PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PASAR PERUSAHAAN
SEKTOR PERBANKAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh:
Leonardus Noventa Hastimelika
115020300111060
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Riwayat Hidup
Nama : Leonardus Noventa Hastimelika
Alamat : Jln. Subali II 13 B/3 Malang
Hp : 082236435654
TTL : Ponorogo, 15 Februari 1993
Agama : Katolik
Status : Belum Menikah
Jenis Kelamin : Laki-laki
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal :
Taman Kanak-kanak TK Mardiwiyata II Malang (1997-1999)
Sekolah Dasar SDK Mardi wiyata II malang (1999-2005)
SMP SMPN 21 Malang (2005-2008)
SMA SMAN 2 Malang (2008-2011)
S1 Jurusan Akuntansi (2011-2017)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
mailto:[email protected]
ABSTRAK
Leonardus Noventa Hastimelika: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Sektor
Perbankan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening di Bursa
Efek Indonesia. Dosen Pembimbing: Prof.Dr. SUTRISNO T., SE., AK., M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intellectual capital terhadap
nilai pasar perusahaan sektor perbankan melalui kinerja keuangan perusahaan. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 105 perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode untuk menganalisis data dalam penelitian
ini menggunakan model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang
berbasis Partial Least Square (PLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
intellectualt capital berpengaruh negatif terhadap nilai pasar perusahaan. Hal tersebut
disebabkan pengelolaan intellectual capital belum diapresiasi lebih oleh investor,
karena pengeluaran perusahaan untuk intellectual capital dipandang oleh investor
sebagai beban yang akan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Intellectual capital
berpengaruh positif terhadap terhadap kinerja keuangan perusahaan, hal ini disebabkan
karena pengelolaan intellectual capital telah digunakan secara efisien seperti human
capital, customer capital,dan structural capital dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa kinerja keuangan berhasil
memediasi sebagian (part mediating) pengaruh antara intellectual capital dengan nilai
pasar perusahaan sektor perbankan. Pemanfaatan komponen intellectual capital secara
efisien dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga dengan
meningkatnya kinerja keuangan perusahaan akan direspon investor yang berdampak
pada meningkatnya nilai pasar perusahaan.
Kata kunci: Intellectual capital, Nilai Pasar Perbankan, Kinerja Keuangan.
ABSTRACT
Leonardus Noventa Hastimelika: Faculty of Economics and Busines, University of Brawijaya.
Influence of Intellectual Capital on Market Value Company’s Banking Sector With
Financial Performance as an Intervening Variable In Indonesian Stock Exchange.
Supervisor: Prof.Dr. SUTRISNO T., SE., AK., M.Si.
This research aimed to test the influence of intellectual capital against the market value of
the company’s banking sector through the company's financial performance. The sample used in
this study amounted to 105 corporate banking sector listed in the Indonesia stock exchange.
Methods for analyzing the data in this study using Structural Equation Modeling (SEM) based
Partial Least Square (PLS). The results of this research indicate intellectual capital negatively
affect the market value of the company. This is due to the management of intellectual capital had
not been appreciated more by investors because the company's intellectual capital expenditure is
seen by investors as a burden that will affect the company's profits. Intellectual capital positively
affects the company's financial performance, it is because the management of intellectual capital
has been used as efficiently as human capital, customer capital and structural capital can increase
the company's financial performance. The results in this study stated that the financial performance
successfully mediated in part (part mediating) the influence of intellectual capital with a market
value of banking sector companies. The utilization of intellectual capital components can
efficiently improve the company's financial performance so that with the increase of the company's
financial performance will be responded investor impact on increasing the company's market
value.
Keywords: Intellectual capital, the market value of banking, financial performance.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Yesus Kristus serta Bunda Maria atas segala anugerah,
berkat, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Sektor Perbankan Dengan Kinerja
Keuangan Sebagai Variabel Intervening di Bursa Efek Indonesia” dapat selesai
dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan dalam
meraih derajat sarjana Akuntansi (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari pihak-
pihak yang bersangkutan skripsi ini tidak dapa terselesaikan dengan baik. Maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tri Tunggal yang maha suci, Bunda Maria, Roh kudus dan Kanak-Kanak Yesus
atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga peneliti diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orangtua, Bapak Ignatius Aris Dwi Kurnyanto dan Ibu Khatarina Sri
Budi lestari tersayang yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun
semangat, doa, dan kasih.
3. Dosen Pembimbing skripsi Bapak Sutrisno yang telah sabar dalam
membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, memberikan motivasi
terhadap pembuatan skripsi ini dan waktu yang diberikan beliau terhadap
peneliti untuk melakukan konsultasi.
4. Adikku Valentino Aji Damar Arsanta, Silvester Laksa Yoga Arsanta, Modesta
Berliansa Termatu Arsanta yang selalu mendukung dan memberikan motivasi,
hiburan dan doanya.
5. Teman satu angkatan Aloysius Gonzaga, Norbertus Yunanto, Nico Santoso,
Yohana Nathania, Gracia Yudith Tallo, Hendiatro Ongki yang dengan
dukungan dan motivasi serta hiburan dari mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi.
6. Anggota KMK FEB yang selalu menyemangati dan mendukung kelancaran skripsi baik
motivasi dan doanya terhadap penulis.
7. Saudara blessy dan Norbertus yang telah meminjamkan lapotop ketika laptop penulis
rusak.
8. Semua teman dan pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun telah
memberikan dukungan atas penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaanya. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca
yang memerlukannya Amin.
Malang, 6 Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
ABSTRAKSI
xi
ABSTRACT
xii
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah
...................................................................................................................................
1
1.2 Motivasi Riset
...................................................................................................................................
6
1.3 Rumusan Masalah
...................................................................................................................................
8
1.4 Tujuan Riset
...................................................................................................................................
9
1.5 Kontribusi Riset
...................................................................................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.........................................................................................................................................
11
2.1 Stakeholder Theory
.........................................................................................................................................
11
2.2 Resource Based Theory
.........................................................................................................................................
12
2.3 Intellectual Capital
.........................................................................................................................................
14
2.3.1 Definisi Intellectiual Capital
.........................................................................................................................................
14
2.3.2 Unsur Intellectual Capital
.........................................................................................................................................
15
2.3.3 Human
Capital……………………………………………………………..
.........................................................................................................................................
17
2.3.4 Structural Capital………………………………………………………….
.........................................................................................................................................
17
2.3.5 Customer Capital………………………………………………………….
.........................................................................................................................................
18
2.4 Value Added Intellectual coeficient (VAIC™)………………………………….
.........................................................................................................................................
19
2.5 Kinerja Keuangan………………………………………………………………..
.........................................................................................................................................
21
2.6 Nilai Perusahaan………………………………………………………………….
.........................................................................................................................................
23
2.7 Kerangka pemikiran………………………………………………………………
.........................................................................................................................................
26
2.8 Hipotesis Penelitian………………………………………………………………
.........................................................................................................................................
26
2.8.1 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar…………………….
.........................................................................................................................................
26
2.8.2 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
.........................................................................................................................................
27
2.8.3 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Melalui
Kinerja Keuangan
.........................................................................................................................................
28
BAB III METODE PENELITIAN
.........................................................................................................................................
29
3.1 Jenis Penelitian
.........................................................................................................................................
29
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
.........................................................................................................................................
29
3.3 Pengumpulan Data
.........................................................................................................................................
31
3.3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian………………………………………...
.........................................................................................................................................
31
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
.........................................................................................................................................
31
3.4 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Variabel
.........................................................................................................................................
32
3.5 Metode Analisis Data
.........................................................................................................................................
37
3.5.1 Statistik Deskriptif
.........................................................................................................................................
37
3.5.2 Analisis Inferensial
.........................................................................................................................................
38
3.5.3 Pengujian Konstruk Formatif dan Reflektif Dengan Efek Mediasi
.........................................................................................................................................
39
3.6 Langkah-langkah Analisis Persamaan Partial Least Square (PLS)
.........................................................................................................................................
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................
49
4.1 Statistik Deskriptif
.........................................................................................................................................
41
4.2 Analisis Inferensial………………………………………………………………..
.........................................................................................................................................
