i
PENCATATAN PIUTANG PADA PT PUSPA MADU SARI
Oleh:
Ajeng Sekar Pertiwi
NIM : 232009052
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 -60
:(0298) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsa ia
Salatiga 50711 - Indonesia
Fax. (0298) -3 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : Ajeng Sekar Pertiwi
N I M : 232009052
Program Studi : Akuntansi
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : Pencatatan Piutang Pada PT Puspa Madu Sari
Pembimbing : Johnson Dongoran, SE,MBA,
Tanggal di uji : 23 Januari 2015
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri
tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan
yang telah saya peroleh.
Salatiga, 23 Januari 2015
Yang memberi pernyataan,
Ajeng Sekar Pertiwi
iii
iv
MOTTO
“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
mereka berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk
dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan. ~ (Tom Bodett)
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu
menyesali apa yang belum kita capai. ~ (Schopenhauer)
v
KATA PENGANTAR
Setiap perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem akuntansi yang sesuai
dengan kondisi masing-masing perusahaan. Salah satu sistem yang digunakan oleh
perusahaan adalah catatan akuntansi piutang tak tertagih dan tertagih.Dengan melihat
uraian tersebut maka penulis uraikan pada Bab Pendahuluan, dijabarkan latar
belakang penelitian, masalah penelitian, persoalan penelitian. Bab berikutnya
menjabarkan Landasan Teori. Metode penelitian mencakup jenis dan sumber data
serta teknik analisis yang digunakan. Bab selanjutnya merupakan inti dari penelitian,
yang terdiri dari analisis dan bahasan analisis. Bab terakhir menyajikan kesimpulan
penelitian beserta imlikasinya.
Penulis berharap, kiranya penelitian sederhana ini bermanfaat bagi pembaca
umum dan pihak-pihak yang bersangkutan khususnya, maupun peneliti lain. Penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu segala kritik
dan saran sangat penulis hargai dengan suka cita, karena semuanya akan
menyempurnakan karya ini dan berguna untuk penelitian lanjut dalam topik yang
sama.
Salatiga, Januari 2015
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
menuntun, melimpahkan berkahNya, memberikan segala yang telah penulis perlukan,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai kelengkapan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan, petunjuk, serta
kerja sama dari berbagai pihak terutama kepadaJohnson Dongoran, SE,MBA,selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan kritik serta masukan yang bermanfaat.
Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT. Yang telah melancarkan dan memberikan kekuatan spiritual
kepada penulis dalam menyelesaikan pengerjaan tugas akhir.
2. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE,MBA, selaku Kaprogdi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Johnson Dongoran,SE,MBA,selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan inspirasi dan motivasi, berusaha dengan sabar dan cermat dalam
membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
4. Ibu Maria Rio Rita, SE,Msi selaku Wali Studi yang telah memberikan dorongan
dan masukan, serta memberikan pengetahuan kepada penulis.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai.
6. Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana yang telah memberi bantuan administrasi dan teknis kepada penulis
selama kuliah.
7. Ibu, Kakak, dan Adik terima kasih atas doa, bimbingan, sarana, dan dorongan
semangat, serta dukungan yang diberikan kepada penulis.
vii
8. Johan Chris Timotius yang rela berada di samping penulis dalam suka maupun
duka, terima kasih atas doa, dukungan, dan cinta kasih yang selalu diberikan.
9. Buat sahabat-sahabatku Dinis, Bingar, Osa, Wery, Bowo, Dhana, Agung,
Rengga, Yuni, Nunik, Ida dan teman-teman FEB angkatan 2009, terima kasih
atas doa dan dukungan yang selalu diberikan.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk semuanya.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................ ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ............................................................................. iii
Moto .......................................................................................................................... iv
Kata Pengantar .......................................................................................................... v
Ucapan Terima Kasih ................................................................................................ vi
Daftar Isi.................................................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian ......................................................................................... 1
Persoalan Penelitian .................................................................................................. 4
Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Piutang ...................................................................................................................... 4
Klasifikasi Piutang .................................................................................................... 6
Akuntansi Piutang Usaha .......................................................................................... 7
Pengakuan Piutang Usaha ......................................................................................... 9
Penilaian Piutang Usaha ............................................................................................ 9
Piutang Usaha yang Tak Tertagih ............................................................................ 10
METODE PENELITIAN .......................................................................................... 15
ix
HASIL TEMUAN
Profil Perusahaan ..................................................................................................... 15
Pencatatan Piutang Pada PT PuspaMadu Sari .......................................................... 16
Pembahasan ............................................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................................... 24
Saran .......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 26
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik
berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban
dan ekuitas atau pos-pos rinciannya. Menurut Kieso (2002), piutang (receivables)
adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lain.
