PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI
MENGGUNAKAN APLIKASI
SUB-SUB DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI
MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN MUSLE DI
DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG
JAWA BARAT
DINDA TALITHA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI
DAN MUSLE DI
DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI
MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN MUSLE DI
SUB-SUB DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG
JAWA BARAT
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
DINDA TALITHA. Pendugaan Neraca Air, Erosi, dan Sedimentasi
Menggunakan Aplikasi Tank Model dan MUSLE di Sub-Sub Das Cikadu,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dibimbing Oleh Nana Mulyana Arifjaya
Kesulitan dalam menduga karakteristik aliran air pada suatu DAS dapat
dijawab oleh aplikasi Tank Model, model ini menggunakan parameter curah
hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai data masukan untuk menduga
karakteristik suatu DAS berupa neraca air, keberadaan air dan tinggi air pada
masing-masing lapisan tanah. Lokasi penelitian adalah Sub-sub DAS Cikadu
yang merupakan bagian dari Sub DAS Cisangkuy yang berada di Desa Mangun
Jaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung dengan daerah tangkapan air
seluas 986,6 Ha. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011-Januari
2012. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui karakteristik hidrologi di
Sub-sub DAS Cikadu menggunakan aplikasi Tank Model berbasis data SPAS, 2)
Menduga laju sedimen dan erosi di Sub-sub DAS Cikadu menggunakan metode
MUSLE dengan masukan data limpasan yang dihasilkan oleh aplikasi Tank
Model.
Penutupan lahan di sub-sub DAS Cikadu yaitu berupa semak belukar
seluas 376,8 Ha (38,20%), kawasan hutan seluas 199 Ha (20,17%), perkebunan
seluas 152,3 Ha (15,44%), pemukiman seluas 4,4 Ha (0,44%), sawah irigasi
seluas 123,8 Ha (12,55%), sawah tadah hujan seluas 60,1 Ha (6,10%), dan tegalan
seluas 69,8 Ha (7,08%). Hasil kalibrasi data SPAS diperoleh hubungan tinggi
muka air dengan debit aliran yaitu Q= 50,82TMA2,578
dengan R2= 0,98. Hubungan
debit aliran dengan laju sedimentasi yaitu Qs=0,981Q1,897
dengan R2
= 0,70. Besar
limpasan dapat diduga dengan Tank Model dan besar laju sedimen dengan
menggunakan metode MUSLE. Koefisien Runoff sebesar 37%, hubungan korelasi
yang kuat antara laju sedimen observasi dengan laju sedimen MUSLE dengan R2=
0,75. Nilai parameter optimasi Tank Model diperoleh nilai R=0,86. Masukan Tank
Model selama 57 hari berupa curah hujan 636,9 mm dengan nilai ETP total
sebesar 211,384 mm akan menjadi total aliran sebesar 215,07 mm, perbandingan
aliran pada masing-masing reservoir adalah pada surface flow sebesar 71,98
mm(33,47%), Intermediate flow sebesar 58,55 mm (27,22%), Sub-base flow
sebesar 2,05 mm (0,95%), dan Base Flow sebesar 82,47 mm (38,34%) dan
tersimpan sebagai stored sebesar 209,6 mm . Total laju sedimentasi sebesar 15,57
ton/ha/tahun atau setara dengan kehilangan tanah sedalam 1,29 mm/tahun.
Kata kunci: Erosi, laju sedimentasi, Tank Model, Metode MUSLE, Sub-sub DAS
Cikadu
SUMMARY
DINDA TALITHA. Forcasting Erosion, Water Balance, and Sedimentation
Use Tank Model Application and MUSLE at Cikadu Sub-Sub Watershed,
Bandung, Jawa Barat. Supervised By NANA MULYANA ARIFJAYA
The difficulty in assuming flow characteristics of water in a watershed
could be answered by Tank Model aplication, this model use the parameters of
precipitation, evapotranspiration, and flow as input data to estimate characteristics
of a watershed in the form water balance, presence of water and water level on
each layer ground.The research was located at Cikadu Sub-Watersheds which is a
part of Cisangkuy Sub-Watershed at Mangun Jaya Village, Arjasari Sub-District,
Bandung District with water catchment area as much as 986.6 Ha. The research
was held on November 2011 – January 2012. The objective of this research are :
1) Study of hydrology characteristics at Cikadu Sub-Watersheds using Tank
Model with the basis of SPAS data, 2) Study of sedimentation and erosion rates at
Cikadu Sub-Watersheds using MUSLE method with the input of runoff data
generated by Tank Model application.
Land cover in Cikadu Sub-Watersheds consist of 376.8 Ha (38.20%)
shrubs, 199 Ha (20.17%) forest, 152.3 Ha (15.44%) plantations, 4.4 Ha (0.44%)
residential area, 123.8 Ha (12.55%) irrigated rice field, 60.1 Ha (6.10%) rainfed
rice field, and 69.8 Ha (7.08%) agricultural field. Result from the calibration of
stream flow monitoring stations data shows a high correlation between water level
and discharge which was Q = 50.82 TMA2,578
, with R2 = 0.98. Correlation
between discharge and sedimentation rate was Qs = 0.981 Q1, 897
, with R2 = 0.70.
The runoff rate can be predicted with Tank Model and the sediment rate by using
MUSLE. The runoff coefficient is 37%, there is a strong correlation between
sediment rate observed and sediment rate of calculated MUSLE with R2 = 0.75.
Tank Model optimization results with parameter values R = 0.86. Total flow of
Tank Model for 57 days in form of rainfall of 636.9 mm with the total ETP value
211.384 mm will be a total flow of 215.07 mm, the comparison of flow on each
reservoir is surface flow of 71.98 mm (33.47%), Intermediate flow of 58.55 mm
(27.22%), Sub-base flow of 2.05 mm (0.95%), and Base Flow of 82.47 mm
(38.34%). Total sedimentation rate is 15.57 tons/ha/year, equivalent to a loss of
soil as deep as 1.29 mm/year.
Keywords : Erosion, sedimentation rate, Tank Model, MUSLE method, Cikadu
Sub-Water
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Neraca
Air, Erosi Dan Sedimentasi Menggunakan Aplikasi Tank Model Dan MUSLE
Di Sub-sub DAS Cikadu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat adalah benar-
benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Dinda Talitha
NIM E14070105
Judul Skripsi : Pendugaan Neraca Air, Erosi Dan Sedimentasi Menggunakan
Aplikasi Tank Model Dan MUSLE Di Sub-sub DAS Cikadu,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Nama : Dinda Talitha
NIM : E14070105
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si
NIP. 19660501 199203 1005
Mengetahui:
Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr.Ir. Didik Suharjito, MS
NIP. 19630401 199403 001
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR
Puji serta Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda (Bapak H. S Hardi Yahawi, S.E MM dan Ibu Hj. Tri
Lestari) serta kakak (Dita Puspitasari S.P) dan Adik (Salman Al-Hatri)
penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang mereka yang tak ternilai
harganya
2. Bapak Dr.Ir. Nana Mulyana Arifjaya, M.Si yang telah dengan sabar
membimbing serta memberi masukan dan arahan selama proses penulisan
skripsi ini
3. Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Kementrian Kehutanan yang
telah memberikan ijin pemanfaatan data di SPAS Cikadu
4. Sdr. Yanto Adrianto S.Si, Sdr Ahdi Mutahdin S.Hut, Sdr Muhammad
Tigana Amd, dan Sdri Putri Rahayu S,Hut, yang telah membantu dalam
mempelajari ilmu GIS
5. Teman-teman Fahutan44, MNH 44 khususnya kawan seperjuangan di Lab
Hidrologi Hutan dan DAS, Rahma Amalia, Andrie Ridzki P, Soni
S.Budiawan, Rian Slamet, dan Hilhamsyah Putra H
6. Keluarga besar RIMBAWAN PECINTA ALAM, keluarga kedua penulis
atas canda-tawa-tangis dan pengalaman berharganya menjelajah alam
7. Sahabat penulis Pristy Setyaningrum,SE dan Hikmah Nurisnaini,S.Hut,
atas nasihat dan kesediaannya mendengarkan keluh kesah penulis
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian proses skripsi ini.
Akhirnya tentu penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran membangun terbuka untuk penulis sebagai bahan
perbaikan.
Bogor, Juli 2012
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1989, merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Seleman Hardi Yahawi, S.E,
MM dan Ibu Hj. Tri lestari. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN
Karawaci Baru 1 Tangerang (1995-2001), Pendidikan menengah di SMP Islamic
Centre Muhammadiyah Cipanas (2001-2004), dan SMA Islamic Center
Muhammadiyah Cipanas (2004-2007). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SPMB) Jurusan Manajemen Hutan dan menjalani
tingkat persiapan bersama (TPB) pada tahun 2007-2008.
Pada jenjang sekolah menengah penulis aktif dalam organisasi Ikatan
Remaja Muhammadiyah (IRM) sebagai ketua umum (2006), di ekstrakulikuler
Santri Pecinta Alam (SATPALA) juga Sebagai Ketua Umum (2005) dan prestasi
Juara Harapan Pertama pada lomba Debating contest se-Kabupaten Cianjur
(2007). Selama duduk di Bangku Kuliah penulis aktif di organisasi Rimbawan
Pecinta Alam (RIMPALA) sebagai sekretaris (2008-2009) dan menjabat sebagai
ketua Divisi Olahraga Alam Bebas (2009-2010) serta pernah menjadi ketua
pelaksana kegiatan FUN RAFTING WITH RIMPALA tahun 2009 dan “Aksi
Bersih Sungai Ciapus” dalam rangka memperingati Hari Air sedunia pada tahun
2010.
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Leuwung Sancang dan Gunung Papandayan (2009), Praktek Pengelolaan Hutan
(PPH) di Hutan pendidikan Gunung Walat Sukabumi (2010), dan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT.ERNA DJULIAWATI II Kalimantan Tengah (2011). Selain
itu penulis mendapat kepercayaan untuk menjadi asisten praktikum beberapa mata
kuliah diantaranya mata kuliah Hidrologi Hutan dan Pengelolaan Ekosistem
Hutan dan Daerah Aliran Sungai (2011-2012).
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca Air ........................................................ 3
2.2 Curah Hujan dan Intensitas Hujan ...................................................... 4
2.3 Erosi dan Sedimentasi ....................................................................... 4
2.4 Debit Aliran ........................................................................................ 5
2.5 Hidrograf Satuan................................................................................. 6
2.6 Aplikasi Tank Model .......................................................................... 7
2.7 Metode MUSLE ................................................................................. 7
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 9
3.3 Metode Penelitian ............................................................................... 10
3.4 Analisis Data....................................................................................... 10
3.4.1 Analisis Curah Hujan ................................................................. 10
3.4.2 Analisis Debit Aliran ................................................................. 11
3.4.3 Analisis Hidrograf ..................................................................... 12
3.4.4 Pengolahan Data Input Tank Model .......................................... 13
3.4.5 Analisis Hubungan Debit Aliran dengan Laju Sedimen ........... 16
3.4.6 Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen
Sungai ........................................................................................ 17
iv
3.4.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model MUSLE
(Modified Universal Soil Loss Equation) .................................. 17
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Letak dan Luas .................................................................................... 19
4.2 Tanah .................................................................................................. 20
4.3 Topografi ............................................................................................ 20
4.4 Penggunaan Lahan .............................................................................. 21
4.5 Fungsi Kawasan .................................................................................. 22
4.6 Kondisi Sosial Ekonomi ..................................................................... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Curah Hujan.......................................................................... 24
5.2 Analisis Debit Aliran .......................................................................... 26
5.3 Analisis Hidrograf .............................................................................. 29
5.4 Aplikasi Tank Model .......................................................................... 31
5.4.1 Analisis Data Input Tank Model .............................................. 32
5.4.2 Hasil Verifikasi dan Optimasi Tank Model .............................. 32
5.4.3 Komponen Hasil Optimasi Tank Model ................................... 34
5.5 Analisis Hubungan Laju Sedimen dengan Debit Aliran ................... 37
5.6 Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai ........ 38
5.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model MUSLE ................................ 38
5.8 Analisis Hubungan Laju Sedimen Observasi dengan Laju
Sedimen Kalkulasi Model MUSLE .................................................. 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 40
6.2 Saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
LAMPIRAN ..................................................................................................... 43
v
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Penelitian terdahulu menggunakan Aplikasi Tank Model ......................... 7
2. Sebaran kelas lereng di Sub-sub DAS Cikadu ........................................... 21
3. Sebaran tutupan lahan di Sub-sub DAS Cikadu ........................................ 21
4. Sebaran wilayah kawasan hutan di Sub-sub DAS Cikadu ......................... 22
5. Mata pencaharian penduduk Desa Mangun Jaya ....................................... 23
6. Analisis peluang kejadian hujan di Sub-sub DAS Cikadu ......................... 25
7. Hasil pengukuran debit lapangan menggunakan koefisien
kekasaran Manning .................................................................................... 27
8. Perhitungan hidrograf di Sub-sub DAS Cikadu ......................................... 31
9. Rekapitulasi data input Tank Model ........................................................... 32
10. Dua belas parameter hasil optimasi Tank Model di Sub-sub DAS Cikadu 33
11. Indikator keandalan Tank Model di Sub-sub DAS Cikadu ........................ 34
12. Komponen Tank Model hasil optimasi ...................................................... 34
13. Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen ....................................... 39
vi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Skema siklus hidrologi ............................................................................... 3
2. Skema representasi Tank Model................................................................. 14
3. Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy ................................ 19
4. Penampakan 3D fisiografis lahan di lokasi SPAS ..................................... 20
5. Grafik curah hujan harian tanggal 17 januari 2011- 14 maret 2011 .......... 24
6. Grafik curah hujan tanggal 4 Februari -8 Februari 2011 ........................... 25
7. Grafik probabilitas curah hujan di Sub-sub DAS Cikadu .......................... 25
8. Curah hujan wilayah tahunan dan bulanan Sub DAS Cisangkuy
(BPDAS Citarum Ciliwung 2009) ............................................................. 26
9. Rating Curve Sub-sub DAS Cikadu ........................................................... 27
10. Grafik hubungan curah hujan dengan debit aliran pada tanggal
17 Januari - 14 maret 2011 ........................................................................ 28
11. Hidrograf satuan tanggal 18 Januari 2011 di Sub-sub DAS Cikadu .......... 30
12. Hidrograf satuan tanggal 6 Februari 2011 di Sub-sub DAS Cikadu .......... 30
13. Hidrograf satuan tanggal 3 maret 2011 di Sub-sub DAS Cikadu .............. 31
14. Grafik fluktuasi data curah hujan, debit aliran, dan evapotranspirasi ........ 35
15. Tinggi air pada masing- masing tangki tangki (A,B,C,D) tanggal
17 Januari - 14 Maret 2011 ....................................................................... 36
16. Grafik hubungan debit aliran dengan sedimentasi ..................................... 37
17. Grafik hubungan laju sedimen observasi dengan laju
sedimen kalkulasi model MUSLE ............................................................. 39
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Dokumentasi penelitian .............................................................................. 44
2. Dokumentasi alat yang digunakan dalam penelitian ................................. 45
3. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................ 46
4. Peta Sebaran Jenis Tanah ........................................................................... 47
5. Peta Kelerangan ......................................................................................... 48
6. Peta Penggunaan Lahan ............................................................................. 49
7. Peta Fungsi Kawasan ................................................................................. 50
8. Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air
di Sub-sub DAS Cikadu ............................................................................. 51
9. Analisis Hubungan debit aliran dengan laju sedimentasi
di Sub-sub DAS Cikadu ............................................................................. 53
10. Contoh perhitungan hidrograf tanggal 17 Februari – 25 Februari 2011
di Sub-sub DAS Cikadu ............................................................................. 54
11. Perhitungan debit aliran ............................................................................. 55
12. Contoh perhitungan evapotranspirasi dengan data ch (mm), suhu (oc),
radiasi matahari (Rs), dan kelembaban relative (RH) di SPAS Cikadu ..... 56
13. Data tinggi muka air hasil pengukuran alat SPAS Cikadu ........................ 57
14. Data curah hujan harian bulan Januari – Maret 2011 ................................ 58
15. Data Debit aliran harian bulan Januari – Maret 2011 ................................ 59
16. Data laju sedimentasi harian bulan Januari – Maret 2011 ......................... 60
17. Data tinggi muka air (TMA) tertinggi untuk debit puncak (Qpeak) .......... 61
18. Faktor Erodibilitas Tanah (K) .................................................................... 62
19. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ............................................ 63
20. Faktor konservasi tanah (P) ........................................................................ 63
21. Faktor penggunaan lahan( C ) ................ 64
22. Analisis hubungan laju sedimen MUSLE dan laju sedimen observasi ...... 65
23. Tabel hasil verifikasi dan optimasi Tank Model ........................................ 66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu pendekatan untuk menjawab pertanyaan karakteristik aliran air
pada suatu DAS yang sulit untuk dijelaskan atau kasat mata adalah aplikasi Tank
Model. Model ini mampu mepresentasikan karakteristik suatu DAS karena dapat
menjelaskan neraca air, keberadaan aliran air serta tinggi muka air pada masing-
masing lapisan tanah yang tidak mampu dilihat oleh kasat mata. Model ini
menggunakan parameter curah hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai
data masukan untuk melihat keseimbangan air yang terdapat pada suatu DAS.
