POLICY MAKING
ABTRAKSI
Geoffrey Vickers (dalam Hayat,) berpendapat bahwa pembuatan kebijakan
secara rinci adalah ”sekumpulan hubungan atau norma dalam memerintah yang
biasanya disebut sebagai sekumpulan tujuan, sasaran yang ingin dicapai dan
hasil...”
Menurut Nigro dan Nigro faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
kebijakan :
● Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar
● Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi
● Adanya pengaruh dari kelompok luar
● Adanya pengaruh keadaan masa lalu
Public relations adalah keseluruhan kegiatan yang dijalankan oleh suatu
organisasi terhadap fihak-fihak lain dalam rangka pembinaan pengertian dan
memperoleh dukungan fihak lain itu demi tercapainya tujuan organisasi dengan
sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-
jelasnya dan sebaik-baiknya kepada fihak lain itu mengenai semua segi aktivitas
organisasi agar supaya fihak-fihak lain itu mempunyai gambaran yang tepat serta
pengertian yang benar tentang organisasi sehingga fihak-fihak lain itu dengan
sukarela memberikan dukungan terhadap organisasi serta kegiatan-kegiatannya.
Dalam pembuatan kebijakan diperlukan berbagai macam unsur pendukung
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Aktor pembuat kebijakan seperti para
administrator harus mempunyai jiwa kepemimpinan dan menjalin human relations
yang baik dalam suatu wadah organisasi. Dan para administrator harus
mementingkan kepentingan publik dalam menjalankan tugasnya. Sehingga jika
semua unsur itu digabung akan tercipta tujuan organisasi yang maksimal.
Oleh sebab itu, titik tolak dari semua pembahasan di atas tentang proses,
pola dan teknik pengambilan kebijakan adalah manusia, baik ia berperan sebagai
subyek maupun objek keputusan. Pendapat ini sesuai filsafat administrasi modern
yang mengatakan bahwa manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap
organisasi, apapun tujuannya, bagaimanapun strukturnya, dari betapa beraneka
ragampun kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakannya.
2
BAB I
PEMBAHASAN
Pengertian Kebijakan
Menurut Amara Raksasataya (dalam Islamy,2007: 17) : suatu taktik dan
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan mempunyai 3 elemen yaitu:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.
Geoffrey Vickers (dalam Hayat,) berpendapat bahwa pembuatan kebijakan secara
rinci adalah ”sekumpulan hubungan atau norma dalam memerintah yang biasanya
disebut sebagai sekumpulan tujuan, sasaran yang ingin dicapai dan hasil...”
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan :
Menurut Nigro dan Nigro faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
kebijakan :
● Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar
● Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme) dan nigro menyebutnya
sunk costs seperti kebiasaan investasi modal
● Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi
● Adanya pengaruh dari kelompok luar
● Adanya pengaruh keadaan masa lalu
Menurut Nigro dan Nigro kesalahan umum yang sering terjadi dalam proses
pembuatan keputusan :
● Cara berpikir yang sempit (cognitive nearsightedness)
● Adanya asumsi bahwa masa depan akan mengulangi masa lalu (assumption
that future will repeat past)
● Terlampau menyederhanakan sesuatu (over simplification)
● Terlampau menggantungkan pada pengalaman satu orang (overreliance on
one’s own experience)
3
● Keputusan-keputusan yang dilandasi oleh pra konsepsi pembuat keputusan
(preconceived nations)
● Tidak adanya keinginan untuk melakukan percobaan (unwillingness to
experiment)
● Keengganan untuk membuat keputusan (reluctance to decide)
Aktor-aktor Pembuat Kebijakan
Menurut Goerl memberikan gambaran tentang adanya tiga macam perbedaan
administrasi publik yaitu:
● Administrator publik sebagai birokrat mempunyai karakteristik sebagai
pelaksana kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh superior politiknya
(pembuat kebijaksanaan). Dengan demikian ia tidak memiliki peran politik,
tetapi semata-mata instrumental yang mempunyai tanggungjawab
administratif. Ia hanya pelaksana kepentingan publik dan bukan yang berperan
dalam menerjemahkan/merumuskan kepentingan publik tersebut.