Pengakuan piutang dapat diakui (dibebankan ke pendapatan) dengan dua
metode dasar akutansi yaitu konsep dasar kas (cash basis) dan konsep dasar akrual
(accrual basis). Dalam akuntansi dasar kas (cash basis), pendapatan dan beban
dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode kas diterima atau dibayar. Laba
(rugi) bersih merupakan selisih antara penerimaan kas (pendapatan) dengan
pengeluaran kas (beban). Pengakuan piutang dalam pelaporan keuangan dengan
menggunakan konsep dasar kas seringkali memberikan informasi yang tidak akurat
bagi pemakainya. Dalam akuntansi dasar akrual (accrual basis), beban dan
pendapatan yang saling terkait dilaporkan pada periode yang sama. Konsep dasar
akrual (accrual basis) dapat memberikan informasi yang akurat dalam pelaporan
keuangan karena konsep ini didasari oleh konsep upaya dan hasil (Raharjaputra 2009)
Banyak pemilik yang mengunakan catatan akuntansi berdasarkan atas arus kas
keluar dan arus masuk. Pinasti (2000) mengungkapkan bahwa ” pengusaha kecil di
Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam
pengelolaan usahanya”. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) identik dengan masih kurangnya kesadaran untuk
2
menjalankan pembukuan dengan baik dalam dunia bisnis. Hal tersebut disebabkan
rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dari manajer pemilik dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan
penyusunan laporan keuangan bagi UKM (Suhairi, 2004).
PT Puspa Madu Sari yang termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan ringan.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini melakukan penjualan secara tunai
maupun non tunai. Perusahaan ini menjual barang berdasarkan pesanan dari pihak
pembeli. Tetapi seiring berjalannya usaha ini, perusahaan mengalami penurunan
pendapatan dari tahun ke tahun. Setelah pemilik mengetahui bahwa perusahaannya
mengalami penurunan pendapatan, maka ia melakukan pengecekan terhadap laporan
keuangan yang selama ini dikerjakan oleh bagian keuangan, dan ternyata terdapat
piutang dari order barang yang dilakukan oleh pembeli yang tidak bisa ditagih, yang
menyebabkan terjadinya piutang tak tertagih. Tidak hanya itu, saat pembeli masih
memiliki tanggungan hutang terhadap perusahaan,pembeli masih bisa melakukan
order barang, sehingga makin menumpuk piutang.
Selain itu, distributor dari perusahaan yang berada di luar kota terindikasi
telah melakukan tindakan penggelapan uang dari hasil penjualan yang seharusnya
disetorkan ke perusahaan. Dengan adanya penggelapan oleh distributor tersebut,
maka PT Puspa Madu Sari mengalami kerugian yang besar sehingga perusahaan akan
bangkrut, karena tidak bisa membayar gaji karyawan. Merasa perusahaannya akan
mengalami kebangkrutan apabila diteruskan kemudian pemilik berinisiatif menjual
3
perusahaannya kepada rekannya sendiri. Dalam hal ini pemilik merasa memiliki
beberapa alasan mengapa perusahaan ada baiknya untuk dijual, yaitu : pemilik tidak
ingin menanggung rugi yang lebih banyak. Pemilik tidak harus memberhentikan
pegawainya dari pekerjaan ( PHK ) sehingga pemilik tidak ada kewajiban untuk
membayar pesangon untuk pegawainya, dan pemilik mengharapkan usaha ini akan
lebih baik pada masa yang akan datang apabila dijual ke pihak lain.
PT Puspa Madu Sari baik kepemilikan sekarang maupun yang lama masih
belum menggunakan pencatatan akuntansi piutang berdasarkan PSAK yaitu piutang
harus dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan, dikurangi dengan taksiran jumlah
yang tidak dapat ditagih, karena hanya mengandalkan catatan akuntansi berdasarkan
cash basis, yang mana PT Puspa Madu Sari hanya mencatat pendapatan dan beban
pada periode kas diterima atau dibayar. Hal ini yang menyebabkan pengakuan
piutang dalam catatan keuangan PT Puspa Madu Sari memberikan informasi yang
tidak akurat bagi pemakainya. Oleh sebab itu PT Puspa Sari Madu membutuhkan
pencatatan akuntansi piutang berdasarkan PSAK yang dapat membantu perusahaan
dalam memudahkan untuk mengontrol piutang, selain itu juga sebagai alat bantu
untuk menganalisis piutang perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu
acuan pengambilan keputusan yang tepat dalam memberikan pembelian roti secara
kredit.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka akan dibahas dalam penelitian ini
mengenai : pencatatan piutang baik tak tertagih maupun tertagih pada PT Puspa
Madu Sari
4
Persoalan Penelitian
Adapun persoalan yang akan dikaji adalah: Bagaimana pencatatan Piutang
baik tak tertagih maupun tertagih pada PT Puspa Madu Sari dan apakah pencatatan
sudah sesuai dengan PSAK ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana cara
pencatatan Piutang baik tak tertagih maupun tertagih pada PT Puspa Madu Sari serta
mengetahui apakah pencatatan sudah sesuai dengan PSAK.
