PENERAPAN E-SPPT PBB TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017-2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat Menuju Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Amalia Dinda Bestari
NIM. 11150150000018
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ii
iii
iv
v
vi
PENERAPAN E-SPPT PBB TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017-2018
ABSTRAK
Amalia Dinda Bestari (NIM : 11150150000018). Pengaruh Penerapan E-
SPPT PBB terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Tangerang selatan
Tahun 2017-2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak
setelah penerapan E-SPPT PBB dan bagaimana pengaruh penerapan E-SPPT PBB
terhadap Kepatuhan wajib pajak di Kota Tangerang Selatan pada periode 2017-
2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
liniear sederhana dengan taraf signifikansi 5%. Populasi dalam penelitian ini
adalah wajib pajak yang terdaftar SPPT PBB di Badan Pendapatan Daerah Kota
Tangerang Selatan yang tercatat per periode 2017-2018 yakni sebanyak 412.315
jiwa. Sedangkan sampel penelitiannya sebanyak 100 wajib pajak yang terdaftar di
Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil pengujian asumsi dasar
menunjukkan bahwa 40% variasi variabel kepatuhan wajib pajak dapat
dipengaruhi oleh variabel penerapan E-SPPT. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen yaitu penerapan E-SPPT PBB dengan variabel dependen yaitu
Kepatuhan Wajib Pajak.
Kata kunci : Penerapan E-SPPT, Kepatuhan Wajib Pajak, Kota Tangerang
Selatan
vii
THE APPLICATION OF E-SPPT PBB ON TAX COMPLIANCE IN SOUTH
TANGERANG CITY IN 2017-2018
ABSTRACT
Amalia Dinda Bestari (11150150000018). The Application of E-SPPT PBB On
Tax Compliance In South Tangerang City In 2017-2018.
This study aims to determine the level of compliance of taxpayers after the
application of E-SPPT PBB and how the influence of the application of E-SPPT
PBB on tax compliance in the City of South Tangerang in the period 2017-2018.
The research method used in this study is quantitative by using the analysis
method used is a simple linear regression analysis with a significance level of 5%.
The population in this study were taxpayers registered with the SPPT PBB at the
South Tangerang City Regional Revenue Agency recorded as of 2017-2018, which
were 412,315 people. While the research sample of 100 taxpayers registered at
the South Tangerang City Revenue Agency. The data used in this study are
primary data and secondary data. The results of testing the basic assumptions
indicate that 40% variation in taxpayer compliance variables can be influenced
by the E-SPPT implementation variable. The results of hypothesis testing indicate
that there is a significant influence between the independent variables, namely the
adoption of E-SPPT PBB with the dependent variable, Taxpayer Compliance.
Keywords : Application of E-SPPT PBB, Taxpayer Compliance, South Tangerang
City
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa kita
haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Adapun
penelitian ini berjudul “Penerapan E-SPPT PBB terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017-2018” yang ditujukan sebagai
salah satu syarat untuk menempuh gelar sarjana pada Jurusan Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial, Konsentrasi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa
tentunya masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu serta mendukung dalam penyusunan skripsi ini baik dalam dukungan
moral maupun materiil. Pemberian ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
peneliti ucapkan kepada :
1. Ibu Prof.Dr.Hj.Amany Burhanuddin Umar Lubis,Lc.,M.A selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr.Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
untuk memberikan motivasi, arahan, dan nasehat kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
ix
6. Bapak Dr.Sodikin, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh dosen Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ilmu dan pengalamannya selama melakukan studi.
8. Bapak Kepala Bidang Pajak Daerah I yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di Kantor Badan Pendapatan Daerah Kota
Tangerang Selatan beserta seluruh karyawan dan staff yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
9. Masyarakat di wilayah Kota Tangerang Selatan yang telah membantu peneliti
dalam mengisi kuesioner penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Syahadatuddin dan Ibu Sejati yang tidak
henti-hentinya selalu memberikan do’a, motivasi, kasih sayang dan
pengorbanan lainnya, serta adik-adik peneliti Arif Rahman Hakim dan Jasmin
Jannati yang selalu menghibur, memberikan kasih sayang serta dukungan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
11. Sahabat-sahabat peneliti yaitu Zhafira Rahmayani, Sonia Anthera Rojak, dan
Fitri Eka Pranastuti yang selalu memberikan semangat dan doa selama proses
penyelesaian skripsi.
12. Seluruh teman-teman di Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan
2015 khususnya Ekonomi yang telah membantu memberikan motivasi, ilmu,
serta pengalaman yang peneliti dapatkan selama proses perkuliahan.
13. Serta kepada semua pihak terkait yang namanya tidak dapat disebutkan satu
persatu terima kasih telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung semoga Allah SWT memberi
balasan yang setimpal.
Demikian ucapan terimakasih yang dapat peneliti sampaikan. Peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak terkait, lembaga pendidikan, serta
dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Wassalamualaikum Wr.Wb
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI .................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH .......................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................. 9
D. Perumusan Masalah ............................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...........................11
A. Deskripsi Teoritik ................................................................................................. 11
1. Kepatuhan Wajib Pajak ...........................................................................11
2. Penerapan E-SPPT PBB ..........................................................................20
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................................... 37
C. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 42
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 45
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 46
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 46
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 47
D. Sumber Data .......................................................................................................... 49
E. Variabel Penelitian ............................................................................................... 49
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 50
G. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 51
H. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................62
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 62
1. Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan
62
2. Profil Singkat Kota Tangerang Selatan ...................................................63
3. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................................65
4. Data Penelitian ........................................................................................68
5. Pengujian Hipotesis .................................................................................98
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................................ 103
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 106
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .....................................107
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 107
B. Implikasi .............................................................................................................. 107
C. Saran ..................................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................109
LAMPIRAN – LAMPIRAN ..............................................................................114
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Penerimaan Perpajakan dalam APBN Tahun 2018 .............. 3
Gambar 2.1 Kolom Daftar NOP Teregistrasi......................................................... 35
Gambar 2.2 Tombol Keterangan Dashboard NOP Teregistrasi ............................ 35
Gambar 2.3 Pengisian Tambahan NOP E-SPPT ................................................... 36
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pemikiran................................................................ 44
Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 69
Gambar 4.2 Berdasarkan Jenis Pekerjaan .............................................................. 70
Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................... 71
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Struktur APBD Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 & 2018 ...............4
Tabel 1.2 Data Perkembangan Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah Wajib Pajak
yang melaporkan SPPT PBB Terutang. .................................................5
Tabel 1.3 Data Penerimaan SPPT PBB P-2 Terutang oleh BAPENDA Tahun
2017-2018 ..............................................................................................6
Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Lain yang Relevan ...........................40
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ..................................................................................46
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Penerapan E-SPPT PBB (X) ..52
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ...52
Tabel 3.4 Skor Skala Likert .................................................................................60
Tabel 3.5 Rentang Persentase Jawaban Kuesioner ..............................................60
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................... 68
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Pekerjaan ...................................................... 69
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..................................... 71
Tabel 4.4 Penyampaian Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Dilakukan Secara
Online. .................................................................................................. 72
Tabel 4.5 Pelaporan Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Dilakukan Secara
Online. .................................................................................................. 73
Tabel 4.6 Informasi Dapat Diakses Secara Online Melalui Web yang Tersedia. 73
Tabel 4.7 Informasi Dapat Diakses Melalui Aplikasi .......................................... 74
Tabel 4.8 Transaksi Pembayaran Dapat Dilakukan pada Bank Umum yang
Terintegrasi. ......................................................................................... 74
Tabel 4.9 Transaksi Pembayaran Dapat Dilakukan Melalui Teller/ Anjungan
Tunai Mandiri/e-Banking. .................................................................... 75
Tabel 4.10 Tidak Perlu Melakukan Kontak Fisik Kepada Fiskus (Pegawai Pajak)
untuk Mendapatkan Pelayanan Terkait Pelaporan dan Penyampaian
SPPT. ................................................................................................... 75
Tabel 4.11 Tidak perlu menunggu antrian untuk mendapatkan pelayanan terkait
pelaporan dan penyampaian SPPT. ...................................................... 76
Tabel 4.12 Tidak Perlu Mendatangi Kantor BAPENDA untuk Mendapatkan
Pelayanan Terkait Pelaporan dan Penyampaian SPPT Sehingga Akan
Menghemat Waktu. .............................................................................. 76
Tabel 4.13 Informasi Terkait PBB Bisa Diakses Dimana Saja dan Kapan Saja. .. 77
Tabel 4.14 Bebas Biaya Pelayanan Administrasi Terkait Pelaporan dan
Penyampaian SPPT. ............................................................................. 77
Tabel 4.15 Bebas Biaya Transportasi Karena Tidak Perlu Mendatangi Kantor
BAPENDA Untuk Mendapatkan Pelayanan Terkait Pelaporan dan
Penyampaian SPPT. ............................................................................. 78
xiv
Tabel 4.16 Wajib Pajak tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP maupun Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). ..... 79
Tabel 4.17 Wajib Pajak tepat waktu dalam menyetorkan pajak terutang. ............. 79
Tabel 4.18 Wajib Pajak tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar.
.............................................................................................................. 80
Tabel 4.19 Wajib Pajak tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan. ........................................................................... 80
Tabel 4.20 Sistem Administrasi Perpajakan yang Baik Didukung oleh Instansi
pajak yang Efektif. ............................................................................... 82
Tabel 4.21 Sistem administrasi perpajakan yang baik didukung oleh sumber daya
pegawai yang mumpuni. ...................................................................... 82
Tabel 4.22 Sistem administrasi perpajakan yang baik memiliki prosedur
perpajakan yang baik. .......................................................................... 83
Tabel 4.23 Kualitas pelayanan yang baik menjadikan Wajib Pajak rela untuk
membayar pajak terutang. .................................................................... 83
Tabel 4.24 Kualitas pelayanan perpajakan yang baik akan meningkatkan
penerimaan perpajakan. ....................................................................... 84
Tabel 4.25 Pemberian sanksi terhadap Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran
perpajakan menentukan kualitas penegakan hukum yang baik. .......... 84
Tabel 4.26 Integritas Fiskus ketika menjatuhkan sanksi pada setiap Wajib Pajak
yang melakukan pelanggaran perpajakan menentukan kualitas
penegakan hukum perpajakan yang baik. ............................................ 85
Tabel 4.27 Kompetensi pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak. .................................................................................. 86
Tabel 4.28 Keahlian pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas pemeriksa
pajak. .................................................................................................... 86
Tabel 4.29 Indepedensi pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak. .................................................................................. 87
Tabel 4.30 Integritas pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas pemeriksa
pajak. .................................................................................................... 87
Tabel 4.31 Pemeriksaan pajak yang dilakukan sesuai prosedur menentukan
kualitas pemeriksa pajak yang baik. .................................................... 88
Tabel 4.32 Penetapan tarif pajak yang tinggi akan mendorong Wajib Pajak
mengurangi jumlah utang pajaknya. .................................................... 88
Tabel 4.33 Penetapan tarif pajak yang tinggi akan menjadikan penerimaan pajak
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. ......................................... 89
Tabel 4.34 Kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak akan memberikan
dampak pada tingkat kepatuhan yang lebih tinggi sehingga penerimaan
pajak akan mencapai target. ................................................................. 89
xv
Tabel 4.35 Kesadaran Wajib Pajak mengenai arti dan tujuan pembayaran pajak
akan memberikan dampak pada tingkat kepatuhan yang lebih tinggi
sehingga penerimaan pajak akan mencapai target. .............................. 90
Tabel 4.36 Membayar pajak berarti Wajib Pajak secara sukarela turut serta dalam
membiayai fungsi pemerintahan. ......................................................... 91
Tabel 4.37 Membayar Pajak berarti Wajib pajak merasa bertanggung jawab dalam
membiayai fungsi pemerintahan. ......................................................... 91
Tabel 4.38 Melakukan pelaporan SPPT dengan tepat waktu. ............................... 92
Tabel 4.39 Melakukan pelaporan SPPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. .. 92
Tabel 4.40 Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban angsuran pajak. ........... 93
Tabel 4.41 Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban sesuai ketentuan yang
berlaku. ................................................................................................. 93
Tabel 4.42 Membayar tunggakan pajak yang ditetapkan berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh tempo. ..................................... 94
Tabel 4.43 Menerima sanksi yang dijatuhkan apabila melakukan pelanggaran
perpajakan. ........................................................................................... 94
Tabel 4.44 Tepat waktu dalam menyampaikan SPPT. .......................................... 95
Tabel 4.45 Wajib Pajak tidak memiliki tunggakan pada semua jenis pajak. ......... 96
Tabel 4.46 Wajib Pajak memiliki tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
untuk mengangsur pembayaran pajak. ................................................. 96
Tabel 4.47 Wajib Pajak memiiliki tunggakan telah memperoleh izin untuk
menunda pembayaran pajak. ................................................................ 97
Tabel 4.48 Hasil Laporan Wajib Pajak 2015-2018 ................................................ 97
Tabel 4.49 Hasil Uji Validitas Instrumen Penerapan E-SPPT PBB (X) ............... 65
Tabel 4.50 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ................ 66
Tabel 4.51 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................ 67
Tabel 4.52 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 98
Tabel 4.53 Hasil Uji Linieritas ............................................................................... 99
Tabel 4.54 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................... 100
Tabel 4.55 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 101
Tabel 4.56 Hasil Uji t ........................................................................................... 102
Tabel 4.57 Hasil Uji Regresi Sederhana .............................................................. 103
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian .............................................................................115
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas ............................................................................119
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................................120
Lampiran 4 Hasil Analisis Data ...........................................................................122
Lampiran 5 Surat-Surat ........................................................................................124
Lampiran 6 Lembar Uji Referensi .......................................................................129
Lampiran 7 Foto Dokumentasi ............................................................................134
Lampiran 8 Biodata Penulis .................................................................................135
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia.
Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki beberapa upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui program-program
pembangunan nasional. Program pembangunan nasional tersebut tentunya
meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, dan lain sebagainya. Tentunya dalam pengelolaan
program pembangunan nasional tersebut pemerintah sebagai lembaga negara
yang sah memiliki sistem dan aturan yang berlaku. Dalam hal ini, pemerintah
berperan penting dalam mengorganisasikan masyarakat yang hidup dalam
suatu wilayah, artinya pemerintah dapat dikatakan sebagai pemimpin.
Sebagai seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar serta harus
berlaku adil pada semua lini masyarakat tak terkecuali pada keluarganya
karena hal tersebut akan di pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Hal ini
tertera dalam Al- Qur’an surat An- Nisa ayat 58:
وا الماوات إلى أهلها وإذا حكمتم بيه الىاس أن تحكمىا ب يأمركم أن تؤد إن للا ا ال م و إن للا
ا بصيرا كان سمي ظكم به إن للا ي
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Tafsir mengenai makna dalam ayat tersebut memiliki beberapa versi dari
beberapa tokoh dan lembaga keagamaan islam lainnya, salah satunya ialah
menurut tokoh agama islam terkemuka yakni Quraish Shihab. Dalam
penafsirannya tentang ayat diatas ialah sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian, wahai orang-orang yang beriman, untuk menyampaikan segala amanat
Allah atau amanat orang lain kepada yang berhak secara adil. Jangan berlaku
2
curang dalam menentukan suatu keputusan hukum. Ini adalah pesan
Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan pesan terbaik yang
diberikan-Nya kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa yang
diucapkan dan Maha Melihat apa yang dilakukan. Dia mengetahui orang
yang melaksanakan amanat dan yang tidak melaksanakannya, dan orang yang
menentukan hukum secara adil atau zalim. Masing-masing akan
mendapatkan ganjarannya.
Pembangunan nasional merupakan sebuah program besar dari
pemerintah dengan skala nasional, untuk itu biaya yang diperlukan untuk
mendanai berbagai program tentunya sangat banyak. Pemerintah memerlukan
sumber dana sebagai pendapatan negara yang nantinya akan dialokasikan
pada kegiatan pembangunan nasional. Terdapat berbagai macam sumber
penerimaan yang dapat diperoleh negara salah satunya dan yang terbesar
berasal dari pajak. Di Indonesia sendiri sumber utama penerimaan terbesar
berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang
digunakan untuk membiayai pengelolaan sebuah negara.
Pemerintahan di sebuah negara tidak bisa berjalan jika tidak ada dana
untuk membiayai kegiatan pemerintahnya. Hal ini juga berlaku untuk negara
Indonesia. Penerimaan negara dalam bentuk pajak tertuang dalam APBN
setiap tahunnya. Penerimaan negara dari pajak ini hampir dipastikan
meningkat setiap tahunnya sesuai dengan perkembangan ekonomi yang ada.1
Hal ini dibuktikan melalui data yang di publikasikan oleh Kementrian
Keuangan yang menunjukkan terjadinya peningkatan penerimaan pajak dari
tahun ke tahun.2 Lebih rinci seperti disajikan pada Gambar 1.1
1 Widodo, Atim Widodo, Andreas Hendro Puspita, Pajak Bumi & Bangunan untuk Para
Praktisi, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010), h.1 2 Kementrian Keuangan Republik Indonesia, APBN 2018, 2019,
(https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018). Diakses tanggal 1 Januari 2019 jam 12.21.
3
Sumber : www.kemenkeu.go.id (data diolah kembali)
Gambar 1.1 Diagram Penerimaan Perpajakan dalam APBN Tahun 2018 Pajak sebagai penerimaan negara merupakan salah satu fungsi utamanya
yakni fungsi anggaran. Di Indonesia, dasar pungutan pajak dituangkan baik
dalam konstitusi maupun peraturan perundang-undangan dibawahnya. Pasal
23A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.3
Demikian juga halnya dengan daerah, untuk dapat melayani kebutuhan
masyarakat daerah, maka daerah perlu diberi kewenangan baik dalam hal
politik pemerintahan maupun dalam hal keuangan (financial) guna
membiayai kegiatan-kegiatannya.4 Hal demikian juga dilakukan oleh Kota
Tangerang Selatan sebagai daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun
2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26
November 2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, merupakan
pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan
3 Imam Soebechi, Perda pajak dan Retribusi Daerah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013). h.111
4 Darwin, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010). h.1
Rp1,146,9 T Rp1,240,4 T Rp1,285 T
Rp1,472,7 T
Rp1,618,1 T
2014 2015 2016 2017 2018
Penerimaan Perpajakan
4
potensi daerah guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.5
Sama halnya dengan pemerintah pusat dalam melakukan pembangunan
nasional, untuk menjalankan suatu pembangunan pada tingkat daerah
dibutuhkan sumber penerimaan berupa dana untuk mendukung kegiatan
pembangunan tersebut.
Dana tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
dipungut oleh Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang
Selatan. Adapun Pendapatan Asli Daerah tersebut berasal dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang sah. Sumber penerimaan terbesar
di Kota Tangerang Selatan diperoleh dari Pajak Daerah. Hal ini dapat
diketahui dari data struktur APBD Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 dan
2018.6 Lebih rinci data yang menunjukkan APBD Kota Tangerang Selatan
seperti disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Struktur APBD Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 & 2018
Sumber : Levlet Profil Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2018
(data diolah kembali).
5 Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Sejarah Kota Tangerang Selatan, 2019,
(https://berita.tangerangselatankota.go.id/main/content/index/sejarah_tangsel/6). Diakses tanggal 1
Januari 2019 jam 14.15 6Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan Tahun
2018.(Tangerang Selatan : Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2018). h.16
Anggaran % Anggaran %
I Pendapatan 2,775,686,072,737Rp 100% 3,120,025,909,741Rp 100.00%
Pendapatan Asli Daerah 1,315,641,811,000Rp 47.40% 1,494,034,264,514Rp 47.89%
Hasil Pajak Daerah 1,120,086,000,000Rp 85.14% 1,296,733,000,000Rp 86.79%
Hasil Retribusi Daerah 90,852,771,000Rp 6.91% 83,356,264,514Rp 5.58%
Lain-lain PAD yang sah 104,703,040,000Rp 7.96% 113,945,000,000Rp 7.63%
Dana Perimbangan 947,147,128,702Rp 34.12% 909,630,944,000Rp 29.15%
DBH pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 163,946,854,000Rp 17.31% 184,291,149,000Rp 20.26%
Dana Alokasi Umum 634,150,767,702Rp 66.95% 572,637,313,000Rp 62.95%
Dana Alokasi Khusus 149,049,507,000Rp 15.74% 152,702,482,000Rp 16.79%
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 512,897,133,035Rp 18.48% 716,360,701,227Rp 22.96%
Pendapatan Hibah -Rp 90,420,000,000Rp 12.62%
Pendapatan Dana BBH Pajak Provinsi 462,897,133,035Rp 90.25% 525,940,701,227Rp 73.42%
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus -Rp 35,000,000,000Rp 4.89%
Bantuan Keuangan dari Provinsi 50,000,000,000Rp 9.75% 65,000,000,000Rp 9.07%
II Belanja Daerah 3,443,686,072,737Rp 100.00% 3,642,462,279,782Rp 100.00%
A Belanja Tidak Langsung (BTL) 732,207,593,958Rp 21.26% 949,851,551,818Rp 26.08%
Belanja Langsung 2,711,478,779Rp 78.74% 2,692,610,727,964Rp 73.92%
Belanja Pegawai 332,108,785,900Rp 12.25% 413,348,196,150Rp 15.35%
Belanja Barang dan Jasa 958,293,304,793Rp 35.34% 1,055,504,281,946Rp 39.20%
Belanja Modal 1,421,076,388,086Rp 52.41% 1,223,758,249,868Rp 45.45%
Pembiayaan Daerah 668,000,000,000Rp 522,436,370,041Rp
C
B
APBD Tahun 2017 APBD Tahun 2018UraianNo.
