Kelainan struktur dan fungsi
pernafasan pada penderita asma.Nur Hidayah Binti Dzulkifly
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
102012522
_____________________________________________________________________
Scenario.Seorang perempuan usia 18 tahun dating ke klinik dengan keluhan batuk dan sesak
napas. Selama pemeriksaan terdengar bunyi napas wheezing pada pasien.
. Struktur Saluran Pernafasan Secara Makro
Sistem pernapasan melibatkan rongga hidung, nasi, dan bagian atas
laryngopharinx, laring, trakea, bronchi, dan cabang-cabang pulmonal bronchi
tersebut. Jaringan paru sebagai kumpulan seluruh cabang pulmonal bronchi berada
dalam rongga potensial, yakni cavum pleura, terlindung oleh dinding thorax. Suara
merupakan hasil dari organ yang berhubungan dengan sistem pernapasan ini.
Rongga hidung merupakan organ pernapasan, penghidu, pertukaran panas dan
penguapan air.
Hidung
1
Ada 3 struktur penting dari anatomi hidung, yaitu dorsum nasi (batang hidung),
septum nasi, cavum nasi.
Dorsum Nasi (Batang Hidung)
Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :
1. Bagian kaudal dorsum nasi.
2. Bagian kranial dorsum nasi.
Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang
tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras
menghubungkan antara kulit dengan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian
kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh
os nasalis kanan & kiri dan prosesus frontalis ossis maksila.
Septum Nasi
Fungsi septum nasi antara lain menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi
dua kavum nasi. Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu :
1. Bagian anterior septum nasi.
2. Bagian posterior septum nasi.
Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan yaitu kartilago
quadrangularis. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis
os ethmoidalis dan vomer. Kelainan septum nasi yang paling sering kita temukan
adalah deviasi septi.
Kavum Nasi
Ada 6 batas kavum nasi, yaitu :
1. Batas medial kavum nasi yaitu septum nasi.
2. Batas lateral kavum nasi yaitu konka nasi superior, meatus nasi superior,
konka nasi medius, meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi
inferior.
3. Batas anterior kavum nasi yaitu nares (introitus kavum nasi).
4. Batas posterior kavum nasi yaitu koane.
5. Batas superior kavum nasi yaitu lamina kribrosa.
6. Batas inferior kavum nasi yaitu palatum durum.
Sinus Paranasalis
Ada 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu :
2
Golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis
anterior, dan sinus maksilaris.
Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan
sinus sfenoidalis.
Ostia golongan anterior sinus paranasalis berada di meatus nasi medius. Ostia
golongan posterior sinus paranasalis berada di meatus nasi superior. Pus dalam
meatus nasi medius akan mengalir ke dalam vestibulum nasi. Pus dalam meatus nasi
superior akan mengalir ke dalam faring.1
Faring (Tekak)
Pharynx adalah saluran berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesophagus sebatas tulang rawan cricoid. Terletak di
belakang larynx (laryngopharyngeal). Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat
jaringan penyambung longgar yang menempati spatium peripharyngeal.
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
Nasopharynx (Epipharyx)
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum
molle. Nasopharyngx dan oropharyx berhubungan melalui isthmus
pharyngeum yang dibatasi oleh tepi pallatum molle dan dinding posterior
pharynx. Sewaktu proses menelan dan berbicara isthmus pharyngeum
tertutup oleh elevasi pallatum molle dan pembentukan lipatan Passavant di
dinding dorsal pharynx. Pada masing-masing dinding lateral nasopharynx
dijumpai ostium pharyngeal tuba auditivae, yakni di seblah dorsal dan
caudal ujung posterior concha nasalis inferior.
Oropharynx (Mesopharyx)
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis
atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral
berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum dan
berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Pada tiap sisi arcus
palatopharyngeus dan arcus palatoglossus membentuk sinus tonsillaris yang
berbentuk sgitiga dan berisi tonsila palatina.
Laryngpharynx (hipopharynx)
3
Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior
cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical
3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal dilanjutkan sebagai
oesophagus. Di dinding anterior terdapat pintu masuk ke dalam larynx
(Aditus laryngis) dan di bawah aditus laryngis ini terdapar permukaan
posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea.
Laring (pangkal Tenggorok)
Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan
trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring memiliki
kegunaan penting yaitu (1) ventilasi paru, (2) melindungi paru selama deglutisi
melalui mekanisme sfingteriknya, (3) pembersihan sekresi melalui batuk yang kuat,
dan (4) produksi suara. Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis
dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid,
plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis terdiri dari pita suara
atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan bawah pita suara
hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi struktur
laringeal, unik pada neonatus.
Laring dibentuk oleh kartilago, ligamentum, otot dan membrana mukosa.
