PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN LAJU PERTUMBUHAN
SPESIFIK PADA BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI
Oleh:
LIAN YUPITA RIA NIM. 135080501111097
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN LAJU PERTUMBUHAN
SPESIFIK PADA BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI
sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
LIAN YUPITA RIA NIM. 135080501111097
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
JULI, 2017
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM
FORMULA PAKAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN LAJU
PERTUMBUHAN SPESIFIK PADA BENIH IKAN BAWAL AIR
TAWAR (Colossoma macropomum)
Nama Mahasiswa : LIAN YUPITA RIA
NIM : 135080501111097
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Dr. Ir. ARNING WILUJENG EKAWATI, MS.
Pembimbing 2 : M. FAKHRI, SPi., MP., MSc.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Ir. M. RASYID FADHOLI, MSi.
Dosen Penguji 2 : Dr. ATING YUNIARTI, SPi., M Aqua.
Tanggal Ujian : 27 Juli 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi tentang “Pengaruh
Jenis Atraktan yang Berbeda dalam Formula Pakan terhadap Kelulushidupan
dan Laju Pertumbuhan pada Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma
macropomum)”, yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya dan pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Lian Yupita Ria
135080501111097
RIWAYAT HIDUP
Lian Yupita Ria adalah nama penulis skripsi ini.
Penulis lahir dari orang tua Ansori Sofyan dan Lilik
Sugiarti sebagai anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis dilahirkan di Desa Jajar, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada tanggal 17 April
1995. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SD
Negeri Babadan 01, Blitar (lulus tahun 2007),
kemudian ke SMP Negeri 1 Wlingi, Blitar (lulus tahun
2010), kemudian ke SMA Negeri 1 Garum, Blitar (lulus tahun 2013) dan Universitas
Brawijaya, Malang (discontinued), hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya Perairan.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan
tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Atraktan yang Berbeda dalam
Formula Pakan Terhadap Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Spesifik pada
BenihIkan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)”.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan puja dan puji syukur ke
hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Lilik Sugiarti, alm Bapak Ansori Sofyan, Kakak Al Nasa Fitri dan Adik Anli
Imanalendara Pravita yang tak henti-hentinya memberikan dukungan serta
doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.
2. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS. selaku dosen pembimbing I yang
telah memberi dorongan, bimbingan, arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Muhammad Fakhri, SPi., MP., MSc. selaku pembimbing II yang telah memberi
dorongan, bimbingan, arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ir. M. Rasyid Fadholi, MSi. dan Dr. Ating Yuniarti, SPi., M. Aqua. selaku
penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.
5. Pak Udin, Bu Dian, Bu Erma selaku staf laboratorium yang banyak membantu
penulis hingga selesainya penyusunan skripsi.
6. Sahabat-sahabat “Berenam” antara lain Anna, Anny, Bintary, Brina dan Vida
yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan sehingga diberikan
kelancaran dalam penyusunan skripsi.
7. Tim “Atraktan Asshoy” yaitu Della, Adam, Dian Isna, Dian Eva, Azka yang
membantu dari awal perkuliahan hingga melakukan penelitian bersama
8. Tim Skripsi Bu Arning yaitu tim “Limbah” dan tim “CIS” dan peneliti di
laboratorium reproduksi yang membantu penulis selama penelitian.
9. Teman-teman BP angkatan 2013 yang membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
PENGARUH JENIS ATRAKTAN YANG BERBEDA DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK PADA
BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
The Effect of Different Types of Attractants in Diet on Survival Rate and Specific Growth Rate of Colossoma macropomum
Lian Yupita Ria(1), Arning Wilujeng Ekawati(2) dan Muhammad Fakhri(2)
(1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No.16, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis atraktan yang berbeda dan
menentukan jenis atraktan terbaik dalam formula pakan terhadap kelulushidupan dan laju
pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang digunakan
adalah jenis atraktan yang berbeda dalam pakan antara lain perlakuan A (kontrol/tanpa penambahan
atraktan), B (minyak ikan), C (minyak cumi) dan D (minyak udang) dengan isoprotein 30% dan
isoenergi 3,5 kkal/g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan jenis atraktan yang berbeda
tidak memberikan pengaruh terhadap kelulushidupan, namun memberikan pengaruh terhadap laju
pertumbuhan spesifik. Jenis atraktan terbaik terdapat pada perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai laju
pertumbuhan spesifik sebesar 1,70±0,05%BB/hari, rasio konversi pakan sebesar 1,34±0,04 dan rasio
efisiensi protein sebesar 2,71±0,08.
Kata Kunci : Colossoma macropomum, Atraktan, Kelulushidupan, Laju Pertumbuhan Spesifik
ABSTRACT
The aim of this study was to know the effect of different types of attractants and to determine
the best types of attractants in diet for survival rate and specific growth rate of Colossoma macropomum.
This study used experiment method based on Completely Randomized Design (CRD) with four
treatments and three replications. The tratments used were the different types of attractants in diet,
such treatment A (control/without addition of attractant), B (fish oil), C (squid oil) and D (shrimp oil)
with 30 % isoprotein and 3,5 kcal/g isoenergy. The results showed that different types of attractants
in diet were not significantly influence the survival rate, but significantly influence the specific growth
rate of Colossoma macropomum. The best attractants was in treatment C (squid oil), with specific growth
rate value of 1,70±0,05%/BW/day, feed conversion ratio value of 1,34±0,04 and protein efficiency
ratio value of 2,71±0,08.
Keyword : Colossoma macropomum, Attractant, Survival Rate, Specific Growth Rate
ix
KATA PENGANTAR
Skripsi dengan judul “Pengaruh Jenis Atraktan yang Berbeda dalam
Formula Pakan terhadap Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Spesifik pada
Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” ini tersajikan untuk
menjelaskan pengaruh jenis atraktan yang berbeda terhadap kelulushidupan, laju
pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan rasio efisiensi protein benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum) yang diteliti sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya. Skripsi ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi
pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian serta pembahasan hasil
penelitian.
Sangat disadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki, walaupun
telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 1.4 Hipotesis ......................................................................................... 4 1.5 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 4 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Biologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ............... 5 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (C.
macropomum) ...................................................................... 5 2.1.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Bawal Air Tawar (C.
