Transcript

Yesus dan Hukum TauratOleh: Ev. Otniol Seba, S.Th1

I.

Pendahuluan dan Latar Belakang Pengajaran Yesus Kehadiran Yesus di dalam Dunia, menurut Injil Matius adalah untuk menggenapi

Hukum Taurat itu. Hal ini nampak ketika Tuhan Yesus berkata: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:17-18). Vos menyatakan hal ini demikian: He came not to annul or abrogate the Old Testament law in any respect, but to fulfill it. He would fulfill it by keeping it perfectly, by embodying it in living form, and by paying the full penalty of the Law as Substitute for sinners2. Vos menilai bahwa penggenapan Yesus terhadap Hukum Taurat itu dilakukan secara sempurna. Lebih lanjut Constable menjelaskan bahwa penggenapan itu dilakukan secara tepat dengan otoritas yang berasal dari diri-Nya. Ia menjelaskan bahwa Yesus menganggap PL adalah Firman Allah yang diispirasikan, oleh karena itu Yesus tidak mempertentangkan hal itu. Constable menuliskan: Probably Jesus meant that He came to establish the Old Testament fully, to add His authoritative approval to it. This view harmonizes with Matthew's use of pleroo elsewhere (cf. 2:15). This does not mean He taught that the Mosaic Law remained in force for His disciples. He taught that it did not (Mark 7:19).272 Rather here Jesus authenticated the Old Testament as the inspired Word of God.273 He wanted His hearers to

Penulis sedang menyelesaikan program studi MACE dan M.Div, di STT Aletheia Lawang. Sekarang penulis melayani di GKA Gloria Pos PI Rungkut Surabaya. 2 Howard Vos, Matthew Study Bible Commentary. (Michigan: Zondervan Publishing House, 1979), p. 50.

1

1

understand that what He taught them in no way contradicted Old Testament revelation3

Selain itu, pengajaran Yesus juga menekankan kebenaran di mana hal ini menjadi penekanan di dalam Injil Matius. Tasker menyatakan: He regard His own teaching as equally binding; and His emphasis upon this truth has sometimes given readers of this section of the Gospel of Matthew the impression that in some instances the abiding nature of the old law seems to be denied4. Pengajaran Tuhan Yesus di dalam Matius 5:21-48, bukan menentang hukum Taurat, melainkan memberikan interpretasi yang baru dan secara praktis dapat dilakukan setiap hari. Keener menyatakan: Once Jesus has made it clear that he is not opposing the law but interpreting it, he show how the customary practice of the law in his day is inadequate5. Pada abad-abad pertama, kelompok-kelompok Yahudi menafsirkan hukum itu dengan cara mereka yang dianggap tepat: salah satu cara yang spesifik adalah mengobservasi Hukum Taurat dengan keputusan publik, isu politik tetapi bukan dengan suatu konsensus yang mutlak. Meskipun penafsiran Yahudi secara natural memfokuskan kepada pertanyaan legal, tetapi mereka tetap memberikan perhatian untuk mendiskusikan masalah etis dari Hukum Taurat itu. Namun berbeda dengan penafsiran Yesus dan tradisi Yahudi kemudian yang langsung menyentuh substansi dari persoalan tersebut6. Bagi para penafsir, Matius 5:21-48 merupakan bagian dari Injil Matius yang disebut dengan antitesis di mana bagian ini menyatakan intensifikasi yang radikal berkaitan dengan Hukum Taurat. Bagi Hill ini bukanlah suatu antitesis terhadap Hukum Taurat yang menyatakan Hukum Musa yang baru, melainkan ini merupakan intensifikasi mesianis yang menghasilkan kebenaran sejati terhadap warga kerajaan Allah. Di manaThomas L Constable, Notes on Matthew, p. 85. 2005 Edition. Http://www.bible-net.org R.V.G. Tasker, The Gospel According to St. Matthew An Introduction and Commentary. (Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing House, 1979), p. 64-65. 5 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew. (Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1999), p. 181 6 Ibid,.4 3

2

sikap yang menunjukkan kebenaran sejati itu bertentangan dengan legalism Hukum Taurat yang dipahami secara akal7. Selanjutnya, Hill menyimpulkan bahwa koleksi Matius mengenai pernyataan yang menjelaskan superioritas dan akarnya di dalam pemulihan mesianis dari Yesus terhadap Hukum Taurat. Implikasi tertinggi di dalam bayangan dari Hukum Taurat mengenai pernyataan itu terdapat di dalam kekudusan pada masa mesias8.

II.

Hubungannya Dengan Hukum Taurat/PL Seputar Otentisitas dan Isi Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah pengajaran Tuhan Yesus di dalam bagian

ini bertentangan dengan Hukum Taurat? Mempertentangkan pengajaran Yesus dengan Hukum Taurat adalah suatu kesalahan besar. Ajaran Tuhan Yesus di dalam bagian ini tidak bertentangan dengan Hukum Taurat, melainkan merupakan kesinambungan untuk menyempurnakan Hukum Taurat. Hal itu sesuai dengan Matius 5:17-19. Lebih lanjut bahwa pengajaran Tuhan Yesus di dalam Matius 5:21-48 memiliki hubungan yang erat dengan Hukum Taurat/PL khususnya. Para ahli berpendapat bahwa pengajaran Tuhan Yesus di dalam Matius 5:21-48 kemungkinan merupakan kutipan dari PL, baik dari kitab Ulangan maupun di dalam kitab Imamat. Hal ini ditegaskan oleh Allison dan Davies, di dalam komentarnya mengenai hal ini menyatakan bahwa: [Matthew] 5.21, 27, and 31, open with citations of or allusion to OT texts that appear in Deutronomy (although not exclusively in Deutronomy), and [Matthew] 5.33, 38, 43 open with citations of or allusion to OT texts that appear in Leviticus (although not exclusively in Leviticus). The evangelist just may have thought of 5.21-32 as offering contrasts with laws in Deutronomy and of 5.33-48 offering contrasts with laws in Leviticus9.7

