PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL
PADA REMAJA DENGAN ORANG TUA
SEBAGAI BURUH MIGRAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Shofiatul Amini
NIM : 1113070000043
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL
PADA REMAJA DENGAN ORANG TUA
SEBAGAI BURUH MIGRAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Shofiatul Amini
NIM : 1113070000043
Dosen Pembimbing:
Layyinah, M. Si
NIP. 19770101 201101 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL
PADA REMAJA DENGAN ORANG TUA SEBAGAI BURUH MIGRAN”
telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juli 2018. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada
Fakultas Psikologi.
Jakarta, 16 Juli 2018
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr.Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Dr. Diana Mutiah, M. Si Dr. Gazi, M. Si
NIP. 19671029 1996 03 2001 NIP. 19711214 200701 1 014
Layyinah, M. Si
NIP. 19770101 201101 2 004
iv
LEMBAR ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2018
Shofiatul Amini
NIM : 1113070000043
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2018
C) Shofiatul Amini
D) Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Komunikasi Interpersonal terhadap
Penyesuaian Sosial pada Remaja dengan Orang Tua sebagai Buruh Migran
E) xiv + 78 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kecerdasan emosi
(appraisal of emotion, regulation of emotion, utilization of emotion) dan
komunikasi interpersonal (self-concept, ability, skill expression, coping with
emotion,self-disclosure) terhadap penyesuaian sosial pada remaja dengan orang
tua sebagai buruh migran. Sampel berjumlah 297 remaja buruh migran di
Indramayu dengan teknik non-probability sampling. Peneliti mengadaptasi dan
memodifikasi alat ukur yang terdiri dari Skala Penyesuaian Sosial, The Self
Report Emotional Intelligence Test, dan Interpersonal Communication Inventory.
Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA).
Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kecerdasan
emosi dan komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian sosial pada remaja
dengan orang tua sebagai buruh migran sebesar 26%. Adapun IVyang signifikan
mempengaruhi penyesuaian sosial adalah utilization of emotion, ability, dan skill
expression. Sedangkan appraisal of emotion, regulation of emotion, self-concept,
coping with emotion dan self-disclosure tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian sosial. Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini
dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Peneliti
menyarankan untuk meneliti variabel penelitian yang lebih sesuai dengan
fenomena yang terjadi pada anak buruh migran. Selain itu, disarankan pula untuk
meneliti faktor lain selain variable independent dalam penelitian ini sehingga
didapatkan hasil yang lebih bervariasi dan sesuai dengan fenomena anak buruh
migran, seperti subjective well-being, resilience, life satisfaction dan dukungan
sosial.
G) Bahan bacaan: 49; buku: 14 + jurnal: 27 + artikel: 5 + skripsi: 2 + bahan ajar: 1
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) July 2018
C) Shofiatul Amini
D) The Influence of Emotional Intelligence and Interpersonal Communication on
Adolescence Social Adjustment with Migrant Worker Parents
E) xiv + 78 pages + attachments
F) The study aims to determine the effect of emotional intelligence (appraisal of
emotion, regulation of emotion, utilization of emotion), and interpersonal
communication (self-concept, ability, skill expression, coping with emotion, and
self-disclosure) on adolescence social adjustment with migrant worker parents.
Sample in this study consist of 297 respondents (categorized as left behind
children) in Indramayu using non-probability sampling technique. Researcher was
adapted and modificated the instruments from Social Adjustment Scale, The Self
Report Emotional Intelligence Test, and Interpersonal Communication Inventory.
The instruments tested with validity test using confirmatory factor analysis
(CFA). Data analysis using multiple regression analysis.
The result shows that there was a significant effect of emotional intelligence
and interpersonal communication to adolescence social adjustment with migrant
worker parents. The large proportion of the variance from the entire IV on
adolescence social adjustment is 26%, while the remaining 74% is influenced by
other variables outside this study. The result of hypothesis test shows that these
dimension; utilization of emotion, ability, and skill expression have significant
effect on adolescence social adjustment. While other dimension; appraisal of
emotion, regulation of emotion, coping with emotion and self-disclosure have no
significant effect on social adjustment. Researcher expected that the implications
of the results of this study can be review and develop in further research.
Researcher suggest to examine other variables that are more appropriate to the
phenomenon which occurs in left behind children. In addition, it is also suggested
to examine other factors besides independent variables in this research so that the
result will be more varied and consistently affecting the social adjustment, such as
subjective well-being, resilience, life satisfaction, and social support.
G) References: 49; books: 14 + journal articles: 27 + articles: 5 + mini thesis: 2 +
course material: 1
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas ridha, taufik, dan rahmat-Nya
peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosi
dan Komunikasi Interpersonal terhadap Penyesuaian Sosial pada Remaja dengan
Orang tua sebagai Buruh Migran”. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti mendapatkan arahan, bimbingan,
masukan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan tersebut kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang
telah memfasilitasi danmemberikan kesempatan peneliti untuk menempuh
pendidikan di Fakultas Psikologi.
2. Ibu Layyinah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan Ibu Dr. Yunita
Faela Nisa, M.Psi., Psi selaku dosen pembimbing seminar proposal yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan,
perhatian, dan semuanya demi kelancaran dan selesainya skripsi.
3. Ibu Dr. Diana Mutiah, M. Si dan Bapak Dr. Gazi, M. Si selaku penguji
sidang munaqosyah atas saran dan bimbingannya dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Seluruh responden penelitian yaitu remaja dengan orang tua sebagai buruh
migran di Indramayu atas partisipasinya dalam penelitian ini.
viii
5. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M. Si selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan dan nasehatnya sehingga peneliti dapat menjalani
perkuliahan dan skripsi ini dengan mudah dan lancar.
6. Para dosen dan seluruh jajaran staf Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti.
7. Bapak, Mamah, Mba Ana, Mas Difa, Naura dan seluruh keluarga besar di
Indramayu dan Ciku atas do’a, dukungan, motivasi, perhatian, cinta dan
kasih sayang yang selalu tercurahkan kepada peneliti.
8. Sahabat seperjuangan peneliti Dona, Chaca, Yudit, Wahyu, Farhan, Fani,
Qilah, Ummi, Dita yang selalu meluangkan waktu, memberikan dukungan,
saran, kritik, bantuan, dan motivasi kepada peneliti.
9. Kawan-kawan Psikologi 2013, terkhusus Psikologi B, teman-teman dan
adik-adik Excellant, teman-teman kostan sholihah atas dukungan dan
do’anya untuk peneliti.
10. Serta seluruh teman-teman peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
per satu namanya.
Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT agar segala yang telah
diberikan kepada peneliti dibalas oleh-Nya dengan sebaik-baik balasan.
Aamiin.
Jakarta, Juli 2018
Shofiatul Amini
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
QS. Al-Insyiroh: 6
“ALL IS WELL”
Karya ini peneliti persembahkan untuk Bapak, Mamah, adik-adik, dan
keluargaku
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1-10
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 8
1.2.1. Pembatasan Masalah ................................................................... 8
1.2.2. Perumusan Masalah .................................................................... 9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11-29
2.1. Penyesuaian Sosial .................................................................................. 11
2.2.1. Definisi Penyesuaian Sosial ...................................................... 11
2.2.2. Aspek Penyesuaian Sosial ........................................................ 13
2.2.3. Pengukuran Penyesuaian Sosial ............................................... 15
2.2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Sosial ............. 16
2.2. Kecerdasan Emosi ................................................................................... 17
2.2.1. Definisi Kecerdasan Emosi ....................................................... 17
2.2.2. Aspek Kecerdasan Emosi ......................................................... 19
2.2.3. Pengukuran Kecerdasan Emosi ................................................ 20
2.3. Komunikasi Interpersonal ....................................................................... 21
2.3.1. Definisi Komunikasi Interpersonal ........................................... 21
2.3.2. Aspek Komunikasi Interpersonal ............................................. 23
2.3.3. Pengukuran Komunikasi Interpersonal ..................................... 24
2.4. Kerangka Berpikir ................................................................................... 26
2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 28
xi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 30-54
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 30
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 31
3.3.1. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 33
3.3.2. Alat Ukur Penyesuaian Sosial ................................................... 34
3.3.3. Alat Ukur Kecerdasan Emosi ................................................... 34
3.3.4. Alat Ukur Komunikasi Interpersonal ........................................ 35
3.3. Uji Validitas Konstruk ............................................................................ 36
3.4.1. Uji Validitas Alat Ukur Penyesuaian Sosial ............................. 38
3.4.2. Uji Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosi .............................. 41
3.4.3. Uji Validitas Alat Ukur Komunikasi Interpersonal .................. 45
3.4. Teknik Analisis Data............................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 55-66
4.1. Gambaran Subjek Penelitian ................................................................... 55
4.2. Hasil Analisis Deskriptif ......................................................................... 56
4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................................... 57
4.4. Uji Hipotesis Penelitian............................................................................59
4.5. Proporsi Varian........................................................................................64
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ...................................... 67-72
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 67
5.2. Diskusi .................................................................................................... 67
5.3. Saran ....................................................................................................... 71
5.3.1. Saran Teoritis ............................................................................ 71
5.3.2. Saran Praktis ............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN ......................................................................................................... 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel3.1 Bobot Nilai pada Alat Ukur Penelitian .............................................. 33
Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Penyesuaian Sosial ......................................... 34
Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Kecerdasan Emosi .......................................... 35
Tabel 3.4 Blue Print Alat Ukur Komunikasi Interpersonal .............................. 36
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Penyesuaian Sosial ........................................... 39
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Penyesuaian Sosial dengan 16 Item ................. 40
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Appraisal of Emotion ....................................... 42
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Regulation of Emotion ..................................... 43
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Utilization of Emotion ...................................... 44
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Self-Concept ..................................................... 46
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Ability ............................................................... 48
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Skill Expression ................................................ 49
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Coping with Emotion ....................................... 50
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Self-Disclosure ................................................. 51
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................. 55
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................ 56
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ................................................................ 57
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ............................................................... 57
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ..................................................... 59
Tabel 4.6 Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ...................... 60
Tabel 4.7 Koefisien Regresi .............................................................................. 61
Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk Masing-masing IV ...................................... 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian ............................................. 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian....................................................................... 78
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ...................................................................... 79
Lampiran 3 Syntax Lisrel .................................................................................. 89
Lampiran 4 Output SPSS .................................................................................. 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
UNICEF menjelaskan left behind children merupakan istilah untuk anak-anak
yang ditinggalkan salah satu atau kedua orang tuanya untuk bekerja sebagai buruh
migran terutama di luar negeri selama lebih dari tiga bulan untuk diasuh oleh
anggota keluarga yang lain (dalam Lu, Lin, Vikse, & Huang, 2016). Jumlah
mereka tidaklah sedikit, hampir satu juta anak di Indonesia yang memiliki orang
tua sebagai tenaga kerja di luar negeri membuat mereka harus berpisah dengan
orang tuanya dan tinggal di rumah diasuh oleh anggota keluarga yang lain (Bryan,
2005). Usia mereka beragam, banyak dari mereka yang masih berusia dini sudah
ditinggal, tetapi banyak pula yang sampai remaja masih ditinggalkan oleh orang
tuanya.
