Download doc - Pemeliharaan Kelapa Sawit

Transcript
Page 1: Pemeliharaan Kelapa Sawit

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PERKEBUNAN

PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TM II :

PENUNASAN DAN PENGENDALIAN GULMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2B

UTAMY PRAWATI (A24070091)

R. MUHAMMAD ZAENUDIN (A24070175)

INDAH RETNOWATI (A24070179)

RIZKIANA ANGGAYUHLIN (A24070180)

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Pemeliharaan Kelapa Sawit

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan penyumbang devisa

negara yang cukup penting. Volume ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2007

mengalami peningkatan, yaitu menjadi 5.701.300 ton dengan nilai ekspor sebesar

US$ 1 062 215 (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009). Tingginya peranan kelapa

sawit dalam perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak

swasta berlomba-lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa sawit. Hal

ini ditunjukkan dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit

diindonesia. Data Departemen Pertanian (2008) menunjukan terjadi peningkatan

luas areal penanaman kelapa sawit selama 28 tahun, yaitu 290 000 ha pada tahun

1980 menjadi 6 611 000 ha pada tahun 2008. Menurut Setyamididjaja (2006)

kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan karena

beberapa tahun yang akan datang, selain digunakan untuk minyak goreng,

mentega, sabun dan kosmetika minyak sawit juga dapat dijadikan sebgai subtitusi

bahan bakar minyak.

Faktor yang menjadi perhatian khusus dalam pengelolaan kebun kelapa

sawit adalah faktor transportasi. Pahan (2008) menjelaskan bahwa keterlambatan

pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) ke TPH (Temoat Pengumpulan Hasil)

akan menyebabkan terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan,

kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Faktor transportasi meliputi jarak

pengangkutan TBS ke TPH, kondisi jalan, kondis topografi lahan, serta jumlah

dan kondisi alat angkut.

Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat

menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar

matahari, dan ruang hidup. Keberadaan gulma pada aeral piringan dapat

menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma,

mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata

guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Pada areal pasar pikul kehadiran

gulma dapat mengganggu kelancaran transportasi TBS ke TPH dan upaya

pemeliharaan lainnya. Banyaknya gangguan yang dapat ditimbulkan gulma

Page 3: Pemeliharaan Kelapa Sawit

menjadikan pengendalian gulma sebagai tindakan yang sangat penting dilakukan

pada perkebunan kelapa sawit.

Penunasan (pruning) merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan

untuk membuang atau memotong pelepah atau bagian tanaman kelapa sawit yang

sudah tidak produktif lagi atau juga dapat mrugikan tanaman. Kgiatan ini pnting

dilakukan karena penunasan memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi

tanaman, memudahkan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah,

memperlancar penyerbukan alami, memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi

distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan.

Pada praktikum ini dilakukan kegiatan pemeliharaan kelapa sawit.

Kegiatan yang dilakukan adalah penunasan dan pengendalian gulma.

Pengendalian gulma dilakukan pada areal pasar pikul, gawangan, dan areal sekitar

piringan.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan melatih ketrampilan mahasiswa dalam

melakukan pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang meliputi pengendalian gulma

secara manual dan penunasan. Praktikum ini juga bertujuan untuk memahami

pentingnya kegiatan penunasan dengan norma yang tepat.

Page 4: Pemeliharaan Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA

Penunasan

Salah satu kegiatan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan

(pruning). Penunasan merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yang

tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Penunasan biasa juga disebut dengan

pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk memperbaiki udara di sekitar

tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan,

dan memudahkan pada saat kegiatan pemanenan dilakukan. Suyatno (1994)

menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 8 tahun memiliki

jumlah pelepah optimal sekitar 48 – 56 pelepah, sedangkan yang berumur lebih

dari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya sekitar 40 – 48 pelepah.

Pada tanaman belum menghasilkan juga dilakukan kegiatan penunasan

(pruning). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga dengan penunasan pasir,

yaitu memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini

bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan

unsur hara. Pada TM penunasan memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi

tanaman, memudahkan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah,

memperlancar penyerbukan alami, memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi

distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan.

Kegiatan penunasan membutuhkan alat bantu. Penunasan dapat dilakukan

dengan alat dondos ‘dodos’ (cnisel) pada tanaman yang masih pendek, sedangkan

pada tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat yang disebut dengan egrek

(gambar terlampir).

