PENENTUAN KARAKTERISTIK MINYAK DAUN CENGKEH
(SYZYGIUM AROMATICUM) YANG DIJUAL SECARA ONLINE
TUGAS AKHIR
Oleh:
YUDHI ANHARI PUTRA
NIM 162410003
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PENENTUAN KARAKTERISTIK MINYAK DAUN CENGKEH
(SYZYGIUM AROMATICUM) YANG DIJUAL SECARA ONLINE
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
YUDHI ANHARI PUTRA
NIM 162410003
Medan, Agustus 2019.
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Henny Sri Wahyuni S.Fram.,M.Si., Apt
NIP. 198509222018032001
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP. 195707231986012001
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul “Penentuan Karakteristik Minyak Daun Cengkeh (Syzygium
Aromaticum) yang Dijual Secara Online”.
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Analis Farmasi dan Makanan di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang dilakukan penulis selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Unit Pelayanan Terpadu Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB )
Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Wakil
Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Diloma III Analis Farmasi dan Makanan
iv
4. Ibu Ir. Novira Dwi Shanty Artsiwi selaku kepala UPT. PSMB Medan,
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan.
5. Ibu Tuti Alawiyah S.P selaku Manager Teknis Pengujian UPT. Pengujian
dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan, yang telah memberi fasilitas
kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
6. Ibu Henny Sri Wahyuni, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam peyusunan laporan ini.
7. Seluruh staf dan pegawai UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang Medan, yang telah membantu kami dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan.
8. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
Kami menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, kami
menerima kritikan dan saran yang membangun. Akhir kata semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2019.
Yudhi Anhari Putra Lubis
Nim : 164210003
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yudhi Anhari Putra
Nomor Induk Mahasiswa : 162410003
Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan
Judul Tugas Akhir : Penentuan Karakteristik Minyak Daun Cengkeh
(Syzygium aromaticum) yang Dibeli Secara Online
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, Agustus 2019.
Yang Menyatakan,
Yudhi Anhari Putra
NIM 162410003
vi
Penentuan Karakterisasi Minyak Daun Cengkeh
(Syzygium aromaticum) yang Dijual Secara Online
Abstrak
Latar Belakang: Minyak daun cengkeh merupakan salah satu komoditif
pertanian yang bernilai ekonomis tinggi dan tampil sebagai mata dagang ekspor
yang menerobos ke berbagai pasar mancanegara. Minyak daun cengkeh
mempunyai berbagai kegunaan diantaranya dalam industri farmasi dan
kesehatan sebagai anestetik dan mikrobiologi, dalam industri parfum dan
lainnya sebagainya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari minyak
daun cengkeh (syzygium aromaticum) yang dijual secara online memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Metode: Sampel yang digunakan adalah minyak daun cengkeh yang dibeli dari
instagram “ Jual Minyak Atsiri”. Karakterisasi minyak daun cengkeh pada
penelitian ini dilakukan sesuai prosedur SNI 06-2387-2006 dengan parameter
uji mutu yaitu : keadaan (warna dan bau), bobot jenis, indeks bias, kelarutan
dalam etanol dan eugenol total.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak daun cengkeh memiliki
warna coklat muda, bau khas minyak cengkeh (tidak terlalu tajam), bobot jenis
dengan nilai 1,04026, indeks bias dengan nilai 1,533, kelarutan dalam etanol
70% dengan nilai 1:2 jernih, dan eugenol total sebesar 90%. Persyaratan yang
di tentukan SNI 062387-2006 adalah memiliki warna kuning – coklat tua, Bau
khas minyak cengkeh, bobot jenis dengan nilai 1,025 – 1,049; indeks bias
dengan nilai 1,528 - 1,535;kelarutan dalam etanol 70% dengan nilai 1 : 2 jernih
dan eugenol total minimun sebesar 78%. Minyak daun cengkeh pada penelitian
ini menunjukkan karakteristik yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam SNI 06-2387-2006.
Kata kunci: Karakteristik, minyak daun cengkeh, indeks bias, eugenol.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1. Tanaman Cengkeh .................................................................................... 3
2.1.1. Sistematika ............................................................................................ 3
2.1.2. Nama Daerah .......................................................................................... 3
2.1.3. Marfologi Tanaman ................................................................................ 3
2.2. Pengertian Minyak Atsiri .......................................................................... 4
2.2.1. Minyak Atsiri ......................................................................................... 4
2.2.2. Sumber Minyak Atsiri ............................................................................ 6
2.2.3. Cara Pengeambilan Minyak Atsiri ......................................................... 7
2.2.4. Komposisi Kimiawi Minyak Atsiri ........................................................ 9
2.3. Minyak Daun Cengkeh ............................................................................. 10
viii
2.3.1. Defemisi Minyak Daun Cengkeh ........................................................... 10
2.4. Mutu Cengkeh ........................................................................................... 12
2.4.1. Organoleptis (Warna dan Bau)............................................................... 13
2.4.2. Indeks Bias ............................................................................................. 14
2.4.3. Kelarutan Dalam Etanol ......................................................................... 15
2.4.4. Eugenol Total ......................................................................................... 15
BAB III METODE .......................................................................................... 17
3.1. Tempat dan Waktu .................................................................................... 17
3.2. Pengambilan Sampel ................................................................................. 17
3.3. Alat ............................................................................................................ 17
3.4. Bahan......................................................................................................... 17
3.5. Prosedur..................................................................................................... 17
3.5.1. Prosedur Pengamatan Warna dan Bau Minyak Daun Cengkeh ............. 17
3.5.2. Prosedur Penentuan bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh .................... 18
3.5.3. Prosedur Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh .................... 19
3.5.4. Prosedur Penentuan Kelarutan Etanol Minyak Daun Cengkeh ........... 19
3.5.5. Prosedur Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh ................ 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 20
4.1.1. Hasil ....................................................................................................... 20
4.1.1. Hasil Pengamatan Warna dan Bau Minyak Daun Cengkeh................... 20
4.1.2. Hasil Penentuan bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh .......................... 20
4.1.3. Hasil Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh .......................... 21
4.1.4. Hasil Kelarutan Etanol Minyak Daun Cengkeh ................................... 21
4.1.5. Hasil Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh ...................... 21
ix
4.2. Pembahasan ............................................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 24
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 24
5.2. Saran ......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
x
DAFTAR TABEL
Tabel
2.4. Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh SNI 06-2387-2006 ......... 13
4.1 Data pengujian bau dan warna daun cengkeh............................................. 20
4.2. Data pengujian bobot jenis minyak daun cengkeh .................................... 20
4.3. Hasil uji minyak daun cengkeh .................................................................. 21
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.2. Isoprena...................................................................................................... 9
2.4. Eugenol ...................................................................................................... 16
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Persyaratan Pengujian Minyak Daun Cengkeh .................................. 27
2. Pengujian Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh ................................. 28
3. Pengujian Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh ............................. 29
4. Gambar Pengujuan Minyak Daun Cengkeh ...................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, minyak menguap, minyak essential
karena mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki bau seperti tanaman
asalnya (khas), dan merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan.
Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan
karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum,
kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat (Muchtaridi, 1996).
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold ke
Villanova. Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada
tahun 1760-1770. Komponen minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak
melebihi 300 senyawa. Untuk memperoleh minyak atsiri biasanya diterapkan
dengan cara seperti, penyulingan, pemerasan/ekstraksi, ekstraksi dengan minyak
menguap, atau pengikat lemak padat (Agoes, 2007).
Hampir seluruh tanaman penghasil minyak atsiri yang tumbuh di wilayah
Indonesia sudah dikenal sebagian masyarakat. Indonesia menduduki peringkat
tertinggi dalam perdagangan dan penghasil sebagian besar minyak atsiri, salah
satunya minyak daun cengkeh (Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak daun cengkeh dapat dihasilkan dengan cara penyulingan dari daun
cengkeh yang telah luruh. Umumnya penyulingan minyak daun cengkeh di
Indonesia merupakan industri tradisional yang dikelola oleh petani cengkeh, para
petani lebih suka menjual bunga cengkeh langsung dari pada melakukan
penyulingan bunga cengkeh (Widayat, 2012).
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan uji minyak daun cengkeh ini adalah :
1. Untuk mengetahui parameter mutu yang diuji di Laboratorium Minyak
Atsiri dan Bahan Penyegar apakah sesuai dengan standar mutu.
2. Untuk mengetahui minyak daun cengkeh yang diuji apakah telah
memenuhi persyarat SNI 06-2387- 2006 atau tidak.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat uji minyak daun cengkeh ini adalah :
1. Dapat mengetahui parameter mutu yang diuji di Laboratorium Minyak
Atsiri dan Bahan Penyegar apakah sesuai dengan standar mutu.
2. Dapat mengetahui minyak daun cengkeh yang diuji apakah telah
memenuhi syarat atau tidak, sehingga penulis dapat menginformasikan
kepada masyarakat bahwa minyak daun cengkeh yang di jual secara
online apakah telah memenuhi persyaratan SNI 06-2387- 2006 atau
tidak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cengkeh
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Tanaman cengkeh memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : angiospermae
Klas : Dicoledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : eugenia
Spesies : Eugeni aromaticum ; syzygium aromaticum
(Hapsoh, 2011).
2.1.2 Nama Daerah
Cengkeh (Syzygium aromaticum / Eugeni aromaticum) memiliki beberapa
nama seperti cloves (Ingris); cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda); wunga lawang
(Bali); cengkih (Lampung); seke (Nias); bunge lawang (Gayo); cengke (Bugis);
sinke (Flores); dan gomade (Halmahera) (Agoes, 2010).
2.1.3 Marfologi tanaman
Tajuk tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau
piramida ganda, dengan batang utama yang menjulang ke atas cabang–cabangnya
sangat banyak dan rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang
4
relatif kecil jika dibandingkan batang utamanya, daunnya kuku berwarna hijau
atau hijau kemerahan, dan berbentuk elips dengan kedua ujung yang runcing
(Jaelani, 2009).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan rantai
pendek. Tangkai buah pada awalnya berwana hijau dan merah jika bunga sudah
mekar, pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu–unguan,
kemudian berubah menjadi kehijau–hijauan dan berubah lagi menjadi merah
muda ketika sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman
serta berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama
kali berbuah sekitaran 4-7 tahun (Hapsoh, 2011).
Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar
serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang
relatif besar, bedanya akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit
bercabang, sedang akar lateral tumbuh menyamping dan bercabang, akar serabut
berukuran kecil, sangat panjang, tumbuh menyamping ke bawah dengan jumlah
yang sangat banyak. Akar serabut ini memiliki akar rambut berukuran sangat kecil
yang berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara dari dalam tanah (Najiyati,
1991).
2.2 Minyak Atsiri
2.2.1 Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, minyak menguap, minyak
essential karena mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki bau seperti
tanaman asalnya (khas), dan merupakan zat yang memberikan aroma pada
5
tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan
dengan karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai
parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat (Muchtaridi, 1996).