macropomum) ...................................................................... 6 2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) .. 7
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ikan ................................................................... 7 2.2.1 Protein ................................................................................. 7 2.2.2 Lemak .................................................................................. 8 2.2.3 Karbohidrat .......................................................................... 9 2.2.4 Vitamin ................................................................................. 10 2.2.5 Mineral ................................................................................. 10 2.3 Atraktan ......................................................................................... 11 2.4 Bahan Penyusun Formula Pakan ................................................... 13 2.4.1 Tepung Ikan .......................................................................... 13 2.4.2 Tepung Daging dan Tulang .................................................. 14 2.4.3 Tepung Kedelai .................................................................... 14 2.4.4 Tepung Dedak...................................................................... 15 2.4.5 Tepung Terigu ...................................................................... 16 2.4.6 Tepung Tapioka ................................................................... 16 2.5 Survival Rate (SR) ......................................................................... 17 2.6 Specific Growth Rate (SGR) .......................................................... 17 2.7 Feed Conversion Ratio (FCR) ........................................................ 19 2.8 Protein Efficiency Ratio (PER) ....................................................... 19 2.9 Kualitas Air ..................................................................................... 19
xi
3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 21 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 21
3.1.1 Alat Penelitian ........................................................................ 21 3.1.2 Bahan Penelitian .................................................................... 21
3.2 Metode Penelitian ........................................................................... 21 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian ................................................... 22 3.4 Prosedur Penelitian ......................................................................... 23
3.4.1 Persiapan Penelitian .............................................................. 23 3.4.2 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 27
3.5 Parameter Uji .................................................................................. 28 3.5.1 Parameter Utama ................................................................... 28 3.5.2 Parameter Penunjang ............................................................ 29
3.6 Analisis Data ................................................................................... 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 30
4.1 Survival Rate (SR) .......................................................................... 30 4.2 Specific Growth Rate (SGR) ............................................................ 32 4.3 Feed Conversion Ratio (FCR) ......................................................... 35 4.4 Protein Efficiency Ratio (PER) ......................................................... 36 4.5 Kualitas Air ...................................................................................... 37 4.6 Harga Pakan ................................................................................... 39
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 41
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 41 5.2 Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 42 LAMPIRAN ................................................................................................. 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan bawal air tawar (C. macropomum) (Mahyuddin, 2011)............... 5
2. Denah penempatan akuarium penelitian .......................................... 23
3. Pertambahan bobot tubuh benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ................................................................................... 32
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analisis proksimat bahan pakan ............................................................. 25
2. Formula pakan percobaan ..................................................................... 25
3. Analisis proksimat pakan perlakuan ....................................................... 26
4. Kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan rasio efisiensi protein pada ikan bawal air tawar (C. macropomum) ....... 30
5. Nilai rerata kualitas air selama penelitian ............................................... 38
6. Estimasi harga pakan penelitian ............................................................ 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat penelitian ...................................................................................... 49
2. Bahan penelitian .................................................................................. 51
3. Metode analisis proksimat .................................................................... 53
4. Data dan analisis data kelulushidupan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ...................................................................................... 58
5. Data dan analisis data laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) ...................................................................... 61 6. Data sisa pakan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ............ 64 7. Data dan analisis data rasio konversi pakan benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) ...................................................................... 67 8. Data dan analisis data rasio efisiensi protein pada benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) ................................................................. 70 9. Data parameter kualitas air selama pemeliharaan .............................. 73
10. Kalkulasi harga pakan penelitian .......................................................... 92
84
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu
komoditas baru pada sektor perikanan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi (Kardana et al., 2012). Ikan bawal air tawar (C. macropomum)
merupakan ikan yang berasal dari Brazil. Produksi ikan bawal air tawar (C.
macropomum) semakin hari semakin meningkat, hal ini menunjukkan jika
permintaan masyarakat akan ikan bawal juga meningkat. Jumlah total produksi
budidaya ikan bawal air tawar (C. macropomum) di daerah Jawa Timur pada tahun
2010 mencapai angka 1.589 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur,
2010). Jumlah total produksi budidaya ikan bawal air tawar (C. macropomum) di
daerah Jawa Timur pada tahun 2015 mencapai angka 7.567,9 ton (Dinas Kelautan
dan Perikanan Jawa Timur, 2015).
Ikan bawal air (C. macropomum) memiliki beberapa keunggulan antara lain
yaitu adaptif terhadap lingkungan budidaya dan pertumbuhan yang cukup cepat
(Kordi, 2010). Pertumbuhan ikan akan mempengaruhi lama pemeliharaan dan
berimbas pada biaya produksi khususnya pada biaya pakan. Biaya pakan
mengambil porsi 60 - 70% dari total biaya produksi (Sujono dan Yani, 2015). Pakan
adalah faktor penting untuk pertumbuhan ikan. Pemberian pakan yang tepat akan
membuat ikan tumbuh maksimal (Dharmawan, 2007). Pakan yang diberikan harus
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ikan agar dapat menunjang kelangsungan hidup
dan pertumbuhan (Rufaida, 2014).
Konsumsi pakan ikan juga dipengaruhi oleh nafsu makan itu sendiri.
Tingginya konsumsi pakan mengindikasikan semakin banyak nutrisi pakan yang
dikonsumsi (Ramadhan, 2014). Salah satu cara meningkatkan konsumsi pakan
ikan adalah dengan penambahan atraktan. Penambahan atraktan sudah mulai
2
digunakan pada pembuatan pakan ikan (Adrianie dan Khalil, 2013). Atraktan
adalah suatu bahan yang memiliki fungsi menambah tingkat kesukaan ikan
terhadap pakan (Lesmana, 2015). Bahan yang biasa digunakan sebagai atraktan
adalah minyak ikan, minyak udang (Afrianto dan Liviawaty, 2005) dan minyak cumi
(Lesmana, 2015).
Minyak ikan adalah minyak yang berasal dari ikan, tersusun dari asam
lemak non esensial yang tidak jenuh (Makfoeld et al., 2002). Minyak ikan
mengandung EPA dan DHA (Handayani, 2010). Minyak cumi juga dapat
digunakan sebagai atraktan dalam pakan ikan, minyak cumi merupakan minyak
yang berasal dari cumi-cumi (Loligo sp.) dengan kandungan lemak yang cukup
tinggi. Minyak cumi mengandung bahan atraktan berupa glisin dan betain yang
sangat penting untuk merangsang nafsu makan ikan (Khasani, 2013). Menurut
Pananggung et al. (2016), penambahan minyak cumi dalam pakan memberikan
hasil yang lebih baik daripada pakan yang tidak ditambah dengan minyak cumi.
Minyak udang juga dapat digunakan sebagai atraktan. Minyak udang mengandung
asam linoleat sebagai asam lemak yang paling banyak, asam oleat dan PUFA
(Takeungwongtrakul et al., 2015).
Penelitian mengenai pemberian atraktan yang berbeda telah dilakukan
pada lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) (Kuswandi, 2014), ikan sidat
(Anguilla bicolor) pada stadia elver (Yudiarto et al., 2012) dan belut sawah
(Monopterus albus) (Santoso, 2014). Menurut hasil penelitian Santoso (2014),
pemberian atraktan yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
laju pertumbuhan spesifik belut sawah namun tidak berbeda nyata terhadap
kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan belut sawah. Penelitian pemberian
atraktan yang berbeda belum pernah dilakukan pada benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum), maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
pemberian atraktan minyak ikan, minyak cumi dan minyak udang terhadap
3
kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum).
1.2 Rumusan Masalah
Penyediaan pakan sebagai kebutuhan utama ikan agar dapat tumbuh dan
berkembang harus benar-benar diperhatikan dengan baik. Kandungan nutrisi
dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan. Penambahan atraktan dalam
pakan dapat dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan ikan. Kebutuhan nutrisi
dalam tubuh ikan akan terpenuhi dengan meningkatnya nafsu makan ikan, maka
dimungkinkan akan mempengaruhi kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Apakah jenis atraktan yang berbeda dapat mempengaruhi kelulushidupan dan
laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)?
Jenis atraktan apa yang terbaik untuk kelulushidupan dan laju pertumbuhan
spesifik benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian mengenai penambahan atraktan yang berbeda
dalam formulasi pakan adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan
terhadap kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum).
Untuk mengetahui jenis atraktan yang terbaik dalam formula pakan untuk
kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum).
1.4 Hipotesis
4
H0 : Jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan tidak berpengaruh terhadap
kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
H1 : Jenis atraktan yang berbeda dalam formula pakan berpengaruh terhadap
kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
1.5 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui jenis atraktan yang
terbaik untuk kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum), sehingga masyarakat dan pembudidaya mengetahui
pengaruh yang diberikan dan dapat memanfaatkan jenis atraktan yang terbaik
untuk mendapatkan hasil yang makasimal.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Laboratorium
Perekayasaan Hasil Perikanan dan Laboratorium Reproduksi Ikan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Pada Desember
2016 - Mei 2017.