Aplikasi Tank Model pernah digunakan pada beberapa penelitian di
beberapa Sub DAS di Jawa Barat seperti penelitian yang dilakukan oleh
Sulistyowati (2010) di Sub-sub DAS Cipedes Kabupaten Garut dan penelitian
yang dilakukan oleh Sahayana (2011) di Sub DAS Cilebak-Cirasea di Kabupaten
Bandung. Kedua penelitian ini menunjukkan kinerja Tank Model yang baik dilihat
dari keseimbangan air dan koefisien determinasi sehingga mampu
mempresentasikan keadaan sebenarnya di lapangan. harapannya Tank Model juga
dapat mempresentasikan karakteristik air di Sub-sub DAS Cikadu.
Sub-sub DAS Cikadu merupakan bagian dari Sub-DAS Cisangkuy, berada
di Selatan Kota Bandung dan masuk dalam bagian hulu DAS Citarum. Sub-Sub
DAS Cikadu dipilih karena telah memiliki Stasiun pengamat arus sungai yang
merupakan sumber data untuk aplikasi Tank Model yakni berupa data curah hujan,
evapotranspirasi, serta debit aliran. Selain itu SPAS Cikadu juga dapat digunakan
untuk mengamati volume, debit, dan laju sedimen yang diperlukan sebagai data
dasar dalam perencanaan dan pengelolaan daerah aliran sungai yang baik.
Erosi dan laju sedimen dapat diduga dengan metode Modified-Universal
Soil Loss Equation (MUSLE), metode ini merupakan modifikasi dari metode
Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
Smith (1965,1978). Metode MUSLE mengganti faktor erosivitas hujan dengan
faktor limpasan yang menggambarkan energi yang digunakan untuk proses
2
pelepasan dan tranfer sedimen. Data limpasan tersebut berasal dari aplikasi Tank
Model yang menghasilkan keluaran berupa surface flow, intermediate flow, sub-
base flow dan base flow.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik hidrologi di Sub-sub DAS Cikadu menggunakan
aplikasi Tank Model berbasis data SPAS.
2. Menduga laju sedimen dan erosi di Sub-sub DAS Cikadu menggunakan
metode MUSLE dengan masukan data limpasan yang dihasilkan oleh
aplikasi Tank Model.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberi perspektif kondisi Sub-sub DAS Cikadu sebagai pertimbangan
dalam pengelolaan DAS dan rehabilitasi lahan.
2. Aplikasi Tank Model dan MUSLE untuk menduga karakteristik hidrologi
di Sub-sub DAS CIkadu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air
Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi topografi.
Dalam proses sirkulasi air, penjelasan mengenai hubungan antara aliran air
kedalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) disuatu daerah untuk suatu periode
tertentu disebut neraca air. Gambar 1 memperlihatkan skema siklus hidrologi.
Sumber : http//yanessipil.wordpress.com
Gambar 1 Skema siklus hidrologi.
Menurut Seyhan (1990) Persamaan Neraca Air merupakan persamaan
yang menggambarkan prinsip bahwa selama selang waktu tertentu, masukan air
total pada suatu ruang tertentu harus sama dengan keluaran total ditambah
perubahan bersih dalam cadangan. Neraca air digunakan untuk mengetahui
keseimbangan kondisi sumberdaya air dalam suatu DAS, sehingga dapat diketahui
periode surplus dan defisit air wilayah, faktor-faktor yang mempengaruhi neraca
air adalah kondisi tutupan lahan atau penggunaan lahan, jenis tanah dan iklim,
4
yang masing-masing ditunjukkan oleh peubah curah hujan, limpasan permukaan
dan evapotranspirasi. Wilayah DAS Cisangkuy mempunyai rata-rata status
cadangan air yang defisit baik pada musim hujan maupun musim kemarau, nilai
defisit air pada bulan-bulan basah (November-April) berkisar antara 2-15
mm/bulan, sedangkan pada bulan-bulan kering (Mei-Oktober) berkisar antara 26-
68 mm/bulan (BPDAS Citarum-Ciliwung 2009).
2.2 Curah Hujan dan Intensitas Hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan yang jatuh ke tanah
dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan
dengan (mm) (Mori 2006) , berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu
es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat
menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Di bumi
hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup
berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi
bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu
pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara.
Curah hujan tahunan di wilayah Sub DAS Cisangkuy berkisar antara
1900-2500 mm/tahun dengan rata-rata jumlah bulan kering adalah empat bulan
(Juni-September), dua bulan lembab (Mei dan Oktober) dan enam bulan basah
(Januari-April dan November-Desember) (BPDAS Citarum-Ciliwung 2009).
2.3 Erosi dan Sedimentasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah meliputi hujan, angin,
limpasan permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah baik oleh
vegetasi atau lainnya serta ada tidaknya tindakan konservasi. Faktor-faktor
tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, artinya bekerja secara
simultan. Tanah kering yang rentan terhadap erosi terutama adalah tanah podsolik
merah kuning yang menempati areal terluas di Indonesia, kemudian disusul oleh
tanah Latosol yang dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam, terutama
tanah-tanah yang tidak tertutup tanaman (Suripin 2004).
5
Hujan merupakan salah satu faktor utama penyebab erosi tanah. Tetesan
air hujan yang menghantam muka bumi menyebabkan terlemparnya partikel tanah
ke udara. Karena gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi dan
sebagian partikel halus menutup pori-pori tanah sehingga porositas tanah
menurun, tetesan air hujan juga dapat menimbulkan pembentukan lapisan tanah
keras (crust formation) pada lapisan permukaan (surface run-off), sebagai faktor
penyebab terjadinya erosi oleh aliran air akan bertambah besar. Dengan
tertutupnya pori-pori tanah maka laju kapasitas infiltrasi bekurang sehingga run-
off akan semakin besar dan mengikis dan membawa tanah secara terus-menerus .
proses pengangkutan tanah ini akan terhenti baik untuk sementara atau tetap ,
sebagai pengendapan atau sedimentasi. Pengendapan akhir atau sedimentasi
terjadi pada kaki bukit yang relatif datar, sungai atau waduk. Pada daearah aliran
sungai partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir
ke sungai atau waduk sehingga terjadi pendakalan pada tempat tersebut. Keadaan
ini menurut Soemarwoto (1978, dalam Suripin 2004) akan mengakibatkan daya
tampung sungai dan waduk menjadi turun sehingga timbul bahaya banjir dan
eutrofikasi berlebihan.
Erosi merupakan penyebab utama menurunnya produktivitas lahan
pertanian, menurunnya kualitas air, membawa bahan-bahan kimia pencemaran
dan mengurangi kapasitas sungai/ saluran air dan waduk. Erosi tanah tidak hanya
berpengaruh negatif terhadap lahan dimana terjadi erosi tetapi juga pada di
daerah hilirnya dimana material sedimen diendapkan. Banyak bangunan-
bangunan sipil di daerah hilir akan terganggu, saluran-saluran, jalur air, waduk-
waduk akan mengalami pengendapan sedimen. Disamping itu kandungan sedimen
yang tinggi pada air sungai juga akan merugikan pada penyediaan air bersih yang
bersumber dari air permukaan , biaya pengelolaan akan semakin mahal. Salah satu
keuntungannya mungkin adalah penyuburan tanah jika sumber sedimen berasal
dari tanah yang subur (Suripin 2004).
2.4 Debit Aliran
Menurut Soewarno (1995), pengukuran debit air yang dilaksanakan di
suatu pos duga air tujuannya adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga
6
air yang bersangkutan. Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang komplek
apabila debit disamping fungsi dari tinggi muka air juga merupakan fungsi dari
kemiringan muka air, tingkat perubahan muka air dan fungsi dari faktor lainnya.
Menurut Asdak (1995), teknik pengukuran debit aliran sungai langsung di
lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu :
1. Pengukuran volume aliran sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan
dalam aliran sungai.
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran
air lambat) atau flume (aliran air cepat).
Menurut Soewarno (1995), kekurangtelitian atau kesalahan (errors)
pengukuran debit dapat diartikan sebagai besarnya nilai perbedaan antara debit
yang dihitung berdasarkan pengukuran dengan debit yang sebenarnya. Kesalahan
pengukuran debit umumnya bersumber dari dua macam sebab yaitu :
a. Kesalahan petugas
b. Kesalahan peralatan
2.5 Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan merupakan cara untuk memperoleh hidrograf limpasan
permukaan dari curah hujan lebih. Hidrograf limpasan yang diakibatkan oleh
curah hujan jangka waktu yang relatif singkat dengan intensitas tinggi yang
disebut hujan satuan. Hujan satuan adalah curah hujan yang lamanya sedemikian
sehingga lama limpasan permukaan tidak menjadi pendek, meskipun curah hujan
itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan yang dipilih adalah yang lamanya sama atau
lebih pendek dari perioda naik hidrograf (waktu dari titik permulaan limpasan
permukaan sampai puncaknya). Periode limpasan dari hujan satuan semuanya
adalah kira-kira sama dan tidak ada sangkutannya dengan intensitas curah hujan
(Mori 2006).
7
2.6 Aplikasi Tank Model
Tank model GA Optimizer yang dikembangkan oleh Prof.Budi I Setiawan
dan Dr.Rudiyanto merupakan salah satu model hidrologi yang digunakan untuk
menganalisis karakteristik air sungai yang diciptakan oleh Rudiyanto dan Budi I
Setiawan tahun 2003. Model ini dapat memberikan informasi mengenai kualitas
air dan untuk memprediksi banjir. Model ini menerima data harian hujan,
evapotranspirasi, dan debit sungai dalam satuan mm/hari sebagai parameter Tank
Model. Tank model digambarkan tersusun atas empat reservoir vertikal, dimana
bagian atas mempresentasikan Surface Reservoir, dibawahnya Intermediate
Reservoir, kemudian Sub-base Reservoir dan paling bawah Base Reservoir.
Dalam konsep Tank Model ini air dapat mengisi reservoir dibawahnya dan bisa
terjadi sebaliknya apabila evapotranspirasi sedemikian berpengaruh (Setiawan
2003). Aplikasi Tank Model pernah digunakan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya (Tabel 1).
Tabel 1 Penelitian terdahulu menggunakan Aplikasi Tank Model
Lokasi
Sub DAS
Luas
Area
(Ha)
CH
(mm/th)
SF (Ya2) IF (Yb1) SbF
(Yc1)
BF
(Yd1)
Peneliti Tahun
Cipeucang 110,7 2.935 4,9%
9,1% 48,2% 37,7% Bangun 2009
Cikundul 57,65 2313,9 26,46% 6,65% 63,7% 3,16% Ulya 2010
Cilebak 413,5 971,8 5,59% 8,83% 30,3% 55,26% Sahayana 2010
Keterangan: CH= curah hujan; SF= surfaceflow; IF= intermediateflow; SbF=
subbase flow; BF= Base flow.
2.7 Metode MUSLE
MUSLE merupakan modifikasi dari model penduga erosi Universal Soil
Loss Equation (USLE) yang merupakan model empiris yang dikembangkan di
Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Departemen Penelitian Amerika Serikat (USDA) bekerja sama dengan Universitas
Purdue pada tahun 1954. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dibuat
8
model penduga erosi dengan menggunakan data curah hujan , tanah, topografi,
dan pengelolaan lahan. Secara deskriptif model USLE di formulasikan sebagai
berikut (Wischmeir dan Smith 1978 diacu dalam Asdak 1995:
A = R K L S C P………………………………………………………………...(1)
dimana :
A = erosi (ton/ha/thn)
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor kelerengan
S = faktor kemiringan lereng
C = faktor penggunaan lahan
P = faktor konservasi tanah
disamping digunakan sebagai model penduga erosi wilayah, model tersebut juga
digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan pemilihan teknik konservasi
dan air yang akan diterapkan, walaupun ketepatan pengunaan model tersebut
masih diragukan, hal ini disebabkan karena model USLE hanya dapat
memprediksi rata-rata kehilangan tanah dari erosi lembar dan erosi alur, tidak
mampu memprediksi pengendapan sedimen pada suatu lanskap dan tidak
menghitung hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai.
Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, model erosi USLE
disempurnakan menjadi RUSLE (Revised-USLE) dan Metode MUSLE (Modified
USLE). Perbedaan yang mendasar pada metode USLE dan MUSLE terletak pada
penggunaan faktor energi hujan sebagai pemacu penyebab terjadinya erosi.
Metode MUSLE digunakan sebagai penduga erosi setiap kejadian hujan
sedangkan USLE digunakan untuk pendugaan erosi tahunan. Pendugaan Metode
MUSLE pernah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya yakni penelitian
yang dilakukan oleh Sahayana (2010) di Sub-DAS Cilebak Cirasea Kabupaten
Bandung dan oleh Farid (2010) di Sub-DAS Cibengang, Kabupaten Garut . Erosi
yang terjadi di Sub-DAS Cilebak Cirasea sebesar 4,42 ton/ha/tahun sedangkan
yang Erosiyang terjadi di Sub-DAS Cibengang sebesar 364,48 ton/ha/tahun.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012
di Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Cikadu Kecamatan Arjasari Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Hidrologi Hutan dan DAS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. AWLR (Automatic Water Level Recorder).
2. ARR (Automatic Rainfall Recorder).
3. GPS (Global Potitioning System)
4. Turbidity meter untuk mengukur konsentrasi sedimen.
5. Stopwatch untuk mengukur waktu tempuh pelampung.
6. Meteran untuk mengukur ukuran SPAS.
7. Pelampung (Bola ping-pong) untuk mengukur kecepatan aliran air.
8. Botol sampel untuk mengambil sampel air.
9. Seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows xp yang
dilengkapi software Tank Model GA Optimizer 2006, Microsoft Office
Excel 2007, Minitab 14.0, dan ArcGIS 9.3 dengan berbagai Extentions
yang dibutuhkan dalam pengolahan data.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Data primer dan sekunder yaitu:
1. Data tinggi muka air pengukuran AWLR harian.
2. Data curah hujan dari ARR
3. Data tinggi muka air.
4. Sampel air.
5. Data kecepatan aliran air.
10
b. Data Spasial
1. Peta digital tutupan lahan.
2. Peta digital sungai.
3. Peta digital kontur.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Menentukan titik koordinat SPAS Cikadu menggunakan Global Positioning
system (GPS).
2. Pengukuran debit aliran dilakukan dengan mengukur bentuk bangunan SPAS,
mengukur tinggi muka air dengan meteran dilakukan tiga kali pengulangan
pengukuran dibagian awal, tengah, dan akhir, dan mengukur kecepatan arus
sungai menggunakan metode pelampung dan stopwatch dengan melakukan
minimal tiga kali ulangan kecepatan untuk masing-masing tinggi muka air.
3. Pengukuran data curah hujan menggunakan ARR
4. Pengambilan sampel air saat hujan dan tidak hujan untuk pengukuran besar
laju sedimen
5. Pengumpulan dan transfer data sekunder (tinggi muka air, konsentrasi
sedimen, dan curah hujan) dari data logger.
6. Analisa hubungan tinggi muka air, debit aliran dan laju sedimentasi dengan
mencari nilai korelasi dan rating curve antara debit aliran dengan tinggi muka
air, dan antara debit aliran dengan laju sedimentasi.
7. Membuat grafik hidrograf untuk mencari hubungan antara curah hujan
menurut waktu terhadap debit aliran air.
8. Pengolahan data curah hujan, evapotranspirasi, dan debit aliran sebagai data
masukan Tank Model.
9. Pengolahan Tank Model dan menghitung laju erosi.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis Curah Hujan
Analisis data curah hujan dilakukan dengan melakukan tabulasi curah
hujan bulanan rata-rata serta dilakukan analisis korelasi antara curah hujan dan
11
debit untuk mengetahui sejauh mana curah hujan dapat menggambarkan besar
debit aliran.
3.4.2 Analisis Debit Aliran
Untuk menghitung debit digunakan metode pelampung dengan melakukan
minimal tiga kali ulangan kecepatan untuk masing-masing tinggi muka air,
sehingga diperoleh kecepatan rata-rata dari pelampung. Dari kecepatan
pelampung tersebut akan diperoleh kecepatan air dengan mengalikannnya dengan
koefisien yang dirumuskan sebagai berikut (Sosrodarsono S & Takeda K 2003) :
γ = 1 – 0,116 {(√1-λ )-0,1} ........................................................................ ( 2 )
λ = ( t1 / TMA) ............................................................................................ ( 3 )
V = γ × u ...................................................................................................... ( 4 )
dimana :
γ = koefisien kecepatan pelampung
t1 = kedalaman pelampung (m)
TMA = tinggi muka air (m)
V = kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
u = kecepatan rata-rata pelampung (m/detik)
Dalam perhitungan debit aliran digunakan persamaan Manning yang
menganggap suatu penampang melintang seragam, kekasaran dasar sungai yang
tidak berubah dan menggunakan aliran tetap yang seragam. Debit aliran diperoleh
dari hasil perkalian kecepatan aliran rata-rata (m3/detik) dengan luas penampang
sungai (m) yang dirumuskan sebagai berikut (Seyhan 1990) :
Q = V × A ..................................................................................................... ( 5 )
V =�(�
���
�)
�................................................................................................( 6 )
R = A / P ....................................................................................................... ( 7 )
dimana:
Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran rata-rata maning (m/detik)
A = luas penampang melintang basah (m2)
R = radius hidrolik (m)
12
P = keliling basah (m)
S = kemiringan saluran (%)
n = koefisien kekasaran Manning sebesar 0,025 (tembok atau di semen)
Pengukuran debit aliran dilakukan dengan beberapa ulangan pada tinggi
muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara debit aliran dengan
tinggi muka air dari penampang sungai tersebut dalam sebuah discharge rating
curve atau lengkung aliran.
Berdasarkan hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Q = a TMA b ....................................................................................................... ( 8 )
dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)
TMA = tinggi muka air (m)
a,b = konstanta
3.4.3 Analisis Hidrograf
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003) diagram yang menggambarkan
hubungan variasi debit atau aliran permukaan menurut waktu disebut hidrograf.
Kurva itu memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi didaerah itu secara
bersama-sama. Jadi jika karakteristik daerah aliran berubah maka bentuk
hidrograf akan berubah. Bentuk hidrograf dapat ditandai dengan tiga sifat
pokoknya, yaitu waktu naik (time of rise), debit puncak (peak discharge), dan
waktu dasar (time of base). Waktu naik (Tp) adalah waktu yang diukur dari saat
hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak. Debit puncak adalah
debit maksimum yang terjadi dalam suatu kasus tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah
waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit
kembali pada suatu besaran yang ditetapkan.
Prosedur penyusunan hidrograf satuan adalah:
1. Menentukan aliran dasar (base flow), aliran dasar yang dipakai adalah debit
minimum (m3/detik) pada saat debit sebelum mengalami kenaikan setelah
hujan.
13
2. Menghitung volume direct runoff (DRO)
DRO = Q – BF ---------------------------------------------------------------------- (9)
dimana:
DRO = direct runoff
Q = debit (m3/detik)
BF = base flow (m3/detik)
3. Menghitung volume aliran langsung
Vtotal DRO = ∑ DRO x t --------------------------------------------------------- (10)
dimana :
Vtotal DRO = Volume aliran langsung
∑ DRO = jumlah debit aliran langsung (m3/detik)
t = selang waktu (detik).
4. Menghitung tebal aliran langsung dihitung dengan persamaan:
TDRO = ���
�……………………………………...…………………………(11)
dimana :
TDRO = tebal DRO (mm)
A = luas sub-sub DAS (m2)
5. Menghitung Koefisien Runoff dengan persamaan :
Koefisien runoff = ����
�� ------------------------------------------------------ (12)
dimana :
TDRO = tebal DRO (mm)
CH = curah hujan (mm)
6. Membangun hidrograf satuan setelah didapat harga unit hidrograf satuan.
3.4.4 Pengolahan Data Input Tank Model
Data masukan utama Tank Model yaitu curah hujan (P), evapotranspirasi
(ETP), dan debit (Q) yang dioptimasi menghasilkan keluaran berupa nilai
parameter Tank Model, indikator keandalan model, nilai keseimbangan air, kurva
hidrograf, dan regresi. Masukan data harian curah hujan, evapotranspirasi, dan
debit semua dikonversi menjadi satuan mm.
Gambar 2 Skema representasi
Pada Gambar 2
yaitu bagian atas mempresentasikan
intermediate reservoir
base reservoir (D). Lubang
dari surface flow (Ya2
flow (Yc1), dan base flow
aliran yang melalui lubang
parameter Tank Model
reservoir (Ha, Hb, Hc, dan Hd) melebihi tinggi lubangnya (H
Hc1).
Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air
Tank Model adalah sebagai berikut :
= P(t) – ET(t) – Y(t)
dimana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah
evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu
(hari). Pada standar Tank
ditulis sebagai berikut :
= +
Aliran total merupakan penjumlahan dari komponen aliran yang dapat ditulis
sebagai berikut:
Skema representasi Tank Model (Setiawan 2003).
2 terlihat model ini tersusun atas 4 (empat) reservoir
bagian atas mempresentasikan surface reservoir (A), dibawahnya
intermediate reservoir (B), kemudian sub-base reservoir (C), dan paling bawah
Lubang outlet horizontal mencerminkan aliran air, yang terdiri
a2), sub-surface flow (Ya1), intermediate flow
base flow (Yd1). Infiltrasi yang melalui lubang outlet
aliran yang melalui lubang outlet horizontal dikuantifikasikan oleh parameter
Model. Aliran ini hanya terjadi bila tinggi air pada masing
(Ha, Hb, Hc, dan Hd) melebihi tinggi lubangnya (Ha1
Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air
adalah sebagai berikut :
Y(t) -------------------------------------------------------------
imana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah
evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu
Tank Model terdapat 4 tank, sehingga persamaan di
ditulis sebagai berikut :
--------------------------------
Aliran total merupakan penjumlahan dari komponen aliran yang dapat ditulis
14
reservoir vertical,
(A), dibawahnya
(C), dan paling bawah
encerminkan aliran air, yang terdiri
intermediate flow (Yb1), sub-base
outlet vertical dan
dikuantifikasikan oleh parameter-
. Aliran ini hanya terjadi bila tinggi air pada masing-masing
a1, Ha2, Hb1, dan
Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air
----------------------------- (13)
imana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah
evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu
, sehingga persamaan di atas dapat
------------------------------------------- (14)
Aliran total merupakan penjumlahan dari komponen aliran yang dapat ditulis
Y(t) = Ya(t) + Tb(t) + Tc(t) + Td(t)
Lebih rinci lagi keseimbangan air dalam setiap
berikut:
= P(t) – ET(t) –
= Yao(t) – Yb(t)
= Ybo (t) – Yc(t)
= Yco(t) – Yd(t)
dimana Ya, Yb, Yc, dan Yd adalah komponen aliran horizontal dari setiap
reservoir, dan Yao, Yb
dan C).
3.4.4.1 Pengolahan Data Curah Hujan
Data kejadian hujan per
Maret 2011 yang terekam pada ARR di
harian. Data curah hujan dalam satuan mm/hari akan digunak
data masukan Tank Model
3.4.4.2 Pengolahan Data Evapotranspirasi
Penentuan besarnya
Monteith (Cepece et al
adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan veg
yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu,
kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi
3.4.4.3 Pengolahan Data Debit
Data debit dari hasil perkalian luas penampang melintang
kecepatan aliran sungai sepanjang penampang
(t) + Tb(t) + Tc(t) + Td(t) ------------------------------------------------
Lebih rinci lagi keseimbangan air dalam setiap reservoir dapat ditulis sebagai
– Ya(t) ----------------------------------------------------------
Yb(t) ----------------------------------------------------------------
Yc(t) ----------------------------------------------------------------
Yd(t) ----------------------------------------------------------------
Yc, dan Yd adalah komponen aliran horizontal dari setiap
Ybo, dan Yco adalah aliran vertikal (infiltrasi) setiap
Pengolahan Data Curah Hujan
Data kejadian hujan per lima belas menit dari bulan Januari 2011
yang terekam pada ARR di SPAS diolah menjadi data kejadian
harian. Data curah hujan dalam satuan mm/hari akan digunakan sebagai salah satu
Model.
Pengolahan Data Evapotranspirasi
Penentuan besarnya evapotranspirasi menggunakan m
et al. 2002 diacu dalam Supraypgi et al 2003). Metode ini
adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan veg
yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu,
kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi
3.4.4.3 Pengolahan Data Debit
Data debit dari hasil perkalian luas penampang melintang
kecepatan aliran sungai sepanjang penampang weirs menghasilkan data debit
15
---------------- (15)
dapat ditulis sebagai
-------------------------- (16)
--------------------------------- (17)
-------------------------------- (18)
--------------------------------- (19)
Yc, dan Yd adalah komponen aliran horizontal dari setiap
adalah aliran vertikal (infiltrasi) setiap tank (A,B
lima belas menit dari bulan Januari 2011 hingga
diolah menjadi data kejadian hujan
an sebagai salah satu
evapotranspirasi menggunakan metode Penman-
2003). Metode ini
adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan vegetasi
yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu,
kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi netto.
Data debit dari hasil perkalian luas penampang melintang weirs dan
menghasilkan data debit
16
aliran dengan satuan m3/s, pada input data tank model data debit harian harus
dikonversi ke dalam satuan mm/hari dengan rumus :
Q’ = � � �����
�x1000 ........................................................................................ (20)
dimana :
Q’ = debit (mm/hari)
Q = debit (m3/detik)
A = luas DAS (m2)
3.4.5 Analisis Hubungan Debit Aliran (Q) dengan Laju Sedimen (Qs)
Beban angkutan sedimen diturunkan dari data laju sedimen melalui
persamaan yang menggambarkan hubungan antara debit aliran dengan beban
angkutan sedimen yang nilainya di dapat berdasarkan pengukuran dengan alat
turbiditymeter, dimana satuan untuk sedimen adalah ppm atau mg/liter. Dengan
asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian penampang
melintang sungai maka laju sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara
konsentrasi dengan debit aliran (Asdak 2002) yaitu :
Qs = 0,0864 × C × Q .......................................................................................... (21)
dimana :
Qs = laju sedimen (ton/hari)
Q = debit aliran (m3/detik)
C = konsentrasi sedimen (ppm atau mg/l)
Pengambilan sampel air sedimen dan pengukuran debit dilakukan berulang
kali pada ketinggian muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara
debit aliran dengan angkutan sedimen. Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Qs = a Q b ......................................................................................................... ..(22)
Keterangan :
Qs = laju sedimen (ton/hari)
Q = debit aliran (m3/detik)
a,b = konstanta
3.4.6 Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai
Hasil Optimasi
Debit kalkulasi ini digunakan untuk menduga besarnya laju erosi. Untuk menduga
besarnya laju erosi yang terjadi digunakan rumus sebagai berikut (Arsyad 2006):
E = --------------------------------
Dimana SDR, Auerswald (1992)
SDR = -0,02 + 0,385 A
dimana :
E = Laju erosi (ton/ha/hari)
Qs = Laju sedimentasi (ton/ha/hari)
SDR = Sediment Delivery Ratio
A = Luas sub-sub
3.4.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model
Equation (MUSLE)
Model MUSLE
menduga laju sedimentasi yang
metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode USLE (
Equation). MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai
penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan
Faktor limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk
dan pengangkutan sedimen.
Persamaan untuk menghitung jumlah sedimen yang berasal da
menurut Williams (1995) (diacu dalam Murtiono 2008) adalah sebagai berikut :
Sed’ = 11.8.(Qsurf.q
dimana :
Sed’ = jumlah sedimen (ton
Sed = jumlah sedimen yang masuk sungai (
qpeak
= puncak laju
Qsurf
= debit
Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai
Hasil Optimasi Tank Model menghasilkan debit kalkulasi tank model.
Debit kalkulasi ini digunakan untuk menduga besarnya laju erosi. Untuk menduga
besarnya laju erosi yang terjadi digunakan rumus sebagai berikut (Arsyad 2006):
---------------------------------------------------------------------------------
Dimana SDR, Auerswald (1992) (dalam Arsyad (2006)) yaitu :
0,02 + 0,385 A-0,2
.............................................................................. (2
= Laju erosi (ton/ha/hari)
= Laju sedimentasi (ton/ha/hari)
Sediment Delivery Ratio (Nisbah pelepasan sedimen (NPE))
sub DAS (ha)
3.4.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model Modified Universal Soil Loss
(MUSLE)
MUSLE merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
menduga laju sedimentasi yang merupakan metode yang dikembangkan dari
metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode USLE (Universal Soil Loss
MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai
penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan
Faktor limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk
sedimen.
Persamaan untuk menghitung jumlah sedimen yang berasal da
menurut Williams (1995) (diacu dalam Murtiono 2008) adalah sebagai berikut :
.qpeak.areahru).K.L.S.C.P.........................................(
jumlah sedimen (ton)
umlah sedimen yang masuk sungai (ton)
uncak laju debit (m3/detik)
debit (mm)
17
Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai
menghasilkan debit kalkulasi tank model.
Debit kalkulasi ini digunakan untuk menduga besarnya laju erosi. Untuk menduga
besarnya laju erosi yang terjadi digunakan rumus sebagai berikut (Arsyad 2006):
----------------- (23)
............................................ (24)
(NPE))
ed Universal Soil Loss
merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
merupakan metode yang dikembangkan dari
Universal Soil Loss
MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai trigger
penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan.
Faktor limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran
Persamaan untuk menghitung jumlah sedimen yang berasal dari DTA
menurut Williams (1995) (diacu dalam Murtiono 2008) adalah sebagai berikut :
.........................................(25)
18
areahru
= luas DAS (ha)
K
= faktor erodibilitas tanah
C
= faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman
P
= faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah
LS
= faktor topografi
Aliran lateral dan base flow juga membawa sedimen masuk ke dalam
sungai. Jumlah sedimentasi yang berasal dari aliran lateral dan base flow dihitung
dengan persamaan berikut :
...........................................................(26)
Keterangan:
Qlat = lateral flow (mm)
Qgw = base flow (mm)
areahru = luas DTA (m2)
concsed = Konsentrasi sedimen yang berasal dari lateral dan base flow (mg/L)
( ). .
1000
lat gw hru sed
lat
Q Q area concsed
+=
19
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 Letak dan Luas
Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Mangun Jaya Kecamatan
Arjasari, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak kurang lebih 20 km dari Ibukota
Provinsi Jawa Barat dan kurang lebih 15 km ke Ibukota Kabupaten Bandung.
Secara administratif wilayah Desa Mangun Jaya dibatasi oleh Desa Batukarut di
sebelah Utara, tanah kehutanan di sebelah Selatan, Desa Banjaran Wetan di
sebelah Barat, dan di sebelah Timur Desa Baros dan Desa Mekarjaya. Desa ini
berada di ketinggian 800 – 1.200 m.dpl dengan suhu minimum 28o
C dan suhu
maksimum 32o
C, dengan curah hujan rata-rata 300 mm/bulan.
Bangunan SPAS berada di koordinat 70 3’ 32” LS dan 107
0 36’ 51” BT
pada ketinggian 1089.3 m.dpl, dengan luas daerah tangkapan air (DTA) 986.6 Ha
dan kelerangan 33,1 %. Bangunan SPAS ini telah dipasang sejak Januari 2011.
Posisi wilayah ini terhadap wilayah DAS Cisangkuy dan letaknya di Provinsi
Jawa Barat ditunjukan oleh Gambar 3.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy
4.2 Tanah
Jenis tanah di lokasi pemasangan SPAS berdasarkan kl
terbagi menjadi dua jenis, yakni
Hidraquen seluas 598,25 Ha
dapat dilihat pada Lampiran 4.
merupakan tanah debu vulkanik agak lapuk deng
bawah yang tinggi dan lapisan tanah atas hitam tebal
merupakan tanah tak
sebagian besar bertekstur halus
Entisol dengan subordo Aquent yang
kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai
nilai-n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung liat sebesar 8 persen atau lebi
pada fraksi tanah halus (
permeabilitas air yang rendah (< 0.5 cm/jam). Sedangkan
permeabilitas yang relatif jauh lebih besar, yaitu 2
4.3 Topografi
Penampakan 3D fisiografi lahan di lokasi SPAS ditunjukan
4. Bagian hulu Sub-
Kelerengan DTA SPAS Cikadu bervariasi dari landai
bagian hulu. Elevasi rata
Gambar 4 Penampakan 3D fisiografi lahan di SPAS Cikadu.
