PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) PADA MATERI POKOK
KINEMATIKA GERAK LURUS
PROPOSAL
Oleh :
NURUL AYU FITRIYANTI
ACB 110 122
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangLemahnya proses pembelajaran adalah salah satu masalah yang sedang
dihadapai oleh dunia pendidikan dewasa ini. Pada kegiatan pembelajaran
umumnya siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir,
melainkan hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi
yang disampaikan oleh guru. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut untuk
menguhungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Guru dalam proses pendidikan merupakan komponen yang sangat penting.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampaun guru untuk
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
prestasi yang memuaskan.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka
setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep
dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan
tingkat pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia,
kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran.
Joyee dan Weil (Yernetti, 2001) menemukan lebih dari 20 (dua puluh)
macam model mengajar yang salah satu diantaranya adalah model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan menggunakan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang sederajat tapi heterogen untuk
menghasilkan pemikiran dan tanggapan siswa.
2
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000: 7).
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada materi
Kinematika Gerak Lurus diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep
menjadi mudah. Model kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran fisika, diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
ikut berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berminat untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Pada Materi Pokok Kinematika Gerak Lurus”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif pada materi Kinematika Gerak
Lurus?
2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus?
3. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus.
2. Ketuntasan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif pada materi pokok Kinematika Gerak Lurus.
3
3. Mengetahui respon siswa setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus.
1.4 Batasan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini agar peneliti dapat lebih terarah sesuai
dengan rumusan masalah yang diteliti maka diperlukan batasn-batasan masalah
sebagai berikut:
1. Peneliti bertindak sebagai pengajar.
2. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif dan
psikomotor.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metode
pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran fisika.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar serta
prestasinya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran
Mulyasa (2004: 53) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dari
tidak bisa menjadi bisa melakukan atau perubahan dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Syaiful Basri dan Aswan (2002: 11) menyatakan bahwa belajar adalah
proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Belajar bertujuan untuk
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
(Dimyati dan Moedjiono, 2002) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne (Sagala, 2005) berpendapat
belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
setelah belajar terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja. Belajar dikatakan terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah
dari waktu sebelum siswa mengalami situasi itu ke waktu setelah siswa
mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan bahwa kegiatan belajar dipengaruhi
faktor dari dalam diri dan faktor diluar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
Sudjana (1986:6) menyatakan bahwa makna belajar adalah proses aktif
individu yang diarahkan kepada suatu pencapaian tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman.
Dari beberapa pendapat diatas, terdapat kesamaan pengertian belajar, yaitu
jika dilihat dari sisi psikologi adalah adanya kematangan bagi siswa, sedangkan
belajar jika dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan
pendidik. Perubahan kematangan ini akibat adanya proses pembelajaran, dan
perubahan ini tampak pada perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar.
5
2.2 Pengertian Metode Mengajar
Mukhtar dan Martinis (2007: 93) menyatakan metode mengajar adalah
cara yang dilakukan oleh guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran dan
siswa yang memungkinkan terjadinya suatu proses belajar yang kondusif. Uno
(2008: 16) mengemukakan metode mengajar adalah cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Metode mengajar yaitu cara-cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip
dan sistem tertentu. Pemilihan metode mengajar merupakan salah satu unsur yang
menentukan hasil pengajaran (Saliwangi Basennang, 1989: 45).
Belajar mengajar pada dasarnya melalui kegiatan interaksi antara guru dan
siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Interaksi antara guru dan siswa
dalam rangka mentransfer pengetahuan akan senantiasa menuntut komponen yang
serasi. Komponen dalam interaksi belajar mengajar selain guru dan siswa yaitu
metode, alat/teknologi, sarana dan tujuan. Komponen-komponen yang serasi itu
akan saling merespon dan mempengaruhi antara satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan instruksional dan agar menciptakan proses belajar mengajra yang
optimal (sardiman, 2001: 171).
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu
pembelajaran yang menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam
struktur tugas, tujuan yang ingin dicapai (Ibrahim dkk, 2000: 3). Depdiknas
(2002: 11) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda-beda.