Remaja ini pada dasarnya adalah manusia yang mengalami perkembangan
dalam kehidupannya. Dimana selalu ada tuntutan dan tugas perkembangan yang
harus dipenuhinya. Selain itu, manusia yang juga merupakan makhluk sosial
selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan mana pun individu
berada, mereka akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari
lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu juga memiliki
kebutuhan, harapan, dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan
dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal
tersebut, maka dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaiakan diri
terhadap lingkungan sosialnya (Agustiani, 2006).
2
Dalam perkembangan teori sosial yang konvensional, orang tua dan orang
dewasa lain memberikan peluang untuk terjadinya interaksi antara remaja dengan
masyarakat. Dengan demikian orang tua berusaha agar remaja dapat memiliki
karakteristik dimana ia mampu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan
sosialnya (Agustiani, 2006). Begitu juga yang terjadi pada remaja dengan orang
tua sebagai buruh migran, mereka dituntut untuk memiliki interaksi dan
penyesuaian sosial yang baik selama kedua orang tuanya bekerja di luar negeri.
Namun, di dalam realitanya mereka lebih mengalami banyak tantangan dan
kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya karena absennya
orang tua dalam membimbing dan mengasuh secara langsung.
Perilaku penyesuaian sosial yang buruk pada remaja dengan orang tua
sebagai buruh migran dimana mereka tidak mampu menyesuaikan dirinya secara
sosial dengan baik terlihat pada penelitian Liang, Guo dan Duan (2007) yaitu
karena kurangnya pengawasan dan dukungan emosi dari orang tua, membuat
mereka kurang mendapatkan hasil pendidikan yang diinginkan dan menimbulkan
kenakalan dalam perilakunya serta menimbulkan masalah kesehatan mental yang
cukup serius. Selain itu, dalam penelitian di Romania mereka juga lebih menderita
secara mental dan fisik daripada anak-anak lainnya (Botezat & Pfeiffer, 2014).
Pada tahun 2015 di China, terdapat kasus dimana empat orang anak kakak-beradik
dilaporkan tanpa mendapatkan pengasuhan dan cinta orang tuanya yang tepat,
mereka memiliki kecenderungan sikap yang tidak wajar, stres, depresi,
kecemasan, tidak berdaya dan putus asa dan pada akhirnya mengakhiri kehidupan
mereka dalam keputusasaan dan kesakitan (Mu & Hu, 2016).
3
Selain terjadi di luar negeri, penyesuaian sosial yang buruk pada remaja
dengan orang tua sebagai buruh migran juga terjadi di Indonesia tepatnya di
Indramayu, hal ini terlihat dari penelitian Raharto et al. (2013) dimana hasil
penelitian mengungkapkan bahwa anak laki-laki lebih sulit untuk diatur oleh
pengasuh mereka yaitu ayah atau nenek-kakek mereka. Mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman, bermain game, atau pergi ke
warnet. Bahkan remaja tersebut bolos sekolah dan lebih memilih pergi ke warnet
hingga pada akhirnya drop-out dari sekolah. Remaja ini lebih banyak mengalami
gejala-gejala disorientasi, marah, cemas dan kurang bahagia.
Hasil penelitian tersebut juga senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dios, Dungo, dan Reyes (2013) pada remaja Filiphina yang
ditinggal orang tuanya bekerja di luar negeri dimana mereka mudah berpotensi
untuk berperilaku seperti yang dilakukan oleh teman sebayanya yaitu bermain
game, merokok, minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba. Selain itu,
dalam penelitiannya Gamburd (2005) remaja yang ditinggal ibunya bekerja dan
tinggal di rumah dengan ayahnya, mereka lebih mengembangkan kebiasaan
negatif seperti minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba dimana
perilaku ini berdampak buruk pada perkembangan mental dan prestasi akademik
mereka (dalam Raharto et al, 2013).
Remaja dengan penyesuaian yang buruk membuat orang tua bahkan
pengasuh mereka menjadi lebih kesulitan menangani mereka (Raharto et al.,
2013). Prestasi akademik yang kurang baik sampai drop out dari sekolah, perilaku
kenakalan remaja, melakukan tindak kriminal, perilaku seks bebas, dan
4
mengalami psikologis yang buruk adalah dampak-dampak dari penyesuaian sosial
yang buruk yang dilakukan oleh remaja dengan orang tua sebagai buruh migran
(Garza, 2010). Jika masalah pada remaja ini tidak ditangani, hal ini akan
berdampak buruk dan menimbulkan masalah yang serius pada generasi anak-anak
buruh migran selanjutnya (Beh & Yao, 2012). Melihat bahwa seharusnya remaja
dengan orang tua sebagai buruh migran memiliki kehidupan dan pendidikan yang
lebih baik dari uang yang dikirim oleh orang tuanya, tetapi di dalam realitanya
mereka lebih rentan mengalami perilaku buruk karena kurangnya perhatian dan
cinta dari orang tuanya yang tidak hadir di kehidupan mereka (Dios, 2013)
sehingga hal ini penting untuk diteliti agar orang tua dan pengasuh lebih
memberikan perhatian agar perilaku maladjustment pada remaja menjadi lebih
berkurang dan bukan hanya mengutamakan uang untuk kehidupan dan pendidikan
mereka saja.
Penyesuaian sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya antara lain: kecerdasan emosi (Kar, Saha, & Mondal, 2016)
dan komunikasi interpersonal (Su, Lin, Xu, & Zhu, 2012). Dengan kecerdasan
emosi ini, individu akan mampu berpikir untuk mencapai sebuah kesehatan
mental yang positif. Mereka akan mampu bersosialisasi dengan baik di dalam
lingkungannya, seperti membantu orang lain, memahami kesulitan dan perasaan
orang lain, dan bagaimana diri mereka terbuka terhadap berbagai pengalaman
yang positif maupun negatif (Salovey & Mayer, 1990).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kar, Saha, dan Mondal (2016)
kecerdasan emosi ditemukan sebagai hasil prediktor dari kepuasan hidup,
5
penyesuaian psikologis yang sehat, interaksi positif dengan teman sebaya dan
keluarga serta hubungan yang hangat dengan orang tua. Di sisi lain, rendahnya
kecerdasan emosi memiliki keterkaitan dengan perilaku kekerasan, penggunaan
obat-obatan, dan perilaku kenakalan.
Dari penelitian pada 323 mahasiswa universitas Sultan Qaboos, Oman,
menghasilkan temuan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang positif
dengan penyesuaian yaitu sebesar 0.767 sebagai koefisien korelasi yang
dihasilkan (Sulaiman, 2013). Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Kar,
Saha, dan Mondal (2016) juga memberikan hasil mengenai hubungan yang positif
pada kecerdasan emosi dengan penyesuaian siswa kelas 12 di India yaitu
penyesuaian mereka di rumah, sekolah dan teman dengan nilai koefisien korelasi
0.414.
Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Punia dan Sangwan
(2011) mengenai hubungan kecerdasan emosi dan penyesuaian sosial pada 120
siswa dengan rentang usia 16-18 tahun di India memberikan hasil kecerdasan
emosi memiliki hubungan yang positif dengan tiga aspek penyesuaian yang
diteliti yaitu penyesuaian emosi, pendidikan dan sosial. Pada penelitian ini juga
gaji dan pekerjaan ayah menjadi faktor utama yang memberikan kontribusi dari
kedua hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dan penyesuaian sosial.
Pentingnya kecerdasan emosi pada individu dalam melakukan
penyesuaian sosial dan terbukti adanya pengaruh melalui penelitian-penelitian
dari Sulaiman (2013), Kar, Saha, dan Mondal (2016), serta Punia dan Sangwan
(2011) membuat peneliti ingin meneliti pengaruh kecerdasan emosi terhadap
6
penyesuaian sosial pada anak buruh migran. Penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan lebih banyak dilakukan pada sampel siswa atau mahasiswa di tingkat
pertama universitas, sedangkan masih sedikit penelitian mengenai pengaruh
kecerdasan emosi terhadap penyesuaian sosial pada anak dengan orang tua
sebagai buruh migran sehingga fakta ini yang juga menjadi latar belakang peneliti
untuk melakukan penelitian ini.
Selain kecerdasan emosi, dengan komunikasi interpersonal yang baik
antara remaja dengan orang tua, remaja akan memiliki hubungan emosi yang baik
dengan orang tuanya sehingga orang tua dan keluarganya mampu membantu
remaja dalam menghadapi tuntutan-tuntutan dan tugas perkembangan mereka
(Laursen & Collins, 2009). Komunikasi yang baik ini juga dibutuhkan oleh
remaja dengan orang tuanya yang bekerja sebagai buruh migran agar hubungan
keduanya tetap berjalan dengan baik dan remaja mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosial. Menurut Malamassam (2014) menyatakan bahwa
dengan komunikasi yang kurang antara ibu sebagai buruh migran dan anaknya
akan berdampak pada masalah emosi anaknya tersebut. Komunikasi keduanya
memberikan peranan penting dalam penerimaan anak pada situasi ketiadaan
ibunya. Kemudian Asis (2002) juga mengatakan dengan komunikasi yang baik,
anak akan merasa keberadaan ibunya setiap hari sehingga dapat memperkuat
hubungan emosi diantara keduanya (dalam Malamassam, 2014).
