang bertanggung jawab. Displin juga sebagai sikap mental individu atau masyarakat dalam
mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan
dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Displin adalah: 1) latihan batin dan watak
yang maksimal supaya segala perbuatan selalu mentaati tat tertib, 2) ketaatan pada aturan dan
tat tertib(Purwodarminto,1996:254). Menurut (Hurlock:1978:84) displin mempunyai empat
unsur pokok yaitu: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut
dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk
pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan
peraturan yang berlaku.
Dalam hal ini Koentjaraningrat(1983:15) menyebutkan pada hakikatnya membangun
suatu bangsa atau masyarakat tidak hanya menyangkut pembangunan yang berupa fisik
melainkan juga non fisik. Hal inilah yang harus mendapatkan perhatian agar tercipta adanya
keselarasan dan kesimbangan yang saling mendukung. Menciptakan lingkungan yang
nyaman,tertib,bersih dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan yang berlaku di
masyarakat perlu adanya kesadaran dan kepedulian setiap anggota masyarakat terhadap
situasi dan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka karena lingkungan merupakan
tempat manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas dan interaksi dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Kepadatan di jalan raya yang disebabkan banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan
tidak bermotor,pejalan kaki, dan pedagang kaki lima membuat psikologis pengguna jalan
tidak nyaman. Kepadatan seperti itu dapat menimbulkankan kemacetan di jalan raya juga
meningkatnya kelelahan secara emosional dan ketidaknyaman lainnya. Kemacetan di jalan
raya memang tidak dapat dihindarkan karena jumlahh penduduk dan kendaraan yang makin
meningkat disertai dengan pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak seimbang dengan
jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya serta berkurangnya lahan untuk perlebaran jalan.
Bahkan pengendara kendaraan pun sering melewati trotoar yang seharusnya digunakan untuk
pejalan kaki untuk menghindari kemacetan.
Di kota-kota besar di Indonesia seperti Kota Medan, sudah hal biasa dalam
kemacetan itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tenggang rasa antar
pengendara kendaraan. Sesama pengendara saling serobot dan tidak mau mengalah antara
satu dengan lainnya. Oleh sebab itu kurang pemahaman dalam berlalu lintas dan sekaligus
implementasinya di jalan raya membuat kemacetan terjadi. Seperti dalam Undang-undang
No.22 Tahun 2009 dikatakan tertib,lancar,aman dan terpadu apabila dalam berlalu lintas
berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban pengguna jalan serta bebas dari
hambtan dan kemacetan jalan. Tanpa adanya pengetahuan dasar maka pengendara kendaraan
seenaknya sendiri tanpa mempedulikan keselamatan orang lain,lalu lintas di jalan akan
semrawut, sehingga rawan terjadi kecelakaan,serta akan terjadi kemacetan parah.
Pengendara ingin menerobos kemacetan khusus nya penguna sepeda motor yang bisa
menyelinap diantara kendaraan lainnya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih diutamakan
ketika kemacetan. Ini juga yang membuat pengendara lainnya merasa kesal dan juga ikut-
ikutan menyelinap sehingga bertambah kemacetan. Perilaku ketidakdisplinan pengendara
kendaraan dalam berlalu-lintas seperti mengendarai dengan kecepatan tinggi untuk
menerobos lampu lintas, melewati pembatas jalan serta tidak ada hal-hal yang mendukung
Universitas Sumatera Utara
keselamatan pengendara tersebut yang dapat mengancam keselamatan orang. Pelanggaran
lalu lintas yang seringg terjadi juga melibatkan cara pengendara yang menerobos antrian
kendaraan, berkendara dengan zig-zag dengan kecepatan tinggi untuk tidak kena lampu
merah di jalan. Juga seringnya pengendara yang berkendara berlawanan
arah(Hendratno,2009:499).
Hal ini juga didukung oleh Bapak Tri Eko selaku KANTIBBIMAS Polsek Percut Sei
Tuan yang mengatakan hal serupa. Menurutnya, Di Kota Medan ini belum bisa dikatakan
kota macet hanya saja pengendara tersebut yang ingin berlaju cepat tanpa hambatan. Marak
nya pelanggaran lalu lintas berlandaskan keberanian untuk melanggar karena adanya
mentalitas bahwa setiap masalah dapat diselesaikan secara “damai” dengan Polantas. Dan
juga kurangnya budaya malu dalam melanggar lalu lintas dan dianggap sebuah hal yang biasa
terjadi sehari-hari dalam kemacetan serta kurangnya sanksi yang diberikan kepada
pengendara.
