Download doc - PBL blok 9 lambung

Transcript
Page 1: PBL blok 9 lambung

Mekanisme dan Struktur Pencernaan pada Lambung

Maria Amelia Goldie

102013119

D9

[email protected]

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk - Jakarta Barat

Pendahuluan

Kita manusia sebagai makhluk hidup tentu memerlukan makanan untuk bertahan hidup.

Makanan, minuman dan obat-obatan merupakan sumber energi dan sumber bahan baku untuk

membangun tubuh. Sebelum dapat digunakan oleh tubuh, makanan dicerna dalam sistem

pencernaan. Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.

Makanan yang dimakan masuk melewati mulut kemudian masuk ke dalam lambung melewati

esofagus, lalu dibawa menuju usus halus sampai ke usus besar dan kemudian dikeluarkan

melalui anus.

Sesuai dengan skenario, seorang perempuan berusia 19 tahun berobat ke dokter karena

mengeluh nyeri pada ulu hati dan sering merasa mual sejak 1 bulan yang lalu bahawa dari

anamnesis diketahui ia sering terlambat makan dan setelah diperiksa dokter, dinyatakan terdapat

luka pada lambungnya. Dengan adanya luka pada lambungnya, maka terjadi gangguan

pencernaan di saluran pencernaan lambung. Maka dari itu, penulis akan membahas struktur dan

mekanisme kerja dari sistem pencernaan lambung.

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis pada Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang melebar antara oesophagus dan

usus halus. Lambung terletak di daerah hipochondrium kiri, epigastrium, dan daerah umbilicus

dan sebagian besar ditutupi oleh iga-iga. Sumbu panjangnya berjalan ke bawah dan depan kanan

dan kemudian berjalan ke belakang dan sedikit ke atas.1

1

Page 2: PBL blok 9 lambung

Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang utama (corpus), dan bagian bawah

yang horizontal yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan oesophagus melalui

orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik. Lambung terletak di bawah

diafragma, di depan pankreas dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.2

Gambar 1. Letak gaster (lambung)

Lambung mempunyai peritoneum viscerale yang meliputi permukaan anterior dan

posterior. Kedua lapisan tersebut dari curvatura minor ke arah hepar membentuk ligamentum

hepatogastrica yang merupakan bagian dari omentum minus. Ke bawah kedua lapisan pada

curvatura major berhubungan dengan omentum gastrolienalis dan mesocolon transversum

membentuk omentum majus.3

Lambung mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium pyloricum), dua

lengkungan (curvatura major dan minor) dan dua permukaan (facies anterior dan posterior).

Lambung terdiri dari lima bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, pars pylorica dan pylorus. Cardia

merupakan daerah tempat masuknya oesophagus ke dalam lambung. Fundus gastricus yang

berbentuk kubah merupakan bagian lambung yang berada di atas kiri dari ostium cardiacum.

Pada fundus ini biasanya berkumpul gas yang sering tampak pada foto sinar X. Antara fundus

dan pars abdominalis oesophagei terdapat sudut yang tajam, disebut incisura cardiaca. Corpus

gastricum yang merupakan bagian utama, terletak kurang lebih vertikal (sedikit ke arah depan

kanan) antara fundus dan incisura angularia beralih menjadi pars pylorica. Curvatura minor yang

merupakan batas kanan lambung terbentang dari cardia sampai pylorus. Curvatura major yang

lebih besar terbentang dari incisura cardiaca terus ke fundus dan pinggir kiri lambung sampai

pylorus. Pada curvatura minor di batas antara corpus dengan pars pylorica terbentuk sudut yang 2

Page 3: PBL blok 9 lambung

disebut incisura angularis. Sudut ini tampak jelas pada lambung bentuk J. Pars pylorica terdiri

dari antrum pyloricum yang lebar di sebelah proximalis dan canalis pyloricus yang lebih sempit

di sebelah distalis yang berakhir pada pylorus. Pada batas antara kedua bagian ini kadang-kadang

terdapat suatu sulcus dangkal. Pylorus merupakan daerah terdapatnya penyempitan berupa

sphincter yang umumnya berada dalam keadaan kontraksi tonik. Sphincter pylori mempunyai

otot circularis tebal (musculus sphincter pylori) yang mengatur/mengontrol aliran isi lambung ke

duodenum.3

Gambar 2. Bagian-bagian lambung

Ostium cardiacum terletak kurang lebih 3 cm di sebelah kiri garis tengah, setinggi