Pada penelitian Su, et al (2012) memberikan hasil bahwa anak buruh
migran yang komunikasinya kurang dengan orang tuanya cenderung lebih
merasakan kesepian dibandingkan yang tidak ditinggal orang tuanya. Hasil
7
tersebut senada dengan hasil penelitian Jia dan Tian (2010) yang mengungkapkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian pada anak yang ditinggal orang
tuanya sebagai buruh migran adalah komunikasi yang kurang dengan
orangtuanya. Selain itu, penelitian pada 111 orang tua-anak memberikan hasil
bahwa remaja yang menerima komunikasi keluarganya dengan baik maka mereka
memiliki kemampuan sosial yang baik. Komunikasi dan kemampuan sosial yang
baik ini membuat mereka memiliki sifat malu yang rendah (Arroyo, Nevares,
Segrin, & Harwood, 2012). Karena jika mereka memiliki sifat malu yang tinggi,
maka sifat malu ini dapat memberikan kontribusi yang siginifikan dalam
memunculkan masalah pada kehidupan mereka seperti depresi, kesepian dan
rendahnya kualitas hubungan dimana perilaku-perilaku ini mengindikasikan
sebagai penyesuaian yang buruk (Bruch, 2001; Findlay, Coplan, & Bowker, 2009;
Nelson et al, 2008 dalam Arroyo, et al., 2012).
Dalam penelitian-penelitian yang sudah dilakukan mengenai komunikasi
orang tua dengan anak buruh migran masih sedikit yang spesifik meneliti
komunikasi interpersonal. Komunikasi yang dilakukan oleh anak buruh migran
dengan orang tuanya lebih banyak membahas mengenai aktivitas kehidupan
sehari-hari dan kehidupan sekolah mereka. Sedangkan mengenai bagaimana
mereka berkomunikasi dengan melibatkan masalah dan saling berbagi emosi
tersebut (Dios, 2013) yang dimana hal ini penting untuk keduanya masih sedikit
dilakukan. Menurut Bienvenu (1971) komunikasi interpersonal merupakan
kemampuan individu untuk mendengarkan, berempati, untuk memahami, untuk
menangani perasaan marah, untuk mengekspresikan dirinya, dan segala atribut
8
percakapannya. Dengan komunikasi interpersonal ini remaja dengan orang tuanya
yang bekerja sebagai buruh migran dapat memiliki hubungan yang baik satu sama
lain dan ikatan emosi yang baik. Untuk itulah peneliti lebih memfokuskan
penelitian pada pengaruh komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian sosial.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud ingin
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kecerdasan Emosi dan
Komunikasi Interpersonal terhadap Penyesuaian Sosial pada Remaja
dengan Orang Tua sebagai Buruh Migran”.
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan dan perumusan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian agar
lebih jelas ruang lingkup serta fokus permasalahan yang akan diteliti, untuk lebih
jelasnya sebagai berikut:
1.2.1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah mengenai konsep variabel yang akan diteliti adalah sebagai
berikut:
1. Penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh
setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap
realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam
kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan
memuaskan (Schneiders, 1960).
2. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengatur perasaan sendiri dan
orang lain, membedakan emosi tersebut dan menggunakannya sebagai
9
informasi untuk membimbing pikiran dalam menentukan tindakan seseorang
(Salovey & Mayer, 1990).
3. Komunikasi interpersonal adalah kemampuan individu untuk mendengarkan,
berempati, untuk memahami, untuk menangani perasaan marah, untuk
mengekspresikan dirinya, dan segala atribut percakapannya (Bienvenu, 1971).
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi dan
komunikasi interpersonal terhadap penyesuaian sosial?
2. Dari appraisal or expression of emotion, regulation of emotion, utilization of
emotion, self-concept, ability, skill expression, coping with emotion, dan self-
disclosure variabel bebas apa sajakah yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian sosial?
3. Berapa proporsi varian dari masing-masing variabel bebas?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penilitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh kecerdasan emosi dan komunikasi interpersonal
terhadap penyesuaian sosial pada remaja dengan orang tua sebagai buruh migran.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, untuk lebih jelasnya
sebagai berikut:
10
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuanpadaumumnya dan psikologi sosial serta psikologi perkembangan
pada khususnya mengenai topik yang terkait.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua,
pemerintah, guru, dan remaja itu sendiri mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyesuaian sosial dan untuk memberikan informasi kepada
orang tua, pemerintah, guru, dan keluarga lainnya agar dapat membantu remaja
dengan orangtua sebagai buruh migran dengan program-program yang
bermanfaat berkaitan dengan penyesuaian sosialnya.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Penyesuaian Sosial
2.1.1. Definisi Penyesuaian Sosial
Schneiders (1960) yang mengungkapkan bahwa penyesuaian sosial merupakan
suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat
bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial,
sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi
dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan. Individu dapat memiliki
penyesuaian yang baik dan penyesuaian yang buruk. Individu yang dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik (well-adjustment) adalah individu yang dengan
keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan
lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta
dapat menyelesaikan konflik, frustasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan
sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku.Sedangkan individu yang tidak
mampu mengatasi semua masalah, konflik dan kesulitan-kesulitan yang ada, maka
individu tersebut memiliki penyesuaian yang buruk (maladjustment) (Schneider,
1960).
Sedangkan Lazarus (1976) menjelaskan bahwa penyesuaian dapat dilihat
sebagai hasil dan juga sebagai proses. Penyesuaian sebagai hasil dapat dievaluasi
sebagai sesuatu yang dilakukan dengan baik atau buruk sedangkan sebagai proses
tidak perlu untuk dievaluasi tetapi hanya dimengerti dan dipahami. Masalah
12
penyesuaian bersifat universal dimana semua individu harus menghadapi keadaan
hidup yang sulit dan mengganggu di setiap fase perkembangannya.
Menurut Hurlock (1978) penyesuaian sosial adalah dimana individu
mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain pada umumnya dan untuk
kelompok mereka pada khususnya. Hurlock (1978) menambahkan kebanyakan
orang tua menyadari bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penyesuaian
sosial anak dengan sukses dan bahagianya mereka di kehidupan mereka kelak.
Penyesuaian juga didefinisikan sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan
dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan dunia invidu tersebut (Calhoun &
Acocella, 1990).
Selain itu, Derlega dan Janda (1981) mendefinisikan penyesuaian sebagai
kemampuan untuk mengatasi masalah sehari-hari, tidak adanya masalah
psikologis dan adanya kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Penyesuaian yang
baik bagi individu adalah saat individu mampu mencapai tujuannya dan elemen
terpenting adalah penerimaan diri. Dalam hal ini penyesuaian dapat dilihat sebagai
proses dan juga sebagai hasil.
Penyesuaian diri bukan merupakan sesuatu yang bersifat absolut, tidak ada
individu yang dapat melakukan penyesuaian dengan sempurna. Penyesuaian diri
bersifat relatif, artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas
individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya. Kapasitas ini berbeda-beda
tergantung kepribadian dan tahap perkembangan individu. Penyesuaian yang
dianggap baik pada suatu tahapan usia mungkin saja dianggap kurang baik pada
tahapan usia lainnya (Agustiani, 2006).
13
Dari berbagai definisi mengenai penyesuaian sosial diatas, peneliti
menggunakan definisi penyesuaian sosial menurut Schneiders (1960) yang
mengungkapkan bahwa penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif
dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang
harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang
dapat diterima dan memuaskan. Definisi menurut Schneider (1960) ini digunakan
karena lebih sesuai untuk melihat penyesuaian sosial pada remaja dengan orang
tua sebagai buruh migran.
2.1.2. Aspek Penyesuaian Sosial
Aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Schneider (1960) adalah sebagai
berikut:
1. Penyesuaian sosial dalam lingkungan keluarga. Adapun kriteria penyesuaian
sosial dalam keluarga yang memadai sebagai berikut:
a. Menjalin hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga.
b. Menerima otoritas orang tua.
c. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
d. Berusaha untuk membantu seluruh anggota keluarga dalam mencapai tujuan
secara individu maupun kelompok.
e. Adanya kebebasan yang bertahap dan kemandirian yang tumbuh dari dalam
rumah.
2. Penyesuaian sosial di sekolah. Kriteria agar penyesuaian sosial di sekolah
memadai adalah sebagai berikut:
14
a. Menghormati dan menerima peraturan sekolah.
b. Tertarik dan berpartisipasi dalam fungsi dan kegiatan sekolah
c. Menjalin hubungan yang baik dengan teman, guru, dan staff lainnya.
d. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) di sekolah.
e. Membantu sekolah untuk mencapai tujuan-tujuannya seperti siswa
berpartisipasi aktif dalam perlombaan antar sekolah dan menjadi siswa yang
baik.
3. Penyesuaian sosial di lingkungan masyarakat. Kriteria sebagai penyesuaian
sosial di lingkungan masyarakat yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kebutuhan untuk mengenali dan menghargai hak orang lain dalam
masyarakat.
b. Berinteraksi dengan orang lain serta membangun suatu persahabatan.
c. Memiliki minat serta simpati atas kesejahteraan orang lain.
d. Memiliki kedermawanan dan mengasihi orang lain.
e. Menghargai nilai dan integritas dari hukum yang berlaku, tradisi seta kebiasaan
dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Hurlock (1978) mengemukakan empat aspek sebagai
prediktor penyesuaian sosial yang baik, yaitu:
1. Penampilan nyata. Perilaku sosial individu yang dinilai berdasarkan standar
kelompok yang dapat memenuhi harapan kelompoknya.
2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok. Baik teman sebaya maupun
kelompok orang dewasa.
15
3. Sikap sosial. Menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain,
terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial.
4. Kepuasan pribadi. Merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap
peranyang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin
maupun sebagai anggota.
Dari kedua aspek yang dikemukakan diatas, peneliti menggunakan aspek
yang diuraikan oleh Schneiders (1960) karena untuk melihat penyesuaian sosial
remaja dengan orang tua sebagai buruh migran di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakatnya.
