PELAKSANAAN PERLINDUNGAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA
DAN JAMINAN KEMATIAN TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA
OLEH PT TASPEN (PERSERO) CABANG BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA
DAN JAMINAN KEMATIAN TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA
OLEH PT TASPEN (PERSERO) CABANG BANDAR LAMPUNG
Oleh
RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) pada dasarnya mendapatkan perlindungan
atas kecelakaan kerja dan kematian dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara.
Permasalahan penelitian ini adalah: (2) Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap ASN oleh PT
TASPEN Cabang Bandar Lampung? (2) Bagaimanakah strategi dalam
pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap ASN
oleh PT TASPEN Cabang Bandar Lampung?
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris.
Pengumpulan data dengan studi lapangan dan studi pustaka. Pengolahan data
meliputi seleksi, klasifikasi dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara
yuridis kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan perlindungan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap ASN oleh PT TASPEN dengan
dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara. ASN yang
mengalami Kecelakaan Kerja mendapatkan perawatan, santunan, dan tunjangan
cacat, sedangkan Jaminan Kematian ahli waris dari peserta mendapatkan santunan
sekaligus, uang duka wafat, biaya pemakaman, dan bantuan beasiswa. (2) Strategi
dalam Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap
ASN oleh PT TASPEN adalah mengoptimalkan sosialisasi mengenai JKK dan
JKN kepada para ASN sebagai peserta program. Strategi tersebut dapat ditempuh
dengan beberapa langkah yaitu menyusun perencanaan sosialisasi, pemilihan
media sosialisasi, dan menjalin koordinasi dengan pihak terkait baik Badan
Kepegawaian Daerah maupun mitra bayar (pihak perbankan).
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) PT TASPEN Cabang Kota Bandar
Lampung hendaknya meningkatkan sosialisasi program Jaminan Kecelakaan
ii
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) secara lebih efektif dan efisien.
Misalnya jadwal, peserta dan materi sudah diagendakan secara rutin (2)
Koordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dan mitra bayar sebaiknya
lebih ditingkatkan.
Kata Kunci: Perlindungan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, ASN
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF PROTECTION OF WORK ACCIDENT
GUARANTEE AND DEATH GUARANTEE TO STATE CIVIL
APPARATUS
BY PT TASPEN (PERSERO) BANDAR LAMPUNG BRANCH
By
RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
Each State Civil Apparatus (ASN) basically gets protection for workplace
accidents and deaths in carrying out their duties as stipulated in Government
Regulation Number 66 of 2017 concerning Work Accident Guarantees and Death
Assurance for State Civil Apparatus.
The problems of this research are: (2) What is the implementation of the
protection of Work Accident and Death Assurance for ASN by PT TASPEN
Bandar Lampung Branch? (2) What is the strategy in implementation of the Work
Accident Guarantee and the Death Guarantee for ASN by PT TASPEN Bandar
Lampung Branch?
This research uses a normative and empirical juridical approach. Data collection
with field studies and literature studies. Data processing includes selection,
classification and compilation of data. Data analysis was conducted in a
qualitative juridical manner.
The results of this research indicate: (1) Implementation of the protection of Work
Accident and Death Assurance for ASN by PT TASPEN Bandar Lampung
Branch on the legal basis of Government Regulation Number 66 of 2017
concerning Work Accident Guarantees and Death Guarantees for State Civil
Apparatus. ASNs who experience Occupational Accidents receive care,
compensation and disability benefits, while the Death Assurance of the
beneficiaries of the participant receives compensation at the same time, death
grief money, funeral fees, and scholarship assistance. PT TASPEN in the
implementation of the program has fulfilled carried out based on applicable laws
and regulations. (2) The strategy in the implementation of work accident
insurance and the death guarantee for ASN by the Bandar Lampung branch of
TASPEN is to optimize socialization regarding JKK and JKN to ASNs as
program participants. The strategy can be pursued with a number of steps, namely
planning socialization, selecting socialization media, and coordinating with
iv
related parties, both the Regional Personnel Agency and paying partners (the
banking sector). Suggestions in this research are: (1) PT TASPEN Bandar
Lampung City Branch should increase the socialization of the Work Accident
Guarantee (JKK) and Death Insurance (JKM) programs more effectively and
efficiently. For example, the schedule, participants and material have been
scheduled regularly (2) Coordination with the Regional Personnel Agency (BKD)
and paying partners should be improved.
Keywords: Protection, Work Accident Guarantee, Death Guarantee, ASN
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA
DAN JAMINAN KEMATIAN TERHADAP APARATUR SIPIL NEGARA
OLEH PT TASPEN (PERSERO) CABANG BANDAR LAMPUNG
Oleh
RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
pada
Jurusan Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : PELAKSANAAN PERLINDUNGAN JAMINAN
KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN
KEMATIAN TERHADAP APARATUR SIPIL
NEGARA OLEH PT TASPEN (PERSERO)
CABANG BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
No. Pokok Mahasiswa : 1542011062
Jurusan : Hukum Administrasi Negara
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Sri Sulastuti, S,H.,M.Hum. Fathoni, S.H., M.H. NIP. 19620727 198703 2 004 NIP. 198208262014041001
2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara,
Syamsir Syamsu, S,H.,M.Hum.
NIP. 196108051989031005
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Sri Sulastuti, S,H.,M.Hum. ………………….
Sekretaris : Fathoni, S.H.,M.H. ………………….
Penguji Utama : Elman Eddy Patra, S.H., M.H. ………………….
2. Dekan Fakultas Hukum
Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H.
NIP 19600310 198703 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 22 Mei 2019
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : RODHI HIBATULLAH ALAMSYAH
NPM : 1542011062
Bagian : Hukum Administrasi Negara
Fakultas : Hukum
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pelaksanaan
Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap
Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN (Persero) Bandar Lampung”, adalah
benar-benar hasil karya sendiri dan bukan hasil plagiat sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 27 Peraturan Akademik Universitas Lampung dengan Surat
Keputusan Rektor Nomor 3187/H26/DT/2010.
Bandar Lampung, 17 April 2019
Penulis
Rodhi Hibatullah Alamsyah
NPM. 1542011062
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rodhi Hibatullah Alamsyah, lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 28 September 1997, sebagai anak
kedua dari dua bersaudara, buah hati pasangan Bapak M.
