Transcript
Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Peundeuy 2 kelas V)

Rahmawati wulansari

Ima Ni’mah Chudari1

Encep Supriatna2

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang,

Universitas Pendidikan Indonesia

e_mail: [email protected]

ABSTRAK

Kemampuan sesorang dalam mengemas kata menjadi sebuah kalimat yang baik ditambah dengan

kemampuan berbicara dapat menunjang popularitas dikehidupannya. Namun tidak semudah membalikan

telapak tangan dalam mengemas kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna. Tidak semua orang

memiliki kemampuan berbicara. Pembelajaran melakukan pembiasaan berbicara akan menjadikan seseorang

memiliki kemampuan berbicara yang baik. Pembelajaran tersebut dimulai dari diri mungkin sehingga terjadi

suatu pembiasaan akan terbawa hingga dewasa.Penelitian disini memiliki tujuan untuk mengetahui

kompetensi pendidik khususnya dipelajaran bahasa Indonesia serta keterampilan berbicara siswa.penulis

menerapkan model pembelajaran talking stick diSD kelas V untuk meningkatkan keterampilan

berbicara,murid diharapkan tidak malu berbicara didepan kelas menggunakan kata-kata yang baik dalam

kalimat sederhana. Penelitian disini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, dikembangkan oleh

Stephen Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus memiliki empat

tahapan,yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek disini adalah murid kelas V SDN

Peundeuy 2 Garut Propinsi Jawa Barat. Hasil kegiatan prasiklus dipenelitian ini, sebanyak 13 siswa dari 34

siswa kelas V dinyatakan memenuhi KKM dengan persentase 38,23%. Hasil pelaksanaan kegiatan siklus I

terjadi peningkatan,yaitu sebanyak 18 murid dari 34 murid kelas V memenuhi KKM. berarti sebanyak 5

orang murid mengalami peningkatan kemampuan keterampilan berbicara. Prosentase penelitian sebanyak

52,29%. Kegiatan siklus dua dilakukan mengalami peningkatan dari siklus satu. Sebanyak 21 murid dari 34

orang murid lulus memenuhi KKM,ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara murid

sebanyak 61,76%. Penulis melakukan siklus tiga dengan hasil 29 murid dari 34 orang murid menunjukkan

peningkatan keterampilan berbicara murid dengan peningkatan porsentase sebanyak 85,29%. Tiga aspek

yang ditekankan dipenelitian ini,yaitu membuat drama,memerankan drama dengan lafal dan intonasi yang

baik,melakukan permainan talking stick. Kegiatan siklus satu sebesar 73% ketiga aspek aktivitas murid

terpenuhi,siklus dua ketiga aktivitas aspek yang terpenuhi sebanyak 82%, untuk siklus tiga terlihat

peningkatan sebanyak 93% ketiga aspek terpenuhi.

Kata Kunci : talking stick, berbicara

1 Penulis penanggung jawab 2 Penulis penanggung jawab

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model

pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada

pembelajaran bahasa indonesia.

PENDAHULUAN

Menurut Fitrahnya, manusia mempunyai

kemampuan untuk berpikir dan

menyatakan pendapat, keingintahuan,

perasaan, serta pengalaman -

pengalamannya. Selain itu, manusia juga

seringkali memiliki keinginan untuk

mempengaruhi, bahkan memaksakan

pikiran dan pendapatnya kepada orang lain

atau kelompok. Pada umumnya, keinginan

– keinginan tersebut dilakukannya secara

langsung melalui pembicaraan atau

komunikasi.

Dalam kehidupan nyata, orang

yang ingin menyatakan tanggapan, atau

hasil pemikirannya yang ditujukan kepada

seseorang atau pun suatu forum sering kali

mendapatkan masalah, baik itu pelafalan

ataupun kesulitan mengungkapakan apa

yang ingin di bicarakan. Cara berbicara ini

memang memiliki efek yang cukup besar

pengaruhnya atas diri maupun keberadaan

seseorang. Oleh karena itu, setiap orang

mesti memiliki pengetahuan atau

kemampuan retorika (cara berbicara) yang

meyakinkan.

