Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Peundeuy 2 kelas V)
Rahmawati wulansari
Ima Ni’mah Chudari1
Encep Supriatna2
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang,
Universitas Pendidikan Indonesia
e_mail: [email protected]
ABSTRAK
Kemampuan sesorang dalam mengemas kata menjadi sebuah kalimat yang baik ditambah dengan
kemampuan berbicara dapat menunjang popularitas dikehidupannya. Namun tidak semudah membalikan
telapak tangan dalam mengemas kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna. Tidak semua orang
memiliki kemampuan berbicara. Pembelajaran melakukan pembiasaan berbicara akan menjadikan seseorang
memiliki kemampuan berbicara yang baik. Pembelajaran tersebut dimulai dari diri mungkin sehingga terjadi
suatu pembiasaan akan terbawa hingga dewasa.Penelitian disini memiliki tujuan untuk mengetahui
kompetensi pendidik khususnya dipelajaran bahasa Indonesia serta keterampilan berbicara siswa.penulis
menerapkan model pembelajaran talking stick diSD kelas V untuk meningkatkan keterampilan
berbicara,murid diharapkan tidak malu berbicara didepan kelas menggunakan kata-kata yang baik dalam
kalimat sederhana. Penelitian disini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, dikembangkan oleh
Stephen Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus memiliki empat
tahapan,yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek disini adalah murid kelas V SDN
Peundeuy 2 Garut Propinsi Jawa Barat. Hasil kegiatan prasiklus dipenelitian ini, sebanyak 13 siswa dari 34
siswa kelas V dinyatakan memenuhi KKM dengan persentase 38,23%. Hasil pelaksanaan kegiatan siklus I
terjadi peningkatan,yaitu sebanyak 18 murid dari 34 murid kelas V memenuhi KKM. berarti sebanyak 5
orang murid mengalami peningkatan kemampuan keterampilan berbicara. Prosentase penelitian sebanyak
52,29%. Kegiatan siklus dua dilakukan mengalami peningkatan dari siklus satu. Sebanyak 21 murid dari 34
orang murid lulus memenuhi KKM,ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara murid
sebanyak 61,76%. Penulis melakukan siklus tiga dengan hasil 29 murid dari 34 orang murid menunjukkan
peningkatan keterampilan berbicara murid dengan peningkatan porsentase sebanyak 85,29%. Tiga aspek
yang ditekankan dipenelitian ini,yaitu membuat drama,memerankan drama dengan lafal dan intonasi yang
baik,melakukan permainan talking stick. Kegiatan siklus satu sebesar 73% ketiga aspek aktivitas murid
terpenuhi,siklus dua ketiga aktivitas aspek yang terpenuhi sebanyak 82%, untuk siklus tiga terlihat
peningkatan sebanyak 93% ketiga aspek terpenuhi.
Kata Kunci : talking stick, berbicara
1 Penulis penanggung jawab 2 Penulis penanggung jawab
Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pembelajaran bahasa indonesia.
PENDAHULUAN
Menurut Fitrahnya, manusia mempunyai
kemampuan untuk berpikir dan
menyatakan pendapat, keingintahuan,
perasaan, serta pengalaman -
pengalamannya. Selain itu, manusia juga
seringkali memiliki keinginan untuk
mempengaruhi, bahkan memaksakan
pikiran dan pendapatnya kepada orang lain
atau kelompok. Pada umumnya, keinginan
– keinginan tersebut dilakukannya secara
langsung melalui pembicaraan atau
komunikasi.
Dalam kehidupan nyata, orang
yang ingin menyatakan tanggapan, atau
hasil pemikirannya yang ditujukan kepada
seseorang atau pun suatu forum sering kali
mendapatkan masalah, baik itu pelafalan
ataupun kesulitan mengungkapakan apa
yang ingin di bicarakan. Cara berbicara ini
memang memiliki efek yang cukup besar
pengaruhnya atas diri maupun keberadaan
seseorang. Oleh karena itu, setiap orang
mesti memiliki pengetahuan atau
kemampuan retorika (cara berbicara) yang
meyakinkan.
Tidak hanya manusia dewasa yang
harus memiliki kemampuan beretorika
yang baik. murid sekolah dasar pun
alangkah sangat baiknya memiliki
kemampuan seperti itu. Kemampuan
berbicara murid diperlukan untuk
mengutarakan pendapat dalam bentuk
pernyataan maupun pertanyaan. Ungkapan
tersebut harus memiliki susunan kalimat
yang terstruktur yang dibangun oleh kata-
kata yang sesuai dengan isi kandungan
makna yang dimaksud. Dengan
pembelajaran dan pembiasaanlah semua
dimulai.
Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang didalamnya ditata dan diatur
sebaik mungkin dengan didasarkan pada
banyak aspek, baik itu aspek yang
berkaitan dengan konsep pembelajaran,
maupun aturan–aturan hukum
pembelajaran yang mengatur tata cara
pelaksanaan pendidikan yang pada
umumnya secara lebih khusus. Sedangkan
perencanaan pembelajaran adalah
rancangan yang dijadikan panduan bagi
guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Secara asal kata
”pembelajaran” berasal dari bahasa Inggris
yaitu “instruction”. Pentingnya
perencanaan dalam pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang diatur berdasarkan
langkah - langkah tertentu (sistematis)
yang melibatkan unsur - unsur maupun
komponen pembelajaran secara
menyeluruh.
Tidak sedikit murid sekolah dasar
yang malu-malu mengutarakan apa yang
ingin disampaikan walaupun hanya satu
kalimat atau dalam bentuk pertanyaan. Hal
ini bisa jadi merupakan pembiasaan
berbicara baik bertanya atau
menyampaikan pendapat yang kurang di
terapkan di sekolah, sehingga siswa
merasa enggan atau pun merasa kesulitan
apa yang ingin sebenarnya mereka
ungkapkan karena ketidak beranian
mereka berbicara. Ini bukan hanya
masalah pembiasaan, dalam kurikulum
KTSP 2006, disebutkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan
pembelajaran yang menggunakan
pendekatan komunikatif. Artinya apa yang
disampaikan oleh pendidik harus bisa
dicerna dengan baik oleh muridnya
sehingga siswa tidak pakum dalam sebuah
kebisuan. Menguasai kemampuan
berbahasa dan keterampilan berbicara
menjadi alasan utama orang-orang bisa
terkenal karena kemampuannya dalam
mengemas kata-kata menjadi kalimat yang
sangat baik dengan didukung oleh
kemampuan berbicara yang sangat baik
sekali sehingga setiap kata yang diucapkan
akan menjadi perhatian banyak orang yang
mendengarnya.
Penulis menitik beratkan penelitian
ini pada keterampilan berbicara siswa.
Dimana salah satu aspek dalam
keterampilan berbahasa adalah berbicara.
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
Penulis merasa tertantang untuk
mengadakan sebuah penelitian lebih jauh
mengenai kemampuan berbicara ini.
sebagai objek murid kelas lima sebagai
contoh dengan jumlah murid seabnyak 34
orang dari keseluruah kumpulan yang ada
di kelas lima yaitu sebanyak 34 orang
anak.
Penelitian ini dilaksanakan sesuai
dengan jadwal penelitian yaitu tanggal 12
Sampai tanggal 21 bulan Maret tahun
2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan
mempertimbangkan hasil dari observasi
awal penulis terhadap apa yang terjadi
pada murid kelas V yang kesulitan dalam
mengungkapkan ide atau gagasan atau
pernyataan dalam bentuk lisan. Dengan
kata lain murid kurang terampil dalam
berbicara. Oleh karena itu penulis
mencoba untuk mengetahui lebih jauh apa
yang menyebabkan murid kurang terampil
berbicara dan mengatasinya.Penelitian ini
penulis laksanakan dengan menggunakan
metode pembelajaran talking stick, atau
tongkat berbicara. Talking stick atau
tongkat berbicara adalah salah bagian dari
metode pembelajaran kolaboratif yang
didalamnya murid terlibat langsung dalam
proses penelitian. Murid terlebih dahulu
dibentuk kelompok.
METODE
Penelitian yang dilakukan penulis
mempergunakan model Tindakan Kelas.
Penelitian ini dilakukan di kelas lima
Sekolah Dasar semester dua fokus
penelitian pada aktifitas belajar murid
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dengan menerapkan metode pembelajaran
talking stick.