Syahrial Alamsyah,S.H., M.H. dan Ibu Dra. Lista Rita.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Rawalaut Bandar Lampung
selesai Tahun 2009, SMP Negeri 4 Bandar Lampung selesai Tahun 2012 dan
SMA Negeri 2 Bandar Lampung selesai Tahun 2015. Pada tahun yang sama
penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas
Lampung. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukaraja Tiga
Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timut pada Bulan Juli – Agustus
2018.
MOTTO
Terkadang hidup tidak seindah cita-cita tapi cita-cita itu yang membuat kita
hidup untuk mencapai sebuah keberhasilan dan jangan pernah takut gagal
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan Skripsi ini kepada:
Kedua Orang Tercinta
Bapak M. Syahrial Alamsyah,S.H., M.H. dan Dra. Lista Rita
Atas segala kasih sayang dan cintanya yang tiada terbalas
oleh bentangan dunia dan segala isinya
Semoga kelak Allah SWT memberkahi dan meridhoinya
Kakakku Tercinta
Nugraha Eka Prayudha Alamsyah, S.I.P.
Atas dukungan dan motivasi yang diberikan
Almamaterku Tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdullilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: “Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN
(Persero) Bandar Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama peroses penyusunan sampai dengan
terselesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung
2. Bapak Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I, atas bimbingan,
masukan dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi
4. Bapak Fathoni, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, atas bimbingan, masukan
dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan sampai dengan selesainya
skripsi
xiii
5. Bapak Elman Eddy Patra, S.H.,M.H, selaku Penguji Utama dan Pembahas I,
atas masukan dan saran yang diberikan dalam perbaikan Skripsi
6. Ibu Eka Deviani, S.H.,M.H, selaku Pembahas II, atas masukan dan saran yang
diberikan dalam perbaikan Skripsi
7. Segenap Dosen beserta staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang telah banyak membantu dan memberikan banyak ilmu
pengetahuan kepada Penulis selama menyelesaikan studi
8. Bapak Tanto selaku Kepala Bidang Layanan dan Manfaat PT TASPEN
Cabang Bandar Lampung yang telah membantu dalam penelitian sehingga
skripsi ini bisa terselesaikan
9. Annisa Adietya Pratama yang selalu menemani, memberikan semangat,
mendorong dan sabar untuk membantu menyelesaikan segala urusan dan
memberikan perhatian dalam segala hal sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
10. Sahabatku Sekawan: Arkan, Gilang, Anthony, Fadel, Ridho, Kinjai, Panca,
Reza, Fadly, Aziz, Yudha yang secara tidak langsung telah mendukung dalam
penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan mencapai gelar sarjana: Dzaky, Febri, Rio, Topik,
Panji, Radit, Tomy, Rico, Naufal, Romis, Bima, Ridho, Ibok, Buli, Mayang,
Mentari, Nanda, Mutiara, Anis, Erysha, Fitria yang telah menyemangati,
memberikan masukan dan saran, dan memberikan motivasi.
12. Almamaterku tercinta beserta seluruh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung Angkatan 2015.
xiv
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan
dukungannya.
Akhir kata Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 17 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ vi
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. ix
MOTTO ................................................................................................................. x
PERSEMBAHAN ................................................................................................. xi
SANWACANA .................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian............................................ 5
1.2.1 Permasalahan .................................................................................... 5
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.3.2 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Pengertian Asuransi ................................................................................... 7
2.2 Subyek dan Obyek Asuransi .................................................................... 12
2.3 Penggolongan dan Jenis-Jenis Asuransi .................................................. 17
2.4 Sistem Jaminan Sosial Nasional .............................................................. 20
2.5 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................................ 22
2.6 Pengertian Pekerja, Pengusaha, dan Pegawai Pemerintah ....................... 23
2.6.1 Pengertian Pekerja .......................................................................... 23
2.6.2 Pengertian Pengusaha ..................................................................... 24
2.6.3 Pengertian Aparatur Sipil Negara ................................................... 25
2.7 Dasar Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Aparatur Sipil Negara .............................................................................. 30
xvi
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 33
3.1 Pendekatan Masalah................................................................................. 33
3.2 Sumber Data............................................................................................. 33
3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 35
3.3.1 Pengumpulan Data.......................................................................... 35
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data .............................................................. 36
3.4 Analisis Data ............................................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 38
4.1 GambaranUmum PT TASPEN Cabang Bandar Lampung ...................... 38
4.2 Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung ...................................................................................... 40
4.2.1 Wewenang Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT
TASPEN ......................................................................................... 40
4.2.2 Substansi Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT
TASPEN ......................................................................................... 44
4.2.3 Prosedur Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT
TASPEN ......................................................................................... 51
4.2.4 Kondisi Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT
TASPEN ......................................................................................... 57
4.3 Strategi dalam Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung ...................................................................................... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 68
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 68
5.2 Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Biaya Pengangkutan Peserta ke Rumah Sakit dan atau Peserta Termasuk
P3K .................................................................................................................. 58
2. Santunan Cacat ................................................................................................ 59
3. Tunjangan Cacat.............................................................................................. 59
4. Santunan Kematian Kerja (Tewas) ................................................................. 61
5. Biaya Pemakaman ........................................................................................... 61
6. Bantuan Beasiswa ........................................................................................... 62
7. Analisis SWOT Penyelenggaraan Pemberian Santunan JKK dan JKM oleh PT
TASPEN Cabang Bandar Lampung................................................................ 65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan satu Negara di dunia yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah dan memiliki masyarakat yang jumlahnya ratusan juta jiwa, masyarakat
tersebut harus dapat perlakuan yang sangat baik dan sudah sangat menjadi
tanggung jawab suatu Negara tersebut untuk mensejahterakan masyarakatnya,
termasuk Indonesia. Salah satu tujuan Negara menurut aliran kesejahteraan
(welfare state) adalah mengusahakan atau mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan umum.1 Salah satu yang menjadi indikator tercapainya tujuan
negara adalah tersedianya jaminan sosial (social security) bagi masyarakat.
Adapun bentuk jaminan sosial yang dimaksud, antara lain diberikan dalam bentuk
asuransi sosial (social insurance).2
Berdasarkan landasan formal negara, Indonesia memiliki arah welfare state
dengan adanya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
alinea ke 4, tujuan Negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
beradasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
1Yulia Netta, Ilmu Negara, PKKPUU Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung,
2015 hlm. 73. 2Sentosa Sembiring, Hukum Asuransi, Nuansa Aulia Bandung, 2014, hlm. 99.