2.1.3. Pengukuran Penyesuaian Sosial
Dalam mengukur penyesuaian sosial, ada beberapa alat ukur yang dapat
digunakan yaitu:
1. SAICA (Social Adjustment Inventory for Children and Adolescents)
SAICA merupakan semistruktur interview yang didesain sebagai self-report untuk
anak dan remaja serta untuk orang tua terhadap anaknya. Alat ukur ini dibuat oleh
John, Gammon, Prusoff, dan Warner (1987) pada responden anak-remaja
berjumlah 124 responden dengan rentang usia 6 sampai 18 tahun. SAICA
diadministrasikan oleh individu yang memahami perkembangan anak dan yang
memiliki pengalaman di bidang testing klinis anak dan remaja (usia 6-18 tahun).
Terdapat empat aspek yang diukur dalam SAICA yaitu: sekolah, kegiatan di
waktu luang, hubungan pertemanan, dan fungsi rumah.
16
2. Psychological Adjustment Scale (PAS)
Alat ukur ini terdiri dari 27 item yang disusun berdasarkan karakterirtik
penyesuaian yang baik yang dikemukakan oleh Harber dan Runyon (1984). Item-
item tersebut mengukur lima karakteristik penyesuaian yang baik yaitu: accurate
perception of reality (persepsi yang akurat terhadap realitas), ability to cope with
stress and anxiety (kemampuan mengatasi stres dan kecemasan), positive self
image (citra diri yang positif), ability to express feelings (kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan), good interpersonal relations (hubungan interpersonal
yang baik). Memiliki nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.83 dan dengan split half
0.85. PAS memiliki 5 point rating scale dengan kategori sebagai berikut: 5 (sangat
setuju), 4 (setuju), 3 (netral), 2 (tidak setuju), dan 1 (sangat tidak setuju). Individu
dengan skor diatas 81 memiliki penyesuaian yang baik sedangkan individu
dengan skor dibawah 81 memiliki penyesuaian yang buruk (dalam Ahmad dan
Zadeh, 2014).
Pada penelitian ini, peneliti memodifikasi alat ukur Safitri (2010)
berdasarkan aspek-aspek penyesuaian sosial menurut Schneiders (1960) yaitu
aspek lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat karena lebih sesuai dengan
teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Sosial
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial menurut Schneiders (1960)
adalah sebagai berikut:
1. Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik.
17
2. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan
intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional. Salah satu contohnya
adalah kecerdasan emosi (Kar, Saha, & Mondal, 2016).
3. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustasi dan
konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam
penyesuaian sosial. Salah satu contohnya adalah komunikasi interpersonal
(Su et al, 2012).
4. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi
keluarga, kondisi rumah, dan sebagainya.
5. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi
penyesuaian sosial individu.
Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian sosial
adalah faktor perkembangan dan kematangan yaitu kecerdasan emosi sebagai
variabel bebas yang pertama, dan faktor psikologis yaitu komunikasi interpersonal
sebagai variabel bebas yang kedua.
2.2. Kecerdasan Emosi
2.2.1. Definisi Kecerdasan Emosi
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan
untuk memantau perasaan dan emosi sendiri serta orang lain untuk membedakan
antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan seseorang (dalam Salovey & Grewal, 2005; Brackett & Salovey, 2006).
Lebih lanjut Mayer dan Salovey (1997) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi
merupakan kemampuan untuk menerima emosi, menggunakan emosi untuk
18
memfasilitasi pikiran, memahami emosi, dan mengatur emosi (dalam Mayer,
Salovey & Caruso, 2004; Stys & Brown, 2004; Brackett & Salovey, 2006; Hultin,
2011).
Sedangkan Bar-On (1997) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai
kepedulian dengan memahami diri sendiri dan orang lain, berhubungan dengan
orang, beradaptasi dan dapat mengatasi lingkungan sekitarnya menjadi lebih
sukses dalam berurusan dengan tuntutan lingkungan (dalam Stys & Brown, 2004).
Berbeda dengan Bar-On, Goleman (2001) memberikan definisi kecerdasan emosi
adalah kemampuan untuk mengenali emosi dan mengatur emosi dalam diri sendiri
dan orang lain (dalam Stys & Brown, 2004). Menurut Goleman terdapat empat
kemampuan yang dikuasai dalam kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri,
pengaturan diri, kesadaran sosial dan pengaturan dalam hubungan. Kecerdasan
emosi juga diungkapkan oleh Segal dan Smith (2013) sebagai kemampuan untuk
mengidentifikasi, menggunakan, memahami, dan menghandle perasaan untuk
menghadapi stres dan tantangan, berempati dengan orang lain, dan meredakan
konflik (dalam Igbo, Nwaka, Mbagwu & Mezieobi, 2016).
Dari beragam definisi mengenai kecerdasan emosi tersebut, peneliti
menggunakan definisi dari Salovey dan Mayer (1990) yang mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengatur perasaan sendiri dan
orang lain, membedakan emosi tersebut dan menggunakannya sebagai informasi
untuk membimbing pikiran dalam menentukan tindakan seseorang. Definisi ini
digunakan karena lebih sesuai untuk melihat kecerdasan emosi yang menyeluruh
dari remaja dengan orang tua sebagai buruh migran.
19
2.2.2. Aspek Kecerdasan Emosi
Aspek-aspek kecerdasan emosi menurut Salovey & Mayer (1990) adalah sebagai
berikut:
1. Appraisal or expression of emotions adalah kemampuan menerima dan
mengekspresikan emosi sendiri dan orang lain secara verbal dan nonverbal.
2. Regulation of emotions adalah kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan
orang lain.
3. Utilization of emotions adalah kemampuan untuk menggunakan dan
memanfaatkan emosi dalam merencanakan, berpikir kreatif, mengarahkan
perhatian, dan memotivasi.
Selain aspek-aspek kecerdasan emosi dari Salovey dan Mayer (1990)
Goleman (dalam Stys & Brown, 2004) juga mengungkapkan empat aspek dalam
kecedasan emosi yaitu:
1. Self-awareness adalah kemampuan untuk mengenali emosi dan pengaruhnya
dalam membimbing membuat sebuah keputusan.
2. Self-management adalah kemampuan untuk mengatur emosi dan beradaptasi
dalam beragai situasi.
3. Social awareness adalah kemampuan menyadari, memahami dan bereaksi
terhadap emosi orang lain dalam sebuah hubungan sosial.
4. Relationship management adalah kemampuan menginspirasi, mempengaruhi,
dan mengembangkan emosi orang lain dalam manajemen konflik.
Dari aspek-aspek yang diungkapkan tersebut, peneliti menggunakan tiga
aspek yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer (1990) mengenai kecerdasan
20
emosi dalam penelitian ini yaitu aspek appraisal or expression of emotions,
regulation of emotions, dan utilization of emotions. Ketiga aspek ini
menyesuaikan dari teori yang digunakan dalam penelitian ini.
2.2.3. Pengukuran Kecerdasan Emosi
Dalam mengukur kecerdasan emosi dapat menggunakan beberapa alat ukur untuk
menelitinya yaitu:
1. MSCEIT (The Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test)
MSCEIT dikembangkan oleh Salovey, Mayer, Caruso (dalam Brackett &
Salovey, 2006) dengan 141 item yang mengukur empat aspek kecerdasan emosi
yang dikemukakan oleh Mayer dan Salovey (dalam Brackett & Salovey, 2006)
yaitu perceiving, using, understanding, dan regulating emotions. Dari 141 item
tersebut dibagi menjadi 8 tugas yang terdiri dari masing-masing aspek 2 tugas.
Pada penelitian Brackett dan Salovey di tahun 2003 (dalam Stys & Brown, 2004),
MSCEIT memiliki nilai reliabilitas dengan test-retest sebesar 0.86.
2. Bar-on’s EQ-i
Emotional Questiont Inventory yang dikembangkan oleh Reuven Bar-On (dalam
Stys & Brown, 2004) ini berfokus pada dua dimensi yaitu emosi dan kemampuan
sosial. Alat ukur ini terdiri dari 133 item dengan 5 aspek yang diukur yaitu:
intrapersonal, interpersonal, adaptability, stress management, general mood
components.
Emotional Questiont Inventory memiliki nilai rentang skala 1-5 dengan 1 (sangat
tidak sesuai) dan 5 (sangat sesuai). Reliabilitas dari alat ukur ini adalah 0.85 (Bar-
On, 2002 dalam Stys & Brown, 2004).
21
3. Self-Report Emotional Intelligence Test (SREIT)
Skala ini dikembangkan oleh Schutte, Malouff, Hall, Haggerty, Cooper, Golden,
dan Dorheimm pada tahun 1998 (dalam Stys & Brown, 2004) berdasarkan aspek
kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer (1990) yaitu
ekspresi emosi, regulasi emosi, dan pemanfaatan emosi. SREIT memiliki 33 item
dengan menggunakan lima point skala Likert dalam pilihan jawabannya dari
rentang 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Alat ukur ini memiliki nilai
reliabilitas Cronbach’s alpha sebesar 0.87.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Self-Report Emotional
Intelligence Test yang dikembangkan oleh Schutte et al (1998) karena sesuai
dengan teori dan aspek yang digunakan dalam penelitian ini dan alat ukur ini
memiliki nilai reliabilitas yang cukup tinggi yaitu 0.87.
2.3. Komunikasi Interpersonal
2.3.1. Definisi Komunikasi Interpersonal
Bienvenue (1971) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah kemampuan
individu untuk mendengarkan, berempati, untuk memahami, untuk menangani
perasaan marah, untuk mengekspresikan dirinya, dan segala atribut
percakapannya. Definisi komunikasi interpersonal dapat dilihat dengan
menelusuri terlebih dahulu arti dari interpersonal. Kata interpersonal terdiri dari
dua gabungan kata yaitu “inter” yang artinya “antara atau diantara” dan person
artinya “orang”, komunikasi interpersonal secara harfiah muncul antara lebih dari
satu orang (Wood, 2016).