A
B
5
Salah satu bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang kewenangannya telah
diserahkan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.7
Namun, berdasarkan data yang peneliti peroleh dari Badan Pendapatan
Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan terdapat ketidaksesuaian antara
jumlah keseluruhan Wajib Pajak terdaftar, dengan Wajib Pajak yang
melaporkan SPPT PBB terutang.8 Lebih rinci data tersebut dapat diketahui
melalui Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Data Perkembangan Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah
Wajib Pajak yang melaporkan SPPT PBB Terutang.
Keterangan Tahun
2017 2018
Wajib Pajak Terdaftar SPPT PBB 406.309 412.315
Wajib Pajak Terdaftar Membayar SPPT
PBB 232.629 186.536
Sumber : Laporan Tahunan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota
Tangerang Selatan Tahun 2017-2018 (data diolah kembali).
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa jumlah Wajib
Pajak terdaftar SPPT PBB mengalami peningkatan. Namun, jumlah Wajib
Pajak yang membayar mengalami penurunan. Hal ini tentu akan memberikan
dampak terhadap jumlah penerimaan PBB P-2 terutang oleh BAPENDA
sebagai lembaga yang berwenang untuk melakukan pemungutan SPPT PBB
P-2 terutang oleh Wajib Pajak. Adapun data mengenai target penerimaan
serta jumlah penerimaan serta selisih dari target dengan jumlah penerimaan
PBB P-2 terutang yang diperoleh BAPENDA dalam kurun waktu 2017-2018.
Lebih rinci disajikan pada Tabel 1.3
7 Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
8 Laporan Tahunan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan Tahun
2017-2018.
6
Tabel 1.3 Data Penerimaan SPPT PBB P-2 Terutang oleh BAPENDA
Tahun 2017-2018
Keterangan Tahun
2017 2018
Target Penerimaan melalui SPPT PBB
P-2 Terutang Rp 367,830,768,065 Rp 447,674,341,981
Realisasi Penerimaan melalui SPPT
PBB P-2 Terutang Rp 252,473,370,209 Rp 298,645,730,608
Selisih Penerimaan Rp 115,357,397,856 Rp 149,028,611,373
Sumber : Laporan Tahunan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017-2018 (data diolah kembali).
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa target penerimaan melalui
SPPT PBB P-2 yang diperoleh BAPENDA mengalami perkembangan.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan realisasi penerimaannya yang memiliki
jumlah lebih kecil daripada target yang harus diperoleh BAPENDA. Hal ini
dapat diindikasikan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sebagai Wajib
Pajak mengalami penurunan. Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan
Wajib Pajak dalam melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib
Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat memenuhi kewajiban
perpajakan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.9 Wajib Pajak
dapat dikatakan patuh apabila telah menyerahkan Surat Penyetoran Pajak
Terutang (SPPT). Hal ini menjadi ukuran penting karena SPPT itu sendiri
merupakan surat yang di dalamnya tertera informasi mengenai aset berharga
milik Wajib Pajak sehingga SPPT tersebut bisa menjaga dan melindungi hak
kepemilikan atas aset Wajib Pajak. Selain itu dalam SPPT tersebut juga
tertera beban pajak terutang yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak
tentunya sesuai dengan aset yang dimiliki. Terkait hal tersebut Pemerintah
Daerah Kota Tangerang Selatan mencari cara untuk meningkatkan kepatuhan
wajib Pajak salah satunya dengan memperbaharui sistem penyampaian dan
pelaporan dalam bidang Pajak Daerah I yakni PBB P-2.
9 Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. (Bandung : Penerbit Rekayasa
Sains,2017). h.193
7
Adapun realisasi dari upaya tersebut ialah penyediaan data pelayanan
berbasis online dengan program yang dinamakan SIMPPEL (Sistem
Penyampaian SPPT Elektronik). E-SPPT merupakan layanan SPPT PBB
melalui media elektronik (dengan melakukan registrasi terlebih dahulu dan
mengisi data pada form yang tertera di situs resmi milik Badan Pendapatan
Daerah Kota Tangerang Selatan dengan alamat web e-
sppt.tangerangselatankota.go.id. Wajib Pajak yang telah melakukan
registrasi E-SPPT selain dapat mengakses SPPT PBB secara online, juga
dapat melihat record pembayaran. Selain itu juga terdapat pilihan informasi
tagihan PBB melalui email dan SMS pada nomor handphone yang telah
didaftarkan.10
Penyampaian SPPT PBB berbasis elektronik ini merupakan
program inovasi bidang Pajak daerah I yang dilakukan oleh Badan
Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menyetorkan PBB P-2 sehingga
penerimaan pajak akan meningkat.
Reformasi perpajakan dalam peningkatan pelayanan melalui sistem
sebelumnya sudah diselenggarakan terlebih dahulu oleh Kementrian
Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perpajakan yakni berupa e-SPT yaitu
dalam hal penyampaian dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh). Peneliti telah
menemukan beberapa penelitian ilmiah terkait hal ini. Salah satu diantaranya
yakni dari skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan e-SPT terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Orang Pribadi) dalam Melaporkan SPT Tahunan
(Studi Kasus pada KPP Pratama Tegallega, Bandung) penelitian ini dilakukan
pada tahun 2014. Keterkaitan dengan penelitian tersebut terletak pada
variabel independen yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Kepatuhan
Wajib Pajak. Keterkaitan lainnya dengan penelitian tersebut ialah pada tujuan
penelitiannya yakni mengetahui apakah terdapat pengaruh dari adanya
penerapan sistem penyampaian secara elektronik dalam hal ini E-SPPT PBB
dengan Kepatuhan Wajib Pajak, serta mengetahui seberapa besar pengaruh
10
Paparan Tarif PBB (SIMPPEL), Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang
Selatan, https://tangerangonline.id/2017/09/14/simppel-tangsel-permudah-wajib-pajak-bayar-pbb/.
Diakses tanggal 1 Januari 2019 jam 14.18.
8
penerapan E-SPPT di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017-2018.
Pembaharuan sistem yang diterapkan oleh pemerintah Kota Tangerang
Selatan ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan yang baik dalam segi
anggaran yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan pembangunan daerah
di Kota Tangerang Selatan. Inovasi pelayanan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dalam sistem pelayanan
pemungutan Pajak Daerah yaitu SPPT PBB berbasis elektronik atau e-SPPT
PBB, yang merupakan suatu bentuk program yang dilakukan untuk menarik
perhatian Wajib Pajak agar lebih meningkatkan kepatuhan dalam membayar
Pajak.
Dilakukannya penerapan sistem pelayanan SPPT berbasis online,
bertujuan agar Wajib Pajak yang hendak melakukan administrasi terkait
pelaporan, pencetakan kartu SPPT, serta pembayaran SPPT PBB P-2 terutang
menjadi lebih efektif, efisien, serta akurat. Tentunya hal tersebut dilakukan
agar terciptanya peningkatan pelayanan terhadap Wajib Pajak, khususnya
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2). Dimana dari
peningkatan kualitas pelayanan tersebut dapat memberikan dampak pada
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak yang nantinya turut serta diikuti oleh
peningkatan penerimaan PBB P-2 terutang.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Penerapan e-SPPT PBB terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017-2018.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
dapat diidentifikasi ialah :
1. Minimnya jumlah Wajib Pajak terdaftar yang membayar tahun 2017
yakni sebanyak 232.629 dan tahun 2018 sebanyak 186.536,
dibandingkan jumlah Wajib Pajak terdaftar keseluruhan yakni tahun 2017
sebanyak 406.309 dan pada tahun 2018 sebanyak 412.315.
2. Kurangnya jumlah realisasi penerimaan SPPT PBB P-2 terutang pada
tahun 2017 berjumlah Rp.252,473,370,209 dan pada tahun 2018
9
berjumlah Rp.298,645,730,608 dibandingkan target penerimaan SPPT
PBB P-2 yang terutang oleh Wajib Pajak yang pada tahun 2017 sejumlah
Rp.367,830,768,065 dan pada tahun 2018 sejumlah Rp.447,674,341,981.
3. Tidak tercapainya target penerimaan SPPT PBB P-2 pada tahun 2017
yang berjumlah Rp.367,830,768,065 dan pada tahun 2018 berjumlah
Rp.447,674,341,981.
4. Kurang patuhnya masyarakat sebagai Wajib Pajak terdaftar dalam
membayar SPPT PBB P-2 yakni berdasarkan data penurunan jumlah
Wajib pajak yang membayar tahun 2017 sebanyak 232.629 dan tahun
2018 sebanyak 186.536, dibandingkan jumlah Wajib Pajak terdaftar
keseluruhan yakni tahun 2017 sebanyak 406.309 dan pada tahun 2018
sebanyak 412.315.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar memberikan arahan yang
jelas dan tepat dalam penelitian ini serta tidak terlalu luas maka penulis
membatasi masalah dan menitikberatkan mengenai kurang patuhnya
masyarakat sebagai Wajib Pajak terdaftar di Kota Tangerang Selatan dalam
membayar SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka pertanyaan dalam
penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak setelah penerapan e-SPPT PBB
di Kota Tangerang Selatan?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan e-SPPT PBB terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak di Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini bagi
penulis dan pembaca adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat kepatuhan wajib pajak setelah penerapan e-SPPT PBB di Kota
Tangerang Selatan.
10
2. Pengaruh penerapan e-SPPT PBB terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak di Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat dari penelitian ini
antara lain :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan di bidang pendidikan khususnya pendidikan ekonomi
terutama dalam hal informasi perpajakan yakni Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) serta dapat dijadikan
referensi untuk melakukan penelitian lanjutan terkait topik penelitian ini.
Sedangkan dalam pendidikan menambah khazanah pembelajaran
khususnya mata pelajaran Ekonomi di tingkat SMP/SMA.
2. Praktis
a. Bagi Pemerintah
Dapat diketahui upaya-upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dalam kegiatan pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) kepada masyarakat secara adil dan
menyeluruh.
b. Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya mengenai
penerapan sistem informasi elektronik sehingga semakin banyak
masyarakat yang berinisiatif membayar pajak dan diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
c. Peneliti Lainnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya untuk
melakukan penelitian berkaitan dengan reformasi perpajakan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Pengertian Pajak
Terdapat beberapa definisi mengenai pajak menurut beberapa
ahli, secara garis besar inti dari pendapat tersebut sama namun
perbedaan hanya terletak pada sudut pandang masing-masing ahli.
Menurut Adriani (pernah menjabat guru besar hukum pajak pada
Universitas Amsterdam dan Pemimpin International Bureau of
Fiscal Documentation di Amsterdam) mengatakan bahwa pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa
mendapat prestasi-kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan
tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Rochmat Sumitro, dalam bukunya Dasar-dasar Hukum
Pajak dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan bahwa pajak sebagai
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.1
Sementara, pengertian pajak dalam Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yaitu pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
1 Herry Purwono, Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta : Erlangga,2010).
h.7.
12
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.1
1) Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan
negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pembangunan. Berdasarkan hal diatas, maka pajak mempunyai
beberapa fungsi, yaitu :
a) Fungsi Penerima (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari
masyarakat bagi kas negara, yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan
untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
b) Fungsi Mengatur (Regulerrend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur
pendapatan di tengah masyarakat dan struktur kekayaan
antara para pelaku ekonomi. Fungsi mengatur ini sering
menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak dalam
sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan
dengan kebijaksanaan negara dalam bidang ekonomi dan
sosial. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar
bidang keuangan, terutama banyak ditujukan terhadap sektor
swasta. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman
1 Kementrian Keuangan. Undang – undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, 2019, (http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf) Diakses
tanggal 16 Mei 2019 jam 13.16
13
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan
berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.2
2) Pengelompokkan Pajak
a) Menurut Golongan
Pembagian pajak menurut golongan adalah sebagai berikut:
(1) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi
beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai
contoh Pajak Penghasilan.
(2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh Pajak
Pertambahan Nilai.
b) Menurut Sifat
Pembagian pajak menurut sifatnya dimaksudkan
pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:
(1) Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari
syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.
(2) Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c) Menurut Lembaga Pemungutan
(1) Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara.
2 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 4, (Jakarta: Indeks,2014). Cet.1, h.5-6
14
(2) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah. Contoh : Pajak reklame, pajak
hiburan dan lain-lain.3
3) Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi :
a) Official Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assesment
System:
(1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus.
(2) Wajib pajak bersifat pasif
(3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
b) Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c) Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.4
3 Ibid., h.12-13.
4 Ibid., h.14.
15
b. Wajib Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengenai
pengertian Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.5 Kewajiban dari wajib
pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri dan memungut
atau memotong pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya
kepada negara melalui bank atau kantor pos. Wajib Pajak
dikelompokkan menjadi :
1) Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
2) Wajib Pajak Badan
3) Wajib Pajak Pemungut/Pemotong
c. Kepatuhan Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah
kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.6
Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan Wajib Pajak dalam
melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib Pajak yang
patuh adalah Wajib Pajak yang taat memenuhi kewajiban perpajakan
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Jadi Wajib Pajak
yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan perpajakan
dibagi menjadi:
5 Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal
1 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, (http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf
). Diakses tanggal 23 juli 2019 jam 13.30 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://www.kbbi.web.id/patuh, Diakses tanggal
23 Juli 2019 jam 14.04.
16
1) Kepatuhan Perpajakan Formal
Kepatuhan perpajakan formal merupakan ketaatan Wajib
Pajak dalam memenuhi ketentuan formal perpajakan. Ketentuan
formal terdiri dari:
a) Tepat waktu dalam mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP maupun untuk ditetapkan memperoleh NPPKP.
b) Tepat waktu dalam meyetorkan pajak yang terutang.
c) Tepat waktu dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar dan
perhitungan perpajakannya.
2) Kepatuhan Perpajakan Material
Kepatuhan perpajakan material merupakan ketaatan Wajib
Pajak dalam memenuhi ketentuan material perpajakan. Ketentuan
material terdiri dari :
a) Tepat dalam menghitung pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
b) Tepat dalam memperhitungkan pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
c) Tepat dalam memotong maupun memungut pajak (Wajib
Pajak sebagai pihak ketiga).7
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara
Sistem administrasi perpajakan suatu negara akan efektif
apabila didukung oleh instansi pajak yang efektif, sumber daya
pegawai pajak yang mumpuni, prosedur perpajakan yang baik
pula.
2) Kualitas pelayanan perpajakan yang diberikan kepada Wajib
Pajak
7 Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Konsep dan Aspek Formal, (Bandung : Penerbit Rekayasa
Sains, 2017). h.193-194.
17
Dengan sistem administrasi perpajakan yang efektif akan
memberikan dampak pada peningkatan kualitas pelayanan pajak
yang diberikan instansi pajak kepada Wajib Pajak. Sehingga
Wajib Pajak rela untuk membayar pajak kepada negara, tanpa
mengharap kontraprestasi secara langsung.
3) Kualitas penegakan hukum perpajakan
Kepatuhan perpajakan dapat ditingkatkan melalui tekanan
kepada Wajib Pajak untuk tidak melakukan pelanggaran atau
tindakan illegal dalam usahanya untuk menyelendupkan pajak.
Tindakan pemberian sanksi apabila Wajib Pajak diketahui
melakukan pelanggaran perpajakan melalui adanya sistem
administrasi pajak yang baik dan terintegrasi, serta melalui
pemeriksaan pajak yang berkualitas baik. Pemberian sanksi
perpajakan merupakan salah satu enforcement pada Wajib Pajak
agar Wajib Pajak tidak lagi melakukan pelanggaran Perpajakan.
4) Kualitas pemeriksaan pajak
Kualitas pemeriksaan pajak ditentukan dengan kompetensi
pemeriksa, keahlian pemeriksa, indepedensi pemeriksa, mapun
integritas pemeriksa yang baik. Pemeriksaan dikatakan
berkualitas apabila setiap tahapan pemeriksaan dilakukan sesuai
prosedur, sehingga menghasilkan ketetapan pajak yang
berkualitas. Ketetapan pajak yang berkualitas tentunya ketetapan
yang diterima dengan baik oleh Wajib Pajak maka tagihan pajak
dalam ketetapan tersebut dapat direalisasikan untuk dibayar
kepada negara, pada akhirnya penerimaan negara pun bertambah.
5) Tinggi rendahnya tarif pajak yang ditetapkan
Tarif pajak yang tinggi tentunya memberikan dorongan
Wajib Pajak untuk berupaya mengurangi jumlah utang pajaknya
melalui tindakan penghindaran maupun penyelundupan pajak.
Disisi lain negara membutuhkan penerimaan pajak sesuai dengan
target yang telah ditetapkan untuk menjalankan fungsi
18
pemerintahan. Hal ini membutuhkan kebijakan-kebijakan
penetapan tarif pajak yang tetap dapat berpihak kepada Wajib
Pajak.
6) Kemauan dan kesadaran Wajib Pajak
Kemauan dan kesadaran Wajib Pajak akan memberikan
pemahaman tentang arti, dan tujuan pembayaran pajak yang
diberikan kepada negara. Sehingga apabila kemauan dan
kesadaran Wajib Pajak tinggi akan memberikan dampak kepada
kepatuhan perpajakan yang lebih baik lagi, sehingga penerimaan
pajak diharapkan dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
7) Perilaku Wajib Pajak
Hanya sedikit saja dari rakyat suatu negara yang merasa
benar-benar rela dan merasa ikut bertanggung jawab membiayai
fungsi pemerintahan suatu negara. Membayar pajak bukan
merupakan tindakan yang mudah dan sederhana. Dalam
pelaksanaannya penuh dengan hal yang bersifat emosional.
Sehingga potensi bertahan untuk tidak membayar pajak atau
mengurangi jumlah pajak terutang secara illegal sudah menjadi
taxpayer behavior.8
e. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Terdapat beberapa indikator mengenai tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak diantaranya yang pertama, menurut Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
indikator kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari :
Aspek ketepatan waktu, sebagai indikator kepatuhan adalah
persentase pelaporan SPT yang disampaikan tepat waktu sesuai
ketentuan yang berlaku.
Aspek income atau penghasilan WP, sebagai indikator kepatuhan
adalah kesediaan membayar kewajiban angsuran pajak sesuai
ketentuan yang berlaku.
8 Ibid., h.196-198.
19
Aspek law enforcement (pengenaan sanksi), sebagai indikator
kepatuhan adalah pembayaran tunggakan pajak yang ditetapkan
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh tempo.
Dalam perkembangannya, indikator kepatuhan ini dapat juga
dilihat dari aspek lainnya, misalnya aspek pembayaran dan aspek
kewajiban pembukuan.9
Pada studi terbaru, Menurut Paul Webley, seorang psikolog
ekonomi dan Director/Principal of the School of Oriental and
African Studies, University of London, mengemukakan alasan utama
dibalik perilaku ketidakpatuhan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Keadilan (Equity)
2) Kesempatan untuk Tidak Patuh (Opportunity of Noncompliance)
3) Perbedaan Individual (Individual Difference)
4) Norma-norma Sosial (Social Norm)
5) Ketidakpuasan terhadap Instansi Pemerintah (Dissatisfication
with revenue authorities).10
f. Persyaratan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu (Wajib
Pajak Patuh)
Persyaratan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu menurut Pasal
17C ayat (2) Undang-Undang KUP dan Per-Menkeu No.
74/PMK.03/2012, meliputi :
1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
3) Laporan Keuangan di audit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar tanpa
pengecualian selama 3 (Tiga) tahun berturut-turut; dan
9 Timbul Hanomangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis. Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi. (Jakarta : Raih Asa Sukses.,2012). h.103 10
Chairil Anwar Pohan, Pembahasan Komprehensif PENGANTAR PERPAJAKAN EDISI 2
Teori dan Konsep Hukum Pajak, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2017), h.158-159.
20
4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pegadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terakhir.11
2. Penerapan E-SPPT PBB
a. Pajak Daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD pasal 1
mengemukakan bahwa pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.12
Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 pasal 73 tentang Pajak daerah. Pajak daerah
yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.13
Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah masuk ke dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah setiap tahun. Pelaksanaan
adminisitrasi perpajakan dan retribusi daerah dilaksanakan oleh
kantor dinas pendapatan daerah dibawah pemerintah daerah
setempat. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Ciri pajak
daerah adalah :
11
Ibid., h.162. 12
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1, 2019,
(http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attach/post-no-28-tahun-2009-tentang-pajak-daerah-dan-
retribusi-daerah/UU-427-973-UU_28_Tahun_2009_Ttg_PDRD.pdf ). Diakses tanggal 17 Mei
2019 jam 11.40. 13
Soebechi, op.cit., h.139 (Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pasal 73).
21
1) Pajak daerah berasal dari pajak asli daerah maupun pajak pusat
yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
2) Pajak daerah dipungut oleh daerah hanya di wilayah administrasi
yang dikuasainya.
3) Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan rumah tangga
daerah dan atau untuk membiayai pengeluaran daerah.
4) Dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Darah (Perda),
sehingga pajak daerah bersifat memaksa dan dapat dipaksakan
kepada masyarakat yang wajib membayar.
Ruang lingkup pajak daerah terbatas pada obyek yang belum
dikenakan pajak pusat.
1) Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi) :
b) Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas air.
c) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan kendaraan diatas
air.
d) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
e) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan air bawah tanah dan Air
Permukaan.
f) Pajak Rokok.
2) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten dan Kota) :
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g) Pajak Parkir
h) Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
i) Pajak Sarang Burung Walet
22
j) Pajak Bumi dan Bangunan14
b. Pajak Bumi dan Bangunan
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya
pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan
atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak. Mulai 1 Januari 2014, Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2) sudah sepenuhnya
dikelola oleh seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Dengan demikian,
PBB P-2 telah dialihkan menjadi Pajak Kabupaten/Kota, sementara
PBB sektor Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (P3) masih
tetap menjadi pajak pusat.
1) Objek Pajak
Objek PBB adalah bumi dan/ bangunan. Klasifikasi objek
pajak diatur oleh Menteri Keuangan. Klasifikasi bumi dan
bangunan adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut
nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk
memudahkan penghitungan pajak yang terutang. Dalam
menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor letak,
peruntukkan, pemanfaatan, kondisi lingkungan, dan lain-lain.
Sedangkan, dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan
faktor bahan yang digunakan rekayasa, letak, kondisi lingkungan,
dan lain-lain.15
Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 2 ayat (1) UU
No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No.12
Tahun 1994 yaitu : “Yang menjadi objek pajak adalah bumi
dan/bangunan.” Pengertian bumi dan/atau bangunan sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1 Ayat (1) dan (2) adalah :
a) Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya.
14
Rahayu, op.cit., h.50-51. 15
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Teori dan Peraturan Terkini,
(Yogyakarta : CV ANDI OFFSET, 2014). h. 437.
23
b) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.16
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta
perairan laut Indonesia. Objek PBB bumi/tanah diantaranya
adalah sebagai berikut :
a) Sawah
b) Ladang
c) Kebun
d) Tanah pekarangan
e) Pertambangan
f) Perairan untuk pelabuhan
Objek yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah
sebagai berikut:
a) Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek
bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan
lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan komplek
bangunan tersebut;
b) Jalan tol;
c) Kolam renang;
d) Pagar mewah;
e) Tempat olahraga;
f) Galangan kapal/ dermaga;
g) Taman mewah;
h) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa
minyak;
i) Fasilitas lain yang memberikan manfaat.17
16
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1994 Pasal 1 dan 2 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, 2019
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakses tangga l 17 Mei
2019 jam 12.46. 17
Widodo, Atim Widodo, dan Andreas Hendro Puspita, Pajak Bumi dan Bangunan untuk
Para Praktisi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010). h.2-3.
24
2) Objek Pajak yang Tidak Dikenakan PBB
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB sesuai dengan
Undang-undang No.12 Tahun 1994 Pasal 3 yaitu :
a) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum
di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan. Yang dimaksud dengan tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan adalah bahwa
objek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan
umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan. Hal ini dapat diketahui antara lain dari
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari
yayasan/badan yang bergerak dalam bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional. Contohnya
adalah :
(1) Pesantren atau sejenis dengan itu
(2) Madrasah
(3) Tanah wakaf
(4) Rumah sakit umum
b) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu.
c) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh
desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
d) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
e) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
25
f) Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk
penyelenggaraan pemerintahan.18
3) Subjek yang dikenakan PBB
Subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata :
a) Mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau;
b) Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
c) Memiliki bangunan, dan atau;
d) Menguasai bangunan, dan atau;
e) Memperoleh manfaat atas bangunan.
Subjek pajak yang disebutkan diatas adalah yang dikenakan
kewajiban membayar pajak. Apabila suatu objek pajak belum
jelas diketahui wajib pajaknya, maka Direktur Jenderal Pajak
dapat menetapkan subjek pajak yang disebutkan diatas sebagai
wajib pajak (subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar
pajak).19
4) Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Tarif yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%
(lima persepuluh persen).20
5) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-2)
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB
P-2) adalah pajak atas bumi dan/ atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,
18
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1994 Pasal 3 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, 2019
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakses tanggal 17 Mei
2019 jam 13.09. 19
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1994 Pasal 4 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, 2019
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakses tanggal 17 Mei
2019 jam 13.09. 20
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 1994 Pasal 5 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan, 2019
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakses tanggal 17 Mei
2019 jam 13.09.
26
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
a) Objek Pajak
Bumi dan/ atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
b) Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB P-2
(1) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan..
(2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan
umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan,
dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan.
(3) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau
yan sejenis dengan itu.
(4) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang
dikuasai desa, tanah negara yang belum dibebani suatu
hak.
(5) Digunakan perwakilan diplomatik dan konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik, dan
(6) Digunakan badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan Peraturan Menkeu.
c) NJOPTKP
Paling rendah Rp 10.000.000 untuk setiap Wajib Pajak
d) Subjek Pajak
Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi dan/ atau memperoleh manfaat atas
bumi dan/ atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas Bangunan.
27
e) Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi dan/ atau memperoleh manfaat atas
Bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/ atau memperoleh
manfaat atas Bangunan.
f) DPP
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
g) Tarif Pajak
Paling tinggi sebesar 0.3% (ditetapkan dengan Peraturan
Daerah).
h) Pajak Terutang
Dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan DPP setelah
dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP).
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
(1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya,
yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut;
(2) Jalan tol;
(3) Kolam renang;
(4) Pagar mewah;
(5) Tempat olahraga;
(6) Galangan kapal, dermaga;
(7) Taman mewah;
(8) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa
minyak; dan
(9) Menara.21
21
Diana dan Setiawati, op.cit., h.479.
28
c. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
1) Definisi SPPT
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya
disebut SPPT, adalah surat yang digunakan untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada Wajib
Pajak. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun tidak membantu
Wajib Pajak, SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data objek
pajak yang telah ada pada DJP (Pasal 10 Ayat (1)).22
Dengan
kata lain, Wajib Pajak yang memiliki aset bumi atau bangunan
dan mendapatkan manfaat dari aset tersebut harus membayarkan
PBB terutang. Pembayaran PBB terutang tersebut disesuaikan
dengan aset yang dimiliki oleh Wajib Pajak.
2) Cara Mendapatkan SPPT
a) Mengambil sendri di kantor kelurahan/ Kepala Desa atau di
KPP Pratama tempat objek pajak terdaftar atau tempat lain
yang ditunjuk.
b) Dalam rangka pelayanan, SPPT dapat dikirim melalui kantor
pos dan giro diantarkan oleh aparat Kelurahan/Desa.
c) Wajib Pajak dapat menggunakan fasilitas Kring Pajak
(500200) yang merupakan layanan pulsa lokal dari Fixed
Phone/ PSTN.23
3) Ketentuan Pengisian SPPT
Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib mendaftarkan
obyek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Obyek
Pajak. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta
ditandatangani dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak obyek pajak,
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
22
Heru Supriyanto, Cara Menghitung PBB Sektor P3, Sektor Lainnya, dan Bea Materai,
(Jakarta : Indeks, 2017). h. 35 23
Widodo, Widodo, dan Puspita, op.cit., h.53.
29
diterimanya Surat Pemberitahuan Obyek Pajak oleh subyek
pajak.24
Sebagaimana pengisian dalam SPOP, pengisian SPPT
juga harus dilakukan dengan jelas, benar, dan lengkap. Namun,
SPPT ditanda tangani oleh Kepala Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA).
4) Fungsi SPPT
a) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang meskipun tidak
diartikan sebagai bukti hak dan kepemilikan suatu tanah atau
bangunan namun memegang fungsi penting bagi Wajib Pajak
saat proses mengumpulkan dokumen lengkap menjaga atau
melindungi aset berharga.
b) Sebagai salah satu elemen untuk menghindari tanah atau
bangunan itu direbut hak miliknya atau terjadi penipuan.
c) Sebagai surat yang menunjukkan besaran beban pajak yang
dibayarkan kepada negara oleh pemiliknya terhadap objek
pajak.25
5) Tata Cara Pembayaran SPPT
Pajak yang terhitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
a) Harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
oleh wajib pajak.
b) Pajak yang terhutang berdasarkan Surat Keterangan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4)
harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
24
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Undang- undang Nomor 19 Tahun 1994
sebagai perbaikan dari UU Nomor 19 Tahun 1985 Pasal 11,2019
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakes tanggal 18 Mei
2019 jam 13.50. 25
Kenali Fungsi SPPT bagi Wajib Pajak yang Ingin Menjaga Aset Bisnis. 2019,
(https://klikpajak.id/mengenal-sppt/). Diakses tanggal 18 Mei 2019 jam 12.56
30
tanggal diterimanya Surat Ketetapan Pajak oleh wajib pajak.
26
6) Sanksi Terlambat/ Tidak Menyampaikan SPPT
Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo
pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda
administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari
saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. Denda
administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditambah
dengan hutang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih
dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan
Pajak oleh wajib pajak. Pajak yang terhutang dibayar di Bank,
Kantor Pos dan Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.27
7) Pembatalan Ketetapan SPPT
SPPT yang dapat dibatalkan secara jabatan :
a) Objek pajaknya tidak ada
b) Hak subjek pajak terhadap objek pajak dinyatakan batal oleh
pejabat yang berwenang/ keputusan hakim.
c) Objek pajak merupakan objek pajak yang tidak dikenakan
PBB
d) Subjek pajak dibatalkan dari kewajiban sebagai wajib pajak.28
26
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1985 (Pasal
11 Angka 1 dan 2), 2019, (https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM ).
Diakses pada tanggal 18 Mei 2019 jam 12.00. 27
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1985 (Pasal
11 Angka 3, 4, dan 5), 2019,
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM). Diakses tanggal 18 Mei
2019 jam 12.00. 28
Purwono, op.cit.,h.341.
31
d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Elektronik (E-SPPT)
1) Definisi E-SPPT
Dalam upaya peningkatan sistem pelayanan terhadap Wajib
Pajak, Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan melakukan
inovasi di bidang Pajak Daerah I agar penyampaian dan
pelaporan SPPT PBB P-2 dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien. Berikut penjelasan mengenai E-SPPT : E- SPPT yaitu
surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak
Bumi dan Bangunan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak yang
penyampaian serta pelaporan nya dilakukan secara online.29
E-
SPPT PBB Kota Tangerang Selatan adalah bentuk lain dari SPPT
PBB yang disampaikan melalui e-mail (surat elektronik) pada
setiap tahun pajak.30
2) Keunggulan E-SPPT
Dengan kemajuan dalam berbagai bidang khususnya
teknologi, Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota
Tangerang Selatan melakukan inovasi dalam administrasi pajak
daerah I dengan berbasis online diantaranya ialah e-SPPT.
Dengan adanya e-SPPT tersebut diharapkan dapat mempermudah
akses terkait informasi PBB bagi Wajib Pajak maupun Pegawai
Pajak. Penerapan SPPT berbasis online ini adalah program yang
oleh Pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan diberi nama
SIMPPEL (Sistem Penyampaian SPPT PBB Elektronik). Dengan
slogan “Cepat, Mudah, Bebas biaya”.
Berdasarkan slogan tersebut penerapan SPPT ini secara
langsung menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh program
ini, yakni cepat dan mudah, masayarakat sebagai Wajib Pajak
tidak perlu melakukan kontak fisik dengan pegawai Pajak yang
29 Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2018, Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT), Levlet, 2019. 30
Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, Panduan Pendaftaran/Registrasi e-
SPPT PBB Kota Tangerang Selatan., 2019 (https://e-sppt.tangerangselatankota.go.id/esppt/help),
Diakses tanggal 19 Mei 2019 jam 11.16.
32
ada di Kantor BAPENDA namun hanya dengan membuka
website di laman web e-sppt.tangerangselatankota.go.id maka
Wajib Pajak akan secara langsung bisa menikmati fasilitas
pelayanan PBB tersebut dimanapun berada serta tidak perlu
menunggu antrian untuk mendapatkan pelayanan terkait PBB.
Tidak hanya fasilitas dalam pelayanan informasi, pelaporan, serta
penyampaian SPPT saja, transaksi pembayaran pun dapat
dilakukan dengan mudah, yakni pada bank- bank umum yang
telah terintegrasi dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang
Selatan. Diantaranya :
Bank BJB
Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui
Teller/ATM/e-Banking.
Bank BCA
Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui ATM
dan Internet Banking (Klik BCA).
Bank Mandiri
Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui
Teller/ATM/e-Banking.
Slogan berikutnya ialah Bebas Biaya. Karena diterapkan
secara online tentunya akan mengurangi biaya baik dari Wajib
Pajak maupun BAPENDA sebagai lembaga pemungut pajak
(fiskus). Wajib Pajak tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi
untuk datang ke kantor BAPENDA serta biaya lainnya terkait
pelayanan yang akan diperoleh dari BAPENDA. Sementara
untuk BAPENDA, biaya pencetakan dan pendistribusian kartu
SPPT akan berkurang karena diterapkan nya sistem online
tersebut.
33
3) Cara Penyampaian E-SPPT
SPPT disampaikan secara online melalui media elektronik.
Caranya dengan melakukan registrasi terlebih dahulu dan
mengisi data melalui laman web http://www.e-
sppt.tangerangselatankota.go.id.31
4) Prosedur Registrasi E-SPPT
a) Cara Registrasi
(1) Isi dengan lengkap dan benar kolom di tabel IDENTITAS
PEMILIK/PEMANFAAT/PENGELOLA OBJEK :
NIK : diisi sesuai dengan NIK di KTP
NAMA : diisi sesuai nama pemilik objek pajak
ALAMAT: diisi sesuai dengan alamat di KTP/domisili
KELURAHAN : diisi sesuai dengan nama Kelurahan
di KTP/domisili
KECAMATAN : diisi sesuai dengan nama Kecamatan
di KTP/domisili
KABUPATEN/KOTA : diisi sesuai dengan nama
Kota/Kabupaten di KTP/domisili
PROVINSI : diisi sesuai dengan nama Provinsi di
KTP/domisili
NO. HP : diisi sesuai nomor handphone yang dimiliki
EMAIL : diisi sesuai dengan alamat email yang
dimiliki dan masih aktif
PASSWORD : diisi sesuai keinginan sendiri, minimal
6 karakter (contoh: 123qwe)
KONFIRMASI : diisi sekali lagi sesuai dengan
password yang telah dibuat (contoh: 123qwe).
31
Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2018, Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT), Levlet, 2019.
34
(2) Isi kolom di tabel OBJEK PAJAK
NOP : diisi sesuai dengan 18 digit nomor objek pajak
yang tertera di SPPT contoh: 367605002300104150
NAMA WAJIB PAJAK : diisi sesuai dengan nama
yang tertera di SPPT
TGL. PEMBAYARAN PBB : diisi sesuai dengan
tanggal pembayaran yang tertera di bukti Pembayaran
PBB / STTS (Surat Tanda Terima Setoran) PBB
Contoh: 23-09-2013
THN SPPT : diisi sesuai dengan tahun pembayaran
SPPT / STTS yang dibayar
(3) Setelah semua kolom di tabel Registrasi e-SPPT PBB dan
Objek Pajak diisi dengan benar, selanjutnya tekan tombol
Register yang berada di tabel Objek Pajak.
b) Login ke Aplikasi e-SPPT
Untuk memastikan apakah proses registrasi e-SPPT
berhasil, tekan tombol Login.
Masukan user id :
User ID adalah NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang
sudah didaftarkan pada menu registrasi.
Masukan Password : Kata sandi yang juga sudah dimasukkan
pada saat pendaftaran.
Tekan tombil Login. Jika proses Login berhasil, maka akan
masuk ke dalam tampilan dashboard seperti di bawah ini.
35
Gambar 2.1 Kolom Daftar NOP Teregistrasi
Keterangan tombol di menu dashboard “Daftar NOP
Teregistrasi:
Gambar 2.2 Tombol Keterangan Dashboard NOP
Teregistrasi
Tambah : untuk menambah Nomor Objek Pajak, jika Subjek
Pajak memiliki lebih dari satu Objek Pajak di daerah Kota
Tangerang Selatan.
Hapus : untuk menghapus Nomor Objek Pajak, jika Objek
Pajak sudah berpindah tangan Kepemilikannya.
Profile : untuk melihat/merubah data identitas Subjek Pajak
yang pertama kali diisi saat proses registrasi.
c) Menambah Nomor Objek Pajak baru jika Subjek Pajak memiliki
lebih dari satu Objek Pajak
Jika Subjek Pajak memiliki lebih dari satu objek pajak dan
SPPT-nya ingin dapat dikirim melalui email. Caranya:
Login menggunakan User ID dan Password yang sudah
dibuat pertama kali.
Pada menu dashboard tekan tombol Tambah
36
Caranya pengisian form sama dengan pertama kali saat
mendaftar pada area pengisian NOP yang terdiri dari:
o NOP
o Nama Wajib Pajak
o Tanggal Pembayaran PBB
o Tahun SPPT yang dibayar
d) Menghapus Layanan Pengiriman SPPT Via Email (E-SPPT)
Untuk menghentikan layanan pengiriman SPPT melalui
email karena objek pajak yang dimiliki berpindah tangan akibat
terjadi peralihan hak, transaksi jual beli, hibah, dan lain
sebagainya. Caranya yaitu:
Login menggunakan User ID dan Password yang telah dibuat
sebelumnya.
Setelah masuk ke halaman dashboard seperti di bawah ini
Gambar 2.3 Pengisian Tambahan NOP E-SPPT
Pilih dan tekan Nomor Objek Pajak (NOP) yang ada di tabel
Daftar NOP Teregistrasi sehingga baris tabel NOP yang
dipilih berubah warnanya menjadi lebih gelap.
Lalu tekan tombol Hapus dan tekan tombol OK untuk
melakukan penghapusan.32
32
Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, Panduan Pendaftaran/Registrasi e-
SPPT PBB Kota Tangerang Selatan, 2019, (https://e-sppt.tangerangselatankota.go.id/esppt/help).
Diakses tanggal 19 Mei 2019 jam 11.56.
37
B. Penelitian yang Relevan
Peneliti telah menemukan beberapa karya ilmiah yang digunakan sebagai
rujukan dalam penelitian ini. Hal ini didasari oleh beberapa faktor kesamaan
yakni variabel yang digunakan dan tujuan penelitian. Berikut beberapa
penelitian ilmiah yang peneliti gunakan sebagai sumber rujukan yang relevan
dengan penelitian ini.
Ita Salsalina Lingga dalam jurnal ilmiah yang berjudul Pengaruh
Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Pajak : Studi Empiris Terhadap
Pengusaha Kena Pajak di Wilayah KPP Pratama “X” Jawa Barat I Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha tahun 2013. Variabel bebas dalam
penelitian ini ialah penerapan e-SPT atau SPT elektronik, sementara variabel
terikatnya ialah Kepatuhan Pajak. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
penerapan e-SPT terhadap kepatuhan pajak, mengingat bahwa implementasi
e-SPT akan mencerminkan seberapa jauh wajib pajak memiliki pemahaman
mengenai manfaat dan cara penggunaan e-SPT. Alasan pemilihan KPP
Pratama “X” dikarenakan sebagian besar wilayah kerja dari KPP tersebut
merupakan kawasan industri/usaha, sehingga dipilihlah Pengusaha Kena
Pajak (PKP) sebagai responden penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas penerapan e-SPT PPN pada KPP Pratama “X” dan
besarnya pengaruh penerapan e-SPT tersebut terhadap kepatuhan pajak.33
Novi Purnamasari, Kertahadi, dan Maria Goretti Wi Endang NP dalam
jurnal ilmiah yang berjudul Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada
KPP Madya Malang), Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
Tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
implementasi e-SPT yang terdiri dari kegunaan, kemudahan penggunaan dan
memfasilitasi kondisi terhadap kepatuhan wajib pajak perusahaan untuk
melaporkan e-SPT secara simultan dan sebagian serta pengaruh yang paling
33
Ita Salsalina Lingga, Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Pajak : Studi
Empiris Terhadap Pengusaha Kena Pajak di Wilayah KPP Pratama “X” Jawa Barat I, Jurnal
Akuntansi, Vol. 5 No.1, 2013, h.50-60.
38
dominan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 di KPP Madya
Malang, dengan menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak perusahaan yang
menggunakan sistem e-SPT. Sampel diambil dengan metode purposive
sampling dan terdapat 93 responden. Jawabannya diukur dengan skala Likert.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi berganda, uji t dan uji F.
Hasil analisis menunjukkan variabel itu kegunaan, kemudahan penggunaan
dan memfasilitasi kondisi secara simultan dan sebagian memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak perusahaan dalam melaporkan e-
SPT.34
Lulu Azzahra dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan e-SPT
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Orang Pribadi) dalam Melaporkan SPT
Tahunan (Studi Kasus pwada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega), Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama Tahun 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
signifikan pada penerapan e-SPT terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Orang
Pribadi) dalam melaporkan SPT serta untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh tersebut untuk periode 2008-2012 pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Tegallega. Hal yang diuji dalam penelitian ini adalah
penerapan elektronik SPT dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan dan peningkatan jumlah wajib pajak setelah penerapan elektronik
SPT. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar wajib SPT. Sedangkan sampel penelitian ini adalah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega melaporkan jumlah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar wajib SPT dan melaporkan jumlah wajib pajak
orang pribadi yang menggunakan E-SPT. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana pada tingkat signifikansi
5%. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan variabel
independen yaitu Penerapan e-SPT berpengaruh siginifikan terhadap
34
Novi Purnamasari, Kertahadi, dan Maria Goretti Wi Endang NP, Pengaruh Penerapan e-
SPT Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada KPP
Madya Malang), Student Journal, 2014, h.1.
