PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO
TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM SYARIAH
PROPOSAL
Oleh:
VINA RAHMATIKA CORYAINA
09390046
PEMBIMBING:
1. SUNARYATI, S.E., M.Si.
2. Drs. SLAMET KHILMI, M.SI.
PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
1
A. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
lainnya yang dikorbankan saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di
masa yang akan datang.1 Namun bagi investor, investasi memiliki tujuan yang
lebih spesifik yakni meningkatkan kesejahteraan, yang diukur dengan
penjumlahan pendapatan saat ini ditambah dengan pendapatan dimasa yang akan
datang.
Investor pasti memperhitungkan tingkat keuntungan yang akan mereka
terima akan tetapi investor harus menyadari bahwa dalam setiap investasi
terdapat risiko yang menjadi konsekuensi dalam berinvestasi di pasar modal.
Prinsip high risk high return penting untuk disadari oleh investor, karena return
dan risiko merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, selain itu
pertimbangan investasi merupakan trade off dari keduanya. Return dan risiko
memiliki hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung,
semakin besar return yang harus dikompensasikan.2
Risiko dalam berinvestasi di pasar modal dibagi menjadi dua jenis, yakni
risiko sistematik dan risiko tidak sistematik.3 Risiko sistematik merupakan risiko
yang berpengaruh besar terhadap seluruh sekuritas serta sifatnya yang tidak
1 Eduardus Tandeilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm.3.
2 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta:BPFE, 2010), hlm, 227.
3 www.wealthindonesia.com, akses pada 21 Juni 2012
2
dapat didiversifikasi melalui manajemen portofolio.4 Risiko sistematik erat
kaitannya dengan risiko pasar (market risk) karena berkaitan dengan perubahaan
yang terjadi di pasar secara keseluruhan dan berkaitan dengan kondisi makro
suatu negara.5 Sedangkan risiko tidak sistematik (unsystematic risk) disebut juga
diversible risk, yakni risiko spesifik suatu perusahaan karena tergantung dari
kondisi mikro perusahaan.6 Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan
diversifikasi investasi pada banyak sekuritas dengan pembentukan portofolio.
Risiko investasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya
faktor yang terjadi dari perusahaan dan faktor yang berasal dari kondisi makro
ekonomi suatu negara. Data keuangan fundamental perusahaan merupakan
cerminan dari kondisi perusahaan, karena dengan mengetahui aspek fundamental
perusahaan melalui rasio-rasio yang ada, investor dapat menentukann
perusahaan mana yang layak menjadi tempat berinvestasi, sedangkan kondisi
makro ekonomi suatu negara meliputi kondisi perekonomian yang terjadi dalam
suatu negara, yang juga memiliki pengaruh terhadap risiko dalam berinvestasi.
Prosedur memperkirakan Beta fundamental dimulai dengan menjabarkan
perusahaan dalam hal rasio-rasio yang merefleksikan kondisi dasar perusahaan,
untuk memperkirakan risiko sistematis sekuritas.7 Beaver, Kettler dan Scholes
4 Tarsisius Renald Suganda, “Analisis Risiko Saham Berdasarkan Beta Akuntansi ( Studi pada Saham Sektor Industri Retail Pedagang Eceran),” (Prodi Akuntansi Universitas Ma Chung)
5 Yustiantomo Budi Suseno, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beta Saham Perusahaan Finance dan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007,” tesis, Prodi Magister Manajemen, Pasca Sarjana UNDIP (2009), hlm. 4.
6 Ibid.
7 Ibid.
3
menyajikan perhitungan beta dengan beberapa variabel fundamental yakni:
dividend payout ratio, assets growth, leverage, liquidity, asset size, earnings
variability, accounting beta.8 Nanun, dalam penelitian ini menggunakan data
keuangan perusahaan, yakni asset size, current ratio, return on equity, debt to
equity ratio, earning pershare.
Beaver, Kettler dan Scholes mengemukakan bahwa variabel assets size
berhubungan negatif dengan risiko sistematis dikarenakan perusahaan yang
besar dianggap mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap
mempunyai Beta yang lebih kecil.9
Current ratio merupakan indikator untuk mengukur rasio likuiditas
perusahaan, yang mengukur kemampuan aktiva lancar membayar utang lancar.10
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik lebih diminati oleh
investor sehingga akan menurunkan risiko sistematis.
Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara utang dengan
modal sendiri.11 DER yang semakin besar akan menyebabkan risiko finansial
perusahaan semakin tinggi. Penggunaaan utang yang semakin besar akan
8 Beaver dkk dalam Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta:BPFE, 2010), hlm, 392.
9 Elton dalam Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm. 392.
10 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya. Manajemen Investasi (Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 236.
11 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm. 70.
4
meningkatkan risiko untuk tidak mampu membayar utang12, sehingga risiko
perusahaan tersebut akan meningkat.
Return on Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, investor akan
mempertimbangkan perusahaan yang mampu memberikan kontribusi ROE yang
lebih besar. Semakin tinggi ROE maka semakin rendah nilai Beta, sehingga
ROE memiliki pengaruh negatif terhadap Beta saham13
Earning per share merupakan perbandingan antara keuntungan bersih
setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.
Semakin tinggi EPS akan menghasilkan pengembalian yang tinggi pula sehingga
laba tersedia bagi pemegang saham biasa juga akan sehingga perusahaan tidak
akan kesulitan meningkatkan modal, sehingga Beta saham semakin rendah
Selain dari faktor karakteristik perusahaan risiko juga dipengaruhi oleh
dan kondisi makro suatu negara, diantaranya perubahan tingkat bunga, kurs,
valuta asing, kebijakan pemerintah, PDB dan sebagainya. Risiko ini bersifat
umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa.14
Dalam penelitian ini penulis mengambil variabel suku bunga, inflasi dan
tingkat perubahan kurs. Tingginya angka inflasi, akan menurunkan daya beli
suatu masyarakat, sehingga perekonomian suatu negara akan memburuk, yang
akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan suatu perusahaan, yang
12 Zubaidi Indra, “Faktor-faktor Fundamental Keuangan yang Mempengaruhi Risiko Saham”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 2: 3 (Mei 2006), hlm. 247.
13 Ibid
14 Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: PT Salemba Empat, 2005), hlm. 43.