Hal ini lah menjadi salah satu kemunculan Pak Ogah di Jalan Bhayangkara.
Banyaknya pengendara yang berusaha menerobos jalan. Bahkan meskipun sudah diatur Pak
Ogah tetap juga ada yang berusaha menerobos. Ada juga pengendara yang suka dengan
kehadiran mereka di persimpangan jalan karena peran mereka sangat dibutuhkan. Tapi ada
juga pengendara yang tidak suka dan berpendapat kehadiran mereka dianggap pungli dan
juga meminta-minta.
4.2.2 LAJU PERTUMBUHAN KENDARAAN
Kota Medan saat ini berbenah menjadi kota metropolitan dan menjadi pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa, dan lain-lain. Aktivitas di berbagai sektor
Universitas Sumatera Utara
menarik mobilitas penduduk dari wilayah Kota Medan sendiri, wilayah pinggiran (suburban),
dan kota lainnya seperti Binjai dan Deli Serdang. Mobilitas penduduk yang tinggi membuat
sistem transportasi menjadi sangat penting, baik pengangkut barang maupun orang. Saat ini
pertumbuhan moda transportasi sedemikian pesat. Antara tahun 1999-2003 terjadi kenaikan
sebesar 22,21%, dari 469.157 unit menjadi 603.138 unit. Pertumbuhan jumlah mobil dalam
kurun waktu 5 tahun ini sebesar 34,06%: kendaraan barang 11,33%, bus 2,76%, dan sepeda
motor sebanyak 22,07%. Persoalan transportasi di Kota Medan hampir sama dengan yang
dihadapi kota besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi disebabkan karena tidak
seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan, rendahnya sumber daya manusia
pengguna jalan raya, sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu
lintas, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki misalnya trotoar. Perubahan jumlah
penduduk di Kota Medan membuat banyaknya jumlah kendaraan yang digunakan sebagai
alat transportasi warga Kota Medan. Maka dapat dikatakan semakin banyak penduduk maka
semakin banyak juga kendaraan yang ada juga semakin banyak muncuk Pak Ogah di
persimpangan jalan.
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan, pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota
Medan sebanyak 2.110.624 jiwa, jumlah rumah tangga sebanyak 324.674 kepala keluarga,
dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.342 jiwa per km². Lapangan usaha yang
memberikan kontribusi terbesar bagi Kota Medan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2000
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 35,03% dari PDRB Kota Medan,
disusul sektor industri (19,70%) dan pengangkutan dan komunikasi (14,26%). Sedangkan
sektor usaha yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor penggalian yaitu sebesar
0,01% dari total PDRB Kota Medan (BPS, 2015). Dari gambaran aktivitas Kota Medan dan
wilayah pendukungnya yang menyebabkan arus lalu lintas menuju Medan sangat lah penting.
Hal ini juga berkaitan dengan lokasi Jalan Bhayangkara yang terletak di wilayah timur Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan ini adalah daerah gerbang Kota Medan disebelah timur yang merupakan pintu masuk
dari daerah Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya yang menggunakan transportasi
darat.
Kemacetan yang terjadi di Jalan Bhayangkara dengan kendaraan yang tidak hanya
berasal dari Kota Medan saja melainkan adanya juga transportasi darat melintas di jalan
tersebut yang berasal dari daerah sekitarnya berhubung dekat dengan perbatasan. Tinggi nya
daya tarik di Kota Medan seperti lapangan pekerjaan yang tersedia, sekolah-sekolah yang
mendukung pendidikan pelajar serta fasilitas-fasilitas lainnya. Karena hal itu lah penduduk
yang berada di sekitar Jalan Bhayangkara turut ambil bagian dalam kemacetan tersebut.
Kepentingan-kepentingan pribadi yang menimbulkan kemacetan. Dengan keadaan di Jalan
Bhayangkara terdapat tiga sekolah dan satu universitas semakin banyak orang yang melintas
di jalan bhayangkara.