2
Selain itu, ada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang menjadi landasan operasional menggerakan negara bagi
kesejahteraan sosial. Penyelanggaraan jaminan sosial merupakan kewajiban
negara yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 Pasal 28H yang menyebutkan bahwa: Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang
baik dan sehat serta untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Setiap orang berhak
atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.
Salah satu yang harus dipikirkan jaminan sosialnya adalah Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebagai salah satu unsur penting dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan, khususnya dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan
nasional. Menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UUASN), ASN adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional menetapkan 5 (lima)
program jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, dan jaminan pensiun. Pegawai Negeri Sipil di Indonesia dibagi
3
menjadi dua yaitu: Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik jumlah PNS Pada tahun 2016 berjumlah
4.374.349 PNS yang terdiri PNS Pusat dan Daerah.3 Pemerintah membentuk
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam asuransi sosial dan dana pensiun
serta tabungan hari tua untuk kesejahteraan Aparatur Sipil Negara, yaitu PT
TASPEN.
PT TASPEN merupakan singkatan dari Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri. Adapun pembentukan PT TASPEN sendiri dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1956 tentang pembelanjaan Pensiun dan Undang-
Undang Nomot 11 Tahun 1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda
serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian
Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil dilakukan penggabungan program
kesejahteraan pegawai negeri yang terdiri dari Program Asuransi Pegawai Negeri
Sipil dan Dana Pensiun serta Tabungan Hari Tua yang dikelola PT TASPEN.4
PT TASPEN memiliki progam Dana Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tabungan
Hari Tua (THT) serta program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara. Jaminan Kecalakaan Kerja dan Jaminan
Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara sangatlah penting dan sudah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2015 yang
telah direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang
3 Badan Pusat Statisik,Jumlah Aparatur Sipil Negara,dalam https://www.bps.go.id/, di akses 10
November 2018 4 PT TASPEN, Sejarah Perusahaan, dalam http://www.taspen.co.id/?page_id=28, di akses 4
Oktober 2018
4
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil
Negara, Peraturan Pemerintah tersebut di bentuk berdasarkan ketentuan Pasal 92
ayat 4 dan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, maka di tetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi
Pegawai Aparatur Sipil Negara dan sudah di revisi menjadi Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2017. Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian dimulai sejak yang bersangkutan di angkat sebagai pegawai hingga
masa tugasnya selesai.
PT TASPEN memiliki beberapa cabang salah satunya adalah cabang Bandar
Lampung. Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian di PT
TASPEN Cabang Bandar Lampung sudah berjalan. Pada tahun 2017 PT TASPEN
Cabang Bandar Lampung ada 105. 247 Aparatur Sipil Negara yang menjadi
anggota program PT TASPEN, Pada Tahun 2017 jumlah ASN yang mengklaim
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian berjumlah 354 Aparatur Sipil
Negara5. Metode pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
berupa santunan yang diberikan oleh PT TASPEN kepada Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pelaksanaan
Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap
Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang Bandar Lampung”
5 PT TASPEN, Jumlah Peserta Cabang Bandar Lampung, dalam http://www.taspen.co.id/?page
id=32, di akses 10 November 2018
5
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan pada latar belakang maka
permasalahan yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung?
2. Bagaimanakah strategi dalam pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung?
1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup ilmu dalam penelitin ini adalah Hukum Administrasi Negara
dengan kajian mengenai pelaksanaan Perlindungaan PT TASPEN Cabang Bandar
Lampung dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Kematian Kerja
Terhadap Aparatur Sipil Negara. Lokasi penelitian adalah pada PT TASPEN
Cabang Bandar Lampung dan waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun 2019.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung.
6
2. Untuk mengetahui strategi dalam pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang
Bandar Lampung.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan berguna dalam pengembangan
keilmuan Hukum Administrasi Negara, Khususnya yang mengkaji masalah
Pelaksanaan Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
terhadap Aparatur Sipil Negara Oleh PT TASPEN Cabang Bandar Lampung.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan Praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran pemikiran bagi PT
TASPEN Cabang Bandar Lampung dalam menjalankan program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara.
b. Sebagai salah satu syarat akademis dalam penyelesaian pembelajaran pada
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-
undangan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal dari kata
“asuransi” diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”
yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan
dengan asuransi ada 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Asuransi di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance
business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan
Asuransi (insurance company).
2. Usaha dibidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang
usaha asuransi. Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi
disebut Perusahaan Penunjang Asuransi.6
Asuransi atau pertanggungan yang merupakan terjemahan dari insurance atau
verzekering atau assurantie. Pertanggungan atau asuransi ditinjau dari segi hukum
selalu dikaitkan dengan perjanjian, karena memang perbuatan mengasuransikan
atau mempertanggungkan itu dapat digolongkan sebagai suatu perbuatan
perjanjian. Meskipun demikian tetap terdapat perbedaan pengertian yang agak
6 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonsesia, Bandung. Penerbit PT Citra Aditya Bakti
2011.hlm. 5-6
8
mengganggu antara pengertian yang diberikan KUHPerdata di satu pihak dengan
yang diberikan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di pihak lain. 7
Rumusan asuransi atau pertanggungan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian adalah adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak
atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah
pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen.
Apabila ditelaah secara redaksional, rumusan yang terdapat pada Pasal 246
KUHD lebih mengutamakan pada asuransi kerugian. Hal itu sehubungan degan
dengan kalimat suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang
diharapkan lebih menonjol kepada sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Pasal
246 KUHD secara keseluruhan dan dalam pengertian umum hanya tepat untuk
jenis asuransi kerugian saja, tidak untuk asuransi jiwa atau asuransi sejumlah
7 Ibid, hlm. 7.
9
uang.8 Dalam asuransi jiwa yang menjadi objek asuransi adalah jiwa tertanggung
atau mereka yang diasuransikan dan manfaat yang diberikan dapat berupa
santunan kepada seseorang atau lebih yang ditunjuk sebagai penerima manfaat
apabila tertanggung meninggal dunia.9 Obyek asuransi menurut rumusan Pasal
246 KUHD meliputi benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung
jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan
atau berkurangnya nilainya. 10
Sesuai dengan definisi asuransi tersebut dapat disimpulkan adanya beberapa unsur
dalam asuransi, yaitu:
a. Merupakan suatu perjanjian
b. Adanya premi
c. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung
d. Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi (anzekes voorval) 11
Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi berkaitan dengan konsep risiko yang
diperlukan untuk menganalisis berbagai cara untuk memberikan perlindungan
terhadap obyek pertanggungan. Pengertian risiko diartikan beragam oleh para
ilmuwan. Hal ini merupakan akibat luasnya ruang lingkup serta banyaknya segi-
segi yang mempengaruhinya, sehingga tergantung dari sudut pandang dan titik
berat dari mana seseorang itu melihat dan mengamati.