Proses pelajaran talking stick ini
penulis terapkan untuk meningkatkan
keterampilan berbicara murid supaya anak
berani berbicara didepan kelas dengan
kata-kata yang tersusun dalam kalimat
yang baik. teknik tindakan kelas ini pada
pelaksanaannya terdiri dari tiga siklus
yang tahapan tiap siklus terdapat empat
langkah kegiatan yaitu perencanaa,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Sebelum masuk kedalam tindakan siklus
pertama, penulis melakukan kegiatan pra
siklus. Dimana kegiatan ini penulis
lakukan yaitu melakukan observasi
permasalahan yang ada di kelas lima pada
mata pelajaran Indonesia. Penulis mencari
tahu apa yang menyebabkan siswa ini
tidak memiliki keberanian untuk berbicara
didepan kelas. Selain melakukan
pengamatan, penulis menentukan
pendekatan yang bagus dengan
karakteristik anak, menyiapkan bahan ajar
dan mempersiapkan strategi proses belajar
mengajar yang akan disampaikan pada
pembelajaran bahasa Indonesia, serta
menentukan recana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada matapelajaran
bahasa Indonesia dengan metode talking
stick berikut dengan media
pembelajarannya.
Pelaksanaan penelitian ini
tahapannya dilakukan atas dasar rencana
yang sebelumnya telah dibuat. Kegiatan
yang dilakukan yaitu membentuk
kelompok 5-6 orang murid perkelompok
untuk melakukan kegiatan pembelajaran
bahasa Indonesia dengan metode talking
stik. Peneliti bersama pendidik
menjelaskan bagaimana cara metode
talking stick ini diterapkan. Metode ini
menggunakan media berupa tongkat atau
stick yang dijadikan penentu bagi murid
untuk berbicara didepan kelas. Tongkat
tersebut akan di estapetkan dari kelompok
satu kepada kelompok lainnya dengan
menyanyikan lagu. Apabila lagu telah
selesai dan tongkat berhenti di satu
kelompok maka kelompok tersebut
ditugaskan untuk menampilkan drama
yang telah mereka buat sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya yaitu
pengamatan. Pengamatan dilakukan pada
saat proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung hal ini untuk mengetahui
kesulitan apa yang siswa alami dan juga
keberhasilan metode yang digunakan.
Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pembelajaran bahasa indonesia.
Kegiatan terakhir dari tahapan setiap siklus
yaitu refleksi. Refleksi dalam konteks
penelitian tindakan kelas ini merupakan
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
bersama guru setelah kegiatan pelaksanaan
dan pengamatan selesai. Kegiatan
selanjutnya yaitu melakukan kegiatan
evaluasi terhadap keberhasilan dan
kegagalan yang terjadi pada kegiatan yang
telah dilaksanakan tersebut. Adapun
keberhasilan siklus pertama dianggap
berhasil jika sebagian besar dari murid
sudah mampu menyampaikan drama
dengan baik dan benar. Berdasarkan
refleksi itulah peneliti menyusun rencana
penelitian untuk siklus selanjutnya.
Hasil yang diharapkan dari
penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan metode pembelajaran
talking stick ini yaitu dapat memunculkan
keberanian murid untuk berbicara didepan
kelas dalam bentuk drama bersama
kelompoknya sehingga ada sebuah
perubahan perilaku murid dalam
pembelajaran bahasa Indoensia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan tindakan
kelas yang telah dimulai dari kegiatan pra
siklus, kegiatan siklus satu, siklus dua, dan
siklus tiga. Dalam kegiatan pra siklus
dalam tahapan observasi dilakukan saat
proses pembelajaran berlangsung yakni
motivasi belajar murid dan perhatian
murid, disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yaitu meningkatkan
kemampuan berbicara murid dengan
menerapkan model pembelajaran talking
stick di SD Kelas V. Data yang diperoleh
dari pendidik sebelumnya, murid yang
telah memenuhi KKM yang dinyatakan
tuntas sebanyak 13 murid dengan
presentase 38,23%. Tahapan refleksi yang
dilakukan dalam kegiatan pra siklus ini
peneliti menemukan
kekurangan/kelemahan dalam proses
pembelajaran diantaranya, penggunaan
metode kurang menarik dimana peran
pendidik lebih dominan dalam proses
pembelajaran sehingga murid merasa
jenuh. Berdasarkan temuan peneliti
tentang kekurangan/kelemahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran, maka
peneliti akan melakukan perbaikan yang
akan diterapkan pada siklus satu.
perencanaan yang akan peneliti lakukan
yaitu: Persiapan untuk melakukan
penelitian ketahap selanjutnya, Penetapan
jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia
menindaklanjuti hasil pra siklus tentang
meningkatkan kemampuan berbicara
dalam menggungkapkan pikiran, perasaan
secara lisan dalam memerankan
tokohxdrama,Peninjauanxpada pokok
bahasan yang akan diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran talking
stick, Memeriksa kurikulum untuk melihat
tuntunan kurikulum dari mata pelajaran
bahasa Indonesia yang masih dapat
disampaikan sesuai dengan lokasi waktu
yang ada, Membuat rumusan persiapan
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
disesuaikan dengan pokok bahasan,
kurikulum, dan model pembelajaran yang
akan digunakan dengan menggunakan
model pembelajaran talking stick.
