GANGGUAN SIKLUS HAID
Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSU Haji Mina
Medan
Disusun oleh:
Muhammad Natsir Ilvira
1008260053
Pembimbing:
dr. Ahmad Khuwailid, Sp. OG
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSU HAJI MINA MEDAN
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Ahmad Khuwailid, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyelesaian tugas ini
serta kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Semoga paper ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatan
kebidanan dan kandungan, pada kesempatan ini penulis membahas materi dengan
judul ”GANGGUAN SIKLUS HAID”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga
bermanfaat.
Medan, November 2014
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah yang paling banyak berkaitan dengan siklus menstruasi, yakni
infertilitas, kehamilan yang tidak di inginkan, akibat jangka panjang
trauma lahir, dan kesulitan Selama periode klimakterium dan periode
pasca klimakterik, yang terkait dengan perubahan normal dengan sistem
reproduksi. Pada makalah ini akan membahas kelainan menstruasi yang
normal terjadi maupun yang abnormal dan disertai dengan penanganan.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar pembaca mengetahui apa saja
kelainan pada menstruasi maupun pada siklus menstruasi dan bagaimana
cara penanganannya.
3
BAB 2
GANGGUAN SIKLUS HAID
Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan
alat genetalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata
rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Oleh karena itu gangguan haid dan
gangguan siklus haid dapat terjadi dari kelainan 2 faktor tersebut. Beberapa
bentuk kelainan haid dan siklus haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
2.1 Kelainan tentang banyak dan lama pendarahan
Hipermenorea (menoragia)
Jadwal siklus haid tetap , tetapi kelainan terletak pada jumlah
pendarahan lebih banyak dan dapat disertai gumpalan darah dan
lamanya pendarahan lebih dari 8 hari. Terjadinya hipermenorea
berkaitan dengan kelainan pada rahim,yaitu mioma uteri, polip
endomentrium, dan gangguan perlepasan endomentrium.
Penyebab:
Hypopasia uteri
Menurut beratnya hypopsia dapat mengakibatkan:
- Amenorrhoe (uterus sangat kecil)
- Hypermenorrhoe
- Menorrhagia karena tonus otot rahim kurang
Ashteni
Menoragia terjadi karena tonus otot kurang
Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena
terlalu lelah juga kerena tonus otot kurang
Myoma uteri
Disebabkan oleh:
- Kontraksi otot rahim kurang
- Cavum uteri luas
- Bendungan pembuluh darah balik
Hypertensi
4
Decompensatio cordis
Infeksi : endomentritis, salpingitis
Retrofleksio uteri
Karena bendungan darah balik
Penyakit darah : hemofili.
Keadaan psikologinya adalah stress dan penggunaan obat-
obatan terlarang
Menghadapi keadaan tersebut bidan dapat meakukan di
antaranya :
Memberikan pengobatan engometrin tablet /suntikan
KIEM agar melanjutkan pemeriksaan
Melakukan konsultasi ke dokter puskesmas, merujuk
penderita ke dokter ahli kandungan, merujuk penderita ke
rumah sakit
Pemeriksaan laboratorium hematinalkalin
Pemeriksaan laboratorium hemoglobin dan hematokrit
Hipomenorea
Siklus menstruasi (haid) tetap tetapi lama pendarahan memendek
kurang dari 3 hari. Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan
endomentrium kurang karena keadaan gizi penderita rendah,
penyakit menahun, dan gangguan hormonal. Menghadapi keadaan
demikian, bidan dapat melakukan konsultasi ke puskesmas atau
merujuk ke dokter ahli.
2.2 Kelainan siklus haid
Polimenorea
Terdapat siklus menstruasi yang memendek dari biasanya yaitu
kurang dari 21 hari, sedangkan jumlah pendarahan relatif tetap.
Polimenorea merupakan gangguan hormonal denagn umur korpus
luteum memendek, sehingga siklus menstruasi pun lebih pendek.