4.2.3 MASALAH EKONOMI
Kebutuhan hidup yang banyak membuat harus lebih giat dalam mencari penghasilan.
terlebih di kota Medan. Dalam hal itu para Pak Ogah di jalan bhayangkara harus menccari
nafkah bagii keluarganya. Di tengah kesulitan ekonomi di kota Medan membanting tulang
untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya. Peran tanggung jawab sebagai sebagai
keluarga yang menjadi dasar utama. Tidak hanya suami saja, tetapi isteri dari sebagian Pak
Ogah juga membantu agar bisa memenuhi keperluan yang dibutuhkan. Ketika wawancara
kepada mereka “gak ada uang=mau makan apa” itu lah yang sering mereka ucapkan disaat
wawancara. Pekerjaan ini dirasa sah-sah saja mengingat dari polisi dan Pak Ogah sendiri
sama-sama diuntungkan. Polisi merasa terbantu meskipun ketika wawancara peneliti kepada
Pak Eko pekerjaan ini dianggap sah saja bagi beliau. Tetapi menurut Pak Ogah ini membantu
Universitas Sumatera Utara
polisi. Di mana polisi yang bertugas di tengah kemacetan di jalan ini membutuhkan
kerjasama yang baik dengan polisi. Namun juga peneliti berusaha mengajak wawancara
polisi yang sedang bertugas akan tetapi polisi tersebut tidak bersedia diwawancarai dan harus
ke kantor polsek percut sei tuan untuk wawancara.
Dalam hal menjadi menjadi Pak Ogah melihat adanya peluang dalam mencari uang
ditengah kemacetan. Yang terbilah cukup mudah tanpa harus membawa ijazah atau
persyaratan-persayaratan yang biasa dalam melamar pekerjaan. Karena tanpa bekerja mereka
tidak dapat memperoleh uang. Mereka memilih jalan pintas untuk memilih pekerjaan ini.
pekerjaan ini dilakukan mereka memberikan jasa mereka dalam mengatur lalu lintas di
tengah kemacetan. Rela berdiri di tengah jalan dengan kondisi terik cuaca bahkan hujan
sekalipun tetap mengatur lalu lintas. Ini dilakukan agar pengendara yang merasa iba dan
terbantu dengan kehadiran mereka memberikan apresiasi dalam bentuk uang yang diberikan
sukarela tanpa meminta. Adapun pengendara yang memberikan tidak lah dipatok nominal
nya dan juga tidak ada keharusan dalam memberi uang kepada mereka yang menjadi Pak
Ogah. Berapapun nominal yang diberikan mereka tetap menerimanya dengan senang hati.
Pemberian yang diberikan pengendara kendaraan tidak hanya berupa uang, ada juga yang
memberikan berupa makanan dan minuman. Makanan dan minuman pun tetap diterima juga
sebagai apresiasi dari pengendara. Demi harapan mendapatkan uang ditengah jalan mereka
juga harus membuang rasa malu ketika tetangga,keluarga maupun orang lain. Mereka kerja
menjadi Pak Ogah tidak seperti orang pikirkan yang kerja meminta-minta uang kepada
pengendara lain nya.
4.2.4 FREELANCE
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , Freelance adalah tenaga lepas atau pekerja
lepas yang bekerja sendiri dan tidak berkomitmen kepada majikan jangka panjang tertentu.
Adapun berdasarkan hasil dari penelitian, bahwa pekerjaan Pak Ogah ini bersifat nya tidak
ada ikatan dengan penguasa setempat. Berhubung lokasi di persimpangan Jalan Bhayangkara
ini yang mereka berasal sejak lahir hingga berkeluarga di Jalan Bhayangkara. Mereka
melakukan ini karena dekat dengan rumah sehingga kalau pun ingin istirahat tidur siang bisa
langsung ke rumah. Mereka juga bekerja tidak ada waktu yang mengikat datang harus jam
berapa, melainkan diri mereka sendiri yang mengatur. Ketika sedang bangun cepat maka di
pagi hari juga langsung menjaga. Apabila bangun kesiangan maka mulai bekerja siang hari.
Mereka bekerja tanpa tekanan atau aturan yang menuntut mereka harus berdisplin diri. Hal
ini lah membuat mereka merasa menjadi Pak Ogah tidak lah ambil pusing untuk bekerja.
Kapan pun dan jam berapa pun bisa sesuka hati untuk menyesuaikan keadaan. Pekerjaan Pak
Ogah yang dianggap sebagian orang merupakan pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat
yang kurang mampu. Bersaingan dengan pekerjaan yang formal dan hanya menghasilkan
pendapatan yang hanya cukup untuk mempertahankan hidup, nyatanya di lapangan
menunjukan bahwa kebanyakan dari mereka menjadi Pak Ogah dan bertahan ini diakenakan
faktor pendapatan yang diperoleh cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan penghasilan nya
rutin tiap hari di dapatkan. Bahkan berdasarkan wawancara tidak hanya kebutuhan sehari-hari
saja melainkan untuk mengkonsumsi narkoba bisa mereka lakukan serta hiburan ke cafe-cafe.