21
3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: loyang, gilingan
pakan, oven, kompor, kamera digital, ayakan, pipet tetes, labu destruksi,
erlenmeyer, gelas ukur, spatula, buret dan statif, alat destruksi, cawan petri, alat
destilasi, sokhlet, kompor listrik, muffle Nabertherm, pendingin balik, beaker glass,
mortar, alu, corong, labu ukur, crushable tank, cawan porselen, pipet volume, bola
hisap, ayakan bertingkat, akuarium dengan ukuran 50x30x30 cm3, blower, batu
aerasi, selang aerasi, selang sifon, toples plastik 20l, heater akuarium,
termometer, kabel roll, DO meter Lovibond, pH meter Lovibond, timbangan
analitik, timbangan digital, baskom, blender, nampan, rak akuarium dan seser.
Gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) dengan berat rata-rata 4,29±0,2 g/ekor, tepung MBM,
CMC, NaCl, Cr2O3, premix, tepung kedelai, dedak, tepung ikan, tepung terigu,
tepung tapioka, minyak ikan, minyak cumi, minyak udang, H2SO4, asam borak,
akuades, NaOH, Methyl orange, tablet kjeldahl, pH paper, kertas saring, kapas,
benang kasur, petroleum eter, aluminium foil, nitrat test kit, nitrit test kit, amonia
test kit, pakan ikan dan kertas label. Gambar bahan dapat dilihat pada Lampiran
2.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, karena bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam formula
22
pakan terhadap kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) dalam lingkungan yang terkontrol. Menurut Wasis
(2008), metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis
berbentuk hubungan sebab akibat melalui manipulasi variabel independen dan
menguji perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi. Selama manipulasi
perlakuan, peneliti melakukan kontrol terhadap variabel luar agar perubahan yang
terjadi benar-benar disebabkan oleh manipulasi bukan faktor luar. Penelitian
eksperimental terdiri dari kelompok perlakuan, kelompok kontrol dan intervensi
perlakuan.
3.3 Rancangan Percobaan Penelitian
Rancangan percobaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menurut Sastrosupadi (2000), RAL
digunakan dalam percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang
homogen. RAL banyak digunakan dalam percobaan laboratorium, rumah kaca dan
peternakan. Karena media homogen maka media tempat percobaan tidak
memberikan pengaruh pada respon yang akan diamati.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4
perlakuan dan 3 ulangan. Empat perlakuan pakan diamati pengaruhnya terhadap
kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) sebagai variabel. Penambahan atraktan dilakukan dengan jumlah
masing-masing 2%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yudiarto et al. (2012),
bahwa penggunaan atraktan sebaiknya tidak lebih dari 10% sehingga pakan tidak
mudah tengik. Jenis atraktan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Perlakuan A : Kontrol (tanpa penambahan atraktan)
Perlakuan B : Penambahan atraktan minyak ikan
Perlakuan C : Penambahan atraktan minyak cumi
23
Perlakuan D : Penambahan atraktan minyak udang
Untuk denah penelitian disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Denah penempatan akuarium penelitian
Keterangan:
A, B, C, D : Perlakuan
1, 2, 3 : Ulangan 3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a. Formula Pakan
Persiapan penelitian diawali dengan persiapan formula pakan. Persiapan
pembuatan pakan dimulai dengan melakukan uji proksimat pada masing-masing
bahan baku pakan yang akan digunakan untuk mengetahui berapa kandungan
protein, lemak, serat kasar, kadar air dan kadar abu. Bahan baku pakan yang akan
digunakan yaitu tepung ikan, tepung kedelai, tepung dedak, tepung MBM, tepung
tapioka, tepung terigu, CMC, NaCl, Cr2O3, mineral, vitamin, minyak ikan, minyak
cumi, minyak udang dan air mendidih secukupnya. Langkah-langkah persiapan
formula pakan adalah sebagai berikut:
Alat dan bahan dipersiapkan.
Tepung diayak untuk didapatkan tepung yang halus.
Tepung diuji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan.
Formula pakan dihitung agar diketahui kebutuhan tiap tepung.
Tepung ditimbang sesuai perhitungan komposisi yang telah ditentukan.
A1 B2 D2 C1
D3
C2
A2
D1
C3
B3
B1
A3
24
Bahan dicampurkan dengan urutan dari bahan yang berjumlah paling sedikit
lalu dilanjutkan dengan bahan yang jumlahnya banyak.
Adonan dicampur dengan menambahkan air hangat. Pemberian air hangat
dilakukan dengan tujuan agar adonan lebih cepat tercampur.
Jika adonan sudah tercampur merata kemudian digiling menggunakan gilingan
pakan, kemudian diletakkan pada loyang dan dijemur dibawah sinar matahari
sampai kering.
Pakan percobaan diuji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisinya.
Pakan percobaan dihancurkan dengan menggunakan mortar dan alu agar
menjadi remahan.
Pakan diayak menggunakan ayakan bertingkat agar didapatkan pakan dengan
ukuran seragam dan sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Pakan siap disimpan atau diberikan pada ikan.
Formula pakan percobaan ditentukan berdasarkan komposisi semua bahan
yang digunakan berdasarkan isoprotein 30% dan isoenergi 3,5 kkal/g dengan
perbandingan protein hewani dan protein nabati yang digunakan adalah 80 : 20.
Analisis proksimat bahan pakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan formula pakan
percobaan dapat dilihat pada Tabel 2.
25
Tabel 1. Analisis proksimat bahan pakan
Bahan Protein (%)
Lemak (%)
Serat Kasar (%)
Abu (%) Kering (%)
BETN (%)
T. Ikan 58,89* 11,03* 5,61* 19,30** 94,24** 5,17
MBM 57,59* 6,76* 7,12* 7,25** 89,97** 6,41 T. Kedelai 45,64* 0,97* 3,06* 22,12** 91,30** 43,08 T. Dedak 13,69* 3,00* 18,16* 14,93** 90,87** 50,22 T. Terigu 13,50* 1,04* 1,63* 0,11** 91,04** 83,72 T. Tapioka 00,00 0,03 0,10 0,09 91,61 99,78
* = Hasil Analisis Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang
** = Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang
BETN = 100 – Protein – Lemak – Serat Kasar – Abu
Tabel 2. Formula pakan percobaan
Bahan Perlakuan
A B C D
Tepung Ikan 36,68 36,68 36,68 36,68 MBM 4,17 4,17 4,17 4,17 Tepung Kedelai 5,26 5,26 5,26 5,26 Dedak 13,15 13,15 13,15 13,15 Terigu 13,33 13,33 13,33 13,33 Tapioka 21,15 16,89 16,89 16,89 Vitamin dan Mineral Mix
2,00 2,00 2,00 2,00
Cr2O3 0,50 0,50 0,50 0,50 NaCl 1,50 1,50 1,50 1,50 Minyak 0,00 2,00 2,00 2,00 CMC 2,26 2,26 2,26 2,26
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pakan yang telah jadi diuji proksimat. Analisis proksimat pakan perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 3.
26
Tabel 3. Analisis proksimat pakan perlakuan
Perlakuan A B C D
Kering** 86,55 89,22 88,02 87,96
Potein* 26,56 27,78 27,62 27,86
Lemak* 5,63 6,33 6,64 6,14
Abu* 14,50 13,40 12,30 13,9
Serat Kasar* 2,72 2,85 2,45 3,4
BETN 50,59 49,64 50,99 48,7
Karbohidrat 53,31 52,49 53,44 52,1
DE (kkal/100g) 369,73 377,37 384,69 372,36
Keterangan: * = Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang ** = Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ikan Universitas Brawijaya Malang BETN = 100 – Protein – Lemak – Serat Kasar – Abu DE = (4,5 x Protein) + (4 x BETN) + (8,5 x Lemak) (Hernandez et al., 1995)
b. Persiapan Wadah Pemeliharaan dan Ikan Uji
Wadah pemeliharaan uji biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
akuarium dengan ukuran 50x30x30 cm3 sebanyak 12 buah. Langkah-langkah
persiapan wadah pemeliharaan dan ikan uji adalah sebagai berikut:
Alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan.