David Hill, The Gospel of Matthew New Century Bible Commentary. (Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1972), p. 119-120. 8 Ibid,. 9 W.D. Davies and Dale C. Allison, The Gospel According to Saint Matthew International Critical Commentary. (Edinburg: T & T Clark LTD, 1988), p. 504

3

Donald Hagner melihat bahwa pengajaran Yesus ini mengutip Perjanjian Lama dan Hukum Taurat baik secara langsung maupun tidak langsung, di mana pengajaran-Nya memberikan penekanan pada kebenaran baru yang diproklamasikan-Nya. Hagner menuliskan: The first two of the antitheses involve commandments concerning murder and adultery, drawn from the ten commandments of Exod 20:117 (cf. Deut 5:621). Jesus deepens these commandments by internalizing them, i.e., by emphasizing the underlying thoughts, which themselves condemn a person. The final four antitheses involve a similarly high ethical idealism; again, they are descriptive of the righteousness of the kingdom. The fourth and fifth antitheses, concerning oaths and the lex talionis (an eye for an eye,etc.), involve direct commandments in the OT; the third and sixth, those concerning divorce and hatred of enemies, involve, on the other hand, implications drawn from the Torah more than direct commands. The antitheses thus move from the weightiest items, those contained in the ten commandments, to other commandments in the Torah and finally to an apparent implication of the Torah it is no accident that the final antithesis concerns the love commandment (Lev 19:18) the love commandment is the quintessential aspect of the new righteousness proclaimed by Jesus10

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengajaran Tuhan Yesus sangat berkaitan erat dengan Hukum Taurat di dalam PL tercatat di dalam kitab Ulangan dan Imamat.

III. Catatan Lukas Mengenai Pengajaran Tuhan Yesus Seputar Otentisitas dan Isi Jikalau kita membandingkan pengajaran Tuhan Yesus di dalam Injil Matius dengan yang tercatat di dalam Injil Lukas, maka kita akan menemukan pengajaran Tuhan Yesus yang dicatat di dalam Injil Matius tentang perceraian (Matius 5:31-32); pembalasan (Matius 5:38-42) dan mengasihi musuh (5:43-48) merupakan bagian yang paralel dengan

Hagner, Donald A., Word Biblical Commentary, Volume 33a: Matthew 1-13, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998. in Logos Library System 2.1e. Copyright@ 1995-1998. Logos Research Systems, Inc

10

4

Injil Lukas meskipun di dalam Injil Lukas, ketiga bagian ini tidak ditulis di dalam bentuk antitesis11. Di dalam topik tentang perceraian, Lukas 16:18, menjelaskan di dalam konteks perumpamaan, di mana Tuhan Yesus mengajarkan: Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah." Di dalam catatan Injil Matius 5:32 dan Lukas 16:18 ada beberapa perbedaan yang menonjol. Pertama, kalimat kecuali karena zinah tidak terdapat di dalam Injil Lukas; Kedua, di dalam Injil Lukas lebih menekankan komitmen seorang laki-laki untuk menikah kembali adalah perzinahan, daripada istrinya yang berzinah terlebih dahulu; Ketiga, di dalam Injil Lukas, menambahkan seorang yang menikah dengan perempuan yang telah diceraikan12. Lebih lanjut, bahwa kemungkinan baik Matius maupun Lukas, sama-sama menggunakan sumber dari Markus [khususnya Markus 10:2-12] sebagai sumber untuk menuliskan pengajaran Tuhan Yesus ini13. Dalam topik mengenai pembalasan, Lukas 6:29-30 merupakan bagian yang paralel dengan Injil Matius 5:38-42. Di dalam Lukas 6, Lukas tidak menyajikan pengajaran Tuhan Yesus yang menentang penyelewengan di dalam PL, sebagaimana dicatat di dalam Injil Matius 5:38-42, tetapi Lukas mengangkat topik ini di dalam konteks tentang kasih di dalam konteks perintah yang positif14. Lebih dari itu, Lukas mencatat pengajaran ini bersumber dari tradisi oral yang mungkin berbeda dari sumber Q yang menjadi tradisi umum yang dipakai pada waktu itu. Hal itu nampak di dalam penggunaan kata garment

Since antitheses 3, 5, and 6 contain material paralleled in Luke (see below), although not in antithesis form lihat di dalam Hagner, Word Biblical Commentary, Volume 33a: Matthew 1-13. 12 Frank E Gaebelain (gen. edits), Expositor Bible Commentary New Testament Luke [Luke 16:18]. (Michigan: Zondervan Publishing House).Zondervan Reference Software (32-bit edition) version 2.8. Copyright @ 1989-2001 13 Lihat dalam Hagner, Word Biblical Commentary, Volume 33a: Matthew 1-1 14 Frank E Gaebelain (gen. edits), Expositor Bible Commentary New Testament Luke [Luke 16:18].