● Administrator publik sebagai pemain politik dalam artian bahwa ia berusaha
bekerja untuk memuaskan kepentingan publik atas dasar nilai-nilai
kemanusiaan dan selalu mempertahankan kepentingan orang tidak punya.
Dengan demikian ia terlibat dalam proses perumusan kebijakan negara. Dan
dalam memainkan peran politiknya tersebut ia selalu disemangati dengan
kepentingan publik.
● Administrator publik sebagai profesional mempunyai pengertian bahwa ia
memiliki kemampuan teknis dalam menjalankan tugas-tugasnya dan selalu
berorientasi pada pemberian pelayanan yang baik yang baik pada masyarakat.
Sesuai dengan profesionalisme yang dimiliki ia berfungsi dan mempunyai
posisi sebagai perumus kebijaksanaan negara yang berorientasi pada
kepentingan publik. Peran administrasi publik sebagai profesional ini adalah
merupakan potret administrator publik yang benar-benar berfungsi sebagai
abdi masyarakat, dimana di dalam melayani kepentingan publik didasarkan
pada etika profesionalnya. Kalau kepentingan publik adalah sentral maka
menjadikan administrator publik sebagai profesional yang proaktif adalah
mutlak, yaitu administrator publik yang selalu berusaha meningkatkan
4
responsibilitas obyektif dan subyektifnya serta meningkatkan aktualisasi
dirinya.
Dalam proses kebijaksanaan, menurut Charles O. Jones (dalam Wahab,2008: 29-
32), sedikitnya ada empat tipe aktor yang terlibat yakni:
● Golongan Rasionalis
Ciri utama dari golongan ini adalah bahwa dalam melakukan pilihan
alternatif kebijaksanaan menempuh langkah-langkah:
1. mengidentifikasikan masalah
2. merumuskan tujuan dan menyusunnya dalam jenjang tertentu
3. mengidentifikasikan semua alternatif kebijaksanaan
4. meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari tiap alternatif
5. membandingkan akibat-akibat tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan
6. memilih alternatif terbaik
perilaku golongan aktor rasionalis ini identik dengan peran yang
dimainkan oleh para perencana dan analis kebijaksanaan yang professional
yang amat terlatih dalam menggunakan metode-metode rasional apabila
menghadapi masalah-masalah publik.
● Golongan Teknisi
Peran yang dimainkan dalam hubungan ini ialah sebagai seorang spesialis
atau ahli yang dibutuhkan tenaganya untuk menangani tugas-tugas tertentu.
Nilai-nilai yang diyakini adalah nilai-nilai yang berkaitan erat dengan latar
belakang keahlian profesional mereka. Tujuan yang ingin dicapai biasanya
ditetapkan oleh pihak lain, mungkin oleh satu di antara golongan aktor yang
telah disebutkan di atas, atau boleh jadi gabungan dari golongan-golongan
aktor tersebut. Golongan teknisi umumnya menunjukkan rasa antusiasme dan
rasa percaya diri yang tinggi apabila mereka diminta untuk bekerja dalam
batas-batas pendidikan dan keahliannya, namun cenderung enggan untuk
melakukan peran pertimbangan-pertimbangan yang amat luas melampaui
batas-batas keahliannya tersebut.
● Golongan Inkrementalis
Golongan ini pada umumnya meragukan bahwa sifat yang komprehensif
dan serba rasional itu merupakan sesuatu yang mungkin dalam dunia yang
5
amat penuh dengan ketidaksempurnaan ini. Golongan ini memandang tahap-
tahap perkembangan kebijaksanaan dan implementasinya sebagai suatu
rangkaian proses penyesuaian yang terus menerus terhadap hasil akhir dari
suatu tindakan. Dalam hubungan ini tujuan kebijaksanaan dianggap sebagai
konsekuensi dari adanya tuntutan-tuntutan, baik karena didorong kebutuhan
untuk melakukan sesuatu yang baru atau karena didorong kebutuhan untuk
menyesuaikan dengan apa yang sudah dikembangkan dalam teori.