.52
4.2.1 Evaluasi Outer Model……………………………………………………… ......53
4.2.1.1 Evaluasi Uji Validitas Pada Indikator Reflektif…………………… .......53
4.2.1.2 Evaluasi Uji Validitas convergent Pada Indikator Reflektif ....................54
4.2.2 Evaluasi Outer Model setelah Re-estimasi Indikator ............................................55
4.2.2.1 Evaluasi Uji Validitas Convergent Pada Indikator Reflektif ...................55
4.2.2.2 Evaluasi Uji Validitas Dicriminant Pada Indikator Reflektif ..................55
4.2.3 Evaluasi Uji Reliabilitas ........................................................................................58
4.2.4 Evaluasi Outer Model Pada Indikator Formatif ....................................................59
4.2.5 Evaluasi Inner Model (Model Struktural) .............................................................60
4.3 Pembahasan....................................................................................................................65
4.3.1 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan ..........................65
4.3.2 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan .............................................................................................................66
4.3.3 Pengaruh Tidak Langsung Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar
Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan .................................................................68
4.4 Implikasi Penelitian .......................................................................................................68
4.4.1 Implikasi Teori ......................................................................................................68
4.4.2 Implikasi Praktek ...................................................................................................69
4.4.3 Implikasi Kebijakan ..............................................................................................70
BAB V PENUTUP ................................................................................................................71
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................71
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................................72
5.3 Saran ................................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................74
LAMPIRAN ...........................................................................................................................77
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Purposive Sampling ....................................................................................30
Tabel 3.2 Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS .....................................45
Tabel 3.3 Parameter Uji Reliabilitas dalam Model Pengukuran PLS ..................................47
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik .........................................................................................48
Tabel 4.2 Hasil AVE dan Comunality .................................................................................49
Tabel 4.3 Hasil Factor Loading ...........................................................................................54
Tabel 4.4 Hasil AVE dan Comunality Re-estimasi Indikator ..............................................55
Tabel 4.5 Hasil Factor Loading Re-estimasi Indikator .......................................................55
Tabel 4.6 Hasil AVE dan Akar AVE ...................................................................................56
Tabel 4.7 Hasil Cross Loading ............................................................................................57
Tabel 4.8 Hasil Cronbach Alpha dan Composite Reliability ...............................................58
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Indikator Formatif .....................................................................58
Tabel 4.10 R2 dan Q2 Model Sruktural ..................................................................................59
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan dan Pengujian Koefisien Path ................................................61
Tabel 4.12 Pengaruh Langsung, Tak Langsung, dan Pengaruh Total .................................64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian .........................................................................................26
Gambar 3.1 Gambar Diagram Jalur .....................................................................................42
Gambar 4.1 Koefisien Path Model Struktural .....................................................................63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan
inovasi merupakan tanda bahwa perekonomian dunia sedang berkembang sehingga
mengakibatkan banyak perusahaan mengubah cara bisnisnya. Menurut (Sawarjuwono,
2003) perubahan proses bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor
based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based
business)merupakan karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berdasarkan
pengetahuan. Martono dan Harjito (2005) menyatakan bahwa tujuan perusahaan yang
penting adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan
nilai pasar perusahaan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai pasar perusahaan
maka kesejahteraan pemegang saham akan ikut meningkat. Nilai pasar dalam suatu
perusahaan ditentukan oleh hukum permintaan dan hukum penawaran sehingga adanya
tuntutan bagi pihak perusahaan untuk menciptakan nilai dengan sumber daya yang
terdapat dalam perusahaan tersebut agar berdampak pada peningkatan nilai pasar yang
nantinya akan menarik minat investor.
Dengan adanya perubahan paradigma tersebut maka tolak ukur kemampuan
bersaing perusahaan tidak hanya dinilai dari kepemilikan aktiva berwujud melainkan
lebih kepada kemampuan perusahaan mengelola sumber daya untuk menciptakan nilai
pasar perusahaan yang berdampak pada kemampuan bersaing perusahaan. Untuk
meningkatkan kemampuan bersaingnya, perusahaan tidak lagi menekankan pada
penggunaan aset berwujud dalam menciptakan nilai melainkan semakin
menitikberatkan pada pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan) dalam
menciptakan nilai pasar perusahaan. Aset tidak berwujud kini menjadi indikator
keberhasilan perusahaan, khususnya Pengetahuan serta sistem dan teknologi informasi
menjadi penting dalam penciptaan nilai di era new economic.
Nilai pasar perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya.Peningkatan
perbedaan harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan
mengindikasikan adanya hidden value. Munculnya hidden value dapat disebabkan oleh
pengungkapan intellectual capital yang tidak signifikan dalam laporan
keuangan.Laporan keuangan yang seharusnya dapat menjelaskan nilai pasar
perusahaan, namun pada kenyataannya laporan keuangan yang disajikan masih belum
dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Keterbatasan pelaporan
keuangan dalam menjelaskan nilai pasar perusahaan menunjukkan bahwa sumber
ekonomi tidak hanya dinilai dari aset fisik saja melainkan juga aset tidak berwujud.
Hal tersebut menjadikan laporan keuangan tradisional tidak mampu menyajikan
informasi yang cukup tentang kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai.
Penghargaan lebih atas saham perusahaan dari para investor diyakini disebabkan oleh
intellectual capital yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012).
Pengungkapan intellectual capital dianggap penting agar tidak terdapat celah asimetri
informasi yang dapat merugikan pengguna laporan keuangan.
Kesadaran perusahaan mengenai pentingnya pengungkapan intellectual capital
merupakan salah satu cara untuk menambah kemampuan bersaing perusahaan.
Solikhah (2010) berpendapat bahwa aset intellectual capital menjadi sangat berharga
dan bernilai dalam era ekonomi baru. (Nuhuyanan, 2015) berpendapat bahwa apabila
perusahaan telah menyadari bahwa intellectual capital dapat menambah kemampuan
bersaing perusahaan maka akan dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa pada era ekonomi baru ini yang lebih menekankan pada knowledge
asset perlu adanya kesadaran dalam pengelolaan intellectual capital dalam rangka
menambah daya kompetitif perusahaan untuk menambah nilai perusahaan.
Praktik akuntansi tradisional dianggap belum mampu dalam memenuhi kebutuhan
dan tuntutan dunia bisnis atas pelaporan intellectual capital sehingga terjadi suatu
kesenjangan (gap) antara teori akuntansi dengan praktik nyata pelaporan keuangan.
Beberapa model klasifikasi dan pengukuran intellectual capital telah dikembangkan
dalam usahanya mengatasi masalah terkait dengan intellectual capital yang dihadapi
akuntansi tradisional. Metode yang banyak dipakai dalam penelitian intellectual
capital adalah model VAIC™ (Value Added Intellectual Capital) yang dikembangkan
oleh Ante Pulic (1999). Metode ini menggunakan pendekatan tidak langsung melalui
value added sebagai hasil kemampuan intelektual perusahaan. Konsep nilai tambah
merupakan indikator obyektif secara keseluruhan dari kesuksesan perusahaan dalam
menciptakan nilai (Solikhah, 2010).
Dalam model VAIC™, setiap sumber daya perusahaan berupa physical capital,
human capital, dan structural capital dibandingkan dengan total value added yang
dihasilkan perusahaan sehingga menghasilkan nilai VACA (value added capital
employed), VAHU (value added human capital), dan STVA (structural capital value
added). Metode VAIC™ sudah sering digunakan oleh para peneliti dalam mengukur
dan menganalisa intellectual capital. Penelitian-penelitian intellectual capital dengan
menggunakan metode VAIC™ telah banyak dilakukan peneliti di Indonesia.
Penelitian-penelitian tersebut umumnya mengaitkan intellectual capital dengan kinerja
keuangan.
Penelitian tentang pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan
dibuktikan secara empiris oleh peneliti diindonesia diantaranya yaitu Sunarsih dan
Mendra (2010) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 –
2010 denganhasil yang diperoleh yakni intellectual capital berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan, namun intellectual capital berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian dengan menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel intervening
juga dilakukan oleh Hadisumarta (2011) dengan hasil intellectual capital berpengaruh
negatif terhadap nilai pasar, intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan dan berhasil memediasi sebagian (part mediating) terhadap nilai pasar
perusahaan.