8 Ibid, hlm. 9
9 A. Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar grafika, Jakarta, 2011. hlm. 84.
10 Bhisma Murti, Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Kanisius, Yogyakata, 2000, hlm 9
11 Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10, Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1992, hlm. 29
10
Risiko sebagai kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh
bahaya yang mungkin terjadi tapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi
dan kapan akan terjadi. Risiko sebagai sebagai kewajiban memikul kerugian yang
diakibatkan karena suatu sebab atau kejadian di luar kesalahan sendiri. Risiko
merupakan ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa
yang menciptakan kerugian.12
Pengertian risiko adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan
terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang, jadi asuransi menjadikan
suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian yaitu dalam hal terjadi kerugian,
maka akan memperoleh ganti rugi. Untuk mempelajari tentang asuransi,
khususnya asuransi kerugian, risiko cukup dilihat sebagai ketidakpastian akan
terjadinya kerugian atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Dengan
demikian setiap terjadi kejadian hanya perlu memfokuskan pada dua hal pokok,
yakni ketidakpastian (uncertainty) dan kerugian (loss). Segala sesuatu yang dapat
dipastikan akan terjadi, tidak dapat disebut sebagai risiko. Misalnya, kematian.
Kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi, sehingga tidak dapat dikategorikan
sebagai risiko. Namun kapan matinya seseorang adalah sesuatu hal yang tidak
pasti sehingga dapat dikategorikan sebagai risiko.13
Berdasarkan sifatnya risiko dibagi menjadi dua, yaitu risiko murni (pure risk) dan
risiko spekulatif (speculative risk). Dalam risiko murni kemungkinan yang akan
timbul hanyalah dua hal yaitu adanya kerugian (loss) atau tidak adanya kerugian
(no loss). Sebagai contoh, jika kita mengemudikan mobil untuk menuju ke suatu
12
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 44 13
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
2002, hlm. 178
11
tempat, kita menghadapi risiko kecelakaan atau tidak terjadi kerugian apapun
sampai di tujuan. Sedangkan dalam risiko spekulatif, kemungkinan yang timbul
tidak hanya kemungkinan adanya kerugian atau tidak adanya kerugian, namun
juga adanya kemungkinan dapat menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak
dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.14
Usaha untuk mengatasi risiko yang berhubungan dengan asuransi adalah
memperalihkan risiko. Tidak mungkin bagi para penanggung untuk menanggung
segala risiko. Risiko-risiko yang dapat dialihkan kepada penanggung adalah
risiko-risiko yang dapat diasuransikan. Karakteristik risiko-risiko yang dapat
diasurasikan dalam asuransi kerugian, adalah sebagai berikut:
a. Risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian yang dapat diukur dengan uang.
Misalnya, kerusakan harta benda dimana tingkat ganti rugi dapat diukur dari
biaya perbaikannya.
b. Harus ada sejumlah besar risiko yang sama dengan risiko yang diasuransikan
(homogeanus exposure), sehingga perusahaan asuransi dapat menggunakan
statistik kerugian yang telah tersedia.
c. Risiko tersebut haruslah risiko murni, sehingga usaha untuk mencari
keuntungan dari adanya kerugian dapat dicegah.
d. Kerugian yang ditimbulkan oleh risiko itu harus terjadi secara tiba-tiba, tidak
terduga sebelumnya bagi pihak tertanggung. 15
Adapun karakteristik risiko-risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi
sejumlah uang (Jiwa) adalah:
14
Herman Darmawi, Op.Cit, hlm. 46 15
Nurhaida Aroyad, Asuransi Kecelakaan di Indonesia, AKP Perbanas, Medan, 1997, hlm. 76
12
a. Risiko kematian, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi, tetapi tidak
diketahui kapan akan terjadi. Kematian mengakibatkan penghasilan lenyap
dan mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi keluarga/tanggungan yang
ditinggalkan.
b. Risiko hari tua, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi dan dapat
diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi tidak diketahui berapa lama terjadi.
Hari tua menyebabkan kekurangmampuan untuk memperoleh penghasilan dan
mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga/tanggungan.
c. Risiko kecelakaan, suatu peristiwa yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak
mustahil terjadi. Kecelakaan dapat mengakibatkan kematian atau
ketidakmampuan. Merosotnya kondisi kesehatan apalagi menjadi cacat
seumur hidup menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri dan
keluarga/tanggungan.16
2.2 Subyek dan Obyek Asuransi
Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang
mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan
pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi.
a. Penanggung
Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima
pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti
kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian
16
Ibid, hlm. 77
13
bagi tertanggung. Dari pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hak
dan kewajiban yang mengikat penanggung.17
Hak penanggung antara lain:
1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian.
2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang
berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya.
3) Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang
diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri
sebagaimana diatur dalam Pasal 276 KUHD.
4) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur
yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung sebagaimana
diatur dalam Pasal 282 KUHD.
5) Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain dengan
maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya sebagaimana diatur
dalam Pasal 271 KUHD. 18
Kewajiban dari penanggung adalah:
1) Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada
tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika
terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari
kewajiban tersebut.
2) Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung sebagaimana
diatur dalam Pasal 259, 260 KUHD.
17
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. 2011 hlm. 59 18
Yusuf Shofie, Konsumen dan Hukum Asuransi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm. 74
14
3) Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur,
dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau
seluruhnya sebagaimana diatur dalam Pasal 281 KUHD.
4) Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang
diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut
diperjanjikan demikian sebagaimana diatur dalam Pasal 289 KUHD. 19
Penyelenggara usaha perasuransian atau pihak yang bertindak sebagai pihak
penanggung hanya boleh dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk
Perusahaan Perseroan (persero), Koperasi, Perseroan Terbatas dan Usaha
Bersama (mutual). Badan hukum penyelenggara perasuransian dalam Undang-
Undang Perasuransian, disebut perusahaan perasuransian. Perusahaan
Perasuransian tersebut adalah:
1) Perusahaan asuransi kerugian, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.