● Golongan Reformis (Pembaharu)
Menurut Braybrooke dan Lindblom mengatakan bahwa hanyalah
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sebelumnya telah dikenal dan yang akibat-
akibatnya menimbulkan perubahan kecil pada apa yang sudah ada yang akan
dipertimbangkan.
2.4 Teori-teori Pembuatan Kebijakan
● Teori Rasional Komprehensif
Unsur-unsur utama dari teori ini adalah
1. pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai
masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
2. tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat
keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rankingnya sesuai dengan
urutan kepentingannya.
3. berbagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara
seksama.
4. akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif
yang dipilih diteliti.
5. setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat
diperbandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
6. pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang
dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah
digariskan.
Hasil dari proses tersebut adalah keputusan yang rasional, yakni suatu
keputusan yang dapat mencapai suatu tujuan yang paling efektif. Seorang ahli
6
ekonomi dan matematika charles lindblom secara tegas menyatakan bahwa
para pembuat keputusan itu sebetulnya tidaklah berhadapan dengan masalah-
masalah yang konkrit dan terumuskan dengan jelas. Kritik lain menyebutkan
bahwa teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional
pada diri pembuat keputusan. Biasanya diasumsikan bahwa seorang pembuat
keputusan akan memiliki cukup informasi mengenai berbagai alternatif yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dan selanjutnya ia akan sanggup
untuk meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif tersebur, di
samping sanggup untuk menyusun secara tepat suatu perbandingan biaya dan
manfaat dari alternatif-alternatif tersebut.
Untuk konteks negara-negara berkembang menurut R.S Milne (1972)
model ini jelas tidak akan mudah diterapkan. Sebabnya adalah informasi/data
statistik tidak memadai, tidak memadainya perangkat teori yang siap pakai
untuk kondisi-kondisi negara sedang berkembang, ekologi budaya dimana
sistem pembuatan keputusan itu beroperasi juga tidak mendukung birokrasi di
negara sedang berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup
memasok unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan.
● Teori Inkremental
Teori ini dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori
pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus
dipertimbangkan dan pada saat yang sama merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam
mengambil keputusan sehari-hari. Pokok-pokok teori inkremental sebagai
berikut:
1. pemilihan tujuan dan sasaran dan analisis tindakan empiris yang
diperlukan untuk mencapainya dipandang sesuatu hal yang saling terkait
daripada sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu
hal yang saling terpisah.
2. pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa
alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan
alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau
marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
7
3. bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja
yang akan dievaluasi.
4. masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan diredifinisikan
secara teratur.
5. bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap
masalah.
6. pembuatan keputusan yang inkremental pada hakekatnya bersifat
perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki
ketidaksempurnaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi masalah
sosial yang ada sekarang daripada sebgai upaya untuk menyodorkan
tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa sekarang.
Lindblom yakin bahwa paham inkremental ini merupakan ciri khas proses
pembuatan keputusan dalam masyarakat yang strukturnya majemuk, seperti
amerika serikat. Tambahan pula, orang pada dasarnya bersikap pragmatis,
yakni tidak selalu berusaha menemukan satu-satunya cara yang terbaik untuk
mengatasi masalah, melainkan selalu berusaha menemukan cara pemecahan
masalah yang sekiranya dapat dilaksanakan. Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa pandangan inkremental adalah model pembuatan keputusan yang
membuahkan hasil yang terbatas, praktis dan dapat diterima.
● Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni
menyodorkan konsepsi mixed scanning (pengamatan terpadu) sebagai suatu
pendekatan untuk pengambilan keputusan, yang memperhitungkan baik
keputusan-keputusan yang bersifat fundamental maupun keputusan-keputusan
yang bersifat inkremental dan memberikan urutan teratas bagi proses
pembuatan kebijaksanaan fundamental yang memberikan arahan dasar dan…..
proses-proses pembuatan kebijaksanaan inkremental yang melapangkan jalan
bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan ini
tercapai.