11

5

dan kata cloak merupakan kata-kata khusus yang dipakai oleh Lukas yang membedakannya dengan Matius yang tidak menggunakan kata-kata tersebut15. Topik tentang mengasihi musuh, Lukas 6:27-30; 33-37 merupakan bagian yang paralel dengan Matius 5:43-48. Keduanya di dalam konteks khotbah. Injil Lukas menyajikan khotbah Yesus di tanah yang datar dengan urutan kata-kata yang berbeda, sedangkan Injil Matius menyajikan khotbah Yesus di atas bukit. Ada dugaan bahwa kemungkinan bahan-bahan dari Lukas ini bergantung kepada tradisi yang lain, yang sangat mungkin dari Yesus sendiri16. Berkaitan dengan perbandingan teks dari Matius dan Lukas di dalam beberapa bagian ini, Dale and Allison berpendapat, dengan memperhatikan beberapa bagian yang penting di dalam Injil Matius dan Lukas, maka mereka menyimpulkan bahwa Lukas lebih original daripada Matius, khususnya di dalam Lukas 6:29-30 = Matius 5:39; Lukas 6:35= Matius 5:45; dan dlam Lukas 6:36 = Matius 5:4817.

IV. Struktur Teks Matius 5:21-48 Injil Matius 5:21-48 di bagi di dalam 2 bagian besar: Pertama, Matius 5:21-32; Kedua, Matius 5:33-48. Ada beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan di dalam bagian ini: Pertama, di dalam ayat 20 dan 27 dimulai dengan kata-kata You have heard that it said, ayat 31 dengan kata it was said. Kemudian ayat 33, kata pembuka dari unit yangLihat dalam Hagner, Word Biblical Commentary, Volume 33a: Matthew 1-1. It is writes: Parallel material in the Lukan sermon, 6:2930, where Jesus teaches love for ones enemies (cf. the sixth antithesis), seems to represent essentially the same content but in rather different words, reflecting quite possibly a variant oral tradition (rather than the common source, Q). In addition to the different wording, Luke 6:29 transposes garment and cloakso that one who is asked for his cloak should also give his garment (and not vice versa, as in Matthew). 16 Ibid,. It is writes: Luke, in the Sermon on the Plain, has material parallel to the present passage but in quite different order and wording. Therefore, it is unlikely that Matthew and Luke are dependent upon the same source (Q); more likely they are dependent upon different traditions that contain material probably stemming originally from Jesus himself. 17 Dale and Allison, The Gospel According to Saint Matthew - International Critical Commentary, p. 50515

6

baru ini, dimulai dengan kata Again you have heard that it said. Bagi Matius, Yesus berbicara mengenai 3 isu, yaitu: pembunuhan (5:21-26), Perzinahan (5:27-30), dan Perceraian (5:31-32); Yesus kemudian berbicara 3 isu yang lain: Sumpah (5:33-37), pembalasan (5:38-42) dan kasih (5:43-48). Jadi Matius memikirkan mengenai rangkap tiga. Kedua, di dalam Matius 5:21-32 ada tiga rangkap mengenai But I say to you di dalam setiap kalimat ini diikuti dengan kata o[ti. Di dalam 5:33-48, konstruksi seperti ini. Ketiga, Frase yang lengkap, You have heard that it was said to the men of old muncul di dalam 5:21 dan 5:33, di mana keduanya menjadi pembuka bagi 2 bagian rangkap tiga. Keempat, di dalam 5:21-32, kalimat But I say to you that merupakan pengantar dari urutan bentuk yang legal yang mana menggunakan pa`s o``, di dalam 5:33-48, kalimat But I say to you merupakan awal untuk menyatakan bentuk perintah. Kelima, di dalam 5:21, 27, dan 31 memulai dengan kutipan atau kiasan untuk teks PL yang nampak di dalam Ulangan (meskipun tidak semuanya dari kitab Ulangan), dan 5:33, 38, dan 43 memulai dengan kutipan atau kiasan untuk teks PL yang nampak di dalam Imamat (meskipun tidak semuanya dari kitab Imamat). Mungkin di dalm pemikiran Matius 5:21-32 memberikan perbandingan dengan hukum-hukum di dalam kitab Ulangan dan 5:33-48 memberikan perbandingan dengan hukum-hukum di dalam kitab Imamat 18. Ada dugaan lain bahwa beberapa bagian (antitesis, 1, 2, dan 4) di dalam Matius 5:21-48 merupakan tambahan dari Matius yang diambil dari sumber Q. Mengenai hal ini, Luz menyatakan demikian: The first, second, and fourth (perhaps fifth, vv. 38f.) antitheses are unique material. Matthew has supplemented them through material from Q (vv. 25f., 29f.?, cf. 31f.). This corresponds to the situation in general: the18

Ibid,.

7

antitheses from special material come first (vv. 21-27; the third antitheses was inserted here only because it belongs thematically to the second one), only then those from Q. Q therefore was not the primary source, but, as also in chs. 13; 18; 24 in comparison with Mark, a collection of material for supplementation. This speaks in favor of the hypothesis that Matthew had found in written form a collection of antitheses which contained the first two and fourth and was perhaps already connected with 6:2-18, and thet the supplemented it by Q material. From this collection Matthew also took over the antithetical form19. Namun berbeda dengan antitesis yang lain [antitesis 3, 5, 6], di mana Matius menggunakan pola antitesis 1, 2, dan 4 untuk menyusun antitesis 3, 5, dan 6 tersebut. Hagner menyatakan hal ini demikian: Since antitheses 3, 5, and 6 contain material paralleled in Luke (see below), although not in antithesis form, Matthew is here usually thought to be dependent on Q, the material of which he reshaped in the form of the antitheses. Antitheses 1, 2, and 4, on the other hand, are usually regarded as from Matthews special source and often as going back to Jesus more or less in their present form. Based on this hypothesis, Matthew formed antitheses 3, 5, and 6 (thus Strecker, ZNW 69 [1978] 47, following Bultmann) according to the pattern of antitheses 1, 2, and 4 (so too, Guelich, Sermon; Davies-Allison; and Luz)20.