TINJAUAN PUSTAKA
Piutang
Menurut PSAK No. 43, piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan
yang berasal dari transaksi usaha. Menurut PSAK no.9 Tahun 2009, Piutang usaha
meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam
rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan lain-lain yang
diharapkan tertagih dalam satu atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar.
Perusahaan yang berorientasi pada laba tentunya harus memiliki penghasilan.
Penghasilan yang diperoleh sesudah dikurangi biaya-biaya akan mendatangkan laba
atau rugi yang membawa pengaruh pada jumlah kekayaan perusahaan. Aktivitas
5
utama perusahaan jasa dan dagang adalah menjual jasa atau barang dagangan secara
tunai maupun kredit. Penjualan dilakukan secara tunai, langsung mendatangkan uang
tunai. Namun penjualan secara kredit, akan mengakibatkan hak penagihan atas
piutang.
Piutang sendiri timbul dari penjualan barang ataupun jasa karena terdapat
kebijakan secara kredit menurut Baridwan (2004), yaitu :
1) Pembeli membutuhkan barang dan jasa secara langsung, namun tidak bisa
mereka bayar secara langsung atau lebih menyukai untuk membayar secara
kredit atau cicil.
2) Penjual dapat menjual lebih banyak dengan melakukan penjualan kredit
dibandingkan dengan hanya melakukan penjualan tunai.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005), yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita,
“piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian
besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau
jasa. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas
lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.”
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa piutang antara lain
merupakan semua tuntutan terhadap langganan baik berbentuk perkiraan uang,
barang maupun jasa dan segala bentuk perkiraan seperti transaksi. Penjualan secara
kredit menimbulkan hak bagi perusahaan melakukan penagihan pada langganannya,
dimana hal itu ditentukan oleh persyaratan yang telah disepakati bersama pada saat
melakukan transaksi.
6
Klasifikasi Piutang
Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang usaha dan
piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang
merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang usaha (trade
receivables). Sedangkan piutang jenis lain-lain seperti piutang pegawai (employee
receivables), piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang
saham, dan lain-lain. Namun menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004) dalam banyak
kasus, piutang usaha adalah ”piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering disebut
sebagai accounts receivable.
Penggolongan piutang menurut SAK yaitu menurut sumber terjadinya, ialah
piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan pengklasifikasian bisa dengan
beberapa cara. Pertama, piutang terdiri dari piutang usaha (trade receivables) dan
piutang non-usaha (non-trade receivables). Cara pengklasifikasian yang lain, piutang
terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang tidak lancar
atau jangka panjang.
Namun, secara garis besar pengelompokkan piutang berdasarkan Warren,
Reeve, dan Fess (2008) adalah sebagai berikut :
1) Piutang usaha (accounts receivable)
7
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih dalam
periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang dikelompokkan sebagai
aset lancar.
2) Wesel tagih (notes receivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk
membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam jangka
waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan.
3) Piutang lain-lain (other receivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagih dalam waktu satu tahun maka dikasifikasikan sebagai aset lancar, jika
penagihannya lebih dari satu tahun maka diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar di
bawah akun investasi. Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang
pejabat atau piutang karyawan.
Akuntansi Piutang Usaha
Akuntansi piutang dagang tetap berpedoman pada sistem akuntansi yang
lazim digunakan. Untuk itu setiap transaksi dilakukan pencatatan piutang dengan
tujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur. Mutasi
8
piutang ini disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan pelunasan dari
debitur, retur penjualan dan penghapusan piutang. Oleh karena itu setiap transaksi
harus disertai bukti-bukti atau dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar untuk
pencatatan akuntansi (Simamora, 2000).
Transaksi-transaksi tersebut dicatat ke dalam jurnal sebagai berikut :
a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada pelanggan.
Piutang usaha xxx
Penjualan/Pendapatan xxx
b. Transaksi retur penjualan.
Retur Penjualan xxx
Piutang usaha xxx
c. Transaksi penerimaan kas dari debitur.