Model pembelajaran kooperatif merupakan sutau model pembelajaran
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil, dan saling bekerja sama.
Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota
kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok (Alma, 2008:
81).
6
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif, dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap
tolong menolong dalam perilaku sosial. Siswa termotivasi untuk berani
mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan saling tukar pendapat
(Alma, 2008: 81).
(Widyantini, 2006) menjelaskan beberapa prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap siswa di dalam kelompok itu akan dikenai evaluasi.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Nur (Widyantini, 2006) menyatakan ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif, yaitu sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku
yang berbeda.
7
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-
masing individu.
Model pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia
belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok siswa
membantu siswa belajar keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokratis,
dan keterampilan berpikir logis (Ibrahim, 2001:19).
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Perilaku Guru Perilaku SiswaFase 1Menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
Siswa memperhatikan dan memberikan berbagai jawaban dengan persepsi siswa.
Fase 2Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atapun bahan bacaan.
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok dalam mengerjakan tugasnya.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa menuju ke kelompoknya masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok yang telah diinformasikan oleh guru.
Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Siswa saling bekerja terhadap tugas yang telah dibagikan dalam kelompok.
Fase 5Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Fase 6Memberikan penghargaan
Guru menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok.
Siswa menerima penghargaan yang diberikan oleh guru untuk tiap-tiap kelompok.
(Ibrahim, 2000 :10)
8
2.4 Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Sanjaya (2006: 249) menyatakan bahwa keuntungan model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa tidak selalu tergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari
akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggungjawab dalam belajar.
e. Dapat meningkatkan prestasi akademik.
f. Siswa dapat mengembangkan kemampuannya.
g. Siswa menghasilkan pencapaian belajar yang tinggi.
h. Meningkatnya motivasi siswa dalam belajar.
Sanjaya (2006: 250) menyatakan bahwa kelemahan model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan waktu yang lama dalam proses pembelajaran.
b. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara singkat.
c. Adanya ketergantungan sehingga siswa lambat berpikir dan tidak
berlatih belajar mandiri.
d. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
9
2.5 Materi Kinematika Gerak Lurus
2.5.1 Jarak dan perpindahan
Jarak dan perpindahan merupakan besaran fisika yang saling terkait.
Keduanya memiliki dimensi yang sama, namun memiliki makna fisis yang
berbeda. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda tanpa
memperhatikan arah gerak benda, sehingga jarak merupakan besaran skalar.
Perpindahal adalah perubahan kedudukan suatu benda ditinjau dari keadaan awal
dan keadaan akhir dengan memperhatikan arah gerak benda, sehingga
perpindahan merupakan besaran vektor (Supiyanti, 2007:36).
Arah gerak dalam satu dimensi dapat ditentukan dengan cara sederhana
yaitu dengan menetapkan satu titik sebagai titik asal, dan menentukan satu arah
sebagai arah positif, sedangkan arah yang berlawanan merupakan arah negatif.
Titik-titik ini dituliskan sebagai bilangan-bilangan baik positif maupun negatif
tergantung pada arahnya (Foster, 2005:47). Gambar 2.1 menunjukkan titik B
ditentukan sebagai titik asal, arah ke kanan ditandai positif dan arah ke kiri
ditandai negatif, maka titik C berada pada +2 m dan titik A berada pada -4 m.
A B C
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
Gambar 2.1 Perpindahan dalam gerak satu dimensi
Perpindahan (∆ s) dari titik A ke titik B dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan (Foster, 2004):
∆ s=sB−s A.............................................................................(2.1)
Keterangan :
∆ s = perpindahan
sB = koordinat atau posisi titik B
sA = koordinat atau posisi titik A
10
2.5.2 Kelajuan dan kecepatan
Kelajuan dan kecepatan merupakan karakteristik dari suatu benda yang
bergerak, dimana suatu benda dikatakan bergerak jika memiliki kelajuan dan
kecepatan. Kelajuan dan kecepatan merupakan besaran yang memiliki dimensi
yang sama tetapi memiliki makna fisis yang berbeda. Kelajuan berkaitan dengan
jarak dan waktu, sehingga merupakan besaran skalar, sedangkan kecepatan
berkaitan dengan perpindahan dan waktu, sehingga merupakan besaran vektor
(Supiyanto, 2007: 37).