V.

Gramatika dan Kosa Kata Penting Kalimat I say to you di dalam beberapa naskah lain membaca Amen, I say to

you lebih radikal dari pada bersifat profetik thus says the Lord. Kata pembukaan, Amen, menjadi jaminan ketelitian dari kalimat yang mengikuti, merupakan suatu ungkapan yang jarang ditemui, dan mungkin cenderung kepada perintah ini. Tetapi kalimat I say to you lebih autoritatif bersifat pengajaran daripada bersifat profetik21. Di dalam penafsiran Matius 5:21-48 ada beberapa hal yang penting yang harus diperhatikan:

19

Ulrich Luz, Matthew 1-7 A Commentary. (Minneapolis: Augsburg Fortress, 1989), p. Hagner, Donald A., Word Biblical Commentary, Volume 33a: Matthew 1-13. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew, p. 181-182.

274.20 21

8

Pertama, Matius 5:21-48 tidak menyatakan bahwa pengajaran Yesus tersebut menentang interpretasi Yudaisme tentang PL. Namun lebih kepada kontras dengan PL sendiri, ketika Yesus berbicara, I say to you a. Matius 5:17-20 merupakan pengantar bagi Matius 5:21-48, yang menolak bahwa Yesus datang untuk menghapus Hukum Taurat dan Kitab para Nabi di dalam PL. Matius 5:17-20 mengantisipasi seseorang untuk menyimpulkan bahwa pengajaran Yesus bertentangan dengan Hukum Taurat. b. Isi dari Matius 5:21, 27, 31, 33, 38, dan 43 merupakan kutipan langsung dari PL. Ini tidak diambil dari literature-literatur di luar kanon untuk dijadikan parallel. c. Kalimat You have heard ditulis dalam bentuk past tense sedangkan kalimat I say to you ditulis di dalam bentuk present tense. Mengapa Yesus menggunakan tenses berbeda, jikalau Yesus tidak setuju dengan penafsiran Yudaime? Pemisahan tenses past/present merupakan hal yang sangat natural, meskipun hal itu tidak mengharuskan adanya pemisahan otoritas di dalam waktu. d. Di dalam Roma 9:12 dan Galatia 3:16 kata evrre,qh merupakan kata yang digunakan Allah di dalam PL. e. Matisu 5:17-48 tidak menjelaskan digunakan di dalam synagoge (di mana terjadi perdebatan exegesis) atau dialamatkan kepada mereka yang sedang belajar; sebaliknya bagian ini diberikan kepada kahayak umum di atas bukit. f. Karena Matius 5:21-48 tidak diberikan kepada kita, maka penafsiran Yesus tentang hukum secara umum, sedangkan Hukum Taurat tidak termasuk di dalam bagian ini. g. Hal yang paling mungkin untuk menyusun frase pengantar You have heard that it was said to the men of old, kurang lebih menghasilkan suatu formulasi rabbinic yang digunakan untuk memkontraskan perbedaan penafsiran dari dua rabbi. Tetapi paralel antara Matius dan teks rabbinik memberikan laporan secara 9

implisit mengenai Kristologi dengan menunjuk kepada kata egw dan faktanya bahwa Yesus tidak mendukung penafsiran-nya yang nampak di dalam Kitab suci. Selanjutnya, Matius 5:27 (Yous shall not commit adultery), Matius 5:31 (Whoever divorces his wife, let him give her a certificate of divorce), and Matius 5:38 (Eye for eye, tooth for tooth) secara khusus menolak yang dilabeli penafsiran. Kedua, Meskipun kata-kata Yesus bertentangan dengan kata-kata dari Hukum Taurat, keduanya tidak bertentangan. a. Di dalam komentari Matius 5:18, alasan yang mendukung untuk berpendapat bahwa Matius tidak percaya kata-kata Yesus menentang Hukum Musa. b. Sangat mungkin bahwa kata evrre,qh merupakan kalimat divine passive (= Allah telah berkata), maka penafsiran yang menyatakan bahwa pada masa lalu bertentangan dengan perkataan Yesus But I say to you tidak terelakkan lagi membuat perkataan Yesus bertentangan dengan Allah, suatu pendapat yang mustahil. c. Orang yang menemukan kontradiksi di dalam Matius 5:21-48 harus mengakui bahwa kemungkinan lain untuk paragraf ketiga, keempat, kelima dan keenam. Meski ada konsistensi singkat sebagaimana yang digambarkan oleh redaktor, dia harus memahami bahwa setiap paragraf memiliki bentuk You have heard ... but I say to you merupakan bentuk umum yang dipakai oleh redaktor. Jadi jika paragraf pertama dan kedua bukan hanya diketahui menjungkir-balikkan hukum itu, maka kami tidak mengharapkan hal ini berlaku bagi paragraf yang lain. d. Di dalam Matius, de,, tidak seperti a.lla,, tidak selalu memiki signal yang kuat sebagai antitesis atau berbeda. Di samping itu kata but dan juga berarti and yet atau bahkan and dan fungsi kelanjutan dari de, adalah menegaskan: Matius 6:29, 8:10-11; 12:5-6. kami menterjemahkan yang disebut dengan antitesis 10