Terletak di sebelah ventral faring, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3-6. Berada
di sebelah kaudal dari os hyoideum dan lingua, berhubungan langsung dengan
trakea. Di bagian ventral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea mediana
terdapat otot-otot infra hyoideus. Posisi laring dipengaruhi oleh gerakan kepala,
deglutisi, dan fonasi.
Kartilago laring dibentuk oleh 3 buah kartilago yang tunggal, yaitu kartilago
tireoidea, krikoidea, dan epiglotika, serta 3 buah kartilago yang berpasangan, yaitu
kartilago aritenoidea, kartilago kornikulata, dan kuneiform. Selain itu, laring juga
didukung oleh jaringan elastik. Di sebelah superior pada kedua sisi laring terdapat
membrana kuadrangularis. Membrana ini membagi dinding antara laring dan sinus
piriformis dan dinding superiornya disebut plika ariepiglotika. Pasangan jaringan
elastik lainnya adalah konus elastikus (membrana krikovokalis). Jaringan ini lebih
kuat dari pada membrana kuadrangularis dan bergabung dengan ligamentum vokalis
4
pada masing-masing sisi. Otot-otot yang menyusun laring terdiri dari otot-otot
ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot-otot ekstrinsik berfungsi menggerakkan laring,
sedangkan otot-otot intrinsik berfungsi membuka rima glotidis sehingga dapat dilalui
oleh udara respirasi. Juga menutup rima glotidis dan vestibulum laringis, mencegah
bolus makanan masuk ke dalam laring (trakea) pada waktu menelan. Selain itu, juga
mengatur ketegangan (tension) plika vokalis ketika berbicara. Kedua fungsi yang
pertama diatur oleh medula oblongata secara otomatis, sedangkan yang terakhir
oleh korteks serebri secara volunter.
Rongga di dalam laring dibagi menjadi tiga yaitu, vestibulum laring, dibatasi
oleh aditus laringis dan rima vestibuli. Lalu ventrikulus laringis, yang dibatasi oleh
rima vestibuli dan rima glotidis. Di dalamnya berisi kelenjar mukosa yang membasahi
plika vokalis. Yang ketiga adalah kavum laringis yang berada di sebelah ckudal dari
plika vokalis dan melanjutkan diri menjadi kavum trakealis. Laring pada bayi normal
terletak lebih tinggi pada leher dibandingkan orang dewasa. Laring bayi juga lebih
lunak, kurang kaku dan lebih dapat ditekan oleh tekanan jalan nafas. Pada bayi laring
terletak setinggi C2 hingga C4, sedangkan pada orang dewasa hingga C6. Ukuran
laring neonatus kira-kira 7 mm anteroposterior, dan membuka sekitar 4 mm ke arah
lateral. Laring berfungsi dalam kegiatan Sfingter, fonasi, respirasi dan aktifitas
refleks. Sebagian besar otot-otot laring adalah adduktor, satu-satunya otot abduktor
adalah m. krikoaritenoideus posterior. Fungsi adduktor pada laring adalah untuk
mencegah benda-benda asing masuk ke dalam paru-paru melalui aditus laringis.
Plika vestibularis berfungsi sebagai katup untuk mencegah udara keluar dari paru-
paru, sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thorakal yang dibutuhkan untuk
batuk dan bersin. Plika vokalis berperan dalam menghasilkan suara, dengan
mengeluarkan suara secara tiba-tiba dari pulmo, dapat menggetarkan (vibrasi) plika
vokalis yang menghasilkan suara. Volume suara ditentukan oleh jumlah udara yang
menggetarkan plika vokalis, sedangkan kualitas suara ditentukan oleh cavitas oris,
lingua, palatum, otot-otot facial, dan kavitas nasi serta sinus paranasalis.
Trakea
Trachea merupakan pipa panjang yang terbentuk dari cincin-cincin kartilago
dan selaput fibro-muskular, dan merupakan lanjuta dari larynx. Ujung caudal
5
terbelah menjadi brohus principalis, dan bifurcationa terletak agak ke kanan dari
bidang sagital. Trachea memiliki cincin berjumlah 16-20, dan masing-masing cincin
berbentuk huruf U yang membatasi 2/3 dinding anterior. Bagian posterior ditutupi
oleh jaringan fibro-elastik dan otot polos.Cincin trachea terakhir menebal dan
melebar di tengah dan tepi bawah, yaitu carina, yang merupakan taju berbentuk
kuku segitiga yang melengkung ke bawah dan belakang di antara broncii dan cabang-
cabang pulmonal. Ke arah distal cincin-cincin tulang rawan makin tidak teratur dan
pada pangkal bronkiolus menghilang.
Bronchus
Setinggi diskus intervertebrale thoracalis 4/5 trachea bercabang menjadi
bronchus primer/principales dexter dan sinister. Bronchus principales dexter lebih
lebar, lebih pendek dan lebih vertikal, menjelaskan kekerapan benda asing yang
tersedak lebih sering memasuki bronchus principales dexter daripada yang sinister.