Jenis tanah di lokasi pemasangan SPAS berdasarkan kl
dua jenis, yakni jenis tanah eutrandept seluas 388,34 Ha dan
seluas 598,25 Ha (BPDAS Citarum-Ciliwung 2011). Peta jenis tanah
dapat dilihat pada Lampiran 4. Eutrandept masuk dalam ordo Inceptisol yang
merupakan tanah debu vulkanik agak lapuk dengan nilai jenuh basa lapis tanah
bawah yang tinggi dan lapisan tanah atas hitam tebal, sedangkan
merupakan tanah tak-lapuk, jenuh permanen, yang lembut bila terinjak dan
sebagian besar bertekstur halus, Hidraquent adalah great group dari ordo tanah
Entisol dengan subordo Aquent yang berada pada seluruh horison di antara
kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai
n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung liat sebesar 8 persen atau lebi
pada fraksi tanah halus (Soil survey staff, 1998). Eutrandept memiliki tingkat
permeabilitas air yang rendah (< 0.5 cm/jam). Sedangkan Hidraquent,
permeabilitas yang relatif jauh lebih besar, yaitu 2 – 6.3 cm/jam.
Penampakan 3D fisiografi lahan di lokasi SPAS ditunjukan
-sub DAS Cikadu merupakan G. Puntang (2.200 m dpl).
DTA SPAS Cikadu bervariasi dari landai – sangat curam terutama di
si rata-rata berkisar 1340.5 m.dpl.
Gambar 4 Penampakan 3D fisiografi lahan di SPAS Cikadu.
Lokasi SPAS Cikadu
Vertical agregation : 1.735
20
Jenis tanah di lokasi pemasangan SPAS berdasarkan klasifikasi USDA
seluas 388,34 Ha dan
Ciliwung 2011). Peta jenis tanah
masuk dalam ordo Inceptisol yang
an nilai jenuh basa lapis tanah-
sedangkan Hidraquent
lapuk, jenuh permanen, yang lembut bila terinjak dan
adalah great group dari ordo tanah
pada seluruh horison di antara
kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai
n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung liat sebesar 8 persen atau lebih
memiliki tingkat
Hidraquent, tingkat
Penampakan 3D fisiografi lahan di lokasi SPAS ditunjukan oleh Gambar
Puntang (2.200 m dpl).
sangat curam terutama di
G. Puntang
21
Kelas lereng di Sub-sub DAS Cikadu sangat bervariasi, kelas lereng B
memiliki luasan terbesar dan tersebar di hampir seluruh kawasan, sedangkan kelas
lereng terkecil adalah kelas lereng E yang terkonsentrasi pada daerah hulu
kawasan yang merupakan kawasan Gunung Puntang. Sebaran kelas lereng pada
DTA Cikadu dapat terlihat pada Tabel 2. Peta Kelerengan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Tabel 2 Sebaran kelas lereng di sub-sub DAS Cikadu
Kelas lereng (%) Kelas lereng Luas
Ha %
0-8 A 124,4 12,6
8-15 B 389,9 40,7
15-25 C 292,2 29,6
25-40 D 152,6 15,4
>40 E 27,5 2,7
Jumlah 986.6 100
Sumber :BPDAS Citarum-Ciliwung (2011)
4.3 Penggunaan Lahan
Sebaran tipe tutupan lahan di Sub-sub DAS Cikadu berdasarkan data
BPDAS Citarum-Ciliwung (2011) tersebar dalam tujuh tipe tutupan lahan. Tipe
yang dominan adalah semak belukar, kebun/perkebunan, hutan dan sawah irigasi.
Tipe penutupan lahan yang lainnya hanya sebagian kecil tersebar di DTA Cikadu.
Luas masing-masing tutupan lahan pada Sub-sub DAS Cikadu dapat terlihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran tutupan lahan di Sub-sub DAS Cikadu
No. Jenis Tutupan Lahan Luas
Ha %
1 Belukar/Semak 376.8 38.20
2 Hutan 199.4 20.17
3 Kebun/Perkebunan 152.3 15.44
4 Pemukiman 4.4 0.44
5 Sawah Irigasi 123.8 12.55
6 Sawah Tadah Hujan 60.1 6.10
7 Tegalan/Ladang 69.8 7.08
Jumlah 986.6 100
Sumber :BPDAS Citarum-Ciliwung (2011)
22
Bagian Hulu didominasi oleh kawasan hutan dan semak belukar seluas
575.892 Ha atau 58.37 %. Selain lahan hutan terdapat sekitar 0.44 % wilayah
pemukiman, 18.65 % wilayah persawahan baik sawah tadah hujan maupun sawah
irigasi. Dan sisanya merupakan wilayah perladangan dan perkebunan seluas
22.52% dari keseluruhan wilayah. Gambaran penggunaan lahan secara spasial
dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.4 Fungsi Kawasan
Fungsi kawasan di Sub-sub DAS Cikadu terbagi menjadi areal
penggunaan lain, hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Wilayah yang
merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas termasuk dalam kawasan
hutan dan sisanya masuk dalam areal penggunaan lain. Fungsi kawasan hutan
lindung lebih dominan dibanding fungsi kawasan lainnya yakni seluas 492.35 Ha,
menyusul fungsi kawasan hutan produksi terbatas seluas 251,5 Ha dan Areal
penggunaan lain seluas 242,8 Ha. Gambaran fungsi kawasan secara spatial
terlampir pada Lampiran 7.
Daerah hilir Sub-sub DAS Cikadu merupakan areal penggunaan lain
dengan luas 242.8 Ha (24.6%), sedangkan daerah hulu didominasi oleh kawasan
hutan yakni sekitar 75.4 % dari seluruh luasan seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran wilayah kawasan hutan di Sub-sub DAS Cikadu
Wilayah Kawasan Luas
Ha %
Dalam Kawasan Hutan 743,8 75,4
Luar Kawasan Hutan 242,8 24,6
Jumlah 986.6 100
Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung (2011)
4.5 Kondisi Sosial Ekonomi
Penduduk Desa Mangun Jaya berjumlah 1828 KK yang terdiri dari 3144
laki-laki dan 3108 perempuan. Desa Mangun Jaya merupakan desa pertanian,
sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mata
pencaharian penduduk Desa Mangun Jaya dapat dilihat pada Tabel 5.
23
Tabel 5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Mangun Jaya
Jenis Pekerjaan Laki – Laki Perempuan
Petani 504 orang 81 orang
Buruh tani 997 orang 121 orang
Buruh Migran Perempuan 1 orang Tidak Ada
Buruh Migran Laki-Laki 4 orang 11 orang
Pegawai Negeri Sipil 26 orang 3 orang
Pengrajin Industri Rumah Tangga 50 orang 13 orang
Pedagang Keliling 13 orang 12 orang
Peternak 2 orang Tidak Ada
Nelayan Tidak Ada Tidak Ada
Montir 5 orang Tidak Ada
Dokter Swasta 1 orang 1 orang
Bidan Swasta 0 orang 1 orang
Perawat Swasta Tidak Ada 2 orang
Pembantu Rumah Tangga Tidak Ada Tidak Ada
TNI Tidak Ada Tidak Ada
POLRI 2 orang 1 orang
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 5 orang 4 orang
Pengusaha Kecil dan Menengah 15 orang 2 orang
Pengacara Tidak Ada Tidak Ada
Notaris Tidak Ada Tidak Ada
Dukun Kampung Terlatih Tidak Ada 4 orang
Jasa Pengobatan Alternatif Tidak Ada Tidak Ada
Dosen Swasta Tidak Ada Tidak Ada
Pengusaha Besar Tidak Ada Tidak Ada
Arsitektur 1 orang Tidak Ada
Seniman/Artis 4 orang 3 orang
Karyawan Perusahaan Swasta 219 orang 220 orang
Karyawan Perusahaan Pemerintah 1 orang Tidak Ada
Sumber : Profil Desa Mangunjaya 2010
Kesejahteraan sosial masyarakat tergolong cukup baik dari 1828 KK
hanya terdapat 26 KK yang masuk dalam golongan keluarga miskin sosial dan
hanya 112 rumah yang tidak layak huni (RPJMDes Perubahan Desa Mangunjaya
2008-2012). Keberadaan sungai menurut warga sekitar sangatlah penting, selain
sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan mencuci dan kakus,
sungai Cikadu juga merupakan sumber air untuk sawah irigasi mereka, selain itu
sungai juga digunakan sebagai sumber air minum untuk ternak sekaligus mencuci
ternak mereka.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Curah Hujan
Data curah hujan yang terekam pada alat di SPAS Cikadu diolah menjadi
data kejadian hujan harian sebagai jumlah akumulasi curah hujan harian dengan
satuan mm/hari. Data curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14
sedangkan fluktuasi curah hujan harian dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik curah hujan harian tanggal 17 januari 2011- 14 maret 2011.
Jumlah total curah hujan selama bulan Januari hingga Maret 2011 sebesar
617 mm. Curah hujan bulanan tertinggi di daerah tangkapan air SPAS sebesar 456
mm pada bulan Februari dan terendah 44 mm pada bulan Maret. Kejadian hujan
tertinggi terjadi pada tanggal 6 Februari 2011 dengan curah hujan 49 mm.
Berdasarkan data curah hujan di SPAS Cikadu diketahui terjadi curah
hujan yang cukup besar lima hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 4 Februari
hingga 8 Februari 2011. Total curah hujan kelima hari tersebut sebesar 187 mm
atau hampir 30 % dari total curah hujan dari rentang waktu Januari hingga Maret
2011. Berikut ini merupakan grafik curah hujan yang terjadi selama lima tersebut
pada Gambar 6.
0
10
20
30
40
50
60
17
-Jan
-11
19
-Jan
-11
21
-Jan
-11
23
-Jan
-11
25
-Jan
-11
27
-Jan
-11
29
-Jan
-11
31
-Jan
-11
2-F
eb-1
1
4-F
eb-1
1
6-F
eb-1
1
8-F
eb-1
1
10
-Feb
-11
12
-Feb
-11
14
-Feb
-11
16
-Feb
-11
18
-Feb
-11
20
-Feb
-11
22
-Feb
-11
24
-Feb
-11
26
-Feb
-11
28
-Feb
-11
2-M
ar-1
1
4-M
ar-1
1
6-M
ar-1
1
8-M
ar-1
1
10
-Mar
-11
12
-Mar
-11
mm
/ha
ri
25
Gambar 6 Grafik curah hujan tanggal 4 Februari -8 Februari 2011.
Hasil pengolahan data curah hujan menunjukkan frekuensi besarnya curah
hujan yang kurang dari 10 mm/hari terjadi sebanyak 36 dengan peluang kejadian
sebesar 63, 15 %, sedangkan untuk curah hujan dalam selang 20 sampai < 30
mm/hari memiliki peluang terkecil yakni sebesar 0,05 %. Tabel 6
menggambarkan analisis peluang kejadian hujan di Sub-sub DAS Cikadu.
Tabel 6 Analisis peluang Kejadian hujan di Sub-sub DAS Cikadu
Curah Hujan
(mm)
Frekuensi Peluang
%
< 10 36 0,6315 63,15
10 - < 30 12 0,2105 21,05
≥ 30 9 0,1578 15,78
Berdasarkan keadaan di lapangan curah hujan yang besar jarang terjadi,
hal ini seperti terlihat pada Gambar 7. Curah hujan besar berbanding terbalik
dengan kemungkinan kejadiannya, yang semakin kecil atau jarang dan begitupun
sebaliknya semakin kecil curah hujan kemungkinan kejadiannya akan lebih besar.
Gambar 7 Grafik probabilitas curah hujan di Sub-sub DAS Cikadu.
Curah hujan tahunan di wilayah Sub DAS Cisangkuy sendiri berkisar
antara 1900-2500 mm/tahun dengan rata-rata jumlah bulan kering adalah empat
0
10
20
30
40
50
60
4-Feb-11 5-Feb-11 6-Feb-11 7-Feb-11 8-Feb-11
mm
/ha
ri
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Ch
(m
m)
Probabilitas (%)
26
bulan (Juni-September), dua bulan lembab (Mei dan Oktober) dan enam bulan
basah (Januari-April dan November-Desember). (BPDAS Citarum-Ciliwung
2009). Gambar 8 menunjukkan fluktuasi curah hujan tahunan.
Gambar 8 Curah hujan wilayah tahunan dan bulanan Sub DAS Cisangkuy
(BPDAS Citarum Ciliwung 2009).
5.2 Analisis Debit Aliran
Debit Aliran diperoleh dari data pengolahan tinggi muka air (TMA) yang
di dapatkan dari AWLR. Data TMA yang didapatkan sudah dalam bentuk angka
yang terekam setiap lima belas menit dengan satuan (m). Data yang digunakan
dalam analisa debit harian ini adalah TMA selama 57 hari (Bulan Januari-Maret
2011). Untuk mengetahui debit aliran dari TMA dibantu dengan menggunakan
persamaan regresi yang didapat dari rating curve. Data lapangan yang digunakan
sebagai input rating curve adalah TMA dan debit Aliran pada tanggal 18
November 2011 - 27 Januari 2012. Data lapangan ini diperlukan sebagai data
kalibrasi. Pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan pada saat tinggi muka air
pada kondisi yang sama, menggunakan floating method yaitu pengukuran
menggunakan bola terapung (benda yang tidak tenggelam dalam air) dan mencatat
lamanya waktu benda tersebut berjalan sepanjang titik pengamatan.
27
Dalam pengukuran ini, kecepatan aliran sungai menggunakan faktor
koreksi untuk berbagai tipe saluran penampang sungai dengan menggunakan
kekasaran Manning. Berikut hasil observasi lapang pada Tabel 7 mengenai data
pengukuran tinggi muka air dan debit aliran lapangan yang dilakukan pada saat
hujan dan saat tidak terjadi hujan agar mendapatkan nilai tinggi muka air yang
berbeda-beda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 7 Hasil pengukuran debit lapangan menggunakan koefisien kekasaran
manning
Tanggal
Hujan Waktu Hujan
Jarak waktu (average) TMA A V Q
(m) (s) (m) (m2) (m/s) (m3/s)
18-Nov-11 3 2.13 0.14 0.14 2.93 0.31
18-Nov-11 3 1.93 0.16 0.16 3.70 0.45
18-Nov-11 16.39-17.00 3 1.77 0.24 0.24 6.07 1.34
20-Nov-11 3 1.70 0.26 0.26 6.84 1.65
20-Nov-11 14.08-15.11 3 1.43 0.24 0.24 7.48 1.34
30-Dec-11 3 1.33 0.12 0.12 4.02 0.21
31-Dec-11 07.41-09.01 3 1.70 0.25 0.25 6.57 1.49
01-Jan- 12 11.56-14.34 3 1.17 0.60 0.60 22.98 12.57
27-Jan- 12 05.44-07.46 3 1.80 0.12 0.12 2.98 0.21
Gambar 9 Rating Curve Sub-sub DAS Cikadu.
Rating curve digunakan untuk mengetahui hubungan antara tinggi muka
air dan debit aliran dimana dalam persamaan regresi terdapat model matematis
dengan data yang digunakan dapat menunjukkan besarnya nilai R2
sebagai
koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa besar kesalahan dalam
y = 50.82x2.578
R² = 0.998
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
De
bit
Ali
ran
(m
3/s
)
Tinggi Muka Air (m)
28
memprediksi besarnya y (debit) dapat direduksi dengan menggunakan informasi
yang dimiliki oleh variable x (tinggi muka air).
Hasil analisis antara debit dengan TMA di Sub-sub DAS Cikadu diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 50,82X2,578
………………………………………………………………...(27)
Keterangan:
Y = Debit Aliran (m3/detik)
X = Tinggi Muka Air (m)
Dari persamaan regresi ini diperoleh R2 (koefisien determinasi) sebesar 0.9
yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara TMA dengan debit,
dan data TMA dapat menerangkan besarnya debit aliran (Q), dari persamaan
regresi tersebut dapat dijadikan sebagai rumusan dalam menentukan debit aliran
di Sub-sub Das cikadu
Persamaan (27) digunakan untuk menghitung debit aliran harian dengan
menggunakan data tinggi muka air bacaan alat yang tersimpan dalam logger.
Gambar 10 menunjukkan fluktuasi hubungan antara curah hujan (mm) dengan
debit aliran yang satuannya dikonversi dari m3/detik menjadi mm yang terdapat
pada Lampiran 15.
Gambar 10 Grafik hubungan curah hujan dengan debit aliran pada tanggal 17
Januari - 14 Maret 2011.
Hasil yang diperoleh dari debit aliran di SPAS Cikadu yaitu besarnya debit
aliran total sebesar 254.06 mm dengan debit aliran terbesar pada bulan Februari
0
20
40
60
80
1000
20
40
60
17
-Ja
n-1
1
19
-Ja
n-1
1
21
-Ja
n-1
1
23
-Ja
n-1
1
25
-Ja
n-1
1
27
-Ja
n-1
1
29
-Ja
n-1
1
31
-Ja
n-1
1
2-F
eb
-11
4-F
eb
-11
6-F
eb
-11
8-F
eb
-11
10
-Fe
b-1
1
12
-Fe
b-1
1
14
-Fe
b-1
1
16
-Fe
b-1
1
18
-Fe
b-1
1
20
-Fe
b-1
1
22
-Fe
b-1
1
24
-Fe
b-1
1
26
-Fe
b-1
1
28
-Fe
b-1
1
2-M
ar-
11
4-M
ar-
11
6-M
ar-
11
8-M
ar-
11
10
-Ma
r-1
1
12
-Ma
r-1
1
14
-Ma
r-1
1
Cu
rah
Hu
jan
(m
m)
De
bit
(Q
) (m
m)
Waktu (hari)
Curah Hujan Debit (Q)
29
sebesar 155.7 mm/bulan dengan curah hujan sebesar 456 mm/bulan sedangkan
yang terkecil terjadi pada bulan Maret sebesar 31.75 mm/bulan dengan curah
hujan 44 mm/bulan. Debit aliran yang terjadi berdasarkan rata-rata bulanan
sebesar 84.68 mm/bulan dan rata-rata debit aliran harian sebesar 2,69 mm/hari.