Akuarium dan selang aerasi dicuci dengan menggunakan sabun dan dibilas
sampai bersih.
Setelah akuarium kering, disemprot dengan alkohol 70% untuk sterilisasi
akuarium.
Akuarium diisi dengan air sampai ketinggian air mencapai 20 cm.
Air media diaerasi selama 24 jam.
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) diadaptasikan selama 30 hari
setelah didatangkan dari petani dan dipuasakan 1 hari sebelum dimasukkan
dalam akuarium penelitian.
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang digunakan diperoleh dari
petani ikan di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
27
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pemeliharaan Benih Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum)
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pemeliharaan benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) terlebih dahulu, langkah-langkah pemeliharaan adalah
sebagai berikut:
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) dipuasakan selama 1 hari dan
ditimbang untuk mengukur bobot awal (W0) menggunakan ikan yang seragam
ukurannya.
Benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ditebar pada tiap akuarium
dengan kepadatan 2 ekor/l dan dipelihara selama 45 hari.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari, yaitu pada pukul
08.00 WIB, 14.00 WIB dan 20.00 WIB sebanyak 3% dari total biomassa per
hari.
Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH dan DO dilakukan tiap hari pada
pukul 05.30 WIB dan 14.00 WIB. Pengukuran nitrat, nitrit dan amonia dilakukan
pada hari ke 1, 15, 30 dan 45.
Pergantian air dilakukan dengan cara penyiponan. Pergantian air dilakukan
sebanyak ±30% dari volume air.
b. Kelulushidupan dan Laju Pertumbuhan Spesifik
Perhitungan kelulushidupan dilakukan pada hari terakhir penelitian, yaitu
dengan membandingkan jumlah ikan pada akhir penelitian dibagi dengan jumlah
ikan pada awal penelitian. Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan melakukan
pengambilan data pertumbuhan dilakukan setiap 15 hari sekali meliputi
pengukuran bobot tubuh (W2) dengan menimbang seluruh ikan pada tiap akuarium
dan dilakukan penentuan jumlah pakan untuk 15 hari selanjutnya.
28
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Parameter Utama
Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelulushidupan,
laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan rasio efisiensi protein pada
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 45 hari
dengan penambahan atraktan yang berbeda dalam formulasi pakan.
a. Survival Rate (SR)
Survival rate merupakan persentase ikan yang hidup, penghitungan nilai
SR menggunakan rumus Hastusti et al. (2016):
𝑆𝑅 = 𝑁𝑡
𝑁𝑜 𝑥 100
Keterangan: SR : Survial Rate (%) Nt : Jumlah individu pada akhir penelitian ke-t (ekor) No : Jumlah individu pada awal penelitian (ekor) b. Specific Growth Rate (SGR)
Specific growth rate adalah persentase penambahan bobot setiap harinya
selama penelitian. Dihitung dengan rumus Halver dan Hardy (2002):
𝑆𝐺𝑅 = ln 𝐹𝐵𝑊−ln 𝐼𝐵𝑊
𝐷 𝑥 100%
Keterangan: SGR : Specific Growth Rate (%) FBW : Bobot rata-rata pada akhir penelitian (g) IBW : Bobot rata-rata pada awal penelitian (g) D : Periode pemeliharaan (hari) c. Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed conversion ratio dihitung dengan menggunakan rumus Stead dan
Laird (2002):
𝐹𝐶𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔)
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔)
29
d. Protein Efficiency Ratio (PER)
Protein efficiency ratio dihitung dengan mengunakan rumus Gruenwedel
dan Whitaker (1985):
𝑃𝐸𝑅 =𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔)
𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 (𝑔)
3.5.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang pada penelitian ini adalah pengukuran kualitas air.
Pengukuran kualitas air yang dilakukan yaitu pengukuran suhu dengan
menggunakan termometer, pengukuran pH dengan menggunakan pH meter,
pengukuran DO dengan menggunakan DO meter, nitrit dengan menggunakan
nitrit test kit, nitrat dengan menggunakan nitrat test kit dan amonia menggunakan
amonia test kit.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan
menggunakan analisis keragaman (ANOVA) sesuai dengan rancangan percobaan
yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada selang kepercayaan
95% (α 0,05) untuk menguji apakah terdapat pengaruh antar perlakuan yang
diberikan menggunakan komputer dengan bantuan program SPSS (Statistical
Package and Service Solution) versi 16 for Windows.
30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Atraktan merupakan bahan yang memiliki fungsi meningkatkan asupan
pakan ikan terhadap pakan (Lesmana, 2015). Berdasarkan data penelitian selama
pemeliharaan didapatkan data kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, rasio
konversi pakan dan rasio efisiensi pakan benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) seperti pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan rasio efisiensi protein ikan bawal air tawar (C. macropomum)
Perlakuan SR (%) SGR (%BB/hari)
FCR (g/g)
PER
A (Kontrol) 98,33±1,67 1,29±0,12a 1,75±0,17a 2,16±0,22a
B (Minyak ikan) 100,00±0,00 1,43±0,13a 1,66±0,14a 2,18±0,18a
C (Minyak cumi) 100,00±0,00 1,70±0,05b 1,34±0,04b 2,71±0,08b
D (Minyak udang) 99,44±0,96 1,68±0,05b 1,40±0,03b 2,57±0,05b
Berdasarkan Tabel 4, jenis atraktan yang berbeda tidak mempengaruhi
kelulushidupan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) namun
mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan rasio efisiensi
protein benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) dengan nilai terbaik
didapatkan pada perlakuan C dengan penambahan atraktan minyak cumi.
4.1 Survival Rate (SR)
Survival Rate (SR) atau kelulushidupan merupakan perbandingan dari
jumlah ikan pada akhir masa pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada
saat awal pemeliharaan (FAO, 1998). Data dan analisis data kelulushidupan ikan
bawal air tawar (C. macropomum) yang didapatkan dari pengamatan selama
penelitian disajikan dalam bentuk transformasi arc sin pada Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan jenis atraktan yang
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan benih ikan bawal air
31
tawar (C. macropomum). Hal ini membuktikan jika pakan perlakuan yang diberikan
selama penelitian dengan penambahan atraktan dan satu pakan kontrol mampu
mencukupi kebutuhan nutrisi yang diperlukan benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) yang dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan aktivitas tubuh
sehingga ikan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) dapat melanjutkan
kelangsungan hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tahapari dan
Suhendra (2009) jika tingkat kelulushidupan pada stadia benih dipengaruhi oleh
jenis pakan yang diberikan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan
tersebut.
Pemberian atraktan yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap
kelulushidupan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) dikarenakan keadaan
pemeliharaan yang sama antara lain padat tebar yang digunakan sama yaitu 2
ekor/l dan hasil pengukuran kualitas air yang masih dalam kisaran yang sama.
Selama masa pemeliharaan juga tidak ditemukan parasit atau penyakit yang
menyerang benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) sehingga didapatkan nilai
kelulushidupan ikan yang tinggi. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Sukoso
(2002), jika tingkat kelulushidupan ikan juga dipengaruhi oleh manajemen
budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas benih, parasit atau penyakit,
kualitas pakan dan kualitas air.
Nilai kelulushidupan yang didapatkan selama penelitian cukup tinggi. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kelulushidupan ikan adalah kualitas air. Selama
penelitian kualitas air media hidup ikan berada pada kisaran yang dapat ditoleransi
oleh benih ikan bawal air tawar (C. macropomum), sehingga mampu menunjang
kelulushidupannya. Kualitas air merupakan faktor penting dalam kelulushidupan
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) karena kualitas air secara langsung
mempengaruhi proses metabolisme benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)
32
(Djokosetiyanto et al., 2008). Kualitas air media hidup ikan selama penelitian dijaga
dengan cara melakukan penyiponan setiap pagi sehari sebanyak 30% volume air.
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santoso (2014), tentang
penambahan atraktan yang berbeda pada belut (M. albus) juga didapatkan hasil
yang sama yaitu penambahan atraktan yang berbeda tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap kelulushidupan belut (M. albus).
4.2 Specific Growth Rate (SGR)
Grafik berdasarkan data pertambahan bobot tubuh benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum) selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pertambahan bobot tubuh benih ikan bawal air tawar (C. macropomum)
Keterangan : : Perlakuan A (kontrol, tanpa penambahan atraktan)
: Perlakuan B (penambahan atraktan minyak ikan 2%) : Perlakuan C (penambahan atraktan minyak cumi 2%) : Perlakuan D (penambahan atraktan minyak udang 2%)
Dilakukan penghitungan laju pertumbuhan spesifik berdasarkan data
pertambahan bobot benih ikan bawal air tawar (C. macropomum). Specific Growth
Rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik merupakan pertambahan bobot ikan
persatuan waktu (Soemarjati et al., 2015). Besarnya laju pertumbuhan spesifik
dinyatakan dalam persentase pertambahan bobot ikan per hari (% BB/hari). Benih
ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 45 hari mengalami
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
0 15 30 45
Bo
bo
t (g
)
Periode budidaya (hari)
33
pertambahan bobot tubuh, hal tersebut menunjukkan jika pakan yang diberikan
selama penelitian cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum). Data dan analisis data laju pertumbuhan spesifik yang
didapatkan dari pengamatan selama penelitian adalah sebagai berikut disajikan
dalam Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan jika nilai laju pertumbuhan spesifik
terbaik adalah perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai laju pertumbuhan spesifik
sebesar 1,70±0,05%BB/hari, sedangkan nilai laju pertumbuhan spesifik terendah
yaitu pada perlakuan A (kontrol) sebesar 1,29±0,12%BB/hari. Dibandingkan
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santoso (2014), tentang
penambahan atraktan yang berbeda pada belut (M. albus) didapatkan SGR pada
penambahan minyak cumi yang lebih rendah yaitu 0,41%BB/hari.
Perbedaan laju pertumbuhan spesifik antar perlakuan disebabkan adanya
perbedaan kandungan nutrisi dalam pakan perlakuan yang diberikan. Laju
pertumbuhan spesifik tertinggi terjadi pada perlakuan C (minyak cumi), hal
tersebut dikarenakan kandungan nutrisi minyak cumi yang lebih lengkap jika
dibandingkan dengan minyak ikan dan minyak udang. Kandungan lemak pada
perlakuan C (minyak cumi) adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan
perlakuan lain, yaitu sebesar 6,64%. Kandungan minyak cumi yaitu EPA 33,9%
dan DHA 17,3% (Park, 2016), kandungan EPA 0,5% dan DHA 1,1% (Kanazawa,
1985) sedangkan kandungan minyak ikan tuna EPA 27% dan DHA sebesar 5,6%
(Park, 2016). Perlakuan A (kontrol) mendapatkan hasil laju pertumbuhan spesifik
terendah dikarenakan tidak ada penambahan minyak pada pakan, sehingga
kandungan nutrisi pakan A kurang mendukung pertumbuhan benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
Pertumbuhan pada ikan terjadi karena adanya pemanfaatan nutrien pakan.
nutrien tersebut akan dicerna di dalam tubuh ikan dan kemudian akan diserap oleh
34
tubuh dan dimanfaatkan baik untuk menghasilkan energi, regenerasi sel dan
maintenance (Mamora, 2009). Pertumbuhan optimum dapat dicapai jika pakan
yang diberikan mempunyai nilai nutrisi yang baik. Kandungan nutrisi yang
dibutuhkan ikan antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
(Mudjiman, 2004). Pakan perlakuan yang diberikan selama penelitian berada pada
kisaran kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan bawal
air tawar (C. macropomum) yaitu protein sebesar 30% (Sena et al., 2016), lemak
sebesar 4 - 16% (Mahyuddin, 2008), dan karbohidrat sebesar 20 - 30% (Devani
dan Basriati, 2015).
Energi yang terkandung dalam pakan yang dimakan terlebih dahulu
digunakan untuk mencukupi kebutuhan energi pemeliharaan tubuh dan untuk
aktivitas ikan, jika terdapat sisa baru digunakan untuk kebutuhan pertumbuhannya
(Buwono, 2000). Salah satu nutrien penting adalah penggunaan sumber lemak
dari minyak, karena lemak juga berperan dalam proses metabolisme dan
pertumbuhan pada ikan (Marzuqi et al., 2006). Penambahan atraktan berupa
minyak akan meningkatkan kandungan lemak dalam pakan. Lemak merupakan
salah satu komponen makronutrien dengan kandungan energi terbesar, adapun
fungsi umum lemak sebagai sumber energi, mendukung pertumbuhan dalam
membantu proses metabolisme dalam tubuh benih ikan (Herawati et al., 2012) dan
memberi aroma dalam pakan (Gao et al., 2011).
Penambahan atraktan dapat meningkatkan nafsu makan benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) karena aroma amis yang dihasilkan oleh lemak dari
minyak. Hal tersebut didukung dengan data sisa pakan yang didapatkan selama
penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Selama penelitian didapatkan sisa
pakan paling sedikit adalah perlakuan C (minyak cumi). Perlakuan C (minyak cumi)
memiliki kandungan lemak tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Sesuai dengan pernyataan Baskoro dan Efendy (2006), bau juga dapat dihasilkan
35
dari kandungan kimia dalam pakan, diantaranya lemak. Lemak akan mengalami
degradasi autolisis karena air sehingga menimbulkan aroma amis yang disukai
oleh ikan akan menyebar pada media air pemeliharaan. Bau khas yang dimiliki
minyak akan membantu meningkatkan nafsu makan benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) yang bersifat karnivora, sehingga semakin banyak pakan yang
dikonsumsi yang akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum).
4.3 Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed Conversion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan merupakan
perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan
untuk menghasilkan pertambahan satu kilogram daging ikan (Stead dan Laird,
2002). Semakin rendah nilai FCR maka semakin baik suatu pakan. Data dan
analisis data rasio konversi pakan ikan bawal air tawar (C. macropomum) selama
masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan jika nilai rasio konversi pakan terbaik
adalah perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai rasio konversi pakan sebesar
1,34±0,04, sedangkan nilai rasio konversi pakan tertinggi yaitu pada perlakuan A
(kontrol) sebesar 1,75±0,17. Dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Santoso (2014), tentang penambahan jenis atraktan yang berbeda
pada belut (M. albus) didapatkan hasil FCR perlakuan minyak cumi lebih rendah
yaitu sebesar 2,90. Hal tersebut disebabkan pakan yang diberikan selama
kegiatan budidaya tidak seratus persen dicerna oleh belut (M. albus).
Nilai konversi pakan terendah yaitu perlakuan C (minyak cumi), hal tersebut
dikarenakan serat kasar yang terkandung dalam pakan perlakuan adalah yang
terkecil jika dibandingkan dengan pakan perlakuan lain. Serat kasar merupakan
nutrien yang tidak dapat dicerna oleh ikan karena mengandung zat antinutrisi.
36
Semakin rendah serat kasar dalam pakan maka akan semakin baik pakan
tersebut, dikarenakan semakin banyak pakan yang dapat tercerna oleh ikan.