Kas xxx
Piutang usaha xxx
d. Transaksi penghapusan piutang.
Cadangan kerugian piutang xxx
Piutang usaha xxx
Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan biasanya memberikan diskon
penjualan ataupun diskon dagang. Diskon dagang biasanya dinyatakan dalam
persentase, sedangkan diskon penjualan dinyatakan dalam bentuk istilah 2/10, n/30
yang artinya diskon 2% dibayarkan dalam 10 hari, jatuh tempo dalam 30 hari).
9
Penilaian piutang usaha sedikit lebih kompleks, jumlah piutang yang dinilai dan
dilaporkan pada neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan
akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value)
memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur dan potongan
penjualan (Simamora, 2000).
Pengakuan Piutang Usaha
Piutang dagang dapat diakui pada saat terjadi pemindahan hak atau serah
terima atas barang yang dijual dari penjual (perusahaan) kepada pembeli, atau yang
disebut dnegan transfer of title.
Menurut Sulistiawan (2006:80). Piutang usaha terjadi ketika perusahaan
melakukan penjualan, namun belum menerima uang sebagai hasil penjualannya.
Sedangkan menurut Keiso (2001:387).Dalam sebagian besar transaksi piutang,
jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran (the exchange price) adalah
jumlah yang terhutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam) dan
umumnya dibuktikan dengan beberapa dokumen bisnis biasanya berupa fakta
(invoice).
Penilaian Piutang Usaha
Piutang usaha harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersih (net realizable
value) yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat diterima dalam bentuk
10
kas, yang tidak selalu berjumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan
nilai realisasi, bersih (net realizable value) memerlukan estimasi baik atas piutang
yang tak tertagih atau piutang ragu-ragu maupun retur penjualan dan pengurangan
harga yang diberikan.
Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa, “ piutang dinyatakan
sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
diterima. Jumlah bruto piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak diterima”
Piutang Usaha yang Tak Tertagih
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai, beresiko menimbulkan kegagalan
untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan.
Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang
ragu-ragu (atau beban piutang tidak tertagih atau kerugian piutang).
Menurut Kieso (2002) yang diterjemahkan oleh Emill Salim piutang tak
tertagih adalah kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal
pencatatan yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan
yang berkaitan dengan laba. Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak
tertagih bukan merupakan aktiva lagi, oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos
piutang dalam neraca. Piutang tak tertagih merupakan suatu kerugian, dan kerugian
ini harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt
expense), yang disajikan dalam laporan laba rugi. Semua penghapusan ini dicatat
11
dengan tepat dan teliti karena berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang
digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan (Kieso, 2002).
Ada tiga cara untuk menaksir besarnya cadangan penghapusan piutang, yaitu
(Kieso, 2002):
1) Menggunakan analisis umur piutang (aging schedule)
2) Taksiran dari saldo akhir piutang dalam neraca
3) Taksiran dari jumlah selama satu periode.
Menurut Reeve, Warren, dan Fees (2005) terdapat metode akuntansi yang
digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih :
“There are two methods of accounting for receivables that appear to be
uncollectible. The allowance method provides an expense for uncollectible receivable
in advance of their write-off. The other procedure, called direct write-off, recognized
the expense only when accounting are judge to be worthless.”
Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat dua metode akuntansi untuk
mencatat piutang tak tertagih, yaitu :
1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
Penggunaan metode ini didasarkan pada adanya indikasi bahwa piutang usaha
tidak dapat ditagih lagi dan tidak bernilai lagi. Pencatatan kerugian piutang dilakukan
jika ada kepastian bahwa debitur tidak mampu membayar kewajibannya kepada
perusahaan. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat dibandingkannya pendapatan
dan beban periode yang bersangkutan dengan nilai piutang yang dilaporkan bukan
merupakan nilai yang dapat direalisasikan.