dengan cara ini: You have heard that it was said to the men of old ... but I (in addition) say to you . Perbedaan ini bukan kontradiksi melainkan transenden. e. PL tidak memerintahkan bercerai atau bersumpah, maka Matius 5:31-32 dan Matius 5:33-37 tidak dapat dikatakan membatalkan perintah-perintah PL. Ketiga, Jikalau Matius 5:21-48 tidak memberikan kami suatu penafsiran atau penjelasan Hukum Taurat, dan jika hal itu tidak dimaksudkan bertentangan dengan Hukum Taurat, dan jika hal itu tidak menimbulkan polemic menentang penafsiran Yudaime tentang kitab suci, maka apakah maksudnya itu? Hal ini secara sederhana menyatakan 2 hal: untuk memperlihatkan bahwa melalui enam contoh ini, (1) apa yang menjadi sikap dan perilaku yang dituntut oleh Yesus; (2) bagaimana kebergantungan seseorang terhadap Hukum Taurat tanpa berkontadiksi dengan Hukum Taurat tersebut. Menjelaskan yang pertama, bahwa para pengikut Yesus harus berjuang untuk kesucian yang menjadi tujuannya (Matius 5:21-30); ketaatan kepada kehendak Allah dengan sedikit kelonggaran untuk dosa manusia yang mungkin dilakukan (Matius 5:31-37); dan untuk mengasihi teman dan lawan dengan tidak mementingkan diri sendiri (Matius 5:3848). Dengan kata lain, para murid harus menjadi sempurna (Matius 5:48). Menjelaskan hal kedua, ketaatan yang kuat kepada Hukum Taurat tidak cukup, karena Hukum Taurat tidak mengkomunikasikan seluruh perintah yang harus digenapi. Dan di dalam garis ini, meskipun Matius 5:21-48 tidak secara spesifik menentang Hukum Taurat, hal itu tidak mengimplikasikan suatu hal yang khusus, atau pendekatan legal atau sikap. Hukum itu tidak memberikan hidup. Semua hal yang berada di dalam hukum tidak dapat membantu. Seseorang menahan diri untuk tidak membunuh tetapi masih membenci, menahan diri untuk tidak berzinah tetapi masih menyimpan hawa nafsu birahi di dalam hatinya dan hal itu mungkin mengikuti ketetapan di dalam PL mengenai perceraian dan sumpah serta masih tetap di dalam dosa. Bahkan di dalam perintah untuk berusaha menjadi sempurna sesuai dengan kehendak Allah (Matius 5:48) seseorang harus dihidupkan dengan sesuatu 11

yang tidak dapat diformulasikan dengan hal-hal secara kasuistik sebagaimana hati yang suci (Matius 5:8) dan haus untuk kedamaian (Matius 5:9). VI. Penafsiran Singkat Matius 5:21-48 a. Soal Pembunuhan (Matius 5:21-26) Teks ini tidak ditujukan kepada tindakan seseorang, tetapi kepada karakter orang tersebut. Pengadilan dunia tidak menghakimi orang yang menganiaya dengan kemarahannya, tetapi pengadilan Allah sebaliknya akan menghakimi semua yang menganiaya 22. Apakah yang dimaksud dengan pembunuhan dalam ayat 21-22? Bagi Yesus, membunuh dengan sebilah pisau atau dengan kemarahan, atau merendahkan orang lain merupakan bagian dari penyakit rohani yang sama. Yesus ingin menegaskan bahwa kedua perbuatan itu merupakan cerminan dari kebencian hati kita terhadap sesama. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa membunuh termasuk yang ada di dalam hati, pikiran dan apa yang nampak di dalam perbuatan adalah hal yang

menghancurkan hidup manusia. Semua hal ini akan dibawa di dalam pengadilan Allah. Apakah sebenarnya yang dituntut dari pengajaran Yesus ini berkaitan dengan pembunuhan? Tuntutan Yesus di dalam bagian ini adalah bagaimana seseorang yang memahami kitab suci (= Hukum Taurat) itu dapat menerapkan di dalam kehidupannya, untuk dapat mengasihi sesamanya. Hendriksen menyatakan: It is clear that the word of the Lord have a deeper meaning. In the final analysis he is speaking not about an earthly but about the heavenly Judge; nor about an earthly jail but about hell. It is the heart that must be right. It is the inner disposition that

22

Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew, p. 182

12

must be one love toward all others. That is the only way to fulfill the sixth commandment23. Di dalam bagian selanjutnya (ayat 23-26) Yesus menekankan tentang pentingnya perdamaian sebagai ganti untuk tidak mengadakan permusuhan. Tuhan Yesus menggunakan 2 ilustrasi untuk menekankan pengajaran-Nya mengenai perdamaian. Hal ini memberikan gambaran bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan tentang pengadilan surga yang akan menghukum orang-orang yang bersalah ke dalam penjara. Carson menyatakan: it would be making the metaphor run on all fours to deduce that Jesus is teaching that the heavenly court will condemn guilty people to prison (hell?) only until theyve paid their debts24. b. Soal Perzinahan dan Perceraian (Matius 5:27-32) Hukum Allah sangat jelas melarang segala bantuk perzinahan (bnd. Keluaran 20:14). Namun para ahli Taurat menyederhanakan larangan tersebut menjadi janganlah engkau kedapatan berzinah. Interpretasi ini memberikan cela terjadinya perzinahan dan oleh karenanya mengijinkan terjadinya perceraian. Dalam hal ini Tuhan Yesus lebih dalam melihat bahwa akar dari perzinahan dan perceraian itu terjadi oleh karena nafsu birahi yang keluar dari pikiran seseorang. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya (ayat. 28). Lebih lanjut mengenai hukum perceraian karena zinah ini diatur di dalam Ulangan 24:1, 24:1 Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, .... Perintah ini menjelaskan bahwa

William Hendriksen, Matthew New Testament Commentary. (Michigan: Baker Book House, 1995), p. 301. 24 D. A. Carson, An Exposition of Matthew 5-10: Jesus Sermon on the Mount And His Confrontation with the World. (Michigan: Baker Books, 2006), p. 45.