39
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan SPT Tahunan. Sedangkan
berdasarkan pengujian secara simultan menunjukan bahwa variabel
independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaporkan SPT.35
Saida Said dan Aslindah dalam jurnal ilmiah yang berjudul Pengaruh
Penerapan E-System Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Makassar Selatan). Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2018. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan e-system terhadap
kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar
Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode kepustakaan, observasi dan penyebaran kuesioner kepada seluruh
responden yang menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pemilihan sampel
secara acak. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik dan analisis regresi sederhana menggunakan SPSS
20.0. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan e-system perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar selatan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik penerapan e-system perpajakan maka
kepatuhan wajib pajak juga akan semakin meningkat.36
Dari keempat
referensi diatas terdapat beberapa perbedaan maupun persamaan dengan
penelitian ini. Agar dapat memudahkan pembaca, maka disajikan Tabel 2.1.
35
Lulu Azzahra, “Pengaruh Penerapan e-SPT terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Orang
Pribadi) dalam Melaporkan SPT Tahunan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Tegallega)”, skripsi pada Universitas Widyatama, (Bandung : Universitas Widyatama),
h.i (abstrak). 36
Saida Said dan Aslindah, Pengaruh Penerapan E-System Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Makassar Selatan), ATESTASI Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 1 No.1, 2018, h.29.
40
Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Lain yang Relevan
No. Nama/Jenis
Penelitian/Judul/
Instansi/Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Ita Salsalina Lingga.
Jurnal Ilmiah. Pengaruh
Penerapan e-SPT
Terhadap Kepatuhan
Pajak: Studi Empiris
Terhadap Pengusaha
Kena Pajak di Wilayah
KPP Pratama “X” Jawa
Barat I Fakultas
Ekonomi, Universitas
Kristen Maranatha
tahun 2013.
Penerapan e-SPT
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kepatuhan Wajib
Pajak. Kepatuhan
Wajib Pajak
dipengaruhi oleh
penerapan e-SPT
sebesar 33,7%, sisanya
66,3% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain
yang tidak diamati
dalam penelitian ini.
Variabel
terikat yang
diteliti
adalah
Kepatuhan
Wajib Pajak.
Variabel bebas
yang diteliti
mengenai e-
SPT. Serta
objek yang
diteliti yaitu di
wilayah KPP
Pratama X
Jawa Barat I.
2. Novi Purnamasari,
Kertahadi, dan Maria
Goretti Wi Endang NP.
Jurnal Ilmiah. Pengaruh
Penerapan e-SPT
Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan
dalam Melaporkan SPT
(Studi Kasus pada KPP
Madya Malang),
Fakultas Ilmu
Administrasi,
Universitas Brawijaya
Tahun 2014.
Hasil analisis
menunjukkan variabel
kegunaan, kemudahan
penggunaan dan
memfasilitasi kondisi
secara simultan dan
sebagian memiliki
pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak perusahaan
dalam melaporkan e-
SPT.
Variabel
terikat yang
diteliti ialah
Kepatuhan
Wajib Pajak.
Variabel bebas
yang diteliti
ialah e-SPT.
Serta objek yang
dikaji terdapat di
KPP Madya
Malang.
3. Lulu Azzahra. Skripsi.
Pengaruh Penerapan e-
SPT terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak (Orang Pribadi)
dalam Melaporkan
SPT Tahunan (Studi
Kasus pada Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama Bandung
Tegallega), Fakultas
Ekonomi, Universitas
Widyatama Tahun
2014.
Hasil pengujian
hipotesis secara parsial
menunjukkan variabel
independen yaitu
Penerapan e-SPT
berpengaruh siginifikan
terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dalam
melaporkan SPT
Tahunan. Sedangkan
berdasarkan pengujian
secara simultan
menunjukan bahwa
variabel independen
tersebut berpengaruh
secara signifikan
terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dalam
melaporkan SPT.
Variabel
terikat yang
diteliti ialah
Kepatuhan
Wajib Pajak.
Variabel bebas
yang diteliti
ialah
e-SPT. Objek
penelitian
dilakukan di
KPP Pratama
Bandung
Tegallega.
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
4. Saida Said dan
Aslindah dalam jurnal
ilmiah yang berjudul
Pengaruh Penerapan E-
System Perpajakan
Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Pada
KPP Pratama
Makassar Selatan).
Fakultas Ekonomi dan
Bisni, Universitas
Muhammadiyah
Makassar, Tahun 2018.
Penelitian ini
menemukan bahwa
penerapan e-system
perpajakan berpengaruh
positif terhadap
kepatuhan wajib pajak
orang pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama
Makassar selatan. Hal
ini menunjukkan bahwa
semakin baik penerapan
e-system
perpajakanmaka
kepatuhan wajib pajak
juga akan semakin
meningkat
Variabel
terikat yang
ditelti ialah
Kepatuhan
Wajib Pajak
Variabel bebas
yang diteliti
ialah E-System.
42
C. Kerangka Berpikir
Pajak menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan
untuk membiayai pembangunan nasional. Selain itu, pajak juga menjadi
sumber penerimaan terbesar negara. Pembangunan nasional yang dilakukan
oleh pemerintah merupakan bentuk timbal balik dari pajak terutang yang
dibayarkan oleh masyarakat, berupa penyediaan fasilitas-fasilitas umum
seperti jalan, jembatan, dan lain sebagainya yang dapat dinikmati oleh
masyarakat secara umum. Hal ini sesuai dengan pengertian pajak yang tertera
dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yaitu pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Masyarakat dalam hal ini mempunyai peran sebagai Wajib Pajak yang
memiliki kewajiban untuk membayar pajak terutangnya. Istilah Wajib Pajak
itu sendiri menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 mengenai
pengertian Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Wajib Pajak yang hendak membayarkan pajak
terutangnya harus mengikuti ketetentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku agar beban pajak yang dibayarkan sesuai dengan apa yang dimiliki
oleh Wajib Pajak. Hal ini didasari pada pengertian Kepatuhan Perpajakan itu
sendiri yakni ketaatan Wajib Pajak dalam melaksanakan ketentuan
perpajakan yang berlaku. Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang
taat memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
43
Kepatuhan itu sendiri timbul karena dorongan beberapa faktor yang
mempengaruhi Wajib Pajak. Salah satu faktor diantaranya ialah kualitas
pelayanan perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak yaitu dengan
adanya sistem administrasi perpajakan yang efektif akan memberikan
dampak pada peningkatan kualitas pelayanan pajak yang diberikan instansi
pajak kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak secara sukarela membayar
pajak kepada negara, tanpa mengharap kontraprestasi secara langsung.
Sebagai upaya dalam peningkatan kepatuhan Wajib pajak tersebut maka
dalam hal ini Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan yaitu melakukan
pembaharuan inovasi pada sistem administrasi terkait penyampaian SPPT
PBB P-2. BAPENDA sebagai lembaga dalam Pemerintah Daerah Kota
Tangerang Selatan yang bertugas mengatur lalu lintas uang, memiliki peran
penting dalam mengatur pengeluaran dan penerimaan dana di Kota
Tangerang Selatan. Salah satu sumber penerimaan tersebut diantaranya ialah
Pajak Daerah. Pajak daerah itu sendiri menjadi sumber penerimaan terbesar
di Kota Tangerang Selatan. Dimana salah satu jenis dari Pajak Daerah
tersebut berupa Pajak Bumi dang Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P-
2).
Adapun sistem penyampaian PBB P-2 untuk melakukan kegiatan
penyetoran atau pembayaran pajak terutang harus menggunakan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). SPPT tersebut menjadi hal penting
karena di dalamnya tercantum mengenai harta yang dimiliki oleh wajib Pajak
dengan nominal pajak terutang yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak.
Untuk mendorong tingkat Kepatuhan Wajib Pajak serta upaya dalam
peningkatan pelayanan, BAPENDA melakukan inovasi dalam bidang sistem
administrasi yang disebut SIMPPEL yakni Sistem Penyampaian SPPT
Elektronik. Sistem tersebut bertujuan memudahkan Wajib Pajak dalam
melakukan pelaporan dan pembayaran pajak terutang secara efektif, efisien,
dan akurat. Untuk itu diterapkanlah SPPT dalam bentuk elektronik atau E-
SPPPT. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, agar lebih mudah
44
dipahami oleh pembaca berikut kerangka pemikiran yang disajikan dalam
bentuk bagan pada Gambar 2.4.
Pajak Terutang ditanggung oleh
Didasari Oleh
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pemikiran
Pajak sebagai sumber penerimaan negara terbesar
(APBN 2018)
Wajib Pajak
Kepatuhan
Perpajakan
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak
Kualitas Pelayanan
Perpajakan
Kondisi sistem
administrasi perpajakan
Kualitas penegakan
hukum perpajakan
Kualitas pemeriksaan
pajak
Tinggi rendahnya tarif
pajak yang ditetapkan
Kemauan dan
kesadaran Wajib Pajak
Perilaku Wajib Pajak
Indikator Kepatuhan
Wajib Pajak
Aspek ketepatan
waktu
Aspek
income/penghasilan
WP
Aspek Pengenaan
Sanksi
Aspek lainnya (Aspek
Pembayaran)
Pajak Daerah yakni
Pajak Bumi
Bangunan (PBB)
Penyampaian dan
Pelaporan SPPT
SPPT Elektronik
(E-SPPT)
45
D. Hipotesis Penelitian
Terdapat beberapa pengertian mengenai hipotesis diantaranya,
Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu
pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya,
tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis
memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau
pengamatan dengan teori.37
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diajukan. Hipotesis merupakan pernyataan sementara berupa dugaan
mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang harus diuji. Oleh karena itu,
hipotesis berfungsi sebagai cara untuk menguji kebenaran.38
Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan
pernyataan berupa dugaan sementara yang dibuat oleh peneliti untuk nantinya
diuji kebenarannya. Maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dari penerapan E-SPPT
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
H1 : Terdapat pengaruh yang positif dari penerapan E-SPPT terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
37
W.Gulo, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Grasindo, 2010) Cet.6. h. 57. 38
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, (Jakarta : KENCANA.,2015). h.98.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pendapatan Daerah Kota
Tangerang Selatan yang berlokasi di Jalan Raya Serpong Km.16
Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten Kode Pos 15327.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan dimulai dari bulan
Juni hingga Januari. Lebih rinci disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Keterangan
Waktu Penelitian (2019)
Bulan
Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan
Penyusunan BAB I
Penyusunan BAB II
Penyusunan BAB III
Pengumpulan Data
Penelitian
Pengolahan Data
Penelitian
Penyusunan BAB IV
Penyusunan BAB V
Penyusunan Abstrak
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori
tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini
diukur (biasanya dengan instrumen penelitian) sehingga data yang terdiri dari
angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik.1 Kuantitatif
memiliki data penelitian berupa angka serta analisis data menggunakan
statistik. Dapat diartikan metode kuantitatif merupakan metode yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
1Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta : Kencana, 2017) Cet : 7, h.38.
47
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk
menggambarkan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.2
C. Populasi dan Sampel
Menurut Bungin dalam Syofian, populasi berasal dari Bahasa Inggris
yaitu population yang berarti jumlah penduduk. Dalam penelitian, kata
populasi amat popular dipakai untuk menyebutkan serumpun/sekelompok
objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, peristiwa, sikap hidup dan
sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.3
Menurut sumber lain populasi itu sendiri merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.4 Untuk itu, Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak
terdaftar di Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan yang tercatat
per periode 2017 hingga 2018 yakni sebanyak 412.315 jiwa.
Definisi sampel menurut Arikunto “Sampel adalah bagian dari populasi
(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi”. Definisi sampel lainnya ialah menurut Sugiyono,
Sugiyono memberikan pengertian : “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dari beberapa pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa : “Sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak
semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda
akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung : Alfabeta, 2017). h.15.
3 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkap dengan perbandingan
perhitungan manual dan SPSS,(Jakarta: Kencana, 2014), Cet.2, h.30. 4 Sugiyono, Op.Cit., h.130.
48
mewakilinya.5 Untuk menarik sampel atau bagian populasi yang
representatif, dilakukan dengan teknik incidental sampling. Sampling
incidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa
saja yang kebetulan (incidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap
cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan jenis teknik nonprobability sampling yakni sampling
insidential. Dimana peneliti ingin mengukur Kepatuhan Wajib Pajak di Kota
Tangerang Selatan, maka sampel yang dipilih ialah Wajib Pajak yang
terdaftar di Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan.
Dapat diketahui bahwa tentunya jumlah populasi lebih banyak dari jumlah
sampel. Untuk melakukan penarikan sampel tersebut maka dalam penelitian
ini peneliti menggunakan Rumus Slovin.6 Adapun Rumus tersebut dapat
ditunjukkan sebagai berikut :
Dimana :
n = Jumlah elemen/anggota sampel
N = Jumlah elemen/anggota populasi
E = Error Level (tingkat kesalahan) (catatan : umumnya digunakan 1% atau
0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1 (catatan dapat dipilih oleh peneliti).
Adapun penghitungan untuk menentukan jumlah sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
= 99.975752579 ~ 100
Berdasarkan jumlah populasi yakni sebanyak 412.315 dan sampling error
10%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 100 orang.
5 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung :
Alfabeta,2013). Cet.5. h.239-240 6 Noor, Op.Cit. h.158.
49
D. Sumber Data
Penelitian ini mengunakan dua jenis sumber data yakni sumber data
primer dan sekunder.
Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.7
Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh peneliti berasal dari
pendistribusian angket kepada Wajib Pajak di Kota Tangerang Selatan
yang terdaftar oleh BAPENDA.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan pengolahnya.8 Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini ialah laporan tahunan Badan Pendapatan
Daerah Kota Tangerang Selatan berupa data jumlah wajib Pajak terdaftar
SPPT tahun 2017-2018. Dan data jumlah Wajib Pajak yang membayar
SPPT tahun 2017-2018. Data yang diperoleh peneliti berupa dokumen soft
file.
E. Variabel Penelitian
Terdapat definisi menurut beberapa sumber mengenai variabel
diantaranya menurut Sugiyono, variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.9 Sementara definisi variabel menurut sumber lain, variabel
merupakan suatu istilah yang berasal dari kata “vary” dan “able” yang
berarti “berubah dan “dapat”. Jadi, kata variabel berarti dapat berubah atau
bervariasi. Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
7 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif,(Jakarta : Bumi Aksara,
2013) ,Cet.1. h.37. 8 Ibid., h.37
9 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta ,2009) h.38
50
objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.10
Variabel yang diteliti dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Variabel Bebas
(independent variables) disimbolkan huruf X, dan 2) Variabel Terikat
(dependent variables) disimbolkan huruf Y. Keterkaitan variabel bebas
dengan variabel terikat dapat dijelaskan bahwa :
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas sebagai faktor yang akan mempengaruhi variabel terikat
yaitu Penerapan e-SPPT PBB.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan oleh
prediktor atau faktor dari variabel bebas yakni Kepatuhan Wajib Pajak.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kuesioner/angket dan dokumentasi.
1. Kuesioner/Angket
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. daftar pertanyaan
dapat bersifat terbuka, yaitu jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya
oleh peneliti dan dapat bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah
ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Adapun instrumen daftar pertanyaan
dapat berupa pertanyaan (berupa isian yang diisi oleh responden), checklist
(berupa pilihan dengan cara memberi tanda pada kolom yang disediakan),
dan skala (berupa pilihan dengan memberi tanda pada kolom berdasarkan
tingkatan tertentu). Peneliti menggunakan instrument penelitian angket
yang ditujukan kepada Wajib Pajak yang terdaftar di Badan Pendapatan
Daerah Kota Tangerang Selatan.
10
Noor, Op.Cit. h. 47-48.
51
2. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat,
catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping,
dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, dan data
tersimpan di web site. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan oleh
peneliti berupa laporan tahunan Badan Pendapatan Daerah Kota
Tangerang Selatan, diantaranya :
a. Data SPPT Wajib Pajak terdaftar di BAPENDA Tahun 2017 dan 2018.
b. Data Penerimaan SPPT PBB terutang yang dibayarkan oleh Wajib
Pajak Tahun 2017-2018.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh
dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang
sama. Untuk dapat dikatakan instrumen penelitian yang baik, paling tidak
memenuhi 5 kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, sensitifitas, objektivitas, dan
fisibilitas.11
Jumlah instrumen dalam penelitian disesuaikan dengan jumlah
variabel yang ada dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, maka
penulis mengemukakan dua instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Instrumen untuk mengukur penerapan E-SPPT (X)
2. Instrumen untuk mengukur Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Adapun kisi-kisi instrumen yang akan digunakan tersebut bertujuan untuk
mengukur indikator variabel X dan Y sehingga nantinya akan menghasilkan
beberapa pernyataan. Lebih rinci disajikan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
11
Ibid., h.75.
52
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Penerapan E-SPPT
PBB (X) No. Variabel Dimensi Indikator Pernyataan No. Item
1
Penerapan
E-SPPT
PBB Definisi
E-SPPT
Penyampaian
dan
Pelaporan
secara
online.
Penyampaian besarnya Pajak
Bumi dan Bangunan dilakukan
secara online.
1,2
Pelaporan besarnya Pajak Bumi
dan Bangunan dilakukan secara
online.
Keunggulan
E-SPPT
Mudah
Informasi dapat diakses secara
online melalui web yang tersedia.
3,4,5,6
Informasi dapat diakses melalui
aplikasi.
Transaksi pembayaran dapat
dilakukan pada bank umum
yang terintegrasi.
Transaksi pembayaran dapat
dilakukan melalui Teller/
Anjungan Tunai Mandiri/e-
Banking.
Cepat
Tidak perlu melakukan
kontak fisik kepada fiskus
(pegawai pajak).
7,8,9
Tidak perlu mendatangi kantor
BAPENDA sehingga akan
menghemat waktu. Informasi terkait PBB bisa
diakses dimana saja dan kapan
saja.
Bebas
Biaya
Bebas biaya pelayanan. 10,11,12
Bebas biaya transportasi
karena tidak perlu
mendatangi kantor
BAPENDA.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)
No Variabel Dimensi Indikator Pernyataan No. Item
2
Kepatuhan
Wajib
Pajak (Y)
Macam –
macam
Kepatuhan
Perpajakan
Kepatuhan
Perpajakan
Formal
Tepat waktu dalam mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP
maupun Nomor Pokok Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP). 1,2,3
Tepat waktu dalam menyetorkan
pajak ter-utang.
Tepat waktu dalam melaporkan
pajak yang sudah dibayar
53
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Kepatuhan
Perpajakan
Material
Tepat dalam menghitung pajak
terutang sesuai dengan peraturan
perpajakan. 4,5
Tepat dalam memperhitungkan
pajak terutang sesuai dengan
peraturan perpajakan.
Faktor-
faktor yang
mempe-
ngaruhi
kepatuhan
Wajib
Pajak.
Kondisi
Sistem
Administrasi
Perpajakan
Sistem administrasi perpajakan
yang baik didukung oleh instansi
pajak yang efektif.
6,7,8
Sistem administrasi perpajakan
yang baik didukung oleh sumber
daya pegawai yang mum-puni.
Sistem administrasi perpajakan
yang baik memiliki prosedur
perpajakan yang baik.
Kualitas
Pelayanan
Perpajakan
yang diberikan
kepada Wajib
Pajak.
Kualitas pelayanan yang baik
menjadikan Wajib Pajak rela
untuk memba-yar pajak terutang.
9,10
Kualitas pelayanan perpajakan
yang baik akan meningkatkan
pene-rimaan perpajakan.
Kualitas
Penegakan
Hukum
Perpajakan
Pemberian sanksi terhadap Wajib
Pajak yang melakukan
pelanggaran perpajakan
menentukan kualitas penegakan
hukum yang baik. 11,12 Integritas Fiskus ketika
menjatuhkan sanksi pada setiap
Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran perpajakan
menentukan kualitas penegakan
hukum perpajakan yang baik.
Kualitas
Pemeriksaan
Pajak.
Kompetensi pemeriksa pajak yang
baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
13,14,
15,16,17
Keahlian pemeriksa pajak yang
baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
Indepedensi pemeriksa pajak yang
baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
Integritas pemeriksa pajak yang
baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
Pemeriksaan pajak yang
dilakukan sesuai prosedur
menentukan kualitas pemeriksa
pajak yang baik.
Tinggi
rendahnya tarif
pajak yang
ditetapkan.
Penetapan tarif pajak yang tinggi
akan mendorong Wajib Pajak
mengurangi jumlah utang
pajaknya. 18,19
Penetapan tarif pajak yang tinggi
akan menjadikan penerimaan
pajak sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.