5
mengakibatkan pergerakan harga saham (efek ekuitas) menjadi kurang
kompetitif.15
Pengendalian laju inflasi penting dilakukan oleh pemerintah, salah
satunya adalah dengan melakukan penentuan tarif suku bunga di pasar
keuangan. Suku bunga dapat dijadikan sebagai alat moneter guna
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
sistem perekonomian. Namun suku bunga juga memiliki dampak bagi investasi
di pasar modal, karena suku bunga yang tinggi, akan menyebabkan investor di
pasar modal mengalihkan investasinya di tabungan atau deposito, sehingga akan
menurunkan harga saham, dan berimbas pada meningkatnya risiko investasi di
pasar modal
Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran
terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Menurunnya nilai
tukar rupiah mencerminkan menurunnya permintaan masyarakat internasional
terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional
atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing oleh masyarakat karena
perannya sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah
sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin
menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai
tukar mata uang domestik semakin melemah terhadap mata uang asing, hal ini
mengakibatkan harga saham akan mengalami penurunan, dan investasi di pasar
15 Heri Purnomo, "Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumalh Uang Beredar Terhadap INDEKS LQ45" tesis, Prodi Magister Manajemen Universitas Diponegoro (2008)
6
modal menjadi kurang diminati karena tingginya risiko investasi yang
disebabkan oleh nilai kurs yang melemah.
Risiko dapat diukur dengan menggunakan koefisien Beta saham. Beta
adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap risiko pasar.16 Beta menggambarkan volatilitas return suatu sekuritas
atau portofolio terhadap return pasar. Mengetahui Beta suatu sekuritas penting
untuk menganalisis suatu sekuritas, dan menunjukkan tingkat kepekaan tingkat
keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.17
Beta suatu saham yang tinggi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi
pada saham tersebut, namun tingkat risiko yang tinggi ini biasanya memberikan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi juga. Demikian juga sebaliknya, Beta
yang rendah menunjukkan tingkat risiko yang rendah pada suatu saham, namun
hal ini membawa dampak pada kemungkinan rendahnya tingkat pengembalian
investasi.
Penelitian tentang Beta saham syariah ini penting karena sifat dari
variabel-variabel dari karakteristik perusahaan dan faktor makro ekonomi18 suatu
negara merupakan variabel yang tidak dapat dipisahkan dan berpengaruh pada
risiko pada investasi saham, baik saham biasa maupun saham syariah.
16 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, cet. ke-1 (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm. 238.
17 Suhadi, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan yang Masuk di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2005-2007,” skripsi, Prodi Kuangan Islam Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga (2008)
18 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 215
7
Penelitian mengenai pengaruh variabel karakteristik perusahaan ekonomi
makro terhadap Beta saham syariah khususnya di Indonesia menunjukkan
ketidakseragaman antara penelitian-penelitian terdahulu, selain itu penelitian
yang diteliti biasanya hanya meneliti pengaruh karakteristiknya saja atau
kondisi makro ekonomi saja terhadap Beta saham. Sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh terhadap Beta saham dari segi karakteristik atau faktor
fundamental perusahaan dan faktor makro ekonominya, supaya lebih
komprehensif dan tidak terjadi bias penelitian, serta untuk menguji kembali
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian ini juga bermaksud menambah literatur yang ada, akan dikaji
bagaimana pengaruh variabel fundamental perusahaan yaitu: asset size, current
ratio, return on equity, debt to equity ratio, earning pershare, serta pengaruh
makro ekonomi yaitu: tingkat inflasi, perubahan suku bunga, dan nilai tukar
rupiah terhadap risiko investasi saham syariah. Oleh karena itu, judul yang
diangkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Faktor Fundamental
Perusahaan dan Ekonomi Makro Terhadap Risiko Investasi Saham
Syariah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian adalah sebagai berikut,
1. Apakah asset size berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?;
8
2. Apakah current ratio berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham
syariah?;
3. Apakah return on equity berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham
syariah?;
4. Apakah debt equity ratio berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham
syariah?;
5. Apakah earning pershare berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham
syariah?;
6. Apakah inflasi berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?;
7. Apakah suku bunga berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?;
8. Apakah nilai tukar berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai
faktor yang mempengaruhi Beta saham syariah. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor asset size
berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor current
ratio berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor return on
equity berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
9
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor debt
equity ratio berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor earning
per share berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
6. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor inflasi
berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
7. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor suku
bunga berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
8. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh faktor nilai
tukar berpengaruh terhadap risiko investasi (Beta) saham syariah?
Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak terutama dalam analisis Beta
saham syariah bagi:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan,
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam pada umumnya dan pasar
modal syariah pada khususnya, dan dapat dijadikan rujukan lebih lanjut
bagi peneliti berikutnya.
b. Bagi Manajemen Perusahaan
1) Dapat membantu manajemen untuk mengantisipasi dampak dari
perubahan faktor makro ekonomi terhadap risiko sistematik
2) Sebagai bahan informasi yang menarik dan menjadi salah satu
masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi.
10
3) Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal khususnya
pasar modal syariah yang masuk di Daftar Efek Syariah (DES).
D. Tinjauan Pustaka
Guna mendukung dugaan penelitian dan membedakan dengan penelitian
terdahulu, beikut ini dibahas beberapa penelitian yang terkait.
Abdurrahim pada tahun 2003 meneliti pengaruh current ratio, asset size,
dan earnings variability terhadap Beta Pasar terhadap perusahaan publik yang
listing di BEJ.19 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
current ratio, asset size, dan earning variability terhadap Beta pasar baik secara
individu maupun serentak
Dwi Soegiarto meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Beta
saham manufaktur di BEI, variabel yang digunakan adalah earning variability,
asset size, financial leverage, likuiditas, DPR, asset growth dan Beta Akuntansi.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
berganda. Hasil penelitian ini adalah secara serentak, ketujuh variabel
berpengaruh tidak signifikan terhadap Beta, selanjutnya analisis dengan
menggunakan stepwise menunjukkan bahwa koefisien Beta akuntansi
berpengaruh positif terhadap Beta
Nursari pada tahun 2005 meneliti pengaruh asset growth, leverage dan
earning pershare terhadap Beta saham pada perusahaan manufaktur di BEJ
19 Ahim Abdurrahim, “Pengaruh Current Ratio, Asset Size, dan Earnings Variability terhadap Beta Pasar”, Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 4 Nomor 2, (Juli 2003)
11
periode 2002-2005, hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan asset growth,
likuiditas, leverage dan EPS berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan
secara parsial asset growth dan earning per share berpengaruh negatif dan
signifikan. Likuiditas berpengaruh negatif tapi tidak signifikan, leverage
berpengaruh positif dan signifikan
Hamzah di tahun 2005 melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel makro ekonomi, industri dan
karakteristik perusahaan terhadap Beta saham syariah. Obyek yang diteliti
adalah saham perusahaan yang termasuk dalam JII. Hasil pengujian variabel-
variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap Beta saham syariah. Variabel-variabel
makro ekonomi seperti kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto
mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap Beta saham
syariah,sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh
signfikan terhadap Beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik
perusahaan hanya leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh
signifikan pada level 10% terhadap Beta saham syariah.
Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah pada tahun 2006, meneliti
karakteristik perusahaan industri dan ekonomi makro terhadap return dan Beta
saham syariah di Bursa Efek Jakarta.menghasilkan F Hitung sebesar 6,229
dengan tingkat signifikansi 0%, hal ini berarti variabel-variabel karakteristik
perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh signifikan pada signifikan
pada tingkat 5% terhadap Beta saham syariah
12
Penelitian yang dilakukan Suhadi adalah penelitian pengaruh tingkat suku
bunga inflasi dan kurs terhadap Beta saham syariah di JII, menggunakan
analisis regresi linier berganda, UJI F Statistik menunjukkan bahwa hanya inflasi
yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Beta saham syariah, sedangkan
suku bunga dan kurs tidak terbukti signifikan mempengaruhi Beta saham
syariah.
Imron Rusyadi melakukan penelitian terhadap variabel inflasi jumlah
uang beredar, exchange rate dan interest rate terhadap Beta saham perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, dengan metode analisis regresi berganda,
dan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan inflasi, jumlah uang
beredar dan kurs berpengaruh signifikan, namun secara parsial, kurs, tingkat
inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh negatif signifikan terhadap Beta
saham syariah, sedangkan tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan
terhadap Beta saham syariah.
Royya Maftuhah pada tahun 2009 meneliti pengaruh asset growth, DER,
ROE, Total Asset Turnover dan Earning per Share terhadap Beta saham pada
perusahaan yang masuk dalam kelompok JII periode 2005-2007, secara simultan
seluruh variabel bersama-sama berpengaruh terhadap Beta saham syariah, tetapi
secara parsial hanya asset growth dan ROE yang berpengaruh secara signifikan
Sahida Utami pada tahun 2010 meneliti Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Likuiditas Leverage dan Price Earning Ratio terhadap Risiko Investasi Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang masuk dalam Daftar Efek Syariah tahun 2007
-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh
13
terhadap Beta saham, DER berpengaruh negatif, dan PER tidak berpengaruh
terhadap Beta saham
Nur Iman Hakim Al Faqih pada tahun 2011 meneliti pengaruh variabel
fundamental terhadap Beta saham pada perusahaan properti dan real estate di
DES tahun 2006-2011. Hasil penelitian menunjukkan operating leverage tidak
berpengaruh terhadap Beta, variabel financial leverage berpengaruh positif,
profitabilitas berpengaruh negatif dan size berpengaruh positif terhadap Beta
saham syariah.
E. Landasan Teori
1. Risiko dalam Investasi
Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besaran
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected-return)
dengan tingkat pengembalian aktual.20 Semakin besar penyimpangan, semakin
besar pula tingkat risikonya.
Risiko dapat dibagi menjadi tiga jika dikaitkan dengan preverensi investor
terhadap risiko, yakni: Investor yang menyukai risiko (risk seeker), Investor
yang netral terhadap risiko (risk neutral), Investor yang tidak menyukai atau
menghindari risiko (risk averter).21
Dalam konteks portofolio, risiko dibagi menjadi dua yakni:
a. Risiko sistematis (risiko yang mempengaruhi semua perusahaan) dan,
20 Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: PT Salemba Empat, 2005), hlm. 42.
21 Ibid, hlm. 42.
14
b. Risiko tidak sistematis (risiko yang mempengaruhi satu (sekelompok
kecil) perusahaan22
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya perubahan
tingkat bunga, kurs, valuta asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko
ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa. Risiko ini juga
dapat disebut dengan risiko yang tidak dapat diversifikasi.23
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam suatu perusahaan
atau industri tertentu. Besarnya fluktuasi risiko antara saham satu dengan yang
lain berbeda-beda. Kerana perbedaan itulah masing-masing saham memiliki
tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya
faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan
sebagainya. Risiko ini juga dapat disebut dengan risiko yang dapat
diversifikasi.24
Beberapa jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi adalah:
a. Risiko bisnis (bussines risk), merupakan risiko yang timbul karena
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten
22 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 201.
23 Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: PT Salemba Empat, 2005), hlm. 43.
24 Ibid, hlm. 44.
15
b. Risiko Likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan
dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti
c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul
akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko
ini berjalan berlawanan dengan harga-harga instrumen di pasar modal
d. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian suatu negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi
dan kondisi perekonomian lain.
e. Risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko yang
timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan
menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan
maupun bunga yang diperoleh investasi sehingga nilai riil pendapatan
menjadi menurun
f. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul dari
pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
negara lain.
Risiko diukur dengan menggunakan standart deviation atau simpangan baku,
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
σ=√∑ ( ri – r )2
n−1
Dimana:
σ = standar deviasi
ri = hasil dari aset/ saham i
16
r = rata-rata dari hasil investasi
n = jumlah pengamatan saham
Dari rumusan standar deviasi tersebut, jika semakin tinggi nilai standar
deviasi maka semakin tinggi pula risiko atas asset tersebut, begitu pula
sebaliknya.
2. Return dan Risiko
Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi, return ini penting
karena digunakan sebagi pengukur kinerja suatu perusahaan, return ini juga
berguna untuk menentukan return ekspektasian dan risiko dimasa yang akan
datang.
Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar
keuangan terdiri atas dua komponen. Pertama, tingkat keuntungan yang normal
atau yang diharapkan, atau bagian dari tingkat keuntungan yang aktual yang
diharapkan oleh pemegang saham, yang dipengaruhi oleh informasi yang
dimiliki oleh para pemodal. Kedua, adalah tingkat keuntungan yang tidak pasti
atau berisiko, yang berasal dari informasi yang tidak terduga.25
Menghitung risiko juga merupakan hal yang penting dalam suatu
investasi, karena return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisahkan
dalam suatu suatu investasi. Return dan risiko memiliki hubungan yang positif,
semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus
dikompensasikan.26
25 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 200.
26 Abdul Halim, Analisis Investasi, (Jakarta: PT Salemba Empat, 2005), hlm. 45.
17
3. Beta Saham
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau
return suatu portofolio terhadap return pasar.27 Beta merupakan pengukur risiko
sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap pasar. Volatilitas
sendiri diartikan dengan fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau
portofolio dalam suatu periode return suatu sekuritas atau portofolio dalam
periode waktu tertentu.
Beta suatu saham yang tinggi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi
pada saham tersebut, namun tingkat risiko yang tinggi ini biasanya memberikan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi juga, demikian juga sebaliknya.