Minyak atsiri juga disebut minyak eteris minyak mudah menguap dan
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Minyak ini digunakan dalam berbagai bahan
baku industri. Misalnya, industri parfum, kosmetik, farmasi. Misalnya, minyak
nilam, minyak akarwangi, dan minyak cendan, minyak yang berasal dari rempah-
rempah adalah minyak cengkeh, minyak pala, minyak kayu manis (Keteran,
1985).
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial. Istilah
esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam
keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsri umumnya tidak
berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan
membentuk resin sehingga warnanya berubah menjadi gelap tua (Gunawan,
2004).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tertentu seperti akar, batang,
kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsri yang menonojol antara lain
mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya dapat larut dengan pelarut
organik (Lutony, 1994).
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya
dalam bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan velotile oils. Dalam
bahasa indonesia ada yang menyebutkan minyak terbang, bahkan ada pula yang
6
menyebutkan minyak kabur. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri mudah
menguap apabila dibiarkan dalam keadaan terbuka (Lutony, 1994).
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut
kelenjar (pada famili libiatae), di dalam sel parenkim (misalnya famili piperacea),
di dalam saluran minyak yang disebut vittae (famili umbelliferae), di dalam
rongga-rongga skizogen dan lisegen (pada famili pinaceae dan rutacea),
terkandung di dalam semua jaringan (pada famili coniferae), pada bunga mawar
terkandung pada mahkota bunga, pada kayu manis (simon) banyak ditemui pada
kulit batang (korteks) pada famili umbillifirae banyak terdapat pada dinding buah,
pada Menthae sp terdapat dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada
jeruk terdapat dalam kulit buah dan dalam helai daun (Gunawan, 2004).
Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup,
senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung
merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-
syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral. Senyawa-senyawa
berbau harum atau fragrance dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah
terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor. Minyak atsiri diisolasi
dengan cara penyulingan, pengepresan ekstraksi dengan pelarut yang mudah
menguap, dan ekstrak dengan lemak padat khusus mengekstraksi minyak bunga-
bunga untuk mendapatkan rendemen yang tinggi (Muchtaridi, 1996).
2.2.2 Sumber Minyak Atsiri
Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini
dapat dijadikan sebagai ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap
tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata
7
lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang
spesifik. Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang
mirip, tetapi tidak persis sama, dan sangat bergantung pada komponen kimia
penyusun minyak tersebut. Perlu diingat bahwa tidak semua jenis tumbuhan
menghasilkan minyak atsiri. Hanya tumbuhan yang memiiki sel glandula sajalah
yang bisa menghasilkan minyak atsiri. (Agusta, 2000).
Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae,
Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiatae adalah
famili tumbuhan yang sangat populer sebagai hasil minyak atsiri. Indonesia
dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari
berpuluh famili, termasuk famili tumbuhan yang potensial sebagai penghasil
minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya
yang dimiliki Indonesia (Agusta, 2000).
Banyak jenis tumbuhan minyak atsiri yang kurang mengandung bau
(aroma) dan tidak menguap. Misalnya kelapa sawit dan wijen, disebut juga
minyak nabati atau minya tetap (fixed oil). Sebaliknya, terdapat aneka minyak
tumbuhan yang sangat mengandung aroma atau mudah menguap. Minyak ini
dikenal sebagai minyak atsiri esensial oil (Harris, 1987).
Minyak atsiri mengandung campuran pelik dari bahan-bahan hayati yang
terdapat di dalamnya adalah aldehid, alkohol, ester, ketone, dan terpene. Bahan-
bahan ini kemungkinan merupakan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan.
Digunakan oleh tumbuh-tumbuhan untuk menjalankan peran ganda, seperti
menarik serangga yang membantu penyerbukan, serta pengusir serangga perusak
(Harris, 1987).
8
2.2.3 Cara Pengambilan Minyak atsiri
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold ke
Villanova. Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada
tahun 1760-1770. Komponen minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak
melebihi 300 senyawa. Untuk memperoleh minyak atsiri biasanya diterapkan
dengan cara, seperti penyulingan, pemerasan/ekstraksi, ekstraksi dengan minyak
menguap, atau pengikat lemak padat (Agoes, 2007).
Minyak daun cengkeh dapat dihasilkan dengan cara penyulingan dari daun
cengkeh yang telah luruh. Umumnya penyulingan minyak daun cengkeh di
Indonesia merupakan industri tradisional yang dikelola oleh petani cengkeh, para
petani lebih suka menjual bunga cengkeh langsung dari pada melakukan
penyulingan bunga cengkeh (Widayat, 2012).
Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dapat dilakukann dengan
tiga cara yaitu :
1. Penyulingan Menggunakan Uap Air
Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak
yang tertua, namun masih paling banyak digunakan. Peningalan-peninggalan
sejarah menunjukkan bahwa bangsa Mesir dan India kuno sudah mengenal alat
penyulingan. Akan tetapi cara ini hanya cocok untuk minyak- minyak tanaman
yang tidak rusak oleh panas air. Misalnya minyak mawar, kenanga, salisih,
cempaka, cengkeh, nilam, dan jahe (Harris, 1987).
2. Ekstarsi Menggunakan Pelarut
Ekstraksi menggunakan pelarut adalah cara pengambilan minyak yang
lebih “ halus” dari pada penyulingan menggunakan uap air. Cara ini cocok untuk
9
mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap
(Harris, 1987).