54
Tabel 3.3 (Lanjutan)
Kemauan dan
kesadaran
Wajib Pajak.
Kemauan Wajib Pajak dalam
membayar pajak akan memberikan
dampak pada tingkat kepatuhan
yang lebih tinggi sehingga
penerimaan pajak akan mencapai
target. 20,21
Kesadaran Wajib Pajak mengenai
arti dan tujuan pembayaran pajak
akan memberikan dampak pada
tingkat kepatuhan yang lebih tinggi
sehingga penerimaan pajak
Perilaku Wajib
Pajak.
Membayar Pajak berarti Wajib
Pajak secara sukarela turut serta
dalam membiayai fungsi
pemerintahan. 22,23
Membayar Pajak berarti Wajib
pajak merasa bertanggung jawab
dalam membiayai fungsi
pemerintahan.
Aspek
Ketepatan
Waktu.
Melakukan pelaporan SPPT
dengan tepat waktu. 24,25
Melakukan pelaporan SPPT sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Indikator
Kepatuhan
Wajib
Pajak
Aspek income
atau
penghasilan
Wajib Pajak.
Kesediaan Wajib Pajak membayar
kewajiban angsuran pajak.
26,27 Kesediaan Wajib Pajak membayar
kewajiban sesuai ketentuan yang
berlaku.
Aspek Law
Enforcement
(pengenaan
sanksi).
Membayar tunggakan pajak yang
ditetapkan berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) sebelum
jatuh tempo. 28,29
Menerima sanksi yang dijatuhkan
apabila melakukan pelanggaran
perpajakan.
Tepat waktu
dalam
menyampaikan
Surat
Pemberitahuan
Tepat waktu dalam menyampaikan
SPPT. 30
Persyaratan
Wajib
Pajak
dengan
Kriteria
Tertentu
(Wajib
Pajak
Patuh)
Tidak
mempunyai
tunggakan
pajak
Wajib Pajak tidak memiliki
tunggakan pada semua jenis pajak.
31,32,
33
Wajib Pajak memiliki tunggakan
pajak yang telah memperoleh izin
untuk mengangsur pembayaran
pajak.
Wajib Pajak memiiliki tunggakan
yang telah memperoleh izin untuk
menunda pembayaran pajak.
55
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengukur instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara :
1. Uji Prasyarat Instrumen Penelitian
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan dalam penelitian untuk mengukur
instrumen penelitian. Dimana instrumen penelitian digunakan untuk
pengambilan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.12
Menurut Azwar dan Soegiyono dalam Syofian Siregar, suatu
instrumen dikatakan valid, bila koefisien korelasi product moment
melebihi 0.3, koefisien korelasi product moment > rtabel (α ; n - 2) n =
jumlah sampel, nilai sig ≤ α. Adapun rumus yang digunakan untuk uji
validitas yaitu dengan teknik korelasi product moment, yaitu :
√[ ] [ ]
Keterangan :
n = jumlah responden
x = skor variabel (jawaban responden)
y = skor total dari variabel untuk responden ke-n13
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
pengukur yang sama pula.14
12
Sugiyono, Op.Cit.,h.193 13
Syofian, Op.Cit, h.77 14
Ibid, h.87
56
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuisioner.
Tingkat konsisten dalam instrumen dapat diukur melalui uji reliabilitas
data. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian
validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid
umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instumen perlu
dilakukan.15 Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk
menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak yakni menggunakan
teknik alpha cornbach. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan
reliabel dengan teknik ini, bila koefisien reliabilitas ) > 0.6.16
2. Uji Asumsi Dasar
a) Uji Normalitas
Uji normalitas itu sendiri bertujuan untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu distribusi data. Pada dasarnya, uji normalitas adalah
membandingkan antara data yang kita miliki dan data berdistribusi
normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan
kita. Uji Normalitas menjadi hal penting karena salah satu syarat
pengujian parametric test adalah data harus memiliki distribusi niral
(atau berdistribusi normal).17
Dalam penelitian ini penghitungan uji normalitas menggunakan
model Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Uji Kolmogorov-Smirnov
digunakan untuk menguji kesesuaian sampel dengan suatu bentuk
distribusi tertentu. Uji ini juga dapat dilakukan untuk menguji
kesesuaian dua sampel yang berasal dari dua populasi yang identik. Uji
Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan pada data dengan skala
nominal maupun ordinal. Adapun hipotesis yang dibuat sebagai
berikut.18
15
Sugiyono, loc.cit. 16
Syofian, Op.Cit, h.90 17
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, SPSS vs Lisrel Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. (Jakarta : Salemba Empat, 2011). h.53. 18
Johar Arifin., SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi, (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2017). h.120
57
H0 = populasi nilai ujian asal sampel didistribusikan secara normal
Ha = populasi nilai ujian asal sampel tidak didistribusikan secara
normal.
Dengan kriteria :
Jika probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.19
b) Uji Linieritas
Linearitas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam
range variabel independen tertentu.20
Uji linieritas bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang liniear
atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai
prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi liniear. Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan Test for Liniearity dengan pada taraf
signifikansi 0.05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang
liniear bila signifikansi (liniearity) kurang dari 0.05.21
Uji liniearitas dilakukan apabila persyaratan asumsi untuk model
liniear sudah dipenuhi dan scatter plotnya sudah menunjukkan adanya
hubungan. Uji liniearitas dilakukan terhadap persamaan liniear y = a+
bX. Secara matematis persamaan tersebut dikatakan liniear apabila
nilai b tidak sama dengan nol. Nilai b merupakan penaksir parameter
populasi β. Untuk nilai penaksir konstan a bisa bernilai bebas. Apabila
antara variabel x dan variabel y dikatakan sudah memiliki hubungan
linier, berarti bisa dikatakan variabel x berpengaruh terhadap variabel
y. Langkah uji liniearitas atau uji pegaruh adalah sebagai berikut :
19
Ibid., h.122 20
Singgih Santoso, Statistik Multivariat dengan SPSS, (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2017). h. 50 21
Ce Gunawan, Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengolah Data dengan IBM SPSS STATISTICS
25,(Yogyakarta : Deepublish, 2018) . h.68
58
Bentuk hipotesis model linier
H0 : β = 0 {persamaan adalah tidak linier atau tak ada relasi
antara x dan y}.
H1 : β ≠ 0 {persamaan adalah linier atau ada relasi x dan y}.
c) Analisis Statistika Dekriptif
Menurut Ronald E. Walpole (2001), statistika deskriptif adalah
metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan peyajian
suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.
Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang
dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan
apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Informasi yang dapat
diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan
data (central tendency), ukuran penyebaran data (dispersion) serta
kecenderungan suatu gugus data.22
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan
bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan atau
menguraikan data sehingga mudah dipahami. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan dalam mendeskripsikan, menggambarkan,
menjabarkan, atau menguraikan data antara lain :
a. Menentukan ukuran dari data seperti nilai modus, rata-rata dan
nilai tengah (median).
b. Menentukan ukuran variabilitas data seperti : variasi (varian),
tingkat penyimpangan (deviasi standar), jarak (range).
c. Menentukan ukuran bentuk data : skewness, kurtosis, plot boks.23
22
Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), (Yogyakarta: ANDI,
2016). h.58. 23
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian,(Jakarta: Rajawali Press, 2018). Cet.
6.h.2
59
3. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Menurut Suliyanto dalam Sari, nilai thitung digunakan untuk menguji
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel bergantung atau tidak. Suatu variabel akan memiliki
pengaruh yang berarti jika nilai thitung variabel tersebut lebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel.
Untuk menghitung nilai t hitung digunakan rumus :
t1
Keterangan :
t = Nilai t hitung
bj = Koefisien regresi
spj = Kesalahan baku koefisien regresi
Dalam pengujian ini mula-mula ditentukan hipotesis nol atau null
hipotesis (H0) yang menyatakan bahwa masing-masing variabel
penjelas tidak berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan
secara individu. Kemudian H1 yang menyatakan masing-masing
variabel penjelas mempunyai pengaruh terhadap variabel yang
menjelaskan secara individu.24
b. Uji Regresi Sederhana
Regresi Sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Y = a + bX
Dimana :
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
24
Greydi Normala Sari, Paulus Kindangen, dan Tri Oddy Rotinsulu, Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Perkotaan di Sulawesi Utara Tahun 2004-2014, Jurnal
Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan Daerah, 2016, Vol.18, No.2, h.10.
60
a = Konstanta
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan
angka peningkatan ataupun penurunan variabel
independen.25
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (r2) adalah sebuah bilangan yang
menyebutkan proporsi (persentase) variasi perubahan nilai-nilai Y
yang ditentukan oleh variasi perubahan nilai-nailai X notasi
koefisien determinasi pada regresi linier sederhana adalah r2
karena
hanya satu variabel yang didterminasikan ke variabel dependen.
Hasil koefisien determinasi adalah dalam bentuk persen.26
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner, dimana
data diperoleh dari responden yaitu Wajib Pajak terdaftar di Badan
Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan. Untuk mengukur Kepatuhan
Wajib Pajak (Y) dan Penerapan E-SPPT (X), peneliti menggunakan skala
likert. Adapun skala likert memiliki lima tingkatan jawaban. Berikut tabel
skala likert :
Tabel 3.4 Skor Skala Likert Jawaban Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 3.5 Rentang Persentase Jawaban Kuesioner Keterangan Persentase
Sangat Patuh 80 – 100
Patuh 60 – 80
Kurang Patuh 40 – 60
Tidak Patuh 20 – 40
Sangat Tidak Patuh 0 – 20
25
Sugiyono, Op.Cit., h.300. 26
Irwan, Op.Cit., h.143.
61
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500
(Seandainya semua menjawab SS). Adapun tingkat persetujuan dapat
dirumuskan sebagai berikut27
:
27
Ibid., h.155
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang
Selatan
Pembentukan Kota Tangerang Selatan secara resmi disahkan melalui
UU No.51 Tahun 2008, selanjutnya dibentuk Organisasi Perangkat Daerah
yang salah satunya adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) berdasarkan peraturan Walikota nomor 01 Tahun
2009 tentang organisasi perangkat daerah. Pada akhir 2010, sesuai dengan
Peraturan Daerah No.06 Tahun 2009 tentang organisasi perangkat daerah,
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
mempunyai struktur organisasi atau sekretariat dan tujuh bidang yaitu:
a. Bidang Anggaran
b. Bidang Akuntansi
c. Bidang Perbendaharaan
d. Bidang Aset
e. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Pendapatan
f. Bidang PBB dan BPHTB serta,
g. Bidang Non PBB dan BPHTB
Pada akhir tahun 2016 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah mengalami Pemekaran sehingga berpisah dengan Pengelolaan
Keuangan Daerah yang menjadi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
(BPKAD), sesuai Peraturan daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
pembentukan dan susunan perangkat daerah Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA) memiliki satu sekretariat dan 4 Bidang, yaitu :
a. Bidang Pajak Daerah 1
b. Bidang Pajak Daerah 2
c. Bidang Pemeriksaan
d. Bidang Perencanaan Pendapatan
e. Regulasi dan Keberatan Pajak daerah
63
Sesuai dengan Peraturan Walikota Tangerang Selatan No.71 Tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Badan Pendapatan Daerah.1 Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA)
Kota Tangerang Selatan adalah suatu lembaga Pemerintah Daerah Kota
Tangerang Selatan yang terletak di Jalan Raya Serpong KM.16 Kelurahan
Cilenggang, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15321.2
2. Profil Singkat Kota Tangerang Selatan
a. Sejarah
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten,
Indonesia, Kota ini diresmikan oleh menteri dalam negeri Indonesia,
Mardiyanto, pada 28 Oktober 2008. Wilayah ini merupakan pemekaran
dari Kabupaten Tangerang, rencana ini berawal dari keinginan warga di
wilayah selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada masa
penjajahan Belanda, wilayah ini masuk kedalam keresidenan Batavia
dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu suku Sunda, suku
Betawi, dan suku Tionghoa.
Wacana pembentukan kota otonom Tangerang Selatan (dahulu
cipasera) muncul sejak 1999, namun belum adanya kata sepakat antara
DPRD dan pemerintah Kabupaten Tangerang tentang jumlah
kecamatan yang akan tergabung dalam kota otonom ini, menghambat
proses pembentukannya. Sebagian besar warga masyarakat yang tinggal
di Kecamatan Ciputat, Pamulang, Serpong, Cisauk, dan Pondok Aren
menginginkan lepas dari Kabupaten Tangerang. Untuk mewujudkan
keinginan itu, pada 19 November 2000, dibentuk komite persiapan
pembentukan daerah otonom (KPPDO) Kota Cipasera.
1 Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan Tahun
2018.(Tangerang Selatan : Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2018). h.4-5 2 Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan,2019,
(https://bapenda.tangerangselatankota.go.id), Diakses tanggal 15 November 2019 jam 14.45.
64
Para aktivis KPPDO pada 2002 pun melakukan kajian awal
untuk mendata kelayakan wilayah Cipasera menjadi sebuah kota
otonom setingkat kotamadya. Wilayah Cipasera yang memiliki luas
2.239.850 km2, kini telah menjadi daerah perkotaan yang ramai. Pada
tahun 2000, jumlah penduduk yang tinggal di lima kecamatan itu
hampir mencapai 942.194 (Pagedangan diikutsertakan) atau setara
34.5% penduduk Kabupaten Tangerang. Sayangnya, wilayah yang telah
berkembang menjadi kota itu tidak dibarengi dengan penataan kota
yang baik.
Pertimbangan lainnya adalah aspek pelayanan masyarakat. Saat
ini, dengan letak pusat pemerintahan kabupaten di Tigaraksa (50 km
dari Tangerang Selatan) sangat tidak efektif. Dengan luas daerah dan
jumlah penduduk yang tinggi, Tangerang Selatan membutuhkan
konsentrasi pengelolaan yang lebih tinggi dibanding kecamatan di luar
Tangerang Selatan. Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) enam
kecamatan itu sangat besar, yaitu 309 Miliar pertahunnya, atau 60%
dari PAD seluruh daerah Kabupaten Tangerang. Akhirnya tanggal 29
September 2008 keluar UU No.51 tahun 2008 tentang pembentukan
Kota Tangerang Selatan melalui sidang paripurna DPR-RI, dengan
cakupan wilayah Kecamatan Setu, Serpong, Serpong Utara, Ciputat,
Ciputat Timur, Pondok Aren dan Pamulang bergabung dalam sebuah
kota otonom bernama Kota Tangerang Selatan sekaligus melantik
pejabat Walikota Tangerang Selatan Ir.H.M.Shaleh, M.T. sebagai
pejabat Walikota Tangerang Selatan.3
b. Geografi
Kota Tangerang Selatan dibentuk berdasarkan UU No.51 Tahun
2008 tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan. Secara
administratif mempunyai 7 kecamatan dan 54 kelurahan dan
mempunyai luas wilayah 147.19 km2 atau 14.719 ha dengan jumlah
3 Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan Tahun
2018.(Tangerang Selatan : Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2018). h.3-4
65
penduduk sebanyak 1,543,209 jiwa pada tahun 2015. Kota Tangerang
Selatan berbatasan langsung dengan Kota/Kabupaten :
1) Sebelah utara dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang
2) Sebelah timur berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota
Depok
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota
Depok
4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.4
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
instrumen. Instrumen dapat dikatakan valid apabila koefisien korelasi
product moment melebihi 0,312. Adapun caranya adalah dengan
membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka
instrumen dikatakan valid. Dan jika rhitung < rtabel maka instrumen
dinyatakan tidak valid. Instrumen dalam penelitian ini diujikan kepada
responden yang terdaftar SPPT PBB P-2 di Badan Pendapatan Daerah
Kota Tangerang Selatan yang berdomisili di Kecamatan Setu yakni
sebanyak 40 responden yang dilakukan secara random dengan mengisi
kueisioner yang di sebar melalui link google form sebanyak 45 item
soal. Dari hasil pengujian validitas tersebut dapat diketahui bahwa dari
45 item soal semua nya dinyatakan valid. Lebih lanjut hasil uji validitas
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Penerapan E-SPPT PBB
(X)
Variabel/Item r hitung r tabel Keterangan
item 1 0.624 0.312 Valid
item 2 0.63 0.312 Valid
item 3 0.685 0.312 Valid
item 4 0.693 0.312 Valid
item 5 0.7 0.312 Valid
4 Profil Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan Tahun
2018.(Tangerang Selatan : Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2018). h.8
66
item 6 0.688 0.312 Valid
item 7 0.772 0.312 Valid
item 8 0.55 0.312 Valid
item 9 0.516 0.312 Valid
item 10 0.58 0.312 Valid
item 11 0.485 0.312 Valid
item 12 0.652 0.312 Valid
Berdasarkan instrumen yang telah diujikan kepada 40 orang
responden yang terdaftar SPPT PBB P-2 di Badan Pendapatan Daerah
Kota Tangerang Selatan yang berdomisili di Kecamatan Setu sebanyak
12 item soal dalam variabel Penerapan E-SPPT PBB (X) yang diuji
melalui aplikasi SPPS 20 menyatakan keseluruhan item soal
dinyatakan valid dengan perbandingan yang dilakukan ialah rhitung >
rtabel.
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
Variabel/Item r hitung r tabel Keterangan
item 1 0.596 0.312 Valid
item 2 0.539 0.312 Valid
item 3 0.628 0.312 Valid
item 4 0.525 0.312 Valid
item 5 0.495 0.312 Valid
item 6 0.677 0.312 Valid
item 7 0.714 0.312 Valid
item 8 0.699 0.312 Valid
item 9 0.81 0.312 Valid
item 10 0.61 0.312 Valid
item 11 0.636 0.312 Valid
item 12 0.658 0.312 Valid
item 13 0.696 0.312 Valid
item 14 0.65 0.312 Valid
item 15 0.642 0.312 Valid
item 16 0.574 0.312 Valid
item 17 0.528 0.312 Valid
item 18 0.563 0.312 Valid
item 19 0.529 0.312 Valid
item 20 0.685 0.312 Valid
item 21 0.756 0.312 Valid
item 22 0.707 0.312 Valid
item 23 0.679 0.312 Valid
item 24 0.517 0.312 Valid
item 25 0.567 0.312 Valid
67
item 26 0.648 0.312 Valid
item 27 0.634 0.312 Valid
item 28 0.615 0.312 Valid
item 29 0.575 0.312 Valid
item 30 0.657 0.312 Valid
item 31 0.638 0.312 Valid
item 32 0.603 0.312 Valid
item 33 0.313 0.312 Valid
Berdasarkan instrumen yang telah diujikan kepada 40 orang
responden yang terdaftar SPPT PBB P-2 di Badan Pendapatan Daerah
Kota Tangerang Selatan yang berdomisili di Kecamatan Setu sebanyak
33 item soal dalam varaiabel Keaptuhan Wajib Pajak (Y) yang diuji
melalui aplikasi SPPS 20 menyatakan keseluruhan item soal
dinyatakan valid dengan perbandingan yang dilakukan ialah rhitung >
rtabel.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi dari suatu
instrumen. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik alpha cornbach. Adapun penelitian dikatakan
reliabel dengan teknik ini, bila koefisien reliabilitas r > 0,6. Hasil
pengujian reliabilitas dapat diasjikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Reliabilitas
Coefficient
Cronbach
Alpha
Nilai
Alpha Keterangan
Penerapan
E-SPPT PBB (X) 12 pernyataan 0.861 0.60 Reliabel
Kepatuhan
Wajib Pajak (Y) 33 pernyataan 0.944 0.60 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa
variabel dependen yakni Kepatuhan Wajib Pajak (Y) memiliki
cronbach alpha 0,944 > 0,60 maka variabel dinyatakan reliabel. Dan
untuk variabel Penerapan E-SPPT PBB (X) memiliki cornbach alpha
0,861 > 0,60 maka dapat diketahui bahwa variabel dinyatakan reliabel.
68
4. Data Penelitian
a. Deskripsi Responden
Peneliti akan mendeskripsikan responden yang menjadi objek
dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini ialah masyarakat
yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) PBB P-2 di Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA)
Kota Tangerang Selatan. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data berupa kuesioner, dan kuesioner tersebut di sebar kepada 100
responden yang dibagi ke dalam tiga kategori:
1) Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Total kuesioner berdasarkan jenis kelamin terbagi menjadi
dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut data secara umum
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 42
Perempuan 58
Total 100
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah
responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 42
orang dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
58 orang. Dan jika dilihat dari diagram, persentasenya yakni
sebesar 42% untuk responden yang berjenis kelamin laki-laki dan
persentase 58% untuk responden yang berjenis kelamin
perempuan. Dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini responden
berjenis kelamin perempuan lebih dominan. Lebih jelas seperti
pada Gambar 4.1.