vertebra thoracalis 11 dan 10 cm di sebelah dalam dari rawan iga 7 kiri. Lubang ini merupakan

tempat yang paling tetap dari lambung. Pylorus letaknya relatif tetap, yaitu pada posisi berbaring

terletak di atau sedikit kanan dari linea mediana setinggi vertebra lumbalis 1, pada linea

transpyloricum. Pylorus dapat turun sampai vertebra lumbalis 2 atau 3 pada posisi berdiri, atau

bahkan dapat bergeser 5 cm ke kanan pada lambung yang penuh. Fundus letaknya paling

superior di belakang iga ke 5 kiri di linea medioclavicularis. Fiksasi paling kuat dari lambung

terdapat pada cardia karena hubungannya dengan oesophagus yang terfiksasi pada diaphragma.

Omentum minus juga dapat membantu fiksasi lambung pada tempatnya.3

Gaster berhubungan dengan sejumlah alat/struktur, yaitu hepar di atas, kanan, dan depan,

diaphragma di atas, limpa ke arah kiri, pankreas,ginjal dan glandula suprarenalis kiri di belakang,

ke bawah dengan colon dan mesocolon/omentum majus, serta dengan dinding depan abdomen

dan thorax ke depan. Gaster mempunyai permukaan anterior dan posterior yang bertemu pada

curvatura major dan minor. Facies anterior diliputi oleh peritoneum visceralis dari cavum

peritonei dan berhubungan dengan lobus kiri hepar, diaphragma, iga-iga dan dinding depan

3

Page 4: PBL blok 9 lambung

abdomen tergambar pada apa yang disebut lapang lambung/magenfeld, yaitu hubungan lambung

langsung dengan dinding depan thorax (iga-iga) dan dinding depan abdomen. Batas-batas lapang

lambung adalah pada hepar di sebelah kanan, diaphragma dan paru-paru kiri di sebelah atas,

limpa di sebelah kiri dan mesocolon transversum di bawah. Bagian lapang lambung yang berada

di belakang iga yang disebut ruang Traube atau Traube’s semilunar space dengan batas-batasnya,

di medial pada pinggir kiri sternum, di atas pada garis dari rawan iga 6 ke pinggir bawah rawan

iga 9 pada linea medioclavicularis, dan di bawah pada arcus costarum.3

Facies posterior diliputi peritoneum viscerale dari bursa omentalis yang tepat berada di

belakang lambung. Hubungan facies posterior dengan bursa omentalis dan sejumlah alat

membentuk apa yang disebut palungan (stomach bed), lekukan yang terbentuk oleh bursa

omentalis, bersama diaphragma, lien, dan glamdula suprarenlais kiri ke arah atas, serta bagian

atas ren kiri, corpus dan cauda pancreas, dan mesocolontransversum ke arah bawah. Fundus

lambung terletak pada kubah (cupola) diaphragma, sehingga pada foto rontgen sering tampak gas

tepat di bawah kubah diaphragma.3

Struktur Mikroskopis Lambung

Paling luar tunica serosa dilapisi oleh lapisan peritoneum viscerale dari cavum peritonei

di depan dan bursa omentalis di belakang. Di sebelah dalamnya terdapat tunica muscularis yang

terdiri dari 3 lapisan otot polos. Yang paling dalam adalah fibrae obliquae terbentuk dengan baik

pada daerah cardia dan menyebar ke fundus dan permukaan anterior dan posterior corpus

ventriculi. Yang paling luar adalah tunica longitudinalis yang tipis tersebar pada permukaan

depan dan belakang corpus gastrica, namun tebal pada curvatura major dan minor, serta meliputi

seluruh bagian pars pylorica. Di sebelah dalamnya terdapat tunica circularis yang melingkar pada

seluruh bagian lambung kecuali fundus; dan menebal pada sphincter pylori dan membentuk M.

sphincter pylori. Di sebelah dalam dari lapisan otot terdapat tunica submucosa yang terdiri dari

jaringan penghubung longgar, dan mengandung sejumlah pembuluh darah dan limfe. Lapisan

paling dalam yang cukup tebal (dapat sampai 2 mm) dan bersifat vascular disebut tunica mucosa

gastricae. Lapisan ini mempunyai sejumlah lipatan disebut plica gastricae. Arahnya umumnya

longitudinalis dan sepanjang curvatura minor membentuk saluran, canalis gastricus. Saluran ini

dapat mengalirkan cairan dan sejumlah makanan yang telah dikunyah langsung dari cardia ke