12
Ayat jurnal untuk menghapus piutang tak tertagih tersebut adalah :
a. Untuk menghapus piutang tak tertagih
(D) Beban piutang tak tertagih xxx
(K) Piutang xxx
b. Untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapus sebelumnya
(D) Piutang xxx
(K) Beban piutang tak tertagih xxx
c. Untuk mencatat penerimaan kas dari pembayaran piutang yang telah
dihapuskan
(D) Kas xxx
(K) Pendapatan lain-lain xxx
2. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Perusahaan-perusahaan besar umumnya menggunakan metode penyisihan
ntuk mengestimasi besarnya piutang usaha tidak tertagih. Metode penyisihan
mencatat beban atas dasar estimasi dalam periode akuntansi, dimana penjualan kredit
dilakukan. Piutang tak tertagih harus dicacat pada periode yang sama seperti
penjualan untuk mendapatkan penandingan yang tepat atas beban dan pendapatan
serta nilai dari piutang yang tercatat pada neraca merupakan nilai yang dapat
direalisasi. Jurnal-jurnal akuntansi yang berhubungan dengan metode ini adalah
sebagai berikut :
a. Pada saat pembentukan cadangan
(D) Beban piutang tak tertagih xxx
13
(K) Cadangan Piutang tak tertagih xxx
b. Pada saat penghapusan piutang tak tertagih
(D) Cadangan Piutang tak tertagih xxx
(K) Piutang Usaha xxx
Apabila Piutang Usaha yang telah dihapuskan akan dilakukan pembayaran
oleh Debitur, maka Piutang Usaha harus dimunculkan kembali, jurnalnya :
c. Pada saat ada informasi, Piutang yang telah dihapus, akan dibayar
(D) Piutang Usaha xxx
(K) Cadangan Piutang tak tertagih xxx
d. Pada saat diterimanya pelunasan
(D) Kas xxx
(K) Piutang xxx
Estimasi atas piutang tak tertagih dapat didasarkan pada :
1) Jumlah penjualan, dimana piutang timbul akibat adanya penjualan kredit.
Perusahaan dapat menggunakan jumlah penjualan selama satu periode sebagai
dasar estimasi piutang tak tertagih dengan persentase tertentu.
2) Jumlah piutang, dimana perusahaan menentukan lamanya waktu piutang usaha
tersebut beredar. Untuk itu perusahaan membuat skedul umur piiutang (Aging
Schedule). Skedul ini menunjukkan jumlah dan umur piutang.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) no. 9, piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan, dikurangi dengan
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang tetap disajikan pada
14
neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang digunakan untuk taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih. Dalam PSAK no.9, pencatatan piutang sebagai
berikut :
1. Pada saat terjadi penjualan kredit, dicatat dalam jurnal
(D) Piutang dagang xxx
(K) Penjualan xxx
2. Pada saat pengakuan kerugian piutang, dicatat dalam jurnal
(D) Kerugian piutang xxx
(K) Cadangan kerugian xxx
3. Pada saat penghapusan piutang, dicatat dalam jurnal
(D) Cadangan kerugian xxx
(K) Piutang dagang xxx
Jika kerugian piutang ini nanti diakui pada akhir periode, maka diketahui
bahwa adanya sejumlah piutang tak tertagih yang didukung oleh data yang akurat
yang dihitung oleh bagian akuntansi, maka piutang yang tak tertagih berpengaruh
pada total bersih pendapatan perusahaan pada saat itu. Perusahaan akan
memperlakukan biaya kerugian piutang sebagai pendapatan lain-lain, ketika diterima
sejumlah uang dari pelanggan yang hutangnya telah dihapuskan pada periode sesudah
terjadinya penghapusan piutang. Jika terjadinya pada periode dimana piutang
dihapuskan, maka dilakukan dengan mengurangi biaya kerugian piutang.
15
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus di PT Puspa Madu Sari. Data yang
digunakan dalam penelitian ini data primer. Data primer berasal dari hasil tanya
jawab dengan pimpinan PT Puspa Madu Sari melalui wawancara secara langsung
terkait pencatatan Piutang pada PT Puspa Madu Sari. Data dianalisis dengan metode
deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2008). Adapun langkah penelitian adalah
menggambarkan pencatatan Piutang pada PT Puspa Madu Sari.
HASIL TEMUAN
Profil Perusahaan
PT Puspa Madu Sari pertama kali didirikan pada tahun 2007 di Salatiga oleh
Hubertus Bruinink seorang pria berkebangsaan Belanda yang menetap di Indonesia,
yang pada saat itu memulai usahanya dalam bidang produksi makanan ringan. PT
Puspa Madu Sari memproduksi makanan ringan khas Belanda berupa stropwaffell.
Selama perjalanan merintis usahanya, produk makanan ringan ini sudah memasuki
beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, Surabaya, Malang,
Bandung dan beberapa toko di Salatiga.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini melakukan penjualan secara
tunai maupun non tunai. Perusahaan ini menjual barang berdasarkan pesanan dari
pihak pembeli. Pada saat ini PT Puspa Madu Sari yang terletak di jalan Nakula
Sadewa No.47 Kembang Arum, Salatiga dibawah naungan manajemen dan
16
merupakan anak perusahaan dari Bio Maret yang berkantor di Jl. Nakula Sadewa
No.47 Kembang Arum, Salatiga.