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Solikhah (2010) menemukan hasil yang
berbeda. Hasil dari penelitian Solikhah (2010) adalah intellectual capital berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Penghargaan pasar tidak menitikberatkan pada sumberdaya
intellectual yang dimiliki akan tetapi cenderung pada sumberdaya fisik perusahaan.
Penelitian tentang pengaruh intellectual capital terhadap kiinerja keuangan
Prakoso (2012) dengan hasil intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan. Hal tersebut membuktikan bahwa intellectual capital perusahaan dapat
beradaptasi dengan perubahan yang ada di lingkungan bisnis dan mempengaruhi
kinerja keuangan.
Dari beberapa penelitian diatas ditemukan hasil – hasil yang berbeda. Hal tersebut
merupakan research gap yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Perbedaan hasil
penelitian tersebut menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini sehingga dapat
diketahui tingkat konsistensi penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh intellectual capital penting dilakukan untuk memperoleh
tingkat konsistensi hasil yang lebih akurat sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh (Nuhuyanan, 2015)
dengan beberapa penyesuaian. Penelitian (Nuhuyanan, 2015) dipilih karena penelitian
tersebut menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel intervening dalam meneliti
pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar.
Menurut Ambar (2004) perbankan merupakan salah satu industri yang masuk
dalam kategori industri berbasis pengetahuan (knowledge based – industries) yaitu
industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan
nilai tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen.
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian (Nuhuyanan, 2015) dikarenakan
untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar perusahaan sektor
perbankan menggunakan tahun terbaru yaitu 2013-2015. Selain itu penelitian ini
memfokuskan pada satu variabel dependen saja yaitu nilai pasar perusahaan sektor
perbankan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya penelitian lebih jauh mengenai
pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan dalam penelitian yang berjudul
: Pengaruh Pengungkapan Intellectual capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Motivasi Riset
Penelitian tentang nilai perusahaan penting untuk dilakukan dikarenakan adanya
perubahan paradigma bisnis yang didasarkan pada knowledge aset sehingga pelaku
bisnis harus mengetahui nilai lebih apa yang yang dimiliki perusahaan dalam usahanya
meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan. Intellectual capital merupakan aset
tidak berwujud yang diyakini mampu menciptakan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan melalui kinerja keuangan serta mampu memberikan peningkatan
terhadap nilai perusahaan.
Keterkaitan antara intellectual capital dengan nilai perusahaan dan kinerja
keuangan masih perlu diteliti kembali dikarenakan adanya ketidakkonsistenan hasil
penelitian tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2010)
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 – 2010 dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening menunjukkan intellectual capital
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan namun intellectual capital berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan dan juga penelitian yang dilakukan oleh (Nuhuyanan,
2015) dengan hasil intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Hal ini disebabkan intellectual capital telah digunakan secara efisien baik itu
structural, capital, customer capital, dan human capital telah berhasil meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan dan berhasil memediasi sebagian (part mediating)
terhadap nilai pasar perusahaan.Namun, penelitian yang dilakukan oleh Solikhah
(2010) menemukan hasil yang berbeda. Hasil dari penelitian Solikhah (2010) adalah
intellectual capital tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ketidakkonsistenan
hasil penelitian-penelitian terdahulu diduga disebabkan oleh adanya variabel lain yang
memediasi hunungan antara intellectual capital dengan nilai perusahaan, yaitu kinerja
keuangan. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan pengujian kembali terkait dengan
pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan menggunakan kinerja keuangan
sebagai variabel intervening yang pengukurannya menggunakan Value Added
Intellectual Capital (VAIC™) sebagai pengukuran kinerja intellectual capital.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan suatu permasalahan, yaitu
apakahintellectual capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Perubahan cara
bisnis dalam era globalisasi ini mendorong perusahaan untuk memaksimalkan
pengelolaan aset tidak berwujud atau intellectual capital untuk meningkatkan nilai
pasar perusahaan. Menurut (Appuhami, 2007) semakin besar nilai intellectual capital
semakin efisien penggunaan modal perusahaan sehingga menciptakan value added
bagi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa intellectual capital berperan penting dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Maka perusahaan yang mampu memanfaatkan
intellectual capital secara efisien akan meningkatkan nilai pasarnya.
Intellectual capital dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model yang
dikembangkan oleh Pulic (1998) yaitu Value Added Intellectual Capital (VAIC™).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan
sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan
melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening?
1.4 Tujuan Riset
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar perusahaan
sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Menguji pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar perusahaan
sektor perbankan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
1.5 Kontribusi Riset
1. Kontibusi Teori
Hasil dari penelitian ini dapat memperkaya penelitian akademis dalam
pengembangan ilmu akuntansi tradisional dalam kaitannya dengan penjelasan
empiris stakeholder theory dan resource based theory dalam menerangkan nilai
pasar.
2. Kontribusi Praktik
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi manajemen
perusahaan sebagai pelaku bisnis untuk mengelola sumber daya yang dimiliki
khususnya intellectual capital , sedangkan untuk investor sebagai sumber
informasi alternatif dalam pertimbangan pengambilan keputusan investasi.
3. Kontribusi Kebijakan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan Dewan Standar Akuntansi
dalam penyusunan standar akuntansi yang membahas tentang intellectual
capital sebagaimana diketahui bahwa intellectual capital merupakan unsur
modal dalam suatu perusahaan namun saat ini pengakuan dan
pengungkapannya dalam laporan keuangan masih terbatas sehingga laporan
keuangan dapat menyediakan informasi yang lebih relevan bagi stakeholders.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stakeholder Theory
Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap
powerfull karena kelompok yang masuk dalam stakeholder menjadi pertimbangan perusahaan
dalam mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangannya. Kelompok yang masuk
dalam stakeholder meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor,
pemerintah, dan masyarakat. Menurut Meek dan Gray, 1998 dalam (Nuhuyanan, 2015)
mengatakan bahwa laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham
(shareholder), sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh
stakeholder dan kemudian didistribusikan kepada stakeholder yang sama. Dapat disimpulkan
bahwa value added memiliki akurasi yang lebih dalam hubungannya dengan pengukuran kinerja
perusahaan.
Dalam teori stakeholder diungkapkan bahwa pihak perusahaan diharapkan memberikan
informasi mengenai aktivitas yang ingin diketahui oleh stakeholder. Informasi tersebut merupakan
hak dari stakeholder meskipun nantinya informasi tersebut belum tentu digunakan oleh pihak
stakeholder. Perusahaan yang mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
dengan baik akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja
keuangan, dengan peningkatan kinerja keuangan dengan sendirinya dapat memenuhi keinginan
stakeholder (Nuhuyanan, 2015). Dapat disimpulkan bahwa stakeholder memiliki hak untuk
diperlakukan secara adil dan manajer harus mengelola organisasi ataupun perusahaan untuk
keuntungan seluruh stakeholder.Tujuan dari teori stakeholder yakni untuk membantu manajer
dalam mengelola lingkungan stakeholder dan hubungannya dengan perusahaan mereka.
2.2 Resource Based Theory
Resource Based Theory dalam kaitannya dengan intellectual capital membahas tentang
sumber daya apa yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sehingga
dapat menciptakan daya saing dalam menciptakan nilai bagi perusahaan. Resource Based Theory
adalah suatu teori yang dikembangkan dalam menganalisa keunggulan perusahaan yang
menonjolkan knowledgeeconomy atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tidak berwujud
dalam usahanya menciptakan nilai.
Sumber daya perusahaan yang dapat menambah keunggulan kompetitif bagi perusahaan dibagi
menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan kapabilitas sumberdaya manusia menurut
Fahy dan Smithee, 1999 dalam wicaksana (2011). Pendekatan Resource Based Theory
menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber
daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Lebih lanjut Pramelasari (2010) menjelaskan bahwa masing-masing sumber daya tersebut
memiliki kontribusi yang berbeda dalam mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
sehingga perusahaan harus mampu menentukan sumber daya kunci yang dapat menciptakan
keunggulan perusahaan, dalam menentukan sumber daya kunci Resource Based Theory
memberikan beberapa kriterian yaitu :
a) Sumber daya tersebut mampu mendukung kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan pesaing.
b) Sumber daya tersedia dalam jumlah yang terbatas atau langka dan tidak mudah ditiru. Ada
empat karakteristik yang membuat sumber daya tersebut sulit untuk ditiru yaitu sumber daya
tersebut unik secara fisik, memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk
memperolehnya, sumber daya unik yang sulit dimiliki dan dimanfaatkan pesaing, dan sumber
daya yang memerlukan investasi modal besar untuk mendapatkannya.
c) Sumber daya tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan. Semakin besar keuntungan
yang didapatkan perusahaan maka sember daya tersebut dinilai sangat berharga bagi
perusahaan.
d) Daya tahan sumber daya (durability), semakin lama sumber daya tersebut mengalami
depresiasi maka semakin berharga sumber daya tersebut. Apalagi bila sumber daya tersebut
mengalami apresiasi, seperti brand awarness reputasi, dan budaya perusahaan.