Penelitian tindakan kelas untuk
siklus satu ini dilakukan pada tanggal 13
Mei 2016. Pada siklus satu ini peneliti
melakukan perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi. Perencanaan
dilaksanakan pada tahap prasiklus pada
tanggal 12 Mei 2016. Perencanaan
dilakukan untuk menindak lanjuti hasil
refleksi pada tahap sebelumnya. tindakan
yang dilakukan pada siklus satu pendidik
telah melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan awalan ketika pendidik masuk
kedalam kelas dengan mengucapkan salam
di awal pembelajaran selanjutnya pendidik
mengajak murid untuk berdoa sebelum
proses belajar dimulai lalu setelah berdoa
bersama-sama pendidik memeriksa daftar
hadir murid setelah memeriksa daftar hadir
pendidik mengkondisikan kelas supaya
murid dapat mengikuti proses belajar
dengan tertib supaya murid lebih semangat
dalam mengikuti proses pembelajaran
pendidik mengajak siswa untuk melakukan
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
tepuk semangat bersama-sama, setelah
selesai melakukan tepuk semngat bersama-
sama pendidik menjelaskan tujuan dari
pembelajaran yang akan dipelajari
muridpun memperhatikan pendidik
berlanjut pada materi pendidik
menjelaskan apa yang dimaksud dengan
drama dan mencontohkan bagaimana cara
memeranan tokoh drama dengan lafal
intonasi dan ekspresi yang tepat, setelah
selesai menjelaskan materi dan
memeberikan contoh guru menugaskan
siswa untuk membentuk sebuah kelompok
dengan adanya siswa kelas V 34 orang
maka siswa disuruh berhitung dulu dari 1-
5 ketika sudah hitungan ke 5 makan siswa
berhitung kembali dari 1-5 dan seterusnya.
Setelah selesai membagian kelompok guru
menyuruh siswa untuk duduk secara
berkelompok.
Setelah siswa selesai merapikan
tempat duduk yang sesuai dengan
kelompok masing-masing maka siswa
ditugaskan untuk membuat sebuah drama
pendek bebas, lalu siswa pun antusias
untuk mengerjakan tugas tersebut, ketika
siswa sedang mengerjakan tugasnya guru
hanya mengawasi semua siswa supaya
tidakribut, ketika berjalannya waktu siswa
ada yang berpendapat namun siswa
lainnya tidak menanggapi pendapat siswa
tersebut, Penugasanpun telah selesai guru
membuat murid untuk tenang dan
selanjutnya pendidik menjelaskan kembali
tentang metode talking stick,dengan
menggunakan tongkat murid diajak untuk
menyanyikan lagu potong bebek angsa dan
tongkat tersebut diestapetkan dari
kelompok 1 ke kelompok lainnya, ketika
lagu tersebut telah selesai dan tongkat
berakhir di salah satu kelompok, maka
kelompok tersebut ditugaskan untuk
menampilkan drama yang telah mereka
buat. Kelompok lain memerhatikan apa
yang sedang di tampilkan oleh temannya
setelah setelasi kelompok lainpun
mengomentari dari setiap kelompok yang
sudah tampil. Begitupun seterusnya.
Setelah selesai proses pembelajaran
pendidik mengajak murid untuk mebuat
kesimpulan bersama-sama, setelah selesai
pendidikpun mengulang kembali
kesimpulan secara garis besar, diakhir
pembelajaran pendidik mengajak siswa
untuk mengucapkan bacaan Hamdallah
bersama-sama lalu pendidik mengucapkan
salam diakhir pembelajaran. Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada siklus satu dapat
disimpulkan dari ketiga yang digunakan
dalam penilaian kegiatan siswa dalam
proses belajar mengajar melalui metode
talking stick siswa dapat mendengarkan
pendapat orang lain dalam proses
membuat drama dengan presentase 21%
termasuk keadaan kategori cukup,
termasuk kategori yang cukup, murid
dapat memerankan drama dengan lafal
intonasi dan ekspresi yang tepat 21%
termasuk kategori cukup, murid dapat
melakukan permainan talking stick dengan
baik 29% Dengan jumlah keseluruhan
aspek siklus satu ini aktivitas murid
sebesar 73% termasuk kategori cukup.