22
Hartley (1993) menjelaskan karakteristik komunikasi interpersonal
adalah komunikasi dari satu orang ke orang lain, komunikasi secara langsung
(face-to-face) dan baik bentuk dan isi komunikasi mencerminkan karakteristik
pribadi dari individu-individu serta peran sosial dan hubungan mereka. Sedangkan
Matsumoto (2010) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang
melibatkan beberapa pesan atau pertukaran informasi antara dua atau lebih
interactan. Penyampaian dan penerimaan pesan tersebut membentuk sebuah dasar
dari setiap episode komunikasi karenanya pertukaran informasi ini terjadi melalui
beberapa saluran dan beberapa jaringan, dan melalui perilaku verbal dan
nonverbal, sehingga komunikasi menjadi sebuah proses yang kaya dan kompleks.
Devito (2015) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang.
Seperti komunikasi antara atau diantara teman karib, atau mereka yang terlibat
dalam hubungan yang dekat – teman, mitra romantis, keluarga, dan rekan kerja,
misalnya. Hubungan ini saling bergantung, yang berarti bahwa tindakan satu
orang memiliki beberapa dampak pada orang lain; apa satu orang tidak
berpengaruh pada orang lain. Kadang komunikasi interpersonal menyenangkan,
tapi kadang meletus menjadi konflik – membuat setiap orang sangat signifikan
untuk yang lain. Devito (2013) juga mengatakan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi antara dua individu yang secara sama “terhubung”.
Komunikasi interpersonal ini dapat lebih intim dalam sebuah grup kecil seperti
keluarga yaitu ibu-anak, ayah-anak, ayah-ibu, kakak-adik, dan lainnya.
23
Dalam penelitian ini, definisi komunikasi interpersonal yang dimaksud
adalah mengacu pada definisi Bienvenu (1971) sebagai kemampuan individu
untuk saling mendengarkan, berempati, untuk memahami, untuk menahan
perasaan marah, untuk mengeskpresikan dirinya masing-masing, dan segala
atribut percakapannya. Definisi ini digunakan karena lebih sesuai untuk melihat
komunikasi yang terbentuk antara orang tua yang buruh migran dengan remaja
yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
2.3.2. Aspek Komunikasi Interpersonal
Menurut Millard J. Bienvenue (dalam Pfeiffer & Jones, 1974) membagi
komunikasi interpersonal menjadi lima aspek yaitu:
1. Self-concept. Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami,
kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
2. Ability. Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik.
3. Skill expression. Kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan ide-idenya.
4. Coping with emotion. Individu dapat mengatasi emosinya dengan cara yang
konstruktif.
5. Self disclosure. Keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara bebas
dan terus terang, dengan tujuan untuk menjaga hubungan interpersonal.
Sedangkan Devito (2013) mengemukakan lima aspek yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal, yaitu:
24
1. Openess (keterbukaan). Sikap terbuka menjelaskan kesediaan individu untuk
berinteraksi secara terbuka dengan orang lain, untuk bereaksi secara jujur dan
memiliki pemikiran serta perasaan sendiri.
2. Emphaty (empati). Empati merupakan kemampuan yang melibatkan berbagi
perasaan dengan orang lain, kemampuan untuk merasakan atau melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain.
3. Supportiveness (dukungan). Dukungan dalam hal ini merupakan sikap individu
atau suasana dalam kelompok yang ditandai dengan keterbukaan, tidak adanya
rasa takut, dan adanya perasaan kesetaraan.
4. Positiveness (rasa positif). Karakteristik efektivitas antarpribadi melibatkan
sikap positif dan penggunaan pesan-pesan positif dalam mengekspresikan
sebuah sikap.
5. Equality (kesamaan). Sikap yang mengakui bahwa setiap individu dalam
interaksi komunikasi adalah sama, bahwa tidak ada yang lebih unggul daripada
yang lain serta adanya sebuah dukungan satu sama lain.
Dari kedua aspek yang dikemukakan oleh kedua tokoh diatas, peneliti
menggunakan aspek yang diuraikan oleh Bienvenue (1971) yaitu self-concept,
ability, skill expression, coping with emotion, dan self-disclosure karena akan
lebih menggambarkan komunikasi interpersonal pada remaja dengan orang tua
sebagai buruh migran dan sesuai dengan teori yang digunakan dalam peelitian ini.
2.3.3. Pengukuran Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dapat diukur dengan beberapa alat ukur yang sudah
baku yaitu diantaranya adalah sebagai berikut:
25
1. Interpersonal Communication Inventory (ICI)
Alat ukur ini dibuat oleh Millard J. Bienvenue (1971) yang terdiri dari 40 item
pernyataan dengan lima aspek yang diukur yaitu self-concept, ability, skill
expression, coping with emotion, self-disclosure. Dengan tiga pilihan jawaban
untuk setiap itemnya yaitu ya diberi skor 2, tidak diberi skor 1, dan kadang-
kadang diberi skor 0. Face validity dilakukan dengan dievaluasi oleh beberapa
ahli sosiologi, psikolog, dan para ahli dalam bidang hubungan antar manusia yang
relevan dengan komunikasi interpersonal.
2. Parent-child communication (TALK)
TALK ini mencerminkan sejauh mana orangtua berbicara dengan anak-anak
terlepas dari jenis dan tujuan komunikasi. TALK dalam PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study) tahun 2006 adalah lapoan frekuensi orang
tua tentang “berbicara dengan anak mengenai sesuatu yang sudah mereka
lakukan” pada skala Likert 1-4 (dalam Caro, 2011).
3. Interpersonal Communicatin Scale (ICS)
Interpersonal Communication Scale (ICS) mengukur dua faktor dalam
komunikasi yaitu external perception dan internal disseverance. External
perception adalah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain dan
internal disseverance adalah keinginan individu untuk menghilangkan jarak
dengan orang lain selama berkomunikasi. Terdiri dari 7 item dengan koefisien
Cronbach’s alpha pada masing-masing faktor sebesar 0.906 dan 0.824 (Campbell
& Akdemir, 2016).
26
Peneliti menggunakan dan mengadaptasi Interpersonal Communication
Inventory (ICI) yang dibuat oleh Bienvenu (1971) untuk mengukur komunikasi
interpersonal karena alat ukur tersebut memiliki aspek-aspek yang sesuai dengan
teori yang digunakan dalam penelitian ini dan alat ukur ini juga masih digunakan
namun pada variabel lain.
2.4. Kerangka Berpikir
Penyesuaian merupakan sebuah proses yang terus dijalani oleh individu dalam
kehidupannya. Di setiap fase perkembangan, individu akan tetap diberikan sebuah
tugas dan tuntuntan-tuntutan yang baru untuk dihadapi. Tuntutan dan tugas-tugas
yang baru ini juga yang dihadapi oleh remaja. Tuntutan-tuntutan tersebut datang
dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan itulah remaja secara langsung dan tidak langsung “dipaksa” untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan berbagai tuntutan tersebut.
Penyesuaian menjadi sebuah hal yang dibutuhkan untuk remaja. Dengan
penyesuaian yang baik, remaja mampu menjadi pribadi yang sehat secara fisik
dan psikologisnya. Namun, Schneiders (1960) mengungkapkan jika individu tidak
mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan tuntutan dari lingkungan yang ada,
individu tersebut akan mengalami penyesuaian yang buruk (maladjustement).
Penyesuaian yang buruk inilah yang terlihat dari berbagai perilaku remaja yang
seringkali menyimpang dan memiliki kesehatan mental yang buruk seperti
penggunaan obat-obatan, merokok, bolos sekolah, menghabiskan waktu dengan
kegiatan yang kurang bermanfaat, merasa kesepian, cemas, depresi, dan lain
sebagainya.
27
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial, kecerdasan
emosi menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Dengan kecerdasan
emosi, individu mampu mengatasai berbagai tuntutan-tuntutan yang ada di
lingkungannya (Igbo et al, 2016). Salovey dan Mayer (1990) juga
mengungkapkan bahwa individu dengan kecerdasan emosi akan mampu berpikir
untuk mencapai sebuah kesehatan mental yang positif. Mereka akan mampu
bersosialisasi dengan baik di dalam lingkungannya, seperti membantu orang lain,
memahami kesulitan dan perasaan orang lain, dan bagaimana diri mereka terbuka
terhadap berbagai pengalaman yang positif maupun negatif. Semakin tinggi
individu memiliki kecerdasan emosi, maka akan semakin tinggi pula individu
mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungannya.
Selain kecerdasan emosi, komunikasi interpersonal dengan orang tua juga
merupakan faktor berikutnya yang mempengaruhi penyesuaian sosial pada
remaja. Komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja mampu membangun
sebuah ikatan emosi yang positif pada remaja dan hal tersebut sangat membantu
remaja dalam menghadapi berbagai masalah dalam masa perkembangannya
(Laursen & Collins, 2009). Remaja belajar tentang banyak hal pertama kali
melalui orang tuanya. Bagaimana berteman, menghadapi masalah, bersosialisasi
dengan orang lain, menyelesaikan tugas sekolah dengan baik, dan melakukan
berbagai kegiatan yang bermanfaat itu semua dapat terbentuk melalui sebuah
komunikasi yang baik seperti melalui diskusi atau becerita dengan orangtua
mereka. Namun, jika komunikasi buruk yang terbentuk, rendahnya frekuensi
komunikasi dan kualitas komunikasi, maka remaja akan sulit dalam melakukan
28
penyesuaian di lingkungannya. Sehingga semakin tinggi dan baik sebuah
komunikasi interpersonal, maka akan semakin tinggi remaja mampu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan sejumlah penelitian terdahulu, dengan
demikian kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2.5. Hipotesis Penelitian
2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian
2. 5. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
KECERDASAN EMOSI
Appraisal or expression
of emotion
Regulation of emotion
Utilization of emotion
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
Self-concept
Ability
Skill expression
Coping with emotion
Self-disclosure
PENYESUAIAN
SOSIAL
29
Hipotesis Mayor:
Ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi (appraisal or expression
of emotion, regulation of emotion, utilization of emotion) dan komunikasi
interpersonal (self-concept, ability, skill expression, coping with emotion, self-
disclosure) terhadap penyesuaian sosial.