Pencatatan Piutang Pada PT Puspa Madu Sari
Pencatatan piutang tak tertagih dilihat dari tiga hal yaitu prosedur, dokumen
yang digunakan dan pelaporan.
1) Prosedur
Piutang usaha adalah suatu hal yang penting bagi pihak manajemen
perusahaan, karena piutang merupakan aktiva lancar yang mempengaruhi jumlah
harta atau kas. Selain itu pada umumnya transaksi penjualan yang terjadi pada
perusahaan dilakukan secara kredit, sehingga dari setiap transaksi menimbulkan
piutang bagi perusahaan. Untuk itu PT Puspa Madu Sari mengawasi pengelolaan
piutang secara baik dan ditangani secara khusus.
Prosedur piutang usaha pada PT Puspa Madu Sari seluruh bagian yang ada
dalam perusahaan terlibat dalam mengawasi pengelolaan piutang usaha. Karena pada
bagian pengiriman dan bagian produksi kebanyakan melakukan transaksi secara
kredit, sehingga dari setiap kegiatan transaksinya menimbulkan piutang usaha. Setiap
bagian dari perusahaan harus bekerja sama dengan baik supaya kegiatan usaha dapat
berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Prosedur piutang usaha pada PT Puspa Madu Sari berdasarkan penjualan langsung
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
17
1. Setelah terjadinya transaksi penjualan secara kredit, berdasarkan Surat
Pengantar (Delivery Order) membuat kwitansi (2 rangkap), , faktur penjualan
(2 rangkap) dan surat permohonan pembayaran (2 rangkap).
2. Setelah itu perusahaan mengirimkan kwitansi, faktur penjualan, surat
pengantar dan surat permohonan pembayaran kepada pelanggan. Setelah
ditagih kemudian di rekap kedalam rekap penjualan.
3. Bagian asministrasi mencatat kwitansi, surat pengantar, faktur penjualan, dan
faktur pajak standar ke dalam buku besar penjualan serta menginput data-data
tersebut ke dalam komputer kemudian data-data tersebut diarsipkan.
4. Bagian administrasi menyerahkan kwitansi, faktur penjualan, dan surat
pengantar kepada manajer pimpinan beserta surat permohonan pembayaran.
5. Apabila sampai akhir bulan tersebut belum terjadi pembayaran oleh
pelanggan. Bagian administrasi membuat Bukti Pengakuan Piutang (BPP) dan
melakukan penjurnalan berdasarkan penjualan yang dilihat kwitansi, faktur
penjualan, surat pengantar.
6. Bagian administrasi menyerahkan faktur penjualan kepada pimpinan
perusahaan.
7. Setelah dua minggu, administrasi melakukan konfirmasi kepada pelanggan,
untuk mengetahui apakah pelanggan sudah membayar hutangnya. Biasanya
pembayaran dilakukan melalui transfer bank.
18
8. Apabila terjadi pembayaran, bagian administrasi melakukan konfirmasi ke
bank, untuk mengetahui adanya transfer masuk dari pelanggan dan berapa
nominalnya.
9. Setelah itu bagian administrasi mencocokkan besarnya nominal yang dibayar
oleh pelanggan dengan surat pengantar, faktur penjualan, faktur pajak dan
kwitansi.
10. Kemudian dibuat kwitansi penerimaan kas, serta dilakukan penjurnalan
kemudian data-data tersebut diinput ke dalam komputer.
11. Pada saat akan membuat laporan keuangan, maka bagian administrasi
mengecek terlebih dahulu hasil dari pemrosesan data yang dilakukan oleh
komputer. Kemudian di print dan diperiksa per triwulan.
2) Dokumen
Dalam prosedur piutang usaha digunakan dokumen yang digunakan untuk
mencatat data-data penting dari setiap transaksi perusahaan, sehingga dapat
digunakan untuk meminimalisir terjadinya kekeliruan dalam pembukuan. Dokumen
yang digunakan dalam prosedur piutang usaha pada PT Puspa Madu Sari yaitu:
1. Surat Pengantar (Delivery Order)
Didalamnya terdapat nomor kontrak, tanggal kontrak, tanggal penyerahan
barang, serta rincian mengenai spesifikasi barang dan jumlah barang yang
dijual kepada pelanggan.
19
2. Kwitansi
Didalamnya terdapat nomor kwitansi, pemberi uang, besarnya nominal yang
diterima oleh perusahaan dan rincian transaksi tersebut.
3. Faktur Pajak Standar
Didalamnya terdapat berapa besarnya pajak yang harus dibayar oleh
pelanggan atas pembelian yang dilakukannya. Pada umumnya sebesar 10%
dari total pembelian pelanggan. Yang akan dimasukkan ke dalam pajak
keluaran dan nantinya akan disetorkan oleh perusahaan kepada kantor pajak
4. Faktur Penjualan
Didalamnya terdapat nomor kontrak, tanggal kontrak serta rincian mengenai
spesifikasi barang, jumlah barang dan harga barang yang dijual kepada
pelanggan ditambah PPN 10% dari total penjualan.
5. Buku Monitoring (Buku Besar Penjualan)
Merupakan buku yang mencatat semua transaksi penjualan perusahaan baik
yang secara tunai maupun kredit. Yang didalamnya terdapat nomor kontrak,
tanggal kontrak serta rincian mengenai spesifikasi barang, jumlah barang dan
harga barang yang dijual kepada pelanggan ditambah PPN 10% dari total
penjualan beserta tanggal pembayaran oleh pelanggan.
6. Bukti Pengakuan Piutang (BPP)
Mencatat penjualan yang pembayarannya belum terjadi pada bulan yang
sama, maka pada bulan berikutnya dibuat Bukti Pengakuan Piutang atas
transaksi tersebut.
20
7. Bukti Pengakuan Hutang (BPH)
Digunakan untuk pertanggungjawaban Harga Pokok Penjualan (HPP) yang
dipertanggungkan pada bulan berikutnya.
8. Voucher Penerimaan Kas
Dibuat apabila perusahaan menerima uang atas pembayaran piutang oleh
pelanggan, yang didalamnya tercantum berapa nominal yang diterima serta
rincian mengenai transaksi penjualannya.
3) Laporan
Dari hasil wawancara denan pimpinan PT Puspa Madu Sari Ditemukan
bahwa perusahaan tidak mencatat maupun mengestimasi penyisihan piutang tak
tertagih. Perusahaan hanya menerapkan penghapusan piutang tak tertagih. Hal ini
menyebabkan bertambahnya beban operasional dalam penjualan, karena penghapusan
piutang ini akan mengurangi pendapatan perusahaan.
Secara teoritis, jika besarnya estimasi atas piutang tak tertagih adalah akurat,
maka akun cadangan seharusnya selalu mendekati nol. Akan tetapi estimasi tidak
pernah nol karena perusahaan akan terus melakukan penjualan kredit dan membuat
estimasi yang baru.
PT Puspa Madu Sari pada akhir tahun 2012 memiliki saldo piutang dagang
sebesar Rp. 899.426.000 dan diestimasi bahwa besarnya piutang tak tertagih
berdasarkan pada masing-masing kelompok umurnya seperti diringkas pada tabel
berikut :
21
Tabel 1
Kelompok Umur Piutang Tak Tertagih PT Puspa Madu Sari
Kisaran Umur
Piutang
Saldo
(Rp)
Estimasi Piutang Tak
Tertagih
Prosentase Jumlah
Belum jatuh tempo 788.165.000 2 15.763.300
Sudah jatuh tempo
1-30 hari 30.951.000 5 1.547.550
31-60 hari 6.555.000 10 655.500
61-90 hari 73.755.000 15 11.063.250
> 90 hari 0 20 0
Total 899.426.000 29.029.600
PT Puspa Madu Sari menggunakan catatan akuntansi dalam bentuk akrual
(accrual basis), beban dan pendapatan yang saling terkait dilaporkan pada periode
yang sama. Konsep dasar akrual (accrual basis) dapat memberikan informasi yang
akurat dalam pelaporan keuangan karena konsep ini didasari oleh konsep upaya dan
hasil. Pencatatan penyisihan piutang tak tertagih pada PT Puspa Madu Sari adalah
menggunakan metode cadangan kerugian piutang dengan menggunakan estimasi dari
jumlah piutang usaha. Besarnya estimasi akan menjadi saldo akhir akun cadangan
piutang tak tertagih. Berdasarkan hasil wawanvcara dengan staf PT Puspa Madu Sari
diketahui bahwa pada tahun 2012 PT Puspa Madu Sari memiliki beban kerugian
piutang tak tertagih sebesar Rp. 49.029.600 sehingga pada saat penyisihan piutang tak
tertagih dengan menggunakan metode cadangan kerugian piutang tak tertagih adalah
sebagai berikut :
22
Beban kerugian piutang tak tertagih Rp. 49.029.600
Cadangan kerugian piutang Rp. 49.029.600
Pada 31 Oktober 2012, PT Puspa Madu Sari menghapus piutang nasabah
sebesar Rp 32.250.200 karena pembayaran dari pembeli tidak disetorkan dan terjadi
penggelapan oleh distributor perusahaan. Dan PT Puspa Madu Sari membuat
pencatatan dalam bentuk jurnal sebagai berikut:
Cadangan kerugian piutang Rp.32.250.200
Piutang Usaha Rp.32.250.200
Sementara itu pada 30 Desember 2012, ada sebagian nasabah PT Puspa Madu
Sari yang membayar hutangnya yang telah dihapuskan dengan total Rp 12.257.400,
dan PT Puspa Madu Sari mencatatnya sebagai berikut:
Piutang Usaha Rp. 12.257.400
Cadangan kerugian piutang Rp. 12.257.400
Kas Rp. 12.257.400
Piutang Usaha Rp. 12.257.400
23
Pembahasan
Berdasarkan prosedur piutang yang dilakukan PT Puspa Madu Sari dapat
ditarik kesimpulan bahwa prosedur tersebut telah sesuai dengan prosedur piutang
usaha yang telah ditetapkan oleh perusahaan. PT Puspa Madu Sari telah melakukan
prosedur tersebut dengan baik, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam
proses pembukuan maupun dalam proses penagihan piutang.