Adapun tes keterampilan berbicara
yaitu murid yang dinyatakan telah
memenuhi batas minimum KKM yang
dinyatakan tuntas sebanyak 18 murid
dengan presentase 52,29% dari jumlah
murid sebanyak 34 murid.
Tahapan tindakan pada siklus dua
ini, pendidik telah melakukan kegiatan
belajar mengajar dengan awalan ketika
pendidik masuk kedalam kelas dengan
mengucapkan salam di awal pembelajaran
selanjutnya pendidik mengajak murid
untuk berdoa sebelum proses belajar
dimulai lalu setelah berdoa bersama-sama
pendidik memeriksa daftar hadir murid
setelah memeriksa daftar hadir pendidik
mengkondisikan kelas supaya murid dapat
mengikuti proses belajar dengan tertib
supaya murid lebih semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran pendidik
mengajak murid untuk melakukan tepuk
semangat bersama-sama, setelah selesai
melakukan tepuk semngat bersama-sama
pendidik menjelaskan tujuan dari
pembelajaran yang dipelajari muridpun
memperhatikan pendidik berlanjut pada
materi pendidik menjelaskan apa yang
Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pembelajaran bahasa indonesia.
dimaksud dengan drama dan
mencontohkan bagaimana cara memeranan
tokoh drama dengan lafal intonasi dan
ekspresi yang tepat, setelah selesai
menjelaskan materi dan memeberikan
contoh pendidik menugaskan murid untuk
membentuk sebuah kelompok dengan
murid kelas V 34 orang maka murid
disuruh berhitung dulu dari 1-5 ketika
sudah hitungan ke 5 makan murid
berhitung kembali dari 1-5 dan seterusnya.
Setelah selesai membagian kelompok
pendidik menyuruh murid untuk duduk
secara berkelompok. Setelah murid selesai
merapikan tempat duduk yang sesuai
dengan kelompok masing-masing maka
murid ditugaskan membuat sebuah drama
pendek bebas, lalu murid antusias untuk
mengerjakan tugas tersebut, ketika murid
sedang mengerjakan tugasnya pendidik
mengawasi semua murid supaya
tidakribut, ketika berjalannya waktu murid
ada yang berpendapat namun murid
lainnya tidak menanggapi pendapat murid
tersebut, mungkin karena pendapatnya
tidak baik atau sebaliknya,da nada juga
murid hanya mengobrol saja tanpa
membantu kelompoknya untuk
mengerjakan tugas dari pendidik.
Penugasanpun telah selesai
pendidik membuat murid untuk tenang
selanjutnya pendidik menjelaskan kembali
metode talking stick,dengan menggunakan
tongkat murid diajak untuk menyanyikan
lagu potong bebek angsa dan tongkat
tersebut diestapetkan dari kelompok 1 ke
kelompok lainnya, ketika lagu tersebut
telah selesai dan tongkat berakhir di salah
satu kelompok, maka kelompok tersebut
ditugaskan untuk menampilkan drama
yang telah mereka buat. Kelompok lain
memerhatikan apa yang sedang di
tampilkan oleh temannya setelah setelasi
kelompok lainpun mengomentari dari
setiap kelompok yang sudah tampil.
Begitupun seterusnya.
Setelah selesai proses pembelajaran
pendidik mengajak murid untuk mebuat
kesimpulan bersama-sama, setelah selesai
pendidikpun mengulang kembali
kesimpulan secara garis besar, diakhir
pembelajaran pendidik mengajak murid
untuk mengucapkan bacaan Hamdallah
bersama-sama lalu guru mengucapkan
salam diakhir pembelajaran.
Hasil yang diperoleh pada siklus
dua dapat disimpulkan dari ketiga
instrumen yang digunakan dalam penilaian
aktivitas murid dalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan metode talking
stick murid dapat mendengarkan pendapat
orang lain proses membuat drama dengan
presentase 24% termasuk keadaan kategori
baik, murid dapat memerankan drama
dengan lafal intonasi dan ekspresi yang
tepat 21% termasuk kategori baik, murid
dapat melakukan permainan talking stick
dengan baik 29% Dengan jumlah
keseluruhan aspek siklus dua ini aktivitas
murid sebesar 82% termasuk kategori baik.