2.3 Intellectual Capital
Dalam intellectual capital terdapat beberapa unsur sehingga perlu adanya pengelompokan
unsur – unsur tersebut namun perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari intellectual capital
terlebih dahulu sehingga memudahkan untuk pengelompokan dan juga pengukuran.
2.3.1 Definisi Intellectual Capital
Menurut Stewart dalam aritikelnya yang berjudul “Brain Power – How Intellectual Capital
Is Becoming America’s Most Valuable Assets mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut
: ”the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in
the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property,
experience – that can be put to use to create wealth (Ulum, 2008). Dalam artikel tersebut dijelaskan
bahwa modal intelektual merupakan jumlah semua orang dan segala sesuatu di perusahaan yang
memberikan keunggulan kompetitif di pasar yang tergolong dalam materi intlektual. Komponen
dari material intelektual tersebut meliputi pengetahuan, informasi, serta pengalaman yang dapat
menciptakan kekayaan.
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD, 1999) menjelaskan
modal intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tidak berwujud perusahaan : (1)
Organizational (struktural) capital, (2) Human capital. Organisational (struktural) mengacu
dalam hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Human capital
mencangkup sumber daya manusia di dalam organisasi berupa sumber daya tenaga karyawan dan
sumber daya eksternal yang berkaitan dengan aktivitas organisasi seperti konsumen dan supplier.
Terdapat beberapa peneliti dan akademisi yang melakukan riset tentang intellectual capital
dan memberikan definisi yang berbeda tentang modal intelektual diantaranya Brooking (1996)
dalam Ulum(2008) mengatakan bahwa modal intlektual adalah istilah yang diberikan kepada aset
tidak berwujud yang merupakan gabungan dari pasar dan kekayaan intelektual yang bersumber
pada manusia dan infrastruktur untuk memungkinkan perusahaan berfungsi. Bontis et al. (2000)
menyatakan bahwa secara umum modal intelektual dapat digolongkan menjadi 3 komponen
utama, yaitu : human capital yang direpresentasikan dengan karyawan , structural capital yang
meliputi non – human storehouses of knowledge dalam sebuah organisasi, dan customer capital
yang merupakan pengetahuan dalam hubungan marketing dan hubungan dengan customer.
2.3.2 Unsur Intellectual Capital
Menurut Sveiby (1997) dalam Purnomosidhi (2006) menggolongkan modal intelektual ke
dalam tiga kategori diantaranya (1) Modal intelektual yang melekat pada diri manusia yaitu Human
Capital (HC), (2) Modal intelektual yang melekat pada perusahaan yaitu Structure capital, (3)
Modal intelektual yang melekat pada hubungan pihak eksternal yaitu customer capital. Skema
yang diusulkan oleh Sveiby (1997), Stewart (1997), dan Edvinsson dan Sullivan (1996) dalam
Purnomosidhi (2006) tentang komponen modal intellectual dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Elmen / Author Modal
intelektual yang
melekat pada
manusia
Modal
intelektual yang
melekat pada
organisasi
Modal
intelektual yang
melekat pada
hubungan
Edvinson Human capital Organizational
capital
Customer capital
Stewart Human capital Structure capital Customer capital
Sveiby Employee
competence
Internal
structure
External
structure
Berdasarkan kategori tersebut dapat diketahui bahwa kategori yang pertama yaitu modal
intelektual yang melekat pada diri manusia dimana human capital menjadi unsur yang penting
karena unsur tersebut menitikberatkan pada pengetahuan, kemampuan, sikap dan hubungan
manusia terhadap perusahaan. Kategori kedua yaitu modal intelektual yang melekat pada
perusahaan dimana structure capital menjadi unsur dalam modal intelektual karena
mencerminkan kemampuan perusahaan yang berasal dari struktur, budaya, kebijakan dan
kemampuan melakukan inovasi. Kategori ketiga yaitu modal intelektual yang melekat pada pihak
eksternal dimana customer capital merupakan salah satu unsur yang dipakai untuk penelitian
dikarenakan cerminan dari kemampuan menjalin hubungan dengan pihak eksternal yang meliputi
koneksi, kesepahaman, loyalitas, dan aktivitas bisnis (Demediuk, 2002 dalam Purnomosidhi
2006). Maka dalam penelitian ini digunakan tiga unsur tersebut untuk menggolongkan modal
intelektual yang termasuk dalam intangibles assets.
2.3.3 Human Capital
Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu organisasi maupun perusahaan dimana komponen tersebut sulit untuk
diukur. Menurut (Suwarjono dan kadir, 2003) human capital akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Human capital
mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan. Keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan
human capital akan menambah daya saing bagi perusahaan tersebut sehingga perusahaan dapat
bersaing untung menghasilkan keuntungan. Lebih dalam lagi (Suwarjono, 2003) membagi human
capital menjadi karakteristik dasar untuk pengukurannya yaiitu credential, competence,
mentoring, individual potential, personality, training program, experience, recruitment, and
learning program.
2.3.4 Structural Capital
Sveiby (1997) menggolongkan structural capital menjadi internal structure yang meliputi
petents, concept, model, computer and administrative systems. Structural capital dianggap penting
menjadi unsur dalam mengukur modal intelektual perusahaan dikarenakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas dan mendukung usaha karyawan dalam
menghasilkan kinerja intelektual yang maksimal. Structural capital merupakan pengetahuan yang
dimiliki oleh perusahaan yang meliputi sistem operasional perusahaan, budaya, rutinitas
organisasi, filosofi manajemen, prosedur – prosedur, dan kemampuan perusahaan dalam
berinovasi. Menurut (Suwarjono dan Kadir, 2003) seorang individu dapat memiliki tingkat
intelektual yang tinggi, namun jika organisasi atau perusahaan tersebut memiliki sistem dan
prosedur yang buruk maka modal intelektual tidak dapat berfungsi secara optimal dan potensi
perusahaan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.3.5 Customer Capital
Perusahaan tidak dapat berdiri tanpa adanya dukungan dari pihak luar perusahaan seperti
pelanggan, pemasok, dan pemerintah maka perusahaan berusaha untuk menjalin hubungan
tersebut dengan pihak eksternal. Customer capital merupakan komponen dari modal intelektual
yang dianggap memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan apabila
perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan pelanggan dengan adanya feedback berupa
pelanggan yang loyal dan merasa puas terhadap pelayanan perusahaan, hubungan baik dengan
pemasok yang handal dan berkualitas, serta hubungan perusahaan dengan masyarakat dan
pemerintah dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Pernyataan diatas didukung
definisi dari customer capital oleh Sveiby (1997) yang dikutip dalam Suwarjono (2003) “The
external structure include relationship with customer and supplier. It also encompassess brand
names, trademarks, and the company’s reputation or image.”
2.4 Value Added Intellectual Coeficient (VAIC™)
Value Added Intellectual Coeficient (VAIC™) pertama kali di kembangkan oleh Pulic (1998)
yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud
dan aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang berisi tentang kemampuan perusahaan
untuk menciptakan value added (VA). lebih dalam lagi Pulic, 1998 menghitung value added
sebagai selisih antara output dan input. Value added merupakan indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai
(Pulic, 1998). Metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998) yang menyatakan bahwa VAIC™
merupakan prosedur analitis yang dirancang untuk manajemen, pemegang saham, dan
stakeholders yang relevan agar dapat melakukan pengawasan dan evaluasi secara efektif terhadap
nilai tambah perusahaan dari sumber daya keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan. Lebih
dalam lagi Pulic (1998) mengungkapkan bahwa untuk menyajikan informasi tentang value added
efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) model
VAIC™ tepat digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur intellect
capital di riset empiris.