Lanjutan bronchus principales ini melintasi aspek posterior arteri tersebut; setinggi
vertebra thoracal lima bronchus tersebut memasuki hilus paru di sebelah postero-
inferior terhadap arterinya dan selanjutnya bercabang menjadi bronchus-bronchus
sekunder (lobaris) lobus medius dan inferior.
Bronchus lobus superior kanan (eparterialis) berpangkal dari aspek lateral
bronchus principales dan melintas ke arah superolateral untuk memasuki hilus. Kira-
kira 1 cm dari pangkalnya, bronchus ini mempercabangkan dua brochus
segmentorum/tertier.
Bronchus lobus medius dipercabangkan sekitar 2 cm di sebelah kaudal
pangkal bronchus lobus medius. Sedikit di sebelah kaudal terdapat pangkalnya,
bronchus lobus inferior tersebut mempercabangkan lima bronchus segmentorum.
Bronchus princepales sinister lebih sempit dan kurang vertikal dari yang kanan
dan panjangnya hampir 5 cm. Bronchus ini melintas ke arah inferior kiri menuju
arcus aortae, menyilang oesophagus, ductus thoracicus dan aorta descendens di
sebelah anterior. Pada mulanya bronchus principales berada di sebelah dorsal dan
selanjutnya di sebelah inferior arteri pulmonalis kiri serta memasuki hilus kiri setinggi
vertebra thoracal keenam. Setelah memasuki hilus, bronchus principales ini
6
bercabang menjadi bronchus-bronchus sekunder (lobaris) lobus superior dan
inferior.
Bronchus sekunder lobus superior kiri berasal dari aspek anterolateral
bronchus principales sinister, melengkung ke lateral dan bercabang menjadi empat
bronchus segmentorum. Bronchus sekunder lobus inferior kiri turun posterolateral
sejauh 1 cm dan selanjutnya memberikan empat cabang bronchus segmentorum.
Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dandindingnya
lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua.Sedangkan bronkiolus
kanan berjumlah tiga.Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus
seperti pembuluh.Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan
dihangatkan dandilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni
trakea, melalui bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, sakus alveolaris danalveolus. Antara trakea dan dan sakus alveolaris
terdapat 23 kali percabangan pertamasaluran udara. 16 percabangan pertama
saluran udara merupakan zona konduksi yangmenyalurkan udara kelingkungan luar.
Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolusterminanalis. Tujuh percabangan
berikutnya merupakan zona peralihan dari zonarespirasi, tempat terjadinya
pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratoriusmduktus alveolaris, sakus
alveolaris dan alveol
Pulmo
Paru memilki apex, basis, 3 tepi, dan 2 permukaan. Bentuk paru menyerupaui
separuh kerucut. Normalnya paru kanan lebih besar dari paru kiri, karena
mediastinum meidus yang berisi jantung, menonjol kea rah kiri daripada kea rah
kanan. Basis paru berbentuk semilunar dan konkaf, terbaring pada permukaan
superior diaphragm,. Yang memisahakn paru kanan dari lobus dexter hepatis, dan
paru kiri dari lobus sinister dari lobus sinister hepatis Di sebelah posterolateral
terdapat recessus costodiaphragmaticus. Permukaan costalis tampak konveks dan
memperlihatkan alur-alur yang sesuai denan iga-iga yang menutupinya. Pada bagian
7
media, paru dibagi menjadi permukaan posterior, yang berhubungan dengan
vertebra thoracal, dan bagian anterior yang membentuk impresio cardiac.
Akar paru dibentuk oleh bronchus principalis, A. pulmonalis, 2 v. pulmonalis, A. dan
vv. Bronchiales, plexus otonom pulmonalis, pembuluh-pembuluh getah bening dan
nnII. Bronchopulmonalis. Semua saluran-saluran tadi terbungkus oleh lengan semu
baju pleura. Hilus pulmonalis tereltak setinggi vertebra thoraacl 5-7. Pada bagian
inferior hilus, terdapat lig. Pulmonale . Paru kiri dibagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus
superior dan inferior yang dibagi oleh fissure oblique. Paru kana dibagi menjadi lobus
superior, medius, dan inferior, dan dibagi oleh 2 fissura, yaitu fissura oblique, yang
memisahkan lobus inferior dan medius, dan fissura horizontalis, yang memisahakan
lobus superior dengan lobus medius. 2
Diafragma
Diafragma memisahkan rongga toraks dan abdomen. Strukturnya terdiri dari bagian
muskularis perifer yang berinsersi di aponeurosis anterior-tendon.
Bagian muskularisnya memiliki tiga asal komponen.
Bagian vertebralis : terdiri dari ligamentum krura dan arkuata.
o Kruris dekstra berasal dari bagian depan korpus vertebra L1-L3 dan
diskus intervertebralisnya. Sebagian serabut dari kruris dekstra
melewati bagian bawah esophagus.
o Kruris sinistra hanya keluar dari L1 dan L2
o Ligamentum arkuata mediale terdia dari fasia yang menebal dan
menutupi m.psoas mayor dan melekat ke medial ke korpus vertebra
L1 dan di lateral prosesus transverses L1. Ligamentum arkuata laterale
terdiri dari fasia yang menutupi mm. kuadratus lumborum dari
prosesus transverses l1 di medial ke kosta 12 di lateral.
o Ligamentum arkuata medianus adalah arkus fibrosum yang
menghubungkan kruris fibrosum yang menghubungkan kruris dekstra
dan sisnistra.
Bagian kostalis : melekat ke aspek terdalam dari keenam kosta terbawah.
Bagian sternalis : terdiri dari dua lembaran kecil yang keluar dari permukaan
dalam prosessus xifoideus.
8
Struktur Saluran Pernafasan Secara MikroskopisSecara mikroskopis, sistem respirasi pada manusia dapat dilihat dari segi
histologinya, yaitu sebagai berikut :
a. Hidung
Hidung merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun
oleh jaringan tulang, tulang rawan hialin, otot, jaringan pengikat.
Kulit luar :
- epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
- rambut-rambut halus
- kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
Vestibulum nasi :
- Terdapat vibrissae – rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk
menghalangi debu dan kotoran yang ikut dihirup
- Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
Di dinding lateral ada 3 tonjolan :
1. Konka nasalis superior --- epitel khusus/olfaktorius :
1. Sel olfaktorius – diantara sel basal dan sel penyokong;
neuron bipolar dengan dendrit ke permukaan dan
menggelembung; aksok tidak bermielin.
2. sel penyokong/sustentakuler – sel silindris tinggi dengan
bagian apex lebar dan basal menyempit; inti lonjong;
terdapat mikrovili di permukaan; terdapat granula kuning di
permukaan.
3. sel basal – bentuk segitiga; inti lonjong; merupakan reserve
cell/sel cadangan yang akan membentuk sel penyokong dan
mungkin menjadi sel olfaktorius.
4. sel sikat – mempunyai mikrovili di bagian apikal; lamina
propria mempunyai banyak vena, mengandung kelenjar
terutama serosa, berperan untuk membasahi epitel dan silia,
dan juga sebagai pelarut zat-zat kimia.
9
b. Konka nasalis media --- epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet (menghasilkan lendir)
c. Konka nasalis inferior --- epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet ; terdapat plexus venosus (menghangatkan udara)
Sinus paranasalis – epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet; lamina propria lebih
tipis dari kavum nasi dan melekat pada peritonium dibawahnya; kelenjar-kelenjar
memproduksi mukos, termasuk :
1. sinus maxilaris
2. sinus frontalis
3. sinus sphenoidalis
4. sinus ethmoidalis
b. Faring
1. Nasofaring
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
Pada lamina prorpia terdapat kelenjar campur
Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid
2. Orofaring
Epitel berlapis gepeng
Bagian atas jadi epitel mulut dan bagian bawah jadi epitel esophagus
Terdapat tonsila palatina
3. Laringofaring
Epitel bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk
c. Laring
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Dindingnya adalah :
Tulang rawan hialin - 1 tulang rawan tiroid, 1 tulang rawan krikoid, 2
tulang rawan aritenoid (ujung tulang rawan aritenoid – tulang rawan
elastis).
Tulang rawan elastin - 1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan
kuneiformis, 2 tulang rawan kornikulata
Jaringan ikat
M. Vokalis -- otot skelet
10
Kelenjar campur
Epiglotis – tulang rawan elastis; epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet pada permukaan laringeal; epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk pada permukaan lingual
d. Trakhea
Cincin tulang rawan dihubungkan oleh jaringan penyambung retikulin
(ligamentum enulare)
Mukosa trakea – epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
Tunika submukosa – jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur
Tunika adventisia – terdapat kelenjar campur; jaringan fibroelastis yang
berhubungan dengan perikondriumsebelah luar pars kartilagenia
Sel-sel epitel trakhea :
1. Sel goblet – mensintesa dan mensekresi lendir; mempunyai aparatus
Golgi dan RE kasar; sifat sekresi apokrin
2. Sel sikat – mikrovili di apex; berbentuk seperti sikat
3. Sel basal – sel induk, bermitosis dan berubah menjadi sel lain
4. Sel sekretorik bergranul – pada sitoplasma; granula mengandung
katekolamin; mengatur sekresi mukosa dan serosa
e. Bronkhus
Bronkhus ekstrapulmonal – sama dengan trakhea diameter lebih kecil
Bronkhus intrapulmonal :
- Mukosa berbentuk lipatan
- Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
- Membrana basalis lebih jelas
- Lamina propria (jaringan ikat jarang, serat elastis dan muskulus polos spiral,
noduli limfatisi, kelenjar bronkialis)
- Bentuk sferis
- Tulang rawan tidak beraturan
f. Bronkhiolus
Tulang rawan tidak ada
11
Epitel selapis torak bersilia, sel goblet (sebagian ada atau tidak ada)
Lamina propria (tipis, tanpa kelenjar atau noduli limfatisi, otot polos, serat
elastin)
Bronkhiolis terminalis – epitel selapis torak bersilia, bersel goblet/epitel
selapis torak rendah
Bronkhiolus respiratorius – epitel torak rendah/epitel selapis kubis, dengan
atau tanpa silia, tanpa sel goblet
g. Duktus alveolaris
Dinding tipis
Epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1)
Jaringan ikat fibroelastis, sebagian ada otot polos
h. Sakus alveolaris
Serat elastin dan serat retikulian
Sudah tidak ada otot polos
i. Alveoli
Kantong-kantong kecil terdiri dari selapis sel
Disekitar alveolis terdapat serat elastin dan serat kolagen
j. Alveolus
Epitel selapis gepeng
Terdapat lubang-lubang kecil pada dinding alveolus disebut poros/stigma
alveolaris
Sel-sel:
- Sel alveolar tipe 1 / sel epitel alveoli / sel alveolar kecil / pneumonosit tipe
1 (inti gepeng, sitoplasma tipis, mempunyai membrana basalis)
- Sel alveolar tipe 2 / sel septal / sel alveolar besar / pneumonosit 2 (inti
kubis, sekresi surfaktan)
- Sel alveolar fagosit (asal dari sirkulasi darah/monosit darah disebut juga
Dust cell/sel debu, membersihkan permukaan epitel alveoli). Sel endotel
kapiler (melaipisi kapiler darah, epitel selapis gepeng)3
Fungsi Saluran Pernafasan dan Mekanisme Pernafasan
12
Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yg dihasilkan oleh sel. Dalam
fisiologis pernapasan memiliki makna yang lebih luas. Respirasi Internal / seluler
mengacu kepada proses metabilosme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria,
yang menggunakan O2 dan meenghasilkan CO2. Respirasi Eksternal mengacu kepada
keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara
lingkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan eksternal mencakup :
1. Udara secara bergantian bergerak masuk keluar paru, sehingga dapat terjadi
pertukaran anatara atmosfer (lingkunagn eksternal) dan katung udara
(alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan
atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran
dara antara atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metaboloik
tubuh untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.
2. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah didalam
kapiler pulmonalis (paru) melalui proses Difusi.
3. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
4. Pertukan O2 dan Co2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan)
Sistem pernafasan juga melakukan fungsi nonrespirasi lain berikut ini :
Menyediakan jalan untuk mengelurakan air dan panas. Udara atmosfer yg
dihirup dilembabkan dan dihangatkan oleh jalan nafas sebelum udara
tersebut dikeluarkan. Pelembaban udara yang dihirup ini penting dilakukan
agar dinding alveolus tidak mengering. Oksigen dan CO2 tidak dapat
berdifusi melintasi membran yang kering.
Menigkatkan aliran balik Vena
Berperan dalam memelihara keseimbangan asam basa normal dengan
mengubah jumlah CO2 penghasil asam (H+) yang dikeluarkan.
Memungkinkan kita berbicara menyanyi dan vokalisasi lain
Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing.
Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktivkan berbagai
13
bahan yang melewati sirkulasi paru. Semua darah yang kembali ke jantung
dari jaringan harus melewati paru sebelum dikembalikan ke sirkulasi
sistemik.
Mekanika Pernapasan
Hubungan timbal balik antara tekanan atmosfir, tekanan intraalveolus dan
tekanan intrapleura penting dalam mekanika pernapasan. Udara cenderung berubah
berselang bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah,
yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama
proses bernafas dengan mengikuti penurunan gradient tekanan yang berubah
berselang seling antara alveolus dan atmosfir akibat aktifitas siklik otot-otot
pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting oada ventilasi :
1. Tekanan Atmosfir (Barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
berat udara diatmosfir terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di
ketinggian permukaan laut, tekanan ini sama dengan 760mmHg. Tekanan
atmosfir berkurang seiring dengan penambahan ketinggian diatas
permukaan laut karena kolom udara diatas permukaan bumi
menurun.dapat terjadi fluktuasi minor tekanan atmosfir akibat
perubahan kondisi-kondisi cuaca ( yaitu, pada saat tekanan barometric
meningkat/menurun).
2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan
intrapulmonalis, adalah tekanan didalam alveolus. Karena alveolus
berhubungan dengan atmosfir melalui saluran pernafasan, udara dengan
cepat menglir mengikuti penurunan gradient tekanan setiap kali terjadi
perbedaan antara tekanan intra-alveolus dan tekanan atmosfir; udara
terus mengalir sampai tekanan keduanya simbang.
3. Tekanan Intra-pleura, adalah tekanan didalam kantung pleura. Tekanan
ini juga dikenal sebagai tekanan intra toraks, yaitu tekanan yang terjadi
diluar paru didalam rongga toraks. Tekanan intra-pleura biasanya lebih
kecil daripada tekanan atmosfir, rata-rata 756mmHg saat istirahat.
Tekanan intra-pleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfir atau
intra-alveolus, karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga
pleura dan atmosfir/ paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung
14
tertutup tanpa lubang, udara tidak dapat masuk/keluar walaupun
terdapat gradient konsentrasi antara kantung itu dan sekitarnya.
Ventilasi, atau bernafas, adalah proses pergerakan udara masuk keluar paru
secara berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam
pertukara O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru diganri oleh udara atmosfir segar.
Ventilasi secara mekanis dilaksanakan dengan mengubah-ubah secara berselamg
seling arah gradient tekanan untuk aliran udara antara atmosfir dan alveolus melalui
ekspansi dan penciutan berkala paru. Kontraksi dan relasasi otot-otot inspirasi
(terutama diafragma) yang berganti-ganti secara tidak langsung menimbulkan inflasi
dan deflasi periodic paru dengan secara berkala mengembang kempiskan rongga
toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya. Karena kontraksi otot
inspirasi memerlukan energy, inspirasi adalah proses aktif, tetapi ekspirasi adalah
proses pasif pada bernafas tenang karena ekspirasi terjadi melalui penciutan elastic
paru sewaktu otot-otot ekspirasi melemas tanpa memerlukan energy. Untuk
ekspirasi aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi (otot abdomen) semakin
memeperkecil ukuran rongga torak dan paru, yang semakin meningkatkan gradient
tekanan intra-alveolus terhadap atmosfir. Semakin besar gradient antara alveolus
dan atmosfir (dalam kedua arah), semakin besar laju aliran darah, karena udara terus
mengalir sampai tekanan intra-alveolus seimbang dengan tekanan atmosfir.
Mekanisme Pernafasan Manusia.
Pada saat bernafas terjadi kegiatang inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah
pemasukan gas O2 dan udara atmosfer ke dalam paru-paru, sedangkan espirasi
adalah pengeluaran gas CO2 dan uap air dari paru-paru ke luar tubuh.setiap
menitnya kita melakukan kegiatang inspirasi dan espitrasi kurang lebih 16-18 kali.
Inspirasi
Kontraksi otot inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas,
tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan
atmosfer. Otot inspirasi utama-otot yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi
sewaktu bernapas tenang-adalah diafragma (dipersarafi N. Phrenicus) dan M.
15
Interkostal eksternal. Diafragama dalam keadaan normal berntuk kubah yang
menonjol ke atas ke dalam rongga thoraks. Ketika berkontraksi ( pada stimulasi oleh
saraf frenikus), diafragma turun dan memperbesar volume rongga thoraks dengan
meningkatkan ukuran vertikal (atas ke bawah). Dinding abdomen, jika melemas,
menonjol keluar sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun menekan isi abdomen
ke bawah dan ke depan. 75% pembesaran rongga thoraks sewaktu bernapas tenang
dilakukan oleh kontraksi diafragma.
Dua set otot interkostal terletak antara iga-iga. M. Interkostal eksternal terletak
di atas m. Interkostal internal. Kontraksi m. Interkostal eksternal, yang serat-seratnya
berjalan ke bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan, memperbesar rongga
thoraks dalam dimensi lateral (sisi ke sisi) dan anteroposterior (depan ke belakang).
Ketika berkontraksi, m. Interkostal eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum
ke atas dan ke depan. Saraf interkostal mengaktifkan otot-otot interkostal ini.
Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya, tekanan intra-alveolus
sama dengan tekanan atmosfer, sehingga tidak ada udara megalir masuk atau keluar
paru. Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipakasa mengembang untuk
mengisi rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan intra-
alveolus turun karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati volume paru
yang lebih besar.
Pada gerakan isnpirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1 mmHg menjadi
759 mmHg. Karena tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah dari pada tekanan
atmosfer maka udara mengalir ke dalam paru mengikuti penurunan gradien tekanan
dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus masuk ke paru sampai tidak ada lagi
gradien-yaitu, sampai tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Karena
itu, ekspansi paru tidak disebabkan oleh udara masuk ke dalam paru; udara mengalir
ke dalam paru karena turunnya tekanan intra-alveolus yang ditimbulkan oleh ekspansi
paru.
Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura turun menjadi 754 mmHg akibat
ekspansi thoraks. Peningkatan gradien tekanan transmural yang terjadi sewaktu
inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga thoraks yang
mengembang.5
Peran otot inspirasi tambahan
16
Inspirasi dalam dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma dan otot
interkostal eksternal secara lebih kuat dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan
(aksesorius) untuk semakin memperbesar rongga thoraks. Kontraski otot-otot
tambahan ini yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama,
memperbesar bagian atas rongga thoraks. Dengan semakin membesarnya volume
rongga thoraks dibandingkan dengan keadaaan istirahat maka paru juga semakin
mengembang, menyebabkan tekanan intra-alveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi
peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai keseimbangan dengan tekanan
atmosfer; yaitu tercapai pernapasan yang lebih dalam. M. Scalenus dan m.
Sternokleidomastoideus di leher merupakan otot-otot inspirasi tambahan yang iktu
membantu mengankat rongga dada pada eprnapasan yang sukar dan dalam. 5
Relaksasi otot inpirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi
aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika m. Interkostal eksternal melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang
menyebabkan ekspansi dinding dada (dan karenanya, ekspansi paru) maka dinding
dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran pra-inspirasinya
karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang dikempiskan. Sewaktu paru
kembali mengecil, tekanan intralveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang
lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir
inspirasi kini termampartkan ke dalam volume yan lebih kecil. Pada ekspirasi biasa
tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan atmosfer memnjadi
761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien tekanannya dari tekanan
intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar
udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer
dan gradien tekanan tidak ada lagi. 5
Ekspirasi
Ekspirasi paksa: kontraksi otot ekspirasi
Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif,
karena dicapai oleh recoil elastik paru ketika otot-otot inspirasi melemas tanpa
17
memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Ekspirasi dapat menjadi aktif
untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih cepat daripada yang dicapai
selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan dalam ketika olahraga. Otot
ekspirasi yang penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot abdomen
berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang menimbulkan gaya ke
atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thoraks
daripada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga thoraks menjadi semakin
kecil. Otot ekspirasi lain adalah otot interkostal internal, yang kontraksinya menarik
iga turun dan masuk, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran
rongga thoraks; tindakan ini berlawanan dengan otot interkostal eksternal.
Sewaktu kontraksi aktif otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga
thoraks, volume paru juga menjadi semakin berkurang karena paru tidak harus
teregang lebih banyak untuk mengisi rongga thoraks yang lebih kecil; yaitu, paru
dibolehkan mengempis ke volume yang lebih kecil. Tekanan intra-alveolus lebih
meningkat sewaktu udara di paru tertampung di dalam volume yang lebih kecil.
Perbedaan antara tekanan intra-alveolus dan atmosfer kini menjadi lebih besar
daripada ketika ekspirasi pasif sehingga lebih banyak udara keluar menuruni gradien
tekanan sebelum tercapai keseimbangan. Dengan cara ini, selama ekspirasi paksa aktif
pengosongan paru menjadi lebih tuntas dibandingkan ketika ekspirasi tenang pasif.
Selama ekspirasi paksa, tekanan intrapleura melebihi tekanan atmosfer tetapi paru
tidak kolaps. Karena tekanan intra-alveolus juga meningkat setara maka tetap terdapat
gradien tekanan transmural menembus dinding paru sehingga paru tetap teregang dan
mengisi rongga toraks. Sebagai ontoh, jika tekanan di dalam thoraks meningkat 10
mmHg, maka tekanan intra-pleura menjadi 766 mmHg dan tekanan intra-alveolus
menjadi 770 mmHg- tetap terdapat perbedaan tekanan 4 mmHg. (sherwood) 5
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang
rusuk interkostalis. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang
rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk
dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi
semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan
terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan
18
menybabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada
luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara
mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses
Inspirasi. Sedangkan pada proses Ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam,
tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam
tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut Ekspirasi
b. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut
akan terdesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada.
Sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya
tekanan rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan
terjadilah proses ekspirasi. 4
Transportasi Gas Proses pengangkutan oksigen (O2)
Setelah menembus selaput alveolus paru-paru, oksigen yang masuk ke dalam
darah kemudian diikat oleh hemoglobin , sisanya sekitar 2-3 % akan diangkut oleh
plasma darah. Hemoglobin aktif mengikat O2 sehingga akan terjadi persamaan reksi ;
Hb4 + 4O2 4HbO2
Reaksi sebelah kanan berlangsung di dalam kapiler darah alveoluus paru-paru,
sedangkan reaksi sebelah kiri berlangsung di dalam jaringan tubuh. Reaksi ini dapat
berlangsung bolak-balik. Kerna terdapat tekanan parsial O2 antara paru- paru, darah
dan jaringan tubuh.
Tekanan parsial O2 di paru-paru > arteri > jaringan tubuh > vena. Kadar O2 di
vena lebih kecil dari pada di arteri.
19
Proses pengangkutan karbondioksida (CO2)
Proses oksidasi biologis dalam sel menghasilkan zat sisa berupa air dan CO2.
makin besar penggunaan O2 untuk respirasi, makin besar pula dihasilkan CO2. Bila
jumlah CO2 dalam tubuh berlebihan akan menimbulkan gangguan. Oleh sebab itu
zat ini harus dikeluarkan.