2.5.2.1 Kelajuan rata-rata dan kelajuan sesaat
Kelajuan rata-rata (v) didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh (s) dibagi waktu (t) yang diperlukan selama gerakan
(Supiyanto, 2007:38).
v= st
........................................................................................(2.2)
Keterangan:
v = kelajuan rata-rata (m/s)
s = jarak tempuh (m)
t=¿ waktu tempuh (s)
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara
perpindahan dengan selang waktu. Karena perpindahan adalah
besaran vektor dan selang waktu adalah besaran skalar, amak
kecepatan rata-rata adalah besaran vektor sehingga arahnya harus
dinyatakan (Kanginan, 2007: 57). Kecepatan rata-rata dapat
dinyatakan dengan persamaan:
vrata−rata=s2−s1
t 2−t 1
.....................................................................(2.3)
11
Keterangan:
vrata−rata = Kecepatan rata-rata (m/s)
s2−s1 = Perpindahan kedudukan 1 ke kedudukan 2 (m)
t 2−t 1 = Interval waktu (s)
2.5.2.2 Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat suatu benda yang sedang bergerak
didefinisikan sebagai perubahan posisi benda pada waktu tertentu
(Foster, 2004: 51). Metode untuk mencari kecepatan sesaat yang
lebih tepat adalah metode limit, yang secara matematis dituliskan
sebagai berikut (Foster, 2004: 53):
v= lim∆t → 0
∆ s∆ t
❑
a tau
v=dsdt
.......................................................................................(2.4)
2.5.3 Gerak lurus beraturan
Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu
benda dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar
maupun arahnya tetap. Karena kecepatan benda tetap, maka kata
kecepatan bisa diganti dengan kelajuan (Kanginan, 2007: 63).
Gerak lurus beraturan juga dapat didefinisikan sebagai gerak suatu
benda pada lintasan lurus dengan kelajuan tetap. Rumus
matematisnya adalah:
v= st
..............................................................................(2.5)
12
2.5.4 Percepatan dan perlajuan
Suatu benda yang kecepatannya bertambah atau berkurang
atau arahnya berubah dikatakan mengalami percepatan. Percepatan
didefinidsikan sebagai laju perubahan kecepatan terhadap waktu.
Jika kecepatan awal benda v0 dan berubah menjadi v selama
interval waktu t, maka percepatannya a dirumuskan sebagai
(Supiyamto, 2007: 41):
a=v−v0
t .........................................................................
(2.6)
Keterangan:
a = percepatan benda (m/s2)
v0=¿ Kecepatan awal benda (m/s)
v = kecepatan akhir benda (m/s)
t=¿ interval waktu
Jika percepatan merupakan besaran vektor, maka perlajuan
merupakan besaran skalar. Perlajuan selalu sama dengan besar atau
nilai skalar dari percepatan.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel,
gejala atau keadaan (Arikunto,1998:310). Penelitian deskriptif ini berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan atas kejadian yang berlangsung,
maksudnya dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan hasil belajar fisika
siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi pokok
Kinematika Gerak Lurus.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Palangka Raya pada
kelas X semester I Tahun Ajaran 2012/2013 pada materi pokok Kinematika Gerak
Lurus. Waktu penelitian adalah bulan Juli 2012.
3.3 Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X semester I SMA Negeri 2
Palangka Raya Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 8 kelas.
Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas. Pemilihan sampel penelitian
secara acak berdasarkan kelas dengan asumsi kelasnya homogen yaitu dengan
melakukan undian terhadap semua kelas populasi yang akan dijadikan sebagai
kelas sampel.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan hal-hal yang meliputi:
a. Penetapan tempat penelitian.
b. Permohonan izin penelitian pada instansi terkait.
14
c. Membuat instrumen penelitian.
d. Melakukan uji coba instrumen.
e. Menganalisis data uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Sampel yang terpilih diajarkan materi pokok Kinematika Gerak
Lurus menggunakan model kooperatif. Pada tahap ini dilakukan
pengamatan aktivitas guru dan siswa.
b. Sampel yang terpilih diberikan tes, yaitu sebagai alat evaluasi
untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa terhadap materi
pokok Kinematika Gerak Lurus yang telah diajarkan.
c. Meminta siswa mengisi angket respon siswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif setelah
pembelajaran selesai.
3. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-
langkah berikut:
a. Menganalisis data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
b. Menganalisis jawaban siswa pada tes hasil belajar kognitif dan tes
hasil belajar psikomotor untuk menghitung seberapa besar
ketuntasan hasil belajar siswa setelah menerima pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
c. Menganalisis respon siswa pada angket yang telah diisi oleh
seluruh siswa pada akhir seluruh kegiatan belajar mengajar untuk
mengetahui bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif.
4. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan dari hasil
analisis data dan terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian.
3.5 Instrumen Penelitian
15
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif. Instrumen ini diisi oleh dua
orang pengamat dimana dapat mengikuti seluruh pembelajaran dari
awal hingga akhir pembelajaran.
b. Tes hasil belajar (THB) yang dibuat untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat
ketuntasan (tingkat penguasaan) hasil belajar siswa setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif pada materi pokok Kinematika Gerak
Lurus, yaitu berupa tes hasil belajar kognitif berbentuk pilihan ganda
dengan lima option.
c. Tes hasil belajar psikomotor siswa. Instrumen ini digunakan untuk
mengukur tes hasil belajar siswa pada aspek psikomotor siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi pokok
Kinematika Gerak Lurus.
d. Angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif,
diberikan dan diisi ileh siswa setelah pembelajaran berakhir.
3.6 Uji Coba Instrumen
Untuk tes hasil belajar kognitif digunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan
ganda berjumlah 50 butir soal dengan 5 pilihan jawaban. Sebelum digunakan, tes
hasil belajar kognitif diujicobakan terlebih dahulu utnuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba tes hasil belajar
kognitif akan dilaksanakan di luar kelas sampel penelitian.
Tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa tidak
diujicobakan. Tes hasil belajar psikomotor dinilai dengan menggunakan tes unjuk
kerja. Pupuh F, & Sobri (2007: 54) membagi keterampilan psikomotor ke dalam 4
aspek keterampilan yaitu sebagai berikut:
16
a. Persepsi (P1), yakni memilih, membedakan, mempersiapkan,
menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasi, menghubungkan.
b. Kesiapan (P2), yakni memulai, bereaksi, memprakarsai, menanggapi,
menunjukkan.
c. Gerakan terbimbing (P3), yakni mempraktekkan, memainkan,
mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, memasang,
membongkar.
d. Gerakan terbiasa (P4), yakni mengoperasikan, membangun, memasang,
memperbaiki, melaksanakan, mengerjakan, menyusun, menggunakan.
3.6.1 Uji validitas instrumen
Tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto, 2007: 65). Untuk menguji validitas digunakan rumus koefisien korelasi
biserial sebagai berikut:
γ pbi=M p−Mt
S t √ Pq
(Arikunto, 2007:
79)
Keterangan:
γ pbi = Koefisien korelasi biserial
M p = Mean skor dari peserta tes yang menjawab benar
M t = Mean skor toral (skor rata-rata dari seluruh peserta tes)
St = Standar deviasi dari skor total
P = Proporsi siswa yang menjawab benar
P=banyaknya siswa yang menjawab benarjumlah seluruh siswa
q = Proporsi siswa yang menjawab salah
3.6.2 Uji realibilitas
Realibilitas adalah ketetapan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat
pengukur. Realibilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus KR-21,
yaitu:
17
r11=( nn−1 )(1−
M (n−M )nSt
2 ) (Arikunto, 2007:
103)
Keterangan:
r11 = Realibilitas tes secara keseluruhan
M = Skor rata-rata
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
3.6.3 Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran menunjukkan taraf
kesukaran soal (Arikunto, 2007: 207). Taraf kesukaran (indeks kesukaran)
sinyatakan dalam P dengan rumus:
P= BJs
(Arikunto, 2007: 208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
3.6.4 Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Arikunto, 2007: 211). Rumus untuk mengetahui daya pembeda setiap
butir tes adalah:
D=BA
J A
−BB
J B
=PA−PB (Arikunto, 2007: 213)
18
Keterangan:
D = Daya pembeda
J = Jumlah peserta tes
J A = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA=BA
J A
=¿proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB=BB
J B
=¿proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
3.6.5 Teknik analisis data
Teknik analisis data dapat dirinci sebagai berikut:
1. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model kooperatif
diperoleh dengan mengamati aktivitas guru dan siswa setiap kali tatap
muka. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yang sudah
dilatih sehingga dapat menggunakan lembar pengamat secara benar.