Menurut Pascual (1984), semakin rendah nilai konversi pakan semakin baik
kualitas suatu pakan ikan karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk
menghasilkan berat tertentu hanya sedikit. Perlakuan dengan nilai rasio konversi
pakan terendah adalah perlakuan C (minyak cumi), dikarenakan kualitas pakan
yang lebih baik jika dibandingkan perlakuan lain dikarenakan memiliki kandungan
nutrisi yang lebih lengkap. Tinggi rendahnya nilai rasio konversi pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor terutama kualitas dan kuantitas pakan, ukuran ikan, spesies
ikan dan kualitas air (Schmittows, 1992).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai konversi pakan adalah kebiasaan
makan ikan. Pakan percobaan yang dibuat merupakan pelet tenggelam. Ikan
bawal air tawar (C. macropomum) termasuk kedalam golongan ikan yang suka
makan di bagian tengah dan dasar perairan (Kordi, 2010). Jadi pakan yang dibuat
sudah sesuai dengan kebiasaan makan ikan bawal air tawar (C. macropomum)
yang akan meningkatkan konsumsi pakan ikan.
4.4 Protein Efficiency Ratio (PER)
Protein Efficiency Ratio (PER) atau rasio efisiensi protein merupakan
perbandingan antara bobot tubuh yang dihasilkan selama masa pemeliharaan
dibandingkan dengan jumlah protein pakan yang diberikan (Gruenwedel dan
Whitaker, 1985). Semakin besar nilai efisiensi protein maka akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal. Data dan analisis data rasio efisiensi protein benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum) selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada
Lampiran 8.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan jika nilai rasio efisiensi terbaik adalah
perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai rasio efisiensi protein sebesar 2,72±0,06,
37
sedangkan nilai rasio efisiensi protein terendah yaitu pada perlakuan A (kontrol)
sebesar 2,16±0,32. Hal tersebut dikarenakan adanya penambahan atraktan
meningkatkan kesukaan ikan terhadap pakan sehingga mengakibatkan
peningkatan konsumsi pakan pada perlakuan C (minyak cumi) dan perlakuan D
(minyak udang). Semakin banyak pakan yang terkonsumsi maka akan semakin
banyak protein yang dapat digunakan oleh ikan bawal air tawar (C. macropomum).
Menurut Dani et al. (2005), pemanfaatan protein bagi pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kualitas protein pakan, kandungan
energi pakan, frekuensi pemberian pakan, ukuran ikan, umur ikan dan suhu air.
4.5 Kualitas Air
Penelitian ini menggunakan parameter penunjang yaitu kualitas air. Kualitas
air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan organisme akuatik.
Kualitas air yang optimal dapat menunjang kelulushidupan dan pertumbuhan
organisme akuatik. Kualitas air yang diamati selama penelitian yaitu suhu, pH, DO
(Dissolved oxygen), nitrit, nitrat dan amonia. Nilai rerata kualitas air selama
peneltian dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan data lengkap dan analisis data
kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 5. Nilai rerata kualitas air selama penelitian
Parameter Perlakuan
A B C D
Suhu (°C) 28,06±0,36 28,04±0,35 28,24±0,80 28,04±0,51
pH 6,97±0,03 6,96±0,04 6,95±0,01 6,97±0,01
DO (mg/l) 4,39±0,04 4,33±0,17 4,36±0,13 4,39±0,02
Nitrat (mg/l) 4,05±0,07 4,02±0,22 3,95±0,27 3,92±0,17
Nitrit (mg/l) 0,05±0,00 0,05±0,00 0,05±0,00 0,05±0,00
Amonia (mg/l) 0,04±0,00 0,45±0,00 0,04±0,00 0,04±0,00
38
Kualitas air yang baik dalam media pemeliharaan ikan akan mendukung
kelulushidupan dan pertumbuhan ikan yang dipelihara. Suhu yang tinggi dapat
mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan (Kelabora dan
Sabariah, 2010). Suhu optimal untuk pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) berkisar antara 25 - 30°C (Ciptanto, 2010). Berdasarkan hasil
pengamatan parameter kualitas air selama pemeliharaan benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) dapat diketahui jika kisaran suhu air selama
pemeliharaan yaitu 28°C, sehingga suhu selama penelitian masih berada pada
kisaran yang dapat ditoleransi oleh benih ikan bawal air tawar.
Nilai kisaran pH yang didapatkan selama pemeliharaan benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum) yaitu 6,9. Kadar pH optimum pemeliharaan ikan bawal air
tawar (C. macropomum) berkisar antara 6,5 - 8,5 (Mahyuddin, 2011), kadar pH
selama penelitian sudah termasuk ke dalam kisaran pH optimum untuk kegiatan
budidaya ikan bawal air tawar (C. macropomum). Menurut Mashuri et al. (2012),
nilai pH yang melebihi atau kurang dari kisaran optimum mampu menurunkan
pertumbuhan dan pada kisaran pH yang ekstrim dapat mengganggu kesehatan
ikan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Konsentrasi oksigen terlarut pada pemeliharaan ikan bawal air tawar (C.
macropomum) sebaiknya minimal 4 mg/l (Keshavanath et al., 2012). Hal ini sesuai
dengan nilai kisaran DO (Dissolved oxygen) yang didapatkan selama
pemeliharaan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) yaitu 4,3 mg/l,
sehingga sesuai untuk media pemeliharaan ikan bawal air tawar (C.
macropomum). Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan kematian benih
ikan karena dapat meningkatkan daya racun amonia (Wedemeyer,1996).
Nilai kisaran nitrat (NO3) yang didapatkan selama pemeliharaan benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum) yaitu 4 mg/l. Kadar nitrat tersebut masih di
39
bawah standar pada Baku Mutu Lingkungan yaitu 10 mg/l (Purwanta, 2010),
artinya kualitas air jika ditinjau dari kadar nitrat adalah masih baik.
Kadar nitrit (NO2) yang didapatkan selama pemeliharaan benih ikan bawal
air tawar (C. macropomum) yaitu 0,05 mg/l. Kandungan nitrit selama pemeliharaan
masih berada pada kisaran yang dapat ditolerir oleh benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum), kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/l dapat bersifat toksik bagi
organisme perairan yang sangat sensitif (Effendi, 2003). Toksisitas nitrit terhadap
ikan dikarenakan nitrit yang diserap oleh darah ikan akan bereaksi dengan
haemoglobin darah dan membentuk methemoglobin yang tidak bisa berikatan
dengan oksigen (Boyd dan Tucker, 1998).
Nilai kisaran amonia (NH3) yang didapatkan selama pemeliharaan benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum) yaitu 0,04 mg/l. Kisaran amonia tersebut masih
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) dimana kadar maksimal amonia yang dapat ditoleransi oleh ikan air
bawal menurut Mahyuddin (2011) adalah 0,1 mg/l.
4.6 Harga Pakan
Pakan yang diberikan tidak hanya dilihat dari nutrien yang terkandung
didalamnya, selain itu pakan juga dilihat dari nilai ekonomisnya. Biaya pakan
mengambil porsi 60 - 70% dari total biaya produksi (Sujono dan Yani, 2015). Pakan
yang diberikan terkadang tidak semuanya dikonsumsi oleh ikan, maka
ditambahkan atraktan sebagai peningkat nafsu makan ikan sehingga semakin
sedikit pakan yang tidak termakan. Penambahan atraktan akan mempengaruhi
harga pakan ikan. Estimasi harga pakan penelitian dengan kadar protein ±30%
dapat dilihat pada Tabel 6 dan kalkulasi harga pakan penelitian disajikan pada
Lampiran 10.
40
Tabel 6. Estimasi harga pakan penelitian
Harga pakan/kg
(Rp)
A B C D
15.285,- 16.644,- 17.844,- 26.864,-
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui jika harga pakan tertinggi adalah
perlakuan D (minyak udang) dengan penambahan atraktan yaitu minyak udang.