Tidak hanya manusia dewasa yang

harus memiliki kemampuan beretorika

yang baik. murid sekolah dasar pun

alangkah sangat baiknya memiliki

kemampuan seperti itu. Kemampuan

berbicara murid diperlukan untuk

mengutarakan pendapat dalam bentuk

pernyataan maupun pertanyaan. Ungkapan

tersebut harus memiliki susunan kalimat

yang terstruktur yang dibangun oleh kata-

kata yang sesuai dengan isi kandungan

makna yang dimaksud. Dengan

pembelajaran dan pembiasaanlah semua

dimulai.

Pembelajaran merupakan suatu

kegiatan yang didalamnya ditata dan diatur

sebaik mungkin dengan didasarkan pada

banyak aspek, baik itu aspek yang

berkaitan dengan konsep pembelajaran,

maupun aturan–aturan hukum

pembelajaran yang mengatur tata cara

pelaksanaan pendidikan yang pada

umumnya secara lebih khusus. Sedangkan

perencanaan pembelajaran adalah

rancangan yang dijadikan panduan bagi

guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa. Secara asal kata

”pembelajaran” berasal dari bahasa Inggris

yaitu “instruction”. Pentingnya

perencanaan dalam pembelajaran adalah

suatu kegiatan yang diatur berdasarkan

langkah - langkah tertentu (sistematis)

yang melibatkan unsur - unsur maupun

komponen pembelajaran secara

menyeluruh.

Tidak sedikit murid sekolah dasar

yang malu-malu mengutarakan apa yang

ingin disampaikan walaupun hanya satu

kalimat atau dalam bentuk pertanyaan. Hal

ini bisa jadi merupakan pembiasaan

berbicara baik bertanya atau

menyampaikan pendapat yang kurang di

terapkan di sekolah, sehingga siswa

merasa enggan atau pun merasa kesulitan

apa yang ingin sebenarnya mereka

ungkapkan karena ketidak beranian

mereka berbicara. Ini bukan hanya

masalah pembiasaan, dalam kurikulum

KTSP 2006, disebutkan bahwa

pembelajaran bahasa Indonesia merupakan

pembelajaran yang menggunakan

pendekatan komunikatif. Artinya apa yang

disampaikan oleh pendidik harus bisa

dicerna dengan baik oleh muridnya

sehingga siswa tidak pakum dalam sebuah

kebisuan. Menguasai kemampuan

berbahasa dan keterampilan berbicara

menjadi alasan utama orang-orang bisa

terkenal karena kemampuannya dalam

mengemas kata-kata menjadi kalimat yang

sangat baik dengan didukung oleh

kemampuan berbicara yang sangat baik

sekali sehingga setiap kata yang diucapkan

akan menjadi perhatian banyak orang yang

mendengarnya.

Penulis menitik beratkan penelitian

ini pada keterampilan berbicara siswa.

Dimana salah satu aspek dalam

keterampilan berbahasa adalah berbicara.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

Penulis merasa tertantang untuk

mengadakan sebuah penelitian lebih jauh

mengenai kemampuan berbicara ini.

sebagai objek murid kelas lima sebagai

contoh dengan jumlah murid seabnyak 34

orang dari keseluruah kumpulan yang ada

di kelas lima yaitu sebanyak 34 orang

anak.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai

dengan jadwal penelitian yaitu tanggal 12

Sampai tanggal 21 bulan Maret tahun

2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan

mempertimbangkan hasil dari observasi

awal penulis terhadap apa yang terjadi

pada murid kelas V yang kesulitan dalam

mengungkapkan ide atau gagasan atau

pernyataan dalam bentuk lisan. Dengan

kata lain murid kurang terampil dalam

berbicara. Oleh karena itu penulis

mencoba untuk mengetahui lebih jauh apa

yang menyebabkan murid kurang terampil

berbicara dan mengatasinya.Penelitian ini

penulis laksanakan dengan menggunakan

metode pembelajaran talking stick, atau

tongkat berbicara. Talking stick atau

tongkat berbicara adalah salah bagian dari

metode pembelajaran kolaboratif yang

didalamnya murid terlibat langsung dalam

proses penelitian. Murid terlebih dahulu

dibentuk kelompok.