4.2.5 KURANGNYA KEAHLIAN KHUSUS YANG DIMILIKI
Susahnya mendapat lapangan pekerjaan di zaman sekarang dengan persaingan yang
sangat banyak membuat angka pengangguran semakin bertambah. Jumlah pengangguran
yang banyak ini tak jarang membuat masyarakat mencari pekerjaan lain. Dalam bekerja perlu
Universitas Sumatera Utara
adanya keahlian yang dimiliki secara khusus agar bisa sesuai pekerjaan dengan keahlian
masing-masing. Tidak dengan Pak Ogah di Jalan Bhayangkara, mereka dominan adalah
dulunya bekerja sebagai kuli bangunan. Namun karena menjadi kuli bangunan tidak lah
setiap saat ada panggilan untuk menjadi kuli bangunan. Tergantung kapan saja dibutuhkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pak Ogah ini lah mereka berpikir harus
bisa mendapatkan uang ketika tidak ada pekerjaan. Karena menjadi Pak Ogah tidak lah susah
cukup dibutuhkan keberanian mengatur lalu lintas di tengah jalan. Dengan bermodal
keberanian dan juga melihat-lihat ketika polisi mengatur lalu lintas. Itu sudah cukup menjadi
Pak Ogah. Kurangnya keahlian juga dibarengi dengan umur yang sudah tua kira-kira tiga
puluh sampai empat puluh tahunan yang sulit mencari pekerjaan lain. Situasi yang mereka
alami bersifat kondisional, yakni karena kondisi yang relatif bersifat sementara. Mereka juga
memiliki cita-cita tetap berusaha agar kelak mereka memiliki cukup modal untuk memulai
membuat usaha. Mereka juga mengatakan tidak mungkin seterusnya dengan pekerjaan ini,
karena risiko yang besar seperti di tangkap polisi ketika razia karena pekerjaan yang illegal.
Kalau mereka ditangkap polisi maka perekonomian keluarga juga kesusahan serta kesedihan
dalam keluarga. Mereka sudah tahu apa dampaknya namun ini dilakukan semata-mata untuk
mendapatkan uang.
4.2.6 RAMBU LALU LINTAS
Berdasarkan pengamatan di Lokasi persingan Jalan Bhayangkara ke Jalan Pancing
tidak ada nya rambu lalu lintas yang ada. Sehingga pengendara kendaraan pun sesuka hati
nya mengendarai. Ini juga membuat kondisi di simpang jalan ini mengalami kemacetan.
Mereka harus memposisikan diri apakah ingin maju terlebih dahulu atau menunggu jalan
hingga sepi untuk bisa berjalan. Namun susahnya pengendara yang tidak sabaran dan
Universitas Sumatera Utara
membuat sesama pengendara kendaraan juga merasa hati-hati. Hal ini juga mendukung
pengamatan dalam penelitian ini. Pada hal banyak nya kendaraan yang melintas di
persimpangan Jalan Bhayangkara ini membuat pengendara khususnya mobil dan truk besar
yang dari sisi jalan lain ingin membelok tentunya akan dibantu oleh Pak Ogah supaya bisa
melintas tanpa hambatan kena macet.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka di buat kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Banyak jumlah penduduk maka banyak juga dibutuhkan transpotasi yang digunakan
serta kesibukan setiap orang dalam menggunakan fasilitas jalan raya. Adanya kehadiran “Pak
Ogah” dalam kemacetan di persimpangan Jalan Bhayangkara dikarenakan kurang displin nya
pengendara kendaraan dalam berlalu lintas sehingga menimbulkan kemacetan. Kemacetan
terjadi karena meingkatnya volume jumlah kendaraan akan tetapi tidak ada nya penambahan
jalan maupun pelebaran jalan sehingga luas jalan yang ada tidak memiliki cakupan luas
dalam menampung kendaraan yang melintas. Di kemacetan ini lah sebagai peluang dalam
untuk mendapatkan uang bagi mereka. Kebutuhan yang semakin banyak diperlukan dengan
penghasilan yang tidak ada membuat kondisi semakin memperburuk kebutuhan di keluarga.
Peranan sebagai kepala keluarga juga menjadi tuntutan harus dalam memenuhi kebutuhan.