Metode VAIC™ mencerminkan total efisiensi dari penciptaan nilai yang berasal dari
sumberdaya yang digunakan, sedangkan intellectual capital eficiency mencerminkan efisiensi dari
nilai yang dihasilkan oleh intellectual capital merupakan penjumlahan dari tiga indikator yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. VAHU (Value Added Human Capital) yaitu rasio antara value added dibagi
dengan total biaya upah dan gaji untuk karyawan. Rasio VAHU menunjukkan
kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human
capital terhadap value added organisasi atau perusahaan. Value added human
capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA yang dapat diciptakan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU mengindikasikan
kemampuan dari human capital untuk menciptakan nilai dalam perusahaan.
2. Structural capital coefficient (STVA) menunjukkan kontribusi structural
capital dengan penciptaan nilai, STVA menjadi alat ukur untuk structural
capital dalam menghasilkan 1 rupiah dalam value added dan merupakan
indikasi keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai yang mana SC
merupakan selisih antara value added dikurangi dengan human capital.
3. VACA (Value Added Capital Employed) merupakan rasio antara value added
dibagi dengan capital employed dimana rasio ini menunjukkan kontribusi yang
dibuat oleh setiap unit dari capital employed terhadap value addded perusahaan
atau organisasi.
Ada beberapa alasan memilih metode yang dikembangkan oleh pulic diantaranya yaitu :
1. Semua data yang digunakan untuk menghitung VAIC ™ mengacu pada
informasi laporan keuangan yang telat diaudit.
2. Model VAIC™ yang dikembangkan oleh pulic memberikan ukuran yang telah
terstandarisasi dan konsisten sehingga dapat dilakukan perbandingan analisis
antar sektor industri.
3. Bagi stakeholder internal maupun eksternal dapat dengan mudah untuk
melakukan perhitungan dengan model VAIC™.
4. Metode yang dikembangkan oleh pulic sudah banyak menjadi model
perhitungan dalam penelitian mengenai modal intelektual.
2.5 Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Menurut
(Nuhuyanan, 2015) dalam mengukur kinerja keuangan dapat menggunakan rasio keuangan Return
On Asset, Return On Equity, dan Employee Productivity. Penelitian ini merepliakasi pengukuran
kinerja keuangan Hadisumarta (2015) dengan alasan pemilihan ROA dikarenakan dapat digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal baik itu aset berwujud maupun aset tidak berwujud,
selain itu ROA dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain, ROA juga
mencerminkan tingkat pengembalian investasi sehingga mencerminkan apakah perusahaan
memiliki kinerja keuangan yang bagus atau tidak. Alasan pemilihan ROE dalam pengukuran
kinerja keuangan dikarenakan ROE menunjukkan tingkat pengembalian modal yang diperoleh
oleh pemilik atau pemegang saham terhadap investasinya pada perusahaan. Sedangkan alasan
pemilihan EP sebagai indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan
melihat rasio tersebut kita dapat melihat produktivitas karyawan dalam meningkatkan kapasitas
produk.
Dalam penelitian ini macam rasio keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Return On Asset (ROA)
ROA merupakan rasio dalam mengukur efektivitas perusahaan dalam usahanya menghasilkan
keuntungan dan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA suatu
perusahaan mengindikasikan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba
semakin besar juga. Dalam menghitung Return On Asset formula yang digunakan adalah
ROA = Total Pendapatan : Total aset
b. Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan keuntungan investasi. Rasio
ini menunjukkan kekuatan laba dari investasi nilai buku pemegang saham dan digunakan
ketika membandingkan dalam sebuah perusahaan secara berkelanjutan. Formula yang
digunakan untuk menghitung Return On Asset adalah
ROE = Laba pemegang saham : Jumlah dana
c. Employee Productivity (EP)
EP didefinisikan sebagai ukuran dari nilai tambah bersih per karyawan yang merefleksikan
produktivitas karyawan (Pramelasari, 2010). Dapat disimpulkan bahwa apabila produktivitas
karyawan meningkat makan akan dapat menurunkan biaya produksi. Hal tersebut
membuktikan bahwa Employee Productivity dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan
dalam meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan. Formula yang digunakan untuk
mengukur EP adalah
EP = Pendapatan sebelum pajak : Total jumlah karyawan
Dalam penelitian ini menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel intervening untuk
mengetahui seberapa besar kinerja keuangan memediasi pengaruh variabel intellectual capital
terhadap nilai pasar perusahaan. Dengan kata lain variabel endogen tidak langsung dipengaruhi
oleh variabel eksogen dikarenakan terdapat variabel intervening.
2.6 Nilai Perusahaan
Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. (Fama dan
French, 1998 dalam Wadhikorin, 2010) menyatakan bahwa optimalisasi nilai perusahaan yang
merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dan
berdampak pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk
manajemen mengelola kekayaannya, hal tersebut dapat dilihat dari pengukuran kinerja keuangan
yang diperoleh. Perusahaan yang mampu memaksimalkan nilai perusahaannya akan berdampak
pada kesejahteraan pemiliknya. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula
kemakmuran pemegang saham karena nilai perusahaan yang tinggi menggambarkan harga saham
yang tinggi dan optimalnya kinerja perusahaan. Hubungan nilai perusahaan dengan teori
stakeholder dijelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai,
sedangkan pengelolaan serta pemanfaatan intellectual capital memungkinkan perusahaan untuk
mencapai keunggulan bersaing. Pandangan resource based theory tentang nilai tambah yaitu
investor akan memberikan penghargaan lebih kepada perusahaan yang mampu menciptakan nilai
tambah secara berkesinambungan.
Rasio nilai pasar dapat memberikan informasi seberapa besar investor atau para pemegang
saham menghargai perusahaan sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku saham. Nilai pasar perusahaan dalam penelitian
ini diukur dengan indikator market to book value ratio (MtBV), dan Price Earning Ratio (PER).
a. Market to Book Value (MtBV)
Market to Book Value (MtBV) diperoleh dengan membandingkan nilai pasar
perusahaan dengan nilai bukunya. Semakin tinggi MtBV maka akan semakin mahal nilai
sahamnya. Alasan penelitian ini menggunakan MtBV untuk indikator nilai pasar
dikarenakan MtBV membandingkan nilai pasar dan nilai buku yang dimiliki perusahaan.
Formula untuk menghitung MtBV sebagai berikut :
MtBV = Nilai pasar ÷ Nilai Buku
Nilai Pasar (MV) = Jumlah saham biasa yang beredar x harga saham
Nilai Buku (BV) = Nilai buku aset bersih
b. Price Earning Ratio (PER)
PER adalah salah satu indikator yang digunakan investor untuk menilai nilai pasar.
Price earning ratio menggambarkan seberapa besar investor menilai harga saham terhadap
kelipatan earning Harmono, 2011:57 dalam (Nuhuyanan, 2015). Investor beranggapan
bahwa semakin tinggi PER maka perusahaan tersebut mempunyai pendapatan yang relatif
aman. Alasan peneliti menggunakan PER sebagai indikator nilai perusahaan karena dapat
diketahui apakah harga saham perusahaan dapat dianggap wajar dan bukan merupakan
perkiraan. Formula untuk menghitung PER sebagai berikut :
PER = Harga per lembar saham ÷ Laba per lembar saham
2.7 Kerangka Pemikiran
Intellectual
Capital
Kinerja
Keuangan
Nilai Pasar
Perusahaan
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
2.8 Hipotesis Penelitian
2.8.1 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar
Nilai pasar perusahaan tercermin pada harga saham perusahaan yang merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh perusahaan calon pembeli seandainya perusahaan akan dijual. Pada
awalnya perusahaan didirikan dengan modalm yang sama, namun seandainya akan dijual maka
harganya akan berbeda.
Dalam teori stakeholder diungkapkan bahwa perusahaan harus memberikan pelaporan
yang transparan dalam kegiatan operasi perusahaan dan memberikan manfaat bagi stakeholder.