METODE

Penelitian yang dilakukan penulis

mempergunakan model Tindakan Kelas.

Penelitian ini dilakukan di kelas lima

Sekolah Dasar semester dua fokus

penelitian pada aktifitas belajar murid

dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dengan menerapkan metode pembelajaran

talking stick.

Proses pelajaran talking stick ini

penulis terapkan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara murid supaya anak

berani berbicara didepan kelas dengan

kata-kata yang tersusun dalam kalimat

yang baik. teknik tindakan kelas ini pada

pelaksanaannya terdiri dari tiga siklus

yang tahapan tiap siklus terdapat empat

langkah kegiatan yaitu perencanaa,

tindakan, pengamatan dan refleksi.

Sebelum masuk kedalam tindakan siklus

pertama, penulis melakukan kegiatan pra

siklus. Dimana kegiatan ini penulis

lakukan yaitu melakukan observasi

permasalahan yang ada di kelas lima pada

mata pelajaran Indonesia. Penulis mencari

tahu apa yang menyebabkan siswa ini

tidak memiliki keberanian untuk berbicara

didepan kelas. Selain melakukan

pengamatan, penulis menentukan

pendekatan yang bagus dengan

karakteristik anak, menyiapkan bahan ajar

dan mempersiapkan strategi proses belajar

mengajar yang akan disampaikan pada

pembelajaran bahasa Indonesia, serta

menentukan recana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) pada matapelajaran

bahasa Indonesia dengan metode talking

stick berikut dengan media

pembelajarannya.

Pelaksanaan penelitian ini

tahapannya dilakukan atas dasar rencana

yang sebelumnya telah dibuat. Kegiatan

yang dilakukan yaitu membentuk

kelompok 5-6 orang murid perkelompok

untuk melakukan kegiatan pembelajaran

bahasa Indonesia dengan metode talking

stik. Peneliti bersama pendidik

menjelaskan bagaimana cara metode

talking stick ini diterapkan. Metode ini

menggunakan media berupa tongkat atau

stick yang dijadikan penentu bagi murid

untuk berbicara didepan kelas. Tongkat

tersebut akan di estapetkan dari kelompok

satu kepada kelompok lainnya dengan

menyanyikan lagu. Apabila lagu telah

selesai dan tongkat berhenti di satu

kelompok maka kelompok tersebut

ditugaskan untuk menampilkan drama

yang telah mereka buat sebelumnya.

Kegiatan selanjutnya yaitu

pengamatan. Pengamatan dilakukan pada

saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung hal ini untuk mengetahui

kesulitan apa yang siswa alami dan juga

keberhasilan metode yang digunakan.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model

pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada

pembelajaran bahasa indonesia.

Kegiatan terakhir dari tahapan setiap siklus

yaitu refleksi. Refleksi dalam konteks

penelitian tindakan kelas ini merupakan

evaluasi yang dilakukan oleh peneliti

bersama guru setelah kegiatan pelaksanaan

dan pengamatan selesai. Kegiatan

selanjutnya yaitu melakukan kegiatan

evaluasi terhadap keberhasilan dan

kegagalan yang terjadi pada kegiatan yang

telah dilaksanakan tersebut. Adapun

keberhasilan siklus pertama dianggap

berhasil jika sebagian besar dari murid

sudah mampu menyampaikan drama

dengan baik dan benar. Berdasarkan

refleksi itulah peneliti menyusun rencana

penelitian untuk siklus selanjutnya.