Adanya pergeseran nilai yang pada awal nya berdasarkan tolong menolong berubah menjadi
sumber pendapat yang menjanjikan sebagai Pak Ogah karena adanya penghasilan tetap dan
cukup untuk keperluan sehari-hari. Dengan melihat kesadaran diri seperti umur yang sudah
lanjut dan peluang dalam mendapatkan pekerjaan yang lain sangatlah minim ditambah
kurang nya skill dan pengalaman yang dimiliki membuat tidak tahu harus bekerja apa. Maka
dengan keadaan terdesak untuk menjadi “Pak Ogah” yang mengharapkan pemberian dari
pengendara yang melintas. Jenis kendaraan yang sering memberi adalah mobil. Kendaraan
yang cukup memakan banyak jalan tidak bisa menyelinap di kemacetan. Maka disaat itu pula
peranan Pak Ogah dibutuhkan agar mnampu memberi jalan. Tanda yang diberika jika ingin
belok dengan menghidupak lampu ke kiri atau kanan. Ini terlihat ketika ada ingin membelok
Universitas Sumatera Utara
ke sisi jalan lain, secara inisiatif langsung mengatur jalan untuk kendaraan tersebut. Dan
apabila sudah diberi jalan Pak Ogah memposisikan diri di sebelah kanan mobil, guna
memudahkan dalam menerimaimbalan yang diberikan. Diberi imbalan maka pengendara
cukup membuka sebagian kaca samping dan sambil melintas diberi uang tanpa di tentukan.
Dalam semenit ada lima sampai sepuluh mobil yang melintas.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan adanya kepentingan yang mucul disaat
kemacetan.pengendara ingin cepat melintas maka pengendara menggunakan jasa dari Pak
Ogah yang bertugas sebagai pengatur lalu lintas. Dan Pak Ogah memberikan jalan dengan
menutup dan menahan jalan dengan demikian kepentingan itu tampak di jalanan. Banyak nya
yang melintas di persimpangan itu juga membuat banyak nya orang-orang yang juga ingin
menjadi Pak Ogah. Adapun syarat mutlak untuk menjadi Pak Ogah di simpang Jalan
Bhayangkara yang sejak lahir dan tinggal bekeluarga sudah lama atau yang dikenal dengan
Pemuda Setempat(PS). Mereka melakukan itu karena ingin membantu di daerah mereka
sendiri. Karena alasan Pemuda Setempat itulah menjadi penguasa lokal di Jalan
Bhayangkara. Hal penting yang kurangnya pengetahuan Pak Ogah sendiri dalam mengatur
lalu lintas sehingga aturan ketika bertugas adalah sesuka hati bagian mana yang di beri jalan
duluan. Ada nya juga pilih memilih kendaraan, mobil dan truk yang menjadi peluang besar
diberi imbalan. Melihat kendaraan-kendaraan seperti itu berusaha memberinya jalan. Pak
Ogah melalaikan bahwa tidak hanya mobil dan truk saja yang melintas. Ada pun pengendara
sepeda motor,pengguna sepeda,becak dan angkutan umum juga ingin melintas. “Pak Ogah”
juga menjadi peran pengganti polisi karena membantu dalam mengatur lalu lintas. Disini
terlihat adanya saling kerjasama antara polisi dan Pak Ogah sendiri. Bisa meringankan
pekerjaan polisi, di kalangan polisi sendiri ini sudah hal biasa bahkan sudah ditangkap dan
diberi penyuluhan dari dalam diri sendiri ada nya uangkapan perasaan yang tidak bisa
disebutkan ini berkaitan dengan tugas dari polisi itu sendiri. Bagi polisi peranan Pak Ogah
Universitas Sumatera Utara
bisa membantu dan juga bagi Pak Ogah adalah lahan untuk mendapat uang. Kurangnya
personil dari kepolisian dalam lalu lintas membuat Pak Ogah mengambil alih peran polisi
disini. Dengan tidak adanya rambu lalu lintas yang ada di persimpangan Jalan Bhayangkara
juga menjadi ambil bagian Pak Ogah sebagai pengganti rambu lalu lintas. Dengan keberanian
diri sendiri berdiri ditengah jalan tanpa melihat risiko yang dihadapi. Tidak adanya rambu
lalu lintas ini adalah kebijakan dari pemerintah sendiri yang harus siap membuat rambu lalu
lintas di Jalan Bhayangkara. Meskipun dampak dari kehadiran Pak Ogah tidak terlalu besar
namun kehadiran Pak Ogah nyata dirasakan apabila diabaikan keberadaannya mempengaruhi
sistem dalam masyarakat itu sendiri. Adanya ketidaksamaan sosial dalam berlalu lintas.