Pengelolaan sumber daya yang maksimal mampu untuk meningkatkan keuntungan bagi para para
pemegang saham. Perusahaan yang mampu menciptakan nilai akan lebih diapresiasi oleh
pemegang saham karena dinilai perusahaan dapat memenuhi kepentingan stakeholdernya. Dalam
intellectual capital, penciptaan nilai dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan unsur-
unsur intellectual capital, yaitu human capital, capital employed maupun structural capital
(Nuhuyanan, 2015). Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya perusahaan yang maksimal dapat
meningkatkan laba perusahaan yang kemudian akan meningkatkan nilai pasar perusahaan
sekaligus menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham. (Ulum. 2007).
Upaya perusahaan dalam menciptakan nilai dijelaskan dalam Resource Based Theory.
Pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan yang baik dapat menambah kemampuan
bersaing perusahaan dan meningkatkan nilai tambah bagi perusahaaan. Penghargaan lebih atas
suatu perusahaan dari investor diyakini disebabkan oleh intellectual capital yang dimiliki oleh
perusahaan (Chen et al. 2005.
Bukti empiris menunjukkan adanya hubungan positif intellectual capital dengan nilai
pasar perusahaan. Amalia (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa ketika perusahaan
melakukan investasi pada intellectual capital maka secara keseluruhan nilai tambah bagi
perusahaan juga akan meningkat. Pasar akan mengapresiasi perusahaan yang memiliki intellectual
capital yang tidak kalah tinggi dibandingkan aset fisiknya.
Namun penelitian Pramelasari (2010) menemukan bahwa intellectual capital tidak
berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan. Penghargaan pasar terhadap intellectual capital
masih rendah karena penghargaan lebih pasar masih didasari oleh sumber daya fisik yang dimiliki.
Oleh karena itu hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah:
H1 : Intellectual Capital Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
2.8.2 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan mencerminkan kondisi kesehatan, financial, dan prospek perusahaan
dalam kurun waktu tertentu. Perusahaan yang dapat mengelola sumber daya perusahaan akan
meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat diukur dari kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Sumber daya perusahaan yang termasuk dalam intellectual capital yaitu
berupa inovasi, sistem informasi, sumber daya manusia, dan budaya organisasi.
Resourced Based Theory berpandangan bahwa sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
merupakan otak dibalik kesuksesan mempertahankan strategic competitivesness dan firm
performance (Belkaoui, 2003). Perusahaan yang unggul dalam pemanfaatan aset strategis
perusahaan diyakini dapat meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan. Aset-aset strategis
dibagi menjadi tiga, yaitu physical capital, human capital resources, dan structural capital.
Intellectual capital bersifat heterogen sehingga performa perusahaan satu dengan yang lain tidak
sama sehingga membuat intellectual capital menciptakan karakteristik unik yang dapat menambah
daya saing perusahaan. Melalui keunggulan kompetitif tersebut perusahaan dapat menyaingi
pesaing-pesaingannya sehingga mampu menguasai pangsa pasar. Dengan keunggulan kompetitif
yang ada, perusahaan dapat menyaingi dan mengalahkan pesaing-pesainganya sehingga mampu
menguasai pangsa pasar. Pengusaan pangsa pasar yang baik akan membawa angin segar bagi
meningkatnya kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja keuangan pada suatu perusahaan
akan berdampak positif terhadap return yang didapat oleh stakeholdernya (Nuhuyanan, 2015).
Stakeholder akan berperan sebagai pengelola dan pengendali sumber daya yang dimiliki.
Chen et al. (2005) menemukan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
dengan efisiensi intellectual capital yang lebih baik akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan dengan penyediaan informasi yang berguna bagi pengguna lapporan keuangan.
Solikhah (2010) menyatakan bahwa semakin meningkatnya intellectual capital, maka akan
berdampak pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Artinya, perusahaan yang mampu
meningkatkan intellectual capital yang dimilikinya akan memberikan dampak yang baik pada
penyajian pelaporan keuangan. Oleh karena itu hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah:
H2 : Intellectual Capital Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan
2.8.3Pengaruh Tidak Langsung Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Melalui Kinerja Keuangan
Dalam resource based theory dijelaskan bahwa strategi untuk meningkatkan kinerja
keuangan adalah dengan menyatukan aset berwujud dan tidak berwujud (Belkaoui, 2003). Maka
dalam menciptakan nilai, perusahaan dituntut untuk mampu memanfaatkan seluruh sumber daya
yang dimiliki. Sumber daya perusahaan tersebut meliputi sumberdaya fisik, sumber daya manusia,
dan sumber daya organisasi. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan sumber daya tersebut
maka akan tercipta value added untuk menambah daya kompetitif perusahaan.
Stakeholder Theory menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada
penciptaan nilai (Wicaksana, 2011). Penghargaan lebih akan diberikan oleh investor apabila
perusahaan tersebut mampu menciptakan valueadded secara berkesinambungan. Stakeholder akan
lebih menghargai perusahaan yang memiliki intellectual capital yang unggul daripada perusahaan
lain karena intellectual capital yang unggul akan membantu perusahaan memenuhi kepentingan
seluruh stakeholder. Dalam konteks intellectual capital, penciptaan nilai dilakukan dengan
memaksimalkan pemanfaatan unsur-unsur intellectual capital. Para stakeholder akan lebih
menghargai perusahaan yang memiliki intellectual capital yang unggul dari pada perusahaan lain
karena intellectual capital yang unggul akan membantu perusahaan untuk memenuhi kepentingan
seluruh stakeholder. Sebagai salah satu stakeholder perusahaan, para investor di pasar modal akan
menunjukkan apresiasi atas keunggulan intellectual capital yang dimiliki perusahaan dengan
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Pertambahan investasi tersebut akan berdampak pada
naiknya nilai pasar perusahaan.
Penelitian ini menambahkan variabel intervening, yaitu kinerja keuangan. Dengan kata
lain, nilai pasar perusahaan tidak langsung berubah melalui pengaruh intellectual capital, tetapi
melalui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan terlebih dahulu untuk mengetahui
perubahan nilai pasar. Meningkatnya kinerja keuangan sebuah perusahaan akan meningkatkan
nilai pasar perusahaan. Intellectual capital memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan dan
berperan penting terhadap peningkatan nilai pasar perusahaan (Nuhuyanan, 2015). Lebih lanjut
Solikhah (2010) berpendapat bahwa semakin tinggi nilai intellectual capital akan berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Maka, hipotesis yang dirumuskan
yaitu:
H3 : Intellectual Capital Berpengaruh Tidak Langsung Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Melalui Kinerja Keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana dalam proses, analisis data,
kesimpulan data serta penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan
kepastian data numerik (Musianto, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
variabel intellectual capital terhadap nilai pasar perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai
variabel intervening.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang kejadian, atau hal minat yang ingin
peneliti investigasi (Sekaran, 2006 : 121). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektoral
perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan dari tahun 2013 -
2015. Pengambilan sampel berdasarkan urutan waktu dan kejadian pada waktu tertentu sehingga
penelitian ini tergolong penelitian dengan menggunakan data pooled. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampling menggunakan kriteria tertentu
(Sugiyono, 2011 :126). Alasan peneliti menggunakan purposive sampling dikarenakan data yang
digunakan didasari pertimbangan agar sampel yang digunakan memenuhi kriteria untuk di uji.
Kriteria yang masuk dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah :
1. Perusahaan sektoral perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2015.
2. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan keuangan selama tiga tahun berturut
– turut mulai dari tahun 2013 -2015.
Atas kriteria tersebut maka peneliti mendapatkan sampel untuk tahun 2013 – 2015 yang
selanjutnya digunakan dalam penelitian sebanyak 35 perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2015. Dibawah ini disajikan tabel 3.1 yang berisi
tabel pemilihan sample penelitian.
Tabel 3.1
Penentuan Jumlah Sampel
Jumlah perusahaan sektoral perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013, 2014, dan 2015
41
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tiga
tahun berturut – turut pada tahun 2013, 2014, dan 2015
6
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 35 x 3 = 105
Dapat dilihat pada tabel 3.1 terdapat 38 perusahaan sektoral perbankan yang memenuhi
kriteria untuk pengambilan sample penelitian. Dengan menggunakan metode penggabungan data
dengan kurun waktu tertentu yaitu 2013 – 2015 (pooled) maka diperoleh data penelitian sebanyak
3 x 35 = 105
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2002) mendefinisikan data sekunder sebagai sumber data
penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang telah dipublikasikan maupun
yang tidak dipublikasikan. Data sekunder yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada sehingga peneliti sebagai tangan kedua. Dalam penelitian ini data
sekunder berasal dari laporan keuangan tahunan perusahaan sektoral perbankan pada tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang dipergunakan
diperoleh dari pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Brawijaya dan www.idx.co.idberupa
laporan keuangan perusahaan sektoral perbankan yang telah masuk dalam kriteria pemilihan
sampel.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam mengetahui dan mendapatkan
gambaran mengenai objek yang akan diteliti. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan metode dokumentasi dimana metode dokumentasi merupakan teknik
mengumpulkan data, mencatat, dan menghitung data–data yang berhubungan dengan penelitian.