2) Perusahaan asuransi jiwa, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan
hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
3) Perusahaan reasuransi, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang
19
Ibid, hlm. 74
15
dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi
jiwa.20
b. Tertanggung
Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko
kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Pihak yang dapat
bertindak sebagai tertanggung berdasarkan Pasal 250 KUHD: bilamana
seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk
tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang lain, pada waktu
pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban
mengganti kerugian. 21
Berdasarkan Pasal 250 KUHD, yang berhak bertindak sebagai tertanggung
adalah pihak yang mempunyai interest (kepentingan) terhadap obyek yang
dipertanggungkan. Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihak
penanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugian yang diderita
pihak tertanggung. Pasal 264 KUHD menentukan selain mengadakan
perjanjian asuransi untuk kepentingan diri sendiri, juga diperbolehkan
mengadakan perjanjian asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, baik
berdasarkan pemberian kuasa dari pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar
pengetahuan pihak ketiga yang berkepentingan. Tertanggung dalam
pelaksanaan perjanjian asuransi mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan, sehingga apabila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan yang
terjamin kondisi polis maka penanggung dapat melaksanakan kewajibannya.
20
Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut,Angkutan
Darat, dan Angkutan Udara, USU Press. 2006. hlm. 69. 21
Tuti Rastuti, Op.Cit, hlm. 61
16
Hak tertanggung antara lain:
1) Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung sebagaimana diatur
dalam Pasal 259 KUHD.
2) Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung sebagaimana
diatur dalam Pasal 260 KUHD.
3) Meminta ganti kerugian bila terjadi hal peristiwa yang tidak diharapkan
yang terjamin dalam polis22
Kewajiban tertanggung adalah:
1) Membayar premi kepada penanggung sebagaimana diatur dalam Pasal 246
KUHD.
2) Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek
yang diasuransikan sebagaimana diatur dalam Pasal 251 KUHD.
3) Mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat
dihindari; apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung
tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut dapat
menjadi salah satu alasan bagi penanggung untuk menolak memberikan
ganti kerugian bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada
tertanggung sebagaimana diatur dalam Pasal 283 KUHD
4) Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang
menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha pencegahannya.23
22
Djojosoedarso Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Salemba
Empat, Jakarta, 2003, hlm. 114 23
Ibid, hlm. 115
17
c. Obyek Pertanggungan
Objek pertanggungan menurut Pasal 268 KUHD: Pertanggungan dapat
berpokok semua kepentingan, yang dapat dinilai dengan uang, diancam oleh
suatu bahaya, dan oleh undang-undang tidak terkecualikan. Kepentingan
sebagaimana diatur dalam Pasal 268 KUHD tersebut tidak berlaku bagi
asuransi sejumlah uang (jiwa), di mana terdapat hal-hal tertentu yang tidak
dapat dinilai dengan uang atau bersifat hubungan material, yang bersifat
hubungan kekeluargaan dan hubungan cinta kasih antar keluarga. Pasal 1
angka 2 Undang-Undang Perasuransian menyatakan obyek asuransi adalah
benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum,
serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang rusak, rugi, dan atau
berkurang nilainya. 24
2.3 Penggolongan dan Jenis-Jenis Asuransi
Penggolongan dan jenis-jenis asuransi adalah sebagai berikut:
a. Penggolongan secara yuridis
Pasal 247 KUHD menyebutkan lima macam asuransi, sebagai berikut:
1) Asuransi terhadap kebakaran.
2) Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian.
3) Asuransi terhadap kematian orang.
4) Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan.
5) Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai.
24
Hadi Setia Tunggal, Dasar-Dasar Asuransi, Harvarin, Jakarta, 2005, hlm. 32
18
Buku I KUHD mengatur tentang jenis asuransi yang pertama, kedua dan
ketiga. Sedangkan jenis asuransi yang keempat dan kelima di atur dalam Buku
II KUHD. Asuransi secara yuridis dapat digolongkan menjadi dua yaitu
asuransi kerugian dan asuransi jumlah.
1) Asuransi Kerugian Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang
berisikan ketentuan bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk
melakukan prestasi berupa ganti kerugian kepada tertanggung seimbang
dengan kerugian yang diderita oleh pihak terakhir.
2) Asuransi Jumlah Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang
berisi ketentuan bahwa penanggung terikat untuk melakukan prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang yang besarnya sudah ditentukan
sebelumnya. Ciri dari asuransi jumlah adalah kepentingan yang tidak dapat
dinilai dengan uang, sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh penanggung
telah ditentukan sebelumnya.25
b. Penggolongan berdasarkan ada tidaknya kehendak bebas para pihak
Penggolongan asuran berdasarkan ada tidaknya kehendak bebas para pihak
terdiri dari dua jenis sebagai berikut:
1) Asuransi sukarela (Voluntary Insurance) Asuransi sukarela adalah suatu
perjanjian asuransi yang terjadinya didasarkan kehendak bebas dari pihak-
pihak yang mengadakannya. Hal itu berarti bahwa timbulnya perjanjian
tidak ada paksaan dari luar. Oleh sebab itu asas kebebasan berkontrak
(Pasal 1338, Ayat (1) KUHPerdata) berperan dalam tumbuhnya jenis-jenis
25
Mashudi dan Mochammad Chidir Ali, Hukum Asuransi, Mandar Maju, Bandung, 1995. hlm. 52
19
asuransi sukarela. Misalnya asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi
atas bahaya laut,dan lain-lain.
2) Asuransi wajib (Compulsory Insurance) Asuransi wajib terbentuk karena
diharuskan oleh ketentuan perundang-undangan. Dalam beberapa jenis
golongan asuransi wajib, terdapat sanksi apabila asuransi tersebut tidak
dilakukan. Sebagai contoh dari golongan asuransi wajib adalah Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Kendaraan Umum, Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 26
c. Penggolongan berdasarkan tujuan
Penggolongan asuransi berdasarkan tujuannya terdiri atas dua jenis:
1) Asuransi Komersial (Commercial Insurance) Pada umumnya asuransi
komersial diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai sebuah bisnis,
sehingga tujuan utama adalah memperoleh keuntungan. Oleh karena itu,
segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian ini, misalnya berdasarkan
besar premi, besarnya ganti kerugian, didasarkan perhitungan ekonomis.
Semua jenis asuransi komersial diatur dalam KUHD. Pada dasarnya
asuransi komersial merupakan asuransi sukarela.