Hasil penilaian dari kegiatan
tindakan dengan metode talking stick pada
siklus dua, murid yang mendapatkan nilai
minimal atau diatas KKM (65) sebanyak
21 murid dari jumlah keseluruhan 34
murid atau dalam bentuk presentase
sebesar 61,76%.
Penelitixmenemukanxkekurangan/
kelemahan dalam kegiatan belajar
mengajar diantaranya, masih ada murid
yang belum berani mengungkapkan ide
dan pendapatnya dalam pendapatnya
ketika sedang melakukan tugas kelompok
untuk membuat drama dan pada umumnya
murid masih cenderung malu-malu pada
saat pementasan hasil karya drama
kelompok mereka sendiri.
Berdasarkan temuan peneliti
tentang kelemahan/kekurangan yang
terjadi dalam kegiatan mengajar, maka
peneliti akan melakukan perbaikan yang
akan diterapkan pada siklus dua. Adapun
perencanaan yang akan peneliti lakukan
dalam siklus tiga yaitu; Cara
menyampaikan materi murid ikut
berpartisipasi aktif dalam pemberian
materi, memotivasi murid supaca berani
dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Pelaksanaan tindakan siklus tiga ini
pendidik telah melakukan kegiatan belajar
Kalimaya, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016
mengajar dengan awalan ketika pendidik
masuk kedalam kelas dengan
mengucapkan salam di awal pembelajaran
selanjutnya pendidik mengajak murid
untuk berdoa sebelum proses belajar
dimulai lalu setelah berdoa bersama-sama
pendidik memeriksa daftar hadir murid
setelah memeriksa daftar hadir pendidik
mengkondisikan kelas supaya murid dapat
mengikuti proses belajar dengan tertib
supaya murid lebih semangat dalam
mengikuti proses pembelajaran pendidik
mengajak murid untuk melakukan tepuk
semangat bersama-sama, setelah selesai
melakukan tepuk semngat bersama-sama
pendidik menjelaskan tujuan dari
pembelajaran yang akan dipelajari
muridpun memperhatikan pendidik
berlanjut pada materi pendidik
menjelaskan apa yang dimaksud dengan
drama dan mencontohkan bagaimana cara
memeranan tokoh drama dengan lafal
intonasi dan ekspresi yang tepat, setelah
selesai menjelaskan materi dan
memeberikan contoh pendidik
menugaskan murid untuk membentuk
sebuah kelompok dengan adanya murid
kelas V 34 orang maka murid disuruh
berhitung dulu dari 1- 5 ketika sudah
hitungan ke 5 makan murid berhitung
kembali dari 1 -5 dan seterusnya. Setelah
selesai membagian kelompok pendidik
menyuruh murid untuk duduk secara
berkelompok. Setelah murid selesai
merapikan tempat duduk yang sesuai
dengan kelompok masing-masing maka
murid ditugaskan untuk membuat sebuah
drama pendek bebas, lalu murid pun
antusias untuk mengerjakan tugas tersebut,
ketika murid sedang mengerjakan tugasnya
pendidik hanya mengawasi semua murid
supaya tidakribut, ketika berjalannya
waktu murid ada yang berpendapat namun
murid lainnya tidak menanggapi pendapat
murid tersebut.
Penugasanpun telah selesai
pendidik membuat murid untuk tenang
dan selanjutnya pendidik menjelaskan
kembali tentang metode talking
stick,dengan menggunakan tongkat murid
diajak untuk menyanyikan lagu potong
bebek angsa dan tongkat tersebut
diestapetkan dari kelompok 1 ke kelompok
lainnya, ketika lagu tersebut telah selesai
dan tongkat berakhir di salah satu
kelompok, maka kelompok tersebut
ditugaskan untuk menampilkan drama
yang telah mereka buat. Kelompok lain
memerhatikan apa yang sedang di
tampilkan oleh temannya setelah setelasi
kelompok lainpun mengomentari dari
setiap kelompok yang sudah tampil.
Begitupun seterusnya.