Ekstraksi menggunakan pelarut diperkenalkan oleh Millon pada tahun 1958,
namun gagal karena bahan pelarut yang mahal. Sekitar tahun 1980, barulah teknik
million berhasil digunakan secara komersil, karena bahan pelarut tidak terbuang
dan dapat digunakan berulang kali. Sampai sekarang teknik ini masih dipakai,
dengan menggunakan bahan-bahan pelarut yang lazim yaitu : Chloroform, eter,
ecetone, alkohol, dan ether minyak bumi. Meskipun diektraksi menggunakan
pelarut belum dapat langsung digunakan sebagai parfum masih harus dipisahkan
unsurnya yang kurang mudah menguap dengan cara penyulingan tekanan udara
yang dikurangi (Harris, 1978).
3. Pengepresan
Proses penyulingan di lakukan terhadap bahan tanaman dari famili citrus
karena minyak dari famili tersebut kerusakan jika diisolasi dengan cara
penyulingan (Muchtariadi, 2015).
2.2.4 Komposisi Kimiawi Minyak atsiri
Hampir semua kandungan kimia dari minyak atsiri merupakan golongan
terpena. Terpena biasanya merujuk ke molekul hidrokarbon yang mengandung
isoprone (2-methylbuya–1,3–diaena) yang terlihat pada gambar 3.2. Unit isoprene
yang dapat disintesis oleh beberapa jalur memiliki lima atom karbon. Dua
molekul dari isoprena masing–masing merupakan monoterpenes, sisquiterpenes,
yang mengandung tiga molekul isoprena, 4 isoprena memberikan ditriprena, 5
isoprena memberikan sesquiterpena. Unit isoprena diproduksi melalui proses
biosintesis melalui jalur mevalat. Mekanisme jalur mevalat melibatkan dua
10
molekul yaitu subunit acetyl–CoA melalui enzim acetyl-CoA transferase untuk
membentuk Aca toacatyl–CoA (Muchtariadi, 2015).
Gambar 2.2 Isopren
2.3 Minyak Daun Cengkeh
2.3.1 Defenisi Daun Cengkeh
Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas India
atau garam masakan. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan sebagai
obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering digunakan
sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat lendir usus
dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih (Waluyo, 2004).
Cengkeh merupakan salah satu tanaman tropis yang berbentuk pohon.
Tinggi pohonnya bisa mencapai 10 meter bahkan lebih. Cengkeh tumbuh di tanah
yang gembur atau sekurang-kurangnya sedalam dua meter dari permukaan tanah,
keadan air setidaknya tiga meter di bawah permukaan tanah (Lutony, 1994).
Tanah yang beraksi asam dengan pH 4,5 masih dapat dipakai untuk
penanaman cengkeh. Cengkeh juga masih bisa ditanam sampai ketinggian 900
meter di atas permukaan laut. Tanah yang baik untuk menanam cengkeh
umumnya mempunyai warna merah kecoklatan, coklat, atau kehitam-hitaman
(Lutony, 1994).
11
Minyak atsiri dari tanaman cengkeh dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leave oil), minyak
tangkai cengkeh (clove steam oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil), minyak
daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan
di Indonesia dengan cara penyulingan. Minyak daun cengkeh berupa cairan
bening sampai kekuning–kuningan, mempunyai rasa pedas, dan berbau aroma
khas cengkeh, warnanya menjadi coklat atau ungu jika terjadi kontak dengan besi
atau akibat penyimpanan. Minyak cengkeh di peroleh dengan cara penyulingan
atau destilasi buah atau daun. Komponen kimia utama yang terkandung adalah
eugenol. Negara produsen pertama yaitu Indonesia, Madagaskar, Filipina (Agusta,
2000).
Bahan baku minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh gugur karena
selain nilai ekonominya rendah juga tidak merusak tanaman. Dari tanaman yang
berumur lebih dari 20 tahun, setiap seminggu dapat terkumpul daun kering. Tidak
terdapat perbedaan yang nyata kadar minyak daun cengkeh tipe Zimbaran,
Sikotok, dan Ambon (Bustaman, 2011).
Cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Diseludupkan untuk
dibudidayakan di Malagasia dan Tanzania oleh para pedagang Arab, ketika VOC
memonopoli perdagangan cengkeh Maluku. Sekarang, cengkeh dibudidayakan
hampir di seluruh Indonesia, untuk mencukupi rokok kretek. Kuntum bunga
cengkeh dapat dijual dalam bentuk kering utuh, serbuk oleorsin atau minyak
(clove oil.) Clove oil merupakan hasil penyulingan serbuk kuntum cengkeh
kering, yang memiliki kandungan eugenol 90% (Harris,1987).
12
Minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi seperti stimulan, anastesi
lokal, karminatif, antiseptik, selain itu dapat menekan dan mematikan
pertumbuhan messelium jamur, koloni bakteri, dan nematoda sehingga dapat
digunakan sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, dan inteksida (Guenther,
1990).
Eugenol dari minyak daun cengkeh dapat dibuat menjadi obat kumur,
pasta gigi, penambal gigi, balsem, dan penghambat pertumbuhan jamur patogen.
Keunggulan eugenol dari bahan kimia lainnya adalah mudah proses induksinya,
waktu pemulihan kesadaran lebih lama, dan harganya lebih murah (Bustaman,
2011).
Minyak cengkeh toksik terhadap sel tubuh manusia, jika tertelan dalam
jumlah yang cukup atau disuntikan, telah terbukti menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa, dan dosis oral yang mematikan adalah 3,75/g BB. Karena
menyebabkan toksin terhadap hati dan sistem saraf (Kemenkes RI, 2014).
2.4 Mutu Cengkeh
Komponen yang terkandung dalam cengkeh adalah terpena dan
turunannya, sama dengan komponen yang terdapat dalam minyak atsiri lainnya.
Terpena sangatlah penting dalam kegiatan industri. Komponen ini banyak
digunakan dalam parfum, flavor, obat-obatan, cat plastik dan lain sebagainya.