2) Asuransi Sosial Asuransi sosial diselenggarakan tidak dengan tujuan
memperoleh keuntungan, tetapi bermaksud memberikan jaminan sosial
kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat.27
26
Ibid. hlm. 104 27
Endang dan M.Suparman, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito,
Usaha Perasuransian, Alumni, Bandung, 2003.hlm. 15
20
2.4 Sistem Jaminan Sosial Nasional
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan memperoleh jaminan
apabila mengalami kecelakaan dan memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial, merupakan upaya nyata dan
komitmen pemerintah untuk memberikan jaminan kepada seluruh rakyatnya.28
Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial menjelaskan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Pasal 1 Angka (2) menjelaskan bahwa
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
Penyelenggaraaan Sistem Jaminan Sosial oleh pemerintah dibantu oleh Badan
Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial:
(1) Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus dibentuk dengan Undang-
Undang
(2) Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan penyelenggara jaminan sosial
yang ada dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menurut
Undang-Undang ini.
(3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud Ayat(1) adalah:
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana tabungan dan Asuransi Pegawai
Negeri (TASPEN) ;
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ASABRI) ; dan
d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) ;
28
Zaelani, Komitmen Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, Jurnal
Legislasi Indonesia Vol.9 No.2-Juli 2012, hlm. 192-193.
21
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
menyatakan bahwa sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan dasar
hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi
terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Pasal 18 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial menetapkan jenis program jaminan sosial meliputi:
a. Jaminan Kesehatan
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
b. Jaminan Kecelakaan Kerja
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan
santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja
c. Jaminan Hari Tua
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki
masa pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia
22
d. Jaminan Pensiun
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta
mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat tetap total
e. Jaminan Kematian
Adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan
tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli
waris peserta yang meninggal dunia
Kepesertaan program SJSN adalah bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia,
termasuk penduduk yang tidak mampu. Manfaat yang akan diterima peserta
adalah untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak untuk semua
program, yakni untuk menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, kecelakaan
kerja, menjadi tua, pensiun, atau kematian.29
2.5 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia
usaha. Salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan yaitu Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. 30
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang seterusnya akan
disebut K3 adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
29
Budi Santoso, Analisis Yuridis Kewenangan Pengelolaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Bagi Aparatur Sipil Negara”, Jurnal Arena Hukum Vol 10 No.3- Desember 2017, hlm. 385-401 30
Rachmat Trijono, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Sinanti, Jakarta, 2014, hlm. 53
23
kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
Beberapa pengertian tentang K3 adalah sebagai berikut:
1. Filosofi (Mangkunegara)
K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.
2. Keilmuan
K3 adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan
pencemaran lingkungan.
3. Ohsas
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
2.6 Pengertian Pekerja, Pengusaha, dan Pegawai Pemerintah
2.6.1 Pengertian Pekerja
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan imbalan
dalam bentuk lain. Dalam definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu orang
yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain31
. Dalam
ketentuan Pasal 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
31
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta, 2003, hlm. 13
24
disebutkan bahwa, Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pekerja atau buruh merupakan
bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan
kerja, di bawah perintah pemberi kerja.32
2.6.2 Pengertian Pengusaha
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 Angka (5)
menyebutkan bahwa pengusaha adalah:
a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri,
b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya,
c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Pada prinsipnya pengusaha adalah seorang yang menjalankan perusahaannya
baik milik sendiri ataupun bukan sebagai pemberi kerja, Sedangkan
pengusaha dapat disimpulkan adalah orang yang mempekerjakan orang untuk
dirinya dengan memberikan upah sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati kedua belah pihak.
Aparatur sipil negara sebagai alat pemerintah memiliki peran penting sebagai
pegawai yang berkewajiban menyalurkan komponen kebijakan-kebijakan dan
32
Ibid. hlm. 14
25
peraturan-peraturan pemerintah. Menurut Logeman, pegawai adalah setiap pejabat
yang mempunyai suatu hubungan dinas dengan Negara. Menurut hubungan dinas
itu mereka wajib melakukan jabatan-jabatan yang ditugaskan kepada mereka.33
Pemerintah memiliki rencana kerja dalam melaksanakan fungsinya. Pemerintah
dalam melaksanakan rencana kerja harus didukung aparatur sipil negara. Jumlah
aparatur sipil negara yang memadai akan memberikan hasil yang optimal dari
pelaksanaan rencana kerja tersebut, oleh karena itu, kebutuhan atas aparatur sipil
negara dalam instansi pemerintah merupakan hal yang penting.
2.6.3 Pengertian Aparatur Sipil Negara
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jenis Pegawai
Aparatur Sipil Negara Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, yang menjelaskan Pegawai Aparatur Sipil Negara
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa yang menyelenggarakan tugas-
tugas negara atau pemerintahan adalah pegawai negeri, karena kedudukan
pegawai negeri adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, juga pegawai
negeri merupakan tulang punggung pemerintah dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.
33
Ninik Maryanti, Basri Salipi, Perkembangan Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil, Bina
Aksara, Jakarta, 1988, hlm. 5.
26
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai
Negeri Sipil, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia “Pegawai” berarti
“orang yang bekerja pada pemerintahan (perusahaan dan sebagainya) ”
sedangkan “Negeri” berarti Negara atau pemerintahan, jadi Pegawai Negeri
Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintahan atau Negara.34
Menurut Mahfud MD pengertian pegawai negeri terbagi dalam dua bagian
yaitu pengertian stipulatif dan pengertian ekstensif yaitu:
a. Pengertian Stipulatif
Pengertian yang bersifat stipulatif (penetapan tentang makna yang
diberikan oleh undang-undang) tentang pegawai negeri terdapat Pasal 1
Angka (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara bahwa pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3 Ayat (1): Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen aparatur
sipil Negara berdasarkan pada asas kepastian hukum, profesionalitas,
proporsionalitas, keterpaduan, delegasi, netralitas, akuntabilitas, efektif
34
Sri Hartini, Tedi Sudrajat, Setiajeng Kadarsih, Hukum Kepegawaian Di Indonesia,Sinar Grafika,
Jakarta, 2008, hlm. 31-32.
27
dan efisien, keterbukaan, nondiskriminatif, pesatuan dan kesatuan,
keadilan dan kesetaraan, dan kesejahteraan. Pengertian Stipulatif berlaku
dalam pelaksanaan semua peraturan kepegawaian dan umumnya dalam
pelaksanaan semua peraturan perundang-undangan, kecuali diberikan
definisi lain.
b. Pengertian ekstensif
Pegawai Negeri berkaitan dengan pengertian stipulatif, ada beberapa
golongan yang sebenarnya bukan Pegawai Negeri menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014. Hal tersebut dalam hal tertentu dianggap
sebagai dan diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, artinya disamping
pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal
tertentu35
.