Hasil yang diharapkan dari

penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan metode pembelajaran

talking stick ini yaitu dapat memunculkan

keberanian murid untuk berbicara didepan

kelas dalam bentuk drama bersama

kelompoknya sehingga ada sebuah

perubahan perilaku murid dalam

pembelajaran bahasa Indoensia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan tindakan

kelas yang telah dimulai dari kegiatan pra

siklus, kegiatan siklus satu, siklus dua, dan

siklus tiga. Dalam kegiatan pra siklus

dalam tahapan observasi dilakukan saat

proses pembelajaran berlangsung yakni

motivasi belajar murid dan perhatian

murid, disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yaitu meningkatkan

kemampuan berbicara murid dengan

menerapkan model pembelajaran talking

stick di SD Kelas V. Data yang diperoleh

dari pendidik sebelumnya, murid yang

telah memenuhi KKM yang dinyatakan

tuntas sebanyak 13 murid dengan

presentase 38,23%. Tahapan refleksi yang

dilakukan dalam kegiatan pra siklus ini

peneliti menemukan

kekurangan/kelemahan dalam proses

pembelajaran diantaranya, penggunaan

metode kurang menarik dimana peran

pendidik lebih dominan dalam proses

pembelajaran sehingga murid merasa

jenuh. Berdasarkan temuan peneliti

tentang kekurangan/kelemahan yang

terjadi dalam proses pembelajaran, maka

peneliti akan melakukan perbaikan yang

akan diterapkan pada siklus satu.

perencanaan yang akan peneliti lakukan

yaitu: Persiapan untuk melakukan

penelitian ketahap selanjutnya, Penetapan

jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia

menindaklanjuti hasil pra siklus tentang

meningkatkan kemampuan berbicara

dalam menggungkapkan pikiran, perasaan

secara lisan dalam memerankan

tokohxdrama,Peninjauanxpada pokok

bahasan yang akan diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran talking

stick, Memeriksa kurikulum untuk melihat

tuntunan kurikulum dari mata pelajaran

bahasa Indonesia yang masih dapat

disampaikan sesuai dengan lokasi waktu

yang ada, Membuat rumusan persiapan

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

disesuaikan dengan pokok bahasan,

kurikulum, dan model pembelajaran yang

akan digunakan dengan menggunakan

model pembelajaran talking stick.

Penelitian tindakan kelas untuk

siklus satu ini dilakukan pada tanggal 13

Mei 2016. Pada siklus satu ini peneliti

melakukan perencanaan, tindakan,

observasi, refleksi. Perencanaan

dilaksanakan pada tahap prasiklus pada

tanggal 12 Mei 2016. Perencanaan

dilakukan untuk menindak lanjuti hasil

refleksi pada tahap sebelumnya. tindakan

yang dilakukan pada siklus satu pendidik

telah melakukan kegiatan belajar mengajar

dengan awalan ketika pendidik masuk

kedalam kelas dengan mengucapkan salam

di awal pembelajaran selanjutnya pendidik

mengajak murid untuk berdoa sebelum

proses belajar dimulai lalu setelah berdoa

bersama-sama pendidik memeriksa daftar

hadir murid setelah memeriksa daftar hadir

pendidik mengkondisikan kelas supaya

murid dapat mengikuti proses belajar

dengan tertib supaya murid lebih semangat

dalam mengikuti proses pembelajaran

pendidik mengajak siswa untuk melakukan

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

tepuk semangat bersama-sama, setelah

selesai melakukan tepuk semngat bersama-

sama pendidik menjelaskan tujuan dari

pembelajaran yang akan dipelajari

muridpun memperhatikan pendidik

berlanjut pada materi pendidik

menjelaskan apa yang dimaksud dengan

drama dan mencontohkan bagaimana cara

memeranan tokoh drama dengan lafal

intonasi dan ekspresi yang tepat, setelah

selesai menjelaskan materi dan

memeberikan contoh guru menugaskan

siswa untuk membentuk sebuah kelompok

dengan adanya siswa kelas V 34 orang

maka siswa disuruh berhitung dulu dari 1-

5 ketika sudah hitungan ke 5 makan siswa

berhitung kembali dari 1-5 dan seterusnya.