23

13

seorang suami dapat menceraikan istrinya dengan memberi surat cerai kepadanya, jika ia menemukan perempuan itu tidak senonoh padanya. Namun para ahli Taurat menafsirkan hukum ini bahwa seseorang dapat menceraikan istrinya bila kasihnya kepada perempuan itu menjadi dingin ataupun bila ia tidak lagi menyukai perempuan itu. Penafsiran ini hanya menjadi suatu klausal pembebasan bagi keegoisan kaum lelaki25. Tuhan Yesus menjelaskan bahwa perceraian itu disebabkan karena pikiran dan nafsu birahi di dalam diri seseorang, sehingga orang tersebut dapat berbuat zinah dan menuntun kepada perceraian. Di dalam pengajaran Yesus perceraian itu tidak dapat dibenarkan karena Allah tidak menganggap bahwa perceraian itu sesuatu yang sah26. Jikalau ada seseorang yang menikah dengan perempuan yang diceraikan oleh suaminya itu juga termasuk di dalam perzinahan. Perkataan Yesus mengenai perceraian di dalam konteks ini tidak dapat diartikan bahwa Yesus menyetujui perceraian dengan syarat tertentu, namun pengajaran Yesus ini lebih kepada menegaskan mengenai dosa perceraian itu 27. c. Soal Sumpah (Matius 5:33-37) Di dalam PL, khususnya Imamat 19:12 secara tegas melarang sumpah yang salah, yaitu bersumpah dusta dengan menggunakan nama Tuhhan. Dituliskan: Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Di dalam Matius 5:34 ini seakan-akan Tuhan Yesus ingin menghilangkan sumpah, ketika Ia berkata, Janganlah sekali-kali bersumpah (ayat. 34). Apakah bagian ini bertentangan. Sekali lagi hal itu tidak dimaksudkan demikian.25

Lihat dalam pembahasan Sinclair B. Ferguson, Khotbah di Bukit Cerminan Kehidupan Sorgawi di Tengah dunia Berdosa. (Surabaya: Penerbit Momentum, 1999), h. 99. 26 Lihat Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew, p. 190 27 Dale and Allison, The Gospel According to Saint Matthew - International Critical Commentary, p. 532.

14

Tuntutan Yesus melalui pengajaran ini bahwa seseorang yang bersumpah harus dengan setia menepati janjinya. Namun apa yang tersirat di dalam pemikiran para Ahli Taurat, bahwa dengan bersumpah demikian, mereka bermaksud untuk tidak menepati sumpahnya28. Istilah langit/sorga merupakan tahkta Allah, bumi

adalah tumpuan kaki-Nya dan Yerusalem adalah kota raja merupakan penegasan sumpah agar orang lain meyakini sumpah yang diucapkan itu mengikat dan akan ditepati. Di sini ada 2 hal yang disoroti oleh Yesus terhadap perilaku para Ahli Taurat, yaitu mengenai kemunafikan dan ketidakjujuran mereka di dalam melakukan sesuai dengan sumpahnya. Mereka menggunakan kedok sumpah dengan perkataan langit/sorga merupakan tahkta Allah, bumi adalah tumpuan kaki-Nya dan Yerusalem adalah kota raja untuk menghindari menepati sumpahnya, dengan kata lain sumpah ini tidak terikat. Tuhan Yesus menekankan bahwa sumpah itu terikat29, oleh karena itu harus ditepati dengan penuh kejujuran. d. Soal Pembalasan (Matius 5:38-42) Di dalam bagian ini Yesus mengajarkan suatu hukum yang berbeda dari pemahaman umum yang berlaku pada waktu itu. Bahwa hukum pembalasan berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan. Namun hal yang berbeda ditunjukkan oleh Tuhan Yesus, ia mengajarkan mengenai membatasi atau menghindarkan diri dari dendam dan pembalasan, ketika Ia berkata Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu (ayat 39). Di dalam kalimat selanjutnya Tuhan Yesus berkata, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada

Lihat ddalam pembahasan John Stott, The Message of the Sermon on the Mount. (Illinois: Intervarsity Press, 1979), p. 100. 29 Lihat Charles H Talbert, Reading On The Sermon On The Mount: Character Formation and Decision Making in Matthew 5-7. (Michigan: Baker Academic, 2004), p. 85-86.