4

Page 5: PBL blok 9 lambung

dalam duodenum. Kelenjar lambung bermuara pada lubang-lubang kecil yang disebut foveolae

gastricae (gastric pits). Dapat dibedakan tiga macam kelenjar lambung yaitu galndulae gastricae,

glandula cardiaca dan glandulae pyloricae. Yang paling banyak adalah galndulae gastricae yang

tersebar di fundus dan corpus gastrica.3

Gambar 3. Lapisan-lapisan pada Lambung

Vaskularisasi Lambung

Lambung mendapat darah dari cabang-cabang A. coeliaca yaitu A. gastrica sinistra et

dextra, A. gastroepiploica sinistra et dextra, dan A. gastrica brevis. A. gastrica sinistra berasal

dari A. coeliaca yang berjalan ke atas dan kiri untuk mencapai oesophagus dan kemudian

berjalan turun sepanjang curvatura minor lambung. A. gastrica sinistra memperdarahi sepertiga

bawah oesophagus dan bagian kanan atas lambung. A. gastrica sinistra beranastomosis dengan

A. gastrica dextra. A. gastrica dextra berasal dari A. hepatica pada pinggir atas pylorus dan

berjalan ke kiri dalam omentum minus sepanjang curvatura minor lambung. A. gastrica dextra

memperdarahi bagian kanan bawah lambung. Pembuluh ini juga beranastomosis dengan A.

gastrica sinistra. A. gastrica brevis berasal dari A. lienalis pada hilus limpa dan berjalan ke depan

dalam ligamentum gastrolienalis untuk memperdarahi fundus. A. gastroepiploica sinistra berasal

dari A. lienalis pada hilus limpa dan berjalan ke depan dalam ligamentum gastrolienalis untuk

memperdarahi lambung sepanjang bagian atas curvatura major. A. gastroepiploica dextra berasal

dari A. gastroduodenalis yang merupakan cabang dari A. hepatica. Pembuluh ini berjalan kiri

dam memperdarahi lambung sepanjang bagian bawah curvatura major.4

Vena-vena pada lambung mengalirkan darah ke sirkulasi portal. V. gastrica sinistra et

dextra langsung mengalirkan darah ke V. porta hepatis. V. gastrica brevis dan V. gastroepiploica

sinistra bermuara ke V. lienalis. V. gastroepiploica dextra bermuara ke V. mesenterica superior

terus ke V. porta hepatis.4

5

Page 6: PBL blok 9 lambung

Gambar 4. Vaskularisasi Lambung

Persarafan Lambung

Saraf-saraf lambung berasal dari plexus sympaticus coeliacus dan dari N. vagus kiri.

Truncus ini masuk abdomen pada permukaan anterior oesophagus. Truncus yang mungkin

tunggal atau multipel, kemudian membelah menjadi cabang-cabang yang mempersarafi

permukaan anterior lambung. Rami hepatici berjalan sampai hati, dan dari sini ramus pylorica

berjalan turun ke pylorus.

Truncus vagalis posterior, yang dibentuk dalam thorax terutama berasal dari N. vagus

kanan, masuk ke abdomen pada permukaan posterior oesophagus. Truncus kemudian membelah

menjadi cabang-cabang yang terutama mempersarafi permukaan posterior lambung. Suatu

cabang yang besar berjalan ke plexus mesentericus superior dan plexus coeliacus dan disebarkan

ke usus halus sejauh flexura lienalis dan ke pankreas.

Persarafan simpatis lambung membawa serabut-serabut saraf yang menghantarkan rasa

nyeri, sedangkan serabut parasimpatis N. vagus merupakan sekremotoris untuk kelenjar

lambung. Sphincter pylorus menerima serabut-serabut inhibitor dari N. vagus.5

Fisiologis Saluran Cerna pada Lambung

Fungsi lambung yaitu penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal memungkinkan

adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan

dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran. Lambung

6

Page 7: PBL blok 9 lambung

tidak memiliki peran mendasar dalam kehidupan dan dapat diangkat, asalkan makanan yang

dimakan sedikit dan sering. Produksi kimus, aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya

kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan

mendorongnya ke dalam duodenum. Digesti protein, lambung memulai digesti protein melalui

sekresi tripsin dan asam klorida. Produksi mukus, mukus yang dihasilkan dari kelenjar

membentuk barier setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari

sekresinya sendiri. Produksi faktor intrinsik, faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi

sel parietal dan vitamin B12, didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat pada faktor

intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus, tempat vitamin B12

diabsorpsi. Sebagai absorpsi, absorpsi nutrien yang berlangsung dalam lambung hanya sedikit.

Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut

dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas.6

Terdapat empat aspek motilitas lambung yaitu, pengisian lambung (gastric filling):

volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung dapat mengembang hingga

kapasitasnya 1 liter. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus

lambung, makanan yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan

secara bertahap akan disalurkan dari korpus ke antrum. Pencampuran lambung (gastric mixing):

kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi

lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan retropulsi menyebabkan kimus bercampur

dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di antrum akan mendorong kimus menuju

sphincter pilorus. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum

menyebabkan juga gaya pendorong untuk mengosongkan lambung.7

Faktor yang mengatur motilitas dan pengosongan lambung yaitu di dalam lambung, di

dalam duodenum, dan di luar sistem pencernaan. Di dalam lambung oleh faktor volume kimus

dengan cara pengaturan distensi menimbulkan efek langsung pada eksitabilitas otot polos

lambung, serta bekerja melalui plexus intrinsik, saraf vagus dan gastrin. Efek pada motilitas dan

pengosongan lambung mengakibatkan peningkatan volume merangsang motilitas dan

pengosongan. Oleh faktor derajat keenceran dengan cara pengaturan efek langsung, yaitu isi

7

Page 8: PBL blok 9 lambung

harus berbentuk cair agar dapat dievakuasi. Efek pada motilitas dan pengosongan lambung

mengakibatkan peningkatan keenceran mempercepat pengosongan.

Di dalam duodenum oleh faktor adanya lemak, asam, hipertonisitas, atau peregangan

dengan cara pengaturan memulai refleks enterogastrik atau memicu pengeluaran enterogastron

(kolesistokinin, sekretin, peptida inhibitorik lambung). Efek pada motilitas dan pengosongan

lambung mengakibatkan faktor-faktor tersebut menghambat motilitas dan pengosongan lambung

lebih lanjut sampai duodenum mengatasi faktor-faktor yang sudah ada.

Di luar sistem pencernaan oleh faktor emosi dengan cara pengaturan mengubah

keseimbangan otonom. Efek pada motilitas dan pengosongan lambung mengakibatkan

merangsang atau menghambat motilitas dan pengosongan. Oleh faktor nyeri hebat dengan cara

pengaturan meningkatkan aktivitas simpatis. Efek pada motilitas dan pengosongan lambung

mengakibatkan mengahambatnya motilitas dan pengosongan. Oleh faktor penurunan pemakaian

glukosa di hipotalamus dengan cara pengaturan meningkatkan aktivitas vagus. Efek pada

motilitas dan pengosongan lambung yaitu merangsang motilitas, disertai oleh rasa lapar.8

Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu kelenjar

oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi HCl,

pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik terutama menyekresi mukus untuk

melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar pilorik juga menyekresi hormon

gastrin.

Beberapa sekret lambung diantaranya: HCl yaitu sel-sel partikel aktif mengeluarkan HCl

ke dalam lumen lambung. Fungsi HCl dalam proses pencernaan adalah mengaktifkan prekursor

enzim pepsinogen menjadi pepsin dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin,

membantu penguaraian serat otot dan jaringan ikat, serta bersama dengan lisozim bertugas

mematikan mikroorganisme dalam makanan. Pepsinogen yaitu pada saat diekskresikan ke dalam

lambung, pepsinogen mengalami penguaraian oleh HCl menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin

berfungsi dalam pencernaan protein untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena

fungsinya memecah protein, maka peptin dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam

bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk. Sekresi

8

Page 9: PBL blok 9 lambung

mukus; mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera pada mukosa

lambung. Faktor intrinsik; faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. Vitamin

B12 penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12

tidak dapat diserap. Sekresi gastrin dimana di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat

sel G yang mensekresikan gastrin.

Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan

mengalirnya makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat

dan mulai terjadi pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di

lambung adalah etil alkohol dan aspirin.9

Tiga tahap sekresi lambung dianamakan sesuai dengan regio tempat terjadinya stimulus.

Faktor saraf dan hormon terlibat. Tahap sefalik, terjadi sebelum makanan mencapai lambung.