Prinsip kerja penunasan adalah memotong pelepah daun yang terbawah.

Pemotongan pelepah menggunakan alat yang disebut egrek (gambar terlampir).

Cara pemotongannya adalah memotong pelepah daun terbawah dengan

meninggalkan bagian pangkal pelepah sepanjang 2 – 3 cm atau selebar tandan

buah sawit. Pelepah daun juga dapat dipotong rapat ke batang atau dengan

berkas daun potongan berbentuk tapal kuda yang membentuk sudut 30O terhadap

garis horizontal. Pelepah yang telah dipotong dikumpulkan dan disusun di

gawangan mati, terutama pada areal datar atau pelepah daun yang telah ditunas

Page 5: Pemeliharaan Kelapa Sawit

dipotong menjadi tiga bagian dan diletakkan teratur membentuk gundukan pada

gawangan mati. Umumnya penunasan dilakukan dengan menggunakan njorma

“songgo dua”. Setyamidjaja (1991) menyatakan sanitasi berupa penunasan

dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun dengan rotasi dua kali dalam

setahun.

Pasar pikul

Pasar pikul merupakan jalan yang digunakan untuk mengantarkan buah

sawit yang sudah dipanen ke Tempat Pemungutan Hasil (TPH) serta untuk

memudahkan kegiatan pemeliharaaan lainnya. Fungsi pasar pikul tersebut

mendorong untuk dilakukannya kegiatan pemeliharaan agar pasar pikul tetap

berada dalam kondisi baik dan siap pakai. . Kegiatan pemeliharaan yang harus

dilakuakan adalah membersihkan vegetasi/gulma yang berada di areal pasar pikul

baik secara manual maupun secara kimia. Pemeliharaan umunya dilakukan dalam

empat rotasi selama satu tahun, tiga rotasi dengan manual yaitu satu kali setiap

tiga bulan dan satu rotasi dengan kimia.

Pasar pikul dapat dibuat dalam beberapa sistem, salah satunya dengan

sistem 2 : 1. Sastrosayono (2003) menjelaskan bahwa pembuatan pasar pikul

sistem 2 : 1 adalah dari 2 gawangan terdapat 1 pasar pikul dengan uraian 1 sebagai

pasar pikul dan satu lagi sebagai gawangan mati, lebar pasar pikul antara 1 - 1,5

mMendongkel seluruh anak kayu dan keladi – keladi yang tumbuh digawangan,

membabat gulma yang digawangan dan membabat tidak boleh bersamaan waktu

dengan dongkel anak kayu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk

mencegah persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman inti dengan gulma

pengganggu. Dalam kegiatan mendongkel diharuskan akar benar-benar terangkat

agar mati.

Piringan

Pemeliharaan berupa pengendalian gulma juga dilakukan di sekitar

piringan/bokoran. Salah satu kegiatan pemeliharaan piringan adalah garuk

Page 6: Pemeliharaan Kelapa Sawit

piringan. Garuk piringan bertujuan untuk membersihkan daerah sekitar perakaran

tanaman dari gulma serta memudahkan panen dan pengutipan brondol. Menurut

Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan dari garuk piringan adalah dengan

membersihkan piringan dari sampah dan gulma, dimana lebar piringan antara 1,5

– 3 m. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari

arah tanaman menuju ke luar.

Page 7: Pemeliharaan Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE

Tempat Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan di Areal Kelapa Sawit TM Kebun Percobaan

Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, dimulai pukul 07.00 – 10.00 WIB pada

tanggal 8 Maret 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman kelapa sawit

TM-10 dan TM-7.

Pada praktikum ini juga digunakan alat-alat berupa egrek (1buah), pacul

(1 buah), dan sabit (2buah).

Metode Kerja

Setiap kelompok pada praktikum mendapatkan dua tanaman kelapa sawit

untuk dilakukan pemeliharaan. Kegiatan sanitasi tanaman terdiri dari pembersihan

batang kelapa sawit dari pelepah yang sudah tua dan pembebasan areal dari

sampah yang bisa menjadi inang hama dan penyakit.