4. Arbitrage Pricing Theory28
Arbitrage pricing theory, mendasarkan diri atas hukum satu harga, yang
mengatakan bahwa sekuritas yang memiliki karakteristik yang sama, tidak akan
bisa dihargai dengan harga yang berbeda
Arbitrage pricing theory menekankan bahwa tingkat keuntungan yang
diharapkan tergantung pada pengaruh faktor-faktor makro ekonomi dan bukan
dari risiko unik. APT dapat menggunakan faktor-faktor lebih dari satu, tetapi
APT tidak menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang
27 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, (Yogyakarta:BPFE,2010), hlm. 375.
28 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 200.
18
seharusnya mempengaruhi tingkat keuntungan. Roll dan Ross mengungkapkan
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan, yaitu:29
a. Perubahan inflasi yang tidak diantisipasi
b. Perubahan produksi yang tidak diantisipasi
c. Perubahan premi risiko yang tidak diantisipasi
d. Perubahan slope dari kurva hasil (yield curve) yang tidak diantisipasi
5. Risiko Sistematis dan Beta
Jika risiko sistematis tidak saling berkorelasi, maka risiko sistematis setiap
perusahaan akan saling berkorelasi, karena faktor-faktor yang mempengaruhi
seperti tingkat bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan sebagainya sama.
Sebagai akibatnya, maka tingkat keuntungan antarsaham juga saling berkorelasi.
Misalnya tingkat bunga yang meningkat lebih besar dari yang diharapkan,
maka semua perusahaan akan terkena dampaknya, hanya saja intensitasnya
berbeda atara perusahaan satu dengan yang lain. Tingkat kepekaan ini disebut
Beta. Semakin tinggi kepekaannya, semakin tinggi Beta faktor tersebut.30
6. Faktor yang Mempengaruhi Beta Saham
a. Asset Size
29 Roll dan Ross dalam Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 200.
30 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 202.
19
Size sebagai ukuran perusahaan yang membedakan antara perusahaan kecil
dan perusahaan besar. Size diukur sebagai logaritma dari aktiva total, semakin
besar total aset perusahaan kemungkinan total laba yang dihasilkan akan
meningkat selama biaya operasi relatif tidak meningkat. Laba yang dihasilkan
akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Sehingga Beta akan semakin
kecil, karena semakin banyaknya investor yang berminat membeli saham
tersebut.
Watts dan Zimmerman membuktikan hipotesis tersebut dengan
membentuk teori akuntansi positif yakni perusahaan besar cenderung akan
menginvestasikan dananya ke dalam proyek yang mempunyai varian rendah
dengan Beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan, karena akan
menurunkan risiko dari perusahaan tersebut, sehingga terdapat hubungan negatif
antara size dengan Beta saham.31
b. Current Ratio
Rasio ini mengintepretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang jatuh tempo. Current ratio
merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena
perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aktiva lancar
dengan hutang lancar untuk masing-masing perusahaan.32
31 Watt dan Zimmerman dalam Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, (Yogyakarta:BPFE,2010), hlm. 393.
32 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi, (Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 236.
20
Current ratio normal bagi perusahaan umumnya 2, rasio yang rendah
menunjukkan rasio likuiditas yang tinggi, sebaiknya current ratio yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang akan berpengaruh tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan, karena aktiva lancar secara umum
menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap.33
c. Debt Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu pengukur dari rasio leverage,
yakni rasio yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasi. DER menunjukkan perbandingan antara utang dengan modal sendiri34.
DER yang semakin besar akan menyebabkan risiko finansial perusahaan
semakin tinggi. Penggunaaan utang yang semakin besar akan meningkatkan
risiko untuk tidak mampu membayar utang. Tingkat utang perusahaan yang
tinggi akan menyebabkan risiko yang tinggi pula bagi pemegang saham35
d. Return on Equity
Return on Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, investor akan
mempertimbangkan perusahaan yang mampu memberikan kontribusi ROE yang
lebih besar. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat
pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
33 Ibid. hlm. 237.
34 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm. 70.
35 Royya Maftuhah, “Pengaruh Asset Growth, DER, ROE, TATO dan EPS terhadap Beta Saham pada Perusahaan yang masuk ke dalam kelompok JII tahun 2005-2007”, skripsi UIN Sunan Kalijaga (2008)
21
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas
dari sudut pandang pemegang saham. 36
e. Earning per Share
Earning per share merupakan perbandingan antara keuntungan bersih
setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.
Semakin tinggi EPS akan menghasilkan pengembalian yang tinggi pula sehingga
laba tersedia bagi pemegang saham biasa juga akan sehingga perusahaan tidak
akan kesulitan meningkatkan modal, sehingga Beta saham semakin rendah.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia
bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang
beredar.37
Menurut Houston and Brigham, laba per lembar saham atau EPS adalah
kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh
kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin
besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.38
36 David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi, (Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 240.
37 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi-dan.html, diakses pada 23 Maret 2012
38http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/ Artikel_21205326.pdf Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham LQ45 di Bursa Efek, diakses pada 23 Maret 2013
22
f. Inflasi
Menurut Ebert dan Griffin, inflasi merupakan kondisi dimana jumlah
barang yang beredar lebih sedikit dibanding dengan jumlah permintaan sehingga
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang meluas dalam sistem
perekonomian secara keseluruhan.39 Kenaikan inflasi yang signifikan akan
mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan kemampuan daya beli.40
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
bisa disebut inflasi. Kenaikan harga barang dan jasa terjadi jika permintaan
bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran di pasar, sehingga lebih
banyak uang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibandingkan
dengan jumlah barang dan jasa.41
Inflasi disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda, baik dari segi sektor
ekspor-impor, sektor penerimaan dan pengeluaran negara dan dari sektor swasta.
Tingkat inflasi biasanya diukur melalui tingkat perubahan indeks harga
konsumen atau consumers price index.42
39 Ebert dan Griffin dalam Werner E Muhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 21.
40 Werner E Muhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 21.
41 Muhammad Ghafur Wibowo, Pengantar Ekonomi Moneter, (Yogyakarta:Biruni Press, 2007), hlm. 130.
42 Werner E Muhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 21.
23
Laju Inflasi := Indeks harga periode ini−indeks harga periode laluIndeks harga periode lalu
x 100 %
g. Suku Bunga
Suku bunga, mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menabung, makin
tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan
dananya dibank, artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan
lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
berkonsumsi guna menambah tabungan.43
Samuelson dan Nordhaus menyebutkan bahwa suku bunga yang tinggi
cenderung akan menurunkan harga aset. Dengan menggunakan konsep present
value dengan menghitung berapa banyak uang diinvestasikan sekarang dengan
suku bunga yang berlaku sehingga akan menghasilkan aliran pendapatan di masa
depan dari aset yang sudah diinvestasikan. Ketika suku bunga naik, maka nilai
saham, obligasi, dan aset jangka panjang lainya akan menurun44
h.Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu mata uang dari perspektif
mata uang negara lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar
juga berubah secara substansial.45 Penurunan nilai mata uang dinamakan
depresiasi sedangkan peningkatan nilai mata uang dinamakan apresiasi.