Hubungan curah hujan dan besarnya debit aliran pada Gambar 10
memperlihatkan fluktuasi debit aliran dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang
terjadi. Hal ini dapat terlihat dari kecenderungan ketika curah hujan naik maka
debit aliran akan mengikuti kenaikannya, sedangkan ketika curah hujan turun
maka debit aliran juga cenderung turun.
5.3 Analisis Hidrograf
Analisis hidrograf dapat menjelaskan respon debit harian dengan curah
hujan melalui hubungan curah hujan dan debit aliran, besarnya respon tersebut
dapat menunjukkan nilai koefisien limpasan (c) yang merupakan perbandingan
(nisbah) antara besarnya limpasan terhadap besar curah hujan yang terjadi. Nilai
perbandingan tersebut diantara 0 – 1.
Data yang digunakan sebagai contoh adalah debit aliran pada tanggal 18
Januari, 6 Februari, dan 3 Maret 2011. Hasil dari hidrograf pada tanggal 18
Januari menunjukkan bahwa debit puncak terjadi pada menit ke 225 atau pada jam
11.00 WIB sebesar 1.577 m3/s dengan curah hujan 4 mm, disini terlihat debit
aliran lambat merespon namun debit puncak dipengaruhi oleh curah hujan 45
menit sebelumnya yakni sebesar 12 mm. Hal ini mungkin disebabkan tanah pada
saat hujan tinggi masih mampu menyerap air dengan baik (Gambar 11). Contoh
perhitungan hidrograf dapat dilihat pada Lampiran 10.
30
Ganbar 11 Hidrograf Satuan Tanggal 18 Januari 2011 di Sub-sub DAS Cikadu.
Pada tanggal 6 Februari 2011, debit puncak terjadi pada menit ke-120
yakni pada jam 12.45 WIB dengan debit aliran sebesar 2.961 m3/s hal ini
disebabakan pada hari itu memiliki curah hujan tertinggi sebesar 21 mm, kejadian
ini menunjukkan bahwa debit aliran pada tanggal tersebut memiliki respon yang
cepat terhadap hujan, seperti terlihat pada Gambar 11 dan perhitungan pada Tabel
8. Sedangkan debit puncak yang terjadi pada hidrograf tanggal 3 Maret 2011
terjadi pada menit ke-165 pada jam 17.00 WIB sebesar 2.916 m3/s yang tidak
disertai hujan, hal ini terjadi ketika hujan turun di daerah hulu daerah tangkapan
air SPAS dan tidak tertangkap oleh alat penakar hujan, namun tetap
mempengaruhi debit aliran di SPAS (Gambar 12).
Gambar 12 Hidrograf satuan tanggal 6 Februari 2011 di Sub-sub DAS Cikadu.
-1
3
7
11
15
19
23
270
0.4
0.8
1.2
1.6
2
2.4
2.8
7:15 7:45 8:30 8:45 9:45 10:15 11:00 11:45 12:30
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
(m3
/de
tik
)
waktu (jam)
Curah Hujan Debit (Q) Base Flow
0
10
20
30
40
500
2
4
6
10:45:00 12:15:00 13:30:00 15:15:00
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
(m3
/de
tik
)
waktu (jam)Curah Hujan debit (Q) Base Flow
31
Gambar 13 Hidrograf Satuan tanggal 3 maret 2011 di Sub-sub DAS Cikadu.
Hidrograf satuan juga digunakan sebagai acuan untuk menentukkan nilai
koefisien run-off yakni besarnya limpasan yang terjadi dari seluruh total kejadian
hujan di Sub-sub DAS Cikadu, dengan cara membandingkan tebal debit aliran
(mm) dengan tebal curah hujan (mm). Nilai ini akan dijadikan inisiasi pada proses
optimasi Tank Model. Analisis hidrograf dibuat sebanyak tiga kejadian hujan,
berdasarkan hasil analisis hidrograf satuan rata-rata besarnya koefisien limpasan
sebesar 0.37 (37%). Nilai ini menunjukkan bahwa sebanyak 37% dari total hujan
yang masuk ke DTA akan menjadi direct run-off atau limpasan langsung.
Tabel 8 Perhitungan hidrograf di Sub-sub DAS Cikadu
Tanggal
CH
(mm)
Q
(m3/s)
BF
(m3/s)
DRO
(m3/s)
VDRO
(m3)
Tebal
DRO(mm)
1/18/2011
33
5.17
1.206
3.964
74919.6
7.593
2/06/2011 49 8.382 1.505 6.877 111407.400 11.292
3/03/2011 5 12.51524 7.03 5.485 69125.979 7.006
5.4 Aplikasi Tank Model
Model ini tersusun atas empat reservoir vertical, dimana bagian atas
mempresentasikan surface reservoir, dibawahnya intermediate reservoir,
kemudian sub-base reservoir dan paling bawah base reservoir. Dalam konsep
Tank Model ini menurut Setiawan (2003) air dapat mengisi reservoir dibawahnya,
dan bisa terjadi sebaliknya bila evaporasi sedemikian berpengaruh.
0
2
4
6
8
1000.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
14.15 14:30 15:45 16:00 16.15 16:30 16:45 17:00 17:30 17:45
curh
a h
uja
n (
mm
)
(m3
/de
tik
)
waktu (jam)
Curah Hujan debit (Q) Base Flow
32
Data masukan untuk model ini berupa curah hujan, debit aliran, dan data
evapotranspirasi yang semuanya bersatuan mm/hari. Data-data tersebut digunakan
untuk menentukkan parameter-parameter tank Model dan menghasilkan keluaran
berupa surface flow, intermediate flow, sub-base flow, dan base flow. Analisis
Tank model dapat digunakan untuk mengetahui distribusi air dan karakteristik
sirkulasi air, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi hidrologi suatu
DAS.
5.4.1 Analisis Data Input Tank Model
Data evapotranspirasi (ETP) akan digunakan sebagai salah satu masukan
pada input Tank Model dengan satuan mm/hari, pada penelitian ini metode
Penman-Montheit dipilih sebagai metode untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi pada lokasi penelitian. Curah Hujan dijadikan data input untuk
menjalankan metode ini serta dengan melengkapi keterangan posisi SPAS dalam
lintang dan bujur serta elevasinya (contoh perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 12).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Penman-Montheit ini
diketahui bahwa total evapotranspirasi pada tanggal 17 Januari -14 Maret 2011
sebesar 267,98 mm dengan rata-rata evapotranspirasi harian sebesar 4,7 mm/hari.
Data ini kemudian akan dijadikan data input pada proses inisiasi Tank Model.
Selain data evapotranspirasi, data input Tank Model berupa data curah
hujan dan data debit aliran dari daerah tangkapan air Sub-sub DAS Cikadu yang
dimulai pada tanggal 17 januari sampai 14 maret 2011. Hasil rekapitulasi dari
analisis data input Tank Model disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Rekapitulasi data input Tank Model
No Data Jumlah Total (mm) Rata-rata (mm/hari)
1 Curah Hujan 625 11
2 Debit Aliran Sungai 245,06 4,3
3 Evapotranspirasi 267,98 4,7
5.4.2 Hasil Verifikasi dan Optimasi Tank Model
proses verifikasi dan optimasi Tank Model menghasilkan nilai parameter
(Tank Model Parameter), Indikator keandalan (Tank model Performance),
Keseimbangan Air (Water Balance), persamaan regresi (Regretion), total aliran
33
air (Water Flow), dan keseimbangan tinggi muka air di tangki (Water Level).
Hasil keluaran ini akan di analisis untuk mendapatkan keakuratan/kelayakan
model dalam mempresentasikan keadaan di lapangan.
Berdasarkan keseimbangan neraca air, parameter Tank Model secara
keseluruhan memiliki dua belas parameter, curah hujan sebagai masukan sistem
hidrologi, diproses menjadi aliran sebagai keluarannya. Keseimbangan neraca air
menjelaskan bahwa aliran total merupakan penjumlahan aliran dari lubang outlet
horizontal setiap tangki. Menurut Setiawan (2003) lubang outlet horizontal
mencerminkan aliran air yang terdiri dari surface flow (Ya2), sub-surface flow
(Ya1), intermediate flow (Yc1), dan Base Flow (Yd1). Aliran ini hanya terjadi bila
tinggi air pada masing-masing tangki melebihi tinggi lubangnya (Ha1, Ha2, Hb1,
dan Hc1). Aliran air disetiap lubang outlet dipengaruhi pula oleh karakteristik
lubang itu sendiri, masing-masing yaitu A0, A1, B0, B1, C0, C1, dan D1 yang
selanjutnya disebut sebagai parameter Tank Model yang akan ditentukan.
Tabel 10 Dua belas parameter hasil optimasi Tank Model di Sub-sub DAS
Cikadu
No Parameter Tank Model Hasil Optimasi
1 a0 (infiltration coefficients surface flow) 0,69295
2 a1(runoff coefficients sub-surface flow) 0,23480
3 a2(run0ff coefficients surface flow) 0,31006
4 Ha1(storage parameter sub-surface flow) 14,3748
5 Ha2(storage parameter surface flow) 41,4024
6 b0(infiltration coefficients intermediate flow) 0,11499
8 Hb1(storage parameter intermediate flow) 14,5428
9 c0(infiltration coefficients sub-base flow) 0,50390
10 c1(Runoff coefficients sub-base flow) 0,09265
11 Hc1(storage parameter sub-base flow) 20,7421
12 d1(Runoff coefficients base flow) 0,00164
Parameter-parameter Tank Model dapat di kelompokkan menjadi tiga jenis
yakni :
1. Koefisien runoff masing-masing tangki (A,B,C,D) yang menunjukkan
besarnya laju aliran, a1 = 0.23480, a2 = 0,31006, b1 = 0,03038, c1 =
0,09265, dan d1 = 0,00164. Laju aliran terbesar terjadi pada tangki
pertama.
2. Koefisien determinasi masing-masing tangki (A,B,C) yang menunjukkan
besarnya laju infiltrasi, a0 = 0,69295, b0 = 0,11499, c0 = 0,50390.
34
Parameter menunjukkan infiltrasi terbesar terjadi pada lubang outlet tangki
pertama.
3. Parameter penyimpanan, menunjukkan tinggi lubang outlet horizontal
pada masing-masing tangki, Ha1 = 14,3748, Ha2 = 41,4024, Hb1 =
14,5428, dan Hc1 = 20,7421. Tinggi lubang outlet horizontal terbesar
terjadi pada tangki pertama.
Keandalan Tank Model dalam menduga kondisi sebenarnya di lapangan
dapat dilihat pada Tabel indikator kebenaran dan kesalahan dari keandalan Tank
Model (Tabel 11), indikator kebenaran dilihat dari nilai korelasi (R) sebesar 0,86
yang dapat dikatakan dapat mempresentasikan kondisi lapang dengan baik antara
observasi dan kalkulasi.
Tabel 11 Indikator keandalan Tank Model di Sub-sub DAS Cikadu
Parameter Optimasi Nilai Parameter Optimasi
R (Coefficient of Correlation) 0,86
R2 (Determination) 0,75
5.4.3 Komponen hasil optimasi Tank Model
Tabel 12 Komponen Tank Model hasil optimasi
Komponen Satuan Nilai Persen
Keseimbangan air
Inflow R (mm) 636,9
Outflow Observation (mm) 218,94
Outflow Calculation (mm) 215,07
ETP Calculation (mm) 211,384
Stored (mm) 209,60
Tinggi Muka Air
Tank A (Ha) (mm) 4,487
Tank B (Hb) (mm) 5,218
Tank C (Hc) (mm) 1,045
Tank D (Hd) (mm) 800,29
Total Aliran
Surface flow (mm) 71,98 33,47
Intermediate flow (mm) 58,55 27,22
Sub-base flow (mm) 2,05 0,95
Base flow (mm) 82,47 38,36
35
Keluaran Tank Model menghasilkan komponen optimasi berupa
keseimbangan air, tinggi muka air, dan total aliran. Komponen Tank Model hasil
optimasi disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan hasil optimasi Tank Model total
aliran air di Sub-sub DAS Cikadu didominasi oleh aliran pada surface flow
(tangki A) dan Base flow (tangki D) masing-masing sebesar 33,47 % dan 38,34
%. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan lebih berpengaruh terhadap
pergerakan air di tangki A dibanding pada lapisan kedua (intermediate flow) dan
ketiga (Sub-base flow). Komponen keseimbangan air memperlihatkan besarnya
inflow R, outflow observasi maupun kalkulasi, kalkulasi evapotranspirasi dan
perubahan kadar air (Stored). Gambar 14 memperlihatkan grafik hasil observasi
presipitasi, evapotranspirasi, dan debit aliran.
Gambar 14 Grafik Fluktuasi data curah hujan, debit aliran, dan evapotranspirasi.
Berdasarkan hasil optimasi menunjukkan bahwa kalkulasi stored
(simpanan air) di Sub-sub DAS Cikadu pada rentang waktu Januari hingga Maret
2011 menunjukkan nilai yang positif hal ini mengindikasikan pada Sub-sub DAS
Cikadu mengalami surplus air sebesar 209,60 mm sebagai Stored (cadangan air
tanah).
Berdasarkan hasil optimasi Tank Model dari data pada tanggal 17 Januari -
14 Maret 2011 diperoleh total aliran yang mengalir atau terdistribusi di surface
flow, intermediate flow, sub-base flow, dan base flow , dengan masing-masing
nilai sebesar 71,98 mm, 58,55 mm, 2,05 mm, dan 82,47 mm. Total Aliran hasil
optimasi sebesar 215,05 mm dan total aliran yang mengalir ke sungai terbesar dari
0
20
40
60
80
100
1200
10
20
30
40
50
60
70
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
(mm
)
Curah Hujan Evapotranspirasi debit (Q)
36
bagian base flow, hal ini menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi cukup tinggi. Air
dapat meresap ke dalam tanah terlebih dahulu sebelum menjadi aliran debit yang
masuk kesungai. Hasil optimasi Tank Model menunjukkan tinggi air pada masing
– masing tangki berbeda. Gambar tinggi air pada masing – masing tangki dapat
dilihat pada Gambar 15.
Tinggi air di tangki A sangat dipengaruhi oleh hujan, peningkatan dan
penurunan curah hujan akan berpengaruh cepat terhadap tinggi air di Tangki A
selain itu masih terjadi evapotranspirasi yang menyebabkan nilai minus pada
tangki A, pada Tangki B ada sedikit pengurangan respon tinggi air terhadap hujan
dan evaporasi masih terjadi, sedangkan air di Tangki C masih dipengaruhi oleh
curah hujan, namun respon tinggi air tidak secepat respon pada tangki A dan
tangki B serta sudah tidak terlihat adanya evapotranspirasi, dan tinggi air di tangki
D mengalami keadaan yang konstan pada awal bulan Januari dan mengalami
peningkatan yang lambat pada akhir bulan Februari menuju Maret.
Gambar 15 Tinggi air pada masing-masing tangki (A,B,C,D) tanggal 17 Januari -
14 Maret 2011.
0
40
80
120-2
3
8
13
1 11 21 31 41 51
rain
fall
(mm
da
y-1
)
surf
ace
flo
w(m
m d
ay
-1)
waktu (hari)
Level_tankA
rainfall
0
40
80
120-2
98
198
298
398
1 11 21 31 41 51
rain
fall
(mm
da
y-1
)
inte
rme
dia
te f
low
(mm
da
y-1
)
Waktu (hari)
Level_tankB
rainfall
0
40
80
1200
30
60
90
1 11 21 31 41 51
rain
fall
(mm
da
y-1
)
sub
-ba
se f
low
(mm
da
y-1
)
waktu (hari)
Level_tankC
rainfall
0
40
80
1200
1000
2000
3000
1 11 21 31 41 51
rain
fall
(mm
da
y-1
)
ba
se f
low
(mm
da
y-1
)
waktu (hari)
Level_tankD
rainfall
37
Berdasarkan hasil optimasi Tank Model di Sub-sub DAS Cikadu pada
tanggal 6 Februari 2011 terjadi curah hujan yang paling tinggi sebesar 49
mm/hari, dengan Qobserved (lapangan) sebesar 25,535 mm/hari dan
evapotranspirasi sebesar 3,78 mm/hari sebagai data masukan menghasilkan
keluaran berupa Qcalculated (prediksi hasil model) sebesar 18,24 mm/hari,
surface flow sebesar 14,065 mm, intermediate flow 2,822 mm, sub-base flow 0
mm, dan base flow sebesar 1,352 mm, dengan ketinggian air pada masing-masing
tangki adalah Tank A = 4,487 mm, Tank B = 5,218 mm, Tank C = 1,045 mm, dan
Tank D = 800,29 mm.
