I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani
dengan baik, akan mengalami perubahan akibat
pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau
mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan
sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu
timbulnya kerusakan atau kebusukan. hal ini akan
mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga
merupakan suatu kehilangan (loss). Di indonesia
kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40 %. untuk
menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik,
disamping ditentukan oleh perlakuan selama penanganan
on-farm, ditentukan juga oleh faktor penanganan pasca
panen yang secara umum mulai dari pemanenan,
pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian,
grading, pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan
pengangkutan.
Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah
panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan
adalah hanya usaha untuk mencegah laju
kemundurannya atau mencegah proses kerusakan
tersebut berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik
dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya
dapat dicapai apabila produk tersebut dipanen pada
kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Produk
yang dipanen sebelum atau kelewat tingkat
kemasakannya maka produk tersebut mempunyai nilai
atau mutu yang tidak sesuai dengan keinginan
pengguna/SNI (Standart Nasional Indonesia).
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen
(pasca panen) sampai saat ini masih menjadi masalah
yang perlu mendapat perhatian yang serius baik
dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan
konsumen sekalipun. Walaupun hasil yang diperoleh
petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila
penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian
maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan
mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur
simpan produk hortikultura relatif tidak tahan lama.
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin
buatan pada produk hortikultura yang mudah busuk yang
disimpan telah banyak dilakukan. Tujuan pelilinan pada
produk yang disimpan ini terutama adalah untuk
mengambat sirkulasi udara dan menghambat kelayuan
sehingga produk yang disimpan tidak cepat kehilangan
berat karena adanya proses transpirasi.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui proses pelilinan dan pengaruh dari
perlakuan pelilinan terhadap buah pisang
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan pelilinan ?
2. Bagaimana pengaruh pelilinan terhadap buah
pisang ?
3. Bagaimana pengaruh pelilinan terhadap lama
penyimpanan ?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komoditi Buah Pisang
Pisang merupakan komoditas unggulan yang memiliki
kontribusi besar terhadap produksi buah-buahan
nasional. Selain memiliki potensi yang besar dalam
menunjang peningkatan pendapatan masyarakat petani,
pisang juga merupakan bahan baku industri olahan
(untuk chip, keripik, puree, tepung) dan komoditas yang
potensial untuk meningkatkan ekspor buah (Departemen
Pertanian, 2005). Namun sayangnya potensi tersebut
selama ini masih hanya menjadi keunggulan komparatif
dan belum mampu dikembangkan sebagai keunggulan
kompetitif (Kasijadi, 2006).
Buah pisang juga memiliki banyak manfaat. Kandungan
yang terdapat dalam pisang antara lain vitamin A,
vitamin B(Thiamine, Riboflavin, Niacin, vitamin B6,
Folic Acid), vitamin C, calcium, magnesium, iron, dan
zinc (www.banana.com, 2007). Dengan demikian pisang
juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu
meningkatkan gizi masyarakat.
Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas
panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya,
menjadikan pisang merupakan tanaman unggulan di
Indonesia. Namun demikian, menurut Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian (2005), pengelolaan pisang
masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan
rakyat yang kurang dikelola secara intensif. Pisang
tersebut sebagian besar dipasok dari petani-petani kecil
(smallholder farmers) yang masih bersifat tradisional.
Mereka masih menanam pisang dengan cara yang
konvensional, sangat sedikit menggunakan bantuan
teknologi, ( Semangun,H.2000)
Sebagai akibatnya, setiap pelaku bertindak berdasarkan
informasi lokal yang mereka miliki yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya distorsi informasi di sepanjang
supply chain. Distorsi informasi tersebut menyebabkan
pemenuhan permintaan pasar menjadi kurang efektif. Di
sisi lain, supply chain management modern
menginginkan koordinasi dan integrasi informasi ada di
sepanjang supply chain. Hubungan yang diinginkan
tidak lagi sekedar hubungan transaksional,tetapi lebih
mengarah ke mutual relationship.
B. Teknik Pelilinan
Menurut Pantastico (1986), pelapisan lilin merupakan
usaha penundaan kematangan yang bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk hortikultura.
Pemberian lapisan lilin ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari
komoditas akibat penguapan sehingga dapat
memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi
sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-
sayuran, mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi
sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah
dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka
goresan kecil pada buah. Pelapisan lilin dapat
menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat
dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat
mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga
dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya
yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat
memberikan penampilan yang lebih menarik karena
memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan
produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi
kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan
fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau
bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan
pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah
satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk kelompok
fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil
dan merupakan fungisida yang aman untuk digunakan
(Juran, 1971). Menurut Chiang (1973) dan Eckert
(1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan
akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan
proses respirasi pada buah sehingga proses degradasi
senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul
dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan
Benlate sangat efektif menekan pertumbuhan jamur
selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah
akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan
demikian proses respirasi berjalan lambat sehingga
proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini
mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil,
perubahan warna berjalan lambat, total padatan terlarut
menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat
dipertahankan karena proses oksidasi.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan
terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi
dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal
maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi
akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka
akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu
respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga
sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu
sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan
lebih cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975).
Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan
penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik)
atau pengolesan (Pantastico, 1986).
Menurut Pantastico (1996), pelilinan dapat mencegah
kehilangan air 30 – 50 % dari kondisi umum. Dengan
konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi
permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi
dapat dicegah sehingga persentase susut bobot kecil.
Semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin
kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan
oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil
terhambat, dengan demikian perubahan warna buah
semakin lambat.
Pelapisan lilin untuk buah-buahan pada umumnya
menggunakan lilin lebah yang dibuat dalam bentuk
emulsi lilin dengan konsentrasi 4% sampai dengan 12%.
Sedangkan kepekatan emulsi lilin yang ideal untuk buah
alukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat lapisan
lilin 4 % dilakukan pencampuran emulsi lilin 12%
dengan 2 bagian air.
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi
perlakuan suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang
umur simpan buah selama 7 hari. Salah satu contohnya
adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat
dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah
disimpan pada suhu rendah (Nainggolan, 1992)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pelilinan ini dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 27 April 2011 di Laboratorium I Budidaya
Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang disediakan pada praktikum ini adalah
timbangan, pisau atau gunting, cawan Petri. Adapun
bahan-bahannya adalah buah Pisang, lilin, selotip dan
Korek Api.
C. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur pelaksanaan dari praktikum pelilinan
adalah :
1. Sediakan 3 buah Pisang, timbang berat awal
masing-masing
2. Pada buah pertama tidak diberikan perlakuan
apapun
3. Pada buah kedua, buah dilumuri dengan lilin
hingga merata keseluruh permukaan buah.
4. Pada buah ketiga, buah dilumuri lilin kemudian
dibungkus lagi dengan selotip hingga terbungkus secara
keseluruhan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Perlakuan
Berat Awal (gram)
Berat Akhir (gram)
Perubahan
Kontrol
125
120
Warnanya berubah menjadi hitam kekuningan
Pelilinan
130
141
Warnanya berubah menjadi hitam,hijau ,kekuningan
Pelilinan + Selotip
120
130
Warna tetap dan tekstur pun tetap.hijau,dan sedikit
kehitaman
Sumber : Data primer, 2011 Laboratorium Budidaya
Pertanian
B. Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh,
berat awal dari perlakuan pada kontrol yaitu : berat
awalnya adalah 125 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu
120 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu warnanya
berubah menjadi hitam
Dari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh,
berat awal dari perlakuan pada pelilinan yaitu : berat
awalnya adalah 130 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu
141 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu warnanya
berubah menjadi hitam,hijau kekuningan.
Dari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh,
berat awal dari perlakuan pada pelilinan daitambah
dengan berlakuan buah yang diselotip yaitu : berat
awalnya adalah 120 gram,sedangkan berat akhirnya yaitu
130 gram,perubahan warna yang terjadi yaitu Warna
tetap dan tekstur pun tetap.hijau,dan sedikit kehitaman.
Dari hasil yang diperoleh maka kita dapat melihat
bahwa Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi
menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat
transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut
bobot keci.Hal ini sesuai dengan pendapat
(Pantastico ,1996),bahwa semakin tinggi konsentrasi
lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara
sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat
dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan
demikian perubahan warna buah semakin lambat.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dihasilkan dari
praktikum yaitu :
· Perlakuan kontrol
Berat awalnya adalah 125 gram,sedangkan berat
akhirnya yaitu 120 gram
· Perlakuan pelilinan
Berat awalnya adalah 130 gram,sedangkan berat
akhirnya yaitu 141 gram
· Perlakuan pelilinan + kontrol
Berat awalnya adalah 120 gram,sedangkan berat
akhirnya yaitu 130 gram
2. Saran
Saran untuk praktikan agar memperhatikan lebih baik
bahan percobaannya sehingga dapat diperoleh data yang
akurat dan sesuai dengan semestinya. Saran untuk
laboratorium agar dapat menyediakan alat-alat yang
digunakan untuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2011. . http://budidayapertanian/pisang_2/pdf.
Diakseskan pada tanggal 14 April 2011.
Anonimb.2009.Pemasakan
Buah.http://wordbiology.wordpress.com. diakses pada
tanggal 24 April 2011
Anonimc.2010.Perubahan Kimia Buah Klimaterik dan
Buah Non Klimaterik Selama
Penyimpanan.http://siwi.blog.uns.ac.id. diakses pada
tanggald24 April 2010
Anonimc.2011.Respirasi Aerob Pada
Buah.http://lordbroken.wordpress.com. diakses pada
tanggal 24 April 2011
Anonime.2009.Penanganan Pascapanen Buah Segar,
Sayuran, dan
Bunga.http://foodtechnologyandhealthly.blogspot.com.
diakses pada tanggal 24 April 2011