Ada 2 macam polimenorea:
1) Siklus pendek tapi teratur, kemungkinannya:
- Stadium proliferasi pendek
5
- Stadium sekresi pendek
- Kedua siklus pendek
Yang paling sering di jumpai adalah pemendekan siklus
proliferasi. Kalau siklus lebih pendek dari 21 hari maka
kemungkinan besar stadium sekresinya pendek. Hal ini
menyebabkan infertilitas.
2) Siklus yang tadinya normal jadi pendek
Gejalanya disebabkan oleh emendekan stadiu sekresi karena
corpus luteum cepat mati. Ini sering terjadi karena disfungsi
ovarium pada:
-klimeterium
-pubertas
-penyakit (tbc)
Penanganan : stadium proliferasi data di perpanjang dengan
esterogen dan stadium sekresi dengan kombinasi esterogen dan
progesterone.
Oligomenorea
Siklus memanjang menjadi 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan
tetap sama. Oligomenorea disebabkan oleh gangguan hormonal.
Bila oligomenorea berkelanjutan selama 3 bulan berturut-turut di
sebut amenorea. Oligomenorea yang menetap dapat terjadi akibat
dari:
- Perpanjangan stadium folikuler
- Perpanjangan stadium luteal
- Kedua stadium mengalamiperpanjangan
Kalau siklus menjadi panjang maka dapat di sebabkan:
- pengaruh psikis
- pengaruh penyakit : tbc.
Pada umumnya oligomenore yang ovulatoar tidak memerlukan
terapi. kalau mendekati amenorrea maka dapat diusahakan
6
mengadakan ovulasi. Penanganan untuk haid yang datang tidak
teratur atau oligomenore tergantung dari penyebabnya. Pada
remaja & wanita yang memasuki usia menopause biasanya tidak
memerlukan terapi apapun, karena hal tersebut akan hilang dengan
sendirinya. Untuk atlet wanita, perubahan rutinitas latihan &
kebiasaan makan cukup dapat mengembalikan siklus menstruasi
menjadi kembali normal.
Kebanyakan pasien yang mengalami oligomenore diterapi dengan
menggunakan pil KB. Ketika oligomenore terjadi karena kelainan
pola makan atau seperti pada “the female athlete triad”, maka
penyebab utama masalahnya harus ditangani terlebih dahulu.
Konsultasikan dengan psychiatrist dan nutritionist untuk mengatasi
masalah kebiasaan makan. Pada atlet wanita dapat juga
membutuhkan terapi fisik ataupun rehabilitasi.
Selain itu ada juga beberapa faktor yang dapat menyebabkan haid
menjadi tidak teratur pada wanita, yaitu:
Stres emosional.
Sakit kronis.
Nutrisi yang kurang.
Adanya kelainan makan seperti pada penderita anorexia
nervosa.
Latihan fisik yang berlebih.
Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran
hormon estrogen.
Penggunaan terlarang obat anabolik steroid untuk
mendongkrak kemampuan atletis.
Para wanita penari balet profesional, pesenam & pemain ice
skating, mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami
oligomenore, karena mereka mengkombinasikan latihan
7
fisik yang berat dengan diet ketat untuk menjaga supaya
berat tubuhnya tidak naik.
Gejala dari oligomenore meliputi:
Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali.
Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.
Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang
juga mengalami kesulitan untuk hamil.
Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan
karena kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari
& indung telur. Hipotalamus merupakan bagian otak yang
mengatur suhu tubuh, metabolisme sel & fungsi dasar seperti
makan, tidur & reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran
hormon yang mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari
akan merangsang produksi hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan & reproduksi. Pada awal & akhir masa reproduksi
wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang
tersinkronisasi, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang
tidak teratur.