Masuknya makanan ke dalam mulut atau tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan, dapat

merangsang sekresi lambung. Tahap lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan

berlangsung selama makanan masih ada. Peregangan dinding lambung merangsang reseptor

saraf dalam mukosa lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen menjalar ke medula

melalui saraf vagus. Serabut eferen parasimpatis menjalar dalam vagus menuju kelenjar lambung

untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan dan gastrin. Asam amino dan

protein dalam makanan yang separuh tercerna dan zat kimia (alkohol dan kafein) juga

meningkatkan sekresi lambung melalui refleks lokal. Fungsi gastrin antara lain: gastrin

merangsang sekresi lambung, gastrin meningkatkan motilitas usus dan lambung, gastrin

mengkonstriksi sfingter esofagus bawah dan merelaksasi sfingter pilorus, dan efek tambahan

seperti stimulasi sekresi pankreas dan peningkatan motilitas usus, juga termasuk fungsi gastrin.

Pengaturan pelepasan gasrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan umpan balik yang

didasarkan pada pH isi lambung. Jika tidak ada makanan dalam lambung di antara jam makan,

pH lambung rendah dan sekresi lambung terbatas. Makanan yang masuk ke lambung memiliki

efek pendaparan (buffering) yang mengakibatkan peningkatan pH dan peningkatan sekresi

lambung. Tahap usus, terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus

yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon. Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi

9

Page 10: PBL blok 9 lambung

gastrin duodenum sehingga dapat berlangsung selama beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh

bagian atas (duodenum) usus halus dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung.6

Pencernaan Karbohidrat, Protein dan Lemak

Pencernaan protein dimulai di lambung oleh enzim pepsin dan diselesaikan di usus halus

dengan kerja enzim tripsin dan kimotripsin pankreatik. Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut

oleh aktivitas enzim amilase saliva dan diselesaikan di usus halus oleh enzim amilase pankreatik.

Pencernaan lemak, lemak di dalam usus halus dicerna melalui aktivitas enzim lipase

pankratik. Lemak dicerna oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Akan tetapi,

lipase, merupakan enzim larut air; karena lemak tidak dapat larut dalam air, pencernaan lemak

oleh lipase akan sangat lambat jika tidak untuk emulsifikasi, yaitu proses pemecahan kompleks

lemak yang besar menjadi droplet atau serpihan yang lebih kecil. Emulsifikasi meningkatkan

area permukaan lemak sehingga memungkinkan pencernaan oleh lipase pankreatik. Dengan

meningkatnya area permukaan, lipase menjadi agens yang efektif untuk pencernaan.

Emulsifikasi terjadi melalui pencampuran mekanis makanan di dalam usus dan dengan kerja

kandung empedu di dalam usus halus.10

Karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan tak dapat diserap dalam bentuk dietnya.

Sehingga ia harus dicernakan ke dalam komponen yang dapat diserap. Lambung dan duodenum

terutama bertanggung jawab untuk memulai pencernaan, sementara terjadi absorpsi dalam usus

halus lebih distal. Kekecualian mencakup alkohol, elektrolit tertentu dan ion fero, yang dapat

diserap langsung dari lambung.

Protein diet terdiri dari polipeptida rantai panjang, yang harus dihidrolisis ke komponen

asam amino sebelum absorpsi. Proses ini dimulai dalam lambung oleh pelepasan peptinogen,

yang dengan adanya asam lambung, diubah ke pepsin (suatu eksopeptidase). Dalam duodenum,

protein dan lemak yang dicerna sebagian menyebabkan pelepasan kolesitokinin, yang kemudian

bekerja bersama-sama rangsangan vagus untuk merangsang sekresi tripsin, kimotripsin dan

karboksipeptidase pancreas. Masing-masingnya disekresi sebagai prekursor tak aktif, yang

kemudian diaktivasi oleh hormon duodenum enterokinase. Dalam bentuk aktifnya, enzim ini

10

Page 11: PBL blok 9 lambung

meningkatkan pencernaan lebih lanjut bagi proteosa, pepton dan polipeptida, yang akhirnya

diserap dalam usus halus distal sebagai asam amino.