Jenis terpena yang terpenting dalam minyak cengkeh yaitu eugenol yang
mencapai 70-90%, terpena lainnya berupa eugenol asetet dan caryophylene.
Ketiga senyawa terpena tersebut menjadi komponen utama penyusun minyak
13
cengkeh dengan kadar total dapat mencapai 99% dari minyak atsiri yang
dikandungnya (Lutony, 1994).
Bahan baku minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh gugur karena
selain nilai ekonominya rendah juga tidak merusak tanaman. Dari tanaman yang
berumur lebih dari 20 tahun, setiap seminggu dapat terkumpul daun kering. Tidak
terdapat perbedaan yang nyata kadar minyak daun cengkeh tipe Zimbaran,
Sikotok, dan Ambon (Bustaman, 2011).
Minyak atsiri sangat mudah teridentifikasi jika terdapat di dalam tanaman.
Untuk studi literatur terkadang cukup tanpa melakukan uji pendahuluan secara
kimiawi/fisik. Minyak atsiri terkadang cukup terkadang dengan cara organoleptis
atau mengenal bau dan warnanya, cara yang paling mudah adalah dengan cara
meneteskan komponen ekstrak terlihat akan memisah pada kertas perkamen.
Cukup banyak komponen herbal yang berkhasiat adalah uapnya yakni minyak
atsiri herbal thymi, selasih, cengkeh, buah kayu putih, bahkan beberapa rimpang-
rimpang (Saifuddin, 2011).
Standar nasional indonesia (SNI) dibuat oleh Badan Nasional Indonesia atau
BSN. SNI daun cengkeh yang berlaku di Indonesia adalah SNI 06–2387-2006.
Tabel 2.4 Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh SNI 06-2387-2006
NO Jenis uji Satuan Persyaratan 1
2
Warna
Bau
- -
Kuning – coklat tua
Khas minyak cengkeh
3 Bobot jenis 20ºC/20ºC - 1,025 – 1,049
4 Indeks bias (nD20) - 1,528 – 1,535
5 Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2 jernih
6 Eugenol total %, V/V Minumum 78%
7 Beta caryophillena % Maksimum 17
14
Mutu cengkeh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan
tumbuhan, varietas, dan cara pengolahannya, cengkeh yang bermutu baik maka
nilai jualnya akan lebih mahal. Sebagai komoditas perdagangan, pada masa yang
lalu diatur tata niaga oleh pemerintah (Ruhnayati, 2004).
2.4.1 Organoleptis ( Warna dan Bau)
Minyak cengkeh, dapat dipasarkan sendiri. Patokan mutunya adalah cairan
berwarna kuning sampai coklat muda, bila menyentuh ataupun terkontaminasi
besi berubah menjadi coklat ungu tua; bau mirip tetapi tidak seharum minyak
cengkeh pada umumnya (Harris, 1987).
Metode penilaian suatu komuditas yang menggunakan panca indra disebut
penilaian organoleptik uji sensori. Penilaian dengan indra banyak digunakan
untuk menilai komoditas pertanian ataupun bahan pangan. Data hasil uji
organoleptik kini dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode uji
kualitatif. Hasil uji diperoleh menunjukakan pengaruh yang berbeda tergantung
oleh perlakuan (Soekarto, 1981).
2.4.2 Indeks Bias
Indeks bias suatu zat (n) adalah perbandingan antara kecepatan cahaya
dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya zat tersebut. Harga indeks bias
berubah–ubah tergantung dengan kecepatan cahaya yang digunakan dalam
pengukuran. Indeks bias juga dapat didefenisikan sebagai perbandingan sinar
sudut datang sesuai dengan sudut bias (Sudarmadji, 1989).
Penentuan indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu
minyak. Nilai indeks bias akan meningkat tergantung pada rantai karbon dan
15
terdapat sejumlah pada ikatan rangkap, alat yang digunakan menentukan indeks
bias minyak adalah refaktofotometer. Penentuan indeks bias minyak pada suhu
25ºC (Sudarmadji,1989).
Minyak hasil suling daun cengkeh mendapatkan pasaran ekspor luas.
Ekspor minyak daun cengkeh ini sekarang berasal dari Malagasi dan indonesia
(sekitar 400 ton sampai 900 ton pertahunnya). EOA (Essential Oil Assaciation)
menetapkan patokan mutu indeks bias minyak daun cengkeh adalah 1,5310
sampai 1,5350 (Harris, 1987).
2.4.3 Kelarutan dalam Etanol
Kelarutan digunakan untuk menyatakan kelarutan zat kimia. Kelarutan
adalah suatu zat yang dapat larut dalam jumlah zat pelarut tertentu. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20ºC,
kemudian dinyatakan lain menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat padat atau
satu bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut (Depkes
RI, 1979).
Banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air.
Maka kelarutan dapat dengan mudah diketahui dengan menggunakan alkohol
dalam berbagai konsentrsi. Menentukan kelarutan minyak, tergantung juga pada
kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan
komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol dari pada yang kaya akan
terpen. Kelarutan minyak dapat juga pengaruh umur, hal ini disebabkan karena
polimerisasi menurunkan daya kelarutan (Guenther, 1987).
Minyak hasil suling daun cengkeh mendapatkan pasaran ekspor luas.
Ekspor minyak daun cengkeh ini sekarang berasal dari Malagasi dan indonesia
16
(sekitar 400 ton sampai 900 ton pertahunnya). EOA (Essential Oil Assaciation)
menetapkan patokan mutu kelarutan etanol minyak daun cengkeh adalah larut
dalam dua volume, kerap terjadi opelasensi bila ditambah pelarut (Harris, 1987).