Di dalam darah CO2 di angkut ke dalam paru-paru dalam bentuk :
60-70% diangkut dalam bentuk HCO3- plasma darah. Asam karbonat terbentuk
dalam darah kemudian terurai menjadi ion H+ dan HCO3-.
Persamaan reaksi
H 2O + C O 2 (asam karbonat) H2CO3 (ion bikarbonat) H+ + HCO3-.
25% diikat oleh gugus asam amino dari Hb membentuk karbominohemoglobin.
Dengan reaksi :
CO2 + Hb (karbomino hemoglobin) HbCO2.
5-10% diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat.
Apabila tejadi gangguan pengangkutan CO2 kadar asam karbonat akan meningkat
sehingga akan menyebabkan kadar alkali darah yang berperan sebagai senyawa
buffer menurun. Sehingga menyebabkan pula terjadinya gangguan fisiologis yang
disebut ’Asiodosisi’. 4
Difusi GasSecara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari
suatu daerah yang konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya
lebih rendah. Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan
energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan
molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membran kapiler alveolar, kemudian
melintasi plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan
akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin.
Membran kapiler alveolus sangat tipis yaitu 0,1 mikrometer atau sepertujuh puluh
dari tebal butir darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan
untuk menembusnya. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan
molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida
20
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti
molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Berikut adalah
urut-urutan proses difusi, yaitu :
a. Difusi pada fase gas
Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat. Ketika
dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas
yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas
yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi disini berbanding
terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat molekul
32 sedangkan karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen lebih cepat
dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga
kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran antara gas yang
baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk akan
komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada
alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti
pada emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang
telah berada di alveoli lebih lambat.
b. Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi yang melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler
pembuluh darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase
cairan. Dalam hal ini, pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli,
dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan plasma pada kapiler,
dan dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase
cairan tergantung kepada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan
karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali
lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membran pembatas,
halangan bagi proses difusi semakin besar. 5
Test Fungsi Paru
21
Alat yang digunakan untuk mempelajari ventilasi paru adalah spirometri.
Hasil dari pencatatannya dinamakan spirometer. Dari hasil ini dapat dilihat
perubahan volume paru pada berbagai kondisi pernafasan. Udara dalam paru dibagi
menjadi empat volume dan empat kapasitas, yang merupakan rata-rata pada laki-
laki dewasa muda.
Gambar 1 . spirometri
Empat macam volume paru antara lain:
Volume tidal (VT)
volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal;
besarnya kira-kira 500 mL pada rata-rata orang dewasa muda.
Volume cadangan inspirasi (IRV)
volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun
napas normal; dan biasanya mencapai 3000 mL.
Volume cadangan ekspirasi (ERV)
jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir
ekspirasi alun napas normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mL.
Volume residu (RV)
volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat.
Volume ini besarnya kira-kira 1200 mL.
Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang
perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut
kapasitas paru. Berbagai kapasitas paru yang dapat diuraikan sebagai berikut :
o Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume alun napas ditambah volume
cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mL) yang dapat
22
dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum.
IC = TV + IRV
o Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada
akhir ekspiras normal (kira-kira 2300 mL).
FRC = ERV + RV
o Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume
alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-
kira 4600 mL).
VC = IRV + TV + ERV
VC = IC + ERV
o Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum di mana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL);
jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
TLC = VC + RV
TLC = IC + FRC.6
Dampak Paru-ParuMerokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi)
dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi
radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini
menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
23
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama
sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas
menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal
sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada
perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.8
KesimpulanGangguan pada sistem pernapasan dapat terjadi dari berbagai factor
sehingga paru merupakan organ yang menjadi sangat penting. Paru merupakan
tempat terjadinya pertukaran gas yang digunakan untuk metabolisme tubuh serta
tempat menyaring benda asing yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh.
Pernapasan dipengaruhui oleh tekanan atmosfir dan tekanan dalam tubuh sehingga
perlu adanya pemahaman lingkungan dan sistem pertahanan tubuh.
Daftar Pustaka1. S Sardjono ,R Sri, S Herawati, S Sri Sukesi. Teknik Pemeriksaan telinga,
hidung & tenggorok. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
2. Luhulima JW. Anatomi III, program pendidikan dokter. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran UNHAS, 2005.
3. Junqueira, Carlos L, Carneiro J. Histologi dasar, teks dan atlas. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.
4. Sherwood L. Fisologi manusia. Dari sel ke sistem. Edisi 2. Hal 410-460 .
2001
5. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2009.h.221
24
6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. ED 27. Jakarta.
2009
7. Ganong, WF. Fisiologi Kedokteran . Ed 14. Jakarta : EGC. 2010
25
Recommended