43 Boediono, Ekonomi Moneter, Ed 3 (Yogyakarta:BPFE, 1998) hlm. 2
44 Samuelson dan Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, hlm 191.
45 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Intenasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000), hlm.86
24
Foreign exchange rate mencerminkan berapa unit dari setiap mata uang
lokal yang dapat digunakan untuk membeli mata uang lainnya.46 Dampak dari
perubahan nilai tukar tidak hanya dilihat dari penguatan atau pelemahan suatu
mata uang, namun juga memperhatikan apakah negara tersebut adalah net
exporter atau net importer.
Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh banyak faktor yakni tingkat
bunga, inflasi, jumlah uang yang beredar, defisit perdagangan, perilaku bank
sentral yang terkait dengan interdependensi bank sentral dan harapan pasar.47
C. Hubungan Antarvariabel dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh asset size terhadap risiko investasi
Size sebagai ukuran perusahaan yang membedakan antara perusahaan kecil
dan perusahaan besar. Size diukur sebagai logaritma dari aktiva total, semakin
besar total aset perusahaan kemungkinan total laba yang dihasilkan akan
meningkat selama biaya operasi relatif tidak meningkat. Laba yang dihasilkan
akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Sehingga Beta akan semakin
kecil, karena semakin banyaknya investor yang berminat membeli saham
tersebut
Watts dan Zimmerman membuktikan hipotesis tersebut dengan
membentuk teori akuntansi positif yakni perusahaan besar cenderung akan
menginvestasikan dananya ke dalam proyek yang mempunyai varian rendah
46 Werner R. Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 21.
47 Ibid.
25
dengan Beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan, karena akan
menurunkan risiko dari perusahaan tersebut, sehingga terdapat hubungan negatif
antara size dengan Beta saham.48
Berdasarkan Penjelasan diatas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ha1: Asset size berpengaruh negatif terhadap Beta saham syariah
2. Pengaruh current ratio terhadap risiko investasi
Current ratio merupakan salah satu alat ukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan. Current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kas yang berlebihan
bagi pihak kreditur, hal ini menunjukkan sinyal negatif bagi para investor karena
hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan aktiva lancar
dengan baik, sebaliknya, current ratio yang rendah meskipun lebih berisiko,
namun mengindikasikan bahwa perusahaan memanfaatkan aktiva lancar sengan
efektif.
Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi akan menarik
minat investor karena akan berpengaruh pada permintaan dan harga saham yang
akan semakin tinggi. Sejalan dengan hal tersebut risiko yang ditanggung oleh
investor juga meningkat.
Current Ratio diprediksi memiliki hubungan yang negatif dengan Beta,
secara rasional diketahui bahwa semakin likuid suatu perusahaan, semakin kecil
pula risikonya. Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada kreditur
48 Watt dan Zimmerman dalam Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, (Yogyakarta:BPFE,2010), hlm. 393.
26
Penelitian Beaver et al. (1970), Farelly et al. (1982), Capstaff (1992)
dalam Abdurahim (2003) menunjukkan adanya pengaruh negatif
current ratio terhadap risiko.49 Jadi apabila current ratio tinggi (current asset >
current liabilities) maka semakin rendah risiko yang akan ditanggung investor
apabila ia berinvestasi pada sekuritas perusahaan tersebut.
Berdasarkan Penjelasan diatas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ha2: Current ratio berpengaruh negatif terhadap Beta saham syariah
3. Pengaruh Debt Equity Ratio terhadap risiko investasi
Debt Equity Ratio yang merupakan berbandingan antara total hutang
dengan total modal merupakan salah satu pengukur dari rasio leverage, yakni
rasio yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi.
DER digunakan untuk mengukur sebarapa besar perusahaan
menggunakan utang dari pihak investor. DER yang semakin besar akan
menyebabkan risiko finansial perusahaan semakin tinggi karena penggunaaan
utang yang semakin besar akan meningkatkan risiko untuk tidak mampu
membayar utang. Tingkat utang perusahaan yang tinggi akan menyebabkan
risiko yang tinggi pula bagi pemegang saham50
49 Yustiantomo Budi Suseno, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham (Studi Kasus Perbandingan Perusahaan Finance Dan Manufaktur Yang Listing Di Bei Pada Tahun 2005 – 2007)” , tesis UNDIP (2008), Hlm. 17
50 Royya Maftuhah, “Pengaruh Asset Growth, DER, ROE, TATO dan EPS terhadap Beta Saham pada Perusahaan yang masuk ke dalam kelompok JII tahun 2005-2007”, skripsi UIN Sunan Kalijaga
27
Berdasarkan Penjelasan diatas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ha3: DER berpengaruh positif terhadap Beta saham syariah
4. Pengaruh Return on Equity terhadap risiko investasi saham
Return on Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, investor akan
mempertimbangkan perusahaan yang mampu memberikan kontribusi ROE yang
lebih besar. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi ROE maka semakin
rendah nilai Beta, sehingga ROE memiliki pengaruh negatif terhadap Beta
saham51
Berdasarkan Penjelasan diatas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ha4: ROE berpengaruh negatif terhadap Beta saham syariah
5. Pengaruh Earning per Share terhadap risiko investasi saham
Earning per share merupakan perbandingan antara keuntungan bersih
setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.
Semakin tinggi EPS akan menghasilkan pengembalian yang tinggi pula sehingga
laba tersedia bagi pemegang saham biasa juga akan sehingga perusahaan tidak
akan kesulitan meningkatkan modal, sehingga Beta saham semakin rendah
Berdasarkan penjelasan diatas, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
51 Ibid.
28
Ha5: Earning Per Share berpengaruh negatif terhadap Beta saham syariah
6. Pengaruh inflasi terhadap risiko investasi saham syariah
Inflasi yang terjadi dalam suatu negara memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi perekonomian negara tersebut. Inflasi menyebabkan harga-harga
menjadi naik, sementara pendapatan masyarakat tidak mengalami kenaikan.
Inflasi juga berdampak bagi para produsen, keinginan memproduksi menjadi
menurun sehingga timbul kelesuan ekonomi. Karena tejadi kelesuan ekonomi,
maka harga saham akan cenderung turun dan investasi di pasar modal menjadi
kurang diminati.