2.4.4 Eugenol Total
Eugenol merupakan komponen yang sangat penting bagi industri di bidang
makanan maupun obat–obatan. Kegunaan utamanya adalah penghambat
perkembang biakan jamur dan bakteri, eugenol dapat digunakan sebab obat sakit
gigi dan peptisida nabati dan juga diproses lebih lanjut akan dapat digunakan
sebagai pembuatan parfum dan fanila sintesis (Ruhnayati, 2002).
Eugenol komponen utama minyak daun cengkeh. Eugenol yang
konsentrasi atau persentasinya semakin meningkat memiliki kegunaan untuk obat-
obatan, kosmetik, antibakteri, yang digunakan untuk melawan penyakit hama
pada tanaman. Turunan dari eugenol seperti isoeugenol, metil eugenol, dan vanilin
sintesis juga memiliki kegunaan dalam industri farmasi, penyedap, parfum, dan
plavor. Eugenol dari minyak daun cengkeh juga dapat dibuat menjadi obat kumur,
pasta gigi, penambal gigi, balsem, dan penghambat pertumbuhan jamur patogen,
(Putri,2014; Bustaman, 2011).
Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat
tambahan rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol.
Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-senyawa
fenol. Berat molekul 164,20 dan titik didih 250-255°C. Warnanya bening hingga
kuning pucat, kental seperti minyak. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah
larut pada pelarut organik (alkohol, eter dan kloroform). Eugenol memberikan bau
dan aroma yang khas pada minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai rasa
17
pedas. Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara
terbuka (Bulan, 2004).
Gambar 2.4 stuktur eugenol
Eugenol dapat diisolasi dengan menggunakan reaktan basah kuat (NaOH
atau KOH) yang akan mengikat fenol (eugenol). Fenol yang berisfat asam sedikit
kemudian dapat bercampur dengan basa kuat dan mendapatkan koriofelin atau
yang disebut lapisan non feloat. Sehingga, setelah reaksi diperoleh dua lapisan.
Lapisan atas yang merupakan senyawa non fenolat dan yang lapisan bawah yang
merupakan senyawa eugenol (Putri, 2014; Sastrohamidjojo, 2004).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium minyak atsiri dan bahan
penyegar. Unit Pelayanan Terpadu Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
(UPT.PSMB) Medan yang bertempat di jalan STM No. 17 Kampung Baru,
Medan pada tanggal 01 Febuari 2019 sampai 01 Maret 2019.
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak daun cengkeh
yang dibeli dari toko online instagram “Jual Minyak Atsiri”.
3.3 Alat
Alat yang digunakan adalah gelas ukur 10 ml (pyrex), kertas atau karton
berwarna putih, labu ukur 100 ml (kimax), neraca analitik (mettle toledo),
penangas air dilengkapi dengan thermostat, piknometer 10 ml (duran), piknometer
25 ml (duran), pipet volume 10 ml, refraktrometer (carlzeis jena), tabung reaksi
dan termometer.
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air suling, etanol 70%, larutan kalium
hidroksida (KOH) 4% dalam air, dan minyak daun cengkeh.
3.5 Prosedur
3.5.1 Prosedur Pengamatan Warna dan Bau Minyak Daun Cengkeh
Dipipet 10 ml minyak dan cengkeh. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
hindari dari adanya gelembung udara, dan disandarkan tabung yang berisi contoh
minyak daun cengkeh pada kertas atau karton berwana putih. Diamati dengan
19
mata langsung, jarak pengamatan mata dari contoh 30 cm, dan juga diamati
dengan mengunakan indra penciuman langsung terhadap minyak daun cengkeh.
3.5.2 Prosedur Penentuan Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh
Dicuci dan dibersihkan piknometer, dibilas dengan etanol dan dietil eter.
Lalu di keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan
disisipkan tutupnya. Dibiarkan piknometer di dalam lemari timbang selama 30
menit dan di timbang(m). Setelah itu diisi piknometer dengan air suling sambil
menghindarkan adanya gelembung udara. Dicelupkan piknometer kedalam
penangas air pada suhu 20ºC ±0,2ºC selama 30 menit dan disisipkan penutupnya
dan di keringkan piknometernya. Lalu dibiarkan didalam lemari penimbangan
selama 30 menit, kemudian timbang isinya (m1). Kemudian di kosongkan
piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian dengan arus
udara kering. Setelah itu isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari
adanya gelembung udara. Di celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air
pada suhu 20ºC ±0,2ºC selama 30 menit. Dan disisipkan tutupnya dan keringkan
tutupnya, lalu dibiarkan di lemari timbng selama 30 menit dan timbang (m2).
Rumus perhitungan :
Bobot jenis = d =
Keterngan :
m = massa piknometer kosong (g)
m1 = massa piknometer berisi air pada 20ºC (g)
m2 = massa piknometer berisi sampel pada 20ºC (g)
20
3.5.3 Prosedur Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh
Dialirkan air ke refraktometer yang dialiri air melalui penangas air, agar
alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan. Diatur suhu kerja
dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 20ºC. Sebelumnya di taruh didalam
alat. Minyak tersubut harus pada suhu yang sama dimana pengukuran akan
dilakukan, kemudian pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil.
3.5.4 Prosedur Penentuan Kelarutan Etanol Minyak Daun Cengkeh
Dipipet 1 ml dengan teliti minyak daun cengkeh, dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang berukuran 10 ml. Lalu ditambahkan etanol 70%, setetes demi
setetes, kocok setiap penambahan sehingga di peroleh suatu larutan yang bening
(bening pada perbandingan 1:2).