28

15

orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Apakah maksudnya perkataan ini? Kalimat menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu. Dalam tradisi Yahudi, menampar pipi kanan merupakan suatu penghinaan, namun dengan memberikan pipi kiri orang yang ditampar tetap mempertahankan kehormatannya kembali. Kalimat, tanggalkanlah jubahmu. Jubah yang dimaksud di dalam bagian ini adalah sebagai penutup tubuh dan dapat dijadikan tempat untuk berbaring. Jubah ini menjadi harta milik yang dikeramatkan oleh orang Yahudi. Yesus merintahkan jikalau ada seseorang yang meminta bajumu, serahkan juga jubahnya. Di sini Yesus menegaskan kepada para pendengarnya untuk tidak mempertahankan hak pada waktu mengalami penganiayaan dan kesukaran. Kalimat berjalan dua mil. Konteks yang dikatakan Yesus ini berkaitan dengan kekuasaan tentara Romawi atas penduduk Israel yang menjadi jajahan mereka. Pasukan tentara Romawi sering mempekerjakan paksa orang-orang Israel demi kepentingan mereka. Bangsa Yahudi sangat membenci akan hal ini. Bagi mereka ini suatu penghinaan. Namun Yesus mengajarkan suatu prinsip untuk berjalan lebih jauh satu mil dari yang dituntut. Hal ini harus dilakukan secara sukarela. Kalimat Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Masyarakat Yahudi pada waktu itu tidak memiliki kebiasaan untuk memberi. Namun Yesus mengajarkan suatu ajaran yang baru untuk melakukan kebaikan dengan prinsip membutuhkan. 16 memberi kepada yang

Melalui bagian ini Matius ingin menggambarkan bahwa Yesus mengajarkan hal yang penting bagi para murid untuk bersikap rendah hati dan saling membantu yang merupakan sikap dari kehidupan benar30. e. Soal Mengasihi Musuh (Matius 5:43-48) Di dalam bagian ini Tuhan Yesus tidak mempertentangkan hukum di dalam PL dengan pengajaran-Nya sendiri. Tuhan Yesus mengajarkan suatu prinsip yang benar, melampaui kebiasaan orang dan hukum yang berlaku pada saat itu, ketika Ia berkata Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan hal ini? Di dalam kehidupan pada zaman itu, khususnya dalam komunitas orang-orang yang hidup di sekitar Laut Mati ada semacam peraturan: kasihilah saudaramu dan bencilah para pendatang. Ini menjadi isu pada zaman Tuhan Yesus hidup31. Tuhan Yesus mengajarkan hal ini dikarena 2 hal: (1) hal ini menunjukkan kualitas dari kasih yang sejati; (2) Ini menjadi ciri khas dari anak-anak Bapa yang di sorga. Para murid yang melakukan hal ini sedang menunjukkan jati diri mereka sebagai anak-anak Bapa di sorga. Di dalam ayat 48, dari bagian ini Yesus berkata: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Seakan-akan Tuhan Yesus menuntut kesempurnaan dari para murid sama seperti Bapa yang adalah sempurna. Hal ini tidak demikian, mengapa? karena yang dimaksudkan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan para murid untuk melakukan kasih di dalam kehidupan mereka harus di dasarkan kepada kasih Bapa yang sempurna. Dale dan Allison menyatakan demikian: the motivation for being perfect in love is

Robert H. Gundry, Matthew A Commentary on His Handbook for a Mixed Church under Persecution. (Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1994), p. 94 31 Carson, An Exposition of Matthew 5-10, p. 56

30

17

grounded in Fathers perfect love, in his giving without measure. God gives good gifts to the just and to the unjust, and this from love of both32. Inilah yang membedakan antara anak-anak Bapa di sorga dengan orang-orang yang menjalankan ibadah pada waktu itu, yakni: mereka memiliki kasih yang sempurna dari Bapa dan mereka dituntut untuk melakukan kesempurnaan itu di dalam kehidupan mereka.

VII. Makna Teologis Bagi Murid-Murid dan Orang Percaya Masa Kini Berkaitan dengan pengajaran Tuhan Yesus ini ada beberapa makna Teologis bagi para murid dan orang percaya masa kini: Pertama, berkaitan dengan masalah pembunuhan (Matius 5:21-26). Tuhan Yesus mengharapkan agar para murid tidak hanya memahami Hukum Taurat itu di dalam konteks kewajiban keagamaan, melainkan memahami arti dan makna Hukum Taurat itu dengan benar. Pembunuhan itu bukan saja menyangkut fisik, melainkan kemarahan yang tersimpan di dalam hati. Memang dapat dikatakan bahwa tidak semua kemarahan adalah berdosa33. Ada kemarahan yang tidak mendatangkan dosa. Hal ini dapat dilihat di dalam diri Allah. Namun kemarahan manusia selalu mendatangkan dosa, karena tidak didasarkan kepada kebenaran. Yesus melihat hal ini sebagai suatu kesengajaan untuk merendahkan sesama, yang bersumber dari suatu perasaan bermusuhan dan kebencian di dalam hati. Inilah pembunuhan itu. Dalam bagian selanjutnya, Tuhan Yesus menggunakan 2 ilustrasi, yaitu tentang persembahan kepada Allah (ayat 23, 24) dan mengenai tuduhan dari seorang

Dale and Allison, The Gospel According to Saint Matthew - International Critical Commentary, p. 563 33 Not all anger is evil, as is evident from the wrath of God, which is always holy pure. And even fallen human beings may sometimes feel righteous anger, although, being fallen, we should ensure that even this is slow to rise and quick to die down. See John Stott, The Message of the Sermon on the Mount. (Illinois: Intervarsity Press, 1979), p. 83-84