Data pengamatan aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif presentase (%), yaitu frekuensi tiap
aktivitas dibagi dengan seluruh seluruh frekuensi aktivitas dikali
100%.
2. Tes hasil belajar (THB) untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan
hasil belajar siswa dalam aspek kognitif setelah pembelajaran pada
materi pokok Kinematika Gerak Lurus dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif yaitu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Tes hasil belajar kognitif
Analisis data THB kognitif dengan menggunakan rumus
ketuntasan belajar sebagai berikut:
19
i) Ketuntasan individu
Siswa dikatakan tuntas bila mampu mencapai tujuan
pembelajaran khusus (TPK) minimal 70%. Untuk
menentukan ketuntasan belajar siswa (individu) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
KB= TT t
100 % (Trianto, 2008: 171)
Keterangan:
K B = Persentase ketuntasan individu
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
T t = Jumlah skor total
ii) Ketuntasan klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas pembelajarannya jika dalam
kelas tersebut persentasenya (P) ≥ 85% siswa tuntas. Untuk
jumlah siswa sebanyak N, rumus persentasenya adalah
sebagai berikut:
P=[ Jumlahsiswa yang tuntasN ] x100 %
(Widiyoko, 2002: 55)
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan klasikal
N = Jumlah seluruh siswa
iii) Ketuntasan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
Suatu TPK tuntas bila persentase siswa yang mencapai
TPK tersebut ≥ 70% untuk jumlah siswa sebanyak N
orang, rumus persentase TPK adalah sebagai berikut:
20
P= Jumlah siswa yangmencap aiTPKN
x 100 %
(Widiyoko, 2002:55)
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan klasikal
N = jumlah seluruh siswa
b. Tes hasil belajar psikomotor
Analisis data kemampaun psikomotor siswa dianalisis
secara deskriptif, yaitu skor masing-masing aspek dalam
instrumen dujumlahkan kemudian dihitung rata-rata dari dua
orang pengamat, sehingga didapatkan skor yang diperoleh siswa
dan kemudian dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
Rata−rata skor=P1+P2
2
Keterangan:
P1= Jumlah skor oleh pengamat 1
P2= Jumlah skor oleh pengamat 2
Hasil belajar psikomotor dilakukan untuk mengetahui
ketuntasan siswa melaksanakan langkah-langkah pada
ketercapaian LKPD yang diberikan yang mengarah pada
ketercapaian LKPD yang telah dirumuskan. Hasil belajar
psikomotor diamati atau dinilai oleh dua orang pengamat yang
telah dilatih terhadap dua kelompok siswa yang dianggap telah
mewakili kelompok lain.
Hasil belajar psikomotor berupa lembar penilaian
kemampuan psikomotor siswa dianalisis sebagai berikut:
21
Nilai=Skor yangdiperolehSkor maksimal
x 100 % (BSNP, 2006: 8)
Ketercapaian nilai yang dicapai siswa ≥ 70% berdasarkan
standar yang ditetapkan dan secara klasikal dikatakan tuntas bila
siswa yang tuntas mencapai ≥ 85% (Widiyoko, 2002: 55).
3. Respon siswa digunakan untuk menjaring pendapat siswa terhadap komponen kegiatan belajar mengajar berdasarkan topik yang dipelajari, suasana kelas, penampilan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data respon siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif persentase yaitu banyaknya tiap komponen respon yang telah diisi siswa dibagi jumlah siswa dikali 100%. Secara matematis ditulis sebagai berikut:
Persentaserespon siswa= AB
x100 % (Trianto, 2008: 173)
Keterangan:A=Proporsi siswa yang memilihB=Jumlah siswa
22