Amenorea
Amenroea adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan
beturut-turut. Terdapat 2 bentuk amenorea, yaitu:
1) Amenorea primer: bila tidak datang bulan sejak bayi
sampai mencapai umur 18 tahun atau lebih
2) Amenorea sekunder: pernah mendapat haid tapi berhenti
berturut-turut sela 3 bulan
Tanda dan gejala dari amenore yaitu :
Tidak mengalami menstruasi saat tiba waktu
menstruasi
8
Menstruasi tidak teratur dan siklusnya tidak seperti
biasanya
Penyebab amenorea cukup yang banyak berkaitan dengan:
1) Keadaan fisiologis
Sebelum menarche
Hamil dan laktasi amenorea
Menopause
2) Gangguan pada aksis hipotamus-hipofisis- ovarium
pada
Ovarium
Hipofisis
hipotalamus
3) Kelainan congenital
4) Ganggun sistem hormonal
Menstruasi merupakan hasil kerjasama kelenjar
endokrin yang kompleks. Karena itu bila terjadi
gangguan system hormonal dapat teradi amenorea.
Dalam menghadapi keadaan amenorea, kecuali fisiologis, sebaiknya bidan
melakukan konsultasi dan merujuk penderita sehingga mendapatkan pemeriksaan
dan pengobatan yang adekuat.
Cara penanganan amenore :
Dengan memulai tindakan yag dikenal dengan
progesterone challenge. Tujuannya untuk mengkaji
adanya estrogen endogen, yang diperlukan untuk
perkembangan jaringan endometrium yang sehat, dan
untuk mengkaji kepatenan saluran keluar genital(uterus
dan vagina).
Komplikasi pada amenore :
9
Setelah 2 hari terapi selesai, dapat terjadi perdarahan
sehingga estrogen endrogen dan kepatenan saluran
keluar.
Keadaan psikologi pada wanita yang terjadi amenore adalah stress dan
kadang berfikir negative tentang apa yang telah menimpanya.
2.3 Pendarahan diluar haid:
Metroragia
Metrorargia merupakan pendarahan yang terjadi di luar haid
dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genitalia.
Pengobatan dengan cara memberikan antibiotic .
Penyebab dari metroragi adalah
Penggunaan kontrasepsi farmasi atau terapi hormon
Efek samping dari obat-obatan
Kelainan aksis HPO
Perdarahan bukan haid
Perdarahan bukan haid digolongkan sebagai pendarahan yang tidak
ada hubungannya dengan haid dan dapat disebabkan kelainan
organic dan kelainan hormonal.
Bentuk pendarahan bukan haid dapat berupa kontk berdarah,
spotting di luar haid, pendarahan disfungsional.
1) Penyebab organic pendarahan bukan haid
Vagina : varises pecah, metastase-korio karsinoma,
keganasan vagina.
Serviks : karsinoma portio,perlukaan serviks, polip
serviks
Rahim : polip endomentrium, karsinoma korpus
uteri, submukosa mioma uteri
Tuba falopii : karsinoma tuba, hamil ektopik tuba.
Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium
2) Penyebab pendarahan disfungsional
10
Pendarahan disfungsional adalah pendarahan tanpa di
jumpai kelainan organik alat genetalia, tapi gangguan mata
rantai hormonl aksis
hipotalamus-hipofisis dan ovarium. Pendarahan
disfungsional mempunyai 2 bentuk:
Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovutatior
disfungtional bleeding)
Perdaraha disfugsional tanpa ovulasi (anovutatior
disfungtional bleeding)
2.4 Keadaan lain yang berkaitan dengan haid
Ketegangan pra-haid
Keluhan pre-menstruasi terjadi sekitar beberapa hari sebelum
bahkan sampai saat menstruasi berlangsung. Gejala ini di jumpai
pada wanita umur 30-45 tahun. Penyebab yang jelas tidak di
ketahui tetapi terdapat dugaan bahwa ketidakseimbangan hormone
esterogen dan progesteron. Dikemukakan bahwa dominasi
“estrogen” merupakan penyebab dengan defisiensi fase luteal dan
kekurangan produksi progesterone.akibat dominasi esterogen
terjadi retensi air dan garam, dan edema pada beberapa tempat.