69
Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2) Responden Berdasarkan Pekerjaan
Total responden berdasarkan pekerjaan terbagi menjadi
beberapa jenis diantaranya adalah Ibu Rumah Tangga, Pegawai
Negeri Sipil (PNS), Guru, Wiraswasta, Pegawai Swasta, POLRI,
Mahasiswa/Pelajar, Musisi, Arsitek, Freelance, serta pensiun baik
dari pegawai PNS/Swasta. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah
Arsitek 1
Freelance 1
Guru 4
Ibu Rumah Tangga 20
Mahasiswa/Pelajar 20
Musisi 1
Pegawai Swasta 25
Pensiun 2
PNS 16
POLRI 1
Wiraswasta 9
Total 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Wajib Pajak
yang bekerja sebagai Arsitek, Freelance, Musisi, dan POLRI
berjumlah 1 orang, Guru berjumlah 4 orang, Ibu Rumah Tangga
sebanyak 20 orang, Mahasiswa/Pelajar 20 orang, Pegawai Swasta
42%
58%
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
70
sebanyak 25 orang, Pensiun pegawai baik PNS/Swasta sebanyak 2
orang, PNS berjumlah 16 orang, dan Wajib Pajak yang berprofesi
sebagai wiraswasta sebanyak 9 orang. Apabila diproyeksikan ke
dalam persentase maka dapat diketahui bahwa persentase Wajib
Pajak yang berprofesi sebagai Pegawai Swasta memiliki persentase
tertinggi yakni sebesar 25%, di posisi kedua yang memiliki
persentase terbesar ialah Wajib Pajak yang berprofesi sebagai
Mahasiswa/Pelajar dan Ibu Rumah Tangga yakni 20%, selanjutnya
PNS dengan persentase 16%, wiraswasta sebesar 9%, yang
memiliki profesi sebagai Arsitek, Freelance, Musisi, dan POLRI
sebesar 1% dan persentase sebesar 2% untuk Wajib Pajak yang
merupakan Pensiunan pegawai PNS/Swasta. Lebih jelas seperti
terlihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Berdasarkan Jenis Pekerjaan
3) Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Total responden berdasarkan pendidikan terakhirnya terbagi
ke dalam enam jenjang diantaranya SMP/MTs/Sederajat,
SMA/MA/Sederajat, D III/IV, Strata I, Strata II, dan Strata III.
Lebih lanjut data dapat dilihat pada Tabel 4.6.
20%
16%
4% 9%
25%
1%
20%
1% 1% 1% 2%
Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
PNS
Guru
Wiraswasta
Pegawai Swasta
POLRI
Mahasiswa/Pelajar
Musisi
Arsitek
Freelance
Pensiun
71
Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah
Strata III 1
Strata II 7
Strata I 31
D III/IV 12
SMA/MA/Sederajat 44
SMP/MTs/Sederajat 5
Total 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui responden
berdasarkan pendidikan terakhir pada jenjang Strata III berjumlah
1 orang, Strata II berjumlah 7 orang, Strata I berjumlah 31 orang, D
III/IV sebanyak 12 orang, SMA/MA/Sederajat sebanyak 44 orang,
dan jenjang SMP/MTs/Sederajat sebanyak 5 orang. Apabila
diproyeksikan ke dalam diagram persentasenya sebesar 44%
dengan jenjang pendidikan terakhir paling dominan ialah
SMA/MA/Sederajat, lalu jenjang Strata 1 dengan persentase paling
banyak kedua yakni sebesar 31%, jenjang D II/IV sebesar 12%,
Strata II sebanyak 7%, SMP/MTs/Sederajat 5%, dan Strata III
berjumlah 1%. Lebih jelas seperti terlihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
5%
44%
12%
31%
7% 1%
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat
D III/IV
Strata I
Strata II
Strata III
72
b. Deskripsi Hasil Angket Responden
Peneliti akan menjelaskan hasil angket dalam penelitian ini.
Angket diberikan kepada 100 orang responden yakni Wajib Pajak
terdaftar SPPT PBB P-2 di Kota Tangerang Selatan.
1) Variabel Penerapan E-SPPT (X)
Terdapat 12 pernyataan dari 4 indikator dalam variabel
penerapan E-SPPT. Berikut hasil tabulasi angket penelitian
berdasarkan indikator dalam variabel penerapan E-SPPT.
a) Penyampaian dan Pelaporan secara online
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut item pernyataan
dalam indikator ini seperti disajikan pada Tabel 4.7 dan 4.8.
Tabel 4.7 Penyampaian Besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan Dilakukan Secara Online.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 26 26%
Setuju 52 52%
Kurang Setuju 16 16%
Tidak Setuju 4 4%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa sebanyak 26
responden atau 26% menyatakan sangat setuju, 52 responden
atau 52% menyatakan setuju, 16 responden atau 16%
menyatakan kurang setuju, 4 responden atau 4% menyatakan
tidak setuju, dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 52% responden menyatakan
setuju dengan adanya penyampaian besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan yang dilakukan secara online.
73
Tabel 4.8 Pelaporan Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan
Dilakukan Secara Online.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 23 23%
Setuju 59 59%
Kurang Setuju 13 13%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui bahwa sebanyak 23
responden atau 23% menyatakan sangat setuju, 59 responden
atau 59% menyatakan setuju, 13 responden atau 13%
menyatakan kurang setuju, 3 responden atau 3% menyatakan
tidak setuju, dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 59% responden menyatakan
setuju dengan adanya pelaporan besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan yang dilakukan secara online.
b) Mudah
Indikator ini memiliki empat pernyataan. Berikut merupakan
Berikut item pernyataan dalam indikator ini seperti disajikan
pada Tabel 4.9, 4.10, 4.11, dan 4.12.
Tabel 4.9 Informasi Dapat Diakses Secara Online Melalui
Web yang Tersedia.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 38 38%
Setuju 53 53%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui bahwa sebanyak 38
responden atau 38% menyatakan sangat setuju, 53 responden
atau 53% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju,
dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 53% responden menyatakan setuju dengan
74
Informasi yang dapat diakses secara online melalui web yang
tersedia.
Tabel 4.10 Informasi Dapat Diakses Melalui Aplikasi
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 42 42%
Setuju 43 43%
Kurang Setuju 12 12%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.10, diketahui bahwa sebanyak 42
responden atau 42% menyatakan sangat setuju, 43 responden
atau 43% menyatakan setuju, 12 responden atau 12%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 43% responden menyatakan
setuju dengan Informasi yang dapat diakses melalui aplikasi.
Tabel 4.11 Transaksi Pembayaran Dapat Dilakukan pada
Bank Umum yang Terintegrasi.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 45 45%
Setuju 45 45%
Kurang Setuju 9 9%
Tidak Setuju 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa sebanyak 45
responden atau 45% menyatakan sangat setuju, 45 responden
atau 45% menyatakan setuju, 9 responden atau 9% menyatakan
kurang setuju, 1 responden atau 1% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 45% responden menyatakan setuju dan
sangat setuju dengan transaksi pembayaran yang dapat
dilakukan pada bank umum yang terintegrasi.
75
Tabel 4.12 Transaksi Pembayaran Dapat Dilakukan
Melalui Teller/ Anjungan Tunai Mandiri/e-Banking.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 36 36%
Setuju 53 53%
Kurang Setuju 9 9%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.12, diketahui bahwa sebanyak 36
responden atau 36% menyatakan sangat setuju, 53 responden
atau 53% menyatakan setuju, 9 responden atau 9% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju.
Dapat disimpulkan bahwa 53% responden menyatakan sangat
setuju dengan transaksi pembayaran yang dapat dilakukan
melalui Teller/ Anjungan Tunai Mandiri/e-Banking.
c) Cepat
Indikator ini memiliki tiga pernyataan. Berikut Berikut item
pernyataan dalam indikator ini seperti disajikan pada Tabel 4.13,
4.14 dan 4.15.
Tabel 4.13 Tidak Perlu Melakukan Kontak Fisik Kepada
Fiskus (Pegawai Pajak) untuk Mendapatkan Pelayanan
Terkait Pelaporan dan Penyampaian SPPT.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 35 35%
Setuju 44 44%
Kurang Setuju 17 17%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.13, diketahui bahwa sebanyak 35
responden atau 35% menyatakan sangat setuju, 44 responden
atau 44% menyatakan setuju, 17 responden atau 17%
menyatakan kurang setuju, 3 responden atau 3% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
76
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 44% responden menyatakan
setuju dengan tidak perlunya melakukan kontak fisik kepada
fiskus (pegawai pajak) untuk mendapatkan pelayanan terkait
pelaporan dan penyampaian SPPT.
Tabel 4.14 Tidak perlu menunggu antrian untuk
mendapatkan pelayanan terkait pelaporan dan
penyampaian SPPT.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 49 49%
Setuju 43 43%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.14, diketahui bahwa sebanyak 49
responden atau 49% menyatakan sangat setuju, 43 responden
atau 43% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju,
dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 49% responden menyatakan sangat setuju
dengan tidak perlunya tidak perlu menunggu antrian untuk
mendapatkan pelayanan terkait pelaporan dan penyampaian
SPPT.
Tabel 4.15 Tidak Perlu Mendatangi Kantor BAPENDA
untuk Mendapatkan Pelayanan Terkait Pelaporan dan
Penyampaian SPPT Sehingga Akan Menghemat Waktu.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 45 45%
Setuju 46 46%
Kurang Setuju 8 8%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.15, diketahui bahwa sebanyak 45
responden atau 45% menyatakan sangat setuju, 46 responden
atau 46% menyatakan setuju, 8 responden atau 8% menyatakan
77
kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju,
dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 46% responden menyatakan setuju dengan
tidak perlunya tidak perlu mendatangi kantor BAPENDA untuk
mendapatkan pelayanan terkait pelaporan dan penyampaian
SPPT sehingga akan menghemat waktu.
d) Bebas Biaya
Indikator ini memiliki empat pernyataan. Berikut merupakan
item pernyataan pada indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.16, 4.17 dan 4.18.
Tabel 4.16 Informasi Terkait PBB Bisa Diakses Dimana
Saja dan Kapan Saja.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 60 60%
Setuju 30 30%
Kurang Setuju 7 7%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.16, diketahui bahwa sebanyak 60
responden atau 60% menyatakan sangat setuju, 30 responden
atau 30% menyatakan setuju, 7 responden atau 7% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju,
dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 60% responden menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.17 Bebas Biaya Pelayanan Administrasi Terkait
Pelaporan dan Penyampaian SPPT.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 64 64%
Setuju 29 29%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
78
Berdasarkan Tabel 4.17, diketahui bahwa sebanyak 64
responden atau 64% menyatakan sangat setuju, 29 responden
atau 29% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 1 responden atau 1% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 64% responden menyatakan sangat setuju
dengan bebas biaya pelayanan administrasi terkait pelaporan
dan penyampaian SPPT.
Tabel 4.18 Bebas Biaya Transportasi Karena Tidak Perlu
Mendatangi Kantor BAPENDA Untuk Mendapatkan
Pelayanan Terkait Pelaporan dan Penyampaian SPPT.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 56 56%
Setuju 36 36%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.18, diketahui bahwa sebanyak 56
responden atau 56% menyatakan sangat setuju, 36 responden
atau 36% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 56% responden menyatakan sangat setuju
dengan bebas biaya transportasi karena tidak perlu mendatangi
kantor BAPENDA untuk mendapatkan pelayanan terkait
pelaporan dan penyampaian SPPT.
b. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Pada variabel ini terdapat 33 pernyataan dengan 14 indikator.
Kuesioner diberikan kepada 100 responden. Berikut merupakan
deskripsi hasil tabulasi kuesioner penelitian berdasarkan variabel
Kepatuhan Wajib Pajak.
79
a) Kepatuhan Pajak Formal
Indikator ini memiliki tiga pernyataan. Berikut merupakan tabel
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.19, 4.20 dan 4.21.
Tabel 4.19 Wajib Pajak tepat waktu dalam mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP maupun Nomor Pokok
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 26 26%
Setuju 58 58%
Kurang Setuju 13 13%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.16, diketahui bahwa sebanyak 26
responden atau 26% menyatakan sangat setuju, 58 responden
atau 58% menyatakan setuju, 13 responden atau 13%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 58% responden menyatakan
setuju bahwa Wajib Pajak tepat waktu dalam mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP maupun Nomor Pokok Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP).
Tabel 4.20 Wajib Pajak tepat waktu dalam menyetorkan
pajak terutang.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 26 26%
Setuju 58 58%
Kurang Setuju 12 12%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.20, diketahui bahwa sebanyak 26
responden atau 26% menyatakan sangat setuju, 58 responden
atau 58% menyatakan setuju, 12 responden atau 12%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
80
tidak setuju, dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 58% responden menyatakan
setuju bahwa Wajib Pajak tepat waktu dalam menyetorkan pajak
terutang.
Tabel 4.21 Wajib Pajak tepat waktu dalam melaporkan
pajak yang sudah dibayar.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 30 30%
Setuju 57 57%
Kurang Setuju 12 12%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.21, diketahui bahwa sebanyak 30
responden atau 30% menyatakan sangat setuju, 57 responden
atau 57% menyatakan setuju, 12 responden atau 12%
menyatakan kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 58% responden menyatakan
setuju bahwa Wajib Pajak tepat waktu dalam melaporkan pajak
yang sudah dibayar.
b) Kepatuhan Perpajakan Material
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.22 dan 4.23.
Tabel 4.22 Wajib Pajak tepat dalam menghitung pajak
terutang sesuai dengan peraturan perpajakan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 24 24%
Setuju 62 62%
Kurang Setuju 13 13%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
81
Berdasarkan Tabel 4.22, diketahui bahwa sebanyak 24
responden atau 24% menyatakan sangat setuju, 62 responden
atau 62% menyatakan setuju, 13 responden atau 13%
menyatakan kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 62% responden menyatakan
setuju bahwa Wajib Pajak tepat dalam menghitung pajak terutang
sesuai dengan peraturan perpajakan.
Tabel 4. 23 Wajib Pajak Tepat dalam Memperhitungkan
Pajak Terutang sesuai dengan Peraturan Perpajakan
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 23 23%
Setuju 60 60%
Kurang Setuju 16 16%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.23, diketahui bahwa sebanyak 23
responden atau 23% menyatakan sangat setuju, 60 responden
atau 60% menyatakan setuju, 16 responden atau 16%
menyatakan kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 60% responden menyatakan
setuju bahwa Wajib Pajak tepat dalam memperhitungkan pajak
terutang sesuai dengan peraturan perpajakan.
c) Kondisi Sistem Adminsitrasi Perpajakan
Indikator ini memiliki tiga pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.24, 4.25 dan 4.26.
82
Tabel 4.24 Sistem Administrasi Perpajakan yang Baik
Didukung oleh Instansi pajak yang Efektif.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 48 48%
Setuju 44 44%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.24, diketahui bahwa sebanyak 48
responden atau 48% menyatakan sangat setuju, 44 responden
atau 44% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan
2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 48% responden menyatakan setuju bahwa
sistem administrasi perpajakan yang baik didukung oleh instansi
pajak yang efektif.
Tabel 4.25 Sistem administrasi perpajakan yang baik
didukung oleh sumber daya pegawai yang mumpuni.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 46 46%
Setuju 45 45%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 1 1%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.25, diketahui bahwa sebanyak 46
responden atau 46% menyatakan sangat setuju, 45 responden
atau 45% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 1 responden atau 1% menyatakan tidak setuju, dan
2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 46% responden menyatakan sangat setuju
bahwa sistem administrasi perpajakan yang baik didukung oleh
sumber daya pegawai yang mumpuni.
83
Tabel 4.26 Sistem administrasi perpajakan yang baik
memiliki prosedur perpajakan yang baik.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 46 46%
Setuju 45 45%
Kurang Setuju 7 7%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.26, diketahui bahwa sebanyak 46
responden atau 46% menyatakan sangat setuju, 45 responden
atau 45% menyatakan setuju, 7 responden atau 7% menyatakan
kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan
2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 46% responden menyatakan sangat setuju
bahwa Sistem administrasi perpajakan yang baik memiliki
prosedur perpajakan yang baik.
d) Kualitas Pelayanan Perpajakan yang diberikan kepada
Wajib Pajak
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.27 dan 4.28.
Tabel 4.27 Kualitas pelayanan yang baik menjadikan Wajib
Pajak rela untuk membayar pajak terutang.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 35 35%
Setuju 47 47%
Kurang Setuju 12 12%
Tidak Setuju 5 5%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.27, diketahui bahwa sebanyak 35
responden atau 35% menyatakan sangat setuju, 47 responden
atau 47% menyatakan setuju, 12 responden atau 12%
menyatakan kurang setuju, 5 responden atau 5% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
84
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 47% responden menyatakan
setuju bahwa kualitas pelayanan yang baik menjadikan Wajib
Pajak rela untuk membayar pajak terutang.
Tabel 4.28 Kualitas pelayanan perpajakan yang baik akan
meningkatkan penerimaan perpajakan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 41 41%
Setuju 46 46%
Kurang Setuju 10 10%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.28, diketahui bahwa sebanyak 41
responden atau 41% menyatakan sangat setuju, 46 responden
atau 46% menyatakan setuju, 10 responden atau 10%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 46% responden menyatakan
setuju bahwa kualitas pelayanan perpajakan yang baik akan
meningkatkan penerimaan perpajakan.
e) Kualitas Penegakan Hukum Perpajakan
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.29 dan 4.30.
Tabel 4.29 Pemberian sanksi terhadap Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran perpajakan menentukan kualitas
penegakan hukum yang baik.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 34 34%
Setuju 51 51%
Kurang Setuju 11 11%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
85
Berdasarkan Tabel 4.29, diketahui bahwa sebanyak 34
responden atau 34% menyatakan sangat setuju, 51 responden
atau 51% menyatakan setuju, 11 responden atau 11%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
tidak setuju, dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 51% responden menyatakan
setuju bahwa pemberian sanksi terhadap Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran perpajakan menentukan kualitas
penegakan hukum yang baik.
Tabel 4.30 Integritas Fiskus ketika menjatuhkan sanksi pada
setiap Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran perpajakan
menentukan kualitas penegakan hukum perpajakan yang
baik.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 32 32%
Setuju 51 51%
Kurang Setuju 13 13%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.30, diketahui bahwa sebanyak 32
responden atau 32% menyatakan sangat setuju, 51 responden
atau 51% menyatakan setuju, 13 responden atau 13%
menyatakan kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan
tidak setuju, dan 2 responden atau 2% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 51% responden menyatakan
setuju bahwa integritas fiskus ketika menjatuhkan sanksi pada
setiap Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran perpajakan
menentukan kualitas penegakan hukum perpajakan yang baik.
f) Kualitas Pemeriksaan Pajak
Indikator ini memiliki lima pernyataan. Berikut merupakan
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.31 4.32, 4.33, 4.34 dan 4.35.
86
Tabel 4.31 Kompetensi pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 34 34%
Setuju 56 56%
Kurang Setuju 7 7%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.31, diketahui bahwa sebanyak 34
responden atau 34% menyatakan sangat setuju, 56 responden
atau 56% menyatakan setuju, 7 responden atau 7% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan
1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 56% responden menyatakan setuju bahwa
kompetensi pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
Tabel 4.32 Keahlian pemeriksa pajak yang baik menentukan
kualitas pemeriksa pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 37 37%
Setuju 52 52%
Kurang Setuju 9 9%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.32, diketahui bahwa sebanyak 37
responden atau 37% menyatakan sangat setuju, 52 responden
atau 52% menyatakan setuju, 9 responden atau 9% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan
0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 52% responden menyatakan setuju bahwa
keahlian pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
87
Tabel 4.33 Indepedensi pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 37 37%
Setuju 54 54%
Kurang Setuju 8 8%
Tidak Setuju 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.33, diketahui bahwa sebanyak 37
responden atau 37% menyatakan sangat setuju, 54 responden
atau 54% menyatakan setuju, 8 responden atau 8% menyatakan
kurang setuju, 1 responden atau 1% menyatakan tidak setuju,
dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 54% responden menyatakan setuju bahwa
indepedensi pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
Tabel 4.34 Integritas pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 36 36%
Setuju 57 57%
Kurang Setuju 4 4%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.34, diketahui bahwa sebanyak 36
responden atau 36% menyatakan sangat setuju, 57 responden
atau 57% menyatakan setuju, 4 responden atau 4% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju,
dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 57% responden menyatakan setuju bahwa
integritas pemeriksa pajak yang baik menentukan kualitas
pemeriksa pajak.
88
Tabel 4.35 Pemeriksaan pajak yang dilakukan sesuai
prosedur menentukan kualitas pemeriksa pajak yang baik.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 39 39%
Setuju 52 52%
Kurang Setuju 8 8%
Tidak Setuju 0 0%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.35, diketahui bahwa sebanyak 39
responden atau 39% menyatakan sangat setuju, 52 responden
atau 52% menyatakan setuju, 8 responden atau 8% menyatakan
kurang setuju, 0 responden atau 0% menyatakan tidak setuju, dan
1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 52% responden menyatakan setuju bahwa
pemeriksaan pajak yang dilakukan sesuai prosedur menentukan
kualitas pemeriksa pajak yang baik.
g) Tinggi Rendahnya Tarif Pajak yang Ditetapkan
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.36 dan 4.37.
Tabel 4.36 Penetapan tarif pajak yang tinggi akan
mendorong Wajib Pajak mengurangi jumlah utang
pajaknya.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 24 24%
Setuju 40 40%
Kurang Setuju 25 25%
Tidak Setuju 7 7%
Sangat Tidak Setuju 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.36, diketahui bahwa sebanyak 24
responden atau 24% menyatakan sangat setuju, 40 responden
atau 40% menyatakan setuju, 25 responden atau 25%
menyatakan kurang setuju, 7 responden atau 7% menyatakan
tidak setuju, dan 4 responden atau 4% menyatakan sangat tidak
89
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 40% responden menyatakan
setuju bahwa penetapan tarif pajak yang tinggi akan mendorong
Wajib Pajak mengurangi jumlah utang pajaknya.