Bentuk utama lemak diet yang dicerna merupakan trigliserida, tiga asam lemak dirangkai

ke gliserol. Enzim pankreas yang menghidrolisis trigliserida (lipase) tak dapat larut dalam lemak,

sehingga mula-mula globulus lemak yang besar yang memasuki duodenum dipecah ke dalam

unit lebih kecil oleh suatu proses yang dikenal sebagai emulsifikasi. Garam empedu diperlukan

aktivitas ini. Setelah diemulsifikasi, kemudian trigliserida dihidrolisis ke asam lemak dan

monogliserida. Tetapi, hidrolisis saja tak cukup untuk memastikan absorpsi, sehingga gugusan

ini harus dibuat larut adalam air dengan asam empedu, yang membentuknya le dalam “micelles”

(garam empedu hidrofilik ditambahkan ke monogliserida dan asam lemak bebas hidrofobik).

Pencernaan karbohidrat agak kurang rumit. Proses ini dimulai oleh amilase saliva yang

menghidrolisis gula yang dimakan ke maltosa dan isomaltosa. Reaksi diteruskan dalam lambung

sampai cukup asam disekresikan untuk tidak mengaktifkan enzim ini. Bagian karbohidrat diet

yang lebih besar dihidrolisis di dalam duodenum oleh amilase pankreas, yang mereduksi

polisakarida menjadi disakarida sukrosa dan laktosa. Kemudian gula ini direduksi ke mono

sakarida oleh enzim yang terletak dalam brush holder (batas sikat) sel mukosa usus dan

kemudian diserap seperti itu.11

Enzim Lambung

Pada hakikatnya, sistem pencernaan atau sistem digesti tubuh kita berupa saluran pipa

panjang yang kenyal dan berkelok-kelok mulai dari mulut, lambung, intestin sampai anus.

Makanan yang akan dicerna bergerak sepanjang saluran tersebut. Banyak enzim dan zat kimia

lain yang berasal dari berbagai macam organ tubuh berada dalam saluran ini.

Lambung atau perut besar merupakan kantung yang terletak di rongga perut agak ke

sebelah kiri. Getah lambung disekresi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal. Getah lambung

yang mengisi lumen lambung terdiri ayas 99,4% air. Sisanya tersusun atas musin, garam-garam

anorganik, dan enzim-enzim pencernaan, yaitu pepsin (gastric protease), renin (gastric

caseinase), dan lipase lambung (gastric lipase). Asam kloridalambung yang diproduksi oleh sel-

11

Page 12: PBL blok 9 lambung

sel parietal berperan sebagai aktivator pepsinogen menjadi pepsin dan membunuh kuman-kuman

atau bakteri-bakteri yang masuk ke dalam lambung bersama-sama makanan atau minuman.

Pada lumen lambung, kerja enzim ptialin yang masuk bersama-sama makanan dari mulut

dihentikan dengan adanya asam klorida (HCl) yang disekresi oleh sel-sel parietal. Jadi,

polisakarida, oligosakarida, dan disakarida dalam lambung tidak mengalami perubahan; protein

yang kontak dengan asam klorida lambung akan mengalami denaturasi sehingga lebih mudah

dicerna. Protein yang berada dalam lambung akan diubah oleh pepsin menjadi fraksi-fraksi yang

lebih kecil, yaitu oligopeptida, proteosa, dan pepton. Protein susu dalam bentuk kalsium para

kaseinat (protein susu yang berkaitan dengan kalsium yang membentuk gumpalan sehingga

muda/lebih lama dipengaruhi pepsin) juga akan dicerna oleh pepsin. Berbeda dengan amilase

dan enzim lainnya, pepsin bekerja dalam suasan sangat asam (pH 1,0-2,5) sesuai dengan kondisi

asam cairan lambung. Hasil semua digesti makanan dalam lambung ini bersama-sama makanan

lain masuk ke dalam intestin. Kemampuan dinding saluran pencernaan untuk menyerap bahan

makanan atau bahan lain tidak sama. Lambung merupakan saluran pencernaan yang dindingnya

mempunyai daya serap yang jelek. Meskipun demikian, zat-zat yang larut dengan baik dalam

lemak, seperti alkohol dan obat-obatan tertentu, dapat diserap di lambung dalam jumlah sedikit.12

Kinetika Reaksi Enzim

Kecepatan enzim pengatur di dalam sel dapat ditingkatkan atau diturunkan oleh

perubahan konsentrasi substrat atau produk, oleh senyawa atau enzim yang mengubah

ketersediaan gugus fungsional di tempat aktif, atau oleh perubahan jumlah enzim yang tersedia.