Gejala kliniknya dalam bentuk:
Gangguan emosionl-mudah tersinggung
Sukar tidur, gelisah, sakit kepala
Perut kembung, mual, sampai muntah
Payudara terasa tegang dan sakit
Pada kasus yang lebih berat sering merasa tertekan
Dalam menghadapi ketegangan pre-menstrusi,
penangananya yaitu dengan
Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol);
mengurangi stress; konsumsi antidepressan bila perlu; menekan
fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin; konsultasi
dengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
11
Mastodinia
Rasa tegang dan nyeri pada payudara menjelang haid disebut
matodinia atau mastalgia. Mastalgia di sebabkan dominasi
hormone esterogen, sehingga terjadi retensi air dan garam disertai
hiperemia di daerah payudara. Segera setelah menstruasi, mastalgia
akan hilang dengan sendirinya.
Pendarahan ovulasi (mittelschmer)
Dengan kesibukannya wanita jarang merasakan terjadi rasa nyeri
ketika ovulasi (pelpasan ovum) yang dapat berlangsung beberapa
jam atau beberapa hari pada pertengahan siklus menstruasi di sebut
mittelschmer. Mittelschmer penting di perhatikan agar dapat
menasehati mereka yang infertilitas agar mempergunakannya
untuk kehamilan. Kadang-kadang mittelschmer di ikuti oleh
perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis
seperti hamil ektopik yang pecah.
Dismenorea
Merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang menggangu kehidupan
sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan
pemeriksaan ke bidan, dokter atau puskesmas.
Tanda dan gejala pada wanita yang dismenore adalah nyeri
perut bagian bawah serta punggung terasa seperti kram.
Di kenal 2 bentuk dismenorea, yaitu:
1) Dismenorea primer : tidak terdapat kelainan organ
di mana rahim dalam batas normal.
2) Dismenorea sekunder : bila terjadi kelainan organic
seperti mioma, polip endomentrium, dan
endometriosis.
Gejala klinis dismenorea:
Nyeri abdomen bagian bawah
Menjalar ke daerah pinggang dan paha
12
Di serti keluhan mual muntah; saki kepala;diare;
mudah tersinggung
Cara penanganan dari dismenorea adalah :
Menggunakan metode akupuntur
Teknik relaksasi
Masase
Olah raga
Aromaterapi
2.5 Masalah menopause
Sebagian besar wanita telah siap menghadapi mati haid, karena itu
dapat melewati dengan tenang dan aman. Hanya sekitar 25%
wanita yang memerlukan pertolongan medis untuk menghadapi
masalah klimaktarium dengan tambahan terapi hormonal.
Konsep pengobatan hormonal berpegang atas dasar :
1) Pemberian hormone pengganti dengan dosis yang rendah.
2) Mengurangi rangsangan terus-menerus hormone esterogen.
3) Perlu membebaskan rangsangan esterogen dengan jalan:
Memberikan selingan homon progesterone, profertil,
mestronal
Membebaskan pembeian esterogen 1-2 minggu
Klimakterium merupakan peralihan dari masa reproduksi aktif
menjadi senium, di mana terdapat keseimbangan baru hormonal
sehingga tidak terjadi geggun vgetatif maupun gangguan psikologi.
Dengn demikian masa klimkterium dapat di bagi :
1) Pre-menopause
Penurunan tajam esterogen
Meningkatnya hormone gonadotropin
13
Gangguan keseimbangan hormone : menstruasi tidk
teratur, menstruasi anovulatoir (haid tanpa paksaan
ovulasi), hanya terdapat rangsangan esterogen.
Menimbulkan gejala klinis : psokologis (takut tua; takut
tidak menarik; emosi labil, cepat marah;sering bersedih;
sukar tidur) dan kardiovaskular (hot flushes, terasa
panas pada pipi, muka, dan tengkuk;sering brdebar-
debar;kulit terasa kering-panas)
2) Menopause
Haid terakhir atau saat menstruasi terakhir
Tenggang waktu sekitar 1-2 bulan
3) Pascamenopause
Masih terjadi kegoncangan hormonal
Masih ada gejala klinik berkelanjutan dari pre-
menopause
4) Senium
Keadaan kesimbangan hormonal tercapai sehingga
wanita tidk mengaami kegoncangan psikologi
Gangguan organic dapat trjadi kulit tersa kering, epitel
vagina tipis yang menimbulkan dispareunia, mudah
infeksi sistitis senilis dan vaginitis senilis.
Tulang mengalami osteoporosis sehingga mudah patah
Proses klimakterium dapat menimbulkan bebrapa perubahan, yaitu:
1) Gangguan jadwal menopause
a. Menopause premature
Terhentinya haid pada umur 40 tahun
Terjadinya gejala pre-menopause seperti hot
flushes, kenaikan gondotropin.
b. Menopause terlambat
Berhentinya haid setelah umur 55 tahun
Terdapat gejala menopause
14
2) Kelainan organic pada masa menopause
Dengan rangsangan esterogen terus-menerus tanpa selingan
progesterone memberikan peluang terjadinya kedaan patologis
organ tujuan esterogen dalam bentuk:
a. Perdarahan disfungsional meningkat
b. Terjadinya perubahan alat genetalia menjadi tumor
jinak;mioma uteri;polip endometrial, polip servikal
c. Karsinoma korpus uteri
d. Keganasan payudara
Bagaimana bidan menghadapi masalah klimakterium di tengah
masyarakat. Seperti di kemukakan bahwa sekitar 25% wanita
mengeluh karene terjadi penurunan esterogen tubuh dan meerlukan
tambahan hormone sebagai substitusi. Pemberian substitusi
hormone tanpa di ikuti pengawasan ketat adalah berbahaya, keren
itu bidan bias mengambil langkah:
1) Meakukan KIEM sehingga wanita dengan keluhan menopause
dapat memerikasakan dirinya ke dokter pusesmas
2) Bidan berkonsutasi ke dokter puskesmas atau dokter ahli
3) Setelah pengobatan, bidan melakukan pengawasan
4) Merujuk penderita ke rumah sakit
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada banyak kelainan menstruasi di antaranya:
1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
- Hipermenorea : Jadwal siklus haid tetap , tetapi kelainan
terletak pada jumlah pendarahan lebih banyak dan dapat
disertai gumpalan darah dan lamanya pendarahan lebih dari
8 hari.
- Hipomenorea : Siklus menstrualsi (haid) tetap tetapi lama pendarahan memendek kurang dari 3 hari.
2. Kelainan siklus haid
- Polimenorea : Terdapat siklus menstruasi yang memendek dari biasanya yaiutu kurng dari 21 hari,.
- Oligomenorea : Siklus memnjang menjadi 35 hari, sedangkan jumlah pendarahan tetap sama.
- Amenorea : keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan beturut-turut.
3. Perdarahan di luar haid
- metroragia : pendarahan yang terjadi di luar haid dengan
penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ genitalia.
4. Kelainan lain yang berkaitan dengan haid
- Ketegangan pra-menstruasi
- Mastodinia : Rasa tegang dan nyeri pada payudara menjelang haid
- Perdarahan ovulasi
- Dismenorea : Merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang
menggangu kehidupn sehari-hari wanita dan mendorong
16
penderita untuk melakukan pemeriksaan ke bidan, dokter
atau puskesmas.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Bisa menambah ilmu
pengetahuan tentang kelainan pada menstruasi dan penanganannya. Jika ada
keadaan abnormal terjadi di anjurkan untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Sastrawinata, Sulaiman. 1980. Ginekologi. Bandung: ELSTAR OFFSET
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
18
LAPORAN KASUS
MYOMA UTERI
I. IDENTITAS
Nama : Ny. L
Usia : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Alamat : Jln. Pukat banting, Medan Tembung
Nama Suami : Tn. K
Usia : 42 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Pukat banting, Medan Tembung
MRS : 16/10/2014
Pukul : 13.10 WIB
II. ANAMNESA
19
Ny.S, 42 tahun, P1A0, i/d Tn.R, 42 tahun datang ke RS Haji Medan pada
tanggal 16/10/2014 pukul 13.10 WIB dengan :
KU : Perut bagian bawah terasa ada benjolan
Telaah :
Pasien merupakan pasien kiriman dari poli kebidanan RS Haji Medan dengan
diagnosa mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan diperut bagian
bawah yang tidak nyeri sejak ± 1 – 2 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
keluar darah pervaginam yang banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terakhir
dan nyeri selama menstruasi. Darah yang keluar bergumpal dan haid yang
dialami lama, lebih dari 7 hari. Pasien juga mengaku haidnya teratur. Pasien
juga mengeluh susah BAK. Riwayat dikusuk(-), riwayat campur berdarah (-),
keputihan (-) , BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Asma(-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti
pasien. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Haid :
Menarche usia 13 tahun
Siklus haid teratur
Lama haid 5-7 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut
Dismenorea (+)
Riwayat Perkawinan : suami ke 1, menikah 1x usia 25 tahun
Riwayat Kontrasepsi : -
Riwayat persalinan :
20
1. Anak laki-laki, premature, BBL 1.900 gram, cara Persalinan Spontan
Pervaginam, ditolong oleh bidan, umur sekarang 15 tahun, hidup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status PresentSens : CM Anemis : (-/-)
TD : 120/70 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 88 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50 C Oedem : (-)
TB : 157 cm BB : 65 kg
B. Status Generalisata
Kepala : Dalam Batas Normal
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
Leher : KGB tidak teraba, TVJ normal
Thorax : Cor : Bunyi Jantung normal, reguler,Bunyi Jantung Tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N, teraba massa padat, immobile,
kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-), dengan ukuran benjolan sebesar
kepalan tangan orang dewasa, dengan pole 1 jari dibawah pusat, pole
bawah setentang simphisis pubis .
Ekstremitas: Akral hangat (-), edema (-/-)
IV. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan Inspekulo :
Portio : tampak licin, erosi (-), darah (-), keputihan (-), flour albus (-), massa
(-)
Vagina : dinding vagina normal, tanda – tanda peradangan (-), sekret (-),
massa (-)
21
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Uterus : uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba
massa sebesar kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan
rata, immobile.
Parametrium : parametrium kanan dan kiri lemas, tidak teraba
massa.
Adnexa : adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.
Cavum douglas : tidak menonjol
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Uterus antefleksi dengan ukuran lebih besar dari biasa
Tampak gambaran echoic seperti kumparan
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
VI. DIAGNOSA
Mioma uteri
VII. RENCANA TINDAKAN
Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
Cek Darah rutin, fungsi ginjal, fungsi hepar dan gula darah, foto
thorax, EKG
Lakukan tindakan TAH-BSO pada tanggal 18 Oktober 2014
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 Oktober 2014
Hematologi Nilai Rujukan
Hb : 15,0 g% 12-16 g/dL
Eritrosit : 3,6.10^6 3,9-5,6^6
Ht : 42,7% 36-47 %
Trombosit : 217.000/uL 150.000-450.000/ uL
MCV : 90,1 fL 80-96 fL
22
MCH : 31,6 pg 27-31 pg
MCHC : 35,1% 30-34 %
LED : 42 mm/jam 0-20 mm/jam
KGDS : 97 mg/dL <140 mg/dL
Fungsi Hepar Nilai rujukan
Alkali phospate : 210 mg/dL 15-70 mg/dL
Bilirubin total : 0,70 mg/dL 0,3-1 mg/dL
Bilirubin direct : 0,25 mg/dL <0,25 mg/dL
SGOT : 18 U/I <40 U/I
SGPT : 20 U/I <40 U/I
Fungsi Ginjal
Ureum : 31 mg/dL 20-40 g/dL
Creatinin : 0,19 mg/dL 0,6-1 g/dL
Foto Thorax : Dalam Batas Normal
EKG : Dalam Batas Normal
VIII. LAPORAN OPERASI
Operator: Dr. Muslich P, SpOG
- Tanggal: 18/10/2014
- Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.
- Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic
kemudian abdomen ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
- Dilakukan insisi pfanenstel mulai dari kutis, sub kutis, fascia digunting
kekanan dan kekiri, otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum dijepit
23
dengan pinset anatomis dan di insisi kemudian dilebarkan keatas dan
kebawah, evaluasi cavum abdomen tampak uterus lebih besar dari biasa.
- Kemudian diputuskan untuk dilakukan TAH BSO, ligamentum rotundum
dicleim dan digunting, kemudian diikat, identifikasi ligamentum
infundibulo pelvikum dikleim, diinsisi dan diikat.
- Kedua arteri uterine dikleim dan di insisi dengan electrocauter dan dijahit.
Ligamentum sacrouterina dkleim dan di insisi dengan electrocauter
kemudian diikat, evaluasi perdarahan.
- Puncak vagina dijahit dengan vicryl no. 1 dan evaluasi perdarahan
- Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum abdomen
ditutup lapis demi lapis.
- KU ibu post TAH + BSO stabil
IX. POST OPERASI
Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH) + BSO
Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan laboratorium post-operatif
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
Injeksi As. Traneksamat/12 jam
Injeksi Metronidazol/12 jam
Observasi tanda vital dan keluhan pasien
Follow up tanggal 19/10/2014
S : nyeri luka operasi
O : sens : compos mentis anemis : -/-
TD : 120/60 mmHg ikterik : -/-
24
HR : 73 x/I sianosis : -
RR : 20 x/I dyspnoe : -
T : 370C oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)
P/V : (-)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAB : (-)
BAK : (+) via kateter 400 cc
Flatus : (+)
Diagnosa : Post TAH + BSO a/i mioma uteri + H1
Terapi : -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
Follow up tanggal 20/10/2014
S : nyeri luka operasi
O : sens : compos mentis anemis : -/-
TD : 110/80 mmHg ikterik : -/-
HR : 80 x/i sianosis : -
RR : 20 x/i dyspnoe : -
T : 36,50C oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)
P/V : (-)
L/O : tertutup verban, kesan kering
25
BAB : (-)
BAK : (+) via kateter 500 cc
Flatus : (+)
Diagnosa : Post TAH + BSO a/i mioma uteri + H2
Terapi : -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/12jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/12jam
-Injeksi As.Traneksamat /12 jam
Follow up tanggal 21/10/2014
S : -
O : sens : compos mentis anemis : -
TD : 110/70 mmHg ikterik : -/-
HR : 80 x/i sianosis : -
RR : 20 x/i dyspnoe : -
T : 36,50C oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)
P/V : (-)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAB : (-)
BAK : (+) via kateter 850 cc
Flatus : (+)
Diagnosa : Post TAH + BSO a/i mioma uteri + H3
26
Terapi :-IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/8 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
R/Aff kateter
Follow up tanggal 22/10/2014
S : -
O : sens : compos mentis anemis : -/-
TD : 100/80 mmHg ikterik : -/-
HR : 96 x/i sianosis : -
RR : 20 x/i dyspnoe : -
T : 36,50C oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)
P/V : (-)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAB : (+)
BAK : (+)
Flatus : (+)
Diagnosa : Post TAH + BSO a/i mioma uteri + H4
Terapi :-IVFD RL 20 gtt/i
-Cefadroxil 2x500mg
-Asam mefenamat 3x500mg
27
R/ Aff Infus
Follow up tanggal 23/10/2014
S : -
O : sens : compos mentis anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg ikterik : -/-
HR : 96 x/i sianosis : -
RR : 20 x/i dyspnoe : -
T : 36,30C oedem : -
SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)
P/V : (-)
L/O : tertutup verban, kesan kering
BAB : (+)
BAK : (+)
Flatus : (+)
Diagnosa : Post TAH + BSO a/i mioma uteri + H5
Terapi : -Cefadroxil 2x500mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Grahabion 2x1
R/ PBJ tanggal 23 Oktober 2014
28
29
Recommended