Hal ini terjadi dikarenakan harga minyak udang yang sangat mahal, sehingga
meningkatkan harga pakan hingga mencapai Rp. 26.864,-/kg. Jika dilihat dari nilai
laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, rasio efisiensi protein dan
ekonomis penggunaan atraktan yang terbaik adalah perlakuan C (minyak cumi)
dengan penambahan minyak cumi. Selain nilai laju pertumbuhan spesifik, rasio
konversi pakan dan rasio efisiensi protein yang terbaik, harga estimasi pakan per
kg juga tidak jauh dari pakan kontrol yaitu sebesar Rp. 17.844,-/kg. Efisiensi harga
pakan terbaik jika dibandingkan dengan pakan kontrol didapatkan nilai efisiensi
sebesar 16%.
1
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh jenis atraktan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum) dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penelitian mengenai jenis atraktan yang berbeda tidak mempengaruhi
kelulushidupan benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) namun
mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum).
- Jenis atraktan yang terbaik untuk laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi
pakan dan rasio efisiensi protein adalah perlakuan C (minyak cumi) dengan nilai
laju pertumbuhan spesifik 1,70±0,05%BB/hari, rasio konversi pakan 1,34±0,04
dan rasio efisiensi protein 2,71±0,08.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh jenis atraktan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar
(C. macropomum) dapat disarankan:
- Untuk memperoleh laju pertumbuhan spesifik benih ikan bawal air tawar (C.
macropomum) yang terbaik maka dapat dilakukan penambahan atraktan
minyak cumi sebanyak 2% dalam formula pakan.
- Disarankan dilakukan penelitian lanjutan mengenai jumlah minyak cumi untuk
mengetahui jumlah terbaik untuk kelulushidupan dan laju pertumbuhan spesifik
benih ikan bawal air tawar (C. macropomum).
42
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, D. S dan B. Prasetya. 2015. Panduan Praktis Pakan Ikan Lele. Penebar Swadaya. Depok. 134 hlm.
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 178 hlm. Andrianie, A. dan M. Khalil. 2013. Efek pemberian atraktan kerang darah (Anadara
granosa) dan udang windu (Panaeus monodon) terhadap daya konsumsi pakan ikan kakap putih (Lates calcalifer). Jurnal Samudra. 7(2): 247-267.
Avadi, A., N. Pelletier., J. Aubin., S. Ralite., J. Nunez and P. Freon. 2015.
Comparative environmental perfomance of artisanal and commercial feed use in Peruvian freshwater aquaculture. Aquaculture: Elsevier. 435: 52-66.
Baskoro, S. M. dan A. Efendy. 2006. Tingkah Laku Ikan: Hubungannya dengan
Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 24 hlm.
Beveridge, M. C. M. 2004. Cage Aquaculture. Blackwell Publishing. UK. 234 pp. Boyd, C. E. dan Tucker, C. S. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management.
Springer Science Business Media, LLC. New York. 343 pp. Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan.
Kanisius. Yogyakrta. 112 hlm. Ciptanto, S. Top 10 Ikan Air Tawar. Lily Publisher. Yogyakarta. 168 hlm. Cuvier. 1816. Fishbase klasifikasi bawal air tawar (Colossoma macropomum)
http://www.fishbase.se/summary/Colossoma-macropomum.html. Diakses tanggal 28 September 2016 pukul 12.00 WIB.
Dani, N.P., A. Budiharjodan S. Listiyawati. 2005. Komposisi pakan buatan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius javanicus Blkr). Bio Smart. 7(2):83-90.
Devani, V. dan S. Basriati. 2015. Optimasi kandungan nutrisi pakan ikan buatan
dengan menggunakan multi objective (goal) programming model. Jurnal Sains Teknologi dan industri. 12(2): 255-261.
Devi, N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Kompas. Jakarta. 150 hlm. Dharmawan, B. 2007. Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi. Pustaka Baru
Press. 176 hlm. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur. 2010. Statistik Budidaya 2010. 114
hlm.
43
__________________________________. 2015. Statistik Budidaya 2015. 130 hlm.
Djarijah, A. S. 2001. Budi Daya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta. 166 hlm. Djokosetiyanto, D., A. R. Wulandari dan O. Caman. 2008. Pengaruh salintas
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan benih ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan. 10(2):282-289.
Efendi, M. dan M. Sitanggang. 2015. Lele Organik Hemat Pakan. AgroMedia
Pustaka. Jakarta. 148 hlm. Effendi, H. 2003. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm. FAO. 1998. Management for Freshwater Fish Culture. Rome, Italy. 78 pp. Fran, S. dan J. Akbar. 2013. Pengaruh perbedaan tingkat protein dan rasio protein
pakan terhadap pertumbuhan ikan sepat (Trichogaster pectoralis). Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan. 3(5):53-63.
Gao, W., Y. J. Liu., L. X. Tian., K. S. Mai., G. Y. Liang., H. J. Yang., M. Y. Huai and
W. J. Luo. 2011. Protein sparing capability of dietary lipid in herbivorous and omnivorous freshwater finfish: a comparative case study on grass carp (Ctenopharyngodon idella) and tilapia (Oreochromis niloticus x O. aureus). J. Akua. Nut. 17(1): 2-12.
Gruenwedel, D. W. and J. R. Whitaker. 1985. Food Analysis. Marcel Dekker Inc.
New York. 10 pp. Haetami, K., Julianto dan Y. Andriani. 2005. Tingkat penggunaan gulma air Azolla
pinnata dalam ransum terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan bawal air tawar. Skripsi. Universitas Padjadjaran. Bandung. 31 hlm.
Halimatusadiah, S. S. 2009. Pengaruh atraktan untuk meningkatkan penggunaan
tepung darah pada pakan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hlm.
Halver, J. E. and R. W. Hardy. 2002. Fish Nutrition. Academic Press. USA. 376 pp. Handajani, H. 2011. Optimalisasi substitusi tepung Azolla terfermentasi pada
pakan ikan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila GIFT. Jurnal Teknik Industri. 12(2):177-181.
Handayani, S. P. 2010. Pembuatan biodiesel dari minyak ikan dengan radiasi
gelombang mikro. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 38 hlm. Handayani, S. dan R. A. Wibowo. 2014. Kue Kering Terfavorit. Kawan Pustaka.
Jakarta. 156 hlm. Hastuti, Y. P., C. Yudhistira., K. Nirmala., W. Nurusallam dan K. Faturochman.
2016. Pemberian CaCO3 pada Media Bersalinitas 3 g/L untuk Pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar. Jurnal Akuakultur Indonesia. 15(1): 32-40.
44
Herawati, V. E., J. Hutabarat and B. Prayitno. 2012. Effect of using guillard and
walne technical culture media on growth and fatty acid profiles of microalgae Skeletonema sp. in mass culture. J. Coast. Dev. 16(1): 48-54.
Hernandez, M., T. Takeuchi and Wanatabe. 1995. Effect of dietary energy sources
on the utilization of protein by Colossoma macropomum fingerlings. Journal Fisheries Science. 61(3): 507-511.
Husniya, L., A. Gofur dan D. Listyorini. 2016.Pengaruh jenis pakan terhadap
pertambahan bobot dan kelulushidupan benih ikan mas (Cyprinus carpio L.) Strain Punten. Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas Malang. 64 hlm.
Kanazawa, A. 1985. Nutrition of panaeid prawns and shrimps. Proccedings of the
First International Conference on the Cultute of Panaeid Prawns/Shrimos, Illoilo City, Philippines. 9 pp.
Kardana, D., K. Haetami dan U. Subhan. 2012. Efektivitas penambahan tepung
maggot dalam pakan komersil terhadap pertumbuhan benih ikan bawal air tawar. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4):177-184.
Kelabora, D. M. dan Sabariah. 2010. Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva ikan bawal air tawar (Colossoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(1): 56-60.
Keshavanath, P., C. A. Oishi., F. A. L. D. Fonseca., E. G. Affonso and M. P. Filho.