Setelah selesai membagian kelompok guru

menyuruh siswa untuk duduk secara

berkelompok.

Setelah siswa selesai merapikan

tempat duduk yang sesuai dengan

kelompok masing-masing maka siswa

ditugaskan untuk membuat sebuah drama

pendek bebas, lalu siswa pun antusias

untuk mengerjakan tugas tersebut, ketika

siswa sedang mengerjakan tugasnya guru

hanya mengawasi semua siswa supaya

tidakribut, ketika berjalannya waktu siswa

ada yang berpendapat namun siswa

lainnya tidak menanggapi pendapat siswa

tersebut, Penugasanpun telah selesai guru

membuat murid untuk tenang dan

selanjutnya pendidik menjelaskan kembali

tentang metode talking stick,dengan

menggunakan tongkat murid diajak untuk

menyanyikan lagu potong bebek angsa dan

tongkat tersebut diestapetkan dari

kelompok 1 ke kelompok lainnya, ketika

lagu tersebut telah selesai dan tongkat

berakhir di salah satu kelompok, maka

kelompok tersebut ditugaskan untuk

menampilkan drama yang telah mereka

buat. Kelompok lain memerhatikan apa

yang sedang di tampilkan oleh temannya

setelah setelasi kelompok lainpun

mengomentari dari setiap kelompok yang

sudah tampil. Begitupun seterusnya.

Setelah selesai proses pembelajaran

pendidik mengajak murid untuk mebuat

kesimpulan bersama-sama, setelah selesai

pendidikpun mengulang kembali

kesimpulan secara garis besar, diakhir

pembelajaran pendidik mengajak siswa

untuk mengucapkan bacaan Hamdallah

bersama-sama lalu pendidik mengucapkan

salam diakhir pembelajaran. Berdasarkan

hasil yang diperoleh pada siklus satu dapat

disimpulkan dari ketiga yang digunakan

dalam penilaian kegiatan siswa dalam

proses belajar mengajar melalui metode

talking stick siswa dapat mendengarkan

pendapat orang lain dalam proses

membuat drama dengan presentase 21%

termasuk keadaan kategori cukup,

termasuk kategori yang cukup, murid

dapat memerankan drama dengan lafal

intonasi dan ekspresi yang tepat 21%

termasuk kategori cukup, murid dapat

melakukan permainan talking stick dengan

baik 29% Dengan jumlah keseluruhan

aspek siklus satu ini aktivitas murid

sebesar 73% termasuk kategori cukup.

Adapun tes keterampilan berbicara

yaitu murid yang dinyatakan telah

memenuhi batas minimum KKM yang

dinyatakan tuntas sebanyak 18 murid

dengan presentase 52,29% dari jumlah

murid sebanyak 34 murid.

Tahapan tindakan pada siklus dua

ini, pendidik telah melakukan kegiatan

belajar mengajar dengan awalan ketika

pendidik masuk kedalam kelas dengan

mengucapkan salam di awal pembelajaran

selanjutnya pendidik mengajak murid

untuk berdoa sebelum proses belajar

dimulai lalu setelah berdoa bersama-sama

pendidik memeriksa daftar hadir murid

setelah memeriksa daftar hadir pendidik

mengkondisikan kelas supaya murid dapat

mengikuti proses belajar dengan tertib

supaya murid lebih semangat dalam

mengikuti proses pembelajaran pendidik

mengajak murid untuk melakukan tepuk

semangat bersama-sama, setelah selesai

melakukan tepuk semngat bersama-sama

pendidik menjelaskan tujuan dari

pembelajaran yang dipelajari muridpun

memperhatikan pendidik berlanjut pada

materi pendidik menjelaskan apa yang

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model

pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada

pembelajaran bahasa indonesia.

dimaksud dengan drama dan

mencontohkan bagaimana cara memeranan

tokoh drama dengan lafal intonasi dan

ekspresi yang tepat, setelah selesai

menjelaskan materi dan memeberikan

contoh pendidik menugaskan murid untuk

membentuk sebuah kelompok dengan

murid kelas V 34 orang maka murid

disuruh berhitung dulu dari 1-5 ketika

sudah hitungan ke 5 makan murid

berhitung kembali dari 1-5 dan seterusnya.