Berkaitan dengan pengertian Pegawai Negeri atau seseorang dapat disebut
Pegawai Negeri Sipil apabila memenuhi beberapa unsur yaitu memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang,
diserahi tugas dalam jabatan suatu negeri dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang ASN, PNS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf (a) yaitu pegawai ASN yang diangkat
sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki
nomor induk pegawai secara nasional. Pegawai Negeri Sipil di bagi
menjadi dua jenis yaitu:
35
Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada Pers,
Yogyakarta, 1994, hlm. 39
28
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil pusat adalah Pegawai Negeri
Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan
bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintahan Nondepartemen,
Kesekertariat Lembaga Negara, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi
Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk
menyelenggarakan tugas Negara lainnya.
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri
Sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah
Daerah, atau di pekerjakan diluar instansi induknya.
Menurut Pasal 1 Angka (4) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang ASN, Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. PPPK
menurut Pasal 6 huruf (b) merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai
29
pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan undang-undang ini.
Untuk melakukan pengadaan, instansi pemerintah harus melakukan pemetaan dan
penyusunan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan
beban kerja untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan. Setelah dilakukan pemetaan dan penyusunan
kebutuhan PPPK, instansi pemerintah melaksanakan tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan
pengangkatan PPPK. Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi,
kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam
jabatan. Selanjutnya untuk pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan
keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian dengan masa perjanjian kerja paling
singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan didasarkan
pada penilaian kinerja. PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon
PNS. Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses
seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menurut Pasal 1 Angka (5) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
30
2.7 Dasar Hukum Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Aparatur Sipil Negara
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) bagi ASN
merupakan usaha Pemerintah untuk mensejahterakan ASN, dengan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara. PT
TASPEN di percaya menjadi penyelenggara JKK dan JKM bagi ASN.36
Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2017
menjelaskan bahwa Jaminan Kecelakaan Kerja Adalah perlindungan atas resiko
kecelakaan atau penyakit akibat kerja berupa perawatan, santunan, dan tunjangan
cacat. Kecelakaan kerja yang di maksud adalah kecelakaan yang terjadi:
a. dalam menjalankan tugas kewajiban;
b. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga kecelakaan
itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam menjalankan tugas
kewajibannya;
c. karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat
tindakan terhadap anasir itu dalam melaksanakan tugas;
d. dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya; dan/atau
e. yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja.
Adapun manfaat dari Jaminan Kecelakaan Kerja yang diatur dalam Pasal 9
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 meliputi:
36
Budi Santoso, “Analisis Yuridis Kewenangan Pengelolaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Bagi Aparatur Sipil Negara”, Jurnal Arena Hukum Vol 10 No.3- Desember 2017, hlm. 385-401
31
a. Perawatan
b. Santunan
c. Tunjangan cacat
Manfaat perawatan Jaminan Kecelakaan Kerjasebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf a, diberikan sesuai kebutuhan medis yang meliputi:
a. Pemeriksaa dasar dan penunjang
b. Pemeriksaan tingkat pertama dan lanjutan
c. Rawat inap kelas 1 Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta yang
setara
d. Perawatan intensif
e. Penunjang diagnostic
f. Pengobatan
g. Pelayanan khusus
h. Alat kesehatan dan implant
i. Jasa dokter dan medis
j. Operasi
k. Transfusi darah
l. Rehabilitasi medis
Jaminan Kematian adalah perlindungan atas resiko kematian bukan akibat
kecelakaan kerja berupa santunan kematian. Adapun manfaat program Jaminan
Kematian sebagai berikut:
a. Diberikan bagi Peserta yang wafat
b. Santunan kematian yang terdiri atas:
32
1) santunan sekaligus
2) uang duka wafat
3) biaya pemakaman dan
4) bantuan beasiswa
5) santunan kematian diberikan kepada ahli waris dari peserta yang wafat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
macam cara yaitu pendekatan secara normatif dan pendekatan secara empiris37
:
1. Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara
mempelajari ketentuan dan kaidah berupa aturan hukum atau ketentuan hukum
yang ada hubungannya dengan judul penelitian dan permasalahan yang di
bahas.
2. Pendekatan empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan
hubungan langsung terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui hal-hal
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam
penelitian ini.
3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang didapat langsung dari sumber asli,
Dengan demikian, data primer merupakan data yang diperoleh dari lokasi
37
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung , Citra AdityaBakti, hlm
134.
34
penelitian yang tentunya yang berkaitan pokok dengan penulisan. Peneliti
akan mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian
terhadap data yang didapat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan
perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan
dengan permasalahan yang dibahas.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Bahan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang
berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki otoritas tinggi yang
bersifat mengikat yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun bahan
hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Asuransi
Pegawai Aparatur Sipil Negara
5) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
6) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil
Negara
35
b. Bahan hukum sekunder yaitu merupakan bahan hukum yang memberikan
keterangan terhadap bahan hukum primer yang diperoleh dari literatur-
literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, laporan-
laporan hasil penelitian, perundang-undangan dan peraturan-peraturan
lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus
hukum, indeksmajalah hukum, jurnal penelitian hukum, dan bahan-bahan
di luar bidang hukum seperti majalah, surat kabar, serta bahan-bahan hasil
pencarian dan melalui internet yang berkaitan dengan masalah yang ingin
diteliti.
3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.3.1 Pengumpulan Data
Adapun alat pengumpul data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Studi Pustaka (Library research)
Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, menelaah, dan mengutip data
dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, buku-buku tentang
hukum kepegawaian, makalah, internet, maupun sumber ilmiah yang lainnya
yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
b. Studi Lapangan (Field research)
Studi ini dilakukan dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian dengan
tujuan untuk memperoleh data primer yang akurat, lengkap, dan valid dengan
melakukan wawancara. wawancara yang dilakukan adalah wawancara
langsung yang terpimpin, terarah, dan mendalam sesuai dengan pokok
36
permasalahan yang diteliti guna memperoleh hasil berupa dan informasi yang
lengkap, dan seteliti mungkin yaitu wawancara kepada Kepala Bidang dan
Pelaksana PT TASPEN Cabang Bandar Lampung dan Aparatur Sipil Negara
yang terkait dengan permasalahan penelitian.