3.5.5 Prosedur Penentuan Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh
Dipipet 10 ml minyak daun cengkeh ke dalam labu cassia. Ditambahkan
larutan KOH 4% hingga 2/3 volume. Lalu kocok hingga 30 menit ( tidak boleh
berhenti) setelah itu tambahkan lagi latutan KOH 4% hingga garis tanda,
kemudian diamkan satu malam dan baca lapisan minyak di leher labu ukur.
Rumus perhitungan :
Eugenol total = × 100
V = volume minyak
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Organoleptis (Bau, dan Warna)
Pengamatan organoleptis bau dan warna minyak daun cengkeh adalah
warna coklat tua dan berbau khas cengkeh. Hasil bau dan warna minyak daun
cengkeh dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data pengujian bau dan warna daun cengkeh
No Jenis uji Hasil
1 Warna Coklat Muda
2 Bau Khas minyak cengkih
4.1.2 Penentuan Bobot Jenis
Penentuan bobot jenis minyak daun cengkeh yang diuji adalah 1,04026.
Tabel 4.2 Data pengujian bobot jenis minyak daun cengkeh
No m m1 m2 Bobot jenis
1 29,2616 39,3635 39,9074 1,05376
2 31,0407 56,2500 56,9249 1,02677
Rata rata 1,04026
Rumus perhitungan :
Bobot jenis = d =
Keterngan :
m = massa piknometer kosong (g)
m1 = massa piknometer berisi air pada 20ºC (g)
m2 = massa piknometer berisi sampel pada 20ºC (g)
22
4.1.3 Penetuan Indeks Bias
Uji indeks bias dari minyak daun cengkeh yaitu 1,533.
4.1.4 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol
Uji yang dilakukan sesuai dengan persyaratan karena minyak daun
cengkeh 1 ml di larutkan dengan etanol 2 ml kemudian dikocok sudah jernih
4.1.5 Penentuan Eugenol Total
Penentuan eugenol total minyak daun cengkeh adalah 90%.
4.2 Pembahasan
Tabel 4.3 Hasil uji minyak daun cengkeh
Keadaan bau dan warna minyak daun cengkeh adalah warna coklat tua dan
berbau khas cengkeh menunjukkan bahwa bau dan warna daun cengkeh
memenuhi syarat SNI 06–2387-2006 minyak daun cengkeh.
Patokan mutunya minyak cengkeh adalah cairan berwarna kuning sampai
coklat muda. Bau minyak daun cengkeh seperti harum minyak cengkeh pada
umumnya. Warna hitam kecoklatan ataupun coklat tua dapat disebabkan tercemar
senyawa lain karena dalam keadaan murni daun cengkeh sangat mudah tercemar
No Jenis uji Hasil Persyaratan
1
2
Warna
Bau
Coklat muda
Khas minyak cengkeh
Kuning – coklat tua
Khas minyak cengkeh
3 Bobot jenis 20ºC/20ºC 1,04026 1,025 – 1,049
4
Indeks bias (nD20) 1,533 1,528 – 1,535
5 Kelarutan dalam etanol 70% 1:2 jernih 1:2 jernih 6 Eugenol total 90% Minumum 78%
23
oleh senyawa lain dalam proses penyulingannya, oleh sebab itu minyak daun
cengkeh berwarna coklat kehitaman. Dalam pengujian bau minyak daun cengkeh
ini sangat menunjukkan karakteristik bau cengkehnya yaitu bau daun cengkeh
yang sangat sengit (Gunawan, 2004; Harris, 1987).
Pada penentuan bobot Jenis daun cengkeh yang diuji adalah 1,0455. Hal
ini menunjukkan bobot jenis minyak daun cengkeh memenuhi syarat SNI 06–
2387-2006 yaitu di kisaran antara 1,025-1,049.
Persyaratan bobot jenis minyak daun cengkeh adalah 1,025–1,049. Hal ini
sesuai dengan hasil uji bobot jenis yang didapat yaitu 1,04026, bobot jenis
mempengaruhi komponen kimia penyusun minyak atsiri, semakin banyak
komponen senyawa polimer di dalam minyak maka akan terjadi peningkatan
konsentarasi minyak yang di sebabkan oleh semakin banyaknya akumulasi
komponen kimia penyusun minyak atsiri (Sebayang, 2011).
Indeks bias dari minyak daun cengkeh yaitu 1,533 hal ini menunjukkan
bahwa minyak daun cengkeh memenuhi persyaratan dari SNI 06–2387–2006
yaitu di kisaran antara 1,528–1,535.
Indeks bias adalah perbandingan dari kecepatan cahaya di udara dengan
kecepatan cahaya di dalam suatu medium pada suhu tertentu. Apabila berkas
cahaya merambat dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih
rapat cahaya tersebut akan dibiaskan, maka semakin besar pula sudut biasnya
(Sebayang, 2011).
Kelarutan etanol pada daun cengkeh menurut SNI 06–2387–2006 adalah
1:2. Dalam uji yang dilakukan sesuai dengan persyaratan karena daun cengkeh 1
ml di larutkan dengan etanol 2 ml kemudian dikocok sudah jernih.
24
Minyak daun cengkeh akan mudah larut di dalam pelarut organik maka
jika dilarutkan dengan alkohol akan mudah larut pada berbagai tingkat konsentarsi
tertentu. Hal ini sesuai dengan sifat karakteristik minyak atsiri yang mudah larut
di dalam pelarut organik (Gunawan, 2004).
Pada penentuan eugenol total minyak daun cengkeh adalah 90% hal ini
menunjukkan uji memenuhi peryaratan SNI 06–2387–2006 yaitu batas minimum
78%.