Pemeliharan meliputi membuang pelepah yang sudah tua dengan

menggunakan egrek. Posisi keratan pelepah mepet kebatang sawit membentuk

“tapal kuda”. Pelepah daun yang disisakan adalah 2 lingkar pelepah daun di

bawah daun yang terbawah (songgo dua). Bagian pelepah yang dibuang kemudian

dipotong menjadi tiga bagian.

Pengendalian gulma dilakukan pada pasar pikul, gawangan, dan sekitar

piringan. Pada pasar pikul dilakukan pembersihan gulma dengan teknik babat

merah. Tujuan dari babat merah ini agar jalan pikul dapat dilalui dengan baik.

Pada aeral gawangan dilakukan babat dempes, sedangkan pada areal sekitar

piringan dilakukan pencabutan atau pendongkelan gulma anak kayu.

Page 8: Pemeliharaan Kelapa Sawit

PEMBAHASAN

Pengendalian Gulma

Pengendalian Gulma Gawangan

Keberadaan gulma dalam perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan

produktivitas tanaman dan menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan. Hal itu

yang menyebabkan pengendalian gulma di perkebunan kelap sawit menjadi sangat

penting. BPPP (2008) menyatakan bahwa pengendalian gulma bertujuan untuk

menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma

dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan cahaya.

Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan tidak seintensif

pada perkebunan komoditas hortikultura, namun pengendalian gulma harus tetap

dilakukan. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada

piringan dan gawangan. Gawangan yang dibersihkan adalah gawangan hidup.

Pada gawangan hidup ini terdapat jalan pikul dengan lebar satu meter. Jalan pikul

adalah jalan yang digunakan untuk mengangkut hasil panen kelapa sawit. Oleh

karena itu jalan pikul ini juga harus bersih dari gulma. Gulma-gulma dan pelepah

kelapa sawit yang dibersihkan diletakan di gawangan mati yang nantinya dapat

menjadi pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit.

Ada 3 jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di piringan

dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, dan (3) tumbuhan pengganggu

atau anak kayu di gawangan. Gulma utama yang tidak boleh ada di perkebunan

kelapa sawit adalah gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum. Gulma

lunak seperti Digitaria sp. dan jenis gulma rumput lainnya tidak perlu

dikendalikan asalkan tingginya tidak melebihi 20 cm.

Ilalang pada perkebunan kelapa sawit sangat perlu dihindari. Ilalang perlu

dikendalikan karena pertumbuhannya yang cepat sehingga penyerapan unsur hara

yang cepat pula oleh ilalang akan mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Alas an

lain adalah kondisi populasi ilalang yang tinggi merupakan potensi terjadinya

kebakaran.

Page 9: Pemeliharaan Kelapa Sawit

Pengendalian Gulma Pasar Pikul

Gulma pada areal pasar pikul perlu dikendalikan. Hal itu bermanfaat bagi

transportasi dan pengiriman TBS ke TPH. Menurut H0404055 (2010) tujuan

pembersihan gulma pada areal piringan, pasar pikul, jalan kontrol, dan TPH

adalah untuk mempermudah dalam kegiatan panen dan pengutipan brondolan,

pemupukan, serta memperlancar akses masuk ke dalam blok areal kelapa sawit.

Pembersihan gulma pada areal pasar pikul dapat dilakukan secara manual

maupun kimia. Pengndalian gulma secara manual biasanya menggunaka

peralatan sederhana, seperti cangkul dan sabit. Pengendalian gulma secara kimia

umumnya menggunakan herbisida. Pengendalian gulma pada pasar pikul secara

kimia dilakukan sebanyak tiga rotasi dalam satu tahun. Pengendalian gulma pada

pasar pikul umumnya secara kimia. Hal itu dimaksudkan untuk efisiensi waktu,

biaya, dan tenaga kerja. Pengendalian gulma secara manual umumnya dilakukan

untuk mengendalikan gulma di areal piringan ataupun untuk mendongkel anak

kayu.