Hipotesis Minor:
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara appraisal or expresion of emotion
dari kecerdasan emosi terhadap penyesuaian sosial
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara regulation of emotion dari
kecerdasan emosi terhadappenyesuaian sosial
H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara utilization of emotion dari kecerdasan
emosi terhadap penyesuaian sosial
H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara self-concept dari komunikasi
interpersonal terhadap penyesuaian sosial
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara ability dari komunikasi interpesonal
terhadap penyesuaian sosial
H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara skill expression dari komunikasi
interpersonal terhadap penyesuaian sosial
H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara coping with emotion dari komunikasi
interpersonal terhadap penyesuaian sosial
H8 : Ada pengaruh yang signifikan antara self-disclosure dari komunikasi
interpersonal terhadap penyesuaian sosial
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang ditinggal oleh orang tuanya
sebagai tenaga kerja di luar negeri di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pemilihan populasi remaja yang ditinggal orang tuanya bekerja di luar negeri di
Indramayu dikarenakan, Indramayu merupakan kabupaten terbesar pengiriman
jumlah tenaga kerja ke luar negerinya di Indonesia (BNP2TKI, data update
tanggal 5 Februari 2018). Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah remaja yang usianya 12-18 tahun dengan ibu sebagai buruh migran,
ayah sebagai buruh migran, dan atau kedua orang tuanya sebagai buruh migran
dengan jangka waktu lebih dari tiga bulan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probability sampling dimana peluang terpilihnya anggota populasi tidak
dapat dihitung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
accidental sampling dimana peneliti memberikan kuesioner pada sampel yang
sesuai dengan kriteria penelitian. Sedangkan penentuan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan tabel ukuran sampel menurut
Yamane (1967) dengan ketepatan 95 persen yaitu minimal 204 (dalam Israel,
1992). Jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 297 orang
yang memenuhi kriteria penelitian.
31
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyesuaian sosial
yang dijadikan sebagai variabel terikat. Kecerdasan emosi (terdiri dari 3 aspek,
appraisal or expression of emotion, regulation of emotion, dan utilization of
emotion), dan komunikasi interpersonal (terdiri dari 5 aspek, self-concept, ability,
skill expression, coping with emotion, dan self-disclosure) yang dijadikan sebagai
variabel bebas
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel terikat dan
variabel bebas. Maka selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari
variabel yangakan digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan definisi
operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1.Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh
setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap
realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam
kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan
memuaskan (Schneiders, 1960).
2. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengatur perasaan sendiri dan orang
lain, membedakan mereka dan menggunakan mereka dan menggunakan informasi
tersebut dalam membimbing pemikiran tindakan seseorang (Salovey & Mayer,
1990). Adapun definisi operasional dari variabel-variabel kecerdasan emosi
menurut Salovey dan Mayer (1990) sebagai berikut:
32
a. Appraisal or expression of emotions adalah kemampuan menerima dan
mengekspresikan emosi sendiri dan orang lain secara verbal dan nonverbal.
b. Regulation of emotions adalah kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan
orang lain.
c. Utilization of emotions adalah kemampuan untuk menggunakan dan
memanfaatkan emosi dalam merencankan, berpikir kreatif, mengarahkan
perhatian, dan memotivasi.
3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah kemampuan individu untuk mendengarkan,
berempati, untuk memahami, untuk menangani perasaan marah, untuk
mengekspresikan dirinya, dan atribut percakapannya (Bienvenue, 1971). Adapun
definisi operasional dari variabel-variabel komunikasi interpersonal menurut
Bienvenue (dalam Pfeiffer & Jones, 1974), sebagai berikut:
a. Self-concept. Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami,
kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
b. Ability. Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik.
c. Skill expression. Kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan ide-idenya.
d. Coping with emotion. Individu dapat mengatasi emosinya dengan cara yang
konstruktif.
e. Self disclosure. Keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara
bebas dan terus terang, dengan tujuan untuk menjaga hubungan interpersonal.
33
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan established
instrument yaitu alat ukur yang sudah dikembangkan oleh peneliti lain antara lain
Safitri (2010), Schutte et al (1998), dan Bienvenue (1971). Format pengukuran
menggunakan model skala Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju,
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Peneliti meniadakan alternatif
jawaban netral seperti tidak tahu atau ragu-ragu untuk menghindari banyak
responden yang memilih alternatif jawaban tersebut sehingga menunjukkan hasil
yang tidak beragam.
Tabel 3.1
Bobot Nilai Tiap Jawaban pada Skala Penyesuaian Sosial, Kecerdasan
Emosi, dan Komunikasi Interpersonal
Pernyataan
Sangat Tidak
Sesuai
(STS)
Tidak Sesuai
(TS)
Sesuai
(S)
Sangat Sesuai
(SS)
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
Berdasarkan tabel 3.1, skala disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden tinggal memberi tanda silang (x) pada kolom atau tempat
yang telah disediakan.
1. Sangat sesuai, apabila responden merasa sangat sesuai dengan pernyataan yang
diberikan.
2. Sesuai, apabila responden merasa sesuai dengan pernyataan yang diberikan.
3. Tidak sesuai, apabila responden merasa tidak sesuai dengan pernyataan yang
diberikan.
34
4. Sangat tidak sesuai, apabila responden merasa sangat tidak sesuai berdasarkan
pernyataan yang diberikan.
3.3.1. Alat Ukur Penyesuaian Sosial
Untuk mengukur penyesuaian sosial pada responden, peneliti memodifikasi alat
ukur Safitri (2010) dengan menggunakan aspek dan indikator dari definisi
penyesuaian sosial Schneider (1960).
Tabel 3.2
Blue Print Alat Ukur Penyesuaian Sosial Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Lingkungan
keluarga
Menjalin hubungan yang baik dengan
seluruh anggota keluarga
1*, 3, 29* 3 item
Menerima otoritas orang tua 2*, 4 2 item
Menerima tanggung jawab dan batasan-
batasan (norma) keluarga
5, 7*, 30 3 item
Berusaha untuk membantu seluruh
anggota keluarga dalam mencapai tujuan
secara individu maupun kelompok
6, 8* 2 item
Memiliki kebebasan dan kemandirian dari
keluarga
9, 11* 2 item
Lingkungan
sekolah
Bersikap respek dan mau menerima
peraturan sekolah
10, 12* 2 item
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
sekolah
13, 15* 2 item
Menjalin hubungan yang baik dengan
teman-teman, guru, dan staf lainnya
14, 16* 2 item
Menerima tanggungjawab dan batasan-
batasan (norma) di sekolah
17, 19* 2 item
Membantu sekolah dalam merealisasikan
tujuan-tujuannya
18, 20* 2 item
Lingkungan
masyarakat
Mengakui dan respek terhadap hak-hak
orang lain
21*, 23 2 item
Memelihara jalinan persahabatan dengan
orang lain
22, 24* 2 item
Bersikap simpati dan altruis terhadap
kesejahteraan orang lain
25*, 27 2 item
Bersikap respek terhadap nilai-nilai,
hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan
masyarakat
26*, 28 2 item
Keterangan: tanda * = reverse item
3.3.2. Alat Ukur Kecerdasan Emosi
Untuk mengukur kecerdasan emosi, peneliti menggunakan dan mengadaptasi
skala The Self Report Emotional Intelligence Test yang dikembangkan oleh
35
Schutte et al pada tahun 1998 berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang
dikemukakan oleh Salovey dan Mayer (1990) yang berjumlah 33 item pernyataan
yang meliputi tiga aspek yaitu: appraisal or expression of emotion, regulation of
emotion, dan utilization of emotion. Di dalam skala yang asli, skala ini memiliki
lima pilihan jawaban dimana salah satunya adalah netral, namun peneliti hanya
menggunakan empat pilihan jawaban agar didapatkan hasil yang lebih bervariasi
dari responden dan menghindari jawaban netral dari responden.
Tabel 3.3
Blue Print Alat Ukur Kecerdasan Emosi
Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Appraisal or
expression of
emotion
Mampu menerima dan
mengeskpresikan emosi sendiri dan
orang lain secara verbal dan
nonverbal
4, 5*, 8, 9, 11, 15, 16,
18, 19, 22, 25, 26, 29,
32, 33*
15 item
Regulation of
emotions
Mampu untuk mengatur emosi
sendiri dan orang lain
1, 12, 14, 21, 24, 30 6 item
Utilization of
emotion
Mampu menggunakan dan
memanfaatkan emosi untuk
merencanakan, berpikir kreatif,
mengarahkan dan memotivasi
2, 3, 6, 7, 10, 13, 17,
20, 23, 27, 28*, 31
12 item
Keterangan: tanda * = reverse item
3.3.3. Alat Ukur Komunikasi Interpersonal
Untuk mengukur komunikasi interpersonal, peneliti memodifikasi dan
mengadaptasi skala Interpersonal Communication Inventory yang dibuat oleh
Millard J. Bienvenue (1971) yang berjumlah 40 item pernyataan yang meliputi
lima aspek yaitu: self-concept, ability, skill expression, coping with emotion, dan
self-disclosure.Pada skala ini, peneliti mengganti kata orang lain menjadi orang
tua agar lebih spesisfik mengukur komunikasi interpersonal orang tua dan anak.
Selain itu, peneliti juga menggunakan empat pilihan jawaban agar didapatkan
hasil yang lebih bervariasi dari responden dan menghindari jawaban netral dari
36
responden dimana pada skala yang asli, skala ini memiliki tiga pilihan jawaban
yaitu ya, tidak, dan netral.
Tabel 3.4
Blue Print Komunikasi Interpersonal Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Self-concept Memiliki konsep diri mengenai
kemampuan yang dimilikinya,
perasaan yang dialami dan
kondisi fisik dirinya dan
lingkungan terdekatnya
17, 23, 24*, 28, 32,
33, 37*, 39, 40
9 item
Ability Mampu menjadi pendengar yang
baik
2, 5, 6, 7*, 15*, 16*,
29*, 38*
8 item
Skill expression Mampu untuk mengekspresikan
pikiran dan ide-idenya
11*, 12*, 13*, 14*, 20,
21, 27*, 30
8 item
Coping with
emotion
Mampu mengatasi emosinya
dengan cara yang konstruktif
3, 8, 9*, 10*, 22*, 31*,
35, 36
8 item
Self-disclosure Mampu berkomunikasi dengan
orang lain secara bebas dan
terbuka
1*, 4, 18, 19, 25, 26*,
34,
7 item
Keterangan: tanda * = reverse item
3.4 Uji Validitas Konstruk
Penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori CFA (Confirmatory
factor Analysis) sebagai metode uji validitasnya sehingga dapat diketahui apakah
masing-masing item yang digunakan bersifat unidimensional (mengukur satu hal),
signifikan atau tidak, dan dapat dihitung loading factor dari setiap item. Loading
factor menunjukkan seberapa besar item tersebut dalam mengukur variabel
penelitian (Umar, 2014). Pada instrumen 1) penyesuaian sosial, 2) kecerdasan
emosi, dan 3) komunikasi interpersonal peneliti menggunakan uji validitas
konstruk instrumen dengan bantuan software LISREL (linear structural
relationshipi) versi 8.70. dalam CFA, terdapat beberapa hal yang dapat diuji
(Umar, 2014) yaitu:
1. Dilakukan uji CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan model satu faktor
dan dilihat nilai chi-square yang dihasilkan. Jika nilai chi-square tidak
37
signifikan (p>0.05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja.