Setelah selesai membagian kelompok

pendidik menyuruh murid untuk duduk

secara berkelompok. Setelah murid selesai

merapikan tempat duduk yang sesuai

dengan kelompok masing-masing maka

murid ditugaskan membuat sebuah drama

pendek bebas, lalu murid antusias untuk

mengerjakan tugas tersebut, ketika murid

sedang mengerjakan tugasnya pendidik

mengawasi semua murid supaya

tidakribut, ketika berjalannya waktu murid

ada yang berpendapat namun murid

lainnya tidak menanggapi pendapat murid

tersebut, mungkin karena pendapatnya

tidak baik atau sebaliknya,da nada juga

murid hanya mengobrol saja tanpa

membantu kelompoknya untuk

mengerjakan tugas dari pendidik.

Penugasanpun telah selesai

pendidik membuat murid untuk tenang

selanjutnya pendidik menjelaskan kembali

metode talking stick,dengan menggunakan

tongkat murid diajak untuk menyanyikan

lagu potong bebek angsa dan tongkat

tersebut diestapetkan dari kelompok 1 ke

kelompok lainnya, ketika lagu tersebut

telah selesai dan tongkat berakhir di salah

satu kelompok, maka kelompok tersebut

ditugaskan untuk menampilkan drama

yang telah mereka buat. Kelompok lain

memerhatikan apa yang sedang di

tampilkan oleh temannya setelah setelasi

kelompok lainpun mengomentari dari

setiap kelompok yang sudah tampil.

Begitupun seterusnya.

Setelah selesai proses pembelajaran

pendidik mengajak murid untuk mebuat

kesimpulan bersama-sama, setelah selesai

pendidikpun mengulang kembali

kesimpulan secara garis besar, diakhir

pembelajaran pendidik mengajak murid

untuk mengucapkan bacaan Hamdallah

bersama-sama lalu guru mengucapkan

salam diakhir pembelajaran.

Hasil yang diperoleh pada siklus

dua dapat disimpulkan dari ketiga

instrumen yang digunakan dalam penilaian

aktivitas murid dalam kegiatan belajar

mengajar menggunakan metode talking

stick murid dapat mendengarkan pendapat

orang lain proses membuat drama dengan

presentase 24% termasuk keadaan kategori

baik, murid dapat memerankan drama

dengan lafal intonasi dan ekspresi yang

tepat 21% termasuk kategori baik, murid

dapat melakukan permainan talking stick

dengan baik 29% Dengan jumlah

keseluruhan aspek siklus dua ini aktivitas

murid sebesar 82% termasuk kategori baik.

Hasil penilaian dari kegiatan

tindakan dengan metode talking stick pada

siklus dua, murid yang mendapatkan nilai

minimal atau diatas KKM (65) sebanyak

21 murid dari jumlah keseluruhan 34

murid atau dalam bentuk presentase

sebesar 61,76%.

Penelitixmenemukanxkekurangan/

kelemahan dalam kegiatan belajar

mengajar diantaranya, masih ada murid

yang belum berani mengungkapkan ide

dan pendapatnya dalam pendapatnya

ketika sedang melakukan tugas kelompok

untuk membuat drama dan pada umumnya

murid masih cenderung malu-malu pada

saat pementasan hasil karya drama

kelompok mereka sendiri.