Ketika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi dan bersifat tidak
menentu maka risiko investasi dalam aset aset keuangan akan meningkat dan
kredibilitas mata uang domestik akan melemah terhadap mata uang global.52
Selain itu, kenaikan inflasi akan mengakibatkan harga bahan baku meningkat.
Peningkatan bahan baku akan menyebabkan ongkos produksi meningkat, dalam
kondisi ceteris paribus, inflasi akan menurunkan profitabilitas perusahaan.53
Inflasi yang semakin meningkat menjadi sinyal negatif bagi investor, karena
sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga saham jika tingkat
inflasi mengalami kenaikan yang lebih besar dari yang diharapkan, akibatnya
return yang diterima investor akan menurun, dengan demikian, naiknya inflasi
memiliki pengaruh terhadap Beta saham.
52 Werner R Murhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 21.
53 Joko Purnomo, Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan Properti yang masuk di Daftar Efek Syariah pada Tahun 2006-2009, (2011), skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 34
29
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
Ha6 : Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Beta saham syariah
7. Pengaruh suku bunga terhadap risiko investasi saham syariah
Samuelson dan Nordhaus menyebutkan bahwa suku bunga yang tinggi
cenderung akan menurunkan harga aset. Dengan menggunakan konsep present
value dengan menghitung berapa banyak uang diinvestasikan sekarang dengan
suku bunga yang berlaku sehingga akan menghasilkan aliran pendapatan di masa
depan dari asset yang sudah diinvestasikan. Ketika suku bunga naik, maka nilai
saham, obligasi, dan aset jangka panjang lainya akan menurun54
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat
bunga (kredit), menyebabkan keinginan untuk berinvestasi semakin kecil.
Tingginya tingkat bunga akan menyebabkan harga saham menjadi turun. Hal ini
karena investor cenderung akan menjual sahamnya dan mengalihkan dananya
dalam bentuk deposito agar memperoleh keuntungan yang tinggi dengan risiko
yang lebih aman.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
Ha7 : Suku bunga berpengaruh positif terhadap Beta saham syariah.
8. Pengaruh nilai tukar terhadap risiko investasi saham syariah
Nilai tukar akan berpengaruh terhadap Beta saham, jika terjadi perubahan
kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul
dari transaksi dalam mata uang asing. Jika perubahan kurs berubah-ubah maka
54 Samuelson dan Nordhaus, Ilmu makro ekonomi, hlm 191.
30
yang terjadi adalah kondisi ekonomi yang sulit diprediksi, dan harga-harga akan
sulit ditentukan sehingga tingkat return yang diharapkan dari suatu investasi
akan menurun. Turunnya minat investor terhadap investasi pada saham akan
membuat harga saham dan return saham menurun dan berakibat naiknya Beta
saham. Sehingga bagi para pelaku ekonomi makin rendah perubahan kurs akan
semakin baik.
Nilai tukar yang stabil menjadi penting untuk dijada dalam suatu negara
karena nilai tukar mata uang merupakan salah satu indikator yang penting dalam
perekonomian baik dalam dan luar negeri. Kestabilan nilai tukar penting karena
akan memberikan kepastian bagi pelaku ekonomi dalam melangsungkan
usahanya. Fluktuasi terhadap perubahan nilai tukar akan menimbulkan risiko
dimana semakin tinggi fluktuasi maka akan semakin besar risikonya dan
sebaliknya semakin rendah tingkat fluktuasinya maka risiko akan semakin
kecil.55
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Ha8 : perubahan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Beta saham
syariah.
D. Metoda Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
55 Ahmad Windarto dalam Joko Purnomo, Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan Properti yang masuk di Daftar Efek Syariah pada Tahun 2006-2009, (2011), skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 36
31
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian terapan, penelitian jenis ini
berusaha untuk menerapkan semua teori yang paling tepat atas keadaan pada
saat ini56 dan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah
praktis.57
Adapun penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data yang digunakan
berupa angka-angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, sehingga data
seperti ini memungkinkan untuk dianalisis menggunakan pendekatan statistik.58
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk ke dalam kelompok
perusahaan manufaktur yang tergabung di dalam Daftar Efek Syariah
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik
sama dengan populasinya, diambil sebagai sumber data penelitian. Metode
pemilihan atau pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pemilihan atau pengambilan sampel dengan
pertimbangan-pertimbangan dan kriteria tertentu.59 Tujuannya adalah untuk
memperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan
56 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005), hlm. 5.
57 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, cet. XII (Bandung: AlfaBeta, 2008), hlm. 8.
58 Syamsul Hadi, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Akutansi dan Keuangan (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 27. 59
32
penelitian ini. Adapun kriteria pengambilan sampel dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Terdaftar di Daftar Efek Syariah selama periode 2010-2012
2) Perusahaan yang memiliki data rasio keuangan yang lengkap yang terkait
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3) Mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pengamatan.
3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data adalah informasi yang akan diolah dan digunakan untuk
membuktikan kebenaran teori, menyimpulkan tentang sesuatu maupun mencari
jawaban atas hipotesa penelitian yang diajukan.60 Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara.61 Data pada penelitian
ini bersifat kuantitatif yaitu sebagian besar datanya didominasi olah angka. Data
diperoleh dari dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang sudah
dipublikasikan dari berbagai sumber seperti, Indonesian Capital Market
Directory (ICMD), (www.idx.co.id) , data inflasi, suku bunga dari Bank
Indonesia (www.bi.go.id) (www.bps.go.id) dan situs atau sumber lain yang
relevan
4. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas). Adapun
60 Ibid., hlm. 37.
61 Nur Indriyanto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi 1 (Yogyakarta :BPFE,1999), hlm .147.
33
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan
independen
a. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat adanya variabel bebas.Variabel dependen dalam penelitan
ini adalah Beta saham. Beta saham adalah hasil regresi yang dihitung dari
perubahan harga saham perusahaan pada akhir bulan dengan return pasar yang
dihitung dari perubahan rata-rata bulanan IHSG. Beta saham bulanan sebagai
variabel dependen diukur menggunakan persamaan dari market model
Ri = ai+βi.RM+ei
Keterangan:
Ri = return sekuritas ke-i
Βi = Beta sekuritas ke-i
RM = return portofolio pasar
E1 = tingkat error
b.Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau munculnya variabel dependen62, adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel:
a. Assets Size,
Size merupakan ukuran perusahaan yang membedakan antara perusahaan
kecil dengan perusahaan besar. Dalam penelitian ini size diukur dengan
Lntotal aset.
62 Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif , hlm .33.
34
Size: LnTotal Aktiva
b. Current Ratio,
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan antara
utang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Penelitian
ini menggunakan current ratio (CR).