3.3.2 Prosedur Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data
lapangan atau data empiric, sehingga data yang diperoleh dapat mempermudah
permasalahan yang diteliti. Pengolahan data meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data, Data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk
mengetahui kelengkapan data selanjutnya dipilih sesuai dengan permasalahan
yang di teliti.
2. Klasifikasi Data, Menyusun data dan mengelompokkan data berdasarkan jenis
data yang ditentukan sehingga diperoleh data yang obyektif dan sistematis
sesuai dengan pokok bahasan.
3. Sistematika Data, Penyusunan data berdasarkan urutan data yang telah
ditentukan dan sesuai dengan pokok bahasan secara sistematis.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan pertama dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data yang telah diolah dengan
menggunakan cara deskriptif kualitatif, maksudnya adalah analisis data yang
dilakukan dengan menjabarkan secara rinci kenyataan/keadaan atas suatu objek
dalam bentuk kalimat guna memberikan gambaran yang jelas terhadap
permasalahan yang diajukan yaitu pelaksanaan perlindungan Jaminan Kecelakaan
37
Kerja dan Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN
Cabang Bandar Lampung.
Permasalahan kedua yaitu mengenai strategi dalam pelaksanaan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT
TASPEN Cabang Bandar Lampung, akan dijawab dengan menggunakan analisis
SWOT (Strength atau kekuatan, Weakness atau kelemahan, Opportunities atau
kesempatan dan Threats atau tantangan)
Analisis SWOT adalah analisis yang digunakan untuk menemukan berbagai
informasi yang dimiliki dan dihadapi oleh suatu organisasi, baik yang berasal dari
dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Komponen-komponen analisis
SWOT terdiri dari:
(1) Strength (kekuatan), merupakan situasi dan kemampuan internal yang bersifat
positif yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategis dalam
mencapai tujuannya.
(2) Weakness (kelemahan), merupakan situasi dan ketidak mampuan internal yang
mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai tujuannya atau sebagai
kondisi yang menempatkan organisasi pada ketidak beruntungan dan tidak
kompetitif.
(3) Opportunities (peluang), adalah situasi dan faktor-faktor eksternal yang
membantu organisasi dalam mencapai atau bahkan melampaui pencapaian
sasarannya.
(4) Threat (tantangan), adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. 38
38
J. Salusu. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
Profit. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta, 2001. hlm. 45-46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat di simpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang Bandar Lampung
diwujudkan dalam bentuk perawatan, santunan, dan tunjangan cacat,
sedangkan Jaminan Kematian ahli waris dari peserta mendapatkan santunan
sekaligus, uang duka wafat, biaya pemakaman, dan bantuan beasiswa. PT
TASPEN dalam pelaksanaan programnya sudah memenuhi dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara.
2. Strategi dalam Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
terhadap Aparatur Sipil Negara oleh PT TASPEN Cabang Bandar Lampung
adalah mengoptimalkan sosialisasi mengenai JKK dan JKN kepada para ASN
sebagai peserta program. Strategi tersebut dapat ditempuh dengan beberapa
langkah yaitu menyusun perencanaan sosialisasi, pemilihan media sosialisasi,
dan menjalin koordinasi dengan pihak terkait baik Badan Kepegawaian Daerah
maupun mitra bayar (pihak perbankan).
69
5.2 Saran
Dalam hal ini penulis sekaligus peneliti menyarankan:
1. PT TASPEN Cabang Kota Bandar Lampung hendaknya meningkatkan
sosialisasi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian
(JKM) secara lebih efektif dan efisien. Misalnya jadwal, peserta dan materi
sudah diagendakan secara rutin, sehingga PT Taspen Kantor Cabang Bandar
Lampung bisa melaksanakan sosialisasi tanpa harus menunggu undangan dari
instansi terkait.
2. Koordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dan mitra bayar
sebaiknya lebih ditingkatkan dengan cara silaturahmi berkelanjutan di luar
program yang diadakan. Misalnya, mengadakan olahraga bersama atau
mancing bersama sehingga kerjasama tetap terjalin dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Aroyad, Nurhaida. 1997. Asuransi Kecelakaan di Indonesia, AKP Perbanas,
Medan
Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta
Endang dan M.Suparman. 2003. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung,
Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian, Alumni, Bandung.
Ganie, A. Junaedy. 2011. Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
Hadjon, Philipus M. dkk. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
Gadjah Mada Pers, Yogyakarta.
Hartini, Sri, edi Sudrajat, Setiajeng Kadarsih. 2008. Hukum Kepegawaian Di
Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta.
Kansil, C.S.T. 2002. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Maimun, 2003. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Maryanti, Ninik dan Basri Salipi. 1988. Perkembangan Sistem Penggajian
Pegawai Negeri Sipil, Bina Aksara, Jakarta.
Mashudi dan Mochammad Chidir Ali. 1995. Hukum Asuransi, Mandar Maju,
Bandung.
Muhammad, Abdulkadir. 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung , Citra
Aditya Bakti, Bandung.
----------. 2011. Hukum Asuransi Indonsesia, Citra Aditya Bakti Bandung.
Murti, Bhisma. 2000. Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Kanisius, Yogyakata
71
Netta, Yulia. 2015. Ilmu Negara, PKKPUU Fakultas Hukum Universitas
Lampung, Bandar Lampung
Purba, Radiks. 1992. Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Rastuti, Tuti. 2011. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta.
Salusu, J. 2001. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non Profit. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.
Sembiring, Sentosa. 2014. Hukum Asuransi, Nuansa Aulia Bandung.
Shofie, Yusuf. 2011. Konsumen dan Hukum Asuransi, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Soeisno, Djojosoedarso. 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,
Salemba Empat, Jakarta.
Trijono, Rachmat. 2014. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Sinanti,
Jakarta.
Tunggal, Hadi Setia. 2005. Dasar-Dasar Asuransi, Harvarin, Jakarta.
Uli, Sinta. 2006. Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport
Angkutan Laut,Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU Press.
Medan
B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAIN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Asuransi Pegawai Aparatur
Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara
72
C. SUMBER LAIN
Santoso, Budi Analisis Yuridis Kewenangan Pengelolaan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja Bagi Aparatur Sipil Negara”, Jurnal Arena Hukum
Vol 10 No.3- Desember 2017.
Zaelani, Komitmen Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Nasional, Jurnal Legislasi Indonesia Vol.9 No.2-Juli 2012.
https://www.bps.go.id/
https://www.taspen.co.id/