Pada praktikum ini dilakukan pengendalian gulma pada pasar pikul,

gawangan, dan areal sekitar piringan secara manual. Pada areal pasar pikul

dilakukan babat merah agar jalan pikul dapat digunakan/dilalui dengan baik. Pada

areal gawangan dilakukan babat dempes, yaitu membabat gulma hingga

ketinggian tertentu. Tujuan dari babat dempes tersebut adalah untuk

memperkecil/menekan penguasaan sarana tumbuh oleh gulma, khususnya gulma

rumput. Pada areal sekitar piringan dilakukan kegiatan pencabutan atau

pendongkelan anak kayu untuk gulma berkayu. Menurut Christian (2008)

kegiatan dongkel anak kayu adalah kegiatan mencabut atau membersihkan gulma

berkayu dan anak sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Gulma berkayu yang

ditemukan adalah gulma paku-pakuan dan Melastoma malabatrichum.

Penunasan (Pruning)

Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan juga

dilakukan penunasan (pruning). Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah

daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan

Page 10: Pemeliharaan Kelapa Sawit

panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan

perbaikan aerasi, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi,

mengurangi kelembaban, dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih

produktif. Kondisi yang terlalu lembab akan lebih berpotensi menimbulkan

penyakit busuk buah (marasnius). Pohon kelapa sawit yang berumur kurang dari 8

tahun akan memiliki ILD (Indeks Luas Daun) optimum dengan 48 – 56 pelepah,

sedangkan pohon kelapa sawit yang berumur lebih dari 8 tahun optimum dengan

jumlah 40 – 48 pelepah.

Kegiatan penunasan pada praktikum kali ini hanya menggunakan egrek

(gambar terlampir). Egrek adalah alat yang terbuat dari bambu panjang yang

diujungnya ada besi atau baja yang sedikit melengkung dan tajam untuk

memotong pelepah atau mengambil brondolan buah yang tersangkut. Egrek biasa

digunakan untuk tanaman yang tinggi. Selain egrek ada alat yang bernama dodos,

dodos biasa digunakan pada tanaman kelapa sawit yang tidak terlalu tinggi.

Pada kegiatan penunasan terdapat teknik yang bernama songgo satu dan

songgo dua. Teknik yang paling sering digunakan adalah songgo dua, dimana

jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang

paling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo dua,

perbedaannya pada songgo satu hanya satu pelepah yang disisakan dari tandan

buah paling bawah.

Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk

mendapatkan ILD yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas lahan.

ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5-7. Nilai ILD dipengaruhi

oleh waktu penyinaran, temperature udara, kelembaban tanah, dan karakteristik

genetik tanah ( Iyung 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk optimum.

Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yang

dating dapat diserap oleh tanaman atau saat pelepah dari tiga pokok saling

menutupi.

Penunasan juga bertujuan membuang pelepah-pelepah negatif yang tidak

lagi produktif. Pelepah yang tidak lagi produktif akan mengurangi fotosintat yang

seharusya dialirkan ke buah (sink), padahal seharusnya pelepah adalah sumber

fotosintat (source). Pemangkasan pelepah membuat proses fotosintesis lebih

Page 11: Pemeliharaan Kelapa Sawit

maksimum karena ILD yang optimum. Terdapat tiga jenis pemangkasan daun,

yaitu:

a) Pemangkasan pasir, yaitu membuat daun kering, buah pertama atau

buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.

b) Pemangkasan produksi, yaitu memotong daun-daun yang tumbuhnya

saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu

tanaman berumur 20-28 bulan.

c) Pemangkasan pemeliharaan, yaitu membuang daun-daun songgo dua

secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-

54 helai. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.

Prestasi Kerja

Pada praktikum ini setiap kelompok memperoleh dua pohon kelapa sawit

untuk dilakukan pemeliharaan (penunasan dan pengendalian gulma). Areal yang

dibersihkan adalah areal sekitar dua pohon kelapa sawit. Dua kegiatan

pemeliharaan dapat diselesaikan oleh kelompok 2B (empat mahasiswa) dalam

waktu 54 menit. Luas lahan yang dibersihkan dalam kegiatan pemeliharaan ini

tidak diketahui dengan pasti, tetapi perkiraan yang digunakan oleh kelompok 2B

diketahui luas lahan 49 m2 (perhitungan terlampir).