Current ratio = aktiva lancarutanglancar
c. Debt Equity Ratio,
Rasio leverage, menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasi. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah
Debt Equity Ratio (DER), DER mengindikasi besarnya dana yaitu total
aktiva yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk membayar utang.
Debt Equity Ratio = total utang
totalekuitas
d. Return On Equity
ROE adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. ROE dapat dihitung dengan rumus:
ROE= Laba Bersih
Ekuitas
e. Earning Per Share,
Earning Per Share (EPS) adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu
diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya yang digunakan
35
untuk menganalisis kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan saham yang dimiliki. EPS dapat dihitung dengan rumus:
EPS= Laba Bersih
Jumlah Saham yang Beredar
f. Tingkat Inflasi,
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara
terus menerus.63 Tingkat inflasi diukur dengan tingkat inflasi di akhir
tahun dari tahun 2009-2011 dengan satuan persentase. Untuk mengukur
tingkat inflasi dapat digunakan Indeks Harga Konsumen.64
IHK= HargaSekarang x100Harga PadaTahun Dasar
g. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang dimaksud adalah tingkat suku bunga
tabungan dan deposito yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
satuan tetapan berdasarkan persentase. Satuan tingkat suku bunga SBI
yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase tingkat suku
bunga SBI setiap akhir tahun dari tahun 2009-2011. Dapat dirumuskan
sebagai berikut:65
Rr= Rn - Ri
Keterangan:
Rr= Tingkat Bunga Riil
63 Nopirin, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE, 2000), hlm. 25.
64 M Ghafur Wibowo, Ekonomi Moneter (Tinjauan Ekonomi Konvensional dan Islam), (Yogyakarta: Biruni Press , 2007)), hlm. 131
65 Ibid., hlm. 159.
36
Rn= Tingkat Bunga Nominal
Ri= Besarnya laju inflasi
h. Nilai Kurs
Nilai tukar atau kurs adalah jumlah uang domestik yang
dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.66 Ketika terjadi
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut,
perbandingan ini disebut dengan kurs atau nilai tukar.67 Kurs mata uang
asing diukur dengan menggunakan kurs Rupiah terhadap dollar AS.
Sehingga data yang digunakan adalah data pertumbuhan kurs dari tahun
2009-2011, dengan rumus:68
(S-St-1)/(St-1) X 100%
Sedangkan ukuran nilai kurs yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kurs tengah mata uang Rupiah, alasannya supaya tidak berat
sebelah antara kurs jual dan kurs beli, yang dihitung dengan rumus
berikut:
Kurs Tengah: Kurs Jual−Kurs Beli
2
1. Teknik Analisa Data
A. Teknik Analisis Data
66 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi III, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 397.
67 Joko Purnomo, Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan Properti yang masuk di Daftar Efek Syariah pada Tahun 2006-2009, (2011), skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 47.
68 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, Alih Bahasa Emil Salim, (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 86.
37
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi). Skewness dan kurtosis merupakan ukuran untuk melihat
apakah variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Skewness
mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari
distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai
skewness dan kurtosis mendekati nol.69
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi akan menghasilkan estimator linier yang tidak bias
yang terbaik jika tidak terdapat beberapa gejala sebagai berikut:
a. Autokorelasi
Masalah autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya
merupakan fungsi dari data sebelumnya, atau data sesudahnya
memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data
times series dan besaran data sangat tergantung pada tempat data
tersebut terjadi.70
Konsekuensi dari adanya autokorelasi ini adalah varian
sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya dan model
regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai
69 Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, cet. IV (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2009), hlm. 19-21.
70 Syamsul Hadi, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonesia, 2006, hlm.175.
38
variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Diagnosis
ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat
nilai pada pengujian Durbin Watson.
Rumusan hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : Tidak terdapat autokorelasi (r=0)
Ha : Terdapat Autokorelasi (r≠0)
Keputusan yang akan diambil untuk menolak Ho dan
menerima Ha adalah du<d<4-du.
b. Heteroskedastisitas71
Penyimpangan terhadap asumsi klasik terjadi jika terdapat
gejala heteroskedastisitas, yaitu suatu kondisi dimana variabel dalam
model tidak sama. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari suatu pengamatan ke yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika varian berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Penelitian ini menggunakan alat uji glejser dengan dasar
pengambilan keputusan membandingkan nilai sig. variabel
independen dengan tingkat kepercayaan (= 0,05). Apabila nilai sig.
lebih besar dari nilai (sig. > ), maka dapat disimpulkan bahwa
dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heterosdekastisitas.
71 Mudrajat Kuncoro, Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi ( Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001), hlm. 105-114
39
c. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan ssuatu keadaan dimana satu
atau lebih variabel independen berkorelasi sempurna atau mendekati
sempurna dengan variabel independen lainnya. Salah satu cara yang
bisa digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas
adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation faktor
(VIF). Nilai yang biasa dipakai untuk melihat adanya nilai tolerance
< 0,01 atau sama dengan nilai VIF > 10.72
d. Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji yang bertujuan untuk melihat
apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas
residual adalah dengan analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik
Histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu bisa juga
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal.73
3. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
regresi linier berganda yaitu teknik yang mengukur besarnya pengaruh
variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent
72 Ibid, hlm. 92.
73 Ibid, hlm. 110.
40
variable) dengan menggunakan variabel bebas yang lebih dari satu.
Rumus regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut.74
Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6x6 + b7x7 + b8X8 + e
Keterangan:
Y = Beta saham
a = koefisien konstanta
b = koefisien regresi
X1 = asset size
X2 = current ratio
X3 = Debt Equity Ratio
X4 = Return On Equity
X5= Earning per Share
X6= Inflasi
X7= Suku Bunga
X8= Nilai Tukar
e = estimasi error
4. Uji Statistik F
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang
digunakan sudah tepat. Selain itu, uji F ini juga bisa digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel
terikat. Adapun langkah pengujiannya adalah:
Merumuskan hipotesis:
74 Syamsul Hadi, Metodelogi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonesia, 2006, hlm. 159.
41
Ho: b1, b2 = 0 berarti tidak terdapat pengaruh signifikan
Ha: b1, b2 ≠ 0 berarti terdapat pengaruh signifikan
Menentukan kesimpulan:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
a. Koefisien Determinasi
Pada intinya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen,
nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai koefisien
determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen. Secara umum, koefisien
determinasi untuk data silang relatif rendah karena adanya variasi
yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtut waktu biasanya mempunyai koefisien determinasi yang
tinggi.75
b. Uji t-statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara individu
masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam
model regresi. Pada taraf signifikansi () = 5% dan derajat kebebasan atau
degree of freedom (df)=n-k-1 dimana n merupakan jumlah sampel, dan k
75Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate (Semarang: UNDIP, 2006), hlm. 83.