Tabel 4. 37 Penetapan tarif pajak yang tinggi akan
menjadikan penerimaan pajak sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 23 23%
Setuju 36 36%
Kurang Setuju 26 26%
Tidak Setuju 11 11%
Sangat Tidak Setuju 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.37, diketahui bahwa sebanyak 23
responden atau 23% menyatakan sangat setuju, 36 responden
atau 36% menyatakan setuju, 26 responden atau 26%
menyatakan kurang setuju, 11 responden atau 11% menyatakan
tidak setuju, dan 4 responden atau 4% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 36% responden menyatakan
setuju bahwa penetapan tarif pajak yang tinggi akan menjadikan
penerimaan pajak sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
h) Kemauan dan Kesadaran Wajib Pajak
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.38 dan 4.39.
Tabel 4.38 Kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak
akan memberikan dampak pada tingkat kepatuhan yang
lebih tinggi sehingga penerimaan pajak akan mencapai
target.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 30 30%
Setuju 50 50%
Kurang Setuju 14 14%
Tidak Setuju 6 6%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
90
Berdasarkan Tabel 4.38, diketahui bahwa sebanyak 30
responden atau 30% menyatakan sangat setuju, 50 responden
atau 50% menyatakan setuju, 14 responden atau 14%
menyatakan kurang setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
tidak setuju, dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 50% responden menyatakan
setuju bahwa kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak akan
memberikan dampak pada tingkat kepatuhan yang lebih tinggi
sehingga penerimaan pajak akan mencapai target.
Tabel 4.39 Kesadaran Wajib Pajak mengenai arti dan tujuan
pembayaran pajak akan memberikan dampak pada tingkat
kepatuhan yang lebih tinggi sehingga penerimaan pajak akan
mencapai target.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 32 32%
Setuju 56 56%
Kurang Setuju 4 4%
Tidak Setuju 7 7%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.39, diketahui bahwa sebanyak 32
responden atau 32% menyatakan sangat setuju, 56 responden
atau 56% menyatakan setuju, 4 responden atau 4% menyatakan
kurang setuju, 7 responden atau 7% menyatakan tidak setuju, dan
1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 56% responden menyatakan setuju bahwa
kesadaran Wajib Pajak mengenai arti dan tujuan pembayaran
pajak akan memberikan dampak pada tingkat kepatuhan yang
lebih tinggi sehingga penerimaan pajak akan mencapai target.
i) Perilaku Wajib Pajak
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.40 dan 4.41.
91
Tabel 4.40 Membayar pajak berarti Wajib Pajak secara
sukarela turut serta dalam membiayai fungsi pemerintahan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 38 38%
Setuju 47 47%
Kurang Setuju 12 12%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.40, diketahui bahwa sebanyak 38
responden atau 38% menyatakan sangat setuju, 47 responden
atau 47% menyatakan setuju, 12 responden atau 12%
menyatakan kurang setuju, 3 responden atau 3% menyatakan
tidak setuju, dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 47% responden menyatakan
setuju bahwa membayar pajak berarti Wajib Pajak secara
sukarela turut serta dalam membiayai fungsi pemerintahan.
Tabel 4.41 Membayar Pajak berarti Wajib pajak merasa
bertanggung jawab dalam membiayai fungsi pemerintahan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 41 41%
Setuju 47 47%
Kurang Setuju 9 9%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.41, diketahui bahwa sebanyak 41
responden atau 41% menyatakan sangat setuju, 47 responden
atau 47% menyatakan setuju, 9 responden atau 9% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan
1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 47% responden menyatakan setuju bahwa
membayar pajak berarti Wajib Pajak merasa bertanggung jawab
dalam membiayai fungsi pemerintahan.
92
j) Aspek Ketetapan Waktu
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.42 dan 4.43.
Tabel 4.42 Melakukan pelaporan SPPT dengan tepat waktu.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 33 33%
Setuju 59 59%
Kurang Setuju 5 5%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.42, diketahui bahwa sebanyak 33
responden atau 33% menyatakan sangat setuju, 59 responden atau
59% menyatakan setuju, 5 responden atau 5% menyatakan kurang
setuju, 3 responden atau 3% menyatakan tidak setuju, dan 0
responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 59% responden menyatakan setuju untuk
melakukan pelaporan SPPT dengan tepat waktu.
Tabel 4.43 Melakukan pelaporan SPPT sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 33 33%
Setuju 59 59%
Kurang Setuju 5 5%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.43, diketahui bahwa sebanyak 33
responden atau 33% menyatakan sangat setuju, 59 responden atau
59% menyatakan setuju, 5 responden atau 5% menyatakan kurang
setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan 1
responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 59% responden menyatakan setuju untuk
melakukan pelaporan SPPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
93
k) Aspek Income atau Penghasilan Wajib Pajak
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.44 dan 4.45.
Tabel 4.44 Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban
angsuran pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 35 35%
Setuju 55 55%
Kurang Setuju 9 9%
Tidak Setuju 1 1%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.44, diketahui bahwa sebanyak 35
responden atau 35% menyatakan sangat setuju, 55 responden
atau 55% menyatakan setuju, 9 responden atau 9% menyatakan
kurang setuju, 1 responden atau 1% menyatakan tidak setuju, dan
0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 55% responden menyatakan setuju untuk
Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban angsuran pajak.
Tabel 4.45 Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban
sesuai ketentuan yang berlaku.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 32 32%
Setuju 59 59%
Kurang Setuju 7 7%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.45, diketahui bahwa sebanyak 32
responden atau 32% menyatakan sangat setuju, 59 responden
atau 59% menyatakan setuju, 7 responden atau 7% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan
0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 59% responden menyatakan setuju untuk
94
kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban sesuai ketentuan
yang berlaku.
l) Aspek Law Enforcement (Pengenaan Sanksi)
Indikator ini memiliki dua pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.46 dan 4.47.
Tabel 4.46 Membayar tunggakan pajak yang ditetapkan
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh
tempo.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 27%
Setuju 55 55%
Kurang Setuju 14 14%
Tidak Setuju 4 4%
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.46, diketahui bahwa sebanyak 27
responden atau 27% menyatakan sangat setuju, 55 responden
atau 55% menyatakan setuju, 14 responden atau 14%
menyatakan kurang setuju, 4 responden atau 4% menyatakan
tidak setuju, dan 0 responden atau 0% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 55% responden menyatakan
setuju untuk membayar tunggakan pajak yang ditetapkan
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh tempo.
Tabel 4.47 Menerima sanksi yang dijatuhkan apabila
melakukan pelanggaran perpajakan.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 27 27%
Setuju 48 48%
Kurang Setuju 16 16%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 6 6%
Jumlah 100 100%
95
Berdasarkan Tabel 4.47, diketahui bahwa sebanyak 27
responden atau 27% menyatakan sangat setuju, 48 responden
atau 48% menyatakan setuju, 16 responden atau 16%
menyatakan kurang setuju, 3 responden atau 3% menyatakan
tidak setuju, dan 6 responden atau 6% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 48% responden menyatakan
setuju untuk menerima sanksi yang dijatuhkan apabila
melakukan pelanggaran perpajakan.
m) Tepat Waktu dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan
Indikator ini memiliki satu pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.48.
Tabel 4.48 Tepat waktu dalam menyampaikan SPPT
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 33 33%
Setuju 58 58%
Kurang Setuju 6 6%
Tidak Setuju 2 2%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.48, diketahui bahwa sebanyak 33
responden atau 33% menyatakan sangat setuju, 58 responden
atau 58% menyatakan setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
kurang setuju, 2 responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan
1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dapat
disimpulkan bahwa 58% responden menyatakan setuju untuk
tepat waktu dalam menyampaikan SPPT.
n) Tidak Mempunyai Tunggakan Pajak
Indikator ini memiliki tiga pernyataan. Berikut merupakan item
pernyataan dalam indikator ini lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 4.49, 4.50 dan 4.51.
96
Tabel 4.49 Wajib Pajak tidak memiliki tunggakan pada
semua jenis pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 29 29%
Setuju 54 54%
Kurang Setuju 13 13%
Tidak Setuju 3 3%
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.49, diketahui bahwa sebanyak 29
responden atau 29% menyatakan sangat setuju, 54 responden
atau 54% menyatakan setuju, 13 responden atau 13%
menyatakan kurang setuju, 3 responden atau 3% menyatakan
tidak setuju, dan 1 responden atau 1% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 54% responden menyatakan
setuju agar Wajib Pajak tidak memiliki tunggakan pada semua
jenis pajak.
Tabel 4.50 Wajib Pajak memiliki tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin untuk mengangsur pembayaran pajak.
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 28 28%
Setuju 43 43%
Kurang Setuju 19 19%
Tidak Setuju 6 6%
Sangat Tidak Setuju 4 4%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.50, diketahui bahwa sebanyak 28
responden atau 28% menyatakan sangat setuju, 43 responden
atau 43% menyatakan setuju, 19 responden atau 19%
menyatakan kurang setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
tidak setuju, dan 4 responden atau 4% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 43% responden menyatakan
setuju agar Wajib Pajak memiliki tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin untuk mengangsur pembayaran pajak.
97
Tabel 4.51 Wajib Pajak memiiliki tunggakan telah
memperoleh izin untuk menunda pembayaran pajak
Keterangan Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 23 23%
Setuju 42 42%
Kurang Setuju 23 23%
Tidak Setuju 6 6%
Sangat Tidak Setuju 6 6%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan Tabel 4.51, diketahui bahwa sebanyak 23
responden atau 23% menyatakan sangat setuju, 42 responden
atau 42% menyatakan setuju, 23 responden atau 23%
menyatakan kurang setuju, 6 responden atau 6% menyatakan
tidak setuju, dan 6 responden atau 6% menyatakan sangat tidak
setuju. Dapat disimpulkan bahwa 42% responden menyatakan
setuju agar Wajib Pajak memiiliki tunggakan telah memperoleh
izin untuk menunda pembayaran pajak.
c. Data Hasil Laporan Wajib Pajak
Selain data primer yakni pengisian angket, peneliti juga
menggunakan sumber data sekunder berupa data hasil laporan Wajib
Pajak 2015-2016 yakni sebelum E-SPPT diterapkan, dan data tahun
2017-2018 setelah diterapkannya E-SPPT. Lebih lanjut data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.52.
Tabel 4.52 Hasil Laporan Wajib Pajak 2015-2018
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4.52 dapat diketahui data Wajib Pajak Tahun
2015 memiliki selisih antara ketetapan dengan realisasi dan memiliki
persentase terbesar yakni 35%. Tahun 2016 dan 2017 selisih ketetapan
dengan realisasi sebesar 31%. Dan tahun 2018 selisih antara ketetapan
dengan realisasi sebesar 33%.
SPPT Jumlah SPPT Jumlah SPPT Jumlah
2015 402409 320,510,981,651Rp 219486 209,700,516,482Rp 65% 182923 110,810,465,169Rp 35%
2016 401053 349,392,999,647Rp 230481 239,542,508,475Rp 69% 170572 109,850,491,172Rp 31%
2017 406309 367,830,768,065Rp 232629 252,473,370,209Rp 69% 173680 115,357,397,856Rp 31%
2018 412315 447,674,341,981Rp 186536 298,645,730,608Rp 67% 225779 149,028,611,373Rp 33%
Tahun Ketetapan Realisasi Selisih
%%
98
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji Asumsi Dasar
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu distribusi data. Dengan cara membandingkan antara
data yang diperoleh peneliti dengan data berdistribusi normal yang
memiliki mean dan standar deviasi. Dalam penelitian ini
penghitungan uji normalitas menggunakan model Lilliefors
(Kolmogorov Smirnov). Adapun hasil data Uji Normalitas dapat
dilihat pada Tabel 4.53.
Tabel 4.53 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan Tabel 4.53 hasil uji normalitas diatas dapat
diketahui bahwa taraf signifikansi yang diperoleh dari hasil
penelitian ialah 0,268 > 0,05 maka H0 diterima atau dengan kata lain
data berdistribusi normal.
99
Gambar 4. 4 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa grafik
Normal P-Plot menunjukkan pola grafik yang normal. Hal ini
diketahui melalui titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dan data berdistribusi
normal layak digunakan karena telah memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Linieritas
Linearitas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam
range variabel independen tertentu. Lebih lanjut data hasil uji
liniearitas dapat dilihat pada Tabel 4.54.
Tabel 4.54 Hasil Uji Linieritas
Berdasarkan hasil uji liniearitas diketahui Sig.deviation
linearity sebesar 0,128 > 0.5, maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut dikatakan linear antara Penerapan E-SPPT dengan
Kepatuhan Wajib Pajak.
100
b. Analisis Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan
bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan,
atau menguraikan data agar mudah dipahami yang meliputi modus,
mean, median, varian, deviasi standar, range, nilai maksimum dan
minimum. Lebih lanjut hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada
Tabel 4.55.
Tabel 4.55 Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan Tabel 4.55 dapat diketahui bahwa :
1) Penerapan E-SPPT (X)
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas dari jumlah
responden (N) sebanyak 100 orang. Nilai terendah (minimum)
pada variabel independen Penerapan E-SPPT yakni 24 dan nilai
tertinggi (maximum) sebesar 60. Rata-rata (mean) diketahui
sebesar 51,27. Standar Deviasi diketahui sebesar 6,790. Rata-rata
(mean) lebih besar dari standar deviasi maka dapat disimpulkan
bahwa rata-rata dari seluruh data pada variabel X mampu
menggambarkan seluruh variabel dengan baik.
2) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas dari jumlah
responden (N) sebanyak 100 orang. Nilai terendah (minimum)
pada variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak yakni 51 dan
nilai tertinggi (maximum) sebesar 165. Rata-rata (mean)
diketahui sebesar 135,76. Standar Deviasi diketahui sebesar
101
18,442. Rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi maka
dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari seluruh data pada variabel
Y mampu menggambarkan seluruh variabel dengan baik.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan ukuran yang menunjukkan
proporsi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas.
Koefisien determinasi dihitung dari nilai kuadrat koefisien korelasi.
Lebih lanjut dapat ditunjukkan oleh Tabel 4.56.
Tabel 4.56 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 4.56 nilai R square yang digunakan ialah
0.400. Hal ini menunjukkan bahwa 40% variasi variabel kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh penerapan E-SPPT PBB. Sedangkan
sisanya (100% - 40% = 60%) dipengaruhi oleh variabel lain.
d. Analisis Hasil Regresi dan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukannya asumsi dasar dari uji normalitas berupa
hasil data yang berdistribusi normal serta uji liniearitas yang
menunjukkan bahwa hubungan antar variabel bersifat linear, maka
data dalam penelitian telah memenuhi syarat pengujian parametric
test. Selanjutnya hipotesis data akan diuji kebenarannya melalui uji
t yaitu :
a) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel dependen
berpengaruh dengan variabel independen atau tidak maka
dilakukan pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dari penerapan E-
SPPT terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
102
Ha : Terdapat pengaruh yang positif dari penerapan E-SPPT
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Dikatakan variabel tersebut saling berpengaruh apabila thitung >
ttabel. Adapun kriteria pengujian nya ialah :
Jika nilai sig ≤ α (0,05) dan thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Jika nilai sig ≥ α (0,05) dan thitung < ttabel, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
Lebih lanjut data hasil uji t yang telah diolah melalui SPSS
dapat ditunjukkan pada Tabel 4.57.
Tabel 4.57 Hasil Uji t
Berdasarkan Tabel 4.57 hasil uji t yang menunjukkan
hubungan antara penerapan E-SPPT (X) dengan kepatuhan
wajib pajak (Y) dimana nilai sig dari variabel penerapan E-
SPPT < taraf siginfikansi α (0,05) yakni sebesar 0,000 < 0,05
sehingga variabel independen yakni penerapan E-SPPT
berpengaruh secara signfikan terhadap variabel dependen
kepatuhan wajib pajak. Nilai thitung variabel penerapan E-SPPT
8,091 > dari nilai ttabel sebesar 1,661. Adapun perhitungan ttabel
antara lain sebagai berikut :
103
Ttabel = (α/2 ; n-k-1)
= (0,05 ; 100-1-1) (dilihat pada distribusi nilai ttabel)
= (0,025 ; 98)
= 1,661
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dimana terdapat pengaruh antara penerapan E-SPPT
dengan kepatuhan wajib pajak di Kota Tangerang Selatan.
b) Uji Regresi Sederhana
Uji regresi sederhana memiliki dasar pada hubungan
fungsional atau kausal antar variabel. Lebih lanjut data uji
regresi sederhana yang telah diolah melalui SPPS dapat
ditunjukkan pada Tabel 4.58.
Tabel 4.58 Hasil Uji Regresi Sederhana
Berdasarkan nilai signifikansi dari Tabel 4.58 diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Penerapan E-SPPT (X) berpengaruh terhadap
variabel (Y). Jika berdasarkan nilai t, diketahui nilai thitung
sebesar 8,091 > 1,661, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Penerapan E-SPPT (X) berpengaruh terhadap variabel
Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari rangkaian pengujian pra analisis hingga uji analisis dapat diketahui
hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel Penerapan E-
SPPT (X) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) terbukti berpengaruh
signifikan secara parsial dan secara simultan. Secara fungsional hal ini dapat
dibuktikan melalui penghitungan koefisien regresi liniear sederhana dimana Y
= 47,633 + 1,719X, nilai konstanta a memiliki arti bahwa ketika penerapan E-
104
SPPT bernilai nol atau kepatuhan wajib pajak belum dipengaruhi oleh
Penerapan E-SPPT maka rata-ratanya 47,633, koefisien regresi b
menunjukkan bahwa jika variabel penerapan E-SPPT meningkat 1% maka
kepatuhan Wajib Pajak maka kepatuhan akan meningkat sebesar 1,719. Dapat
diketahui bahwa penerapan E-SPPT berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Besar pengaruh variabel bebas dalam menerangkan variabel
terikat dalam penelitian ini sebesar 40%, hal ini diketahui berdasarkan hasil uji
koefisien determinasi, 60% proporsi sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan penelitian Andreoni (Tahun 1998) dalam jurnal Ilmiahnya yang
berjudul Tax Compliance menerangkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak selain faktor implementasi berbasis elektronik, faktor-
faktor tersebut diantaranya pelayanan publik, kebijakan dan keuangan publik,
penawaran tenaga kerja, jenis pekerjaan, bentuk organisasi, moral wajib pajak,
struktur penghasilan wajib pajak, tarif pajak, demografi (jenis kelamin dan
umur), kondisi sosial masyarakat, penegakan hukum (audit dan penalti),
kompleksitas dan amnesti pajak.5
Sejalan dengan hasil penelitian Ita Salsalina Lingga (Tahun 2013) yang
menunjukkan bahwa pengaruh penerapan pelayanan berbasis sistem elektronik
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Dalam penelitiannya tersebut, Ita Salsalina Lingga juga menerangkan
beberapa pendapat lain seperti menurut Kasipillal, Mosour, Roshidi, Witono,
dan Marti, (Tahun 2013) yang menjelaskan bahwa aspek yang memengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak adalah pemahaman dan pengetahuan mengenai
ketentuan perpajakan (tax knowledge).6
Dalam Novi Purnamasari, Kertahadi, dan Maria Goretti Wi Endang NP
(Tahun 2014) juga menerangkan bagaimana pengaruh penerapan sistem
berbasis elektronik terhadap kepatuhan dalam melaporkan pajak terutang.
5 Andreoni, James, B. Erard and Feinstein, J, Tax Compliance, Journal of Economic
Literature, Vol 36, Issue 2, June 1998, page 818. 6 Ita Salsalina Lingga, Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Pajak : Studi Empiris
Terhadap Pengusaha Kena Pajak di Wilayah KPP Pratama “X” Jawa Barat I, Jurnal Akuntansi,
Vol. 5 No.1, 2013, h.50-60.
105
Dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel yang diuji yakni
mengenai kegunaan, kemudahan penggunaan dan fasilitas kondisi kepatuhan
Wajib Pajak. hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa kegunaan
sistem berbasis elektronik sangat menguntungkan bagi responden dikarenakan
dapat membantu menyelesaikan pekerjaanya lebih cepat, efektif dan
meningkatkan produktifitas pekerjaan. Sedangkan untuk kemudahan
penggunaan teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami, dan
mudah dalam hal pengoperasiannya, untuk variabel kondisi yang
memfasilitasi Wajib Pajak terdapat perbedaan hasil penelitian dengan
penelitian terdahulu dikarenakan responden yang diteliti memiliki kondisi
fasilitas yang berbeda.