Namun, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05) maka perlu dilakukan
modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan kesalahan
pengukuran pada item-item yang saling berkolerasi. Jika sudah diperoleh
model yang fit, maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit. Dalam
menganalisisnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t < 1.96, maka item
tersebut akan didrop karena dianggap tidak signifikan sumbangannya
terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
2) Melihat koefisien muatan faktor. Jika suatu item memiliki muatan faktor
negatif, maka item tersebut akan didrop.
3) Apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak saling berkorelasi,
maka item tersebut sebaiknya dieliminasi. Sebab item yang demikian
selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain
(multidimensional). Maka item yang digunakan hanyalah item yang valid
saja.
3. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah telah dilakukan, maka diperoleh
item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-item yang
valid tersebut akan diikutsertakan dalam mengestimasi faktor skor dari masing-
masing variabel. Jadi, perhitungannya faktor skor ini tidak menjumlahkan
item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap
38
skala. Adapun rumus true score = 50 + (10 x faktor skor). Dimana nilai mean =
50 dan standar deviasi = 10, jadi dengan menggunakan true score, nilai mean
dan standar deviasi seluruh variabel disamakan. Setelah didapatkan faktor skor
yang telah diubah menjadi true score, maka nilai baku inilah yang akan
dianalisis dalam uji hipotesis dan regresi.
3.4.1 Uji Validitas Skala Penyesuaian Sosial
Pada uji validitas konstruk penyesuaian sosial, peneliti menguji apakah 30 item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur satu variabel
saja yaitu penyesuaian sosial. Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, hasil penelitian dinyatakan tidak fit, dengan chi-square = 2080.59, df =
405, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.118. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi
terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 303.99, df
= 268, p-value = 0.06448, RMSEA = 0.021.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
jika nilai t (>1.96) maka item tersebut dapat diterima. Selain itu, jika nilai
koefisien muatan faktor positif maka item tersebut diterima atau valid, tetapi jika
koefisien muatan faktor negatif, maka item tersebut akan didrop, seperti pada
tabel 3.5 berikut ini:
39
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Penyesuaian Sosial
No Item Koefisien Standar Eror T-value Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.30 0.06 4.86 9 √
2 -0.05 0.06 -0.80 8 X
3 0.24 0.06 4.13 12 X
4 0.32 0.06 5.66 9 √
5 0.29 0.06 5.09 11 X
6 0.24 0.06 4.27 8 √
7 0.31 0.06 5.56 4 √
8 0.36 0.06 6.55 9 √
9 0.01 0.06 0.20 7 X
10 0.52 0.06 9.38 12 X
11 0.09 0.06 1.54 6 X
12 0.65 0.05 12.41 7 √
13 0.25 0.06 4.35 13 X
14 0.29 0.06 5.08 11 X
15 0.73 0.05 14.20 9 √
16 0.60 0.05 11.46 6 √
17 0.53 0.05 9.71 9 √
18 0.28 0.06 4.84 9 √
19 0.69 0.05 13.39 7 √
20 0.67 0.05 12.20 11 X
21 0.46 0.06 8.29 6 √
22 0.24 0.06 3.93 11 X
23 0.56 0.06 9.53 12 X
24 0.38 0.06 6.74 13 X
25 0.33 0.06 5.95 7 √
26 0.59 0.06 10.72 11 X
27 0.55 0.06 9.47 10 √
28 0.22 0.06 3.77 6 √
29 0.31 0.06 5.50 10 √
30 0.58 0.05 10.70 11 X
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa 27 item bermuatan positif
dan memiliki nilai t (>1.96). Sedangkan tiga item lainnya memiliki nilai t (<1.96)
dan bermuatan negatif yaitu item 2,9, dan 11. Selain itu, terdapat 11 item yang
memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari 10, maka peneliti
memodifikasi kembali model yang sudah fit dengan mengeliminasi item-item
tersebut yaitu item 3, item 5, item 10, item 13, item 14, item 20, item 22, item 23,
item 24, item 26, dan item 30 agar diperoleh item-item dengan korelasi kesalahan
40
yang lebih sedikit. Sehingga terdapat 16 item yang kemudian diuji validitasnya
kembali.
Dari hasil CFA yang dilakukan dengan jumlah 16 item dimana 14 item
dieliminasi terlebih dahulu diperoleh model yang tidak fit dengan nilai chi-square
= 347.72, df = 104, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.099. Oleh karena itu,
dilakukan modifikasi terhadap model, dengan cara kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai chi-square = 96.42, df = 80, p-value = 0.10196, RMSEA = 0.026.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Dengan melihat nilai t (>1.96) dan muatan faktor yang positif
maka item tersebut diterima, dan sebaliknya, hasil uji validitas variabel
penyesuaian social dengan 16 item ada pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Penyesuaian Sosial dengan 16 item
No Item Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.29 0.06 4.65 2 √
4 0.32 0.06 5.27 3 √
6 0.30 0.06 4.89 4 X
7 0.33 0.06 5.50 2 √
8 0.37 0.06 6.26 3 √
12 0.65 0.06 11.72 2 √
15 0.73 0.06 13.11 3 √
16 0.60 0.06 10.34 3 √
17 0.54 0.06 9.46 4 X
18 0.29 0.06 4.61 2 √
19 0.69 0.06 12.43 2 √
21 0.36 0.06 6.03 5 X
25 0.30 0.06 5.13 2 √
27 0.58 0.06 9.28 4 X
28 0.20 0.06 3.26 4 X
29 0.28 0.06 4.67 3 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
41
Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa 16 item bermuatan positif
dan memiliki nilai t (>1.96). Namun, item 6, item 17, item 21, item 27, dan
item28 memiliki korelasi kesalahan lebih dari tiga, maka ketiga item ini sebaiknya
didrop. Sehingga pada variabel penyesuaian sosial ini hanya 11 item valid yang
memenuhi kriteria setelah model fit.
3.4.2 Uji Validitas Skala Kecerdasan Emosi
Pada skala ini, terdapat tiga aspek yang masing-masing diukur oleh item yang
ditentukan. Tiga aspek tersebut adalah appraisal or expression emotion,
regulation of emotion, dan utilization of emotion. Hasil dari uji validitas konstruk
pada setiap aspek dari kecerdasan emosi akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Appraisal or expression of emotion
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah 15 item yang
ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur appraisal or
expression of emotion saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor ternyata tidak fit, dengan nilai chi-square = 328.57, df = 90, p-value =
0.00000, RMSEA = 0.095. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi
dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square =
89.44, df = 71, p-value = 0.06873, RMSEA = 0.030. Dengan demikian, model
satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal
saja, yaitu appraisal or expression of emotion.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
42
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (>1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Appraisal or expression of emotion
No Item Koefisien Standar Eror T-value Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.32 0.07 4.66 3 √
2 -0.17 0.07 -2.44 2 X
3 0.08 0.07 1.08 4 X
4 0.21 0.07 2.95 3 √
5 0.18 0.07 2.65 4 X
6 0.28 0.07 4.05 2 √
7 0.17 0.07 2.46 3 √
8 0.55 0.07 8.32 1 √
9 0.54 0.07 8.16 1 √
10 0.62 0.07 9.28 1 √
11 0.31 0.07 4.60 1 √
12 0.22 0.07 3.19 4 X
13 0.38 0.07 5.47 2 √
14 0.46 0.07 6.88 1 √
15 0.02 0.08 0.30 4 X
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.7, dua belas item memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif. Sedangkan satu item yaitu item 2 bermuatan negatif, serta dua
item lainnya yaitu item 3 dan item 15 memiliki nilai t (<1.96). Selain itu,
walaupun item 5dan item 12 bermuatan positif dan memiliki nilai t (>1.96) namun
korelasi kesalahan pengukurannya lebih dari 3, maka sebaiknya ketiga item ini
juga didrop. Sehingga hanya sepuluh item valid yang memenuhi kriteria setelah
model fit.
2. Regulation of emotion
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah enam item yang
ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur regulation of emotion
saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
43
tidak fit, dengan nilai chi-square = 37.34, df = 9, p-value = 0.00002, RMSEA =
0.103. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya,
sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 10.71, df = 7, p-value =
0.15173, RMSEA = 0.042. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima
artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu regulation of
emotion.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Regulation of emotion
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.30 0.07 4.34 0 √
2 0.49 0.07 6.76 1 √
3 0.58 0.07 7.82 1 √
4 0.46 0.08 6.09 1 √
5 0.52 0.07 7.71 0 √
6 0.45 0.07 6.15 1 √
Keterangan: tanda √ = valid
Berdasarkan tabel 3.8, semua item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sehingga semua item pada instrumen yang telah disebutkan telah
memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
44
3. Utilization of emotion
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah 12 item yang
ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur utilization of emotion
saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit, dengan nilai chi-square = 173.82, df = 54, p-value = 0.00000, RMSEA =
0.087. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya,
sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 55.11, df = 42, p-value =
0.08459, RMSEA = 0.032. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima
artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu utilization of
emotion.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Jika nilai t (<1.96) maka item tersebut harus didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Utilization of emotion
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.62 0.06 10.42 1 √
2 0.55 0.06 8.76 3 √
3 0.57 0.06 9.74 0 √
4 0.20 0.06 3.19 0 √
5 0.56 0.06 9.22 2 √
6 0.16 0.07 2.32 4 X
7 0.65 0.06 10.84 2 √
8 0.48 0.06 7.62 3 √
9 0.65 0.06 10.88 4 X
10 0.13 0.07 1.93 2 X
11 0.35 0.06 5.52 2 √
12 0.40 0.06 6.53 1 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
45
Berdasarkan tabel 3.9, sebelas item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sedangkan satu item harus didrop karena memiliki nilai t (<1.96) yaitu
item 10. Selain itu, item 6 dan item 9 walaupun memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif, namun korelasi kesalahan pengukurannya lebih dari tiga, maka
sebaiknya ketiga item ini juga didrop. Sehingga hanya sembilan item valid yang
memenuhi kriteria setelah model fit.