PT Puspa Madu Sari sudah mulai melakukan perkiraan piutang tak tertagih
untuk mengurangi terjadinya piutang yang terhapus dengan umur yang lama,
sehingga membuat pendapatan perusahaan berkurang. Jika perusahaan ini semakin
besar dan berkembang, maka penyisihan piutang sangat penting dilakukan.
Menurut Mulyadi (2003), dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan
kredit terdiri dari: surat order pengiriman, faktur, rekapitulasi harga pokok penjualan
dan bukti memorial, sedangkan dokumen pokok yang digunakan dalam prosedur
pencatatan piutang adalah sebagai berikut : faktur penjualan, bukti kas masuk, memo
kredit dan bukti memorial. Dokumen yang digunakan oleh PT Puspa Madu Sari
dalam prosedur piutang usaha pada umumnya telah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Mulyadi (2003). PT Puspa Madu Sari membuat dokumen prosedur
piutang usaha, mulai dari surat pengantar, kwitansi, faktur pajak standar, faktor
penjualan, buku monitoring (buku besar penjualan), Bukti pengakuan piutang (BPP),
Bukti Pengakuan Hutang (BPH) dan voucher penerimaan kas.
24
Berdasarkan pencatatan keuangan piutang tak tertagih, PT Puspa Madu Sari
sudah sesuai dengan peraturan PSAK. Untuk lebih jelasnya diringkas pada tabel
berikut.
Tabel. 2
Kesesuaian Catatan Akuntansi antara Teori PSAK No.9 dan Praktek Pada PT Puspa
Madu Sari
PSAK No.9,
Teori Praktek
Pada saat terjadi penjualan kredit
(D) Piutang dagang
(K) Penjualan
Sesuai
(D) Piutang dagang
(K) Penjualan
Pada saat pengakuan kerugian
piutang
(D) Kerugian Piutang
(K) Cadangan Kerugian
Sesuai
(D) Kerugian Piutang
(K) Cadangan Kerugian
Pada saat penghapusan piutang
(D) Cadangan Kerugian
(K) Piutang dagang
Sesuai
(D) Cadangan Kerugian
(K) Piutang dagan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prosedur pencatatan piutang pada PT Puspa Madu Sari telah sesuai dengan
prosedur pencatatan transaksi penjualan yang terdiri dari beberapa tahapan di mulai
dari terjadinya transaksi penjualan melalui tunai maupun non tunai sampai
penjurnalan transaksi dan penginputan data ke dalam komputer . Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan dalam proses pembukuan maupun dalam proses
25
penagihan piutang. Dan berdasarkan pencatatan keuangan piutang tak tertagih, PT
Puspa Madu Sari sudah melakukan penjurnalan transaksi yang sesuai dengan
peraturan PSAK.
Saran
Dalam melakukan pencatatan piutang , perusahaan diharapkan mengikuti
standar akuntansi keuangan yang berlaku.
26
Daftar Pustaka
Baridwan, Z. 2004. Sistem Akuntansi: Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi
5.Yogyakarta:BPFE
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi
Intermediete, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Pinasti, M. 2007. Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Pengelolaan Usaha
ParaPedagang Kecil di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas.”Jurnal
Ekonomi,Bisnis dan Akuntansi No. 1/Vol. 3/Mei.
Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Salemba
Empat. Jakarta.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta.
Simamora, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat
Suhairi, 2004. Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah. Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang
Warren, Carl S: Reeves, James M;Fess,Philip E, Pengantar Akutansi, Edisi ke21,
Salemba empat, Jakarta, 2005