Lebih mementingkan kendaraan yang besar saja. Pekerjaan Pak Ogah ini juga telah membuka
jaringan baru bagi pemuda setempat lainnya yang juga tergiur akan pendapatan yang
diperoleh setiap harinya. Mereka menganggap bahwa pekerjaan ini bisa dilakukan diluar
pengalaman dan keterbatasan yang dimiliki untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, serta
mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh saran yang dapat membantu
menyelesaikan masalah kehadiran “Pak Ogah” adalah sebagai berikut:
1. Di buat nya rambu-rambu lalu lintas di persimpangan Jalan Bhayangkara guna
pengendalian diri dalam berlalu lintas ketika melewati jalan tersebut. Dengan
melihat kuantitas tiap hari nya kendaraan yang melihat dengan jarak waktu yang
disesuaikan ketika kemacetan terjadi.
2. Adanya penambahan personil polisi lalu lintas di tiap titik kemacetan. Di titik
Jalan Bhayangkara biasanya hanya seorang polisi yang bertugas maka kedepannya
Universitas Sumatera Utara
ada dua orang yang bertugas ketika jam rawan kemacetan. Hal ini dilakukan agar
adanya keadilan sosial bagi seluruh pengendara tanpa harus melihat jenis
kendaraan apa saja yang ingin lewat. Dan juga sesuai Undang-undang yang
berlaku dalam mengatur lalu lintas adalah kepolisian dan juga dibantu dengan
Dinas Perhubungan yang secara formal sudah diatur.
3. Pemerintah juga memperhatikan situasi kemacetan sekarang ini. Melihat kondisi
kemacetan maka pemerintah juga harus mengambil keputusan agar tidak
terganggunya aktivitas masyarakat yang juga ketika bekerja tidak menganggu
pendapatan masyarakat. Melihat kondisi petugas formal yang kurang maka
pemerintah juga harus siap menganggarkan dana untuk bisa merekrut dan
bekerjasama dengan kepolisian agar di bimbing dan dibajarkan tentang
pengetahuan lalu lintas serta melegalkan pekerjaan Pak Ogah. Agar tidak ada lagi
keluhan-keluhan dari masyarakat dengan kehadiran Pak Ogah ini.
4. Melakukan peremajaan angkutan umum yang sudah tua berhubung banyaknya
angkutan umum yang sudah lama dan kecepatan nya berkurang.
5. Membuat palang dengan aturan jenis kendaraan yang bisa melintas di batasi
kapasitas berapa Ton agar disesuaikan dengan kondisi jalan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,Raharjdo.2006.Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Ayuningtyas,D.S,Guritnaningsih, dan Santoso,A.2007.Hubungan antara lisensi untuk
mematuhi rambu-rambu lalu lintas dengan perilaku melanggar lalu lintas:Jakarta:JPS
Branch,Melvinne.1995.Perencanaan Kota Komprehensif. Yogyakarta:UGM Press
Daldjoeni,N.1986.Geografi Kota dan Desa.Salatiga:ED
Damanik, Erond.2016. Kisah dari deli.Medan:Simetri Publisher
Effendi,Tadjuddin Noer.1995.Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan:
Yogyakarta:Tiara Wicana
Hendro,Koestoer Raldi,dkk.2001.Dimensi Keruangan Kota.Jakarta:UI Press
Marbun,B.N.1994.Kota Indonesia Masa Depan:Jakarta:Penerbit Erlangga
Martono,Nanang.2011.Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada
Menno,N dan Mustamin Alwi.1991.Antropologi Perkotaan.Jakarta:CV.Rajawali
Sadyohutomo,Mulyono.2008.Manajemen Kota dan Wilayah:Jakarta:Bumi Akasara
Sjafrizal.2012.Ekonomi Wilayah dan Perkotaan.Jakarta:PT.Rajagrafindo
Suparlan,Supadi.1995.Kemiskinan di Perkotaan:Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Spradley,James P.1997.Metode Etnografi:Yogyakarta:PT.Tiara Wacana Yogya
Universitas Sumatera Utara
Sumber lainnya
Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentangg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Yanthimaryathie.blogspot.com
www.ubaya.ac.id’’kenyamananpsikologidijalanraya
https://innekeputra.wordpress.com.etikaberlalulintas
Jurnal.uad.ac.id
Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau vol.1 No.3 April 2006
Universitas Sumatera Utara