Model pengamatan terpadu ini, menurut Etzioni akan memungkinkan para
pembuat keputusan untuk memanfaatkan baik teori rasional komprehensif
maupun teori inkremental pada situasi yang berbada-beda. Dengan demikian,
8
model pengamatan terpadu ini pada hakekatnya merupakan pendekatan
kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif
dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
Titik tolak dari semua pembahasan tentang proses, pola dan teknik
pengambilan keputusan adalah manusia, baik ia berperan selaku subjek
(pengambilan) keputusan selaku objek (pelaksana) keputusan. Pendapat ini
memang sesuai dengan filsafat administrasi modern yang mengatakan bahwa
manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap organisasi, apapun tujuannya,
bagaimanapun strukturnya, dari betapa beraneka ragampun kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakannya.
Contoh : Bagan proses pembuatan kebijakan menurut wiliam dunn.
Sumber : (Wiliam dum dalam kencana,2006,115)
9
Policy Performance
Evaluating forecasting
Problem strukture
Policy problemProblem strukture
Policy outcomes Problem strukture
Policy futures
Problem strukture
monitoring recomendation
Policy action
1. policy performance
yaitu kinerja kebijakan
2. Policy features
yaitu masa depan kebijakan
3. Policy actions
yaitu tindakan kebijakan
4. Policy Outcomes
yaitu hasil kebijakan
5. Forecasting yaitu
Ramalan perkiraan
6. Recommendation
yaitu legitimasi kebijakan
7. Monitoring
yaitu Pemantauan
8. Evaluating
yaitu penilaian Baik buruk.
Maksud dari gambar diatas adalah Tampak bahwa sebelum menentukan
apa masalah masalah kebijakan perlu ditentukan atruktur wujudnya, sebelum
menentukan kebijakan yang akan dibuat perlu pernyataan persetujuan dari yang
berwenang, sebelum itu berakibat perlu persiapan antisipatif,dan sebelum
kebijakan itu ditampilkan perlu nilai baik buruknya ( Kencana, 2006, 115)
Pada intinya suatu kebijakan akan diimplementasikan oleh unit unit
administrative tertentu dengan memobilisasi dana dan suberdaya yang ada setelah
melalui adopsi kebijakan yang merupakan tahapan dimana ditentukan pilihan
1
kebijakan melalui dukungan administrator dan legislatif. Tahap ini ditentukan
setelah melalui suatu proses rekomendasi ( Keban, 2008 ; 67 )
Pengertian human relation
Menurut Siagian (1985 : 91) human relation adalah keseluruhan hubungan
baik yang formal maupun yang informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam
suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta suatu teamwork yang intim
dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dilakukan.
Prinsip-prinsip human relation :
● Harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan-tujuan individu
di dalam organisasi tersebut
● Suasana kerja yang menyenangkan
● Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja
● Manusia bawahan bukan mesin
● Kembangkan kemampuan bawahan sampai tingkat yang maksimal
● Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan
● Pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik
● Alat perlengkapan yang cukup
● The right man in the right place
● Balas jasa harus setimpal dengan jasa yang diberikan
●
Peranan public relations dalam proses administrasi
Public relations adalah keseluruhan kegiatan yang dijalankan oleh suatu
organisasi terhadap fihak-fihak lain dalam rangka pembinaan pengertian dan
memperoleh dukungan fihak lain itu demi tercapainya tujuan organisasi dengan
sebaik-baiknya. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-
jelasnya dan sebaik-baiknya kepada fihak lain itu mengenai semua segi aktivitas
organisasi agar supaya fihak-fihak lain itu mempunyai gambaran yang tepat serta
pengertian yang benar tentang organisasi sehingga fihak-fihak lain itu dengan
sukarela memberikan dukungan terhadap organisasi serta kegiatan-kegiatannya.
Kegiatan-kegiatan public relations dapat digolongkan menjadi:
● Public relations yang formal
1
Golongan kegiatan-kegiatan inilah yang dijalankan oleh pimpinan suatu
organisasi yang dalam prakteknya sehari-hari pelaksanaannya diserahkan
kepada biro/bagian/seksi public relations
● Public relations yang informal
Jika kegiatan-kegiatan public relations hanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan
formal saja, maka sangat disangsikan apakah masyarakat dan fihak-fihak luar
lainnya sungguh-sumgguh memperoleh gambaran yang setepat-tepatnya
mengenai aktivitas-aktivitas organisasi.