Berdasarkan temuan peneliti

tentang kelemahan/kekurangan yang

terjadi dalam kegiatan mengajar, maka

peneliti akan melakukan perbaikan yang

akan diterapkan pada siklus dua. Adapun

perencanaan yang akan peneliti lakukan

dalam siklus tiga yaitu; Cara

menyampaikan materi murid ikut

berpartisipasi aktif dalam pemberian

materi, memotivasi murid supaca berani

dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Pelaksanaan tindakan siklus tiga ini

pendidik telah melakukan kegiatan belajar

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

mengajar dengan awalan ketika pendidik

masuk kedalam kelas dengan

mengucapkan salam di awal pembelajaran

selanjutnya pendidik mengajak murid

untuk berdoa sebelum proses belajar

dimulai lalu setelah berdoa bersama-sama

pendidik memeriksa daftar hadir murid

setelah memeriksa daftar hadir pendidik

mengkondisikan kelas supaya murid dapat

mengikuti proses belajar dengan tertib

supaya murid lebih semangat dalam

mengikuti proses pembelajaran pendidik

mengajak murid untuk melakukan tepuk

semangat bersama-sama, setelah selesai

melakukan tepuk semngat bersama-sama

pendidik menjelaskan tujuan dari

pembelajaran yang akan dipelajari

muridpun memperhatikan pendidik

berlanjut pada materi pendidik

menjelaskan apa yang dimaksud dengan

drama dan mencontohkan bagaimana cara

memeranan tokoh drama dengan lafal

intonasi dan ekspresi yang tepat, setelah

selesai menjelaskan materi dan

memeberikan contoh pendidik

menugaskan murid untuk membentuk

sebuah kelompok dengan adanya murid

kelas V 34 orang maka murid disuruh

berhitung dulu dari 1- 5 ketika sudah

hitungan ke 5 makan murid berhitung

kembali dari 1 -5 dan seterusnya. Setelah

selesai membagian kelompok pendidik

menyuruh murid untuk duduk secara

berkelompok. Setelah murid selesai

merapikan tempat duduk yang sesuai

dengan kelompok masing-masing maka

murid ditugaskan untuk membuat sebuah

drama pendek bebas, lalu murid pun

antusias untuk mengerjakan tugas tersebut,

ketika murid sedang mengerjakan tugasnya

pendidik hanya mengawasi semua murid

supaya tidakribut, ketika berjalannya

waktu murid ada yang berpendapat namun

murid lainnya tidak menanggapi pendapat

murid tersebut.

Penugasanpun telah selesai

pendidik membuat murid untuk tenang

dan selanjutnya pendidik menjelaskan

kembali tentang metode talking

stick,dengan menggunakan tongkat murid

diajak untuk menyanyikan lagu potong

bebek angsa dan tongkat tersebut

diestapetkan dari kelompok 1 ke kelompok

lainnya, ketika lagu tersebut telah selesai

dan tongkat berakhir di salah satu

kelompok, maka kelompok tersebut

ditugaskan untuk menampilkan drama

yang telah mereka buat. Kelompok lain

memerhatikan apa yang sedang di

tampilkan oleh temannya setelah setelasi

kelompok lainpun mengomentari dari

setiap kelompok yang sudah tampil.

Begitupun seterusnya.

Hasil yang diperoleh pada siklus

tiga penilaian aktivitas murid dalam

kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan metode talking stick murid

dapat mendengarkan pendapat orang lain

dalam proses membuat drama dengan

presentase 30% termasuk keadaan kategori

sangat baik, murid dapat memerankan

drama dengan lafal intonasi dan ekspresi

yang tepat 29% termasuk kategori sangat

baik, murid dapat melakukan permainan

talking stick dengan sangat baik 33%

Dengan jumlah keseluruhan aspek siklus

satu ini aktivitas murid sebesar 93%

termasuk kategori baik.

Hasil penilaian dari kegiatan

tindakan dengan metode talking stick pada

siklus tiga, murid yang mendapatkan nilai

minimal atau diatas KKM (65) sebanyak

29 murid dengan nilai 80 dan 73 dari

jumlah keseluruhan 34 murid atau dalam

bentuk presentase sebesar 85,29%.