Eugenol dapat diisolasi dengan menggunakan reaktan basah kuat (NaOH
atau KOH) yang akan mengikat fenol (eugenol). Fenol yang berisfat asam sedikit
kemudian dapat bercampur dengan basa kuat dan mendapatkan koriofelin atau
yang disebut lapisan non feloat. Sehingga, setelah reaksi diperoleh dua lapisan.
Lapisan atas yang merupakan senyawa non fenolat dan yang lapisan bawah yang
merupakan senyawa eugenol (Putri, 2014; Sastrohamidjojo, 2004).
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Parameter mutu yang di uji di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan
penyegar adalah sesuai dengan persyaratan SNI 06–2387–2006 minyak
daun cengkeh
2. Minyak daun cengkeh yang diuji telah memenuhi beberapa persyaratan
SNI 06–2387–2006 diantaranya , penentuan mutu bobot jenis minyak daun
cengkeh adalah 1,04026. Hal ini memenuhi syarat SNI 06–2387–2006
yaitu di antara 1,528–1,535. Penentuan indeks bias minyak daun cengkeh
adalah 1,533. Hasil tersebut memenuhi syarat SNI 06–2387–2006 yaitu di
antara 1,528–1,535. Kelarutan etanol pada dun cengkeh menurut SNI 06-
2387-2006 adalah 1:2. Dalam uji yang dilakukan sesuai dengan
persyaratan karena daun cengkeh 1 ml di larutkan dengan etanol 2 ml
kemudian dikocok sudah jernih. Penentuan eugenol total minyak daun
cengkeh adalah 90% hal ini menunjukkan uji memenuhi peryaratan SNI
06–2387–2006 yaitu batas minimum 78%.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada pengujian selanjutnya agar melakukan pengujian terhadap
parameter lainnya menurut standar mutu SNI 06–2387–2006 pada minyak
daun cengkeh seperti pengujian beta caryophillene.
26
2. Sebaiknya pengujian selanjutnya pada penentuan uji eugenol total agar
dibuat triplo agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,G.H. (2007). Tekhnologi Bahan Alam. Bandung: ITB. Hal. 118 – 119.
Agoes,A.H. (2010).Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:
Penerbit ITB.Hal 2-9,17.
Bustaman, S. (2011). Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkeh Sebagai
Komuditas Eksport Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. 30(4): 132 – 134.
Departemen kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 767.
Guenther,E. (1990).Minyak Atsiri Jilid IV B. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hal. 480 – 491.
Gunawan D dan Mulyani S. (2004). Ilmu Obat Alam. Bogor: Penebar Swadaya.
Hal. 67 – 72.
Hapsoh dan Hasanah,Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press. Hal. 89 – 93.
Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit PT. Penebar
Swadaya. Hal. 1, 4, 10, 12, 16, 33-36.
Jaelani. (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati Jilid I. Jakarta: Pustaka Populer
Obor. Hal. 60 – 61.
Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Argo
Media Pustaka. Hal. 28-29.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Lutony, T. L, dan Rahmawati, Y. (1994). Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 67-73.
Muchtariadi, dan Moelyono. (2015). Aromaterpi. Yogyakarta: Graha ilmu. Hal.
36 – 39
Najiyati, T. Dan Rahmayati Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 4 – 5.
Ruhnayati, A. (2004). Memproduktifkan Cengkeh. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal
. 12 – 14.
Saifuddin,Ajis, Dkk. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu.
Yogyakarta. Hal. 58 – 59.
Sastrohamidjojo,H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Gadjah Mada. Hal. 65 – 67.
Sebayang,E.P.P. (2011). Minyak Sereh Wangi (Citronella oil) di UKM Sari
Murni. Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Soekarto, ST. (1998). Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Waluyo, S. (2004). Aneka Tip Buah Alami dalam Buah dan Sayuran. Jakarta:
Alex Media. Hal.51-52.
28
Lampiran I. Persyaratan Pengujian Minyak Daun Cengkeh
NO Jenis uji Satuan Persyaratan
1 2
Warna
Bau
- -
Kuning – coklat tua
Khas minyak cengkeh
3 Bobot jenis 20ºC/20ºC - 1,025 – 1,049
4 Indeks bias (nD20) - 1,528 – 1,535
5 Kelarutan dalam etanol 70% - 1:2 jernih
6 Eugenol total %, V/V Minumum 78%
7 Beta caryophillena % Maksimum 17
29
Lampiran 2. Pengujian Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh
Rumus perhitungan :
Bobot jenis = d =
Keterngan :
m = massa piknometer kosong (g)
m1 = massa piknometer berisi air pada 20ºC (g)
m2 = massa piknometer berisi sampel pada 20ºC (g)
Diketahui :
m : 29,2616
m1 : 39,3635
m2 : 39,9074
Bobot jenis = d =
=
= 1,05376
Diketahui :
m : 31,0407
m1 : 56,2500
m2 : 56,9249
Bobot jenis = d =
=
= 1,02677
m total =
= 1,04026
30
Lampiran 3. Pengujian Eugenol Total Minyak Daun Cengkeh
Rumus perhitungan :
Eugional total = × 100
V = volume minyak
Diketahui :
V : 1 ml
Eugional total = × 100
= × 100
= 90%
31
Lampiran 4. Gambar Alat dan Bahan Pada Pengujian Minyak Daun
Cengkeh
A) Gambar uji bobot jenis
B) Gambar uji indeks bias
32
C) Gambar sampel uji eugenol total
D) Gambar uj kelarutan alkohol70%
33
E) Sampel Minyak Daun cengkeh Online
F) Proses Pemesanan