Data yang diolah adalah laporan keuangan tahunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sektoral
perbankan yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Variabel
Modal intelektual (intellectual capital) merupakan instrumen dalam penelitian ini.
Menurut (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi 2006) modal intelektual adalah informasi dan
pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Kinerja modal
http://www.idx.co.id/
intelektual diukur berdasarkan value added yang diciptakan dari tiga indikator yang dikemukakan
oleh Pulic (1999) yaitu Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed
(VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA). Berikut ini adalah deskripsi dari variabel-
variabel yang akan diuji :
1. Variabel Eksogen
Dalam penelitian ini variabel eksogen adalah intellectual capital. intellectual capital
merupakan variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi harus diukur dengan satu
atau lebih variabel manivest (Ulum, 2007). Intellectual capital yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kinerja intellectual capital yang diukur berdasarkan value added yang
diciptakan oleh human capital (VAHU) ,customer capital (VACA), dan structural capital
(STVA). Penjumlahan dari ketiga value added tersebut disimbolkan denganVAIC™ yang
dikembangkan oleh Pulic (1998). Tahapan untuk menghitung formulasi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Value Added (VA)
Menurut Pulic (1999) Value Added merupakan selisih antara Output dengan Input.
VA = Output (OUT) – Input (IN)
Keterangan :
Value Added = selisih antara Output dengan Input.
Output (OUT) = Total penjualan dan pendapatan lain
Input (IN) = Beban dan biaya biaya (selain beban karyawan)
b. Value Added Human Capital (VAHU)
Rasio VAHU menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam human capital terhadap value added organisasi atau perusahaan.
Value added human capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA yang dapat
diciptakan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
Keterangan :
VAHU = Value Added Human Capital, rasio VA terhadap HC
VA = Value Added (Selisih antara Output dan Input)
HC = Human Capital ( beban karyawan)
c. Value Added Capital Employed (VACA)
VACA (Value Added Capital Employed) merupakan rasio antara value added dibagi
dengan capital employed dimana rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh
setiap unit dari capital employed terhadap value addded perusahaan atau organisasi.
Keterangan :
VACA = Value Added Capital Employed, rasio VA terhadap CE
VA = Value Added (Selisih antara Output dan Input)
CE = Capital Employed, (ekuitas, laba bersih)
d. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural capital coefficient (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital
dengan penciptaan nilai, STVA menjadi alat ukur untuk structural capital dalam
menghasilkan 1 rupiah dalam value added dan merupakan indikasi keberhasilan
structural capital dalam penciptaan nilai
VAHU = VA/HC
VACA = VA / CE
Keterangan :
STVA = Structural Capital Value Added , rasio SC terhadap VA
SC = Structural Capital (VA-HC)
VA = value added (Selisih antara Output dan Input)
Penjumlahan dari ketiga indikator tersebut akan menghasilkan VAIC™ yang
diformulakan sebagai beikut :
2. Variabel endogen
Variabel endogen disebut juga sebagai variabel terikat yang merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat perubahan atau timbulnya variabel bebas. Dalam
penelitian ini variabel endogen yang dimaksud adalah nilai pasar perusahaan. Indikator
untuk mengukur nilai pasar perusahaan dalam penelitian ini yaitu Price Earning Ratio
(PER) dan Market to Book Value (Mtbv). Berikut ini deskripsi dari indikator-indikator
yang akan diuji:
a. Price Earning Ratio (PER)
Per adalah salah satu indikator yang digunakan investor setiap hati untuk menilai nilai
pasar perusahaan. PER menjelaskan seberapa besar investor dalam membayar per
satuan mata uang dai keungungan yang dilaporkan. Kebanyakan manajer keuangan
menganggap baik apabila saham suatu perusahaan dijual pada tingkat PER tinggi
karena tingginya PER mencerminkan bahwa investor beranggapan perusahaan tersebut
STVA = SC / VA
VAIC™ = VAHU + VACA + STVA
memiliki pendapatan yng relatif aman (Nuhuyanan, 2015). Rasio untuk menghitung
PER dijelaskan sebagai berikut:
PER = Harga per lembar saham : Laba per lembar saham
b. Market to Book Value (MtBV)
Market to Book Value (MtBV) merupakan rasio antara perusahaan dengan nilai buku
perusahaan. Semakin tinggi MtBV maka akan semakin mahal nilai saham. Pengukuran
MtBV ini mengacu pada penelitian Solikhah (2010) yang formula untuk menghitung
MtBV adalah sebagai berikut:
MtBV = Nilai Pasar : Nilai Buku
Nilai Pasar (MV) = Jumlah saham biasa yang beredar x harga saham.
Nilai Buku (BV) = Nilai buku aset bersih.
3. Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel yang terletak antara variabel eksogen dan
endogen sehingga variabel eksogen tidak langsung berpengaruh terhadap berubahnya atau
timbulnya variabel endogen (Sugiono, 2016:61 dalam Nuhuyanan, 2015). Variabel
intervening dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang merupakan variabel laten
(konstruk). Konstruk ini menggunakan indikator profitabilitas ROE, ROA, dan Employee
Productivity (EP).
a. Return On Assets (ROA)
ROA adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Pengukuran dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian ulum (2007) dan Hadisumarta (2015). Formula
untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:
ROA = Total Pendapatan : Total Aset
b. Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan keuntungan investasi.
ROE digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan
dalam menghasilkan setiap rupiah dari modal pemegang saham dan mempresentasikan
returns pemegang saham serta biasanya menjadi bahan pertimbangan dan indikator
keuangan yang penting bagi investor (Chen et al. 2005). Pengukuran ROE dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Solikhah (2010) dan Hadisumarta (2015).
Formula yang digunakan unruk menghitung ROE adalah sebagai berikut:
ROE = Laba pemegang saham : Jumlah dana
c. Employee Productivity (EP)
EP didefinisikan sebagai ukuran dari nilai tambah bersih per karyawan yang
merefleksikan produktifitas karyawan. Formula untuk menghitung EP adalah:
EP = Pendapatan sebelum pajak : Total jumlah karyawan
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel yang ada dalam penelitian
ini dengan memberikan gambaran umum tentang tiap karakter sampel yang digunakan. Statistik
deskriptif dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang variabel penelitian diantaranya :
intellectual capital (VAIC™), kinerja keuangan perusahaan, dan nilai perusahaan. Dalam
penelitian ini menggunakan penyajian berbentuk tabulasi agar mudah dipahami dan
diinterpretasikan, statistik deskriptif yang disajikan dalam tabel diantaranya mean, standart
deviation, maximal, dan minimal.
3.5.2 Analisis Inferensial
Metode untuk menganalis data dalam penelitian ini menggunakan model persamaan
Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian dengan Partial Least
Square (PLS). PLS dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten
dan untuk mengonfirmasi teori. (Hartono dan Abdillah, 2004:16-17 dalam Nuhuyanan, 2015)
menyatakan PLS mempunyai keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Keungguln
PLS adalah sebagai berikut:
1. Mampu memodelkan banyak variabel dependen dan variabel independen (model
komplek).
2. Mampu mengelola masalah multikolineritas antar variabel dependen.
3. Hasil tetap kokoh (robusth) walaupun banyak data yang tidak normal dan hilang (missing
value).
4. Menghasilkan variabel laten independen secara langsung berbasis cross-product yang
melibatkan variabel laten dependen sebagai kekuatan prediksi.
5. Dapat digunakan pada konstruk reflektif dan formatif.
6. Dapat digunakan pada sampel kecil.
7. Tidak mensyaratkan data berdistribusi normal.
8. Dapat digunakan pada data tipe skala berbeda, yaitu nominal, ordinal dan kontinus.
Partial Least Square (PLS) juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Sulit menginterprestasi loading variabel laten independen jika berdasarkan pada hubungan
crossproduct yang tidak ada ( seperti pada teknik analisis faktor berdasarkan korelasi antar
manifest variabel independen).