5.5 Analisis Hubungan Laju Sedimen dengan Debit Aliran
Pendugaan laju sedimentasi di Sub-sub DAS Cikadu dilakukan dengan
menggunakan persamaan regresi hubungan antara debit aliran dilapangan dengan
laju sedimentasi dilapangan pada tanggal 18 November 2011 – 27 januari 2012.
Berdasarkan hubungan antara debit aliran dengan laju sedimentasi dilapangan
didapatkan persamaan sebagai berikut (perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 9):
Qs(ton/hari) = 0,981 Q(m3/s)
1,897........................................................................(28)
Berdasarkan persamaan regresi hubungan antara debit aliran dengan laju
sedimentasi memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0,704. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara debit aliran dengan laju sedimentasi
memiliki korelasi yang cukup kuat, dimana besarnya laju sedimentasi (Qs) dapat
diterangkan oleh debit aliran (Q). Grafik persamaan regresi hubungan antara debit
aliran dengan laju sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Grafik hubungan debit aliran (Q) dengan sedimentasi (Qs).
y = 0.981x1.897
R² = 0.704
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Laju
Se
dim
en
(Q
s)
(to
n/h
ari
)
Debit Aliran (Q) (m3/s)
38
Berdasarkan analisis hubungan antara laju sedimen dan debit aliran yang
diduga melalui model persamaan regresi. Peningkatan debit diikuti dengan
peningkatan laju sedimen. Laju sedimen harian tertinggi terjadi pada tanggal 5
dan 6 Februari 2011 sebesar 7,47 ton/hari dengan debit aliran yang sama sebesar
25,53 mm/hari.
Pada curah hujan tertinggi tanggal 6 Februari yaitu sebesar 49 mm/hari
menyebabkan laju sedimen sebesar 7,47 ton/hari. Kejadian tersebut
menggambarkan bahwa peningkatan curah hujan disertai peningkatan laju
sedimen. Total laju sedimen bulan Januari sampai Maret 2011 adalah sebesar 37,4
ton/tahun atau setara dengan 3,1 mm/tahun (Data laju sedimen harian dapat dilihat
pada Lampiran 16).
5.6 Analisis Laju Erosi Berdasarkan Kandungan Sedimen Sungai
Nisbah pelepasan endapan (NPE) merupakan nisbah antara besarnya laju
sedimentasi yang sampai ke sungai dengan besarnya erosi yang terjadi di DAS
(Arsyad 2006). Berdasarkan persamaan 24 didapatkan besarnya nilai NPE
sebesar 0,28 yang berarti bahwa 28% erosi yang terjadi akan menjadi sedimen
disungai, nilai NPE yang mendekati 1 menunjukkan besarnya erosi yang menjadi
sedimen akan semakin besar. Besarnya total erosi berasarkan metode NPE
didapatkan sebesar 0,44 ton/ha/tahun atau setara dengan kehilangan tanah setebal
0,036 mm/tahun.
5.7 Analisis Laju Sedimen dengan Model MUSLE (Modified Universal Soil
Loss Equation)
Data debit yang telah dikalkulasi dalam Tank Model menghasikan data
aliran pada setiap tangki diantaranya surface flow dan base flow, data tersebut
menjadi data dasar dalam perhitungan laju sedimen lateral dan base flow pada
persamaan (25) yang merupakan model persamaan MUSLE (Modification of
Universal Soil Loss Equation). Pada model ini, faktor yang digunakan sebagai
pemicu terjadinya erosi adalah faktor limpasan permukaan bukan faktor energi
hujan, sehingga MUSLE tidak memerlukan faktor nisbah pelepasan endapan
(NPE) (Neitsch, Arnold, Kiniry, dan William 2005). Faktor limpasan permukaan
mewakili energi yang digunakan untuk melepaskan dan mengangkut sedimen.
39
Total hasil analisis laju sedimen di Sub-sub DAS Cikadu dengan
perhitungan laju sedimen aliran lateral dan base flow sebesar 42,10 ton/tahun atau
setara dengan kehilangan tanah sedalam1,29 mm/tahun. Berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001 tentang Penyelengaraan Pengelolaan DAS,
besarnya laju sedimen di bawah 2 mm/tahun termasuk dalam kategori baik (Tabel
13) .
Tabel 13 Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen
No Laju sedimen (mm/tahun) Kategori Kelas
1 < 2 Baik
2 2-5 Sedang
3 > 5 Buruk
Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001
5.8 Analisis Hubungan Laju Sedimen Observasi dengan Laju Sedimen
Kalkulasi Model MUSLE (Modification of Universal Soil Loss Equation)
Analisis hubungan antara laju sedimen observasi dengan laju sedimen
model MUSLE menunjukkan korelasi yang kuat dengan dengan nilai R2
= 0,757.
Hal ini membuktikan model MUSLE dapat menduga laju sedimen dengan baik.
Persamaan regresi laju sedimen observasi dengan laju sedimen kalkulasi model
MUSLE adalah sebagai berikut
Qs Obs = 0.013QsMUSLE – 0.031................................................................ (29)
Grafik hubungan laju sedimen regresi dengan laju sedimen kalkulasi
model MUSLE disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik hubungan laju sedimen Observasi(Qs Obs) dengan laju
sedimen kalkulasi model MUSLE (Qs MUSLE).
y = 0.013x - 0.031
R² = 0.757
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 100 200 300 400 500 600
Laju
Se
dim
en
Ob
serv
asi
(QsO
bs)
(to
n/h
ari
)
Laju Sedimen MUSLE (QsMUSLE) (ton/hari)
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tank Model sangat baik dalam menduga keseimbangan air pada Sub-sub
DAS Cikadu karena model ini dapat memberikan informasi mengenai
tinggi muka air dan pola aliran di setiap lapisan DAS. Nilai koefisien
determinasi antara perhitungan model dengan perhitungan lapangan
sebesar 0,75 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,86 membuktikan bahwa
Tank Model dapat digunakan di Sub-sub DAS Cikadu. Karakteristik
aliran air di Sub-sub DAS Cikadu menunjukkan selama 57 hari terdapat
total hujan sebesar 636,9 mm dengan besarnya ETP yang terjadi sebesar
211,384mm dan debit aliran sebesar 215,07 mm yang terjadi sebagai
Surface flow 71,98 mm, Intermediate flow 58,55 mm, Sub-base flow 2,05
mm dan base flow 82,47 mm. Sehingga akan menyimpan air dalam stored
sebesar 209,60 mm.
2. Laju sedimen dan erosi di sub-sub DAS Cikadu masuk dalam kategori
baik yakni kehilangan tanah sedalam 1,29 mm/tahun atau setara dengan
42,10 ton/tahun. Metode MUSLE dalam hal ini dapat mempresentasikan
laju sedimen yang baik dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi
sebesar 0,75.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi atau pelatihan mengenai Aplikasi Tank Model.
2. Perlu dilakukan pengelolaan DAS terpadu dengan menerapkan teknik
konservasi tanah dan air yang tepat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Kedua. Institut Pertanian
Bogor Press, Darmaga, Bogor.
Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta
Gadjah Mada University Press.
BPDAS Citarum-Ciliwung. 2009. Model Pengembangan Jasa lingkungan(PES) di
Sub DAS Cisangkuy-DAS Citarum Hulu.[Laporan].
Mori K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya Paramita
Arifjaya MN, Kusmana C, Abdulah K, Prasetyo LB, Setiawan BI. 2011.
Application of Tank Model for Predicting Water Balance and Flow
Discharge Components of Cisadane Upper Catchment. Jurnal
Manajemen Hutan Tropika. 17(2): 63-70.
Murtiono, UH. 2008. Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan,
Debit Puncak Aliran, Dan Erosi Tanah Dengan Model Soil
Conservation Servise (Scs), Rasional, Dan Modified Universal Soil Loss
Equation (MUSLE): Studi Kasus di DAS Keduang, Wonogiri. Forum
Geografi. 22(2):169-185
Neitsch SL, Arnold JG, Kiniry JR, Williams JR.2005. Soil And Water Assessment
Tool Theoretical Documentation. Texas. Blackland Research Center.
Purwowidodo. 1986. Tanah dan Erosi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Rahadian A. 2010. Aplikasi Tank Model Dan Analisis Erosi Berbasis Data SPAS
Di Sub-Sub DAS Cimanuk Hulu, Kabupaten Garut.[Skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa [RPJMDes]. Profil Desa
Mangunjaya 2011.
Sahayana CR. 2011.Pendugaan Neraca Air, Erosi, Dan Sedimentasi
Menggunakan Aplikasi Tank Model Dan Musle Di Sub DAS Cilebak-
Cirasea Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Setiawan BI. 2003. Optimasi Parameter Tank Model. Buletin Keteknikan
Pertanian. Vol. 17 No.1:8-20. Bogor.
Seyhan E. 1990. Dasar-dasar hidrologi. Yogyakarta : Penerbit Gagjah Mada
University Press
42
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Untuk analisis Data. Bandung : Penerbit
NOVA
. 1995. Hidrologi pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai .
Bandung : Penerbit NOVA
Sulistyowati, T. 2010. Aplikasi Tank Model Dalam Analisis Hidrologi Berbasis
Data SPAS Di Sub-Sub DAS Cipedes, Kabupaten Garut.[Skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Sosrodarsono S, Takeda K. 2003. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT.
Pradnya Paramitha.
Suprayogi S, Budi IS, Lilik BP. 2003. Penerapan Beberapa Model
Evapotranspirasi di Daerah Tropika. Buletin Keteknikan Pertanian
17(2):7-13.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Penerbit
ANDI
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Keterangan:
a. Ruang SPAS
b. Sungai Cikadu
c. Sumber Aliran
d. Sawah Irigasi
e. Bentuk SPAS
f. Sawah Irigasi
g. Sawah Irigasi
A
G
F E
D C
B
44
Lampiran 2 Dokumentasi alat yang digunakan dalam penelitian
Keterangan:
a. Data Logger
b. Turbiditymeter
c. ARR (
d. AWLR (
e. GPS
f. Meteran
Lampiran 2 Dokumentasi alat yang digunakan dalam penelitian
Data Logger
Turbiditymeter
ARR (Automatic Rainfall Recorder)
AWLR (Automatic Water Level Recorder)
Meteran
A
E
D C
B
F
45
45
46
Lam
pir
an 3
Pet
a L
ok
asi
Pen
elit
ian
46
47
Lam
pir
an 4
P
eta
Seb
aran
Jen
is T
anah
47
48
Lam
pir
an 5
Pet
a K
eler
angan
48
49
Lam
pir
an 6
P
eta
Pen
ggu
naa
n L
ahan
49
50
Lam
pir
an 7
Pet
a F
un
gsi
Kaw
asan
50
51
Lam
pir
an 8
An
alis
is h
ub
un
gan
deb
it a
lira
n d
engan
tin
ggi
muka
air
di
Sub-s
ub D
AS
Cik
adu
Tan
ggal
Huja
n
Wak
tu h
uja
n
Jara
k
wak
tu
(average)
V
air
T
MA
A
P
R
Q
N
S
^0.5
V
Man
nin
g
Q
Man
nin
g
(m)
(s)
(m/s
) (m
) (m
2)
(m)
(m)
(M3/s
) (m
3/s
)
18-N
ov-1
1
3
2.1
3
1.3
9926
0.1
4
0.1
4
2.2
8
0.0
01
0.1
96
0.0
25
27.8
34
2.2
47
0.3
15
18-N
ov-1
1
3
1.9
3
1.5
3597
0.1
6
0.1
6
2.3
2
0.0
02
0.2
46
0.0
25
24.2
20
2.8
34
0.4
53
18-N
ov-1
1
16
.39
-17
.00
3
1.7
7
1.6
6036
0.2
4
0.2
4
2.4
8
0.0
03
0.3
98
0.0
25
13.2
97
5.5
81
1.3
39
20-N
ov-1
1
3
1.7
0
1.7
2219
0.2
6
0.2
6
2.5
2
0.0
04
0.4
48
0.0
25
12.1
34
6.3
43
1.6
49
20-N
ov-1
1
14
.08
-15
.11
3
1.4
3
2.0
4649
0.2
4
0.2
4
2.4
8
0.0
03
0.4
91
0.0
25
16.3
89
5.5
81
1.3
39
30-D
ec-1
1
3
1.3
3
2.2
5435
0.1
2
0.1
2
2.2
4
0.0
01
0.2
71
0.0
25
58.9
14
1.7
10
0.2
05
31-D
ec-1
1
07
.41
-09
.01
3
1.7
0
1.7
2376
0.2
5
0.2
5
2.5
0
0.0
03
0.4
31
0.0
25
12.9
28
5.9
59
1.4
90
1-
Jan -
12
1
1.5
6-1
4.3
4
3
1.1
7
2.4
7697
0.6
0
0.6
0
3.2
0
0.0
12
1.4
86
0.0
25
5.2
84
20.9
50
12.5
70
27-J
an-1
2
05
.44
-07
.46
3
1.8
0
1.7
10
0.1
2
0.1
2
2.2
4
0.0
01
0.2
05
0.0
25
44.6
92
1.7
10
0.2
05
Ket
eran
gan
:
V a
ir
= K
ecep
atan
Pel
amp
un
g
TM
A
= T
ing
gi
Mu
ka
Air
A
= L
uas
Pen
amp
ang m
elin
tan
g b
asah
P
= K
elil
ing B
asah
R
= R
adiu
s H
idro
lik
N
= K
oef
isie
n k
ekas
aran
sal
ura
n Manning
51
52
Lampiran 8 (lanjutan)
log TMA
Log Q
-0.2-0.3-0.4-0.5-0.6-0.7-0.8-0.9-1.0
1.0
0.5
0.0
-0.5
scatterplot of Log QManning Vs Log TMA
Regression Analysis: Log Q versus log TMA The regression equation is
Log Q = 1.71 + 2.58 log TMA
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 1.70603 0.02550 66.91 0.000
log TMA 2.57856 0.03574 72.14 0.000
S = 0.0223734 R-Sq = 99.9% R-Sq(adj) = 99.8%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 2.6054 2.6054 5204.88 0.000
Residual Error 7 0.0035 0.0005
Total 8 2.6089
Unusual Observations
Obs log TMA Log Q Fit SE Fit Residual St Resid
8 -0.222 1.09933 1.13398 0.01807 -0.03466 -2.63R
R denotes an observation with a large standardized residual.
52
53
Lampiran 9 Analisis Hubungan debit aliran dengan laju sedimentasi di Sub-sub DAS
Cikadu
Tabel hasil pengukuran laju sedimen di lapangan
Tanggal Hujan TMA Q Cs Qs
(m) (M^3/s)
(ppm)atau
(mg/l) (ton/hari)
18-Nov-11 0.14 0.196 4.8 0.034908
18-Nov-11 0.16 0.246 7 0.072986
18-Nov-11 0.24 0.398 13 0.404744
20-Nov-11 0.26 0.448 15.2 0.587312
20-Nov-11 0.24 0.491 11.2 0.348703
30-Dec-11 0.12 0.271 6.6 0.031667
31-Dec-11 0.25 0.431 10.8 0.375399
1-Jan-12 0.60 1.486 2.2 0.811525
27-Jan-12 0.12 0.205 4.8 0.02303
Log Q
Log Qs
0.20.10.0-0.1-0.2-0.3-0.4-0.5-0.6-0.7
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
Scatter plot of Log Qs dan Log QQs = 0.981Q^1.897
Regression Analysis: Log Qs versus Log Q The regression equation is
Log Qs = - 0.008 + 1.90 Log Q
Predictor Coef SE Coef T P
Constant -0.0081 0.2303 -0.04 0.973
Log Q 1.8975 0.4650 4.08 0.005
S = 0.355205 R-Sq = 70.4% R-Sq(adj) = 66.2%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 2.1011 2.1011 16.65 0.005
Residual Error 7 0.8832 0.1262
Total 8 2.9843
Unusual Observations
Obs Log Q Log Qs Fit SE Fit Residual St Resid
8 0.172 -0.091 0.318 0.302 -0.409 -2.18RX
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
53
54
Lampiran 10 Contoh perhitungan hidrograf tanggal 18 Januari 2011 di Sub-sub DAS
Cikadu
Tanggal
CH
(mm)
Q
(m3/s)
BF
(m3/s)
DRO
(m3/s)
VDRO
(m3)
Tebal
DRO(mm)
1/18/2011 0.2 0.134 0.134 0 0 0
0.8 0.451 0.134 0.317 5991.3 0.607267383
0.2 0.215 0.134 0.081 1530.9 0.155169268
1.4 0.451 0.134 0.317 5991.3 0.607267383
5 0.703 0.134 0.569 10754.1 1.090016217
12 0.802 0.134 0.668 12625.2 1.279667545
4 1.577 0.134 1.443 27272.7 2.764311778
8 0.703 0.134 0.569 10754.1 1.090016217
1.4 0.134 0.134 0 0 0
Total 33 5.17 1.206 3.964 74919.6 7.5937
Luas Catchment area = 986,6 ha = 9866000 m2
Waktu Interval Pengamatan = 5,25 Jam = 18.900 detik
Tebal DRO =(��� ! ��� " # $�% &��'() ! *'�+ , � �)
-% . /0123451 0640
= (3,964 m3/s x 18.900 detik) = 7,5937 mm
9866000
Koefisien limpasan = �4708 ��� (33)
�� (33)
= 7,5937 mm = 0,34
33 mm
54
55
Lampiran 11 Perhitungan debit aliran
Keterangan: a = 3 m d = 0.6 m
b = 1 m e = 4.2 m
c = 1 m f = 2,35 m
Contoh perhitungan debit untuk TMA ≤ 0,6 m, tanggal 31 Desember 2011
A = TMA x b ................................................................................................... (33)
P = 2 x (TMA + b) .......................................................................................... (34)
Diketahui : Tinggi muka air sungai 0,25 m, koefisien kekasaran Manning untuk beton
sebesar 0,025. S1/2
(persen kemiringan) sebesar 4.