42
adalah banyaknya variabel independen, maka akan diperoleh besarnya t
tabel .
Nilai t stastistik hitung dapat dicari dengan rumus:
t hitung = koefisien regresi(b1)
Standar deviasi b1
Merumuskan hipotesis:
Ho: bi = 0 berarti tidak terdapat pengaruh signifikan
Ha: bi ≠ 0 berarti terdapat pengaruh signifikan
Menentukan kesimpulan:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
E. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Berisi gambaran singkat mengenai hal-hal yang mendorong
dilakukannya penelitian, yang terdiri latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai landasan analisis dalam penelitian yang
menjelaskan konsep-konsep utama yang digunakan dalam penelitian. Berisi
tentang teori-teori keuangan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
dalam hal ini membahas tentang risiko investasi saham, arbitrage pricing theory
dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko investasi saham dan pasar modal
43
syariah, serta kajian pustaka berupa hasil penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Berisi uraian mengenai jenis dan sifat penelitian, populasi dan sampel,
tentang sumber data yang digunakan dalam penulisan ini dan metode analisisnya
yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan menggunakan rumus-rumus
yang sesuai dengan masalah.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil analisis dari pengolahan data, baik analisis
secara deskriptif maupun analisis dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian berdasarkan analisis data yang
dioleh dan berisikan saran yang diharapkan yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya
44
F.DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, Ahim.2003.Pengaruh Current Ratio, Asset Size, dan Earnings Variability terhadap Beta Pasar, Jurnal Akuntansi dan Investasi
Al Faqih, Nur Iman Hakim. Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Beta saham pada perusahaan properti dan real estate di DES. Skripsi FS. UIN Sunan Kalijaga
Aruzzi, M. Iqbal, dan Bandi.2003.Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VI.
Azwar, Saifudin,.2005.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Boediono,.1998.Ekonomi Moneter Ed 3.Yogyakarta:BPFE
Ghozali, Imam.2009 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, cet. IV (Semarang: Badan Penerbit UNDIP),
Hadi, Syamsul.2006.Metodelogi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan.Yogyakarta: Ekonesia
Halim, Abdul.2009. Analisis Investasi.Jakarta: Salemba Empat
Hamzah, Ardi "Analisa Ekonomi Makro, Industri dan Kararistik Perusahaan terhadap Beta Saham Syariah" SNA VIII Solo
Hamzah, Ardi dan Robiatul Auliyah.2006."Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di
45
Bursa Efek Jakarta," Universitas Trunojoyo, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang
Hamzah, Ardi, "Perbandingan Beta Saham Syariah dan Beta Saham Non Syariah dalam Analisa ekonomi makro, Industri dan Karakteristik Perusahaan,” Simposium Riset Ekonomi II
Hamzah.2005."Pengaruh Variabel Ekonomi Makro, Industri dan Karakteristik Perusahaan terhadap Beta Saham Syariah di Jakarta Islamic Index 2001- 2004"
Harahap, Sofyan S. 2001.Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Cetakan Pertama.Jakarta:Pustaka Quantum.
Hartono, Jogiyanto. 2010.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh. Yogyakarta:BPFE,
http://coki002.wordpress.com/jenis-jenis-risiko-dalam-investasi-saham-di-pasar-modal/ diakses pada 21 Juni 2012, piku 10:11
Husnan, Suad.2005.Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.Yogyakarta: AMP YKPN
Idrus , Muhammad.2007. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta:Erlangga
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan Indonanjaya.2010.Manajemen Investasi (Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham).Yogyakarta:Graha Ilmu
Kountur, Ronny.2007.Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Jakarta:Buana Printing
Kuncoro, Mudrajat.2004.Metode Kuantitatif :Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, edisi ke 3 .Yogyakarta:UPP AMP YKPN
Maftuhah, Royya.2009.Pengaruh Asset Growth, DER, ROE, TATO dan EPS terhadap Beta Saham pada Perusahaan yang masuk ke dalam kelompok JII tahun 2005-2007” Skripsi UIN Sunan Kalijaga
Murhadi. Wenner R.2009.Analisis Saham Pendekatan Fundamental. Jakarta: Salemba Empat
Nursari,Siwi Jati.2006.Pengaruh Asset Growth, likuiditas, leverage dan Earning Per Share terhadap Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2005”
46
Pudjiastuti, Enny dan Suad Husnan.2002.Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Purnomo, Heri.2008."Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumalh Uang Beredar Terhadap INDEKS LQ45" Tesis, Prodi Magister Manajemen Universitas
Purnomo, Joko.2011.”Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan Properti yang masuk di daftar Efek Syariah,” Skripsi, Prodi Keuangan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Rusyadi, Imran. 2011. “Analisis Pengaruh Inflasi Jumlah Uang Beredar Exchange rate dan Interest Rate terhadap Beta Saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,” Skripsi, Prodi Keuangan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Setiawan, Doddy.2004.Analisis faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi Risiko Sistematis Sebelum dan Sesudah Krisis Moneter”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19:3 (Juli),
Suganda,Tarsisius Renald. Analisis Risiko Saham Berdasarkan Beta Akuntansi ( Studi pada Saham Sektor Industri Retail Pedagang Eceran) Prodi Akuntansi Universitas Ma Chung
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian Bandung:IKAPI
Suhadi.2009.“Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Kurs terhadap Beta Saham Syariah pada Perusahaan yang Masuk di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2005-2007,” Skripsi, Prodi Keuangan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sukirno, Sadono.2009.Makro Ekonomi dan Teori Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supardi.2005.Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.Yogyakarta:UII Press
Supomo, Bambang dan Nur Indriyanto.1999.Metodologi Penelitan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi 1.Yogyakarta :BPFE
Suseno, Yustiantomo Budi.2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham Perusahaan Finance dan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007. Tesis. Prodi Magister Manajemen, Pasca Sarjana UNDIP
Utami, Sahida. Pengaruh tingkat suku bunga, Likuiditas, Leverage dan Price Earning Ratio terhadap Risiko Investasi Saham pada Perusahaan
47
Manufaktur yang masuk dalam Daftar Efek Syariah. Skripsi FS. UIN Sunankalijaga
Wibowo, Muhammad Ghafur.2007.Pengantar Ekonomi Moneter. Yogyakarta:Biruni Press
www.wealthindonesia.com, diakses pada 21 Juni2012
www.wikipedia.com/jakartaislamicindex diakses pada 22 Juni 2012
Zubaidah, Siti. 2006. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Inflasi, Peubahan Nilai Kurs Terhadap Beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. “Jurnal Studi Akuntansi FE-UMM Malang
48