2. Property distribusi estimasi yang tidak diketahui menyebabkan tidak diperolehnya nilai
signifikansi kecuali melakukan proses bootstrap.
3. Terbatas pada pengujian model estimasi statistika.
Dalam penelitian ini konstruk yang dibentuk mennggunakan indikator formatif dan
reflektif, oleh karena itu peneliti memilih Partial Least Square karena program analisis lainnya
(seperti AMOS, dan Lisrel) tidak mampu melakukan analisis laten variable dengan indikator
formatif. Alat analisis PLS dihugunakan untuk menjawab hipotesis satu, dua, dan tiga.
3.5.3 Pengujian Konstruk Formatif dan Reflektif Dengan Efek Mediasi
Pengujian konstruk formatif tidak jauh berbeda dengan konstruk reflektif, hanya parameter
yang diukur ketika melakukan uji validitas konstruk berbeda dengan konstruk reflektif. Sedangkan
pada konstruk formatif, uji model pengukuran digunakan untuk uji validitas konstruk dan uji
reliabilitas. Pada konstruk formatif tidak dapat dilakukan uji realibilitas karena indikator dalam
suatu variabel laten diamsusikan tidak saling berkorelasi (independen) sehingga nilai reliabilitas
tidak dapat diukur (Hartono dan Abdilah, 2014:100 dalam Nuhuyanan, 2015).
Penelitian ini menggunakan variabel intervening untuk menunjukan hubungan antara
konstruk eksogen dengan konstruk endogen, artinya pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk
endogen tidak terpengaruh secara langsung. Pengujian efek mediasi pada penelitian ini
menggunakan software SmartPLS versi 2.0 M3 untuk mengetahui output parameter uji
signifikansi yang dapat dilihat pada tabel total effect pada software tersebut.
Hadisumarta (2015) menyebutkan tahapan dalam menguji efek mediasi yaitu:
1. Model pertama, menguji pengaruh variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y) dan
harus signifikan pada T-statistics> 1.65 (one tailed), 1.96 (two tailed)
2. Model kedua, menguji pengaruh variabel eksogen (X) terhadap variabel Mediasi (M) dan
harus signifikan pada T-statistics> 1.65 (one tailed), 1.96 (two tailed)
3. Model ketiga, menguji secara simultan pengaruh variabel eksogen (X) dan Mediasi (M)
terhadap variabel endogen (Y) tidak signifikan, dan pengaruh variabel mediasi (M)
terhadap variabel endogen (Y) harus signifikan pada T-statistics > 1.65 (one tailed),
1.96(two tailed), maka akan terjadi efek mediasi penuh (full mediating), sedangkan efek
mediasi sebagian (partially mediation) terjadi pengaruh variabel eksogen (X) terhadap
variabel endogen (Y) signifikan dan pengaruh variabel mediasi (M) terhadap variabel
endogen (Y) signifikan.
3.6 Langkah-langkah Analisis Persamaan Partial Least Square (PLS)
Analisis data dilakukan berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian ini, langkah-langkah
diuraikan sebagai berikut:
1. Hubungan Antar Variabel
Dalam penelitian ini variabel eksogen yang dimaksud adalah intellectual capital
dengan human capital, customer capital, dan structural capital sebagai variabel
manivesnya. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah nilai pasar perusahaan,
sedangkan kinerja keuangan menjadi variabel intervening dengan indikator return on
asset (ROA), return on equity (ROE), dan employee productivity (EP). PLS adalah teknik
yang kuat untuk menganalisa persamaan struktural dengan variabel kostruk. Dalam
penelitian ini menggunakan konstruk formatif sehingga indikator terkait dengan variabel
laten yang sama harus memiliki varians bersama (Nuhuyanan, 2015).
2. Diagram Jalur PLS
Berdasarkan hipotesis yang dibuat, maka perancangan model struktural dalam
bentuk jalur variabel sebagai berikut:
Gambar 3.1
Gambar Diagram Jalur
3. Konversi Diagram Jalur Ke Persamaan
Sesuai dengan metode analisis dan model konseptual di atas, maka dapat dibuat
model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS. Evaluasi model analisis jalur
semua variabel laten dalam PLS terdiri atas (Ghozali dan Latan, 2012:77):
1. Inner model atau evaluasi model struktural, yang bertujuan memprediksi hubungan
antar variabel laten (structural model). Model persamaan di atas dapat ditulis
sebagai berikut:
Model hipotesis 1:
KK = 𝛽0 + β1 IC + 𝜁𝑗
Model hipotesis 2 dan 3:
NP = 𝛽0 +β2+KK + β3 IC + 𝜁𝑗
Keterangan:
KK : Variabel Kinerja keuangan Perusahaan
IC : Variabel Intellectual Capital
NP : Variabel Nilai Pasar Perusahaan
𝜁𝑗 : Tingkat kesalahan pengukuran
𝛽0…..β3: Koefisien jalur
2. Outer model atau evaluasi model pengukuran, yang menspesifikasi hubungan
antara variabel dengan indikator manifesnya (measurement model) dan dilakukan
untuk menilai validitas atau reliabilitas model. Model persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut:
- Untuk variabel eksogen intellectual capital (Indikator formatif)
𝐼𝐶 = 𝜆𝑉𝐴𝐶𝐴 𝑉𝐴𝐶𝐴 + 𝜆𝑉𝐴𝐻𝑈𝑉𝐴𝐻𝑈 + 𝜆𝑆𝑇𝑉𝐴 𝑆𝑇𝐴𝑉𝐴 + δ1
- Untuk Variabel endogen nilai pasar perusahaan ( indikator reflektif )
- PER = λ𝑃𝐸𝑅NP + 𝜀1
- MtBV = λ𝑀𝑡𝐵𝑉NP + 𝜀2
- Untuk Variabel intervening kinerja perusahaan ( indikator reflektif )
- ROA = λ𝑅𝑂𝐴 KK + 𝜀3
- ROE = λ𝑅𝑂𝐸 NK + 𝜀4
- EP = λ𝐸𝑃 NK + 𝜀5
Keterangan:
1. IC = variabel eksogen intellectual capital 2. NP = variabel endogen nilai pasar perusahaan 3. KK = variabel intervening kinerja keuangan perusahaan
4. VACA = Value added capital employed (indikator intellectual capital) 5. VAHU = Value added human capital (indikator intellectual capital) 6. STVA = structural capital value added (indikator intellectual capital) 7. PER = indikator nilai pasar perusahaan 8. MtBV = indikator nilai pasar perusahaan 9. ROE = return on equity (indikator kinerja keuangan perusahaan) 10. ROA = return on asset (indikator kinerja keuangan perusahaan) 11. EP = employee productivity (indikator kinerja keuangan perusahaan) 12. λ x = (lambda kecil), loading faktor variabel laten eksogen 13. λ y = (lambda kecil), loading faktor variabel laten endogen 14. δ𝑖= tingkat kesalahan pengukuran variabel eksogen ke-i 15. 𝜀1 = tingkat kesalahan pengukuran variabel endogen ke-i
(4) Evaluasi Model PLS
a. Pengujian Pengukuran Variabel (Outer Model)
Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model prediksi
hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap ferifikasi dalam model
pengukuran. Model pengukuran (outer model) sendiri digunakan untuk menguji
validitas variabel dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui
kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebaliknya,
uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu
konsep (Hartono dan Abdillah, 2014:58). Penelitian ini menggunakan konstruk formatif
dan refektif sehingga parameter yang diukur ketika melakukan uji validitas konstruk
berbeda dengan konstruk reflektif. Jika pada konstruk reflektif, uji model pengukuran
digunakan untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas. Pada konstruk formatif tidak
dapat dilakukan uji reliabilitas karena indikator dalam suatu variabel laten diasumsikan
tidak saling berkorelasi (independen) sehingga nilai reliabilitas tidak dapat diukur.
Konsep uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Uji Validitas
Validitas menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu
pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu variabel.
Validitas ini terdiri dari Hartono dan Abdillah, 2014:78):
1) Validitas Konvergen:
Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur
(manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkolasi