Transcript
Page 1: Patofisiologi  Endocrine System

Endocrine System

By:dr. yeyet S

Page 2: Patofisiologi  Endocrine System
Page 3: Patofisiologi  Endocrine System
Page 4: Patofisiologi  Endocrine System

Kelainan-kelainan tiroid

Pasien dengan penyakit tiroid akan mengeluh

- pembesaran tiroid (difus atau nodular)

- gejala-gejala defisiensi tiroid atau hiportiroidism

- gejala-gejala kelebihan hormon tiroid, atau hipertiroidism

- komplikasi spesifik hipotiroidism – penyakit graves yang muncul dengan mata yang sangat menonjol (eksoftalmus) atau, yang lebih jarang, penebalan kulit tungkai bawah (dermatopathy tiroid)

Page 5: Patofisiologi  Endocrine System

Hipotiroidism

• Adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap seperti retardasi mental

• Hipotiroidism dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraseluler, terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis miksedema.

• Gejala hipotiroidism pada dewasa kebanyakan reversibel dengan terapi.

Page 6: Patofisiologi  Endocrine System

• Etiologi dan

– Klasifikasi hipotiroid

• Primer (kegagalan tiroid)

• Sekunder (terhadap kekurangan TSH hipofisis)

• Tersier (berhubungan dengen defisiensi TRH hipotalamus)

• Resistensi perifer terhadap kerja hormon tiroid.

Page 7: Patofisiologi  Endocrine System

• Patogenesis

– Defiseiensi hormon tiroid mempengaruhi semua jaringan tubuh, sehingga gejalanya bermacam-macam.

– Kelainan patologis yang paling khas adalah penumpukan glikoamonoglikan kebanyakan asam hialuronat pada jaringan interstitial.

– Penumpukan zat hidrofilik dan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap albumin ini bertanggung jawab terhadap terjadinya edema interstitial yang paling jelas pada kulit, otot jantung dan otot rangka.

– Penumpukan ini tidak berhubungan dengan sintesis berlebih tapi berhubungan dengan penurunan destruksi glikoaminoglikan.

Page 8: Patofisiologi  Endocrine System

• Manifestasi klinik pada hipotiroid

– Bayi baru lahir : Kretinisme

– Anak : retardasi mental

– Dewasa : gambaran umum hipotiroid seperti mudah lelah, kedinginan, penambahan berat badan, konstipasi, menstruasi tidak teratur, dan kram otot.

Page 9: Patofisiologi  Endocrine System

Hipertiroidism dan tirotoksikosis

• Tirotoksikosis adalah sindroma klinik yang terjadi bila jaringan terpajan hormon tiroid beredar dalam kadar tinggi. Pada kebanyakan kasus, tirotoksikosis disebabkan sebab-sebab lain seperti menelan hormon tiroid berlebihan atau sekresi hormon tiroid berlebihan dari tempat-tempat ektopik.

Page 10: Patofisiologi  Endocrine System

• 1. goiter toksik difusa (penyakit graves)

– Adalah bentuk tirotoksikosis yang paling umum dan dapat terjadi pada segala umur, lebih sering pada wanita daripada pria. Sindrom ini terdiri dari satu atau lebih :

1. Tirotoksikosis

2. Goiter

3. Oftalmopati

4. Dermopathy

Page 11: Patofisiologi  Endocrine System

• Patogenesis

pada penyakit graves, limposit T disentitisasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid dan merangsang limposit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen-antigen ini.

satu dari antibodi bisa ditunjukan terhadap tempat reseptor TSH pada membran sel tiroid dan mempunyai kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam hal peningkatan pertumbuhan dan fungsi TSH-R AB. Adanya antibodi dalam darah berkorelasi positif dengan penyakit aktif dan kekambuhan penyakit.

Page 12: Patofisiologi  Endocrine System

– Ada predisposisi genetik yang mendasari, namun tidak jelas apa yang mencetuskan episode akut ini.

– Beberapa faktor yang mendorong respons imun pada penyakit graves ialah :

1. Kehamilan

2. Kelebihan iodida

3. Terap litium

4. Infeksi bakteri atau virus

5. Penghentian glukokortikoid

Page 13: Patofisiologi  Endocrine System

– Patogenesis oftalmopati

• Melibatkan limfosit sitotoksik (sel-sel pembunuh) dan antibodi sitotoksik tersentisisasi oleh antigen yang umum pada fibroblas orbita, otot orbita dan jaringan tiroid.

• Sitokin yang berasal dari limfosit tersensitasi ini dapat menyebabkan perdangan fibroblas orbita dan miositis orbita, berakibat pembengkakan otot-otot orbita, protopsi bola mata dan diplopia sebagaimana juga menimbulkan kemerahan, kongesti, dan edema konjungtiva dan preorbita.

Page 14: Patofisiologi  Endocrine System

• Banyak gejala tirotoksikosis mengarah adanya keadaan berlebihan katekolamin, termasuk takikardi, tremor, berkeringat, kelopak mata yang kurang dan mata melotot.

Page 15: Patofisiologi  Endocrine System

Diabetes mellitus

• Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia.

• DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai.4 Penderita DM mempunyai risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat perjalanan penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria (Coronary artery disease).

Page 16: Patofisiologi  Endocrine System

• Etiologi DM

1. Genetik atau faktor keturunan

2. Sindrom ovarium polikistik

3. Virus dan bakteri

4. Bahan toksik atau beracun

Page 17: Patofisiologi  Endocrine System

1. Genetik

DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.

Page 18: Patofisiologi  Endocrine System

2. PCOs

Menyebabkan peningkatan produksi androgen di ovarium dan resistensi insulin serta merupakan salah satu kelainan endokrin tersering pada wanita, dan kira-kira mengenai 6 persen dari semua wanita, selama masa reproduksinya

Page 19: Patofisiologi  Endocrine System

3. Virus dan bakteri

Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta. Virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Sedangkan bakteri masih belum bisa dideteksi, tapi menurut ahli mengatakan bahwa bakteri juga berperan penting menjadi penyebab timbulnya DM

Page 20: Patofisiologi  Endocrine System

4. Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrineuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur)

1. Nutrisi

2. Kadar Kortikosteroid yang tinggi

3. Kehamilan diabetes gestational

4. Obat-obtan yang dapat merusak pankreas

5. Racun yang memengaruhi pembentukan atau efek dari insulin

Page 21: Patofisiologi  Endocrine System

Tipe DM

• Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Page 22: Patofisiologi  Endocrine System

Patofisiologi

1. DM tipe 1

DM tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang berhubungan dengan kerusakan sel-sel Beta pada pankreas secara selektif. Onset penyakit secara klinis menandakan bahwa kerusakan sel-sel beta telah mencapai status terakhir .

Page 23: Patofisiologi  Endocrine System

Beberapa fitur mencirikan bahwa diabetes tipe merupakan penyakit autoimun. Ini termasuk:

(a) kehadiran sel-immuno kompeten dan sel aksesori di pulau pankreas yang diinfiltrasi.

(b) asosiasi dari kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (respon imun) gen mayor histokompatibilitas kompleks (MHC; leukosit manusia antigen HLA).

(c) kehadiran autoantibodies yang spesifik terhadap sel Islet of Lengerhans;

(d) perubahan pada immunoregulasi sel-mediated T, khususnya di CD4 + Kompartemen.

(e) keterlibatan monokines dan sel Th1 yang memproduksi interleukin dalam proses penyakit.

(f) respons terhadap immunotherapy, dan

(g) sering terjadi reaksi autoimun pada organ lain yang pada penderita diabetes tipe 1 atau anggota keluarga mereka.

Mekanisme yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk berespon terhadap sel-sel beta sedang dikaji secara intensif

Page 24: Patofisiologi  Endocrine System

• DM tipe 2

DM tipe 2 memiliki hubungan genetik lebih besar dari tipe 1 DM. Satu studi populasi kembar yang berbasis di Finlandia telah menunjukkan rate konkordansi pada kembar yang setinggi 40%.

Efek lingkungan dapat menjadi faktor yang menyebabkan tingkat konkordansi diabetes tibe 2 lebih tinggi daripada tipe 1 DM. Studi genetika molekular pada diabetes tipe 2, menunjukkan bahwa mutasi pada gen insulin mengakibatkan sintesis dan sekresi insulin yang abnormal, keadaan ini disebut sebagai insulinopati.

Page 25: Patofisiologi  Endocrine System

Sebagian besar pasien dengan insulinopati menderita hiperinsulinemia, dan bereaksi normal terhadap administrasi insulin eksogen. Gen reseptor insulin terletak pada kromosom yang mengkodekan protein yang memiliki alfa dan subunit beta, termasuk domain transmembran dan domain tirosin kinase.

Mutasi mempengaruhi gen reseptor insulin telah diidentifikasi dan asosiasi mutasi dengan diabetes tipe 2 dan resistensi insulin tipe A telah dipastikan.

Page 26: Patofisiologi  Endocrine System

Insulin resistensi tidak cukup untuk menyebabkan overt glucose intolerance, tetapi dapat memainkan peranan yang signifikan dalam kasus obesitas di mana terdapat penurunan fungsi insulin. Insulin resistensi mungkin merupakan event sekunder pada diabetes tipe 2, karena juga ditemukan pada individual obese non-diabetik. Namun, gangguan dalam sekresi insulin barulah faktor primer dalam diabetes tipe 2.

Page 27: Patofisiologi  Endocrine System

Banyak faktor berkontribusi kepada ketidakpekaan insulin, termasuk obesitas dan durasi obesitas, umur, kurangnya latihan, peningkatan pengambilan lemak dan kurangnya serat dan faktor genetik. Obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetika bahkan faktor lingkungan, namun, ini memiliki efek yang kuat pada pengembangan diabetes tipe 2 DM seperti yang ditemukan di negara-negara barat dan beberapa etnis seperti Pima Indian

Page 28: Patofisiologi  Endocrine System

Evolusi obesitas sehingga menjadi diabetes tipe 2 adalah seperti berikut:

(a) augmentasi dari massa jaringan adiposa, yang menyebabkan peningkatan oksidasi lipid.

(b) insulin resistensi pada awal obesitas, dinampakkan dari klem euglycemic, sebagai resistent terhadap penyimpanan glukosa insulinmediated dan oksidasi. Seterusnya memblokir fungsi siklus glikogen.

(c) meskipun sekresi insulin dipertahankan, namun, glikogen yang tidak terpakai mencegah penyimpanan glukosa yang lebih lanjut dan mengarah ke diabetes tipe2.

(d) kelehan sel beta yang menghasilkan insulin secara komplet. Dari proses-proses ini, dapat dinyatakan bahwa obesitas lebih dari sekedar faktor risiko sahaja, namun dapat memiliki efek kausal dalam pengembangan diabetes tipe 2

Page 29: Patofisiologi  Endocrine System

Malnutrisi

• Adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.

• Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

Page 30: Patofisiologi  Endocrine System

• Sumber gizi

–Makronutrien

Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal.

–Mikronutrien

adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral

Page 31: Patofisiologi  Endocrine System

Kurang Energi Protein (KEP)

• Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).

Page 32: Patofisiologi  Endocrine System
Page 33: Patofisiologi  Endocrine System

• Marasmus

–Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita marasmus, pertumbuhannya akan berkurang atau terhenti, sering berjaga pada waktu malam, mengalami konstipasi atau diare. Diare pada penderita marasmus akan terlihat berupa bercak hijau tua yang terdiri dari sedikit lendir dan sedikit tinja

Page 34: Patofisiologi  Endocrine System

• Gangguan pada kulit adalah tugor kulit akan menghilang dan penderita terlihat keriput. Apabila gejala bertambah berat lemak pada bagian pipi akan menghilang dan penderita terlihat seperti wajah seorang tua. Vena superfisialis akan terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol dan mata tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas dan tampak atropi (Hassan et al, 2005).

Page 35: Patofisiologi  Endocrine System

• Marasmus

Page 36: Patofisiologi  Endocrine System

• Kwashiorkor

– Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit (Hassan et al, 2005).

Page 37: Patofisiologi  Endocrine System

Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi (Hassan et al, 2005).

Page 38: Patofisiologi  Endocrine System
Page 39: Patofisiologi  Endocrine System

Obesitas

• Adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).

Page 40: Patofisiologi  Endocrine System

Recommended