A = 0,25 m x 1 m P = 2 x (0,25 m + 1 m)
A = 0,25 m2 P = 2,5 m
R = A/P
R = 0,25 m2/ 2,5 m
R = 0,1 m
R2/3
= 0,0033 m
V = (R2/3
x S0,5
)/0,025
V = (0,0033 x 12,92)/0,025
V = 5.95 m/s
Q = 0,25 m2 x 5,95 m/s
Q = 1,48 m3/s
a
b
c
d
e
f
55
56
Lampiran 12 Contoh perhitungan evapotranspirasi dengan data ch (mm), suhu (oc),
radiasi matahari (Rs), dan kelembaban relative (RH) di SPAS Cikadu.
Lintang -7.0253
Bujur 107.3555
altitude 1089.3
Date Hujan (mm) Tave (oC)
RS (MJ/s) RH (%) KA(m/s) ETP ETA
1/17/2011 46 20.16 14.37 91.77 0.152 3.75 2.44
1/18/2011 33 20.07 15.36 91.72 0.152 3.98 2.59
1/19/2011 12 19.82 18.15 91.6 0.152 4.62 3
1/20/2011 5 19.73 19.09 91.56 0.152 4.83 3.14
1/21/2011 0 19.6 20.5 91.49 0.152 5.15 3.34
1/22/2011 0 19.66 19.9 91.52 0.152 5.01 3.26
1/23/2011 0 19.64 20.08 91.51 0.152 5.05 3.28
1/24/2011 1 19.68 19.67 91.53 0.152 4.96 3.22
1/25/2011 0 19.74 19.06 91.56 0.152 4.82 3.13
1/26/2011 0 19.73 19.12 91.56 0.152 4.83 3.14
1/27/2011 0 19.58 20.82 91.49 0.152 5.22 3.39
1/28/2011 6 19.74 19.05 91.57 0.152 4.82 3.13
1/29/2011 1 19.68 19.72 91.54 0.152 4.97 3.23
1/30/2011 10 19.79 18.53 91.59 0.152 4.7 3.06
1/31/2011 3 19.7 19.48 91.55 0.152 4.92 3.2
2/1/2011 7 19.75 18.95 91.58 0.152 4.8 3.12
2/2/2011 17 19.87 17.62 91.64 0.152 4.49 2.92
2/3/2011 19 19.89 17.37 91.65 0.152 4.44 2.88
2/4/2011 36 20.1 15.1 91.76 0.152 3.92 2.55
2/5/2011 41 20.15 14.52 91.78 0.152 3.78 2.46
2/6/2011 49 20.15 14.52 91.78 0.152 3.78 2.46
2/7/2011 38 20.12 14.85 91.77 0.152 3.86 2.51
2/8/2011 23 19.94 16.87 91.68 0.152 4.32 2.81
2/9/2011 9 19.77 18.75 91.6 0.152 4.75 3.09
2/10/2011 5 19.72 19.3 91.58 0.152 4.88 3.17
2/11/2011 11 19.79 18.5 91.61 0.152 4.69 3.05
2/12/2011 14 19.83 18.1 91.63 0.152 4.6 2.99
2/13/2011 0 19.82 18.22 91.63 0.152 4.63 3.01
2/14/2011 0 19.58 20.95 91.51 0.152 5.25 3.41
2/15/2011 0 19.56 21.15 91.5 0.152 5.29 3.44
2/16/2011 0 19.59 20.77 91.52 0.152 5.21 3.38
2/17/2011 7 19.74 19.06 91.6 0.152 4.82 3.13
2/18/2011 21 19.91 17.18 91.68 0.152 4.39 2.86
2/19/2011 12 19.8 18.4 91.63 0.152 4.67 3.04
2/20/2011 33 20.06 15.57 91.76 0.152 4.02 2.62
2/21/2011 30 20.02 15.98 91.74 0.152 4.12 2.68
2/22/2011 39 20.13 14.76 91.8 0.152 3.84 2.49
2/23/2011 23 19.93 16.92 91.7 0.152 4.33 2.82
2/24/2011 11 19.79 18.53 91.63 0.152 4.7 3.06
2/25/2011 7 19.74 19.07 91.61 0.152 4.82 3.13
2/26/2011 4 19.7 19.47 91.59 0.152 4.91 3.19
2/27/2011 0 19.8 18.33 91.64 0.152 4.65 3.03
2/28/2011 0 19.68 19.68 91.58 0.152 4.96 3.22
CommandButton
56
57
Lampiran 13 Data tinggi muka air hasil pengukuran alat SPAS Cikadu
Bulan
(m)
Tanggal Januari Februari Maret
1 - 0.12 0.12
2 - 0.16 0.12
3 - 0.16 0.12
4 - 0.28 0.12
5 - 0.33 0.12
6 - 0.33 0.16
7 - 0.26 0.15
8 - 0.20 0.12
9 - 0.12 0.12
10 - 0.12 0.12
11 - 0.14 0.10
12 - 0.14 0.12
13 - 0.10 0.10
14 - 0.10 0.10
15 - 0.10 -
16 - 0.10 -
17 0.33 0.11 -
18 0.28 0.14 -
19 0.16 0.16 -
20 0.12 0.16 -
21 0.10 0.19 -
22 0.10 0.20 -
23 0.10 0.20 -
24 0.10 0.14 -
25 0.10 0.11 -
26 0.10 0.10 -
27 0.10 0.10 -
28 0.12 0.10 -
29 0.10 -
30 0.15 -
31 0.12 -
TMA Max 0.33 0.33 0.16
TMA Min 0.10 0.10 0.10
TMA rata-rata 0.14 0.16 0.12
57
58
Lampiran 14 Data curah hujan harian bulan Januari – Maret 2011
Bulan (mm)
Tanggal Januari Februari Maret
1 - 7 8
2 - 17 3
3 - 19 0
4 - 36 5
5 - 41 0
6 - 49 14
7 - 38 6
8 - 23 1
9 - 9 5
10 - 5 1
11 - 11 0
12 - 14 8
13 - 0 1
14 - 0 0
15 - 0 -
16 - 0 -
17 46 7 -
18 33 21 -
19 12 12 -
20 5 33 -
21 0 30 -
22 0 39 -
23 0 23 -
24 1 11 -
25 0 7 -
26 0 4 -
27 0 0 -
28 6 0 -
29 1
-
30 10
-
31 3
-
CH max 46.00 49.00 14.00
CH min 0 0 0
CH rata-rata 7.80 16.29 3.71
CH total 117 456 44
58
59
Lampiran 15 Data Debit aliran harian bulan Januari – Maret 2011
Bulan(mm)
Tanggal Jan Peb Mar
1 - 1.882 1.882
2 - 3.950 1.882
3 - 3.950 1.882
4 - 16.718 1.882
5 - 25.535 1.882
6 - 25.535 3.950
7 - 13.810 3.345
8 - 7.022 1.882
9 - 1.882 1.882
10 - 1.882 1.882
11 - 2.800 1.176
12 - 2.800 1.882
13 - 1.176 1.176
14 - 1.176 1.176
15 - 1.176 -
16 - 1.176 -
17 25.535 1.504 -
18 16.718 2.800 -
19 3.950 3.950 -
20 1.882 3.950 -
21 1.176 6.152 -
22 1.176 7.022 -
23 1.176 7.022 -
24 1.176 2.800 -
25 1.176 1.504 -
26 1.176 1.176 -
27 1.176 1.176 -
28 1.882 1.176 -
29 1.176 -
30 3.345 -
31 1.882 -
Q max 25.535 25.535 3.950
Q min 1.176 1.176 1.176
Q rata-rata 4.307 5.454 1.983
Q total 64.601 152.701 27.758
59
60
Lampiran 16 Data laju sedimentasi harian bulan Januari – Maret 2011
Bulan(Ton/Hari)
Tanggal Januari Februari Maret
1 - 0.053062 0.053062041
2 - 0.216667 0.053062041
3 - 0.216667 0.053062041
4 - 3.344736 0.053062041
5 - 7.470085 0.053062041
6 - 7.470085 0.216666912
7 - 2.327897 0.158022553
8 - 0.645250 0.053062041
9 - 0.053062 0.053062041
10 - 0.053062 0.053062041
11 - 0.112768 0.021754583
12 - 0.112768 0.053062041
13 - 0.021755 0.021754583
14 - 0.021755 0.021754583
15 - 0.021755 -
16 - 0.021755 -
17 7.470085 0.034672 -
18 3.344736 0.112768 -
19 0.216667 0.216667 -
20 0.053062 0.216667 -
21 0.021755 0.502095 -
22 0.021755 0.645250 -
23 0.021755 0.645250 -
24 0.021755 0.112768 -
25 0.021755 0.034672 -
26 0.021755 0.021755 -
27 0.021755 0.021755 -
28 0.053062 0.021755 -
29 0.021755 -
30 0.158023 -
31 0.265418 -
Qs Max 7.470085 7.470085 0.216667
Qs Min 0 0 0
Qs rata-
rata 0.782339 0.883900 0.065537
Qs Total 11.735090 24.749199 0.917512
60
61
Lampiran 17 Data tinggi muka air (TMA) tertinggi untuk debit puncak (Qpeak)
Bulan (m)
Tanggal Januari Februari Maret
1 - 0.14 0.13
2 - 0.2 0.14
3 - 0.2 0.14
4 - 0.31 0.33
5 - 0.36 0.14
6 - 0.35 0.1
7 - 0.33 0.16
8 - 0.24 0.14
9 - 0.14 0.14
10 - 0.14 0.13
11 - 0.16 0.12
12 - 0.17 0.15
13 - 0.14 0.11
14 - 0.12 0.10
15 - 0.12 -
16 - 0.14 -
17 0.26 0.14 -
18 0.3 0.15 -
19 0.17 0.19 -
20 0.14 0.21 -
21 0.14 0.25 -
22 0.12 0.22 -
23 0.12 0.21 -
24 0.12 0.15 -
25 0.12 0.15 -
26 0.14 0.12 -
27 0.12 0.12 -
28 0.16 0.12 -
29 0.14
- -
30 0.17
- -
31 0.14
- -
Max 0.30 0.36 0.33
Min 0.12 0.12 0.10
Rata-rata 0.16 0.19 0.15
62
Lampiran 18 Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Kode Tipe Tanah Nilai K
1 Tanah eutropikorganik 0.301
2 Tanah hidromorphic alluvial 0.156
3 Tanah abu-abu alluvial 0.259
4 Tanah alluvial coklatkeabu-abuan 0.315
5 Alluvial abu-abudan alluvial coklatkeabu-abuan 0.193
6 Komplekstanah alluvial abu-abudantanahhumicabu-abu 0.205
7 Komplekstanah alluvial abu-abudantanahhumicrendahabu-abu 0.202
8 Komplektnahhydromorficabu-abudanplanosolcoklatkeabu-abuan 0.301
9 Planosolcoklatkeabu-abuan 0.251
10 Komplektanahlitosoldantanahmediteranmerah 0.215
11 Regosolabu-abu 0.304
12 Komplekregosolabu-abudanlitosol 0.172
13 Regosolcoklat 0.346
14 Regosolcoklatkekunig-kuningan 0.331
15 Regosolabu-abukekuning-kuningan 0.301
16 Komplekregosoldanlitosol 0.302
17 Andosolcoklat 0.278
18 Andosolcoklatkekuning-kunigan 0.223
19 Komplekandosolcoklatdanregosolcoklat 0.271
20 Komplekrensinas, litosoldantanahhutancoklat 0.157
21 Grumosolabu-abu 0.176
22 Grumosolabu-abuhitam 0.187
23 Komplekgrumosol, regosoldantanahmediteran 0.201
24 Komplektanahmediterancoklatdanlitosol 0.323
25 Komplektanahmenditerandangrumosol 0.275
26 Komplektanahmenditerancoklatkemerahandanlitosol 0.188
27 Latosolcoklat 0.175
28 Latosolcoklatkemerahan 0.121
29 Latosolcoklathitamkemerahan 0.058
30 Latosolcoklatkekuningan 0.082
31 Latosolmerah 0.075
32 Latosolmerahkekuningan 0.054
33 Komplekslatosolcoklatdanregosolabu-abu 0.186
34 Komplekslatosolcoklatdankekuningan 0.091
35 Komplekslatosolcoklatkemerahandanlatosolcoklat 0.067
36 Komplekslatosolmerah, latosolcoklatkemerehandanlitosol 0.062
37 Komplekslatosolmerahdanlatosolcoklatkemerahan 0.061
38 Komplekslatosolmerahkekuningan,
latosolcoklatkemerahandanlatosol
0.064
39 Kompleklatosolcoklatkemerahandanlitosol 0.075
40 Komplekslatosolmerahkekuningan,
latosolcoklatpodsolikmerahkekuningandanlitosol
0.116
41 Tanah podsolikkuning 0.167
42 Tanah podsolikmerahkekunigan 0.166
43 Tanah podsolikmerah 0.158
47 Kompleklateritikmerahkekuningandantanahpodsolikmerahkekunin
gan
0.175
63
Kode Tipe Tanah Nilai K
Sumber: PuslitbangPengairan Bandung dalamHendrawan (2004)
Lampiran 19 Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Kemiringan NilaiFaktor LS
0-8 0,25
8-15 1,2
15-25 4,25
25-40 9,5
>40 12
Lampiran 20 Faktor konservasi tanah (P)
No Tindakan Khusus Konservasi tanah Nilai P
1 Teras bangku :
- Konstuksi baik
- Konstruksi sedang
- Konstruksi kurang baik
- Teras tradisional
0,04
0,15
0,35
0,40
2 Strip tumbuhan rumput Bahia 0,40
3 Pengelolahan tanah dan penanaman menurut garis
kontur :
- Kemiringan 0 – 8 %
- Kemiringan 9 – 20 %
- Kemiringan lebih dari 20 %
0,50
0,75
0,90
4 Tanpa tindakan konservasi 1,00
64
Lampiran 21 Faktor penggunaan lahan( C )
No Macam pengunaan lahan Nilai faktor C
1 Tanah terbuka/tanpa tanaman 1,0
2 Sawah 0,01
3 Tegalan tidak dispesifikasi 0,7
4 Ubi kayu 0,8
5 Jagung 0,7
6 Kedelai 0,399
7 Kentang 0,4
8 Kacang tanah 0,2
9 Padi 0,561
10 Tebu 0,2
11 Pisang 0,6
12 Akar wangi (sereh wangi) 0,4
13 Rumput Bede (tahun pertama) 0,287
14 Rumput Bede (tahun kedua) 0,002
15 Kopi dengan penutup tanah buruk 0,2
16 Talas 0,85
17 Kebun Campuran :
- Kerapatan tinggi
- Kerapatan sedang
- Kerapatan rendah
0,1
0,2
0,5
18 Perladangan 0,4
19 Hutan alam :
- Serasah banyak
- Serasah kurang
0,001
0,005
20 Hutan Produksi :
- Tebang habis
- Tebang pilih
0,5
0,2
21 Semak belukar/padang rumput 0,3
22 Ubi kayu + Kedelai 0,181
23 Ubi kayu + kacang tanah 0,195
24 Padi – Sorghum 0,345
25 Padi – Kedelai 0,417
26 Kacang tanah + Gude 0,495
27 Kacang tanah + Kacang tunggak 0,571
28 Kacang tanah + Mulsa jerami 4 ton/ha 0,049
29 Padi + Mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
30 Kacang Tanah + Mulsa jagung 4 ton/ha 0,128
31 Kacang tanah + Mulsa Crotolaria 3 ton/ha 0,136
32 Kacang tanah + Mulsa jerami 2 ton/ha 0,377
33 Padi + Mulsa Clotoria 3 ton/ha 0,387
34 Pola tanam tumpang gilir **) + Mulsa jerami 0,079
35 Pola tanam berurutan ***) + Mulsa sisa tanaman 0,357
36 Alang-alang murni subur 0,001
Sumber : Purwowidodo 1986
65
Lampiran 22 Analisis hubungan laju sedimen MUSLE dan laju sedimen
observasi
Regression Analysis: Log Qs (MUSLE) versus Log Qs (Obs) The regression equation is
Log Qs (MUSLE) = 4.16 + 1.90 Log Qs (Obs)
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 4.1601 0.6883 6.04 0.000
Log Qs (Obs) 1.9044 0.1681 11.33 0.000
S = 0.860931 R-Sq = 70.4% R-Sq(adj) = 69.8%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 95.103 95.103 128.31 0.000
Residual Error 54 40.025 0.741
Total 55 135.128
Unusual Observations
Log
Qs Log Qs
Obs (Obs) (MUSLE) Fit SE Fit Residual St Resid
1 -2.47 -0.771 -0.543 0.287 -0.227 -0.28 X
14 -3.57 -4.558 -2.639 0.139 -1.919 -2.26R
18 -2.47 -0.863 -0.543 0.287 -0.320 -0.39 X
19 -2.12 -0.474 0.121 0.342 -0.595 -0.75 X
20 -2.12 -0.301 0.121 0.342 -0.422 -0.53 X
32 -3.94 -1.460 -3.347 0.116 1.887 2.21R
34 -3.66 -0.934 -2.807 0.131 1.873 2.20R
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Log Qs (Obs)
Log Qs (MUSLE)
-2.0-2.5-3.0-3.5-4.0-4.5-5.0
0
-1
-2
-3
-4
-5
Scatterplot of Log Qs (MUSLE) vs Log Qs (Obs)
66
Lam
pir
an 2
3 T
abel
has
il v
erif
ikas
i dan
opti
mas
i Tank Model
Tan
ggal
Q
Cal
QO
bs
CH
(mm
)
ET
(mm
)
Su
rface
Flo
w
Inte
rmed
iate
d
Flo
w
Su
b-
base
flow
Base
flow
TM
A
Tan
k A
(mm
)
TM
A
Tan
k B
(mm
)
TM
A
Tan
k C
(mm
)
TM
A T
an
k
D (
mm
)
1/1
8/2
01
1
6.5
17
1
6.7
18
3
3
3.9
8
4.7
49
66
6
0.4
45
32
2
0
1.3
22
22
5
5.8
75
05
9
25
.39
45
1
2.1
84
33
9
80
1.1
93
02
1/1
9/2
01
1
2.2
15
3
.95
1
2
4.6
2
0.2
35
79
1
0.6
53
59
8
0
1.3
25
30
2
4.4
86
24
9
31
.25
20
07
3
.14
04
03
8
03
.05
75
76
1/2
0/2
01
1
1.9
66
1
.88
2
5
4.8
3
0
0.6
36
67
0
1
.32
91
15
1
.87
97
97
3
0.7
75
92
8
3.5
82
92
8
05
.36
78
06
1/2
1/2
01
1
1.7
79
1
.17
6
0
5.1
5
0
0.4
46
11
2
0
1.3
32
69
-0
.68
78
4
25
.41
67
44
3
.44
46
9
80
7.5
34
05
4
1/2
2/2
01
1
1.5
67
1
.17
6
0
5.0
1
0
0.2
31
55
0
1
.33
54
7
-1.4
41
82
7
19
.38
24
68
2
.97
32
9
80
9.2
18
69
7
1/2
3/2
01
1
1.3
69
1
.17
6
0
5.0
5
0
0.0
31
63
2
0
1.3
37
22
6
-1.6
83
15
9
13
.76
00
32
2
.36
40
98
8
10
.28
27
99
1/2
4/2
01
1
1.3
38
1
.17
6
1
4.9
6
0
0
0
1.3
37
99
9
-1.3
97
40
4
9.3
86
55
5
1.7
77
91
8
10
.75
07
1
1/2
5/2
01
1
1.3
38
1
.17
6
0
4.8
2
0
0
0
1.3
37
81
9
-1.6
13
02
3
5.0
85
36
5
1.2
09
83
4
81
0.6
41
77
7
1/2
6/2
01
1
1.3
37
1
.17
6
0
4.8
3
0
0
0
1.3
36
74
2
-1.6
81
68
4
1.1
41
67
3
0.6
73
78
8
80
9.9
89
43
4
1/2
7/2
01
1
1.3
35
1
.17
6
0
5.2
2
0
0
0
1.3
34
82
1
-1.7
98
56
4
-2.5
81
94
1
0.1
67
81
9
80
8.8
25
07
5
1/2
8/2
01
1
1.3
33
1
.88
2
6
4.8
2
0
0
0
1.3
32
57
7
0.2
90
29
-1
.70
52
14
-0
.02
66
71
8
07
.46
54
08
1/2
9/2
01
1
1.3
3
1.1
76
1
4
.97
0
0
0
1
.33
00
25
-0
.79
39
25
-3
.09
48
44
-0
.21
27
38
8
05
.91
92
95
1/3
0/2
01
1
1.3
28
3
.34
5
10
4
.7
0
0
0
1.3
27
78
8
1.9
79
22
5
1.2
14
22
5
-0.0
27
26
4
80
4.5
63
81
3
1/3
1/2
01
1
1.3
26
1
.88
2
3
4.9
2
0
0
0
1.3
25
78
3
0.4
12
42
9
1.8
98
34
4
0.1
08
85
8
03
.34
85
95
2/1
/20
11
1
.32
4
1.8
82
7
4
.8
0
0
0
1.3
24
15
3
1.3
11
82
1
4.3
00
17
2
0.3
31
20
6
80
2.3
60
86
4
2/2
/20
11
1
.83
8
3.9
5
17
4
.49
0
.48
01
63
0
.03
45
06
0
1
.32
37
43
4
.56
14
36
1
3.8
40
87
3
1.0
58
77
4
80
2.1
12
56
9
2/3
/20
11
3
.53
4
3.9
5
19
4
.44
1
.76
91
3
0.4
40
02
2
0
1.3
25
21
2
4.9
58
02
2
5.2
45
47
5
2.1
81
04
4
80
3.0
02
74
8
2/4
/20
11
8
.88
4
16
.71
8
36
3
.92
6
.35
67
82
1
.19
74
64
0
1
.32
99
9
6.3
61
58
4
6.5
47
52
2
4.1
59
84
1
80
5.8
98
10
9
2/5
/20
11
1
3.5
11
2
5.5
35
4
1
3.7
8
10
.17
93
38
1
.99
25
12
0
1
.33
89
01
4
.69
31
06
6
8.9
07
19
4
6.6
34
15
9
81
1.2
97
84
2
2/6
/20
11
1
8.2
4
25
.53
5
49
3
.78
1
4.0
65
08
1
2.8
22
14
1
0
1.3
52
45
9
2.9
97
05
1
92
.23
94
02
9
.41
92
23
8
19
.51
29
42
2/7
/20
11
1
1.3
64
1
3.8
1
38
3
.86
6
.51
31
77
3
.23
92
96
0
.24
16
7
1.3
69
61
7
6.2
93
31
7
10
3.9
71
34
6
11
.34
23
88
8
29
.90
98
1 66
67
Tan
ggal
Q
Cal
QO
bs
CH
(mm
)
ET
(mm
)
Su
rface
Flo
w
Inte
rmed
iate
d
Flo
w
Su
b-
base
flow
Base
flow
TM
A
Tan
k A
(mm
)
TM
A
Tan
k B
(mm
)
TM
A
Tan
k C
(mm
)
TM
A T
an
k
D (
mm
)
2/8
/20
11
8
.37
5
7.0
22
2
3
4.3
2
3.2
31
44
1
3.3
10
01
8
0.4
44
65
3
1.3
88
56
6
5.4
07
93
9
10
5.9
60
30
3
12
.22
62
5
84
1.3
91
69
2/9
/20
11
4
.85
3
1.8
82
9
4
.75
0
3
.02
02
88
0
.42
49
55
1
.40
73
07
3
.53
34
38
9
7.8
12
01
9
12
.14
04
78
8
52
.74
76
99
2/1
0/2
01
1
4.3
46
1
.88
2
5
4.8
8
0
2.6
38
36
6
0.2
83
09
2
1.4
24
74
6
1.5
74
96
8
7.0
70
98
7
11
.52
27
58
8
63
.31
47
23
2/1
1/2
01
1
4.0
01
2
.8
11
4
.69
0
2
.41
29
1
0.1
46
80
6
1.4
40
93
5
3.0
46
78
8
0.7
30
33
7
10
.92
93
18
8
73
.12
43
41
2/1
2/2
01
1
3.9
31
2
.8
14
4
.6
0.0
92
02
8
2.3
22
23
1
0.0
60
02
7
1.4
56
32
4
.44
20
16
7
8.1
80
09
4
10
.55
14
5
88
2.4
46
61
2/1
3/2
01
1
3.4
2
1.1
76
0
4
.63
0
1
.94
93
27
0
1
.47
01
94
0
.22
66
03
6
7.6
92
66
1
9.7
23
91
8
89
0.8
53
46
9
2/1
4/2
01
1
3.0
13
1
.17
6
0
5.2
5
0
1.5
31
42
9
0
1.4
82
04
5
-1.2
20
00
6
55
.93
98
28
8
.52
88
08
8
98
.03
45
46
2/1
5/2
01
1
2.6
35
1
.17
6
0
5.2
9
0
1.1
43
15
2
0
1.4
91
66
4
-1.6
74
00
3
45
.02
00
66
7
.20
69
6
90
3.8
63
33
8
2/1
6/2
01
1
2.3
02
1
.17
6
0
5.2
1
0
0.8
03
11
4
0
1.4
99
10
2
-1.7
93
74
9
35
.45
69
42
5
.91
28
9
08
.37
01
52
2/1
7/2
01
1
2.1
84
1
.50
4
7
4.8
2
0
0.6
78
70
3
0
1.5
05
06
2
0.6
29
51
6
31
.95
80
43
5
.03
72
02
9
11
.98
16
19
2/1
8/2
01
1
3.8
38
2
.8
21
4
.39
1
.37
18
65
0
.95
49
33
0
1
.51
11
53
4
.83
57
91
3
9.7
26
66
2
5.1
21
42
8
91
5.6
72
54
7
2/1
9/2
01
1
2.5
84
3
.95
1
2
4.6
7
0
1.0
66
39
2
0
1.5
17
65
4
4.3
90
65
8
42
.86
12
89
5
.37
24
68
9
19
.61
19
66
2/2
0/2
01
1
8.6
3
.95
3
3
4.0
2
5.4
23
85
7
1.6
49
64
7
0
1.5
26
18
6
6.0
82
49
3
59
.26
45
5
6.5
92
02
8
92
4.7
81
62
2/2
1/2
01
1
8.6
77
6
.15
2
30
4
.12
5
.02
74
75
2
.11
25
55
0
1
.53
71
71
5
.96
05
36
7
2.2
83
23
3
8.0
66
12
3
93
1.4
37
59
9
2/2
2/2
01
1
13
.00
6
7.0
22
3
9
3.8
4
8.7
35
95
8
2.7
18
77
8
0
1.5
51
26
6
5.3
23
11
3
89
.33
24
63
9
.93
55
56
9
39
.97
83
57
2/2
3/2
01
1
7.5
65
7
.02
2
23
4
.33
3
.00
17
59
2
.84
45
79
0
.15
11
07
1
.56
72
85
5
.33
72
7
92
.87
04
32
1
0.9
48
04
5
94
9.6
85
01
4
2/2
4/2
01
1
4.4
35
2
.8
11
4
.7
0
2.6
68
19
8
0.1
83
07
1
1.5
83
56
4
4.1
99
51
6
87
.90
99
51
1
1.0
87
22
6
95
9.5
49
23
5
2/2
5/2
01
1
4.0
99
1
.50
4
7
4.8
2
0
2.3
98
82
9
0.1
01
51
6
1.5
99
08
5
2.4
69
70
9
80
.33
43
03
1
0.7
32
10
7
96
8.9
54
38
1
2/2
6/2
01
1
3.6
74
1
.17
6
4
4.9
1
0
2.0
61
19
2
0
1.6
13
22
6
0.9
03
23
3
70
.83
87
21
1
0.0
23
56
9
77
.52
25
68
2/2
7/2
01
1
3.2
77
1
.17
6
0
4.6
5
0
1.6
51
38
5
0
1.6
25
46
7
-0.8
64
87
5
9.3
13
45
7
8.9
02
67
1
98
4.9
39
97
2
2/2
8/2
01
1
2.8
94
1
.17
6
0
4.9
6
0
1.2
58
70
6
0
1.6
35
52
3
-1.4
83
90
1
48
.26
98
68
7
.60
93
75
9
91
.03
36
58
3/1
/20
11
2
.74
2
1.8
82
8
4
.79
0
1
.09
82
51
0
1
.64
39
85
1
.06
97
7
43
.75
72
67
6
.66
65
35
9
96
.16
11
93
3/2
/20
11
2
.54
8
1.8
82
3
4
.94
0
0
.89
65
54
0
1
.65
10
17
0
.12
82
74
3
8.0
84
83
3
5.8
20
12
7
10
00
.42
19
6
67
68
Tan
ggal
Q
Cal
QO
bs
CH
(mm
)
ET
(mm
)
Su
rface
Flo
w
Inte
rmed
iate
d
Flo
w
Su
b-
base
flow
Base
flow
TM
A
Tan
k A
(mm
)
TM
A
Tan
k B
(mm
)
TM
A
Tan
k C
(mm
)
TM
A T
an
k
D (
mm
)
3/3
/20
11
2
.28
5
1.8
82
0
5
.33
0
0
.62
82
98
0
1
.65
64
91
-1
.26
98
48
3
0.5
40
47
8
4.8
96
59
6
10
03
.73
91
77
3/4
/20
11
2
.15
4
1.8
82
5
4
.87
0
0
.49
31
67
0
1
.66
07
65
0
.10
25
99
2
6.7
40
08
2
4.1
84
73
8
10
06
.32
90
52
3/5
/20
11
1
.94
8
1.8
82
0
5
.26
0
0
.28
41
96
0
1
.66
37
85
-1
.26
05
37
2
0.8
63
07
3
3.4
39
26
3
10
08
.15
86
92
3/6
/20
11
2
.07
9
3.9
5
14
4
.59
0
0
.41
24
73
0
1
.66
65
84
3
.21
39
66
2
4.4
70
69
2
3.3
10
26
8
10
09
.85
45
07
3/7
/20
11
2
.09
6
3.3
45
6
4
.83
0
0
.42
69
74
0
1
.66
93
16
1
.82
68
99
2
4.8
78
50
5
3.2
73
49
9
10
11
.51
02
41
3/8
/20
11
1
.96
3
1.8
82
1
4
.98
0
0
.29
18
16
0
1
.67
15
89
-0
.32
45
76
2
1.0
77
37
7
3.0
01
50
8
10
12
.88
74
29
3/9
/20
11
1
.89
9
1.8
82
5
4
.86
0
0
.22
56
78
0
1
.67
34
24
0
.39
52
95
1
9.2
17
33
5
2.7
42
40
6
10
13
.99
95
99
3/1
0/2
01
1
1.7
64
1
.88
2
1
4.9
8
0
0.0
89
64
1
0
1.6
74
61
4
-0.7
64
14
1
15
.39
14
62
2
.35
84
66
1
01
4.7
20
59
2
3/1
1/2
01
1
1.6
75
1
.17
6
0
4.9
0
0
0
1
.67
49
73
-1
.43
82
35
1
0.7
48
81
8
1.8
62
93
4
10
14
.93
78
91
3/1
2/2
01
1
1.6
75
1
.88
2
8
4.7
6
0
0
0
1.6
75
02
1
1.0
91
16
1
11
.69
21
09
1
.67
79
11
1
01
4.9
67
20
5
3/1
3/2
01
1
1.6
75
1
.17
6
1
4.9
7
0
0
0
1.6
74
65
3
-0.5
48
02
3
9.2
52
93
5
1.4
28
88
4
10
14
.74
39
38
3/1
4/2
01
1
1.6
74
1
.17
6
0
5.3
7
0
0
0
1.6
73
64
3
-1.4
87
32
6
5.2
18
17
1
.04
52
45
1
01
4.1
32
00
1
68