Hasil yang diperoleh pada siklus
tiga penilaian aktivitas murid dalam
kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode talking stick murid
dapat mendengarkan pendapat orang lain
dalam proses membuat drama dengan
presentase 30% termasuk keadaan kategori
sangat baik, murid dapat memerankan
drama dengan lafal intonasi dan ekspresi
yang tepat 29% termasuk kategori sangat
baik, murid dapat melakukan permainan
talking stick dengan sangat baik 33%
Dengan jumlah keseluruhan aspek siklus
satu ini aktivitas murid sebesar 93%
termasuk kategori baik.
Hasil penilaian dari kegiatan
tindakan dengan metode talking stick pada
siklus tiga, murid yang mendapatkan nilai
minimal atau diatas KKM (65) sebanyak
29 murid dengan nilai 80 dan 73 dari
jumlah keseluruhan 34 murid atau dalam
bentuk presentase sebesar 85,29%.
Kegiatan refleksi pada siklus tiga ini
menurut data yang telah didapatkan dari
aktivitas murid dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick untuk
meningkatkan kemampuan berbicara
murid pada pembelajaran bahasa Indonesia
dengan jumlah keseluruhan aspek pada
siklus tiga ini mengalami peningkatan
dengan aktivitas murid sebesar 93%
termasuk kategori sangat baik. Adapun tes
keterampilan berbicara yaitu siswa yang
dinyatakan telah memenuhi batas
minimum KKM dengan nilai 80 dan 73
sebanyak 29 murid dengan presentase
Rahmawati Wulansari, Ima Ni’mah Chundari, Encep Supriatna. Penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pembelajaran bahasa indonesia.
85,29% dari jumlah murid sebanyak 34
murid.
SIMPULAN
Penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dipenelitian ini berhasil
meningkatkan belajar murid,terlihat dari
peningkatan pesentase penilaian aspek
penulis tekankan terhadap murid dengan
menggunakan metode talking stick.
Penelitian ditujukan bagi pendidik
untuk meningkatkan kompetensinya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia mengenai
keterampilan berbicara,sehingga murid
dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
meningkatnya kompetensi pendidik dalam
mengajar,maka prestasi belajar muridpun
akan menunjukkan adanya peningkatan
Dalam proses pembelajaran
dimulai dari apersepsi hingga kegiatan
akhir, hendaknya guru menggunakan atau
menerapkan metode yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh hasil
maksimal. Dengan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat,sesuai akan
menambah minat dan diingat murid lebih
lama. Karena murid lebih menyukai hal
yang baru yang disampaikan oleh pendidik
mengenai metode-metode pembelajaran.
sehingga perhatian murid tertuju pada
penyampaian pendidik.
Metode talking stick yang
diterapkan dipenelitian ini permainan dan
kerjasama team. Terdapat unsur
spontanitas dalam metode ini, siswa diajak
untuk bermain, belajar berbicara didepan
sehingga memunculkan potensi dan
keberanian yang terpendam dalam diri
murid.
BILBLIOGRAFI
Ainamulyana.blogspot.co.id/metode
pembelajaran kooperatif.(2015).
Isjoni, (2010). Pembelajaran Kooperatif.
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Li, Anita. (2009). Mempraktikkan
Cooperatif Learning di Kelas Kita.
Bandung. PT Gressindo. -
Winataputra, Udin, S. (2009). Model
Pembelajaran Inovatif. Universitas
Terbuka. Tidak diterbitkan.
Huda M, (2013). Model-model pengajaran
dan pembelajaran. Yogkarta- Pustaka
pelajar. - Trianto, (2009). Mendesain
model pembelajaran inovatif-progresif,
konsep, landasan, dan implementasinya
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta - Kencana prenada media
group : - Trianto ibnu badar al-tabany,
(2014), mendesain model pembelajaran
inovatif, progresif, dan kontekstual :
konsep, landasan, dan implementasinya
pada kurikulum 2013 (kurikulum tematik
integratif/TIK).Jakarta-Prenadamedia
group. - Sagala Syaiful, (2013), konsep
dan makna pembelajaran untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan
mengajar. Bandung- Alfabeta . - Sanjaya
W, (2008), kurikulum dan pembelajaran
teori dan praktik pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta - Kencana Pernadamedia
group. - Tarigan H.G, (1979), berbicara
sebagai keterampilan berbahasa. Bandung
Percetakan angkasa. - Sanjaya W, (2009),
Penelitian tindakan kelas, Jakarta -
prenadamedia group. - SuprijonoA,(2009),
Cooperative Learning, Yogyakarta -
Pustaa Pelajar