2012. Growth response of tambaqui (Colossoma macropomum) fingerlings to salt (Sodium Chloride) supplemented diets. Journal of Fisheries and Aquatic Science. 1-8.
Khairuman dan K. Amri. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 358 hlm. __________________. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 167 hlm. Khasani, I. 2013. Atraktan pada pakan ikan: jenis, fungsi dan respon ikan. Media
Akuakultur. 8(2): 127-133. Kordi, M. G. H. 2010. Budi daya Bawal Air Tawar di Kolam Terpal. Lily Publisher.
Yogyakarta. 102 hlm. Kuswandi, A. 2014. Penambahan Jenis Atraktan yang Berbeda terhadap Respons
Konsumsi Pakan pada Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 30 hlm.
Lesmana, D. S. 2015. Ensiklopedia Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta. 316 hlm. Lukito, A. dan S. Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar
Swadaya. Depok. 292 hlm.
45
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Depok. 287 hlm.
___________. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.
Depok. 212 hlm. ___________. 2011. Usaha Pembenihan Ikan Bawal di Berbagai Wadah. Penebar
Swadaya. Jakarta. 140 hlm. Makfoeld, D., D. W. Marseno., P. Hastuti., S. Anggrahini., S. Rahardjo., S.
Sastrosuwignyo., Suhardi., S. Martoharsono., S. Hadiwiyoto dan Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius. Yogyakarta. 278 hlm.
Mamora, M. A. 2009. Efisiensi pakan serta kinerja pertumbuhan ikan bawal
(Colossoma macropomum) dengan pemberian pakan berbasis meat bone meal (MBM) dan pakan komersil. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hlm.
Marzuqi, M., I. Rusdi., N. A. Giri dan K. Suwirya. 2006. Pengaruh proporsi minyak
cumi dan minyak kedelai sebagai sumber lemak dalam pakan terhadap pertumbuhan juvenil kepiting bakau (Scylla paramamosain). Jurnal Perikanan. 8(1): 101-107.
Mashuri., Sumarjan dan Z. Abidin. 2012. Pengaruh jenis atraktan yang berbeda
terhadap pertumbuhan belut sawah (Monopterus albus Zuieuw). Jurnal Perikanan Umum. 1(1): 1-7.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. 190 hlm. Mulyadi., U. Tang dan E. S. Yani. 2014. Sistem resirkulasi dengan menggunakan
filter yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(2): 117-124.
Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 121
hlm. Nugroho, A., E. Arini dan T. Elfitasari. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter arang. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(3):94-100.
Pananggung, M. A., I. L. Labaro dan E. Reppie. 2016. Pengaruh ekstrak minyak
cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan di Perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 2(3):117-121.
Park, J. H. 2016. Quality characteristics of refined squid (Todarodes pacificus) oil
as an alternative resource for omega-3 fatty acid. Journal of Food Processing and Preservation. 1-7.
Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. AgroMedia
Pustaka. Tangerang. 112 hlm.
46
Pascual, F. P. 1984. Nutrition and Feeding of Sugpo, Panaeus monodon. Extention Manual 3 SEAFDEC Phillipines. 77 pp.
Purwanta, J. 2010. Kajian kualitas air kolam ikan bawal pada kelompok
pembudidaya ikan (KPI) Mina Mulya Tempelsari, Maguwoharjo, Depok, Sleman, D.I Yogyakarta. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 111 hlm.
Putra, A. N. 2015. Laju metabolisme pada ikan nila berdasarkan pengukuran
tingkat konsumsi oksigen. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5(1): 13-18. Ramadhan, A. Y. H. 2014. Penambahan atraktan dalam pakan pasta terhadap
konsumsi pakan, retensi protein dan retensi lemak pada belut sawah (Monopterus albus) yang dipelihara dengan sistem resirkulasi. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. 77 hlm.
Rufaida, L. 2014. Pengaruh pakan tambahan karbohidrat sumber limbah padat
tapioka dan protein sumber tepung bekicot terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan bawal (Colossoma macropomum). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 39 hlm.
Samsundari, S. dan G. A. Wirawan. 2013. Analisis penerapan biofilter dalam
sistem resirkulasi terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Gamm, ISSN. 8(2):86-97.
Santoso, R. 2014. Penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan buatan pasta
terhadap pertumbuhan dan Feed Convertion Ratio belut (Monopterus albus) dengan sistem resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. 77 hlm.
Santoso, L dan H. Agusmansyah. 2011. Pengaruh substitusi tepung kedelai
dengan tepung biji karet pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan Terubuk. 39(2):41-50.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Perikanan.
Kanisius. Yogyakarta. 109 hlm. Schmittows, H. R. 1992. Budidaya Keramba, Suatu Metode Produksi Ikan di
Indonesia. Proyek Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Aubum University International Centre of Agriculture. 98 hlm.
Sena, A. C., R. R. Teixeira., E. L. Ferreira., B. M. Heinzmann., B. Baldisserotto.,
B. O. Caron., D. Schmidt., R. D.Couto and C. E. Copatti. 2016. Essential oil from Lippia alba has anaesthetic activity and effective in reducing handling and transport stress in tambacu (Piaractus mesopotamicus x Colossoma macropomum). Aquaculture: Elsevier. 465: 374-379.
SNI 01-2891-1992. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Standar Nasional
Indonesia. Badan Standarisasi Nasional. 39 hlm. Soemarjati, W., B. M. Ahmad., R. Susiana dan C. Saparinto. 2015. Bisnis dan
Budidaya Kerapu. Penebar Swadaya: Jakarta. 148 hlm.
47
Stead, S. M. and L. Laird. 2002. Handbook of Salmon Farming. Praxis Publishing.
UK. 321 pp. Suci, D. M. 2013. Pakan Itik. Penebar Swadaya. Depok. 156 hlm. Sudarman, A., K. G. Wiryawan dan H. Markhamah. 2008. Penambahan sabun-
kalsium dari minyak ikan lemuru dalam ransum: 1. Pengaruhnya terhadap tampilan produksi domba. Media Peternakan. 31(3): 166-171.
Sujono dan A. Yani. 2015. Produksi pakan ikan dan pakan ternak dengan
memanfaatkan limbah biogas asal kotoran ternak yang murah dan berkualitas. Jurnal Dedikasi. 12:1-7.
Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN.
Jakarta. 88 hlm. Sungkar, M. 2015. Akuaponik ala Mark Sungkar. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 142
hlm. Suprapti, L. 2005. Tepung Tapioka, Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.
Yogyakarta. 156 hlm. Suyanti. 2009. Membuat Bihun, Kwetiau dan Sohun Sehat. Penebar Swadaya.
Depok. 190 hlm. Tahapari, E. dan N. Suhenda. 2009. Penentuan frekuensi pemberian pakan untuk
mendukung pertumbuhan benih ikan patin pasupati. Berita Biologi. 9(6): 693-698.
Takeungwongtrakul, S., S. Benjakul and A. H. Kittikun. 2015. Characteristic and
oxidative stability of bread fortified with encapsulated shrimp oil. Ital. Journal Food Science. 27:476-486.
Tidwell, J. H. 2012. Aquaculture Production Systems. Willey Blackwell: UK. Hlm
389 pp. Utami, I. K., K. Haetami dan Rosidah. 2012. Pengaruh penggunaan tepung daun
turi hasil fermentasi dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih bawal air tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(5):191-199.
Utomo, N. B. P., Susan dan M. Setawati. 2013. Peran tepung ikan dari berbagai
bahan baku terhadap pertumbuhan lele sangkuriang Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12(2):158-168.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. EGC. Jakarta. 209
hlm. Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems.
Champman and Hall. New York. 267 pp.
48
Yudiarto, S., M. Arief dan Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(2): 135-140.