Mekanisme pengatur yang digunakan bergantung pada fungsi jalur metabolik dimana enzim

berada dan tujuan pengaturan. Misalnya, jalur untuk produksi energi harus diatur oleh suatu

mekanisme yang dapat berespons dengan cepat terhadap kebutuhan ATP yang meningkat, tetapi

jalur penyimpanan dapat diatur oleh mekanisme yang berespons lebih lambat terhadap

perubahan keadaan.

Kecepatan semua enzim bergantung pada konsentrasi substrat. Ketergantungan ini dapat

mengatur jalur metabolik apabila pasokan substrat bagi enzim dengan kecepatan terbatas (rate-

limiting enzyme) berubah-ubah sesuai kebutuhan akan jalur yang bersangkutan. Jalur

12

Page 13: PBL blok 9 lambung

penyimpanan dan jalur untuk pembuangan bahan sisa toksik sebagian diatur dengan cara ini.

Persamaan kinetika enzim memberi suatu cara kuantitatif untuk menjelaskan enzim dalam

kaitannya dengan ketergantungan enzim terhadap konsentrasi substrat.13

Tukak Lambung (Ulcus Ventriculi)

Tukak lambung adalah penyakit dimana lambung berada dalam kondisi kelebihan asam

(hyperacidity). Dinding lambung dilapisi oleh selapis sel tipis yang melindungi dinding lambung

dari asam. Apabila sel-sel pelindung ini tidak ada maka asam akan “memakan” dinding lambung.

Asam ini sebenarnya tidak berbahaya jika lambung dalam keadaan penuh makanan, sebab secara

alami lambung memproduksi asam untuk membantu mencernakan makanan. Asam menjadi

berbahaya jika lambung dalam keadaan kosong.

Kelebihan asam di dalam lambung dan lambatnya sekresi getah pelindung

mengakibatkan timbulnya luka pada dinding lambung. Luka ini sulit disembuhkan karena terus

menerus “dimandikan” oleh asam. Luka yang sudah mulai kering akan kambuh lagi.14

Perjalanan penyakit dimulai dengan sekresi HCl normal atau sedikit menurun. Bila terjadi

aklorhidria, kemungkinan ada keganasan. Tak ada faktor intrinsik, vitamin B12 tidak diabsorpsi,

anemia pernisiosa. Kelenjar lambung mengalami atrofi. Bila ulkus mengenai pembuluh darah

akan terjadi (hematemesis) dan dapat menjadi ganas. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan

barium inloop dan endoskopi langsung. Gejala klinik yang ditunjukkan meliputi nyri di

epigastrum, mual, muntah, berat badan menurun, perdarahan (25% kasus), perforasi (tidak

sesering pada ulkus duodeni), sering kambuh dan penyembuhan terlihat dengan ukuran ulkus

mengecil 50% dalam 3 bulan.15

Kesimpulan

Berdasarkan skenario yang saya dapatkan bahwa perempuan tersebut mengalami tukak

pada lambung dikarenakan pengosongan lambung yang terlalu lama mengakibatkan asam pada

lambung meningkat dimana peningkatan asam lambung ini oleh HCl dan pepsin berdifusi ke

mukosa dan memicu pengeluaran histamin untuk merangsang sekresi asam berlebih. Hal ini

terus berulang hingga bisa mengikis lapisan submukosa. Apabila luka pada lambung sudah

mencapai submukosa akan berbahaya karena bisa mengalami perforasi lambung.13

Page 14: PBL blok 9 lambung

Daftar Pustaka

1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran bagian 1 edisi 3. Jakarta; Penerbit

Buku Kedokteran EGC 1997, hal 217

2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta; Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama 2009, hal 223

3. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC 2007, hal 53-7

4. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Keperawatan perioperatif. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2006, hal 86

5. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta; Penerbit Erlangga 2002, hal 236-8

6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC

2004, hal 287

7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi ke 6. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2011, hal 641-92

8. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat edisi 10. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2002, hal 382

9. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2001, hal 269

10. Corwin EJ. Buku saku patofisologi edisi 3. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC

2009, hal 590

11. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC 1995, hal 518-9

12. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program

strata 1 fakultas bioeksakta. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC 2009, hal 20-1

13. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.

Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC 2000, hal 113

14. Caldwell E. Berhenti merokok. Yogyakarta; Pustaka Popular 2009, hal 30-1

15. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC

2000, hal 145

14