32

18

lawan (ayat 25, 26) yang menuntut agar pendamaian menjadi salah satu jalan untuk meredakan amarah dan menghindari para murid dari pembunuhan. Bagaimana dengan kehidupan orang percaya hari ini? Hal yang sama terjadi seringkali orang percaya terjebak untuk melakukan kewajiban-kewajiban

keagamaan sebagaimana yang dipahami di dalam kitab suci. Orang percaya memang tidak melakukan pembunuhan secara fisik, namun mereka terjebak dalam kemarahan terhadap sesamanya dan memusuhi mereka. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah kewajiban-kewajiban keagamaan yang dilakukan di dalam ibadah dan penyembahan kepada Allah akan menjadi suatu berkat, jikalau setiap orang percaya yang terlibat di dalamnya dapat merasakan dan mengalami pendamaian yang sejati sebagaimana yang dituntut oleh Tuhan Yesus di dalam bagian ini. Kedua, berhubungan dengan masalah perzinahan dan perceraian (Matius 27:32). Tuhan Yesus di dalam pengajarnnya menekankan mengenai kesucian di dalam keluarga. Tuhan Yesus tidak menyetujui adanya perceraian. Para murid yang mendengarkan pengajaran-Nya diharapkan dapat memahami Hukum Taurat bukan untuk kepentingan keegoisan kaum lelaki, melainkan melihat pada arti dan maknanya bahwa hawa nafsu birahi yang menjadi akar dari persoalan ini akan merusak hubungan antara suami dan istri di dalam ikatan keluarga. Mengenai hal ini Carson menyatakan: Jesus presupposes this high view of marriage when, with one concessive exception, he flatly prohibits divorce. And it is this high view of marriage which likewise underlies Jesus trenchant remarks on lust (5:27-30), and gives this block of material (5:27-32) its sanity. The Law and Prophets, by Jesus own authority, point to necessity of absolute purity and must not be trivialized by sophistries which seek to escape that purity34.

34

Carson, An Exposition of Matthew 5-10, p. 49

19

Bagaimana dengan kehidupan orang percaya masa kini di tengah godaan yang begitu kuat? Melalui bagian ini Tuhan Yesus mengajarkan supaya setiap orang percaya dapat menjaga hati dan komitmennya untuk hidup sesuai dengan prinsipprinsip Firman Allah yang benar, yaitu menjaga kesucian dan kekudusan di dalam pernikahan. Mengapa? Karena pertama, Allah menuntut kekudusan di dalam kehidupan orang percaya. Orang yang melakukan zinah harus dihukum mati (Imamat 20:10); kedua, penyelewengan seksual (zinah) tidak pernah akan mendatangkan kebahagiaan di dalam kehidupan seseorang. Ketiga, berhubungan dengan masalah sumpah (Matius 5:33-37). Tuhan Yesus memberikan pengajaran kepada para murid mengenai sumpah, supaya mereka berbicara apa yang perlu sesuai dengan kebenaran. Hill menyatakan: Jesus would abolish oaths altogether as being quite unnecessary for those who habitually speak the truth, as his disciples (and believers) are expected to do35. Bagaimanakah dengan kehidupan orang percaya masa kini? Seringkali orang percaqya juga terjebak di dalam bersumpah. Kadang-kadang bersumpah palsu. Menggunakan nama Allah di dalam bersumpah namun tidak menepati sumpahnya. Melalui pengajaran ini diharapkan orang-orang percaya masa kini dapat berbicara jujur di dalam hal yang benar. Kejujuran dan kebenaran menjadi dasar yang penting di dalam kehidupan orang percaya yang memahami pengajaran Tuhan Yesus, sehingga mereka tidak mudah untuk mengatakan sumpah, untuk meyakinkan seseorang mengenai suatu yang benar. Keempat, berhubungan dengan masalah pembalasan (Matius 5:38-42). Di dalam pengajaran ini Tuhan Yesus menegaskan mengenai membatasi diri dan menghindarkan dendam untuk tidak melakukan pembalasan. Karena pembalasan adalah hak Tuhan sebagai hakim yang adil (bnd. Roma 12:19). Para murid35

Hill, The Gospel of Matthew, p. 125

20

diharapkan dapat memahami tuntutan dari pengajaran Yesus ini, supaya mereka dapat menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan. Melalui bagian ini, para murid dituntut supaya mereka tidak mempertahankan harga diri mereka, tidak mempertahankan hak mereka dan mau menolong mereka yang membutuhkan Bagaimanakah dengan orang-orang percaya masa kini? Hal yang sama dituntut dari orang-orang percaya masa kini, bahwa mereka sebagai murid Kristus tidak mempertahankan harga diri mereka, tidak mempertahankan hak mereka, serta mau menolong (menyatakan kasih) walaupun mereka menerima penganiayaan dan mengalami kesukaran dari orang lain. Kelima, berhubungan dengan masalah mengasihi musuh (Matius 5:43-48). Di dalam bagin ini Tuhan Yesus mengajarkan suatu prinsip yang berbeda dari prinsip yang berlaku pada saat itu, yakni: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44). Orang-orang Farisi dan para Ahli Taurat menggunakan hukum ini untuk melegalkan pembalasan bagi para musuh-musuhnya, namun Tuhan Yesus memberikan pandangan yang baru yang menjelakan arti dan makna hukum itu sesungguhnya. Para murid diminta untuk mengekpresikan kasih yang sejati dari Allah, yang merupakan tanda dari anak-anak Bapa di Surga. Bagaimanakah dengan kita orang-orang percaya masa kini? Kita hidup di dalam zaman yang penuh gejolak. Orang-orang dunia tetap menggunakan prinsip yang sama sebagaimana yang digunakan oleh para orang Farisi dan Ahli Taurat. Mereka menggunakan hukum itu sebagai sarana untuk membalas kejahatan bagi orang-orang yang melakukannya. Namun kita yang hidup di dalam zaman ini adalah orang-orang Kristen yang membawa jati diri sebagai anak-anak Allah. Sudah sepatutnyalah kita mengikuti teladan dan pengajaran Kristus untuk Mengasihi musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena itu tanda kasih yang sejati. 21