Melalui data yang diperoleh (data terlampir) dapat diketahui prestasi kerja

dari tiap mahasiswa kelompok 2B dalam melakukan kegiatan penunasan serta

pengendalian gulma piringan, gawangan, dan pasar pikul. Prestasi kerja yang

diperoleh tiap mahasiswa kelompok 2B adalah 104,95 HK/ha. Arti dari prestasi

kerja tersebut bahwa dengan tenaga mahasiswa dari kelompok 2B untuk

melakukan kegiatan pemeliharaan tersebut dalam luasan satu hektar dibutuhkan

waktu 105 hari agar pekerjaan pemeliharaan dapat diselesaikan.

Page 12: Pemeliharaan Kelapa Sawit

PENUTUP

Kesimpulan

Penunasan (pruning) merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan

kelapa sawit. Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah kelapa sawit

yang sudah tua, tidak produktif lagi, ataupun berpotensi sebagai pemicu timbulnya

hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini bertujuan untuk

mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami,

pemasukan cahaya dan perbaikan aerasi, mencegah brondolan buah tersangkut di

pelepah, sanitasi, mengurangi kelembaban, dan menyalurkan zat hara ke bagian

lain yang lebih produktif. Teknik penunasan songgo dua merupakan teknik yang

paling sering digunakan.

Pengendalian gulma tidak hanya penting dilakukan pada piringan kelapa

sawit, tetapi juga pada pasar pikul dan gawangan. Tujuan dari pembersihan

gulma areal pasar pikul adalah untuk memperlancar transportasi, memperlancar

penyaluran TBS ke TPH, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya.

Begitu juga dengan pembersihan gulma pada areal gawangan. Tujuannya adalah

untuk menekan penguasaan tumbuh oleh gulma lunak dan mempermudah

kegiatan pemeliharaan. Biasanya teknik pembabatan yang dilakukan pada pasar

pikul adalah babat merah, sedangkan pada gawangan babat dempes. untuk semua

kegiatan di atas, prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa kelompok 2B sudah

cukup baik.

Saran

Pada praktikum ini alat penunasan (egrek) yang digunakan dalam kondisi

yang kurang baik. Kondisi alat agak tumpul sehingga memperlambat kegiatan

penunasan. Agar pekerjaan penunasan dapat cepat diselesaikan dan memberikan

hasil yang baik, alat yang digunakan sebaiknya berada dlam kondisi baik pula.

Page 13: Pemeliharaan Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektifitas dan Efisiensi

Aplikasi Herbisisda. Kanisius. Yogyakarta. 103 hal.

Christian, N. S. 2008. Perkebunan Kelapa Sawit.

http://nandachristians.blogspot.com/2008/04/bab-i.html. [13 Maret 2010].

Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pendatan Kelapa Sawit Tahun 2008 Secara

Kompeheresif dan Objektif. http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [09 Maret

2010].

H0404055. 2010. Magang Perkebunan Kelapa Sawit.

http://h0404055.wordpress.com/category/uncategorized/. [13 Maret 2010].

Lubis, A. U. 1992. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat

Penelitian Marihat. Medan. 435 hal.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari

Hulu Hingga Hilir. Penebar sawdya. Jakarta. 421 hal.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tanpa Halaman

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. Tanpa

halaman.

Suyatno, R. 1994. Kelapa Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.

Yogyakarta. Tanpa halaman.

Page 14: Pemeliharaan Kelapa Sawit

LAMPIRAN

Gambar 1. Egrek

Gambar 2. Denah Pemeliharaan

Page 15: Pemeliharaan Kelapa Sawit

Perhitungan Prestasi Kerja

Diketahui : Luas Piringan = 3.14 x 1,5m x 1,5m = 7,065 m2

Luas 3 Piringan = 3 x 7,065 m2 = 21,195 m2

Luas Persegi Panjang = 7,8m x 9m = 70,2 m2

Waktu Kerja = 54 menit = 0.9 jam

Jumlah Pekerja = 4 orang

Ditanya : Prestasi Kerja = ?

Jawab :

Luas Lahan = Luas Persegi Panjang – Luas 3 Piringan

= 70,2 m2 - 21,195 m2

= 49,005 m2 ≈ 49 m2

Luas Lahan/orang = 49 m2 : 4 orang = 12,25 m2/orang

Prestasi kerja

Standar Orang Kerja/hari = 7 jam/HK

Prestasi Kerja (PK) = 7 jam/HK x 12,25 m2 = 95.28 m2/HK

0,9 jam

=0,009528 ha/HK

= 104,95 HK/ha