Hal ini biasa terjadi pada wajib pajak pemula atau baru melakukan
pendaftaran NPWP sehingga baru melakukan registrasi penggunaan sistem
berbasis elektronik yang sebelumnya masih menggunakan cara manual.7
Adapun hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Saida Said dan
Aslindah (Tahun 2018) yang meneliti mengenai Penerapan E-System terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, dimana dalam penelitian itu menjelaskan bahwa
semakin baik penerapan elektronik dalam pelayanan pajak maka kepatuhan
wajib pajak akan meningkat. Arini dalam Said dan Saidah juga menerangkan
bahwa kepatuhan Wajib Pajak selalu dikaitkan dengan reformasi perpajakan,
adanya modernisasi dalam perpajakan diharapkan mampu meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan
inovasi baru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Serta dengan adanya penggunaan
teknologi informasi dapat menghemat pengeluaran biaya dalam perpajakan
dan juga mampu memberikan pelayanan yang lebih berkualitas.8
7 Novi Purnamasari, Kertahadi, dan Maria Goretti Wi Endang NP, Pengaruh Penerapan e-
SPT Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada KPP
Madya Malang), Student Journal, 2014, h.1. 8 Saida Said dan Aslindah, Pengaruh Penerapan E-System Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Makassar Selatan), ATESTASI Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 1 No.1, 2018, h.29.
106
Dalam penelitian ini dibuktikan dengan hasil angket yang
memperlihatkan respon Wajib Pajak bahwa dengan adanya Penerapan E-SPPT
memberikan kemudahan dalam mengakses terkait pelayanan administrasi
perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB P-2). Selain itu
efektivitas dan efisiensi dalam hal waktu, tenaga, dan uang karena Wajib
Pajak tidak harus mengeluarkan biaya pelayanan serta tidak perlu mendatangi
kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan. Reformasi
perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak menjadikan Badan
Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan turut serta dalam meningkatkan
pelayanan dibidang administrasi perpajakan khususnya Pajak Daerah I yaitu
PBB P-2 sebagai salah satu optimalisasi penerimaan pajak daerah di Kota
Tangerang Selatan.
Dimana Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan sebagai institusi
pemerintahan daerah yang pertama kali mulai menerapkan sistem pelaporan
berbasis elektronik untuk pemungutan PBB P-2.
C. Keterbatasan Penelitian
Penyusunan dan pengerjaan sudah peneliti lakukan sesuai dengan
prosuder ilmiah yang berlaku, namun peneliti menyadari bahwa terdapat
keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut beberapa keterbatasan yang
dihadapi peneliti selama penelitian berlangsung :
1. Keterbatasan dalam pemilihan variabel yang diteliti, karena dalam
penelitian ini penulis hanya menggunakan satu variabel dependen maupun
independen.
2. Keterbatasan literatur berupa referensi buku bacaan dalam penelitian ini.
3. Keterbatasan pada objek yang diteliti yakni hanya 100 responden dari total
400.000 lebih Wajib Pajak yang terdaftar SPPT PBB di Kota Tangerang
Selatan sehingga informasi yang dihasilkan belum begitu luas.
4. Keterbatasan data sekunder yang ditentukan oleh peneliti dalam
pengolahan data time series yakni hanya berkisar pada tahun 2015-2018.
107
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak setelah Penerapan E-SPPT PBB dapat
diketahui melalui hasil uji regresi sederhana Y = 47,633 + 1,719X. Artinya
pengaruh penerapan E-SPPT terhadap kepatuhan wajib pajak di Kota
Tangerang Selatan sebesar 1,719 maka dapat diketahui bahwa kenaikan
tingkat sebesar 1% maka kepatuhan wajib pajak di Kota Tangerang
Selatan mengalami peningkatan sebesar 171,9%.
2. Terdapat pengaruh penerapan E-SPPT PBB terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak di Kota Tangeran Selatan. Hasil ini secara parsial dibuktikan dengan
uji t dimana hasil nya ialah thitung sebesar 8,091 dan ttabel sebesar 1,661.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa thitung lebih besar daripada ttabel
artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Besar proporsi variasi variabel terikat
yang dijelaskan oleh variabel bebas dianalisis menggunakan koefisien
determinasi, diketahui hasil koefisien determinasinya sebesar 40.0689%,
dimana hal tersebut menunjukkan bahwa 40% variasi variabel kepatuhan
Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh variabel Penerapan E-SPPT,
sedangkan sisanya sebesar 60% dipengaruhi oleh variabel lain.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi yang diperoleh dalam
penelitian ini ialah dengan diterapkannya sistem administrasi berbasis
elektronik diketahui bahwa variabel penerapan E-SPPT memiliki proporsi
pengaruh sebesar 40% terhadap variabel kepatuhan wajib pajak dan sisanya
sebesar 60% dipengengaruhi oleh faktor lain. Untuk itu, hal ini bisa menjadi
pertimbangan penting bagi BAPENDA Kota Tangerang Selatan dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta aktif dalam kegiatan
sosialisasi mengenai sistem administrasi perpajakan berbasis online khususnya
penerapan E-SPPT PBB.
108
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran dari
peneliti yakni sebagai berikut :
1. Wajib Pajak di Kota Tangerang Selatan
Dengan adanya penerapan E-SPPT Wajib Pajak semakin mudah untuk
mencari informasi terkait pelayanan administrasi PBB P-2 untuk itu
masyarakat sebagai Wajib Pajak harus meningkatkan dan menjaga
kepatuhan dalam pembayaran pajak terutang sehingga nantinya secara
signifikan tingkat realisasi juga akan meningkat.
2. Peneliti Lain
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat menambahkan atau
mengganti variabel lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. selain
itu disarankan pula untuk penelitian selanjutnya untuk menambahkan lebih
banyak literatur yang relevan dengan topik penelitian. Peneliti selanjutnya
juga diharapkan untuk memperluas daerah penelitian agar hasil penelitian
memiliki kemampuan generalisasi yang lebih luas.
3. Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Pemerintah Kota Tangerang Selatan yakni BAPENDA sebagai
lembaga yang berwenang melakukan pemungutan pajak daerah harus terus
melakukan sosialisasi/penyuluhan secara konsisten dan bertahap dan perlu
bekerja sama dengan masyarakat, adapun masyarakat yang dimaksud
seperti organisasi profesi dan universitas.
109
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Arifin, Johar, SPSS 24 untuk Penelitian dan Skripsi, Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2017.
Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan. Profil
Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan
Tahun 2018. Tangerang Selatan: Badan Pendapatan Daerah Kota
Tangerang Selatan, 2018.
Darwin. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : Mitra Wacana Media,
2010.
Diana, Anastasia., dan Setiawati, Lilis. Perpajakan Teori dan Peraturan
Terkini. Yogyakarta : CV Andi Offset, 2014.
Gani, Irwan., dan Amalia Siti. Alat Analisis Data : Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial Edisi Revisi, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2018.
Gulo, W, Metodologi Penelitian, Jakarta : Grasindo, Cet.6. 2010.
Gunawan, Ce, Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengolah Data dengan IBM
SPSS STATISTICS 25, Yogyakarta : Deepublish, 2018.
Juliansyah, Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, Jakarta : Kencana, Cet : 7, 2017.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Undang-undang No.28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2009.
Pohan, Chairil Anwar. Pembahasan Komprehensif PENGANTAR
PERPAJAKAN EDISI 2 Teori dan Konsep Hukum Pajak. Jakarta :
Mitra Wacana Media, 2017.
Purwanto, Erwan Agus., dan Sulistyastuti, Dyah Ratih. Metode Penelitian
Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial,
Yogyakarta : PENERBIT GAVA MEDIA, Cet.1, 2017.
Purwono, Herry. Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta :
Erlangga, 2010.
110
Rahayu, Siti Kurnia. Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. Bandung :
Penerbit Rekayasa Sains, 2017.
Riadi, Edi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS),
Yogyakarta: ANDI, 2016.
Ridwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Bandung :
Alfabeta, Cet.5, 2013.
Santoso, Singgih, Statistik Multivariat dengan SPSS, Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2017.
Sarjono, Haryadi., dan Julianita, Winda. SPSS vs Lisrel Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Salemba Empat, 2011.
Simanjuntak, Timbul Hanomangan., dan Mukhlis Imam. Dimensi Ekonomi
Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Raih Asa Sukses,
2012.
Siregar Syofian, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan
perbandingan perhitungan manual dan SPSS, Jakarta: Kencana, Cet.2,
2014.
Siregar Syofian, Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, Jakarta: Rajawali Press, Cet.1,
2010.
Siregar, Syofian., Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta :
Bumi Aksara,Cet.1, 2013.
Soebechi, Imam. Perda Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta : Sinar Grafika,
2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung : Alfabeta, 2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R & D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Sukestiyarno, Statistika Dasar, Yogyakarta : Andi Offset, Cet.1, 2014.
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia Edisi 4. Jakarta : Indeks,
2014.
Supriadi, Edy., SPSS + Amos Statistical Data Analysis, Jakarta : In Media,
2014.
111
Supriyanto, Heru. Cara Menghitung PBB Sektor P3, Sektor Lainnya, dan Bea
Materai. Jakarta : Indeks, 2017.
Suryani., dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, Jakarta :
KENCANA, 2015.
Widodo, dkk., Pajak Bumi & Bangunan untuk Para Praktisi. Jakarta : Mitra
Wacana Media, 2010.
B. JURNAL DAN SKRIPSI
Greydi Normala Sari., dkk. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Perkotaan di Sulawesi Utara Tahun 2004-2014,
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Pembangunan Daerah. 18, 2016.
Ita Salsalina Lingga. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Pajak :
Studi Empiris Terhadap Pengusaha Kena Pajak di Wilayah KPP
Pratama “X” Jawa Barat I. Jurnal Akuntansi. 5, 2013.
James Andreoni, B. Erard and Jonathan Feinstein. Tax Compliance. Journal of
Economic Literature. 1998.
Lulu Azzahra. Pengaruh Penerapan e-SPT terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Orang Pribadi) dalam Melaporkan SPT Tahunan (Studi Kasus pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega). Skripsi
Universitas Widyatama. (Bandung : 2014).
Novi Purnamasari., dkk. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada KPP
Madya Malang). Student Journal, 2014.
Saida Said dan Aslindah. Pengaruh Penerapan E-System Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama
Makassar Selatan), ATESTASI Jurnal Ilmiah Akuntansi. 1, 2018.
112
C. INTERNET
BAPENDA Kota Tangerang Selatan, “Panduan Pendaftaran/Registrasi e-
SPPT PBB Kota Tangerang Selatan, https://e-
sppt.tangerangselatankota.go.id/esppt/help, 19 Mei 2019 jam 11.56.
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, “Undang – undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”,
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf 23 Juli
2019 jam 13.30
Direktorat Jenderal Pajak. “Kenali Fungsi SPPT bagi Wajib Pajak yang Ingin
Menjaga Aset Bisnis”, https://klikpajak.id/mengenal-sppt/, 18 Mei
2019 jam 2.56.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://www.kbbi.web.id/patuh,
Diakses tanggal 23 Juli 2019 jam 14.04
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, “Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1”,
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attach/post-no-28-tahun-2009-
tentang-pajak-daerah-dan-retribusi-daerah/UU-427-973-
UU_28_Tahun_2009_Ttg_PDRD.pdf, 17 Mei 2019 jam 11.40.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. “APBN 2018”
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018, 1 Januari 2019 jam 12.21.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. “Undang-undang Nomor 19
Tahun 1985 (Pasal 11 Angka 1 dan 2)”,
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1985/12TAHUN~1985UU.HTM,
17 Mei 2019 jam 12.21.
Paparan Tarif PBB (SIMPPEL), Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota
Tangerang Selatan, https://tangerangonline.id/2017/09/14/simppel-
tangsel-permudah-wajib-pajak-bayar-pbb/. Diakses tanggal 1 Januari
2019 jam 14.18.
113
Pemerintah Kota Tangerang Selatan, “Sejarah Kota Tangerang Selatan”,
https://berita.tangerangselatankota.go.id/main/content/index/sejarah_ta
ngsel/6. 1 Januari 2019 jam 14.15.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
“Penerapan E-SPPT terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017-2018”
Assalamualaikum Wr.Wb Responden Yth, Saya Amalia Dinda Bestari mahasiswi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi, 2015 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian skripsi. Kuesioner ini ditujukan untuk Wajib Pajak yang
terdaftar di Badan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan.
PETUNJUK PENGISIAN
1. Disajikan beberapa pernyataan terkait Kepatuhan Wajib Pajak dan
Penerapan E-SPPT, jawaban diberikan dengan cara memberi tanda
checklist pada kolom yang sesuai dengan pendapat Ibu/Bapak/Sdr pada
setiap pernyataan.
2. Kriteria pengisiannya sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin : Pria/Wanita, Usia : Tahun
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Angket Penerapan E-SPPT PBB (X)
No. Pernyataan SS S KS TS STS
Penyampaian dan Pelaporan secara online.
1. Penyampaian besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan dilakukan secara online.
2. Pelaporan besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan dilakukan secara online.
Mudah
3. Informasi dapat diakses secara online melalui
web yang tersedia.
4. Informasi dapat diakses melalui aplikasi.
5. Transaksi pembayaran dapat dilakukan pada
bank umum yang terintegrasi.
6. Transaksi pembayaran dapat dilakukan
melalui Teller/ Anjungan Tunai Mandiri/e-
Banking.
Cepat
7.
Tidak perlu melakukan kontak fisik kepada
fiskus (pegawai pajak) untuk mendapatkan
pelayanan terkait pelaporan dan
penyampaian SPPT.
8. Tidak perlu menunggu antrian untuk
mendapatkan pelayanan terkait pelaporan
dan penyampaian SPPT.
9.
Tidak perlu mendatangi kantor BAPENDA
untuk mendapatkan pelayanan terkait
pelaporan dan penyampaian SPPT sehingga
akan menghemat waktu.
Bebas Biaya
10. Informasi terkait PBB bisa diakses dimana
saja dan kapan saja.
11. Bebas biaya pelayanan administrasi terkait
pelaporan dan penyampaian SPPT.
12.
Bebas biaya transportasi karena tidak perlu
mendatangi kantor BAPENDA untuk
mendapatkan pelayanan terkait pelaporan
dan penyampaian SPPT.
Angket Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
No. Pernyataan SS S KS TS STS
Kepatuhan Perpajakan Formal
1.
Wajib Pajak tepat waktu dalam mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP maupun
Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP).
2. Wajib Pajak tepat waktu dalam menyetorkan
pajak terutang.
3. Wajib Pajak tepat waktu dalam melaporkan
pajak yang sudah dibayar
Kepatuhan Perpajakan Material
4. Wajib Pajak tepat dalam menghitung pajak
terutang sesuai dengan peraturan perpajakan.
5. Wajib Pajak tepat dalam memperhitungkan
pajak terutang sesuai dengan peraturan
perpajakan.
Kondisi Sistem Administrasi Perpajakan
6. Sistem administrasi perpajakan yang baik
didukung oleh instansi pajak yang efektif.
7. Sistem administrasi perpajakan yang baik
didukung oleh sumber daya pegawai yang
mumpuni.
8. Sistem administrasi perpajakan yang baik
memiliki prosedur perpajakan yang baik.
Kualitas Pelayanan Perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak.
9. Kualitas pelayanan yang baik menjadikan
Wajib Pajak rela untuk membayar pajak
terutang.
10. Kualitas pelayanan perpajakan yang baik
akan meningkatkan penerimaan perpajakan.
Kualitas Penegakan Hukum Perpajakan
11.
Pemberian sanksi terhadap Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran perpajakan
menentukan kualitas penegakan hukum yang
baik.
12.
Integritas Fiskus ketika menjatuhkan sanksi
pada setiap Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran perpajakan menentukan kualitas
penegakan hukum perpajakan yang baik.
Kualitas Pemeriksaan Pajak.
13. Kompetensi pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
14. Keahlian pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
15. Indepedensi pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
16. Integritas pemeriksa pajak yang baik
menentukan kualitas pemeriksa pajak.
17. Pemeriksaan pajak yang dilakukan sesuai
prosedur menentukan kualitas pemeriksa
pajak yang baik.
Tinggi rendahnya tarif pajak yang ditetapkan.
18. Penetapan tarif pajak yang tinggi akan
mendorong Wajib Pajak mengurangi jumlah
utang pajaknya.
19. Penetapan tarif pajak yang tinggi akan
menjadikan penerimaan pajak sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
Kemauan dan kesadaran Wajib Pajak.
20. Kemauan Wajib Pajak dalam membayar
pajak akan memberikan dampak pada tingkat
kepatuhan yang lebih tinggi sehingga
penerimaan pajak akan mencapai target.
21.
Kesadaran Wajib Pajak mengenai arti dan
tujuan pembayaran pajak akan memberikan
dampak pada tingkat kepatuhan yang lebih
tinggi sehingga penerimaan pajak akan
mencapai target.
Perilaku Wajib Pajak.
22. Membayar Pajak berarti Wajib Pajak secara
sukarela turut serta dalam membiayai fungsi
pemerintahan.
23. Membayar Pajak berarti Wajib pajak merasa
bertanggung jawab dalam membiayai fungsi
pemerintahan.
Aspek Ketepatan Waktu.
24. Melakukan pelaporan SPPT dengan tepat
waktu.
25. Melakukan pelaporan SPPT sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Aspek income atau penghasilan Wajib Pajak.
26. Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban
angsuran pajak.
27. Kesediaan Wajib Pajak membayar kewajiban
sesuai ketentuan yang berlaku.
Aspek Law Enforcement (pengenaan sanksi).
28. Membayar tunggakan pajak yang ditetapkan
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
sebelum jatuh tempo.
29. Menerima sanksi yang dijatuhkan apabila
melakukan pelanggaran perpajakan.
Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
30. Tepat waktu dalam menyampaikan SPPT.
Tidak mempunyai tunggakan pajak
31. Wajib Pajak tidak memiliki tunggakan pada
semua jenis pajak.
32. Wajib Pajak memiliki tunggakan pajak yang
telah memperoleh izin untuk mengangsur
pembayaran pajak.
33. Wajib Pajak yang memiiliki tunggakan
pajak memperoleh izin untuk menunda
pembayaran pajak.
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas Instrumen
Item Pertanyaan Corrected Item
Pernyataan r tabel Keterangan
Penerapan E-SPPT PBB (X)
X.1 0.624 0.312 Valid
X.2 0.63 0.312 Valid
X.3 0.685 0.312 Valid
X.4 0.693 0.312 Valid
X.5 0.7 0.312 Valid
X.6 0.688 0.312 Valid
X.7 0.772 0.312 Valid
X.8 0.55 0.312 Valid
X.9 0.516 0.312 Valid
X.10 0.58 0.312 Valid
X.11 0.485 0.312 Valid
X.12 0.652 0.312 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Y.1 0.596 0.312 Valid
Y.2 0.539 0.312 Valid
Y.3 0.628 0.312 Valid
Y.4 0.525 0.312 Valid
Y.5 0.495 0.312 Valid
Y.6 0.677 0.312 Valid
Y.7 0.714 0.312 Valid
Y.8 0.699 0.312 Valid
Y.9 0.81 0.312 Valid
Y.10 0.61 0.312 Valid
Y.11 0.636 0.312 Valid
Y.12 0.658 0.312 Valid
Y.13 0.696 0.312 Valid
Y.14 0.65 0.312 Valid
Y.15 0.642 0.312 Valid
Y.16 0.574 0.312 Valid
Y.17 0.528 0.312 Valid
Y.18 0.563 0.312 Valid
Y.19 0.529 0.312 Valid
Y.20 0.685 0.312 Valid
Y.21 0.756 0.312 Valid
Y.22 0.707 0.312 Valid
Y.23 0.679 0.312 Valid
Y.24 0.517 0.312 Valid
Y.25 0.567 0.312 Valid
Y.26 0.648 0.312 Valid
Y.27 0.634 0.312 Valid
Y.28 0.615 0.312 Valid
Y.29 0.575 0.312 Valid
Y.30 0.657 0.312 Valid
Y.31 0.638 0.312 Valid
Y.32 0.603 0.312 Valid
Y.33 0.313 0.312 Valid
Lampiran 3
Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas Variabel X (Penerapan E-SPPT)
Reliabilitas Variabel Y (Kepatuhan Wajib Pajak)
Lampiran 4
Hasil Analisis Data
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Hasil Uji Normalitas
Uji Liniearitas
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Hasil Uji t
Hasil Uji Regresi Sederhana
Lampiran 5 (Surat-Surat)
Lampiran 6 (Lembar Uji Referensi)
Lampiran 7 (Foto Dokumentasi)
Gambar 1. Kantor Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Tangerang Selatan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2. Bapak Wahyu (Kanan) dan Bapak Yudi (Kiri) Bidang Pajak Daerah 1,
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. Bapak Mamat (Kanan) selaku Kasubbag Umum dan Bapak Haris (Kiri)
selaku Staff Subbag.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Lampiran 8 (Biodata Penulis)
Amalia Dinda Bestari, lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada
tanggal 26 April 1997, merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Syahadatuddin dan Ibu
Sejati. Bertempat tinggal di Komplek Amarapura Blok
B6/27, RT.04 RW.05 Kelurahan Kademangan, Kecamatan
Setu, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pendidikan
formal yang telah ditempuh: SD N Kademangan 1 (2003-
2009), SMP Islam Terpadu Insan Harapan (2009-2012),
MAN 1 Kota Tangerang Selatan (2012-2015), dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2015-2020). Skripsi ini penulis dedikasikan untuk ke dua orang tua
tercinta, adik-adik tersayang, kerabat dan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaat
bagi para pembaca dan semoga ilmu yang didapat oleh penulis dapat bermanfaat
bagi diri sendiri maupun orang lain.