Kegiatan refleksi pada siklus tiga ini

menurut data yang telah didapatkan dari

aktivitas murid dalam proses belajar

mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran talking stick untuk

meningkatkan kemampuan berbicara

murid pada pembelajaran bahasa Indonesia

dengan jumlah keseluruhan aspek pada

siklus tiga ini mengalami peningkatan

dengan aktivitas murid sebesar 93%

termasuk kategori sangat baik. Adapun tes

keterampilan berbicara yaitu siswa yang

dinyatakan telah memenuhi batas

minimum KKM dengan nilai 80 dan 73

sebanyak 29 murid dengan presentase

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK …antologi.upi.edu/file/bahasa_,_Rahmawati.pdf · SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas di SDN ... mata pelajaran

Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model

pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada

pembelajaran bahasa indonesia.

85,29% dari jumlah murid sebanyak 34

murid.

SIMPULAN

Penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dipenelitian ini berhasil

meningkatkan belajar murid,terlihat dari

peningkatan pesentase penilaian aspek

penulis tekankan terhadap murid dengan

menggunakan metode talking stick.

Penelitian ditujukan bagi pendidik

untuk meningkatkan kompetensinya dalam

pembelajaran bahasa Indonesia mengenai

keterampilan berbicara,sehingga murid

dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

meningkatnya kompetensi pendidik dalam

mengajar,maka prestasi belajar muridpun

akan menunjukkan adanya peningkatan

Dalam proses pembelajaran

dimulai dari apersepsi hingga kegiatan

akhir, hendaknya guru menggunakan atau

menerapkan metode yang berbeda. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh hasil

maksimal. Dengan penggunaan metode

pembelajaran yang tepat,sesuai akan

menambah minat dan diingat murid lebih

lama. Karena murid lebih menyukai hal

yang baru yang disampaikan oleh pendidik

mengenai metode-metode pembelajaran.

sehingga perhatian murid tertuju pada

penyampaian pendidik.

Metode talking stick yang

diterapkan dipenelitian ini permainan dan

kerjasama team. Terdapat unsur

spontanitas dalam metode ini, siswa diajak

untuk bermain, belajar berbicara didepan

sehingga memunculkan potensi dan

keberanian yang terpendam dalam diri

murid.

BILBLIOGRAFI

Ainamulyana.blogspot.co.id/metode

pembelajaran kooperatif.(2015).

Isjoni, (2010). Pembelajaran Kooperatif.

Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Peserta Didik. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar.

Li, Anita. (2009). Mempraktikkan

Cooperatif Learning di Kelas Kita.

Bandung. PT Gressindo. -

Winataputra, Udin, S. (2009). Model

Pembelajaran Inovatif. Universitas

Terbuka. Tidak diterbitkan.

Huda M, (2013). Model-model pengajaran

dan pembelajaran. Yogkarta- Pustaka

pelajar. - Trianto, (2009). Mendesain

model pembelajaran inovatif-progresif,

konsep, landasan, dan implementasinya

pada kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Jakarta - Kencana prenada media

group : - Trianto ibnu badar al-tabany,

(2014), mendesain model pembelajaran

inovatif, progresif, dan kontekstual :

konsep, landasan, dan implementasinya

pada kurikulum 2013 (kurikulum tematik

integratif/TIK).Jakarta-Prenadamedia

group. - Sagala Syaiful, (2013), konsep

dan makna pembelajaran untuk membantu

memecahkan problematika belajar dan

mengajar. Bandung- Alfabeta . - Sanjaya

W, (2008), kurikulum dan pembelajaran

teori dan praktik pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Jakarta - Kencana Pernadamedia

group. - Tarigan H.G, (1979), berbicara

sebagai keterampilan berbahasa. Bandung

Percetakan angkasa. - Sanjaya W, (2009),

Penelitian tindakan kelas, Jakarta -

prenadamedia group. - SuprijonoA,(2009),

Cooperative Learning, Yogyakarta -

Pustaa Pelajar


Recommended