Syarat-syarat seorang pejabat public relations:
● Pejabat tersebut harus mengetahui dengan jelas tujuan organisasi
● Mengetahui dengan jelas kebijaksanaan pimpinan organisasi
● Ia harus mengetahui dengan jelas latar belakang perumusan kebijaksanaan
yang telah selesai dirumuskan
● Ia harus memahami dengan mendalam filsafat administrasi yang dianut oleh
pimpinan organisasi
● Menguasai secara mendalam sistem, prosedur dan metode kerja dari setiap
unit pada organisasi
● Harus dapat berkomunikasi dengan fihak luar, baik secara tertulis maupun
lisan
● Harus sabar dan tabah menghadapi fihak luar, terutama fihak-fihak yang
bersifat antagonis
● Mempunyai kepribadian yang menarik
Jadi, untuk mempermudah proses pencapaian tujuan, hubungan-hubungan
yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern harus diciptakan, dikembangkan
dan dibina.
Perencanaan
Fungsi perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tiga cara. Cara-cara
itu ialah :
● Mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang baik. Ciri-ciri itu
adalah
1
1. rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami
tujuan organisasi
3. rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mendalami
teknik-teknik perencanaan
4. rencana harus disertai oleh suatu perincian yang teliti
5. rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksanaan
6. rencana harus bersifat sederhana
7. rencana harus luwes
8. di dalam rencana terdapat tempat pengambilan resiko
9. rencana harus bersifat praktis (pragmatis)
10. rencana harus merupakan forecasting
● memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian perencanaan yang
harus dijawab dengan memuaskan.
● Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus
dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Pembuatan suatu
rencana dapat dipandang sebagai masalah yang harus terpecahkan dengan
sistematis, serta didasarkan kepada tujuh langkah tertentu yaitu :
a) Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi.
b) Kumpulkan data-data
c) Penganalisaan data-data
d) Penetuan beberapa alternatif
e) Memilih cara yang kelihatannya terbaik
f) Pelaksanaan
g) Penilaian hasil yang dicapai
1
BAB IIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan kebijakan diperlukan berbagai macam unsur pendukung
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Aktor pembuat kebijakan seperti para
administrator harus mempunyai jiwa kepemimpinan dan menjalin human relations
yang baik dalam suatu wadah organisasi. Dan para administrator harus
mementingkan kepentingan publik dalam menjalankan tugasnya. Sehingga jika
semua unsur itu digabung akan tercipta tujuan organisasi yang maksimal.
Oleh sebab itu, titik tolak dari semua pembahasan di atas tentang proses,
pola dan teknik pengambilan kebijakan adalah manusia, baik ia berperan sebagai
subyek maupun objek keputusan. Pendapat ini sesuai filsafat administrasi modern
yang mengatakan bahwa manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap
organisasi, apapun tujuannya, bagaimanapun strukturnya, dari betapa beraneka
ragampun kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakannya.
3.2 SARAN
● Bagi para pemimpin hendaknya mementingkan kepentingan publik karena
itu merupakan tugasnya
● Bagi para bawahan hendaknya selalu mempunyai sifat kreatif untuk
menunjukkan keahliannya dan tidak selalu tergantung pada atasan
1
DAFTAR PUSTAKA
Hayat, Ainul.2005.Philosophy of administration.Malang:PT Bumi Aksara
Islamy, M Irfan.2007. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Keban, Yeremias. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Yogyakarta
: Gava media.
Santoso,Slamet.2007.Kelompok Filsuf dalam Analisis Kebijakan, (online),
(http://www.kompas.com), diakses 28 Maret 2009
Siagian, Sondang P.1985.Filsafat Administrasi.Jakarta: PT Gunung Agung.
Syafiie Kencana, Inu. 2006. Ilmu administrasi Publik, Jakarta: Rineka Cipta.
Wahab, Solichin Abdul.2008.Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara.Jakarta: PT Bumi Aksara.
1
Recommended