3.4.3 Uji Validitas Skala Komunikasi Interpersonal
Pada skala ini, terdapat lima aspek yang masing-masing diukur oleh item yang
tekah ditentukan. Lima aspek tersebut adalah self-concept, ability, skill
expression, coping with emotion, dan self-disclosure. Hasil uji validitas konstruk
pada setiap aspek dari komunikasi interpersonal orang tua-anak akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Self-concept
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah sembilan item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur self-concept
saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata
tidak fit, dengan nilai chi-square = 86.94, df = 27, p-value = 0.00000, RMSEA =
0.087. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya,
sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 29.99, df = 23, p-value =
0.14962, RMSEA = 0.032. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima
artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu self-concept.
46
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Self-Concept
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.50 0.07 7.34 2 √
2 0.56 0.07 8.37 0 √
3 0.56 0.07 8.35 0 √
4 -0.16 0.07 -2.35 0 X
5 0.57 0.07 8.42 0 √
6 -0.39 0.07 -5.68 1 X
7 0.30 0.07 4.36 0 √
8 0.31 0.07 4.34 2 √
9 0.14 0.07 1.87 3 X
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.10, enam item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sedangkan tiga item harus didrop karena memiliki nilai muatan faktor
yang bermuatan negatif yaitu item 4 dan item 6, serta item 9 yang memiliki nilai t
(<1.96). Sehingga enam item pada instrumen yang telah disebutkan telah
memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
2. Ability
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah sembilan item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur ability saja. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit,
dengan nilai chi-square = 120.25, df = 20, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.130.
Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana
47
kesalahanpengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item
lainnya, sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 26.86, df = 17, p-
value = 0.06021, RMSEA = 0.044. Dengan demikian, model satu faktor dapat
diterima artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu ability.
Namun, walaupun model sudah fit, tetapi seluruh item memiliki muatan
faktor yang negatif, maka peneliti melakukan eliminasi pada satu item yang
diasumsikan mempengaruhi hasil yang demikian yaitu item 1. Setelah
mengeliminasi item 1 dan melakukan uji validitas pada 11 item lainnya maka
didapatkan nilai chi-square = 107.02, df = 14, p-value = 0.00000, RMSEA =
0.150, tetapi model ini belum fit, oleh karena itu dilakukan modifikasi terhadap
model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan
berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-
square = 12.77, df = 11, p-value = 0.30840, RMSEA = 0.023. Dengan demikian,
model satu faktor dengan 11 item dapat diterima artinya bahwa seluruh item
terbukti mengukur satu hal saja, yaitu ability.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
jika nilai t (>1.96) maka item tersebut valid. Selain itu, koefisien muatan faktor
yang positif juga menjadi syarat item tersebut valid, seperti pada tabel 3.11
berikut ini:
48
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Ability
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
2 0.43 0.07 6.64 2 √
3 0.30 0.07 4.54 2 √
4 0.22 0.07 3.33 0 √
5 0.56 0.07 8.93 1 √
6 0.61 0.07 10.05 0 √
7 0.53 0.06 8.56 1 √
8 0.75 0.06 12.57 0 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.11, sebelas item memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif. Sehingga tujuh item pada instrumen yang telah disebutkan
telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3. Skill of expression
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah delapan item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur skill of
expression saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit, dengan nilai chi-square = 98.72, df = 20, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.115. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalah pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item
lainnya, sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 22.82, df = 15, p-
value = 0.08799, RMSEA = 0.042. Dengan demikian, model satu faktor dapat
diterima artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu skill of
expression.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
49
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Skill expression
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.35 0.07 5.11 0 √
2 0.67 0.07 9.79 2 √
3 0.50 0.07 7.50 1 √
4 0.62 0.07 9.39 0 √
5 0.01 0.07 0.08 2 X
6 -0.20 0.08 -2.64 3 X
7 0.42 0.07 6.29 0 √
8 0.24 0.08 3.23 2 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.12, enam item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sedangkan dua item harus didrop karena memiliki nilai muatan yang
bermuatan negatif yaitu item 6 dan item5 yang memiliki nilai t (<1.96) . Sehingga
enam item pada instrumen yang telah disebutkan telah memenuhi kriteria yang
telah dijelaskan setelah model fit.
4. Coping with emotion
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah delapan item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur coping with
emotion saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit, dengan nilai chi-square = 72.68, df = 20, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.094. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalah pengukuran pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item
lainnya, sehingga diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 25.77, df = 16, p-
value = 0.05731, RMSEA = 0.045. Dengan demikian, model satu faktor dapat
50
diterima artinya bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu coping
with emotion.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.13 berikut ini:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Coping with emotion
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.52 0.07 7.95 1 √
2 0.19 0.07 2.75 2 √
3 0.62 0.07 9.59 0 √
4 0.71 0.07 10.82 0 √
5 0.49 0.07 7.41 2 √
6 0.23 0.07 3.26 1 √
7 -0.01 0.07 -0.17 2 X
8 0.20 0.07 2.88 0 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.13, tujuh item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sedangkan satu item harus didrop karena bermuatan negatif dan memiliki
nilai t (<1.96) yaitu item 7. Sehingga tujuh item pada instrumen yang telah
disebutkan telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
5. Self-disclosure
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah tujuh item yang
ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur self-disclosure saja.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak
fit, dengan nilai chi-square = 44.73, df = 14, p-value = 0.00005, RMSEA = 0.086.
Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalah pengukuran
51
pada beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga
diperoleh model fit, dengan nilai chi-square = 13.36, df = 10, p-value = 0.20409,
RMSEA = 0.034. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya
bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu self-disclosure.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya. Hasil uji validitas variabel self-disclosure ada pada tabel 3.14 berikut
ini:
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Self-Disclosure
Muatan Koefisien Standar
Eror T-value
Korelasi
Kesalahan Signifikansi
1 0.02 0.04 0.41 2 X
2 0.31 0.09 3.56 2 √
3 1.28 0.35 3.70 1 √
4 0.06 0.04 1.28 0 X
5 0.45 0.12 3.63 2 √
6 0.16 0.06 2.70 1 √
7 0.45 0.12 3.63 1 √
Keterangan: tanda √ = valid, X = tidak valid
Berdasarkan tabel 3.14, lima item memiliki nilai t (>1.96) dan bermuatan
positif. Sedangkan dua item harus didrop karena memiliki nilai t (<1.96) yaitu
item 1 dan item 4. Sehingga lima item pada instrumen yang telah disebutkan telah
memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hpotesis penelitian mengenai pengaruh keceredasan emosi dan
komunikasi interpersonal orang tua-anak terhadap penyesuaian sosial pada remaja
52
dengan orang tua sebagai buruh migran di Indramayu, maka data yang ada diolah
dengan menggunakan teknik analisis berganda (Multiple Regression Analysis)
dengan bantuan software SPSS 16.0. Berikut ini adalah persamaan regresi yang
digunakan dalam penelitian ini:
Keterangan:
Y = Penyesuaian Sosial
a = Konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Appraisal or expression of emotion
X2 = Regulatin of emotion
X3 = Utilization of emotion
X4 = Self-Concept
X5 = Ability
X6 = Skill expression
X7 = Coping with emotion
X8 = Self-Disclosure
e = Residu, yang dalam hal ini adalah seluruh IV selain 8 independent variable
yang ada dalam penelitian yang memengaruhi penyesuaian sosial namun
tidak diteliti.
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara penyesuaian sosial (variabel terikat) dengan variabel
bebas appraisal or expression of emotion, regulation of emotion, utilization of
emotion, self-concept, ability, skill expression, coping with emotion, dan self-
disclosure. Besarnya nilai penyesuaian sosial disebabkan independent variable
yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2
(R-Square).
R-Square menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat yang
disebabkan variabel bebas atau untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
53
bebas terhadap variabel terikat atau merupakan proporsi varians dari penyesuaian
sosial yang dijelaskan oleh seluruh variabel bebas. Untuk mendapatkan nilai R2
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau
tidak, maka digunakan uji F untuk membuktikannya. Hal tersebut menggunakan
rumus:
F = R2/k
(1−R2)/(N−k−1)
Dimana pembilang disini adalah R2 dengan df-nya (dilambangkan k) yaitu
sejumlah IV yang dianalisis. Sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi df-nya (N-k-
1) dimana N adalah sejumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya
dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Kemudian peneliti melakukan uji t dari tiap-tiap IV yang dianalisis.
Maksud uji t adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t = b
Sb
R2 = SSreg
SSy
54
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil
uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti
nantinya. Dalam penelitian ini, perhitungan statistik dilakukan dengan
menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 16.0.
55
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 297 responden yang merupakan remaja
usia 12-18 tahun dengan orang tua bekerja sebagai buruh migran di luar negeri di
Indramayu, Jawa Barat. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek penelitian
berdasarkan data demografis responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, orang
tua yang bekerja, periode ditinggal orang tua, orang tua kembali bekerja, usia
pertama kali ditinggal orang tua, saat ini diasuh oleh siapa, dan frekuensi
komunikasi dengan orang tua.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian Demografi Frekuensi Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 120 40.4%
Perempuan 177 59.6%
Orang tua yang bekerja sebagai TKI
Ayah 22 7.4%
Ibu 267 89.9%
Keduanya 8 2.7%
Periode orang tua bekerja
<1 tahun 35 11.9%
1-5 tahun 220 74%
≥ 6 tahun 42 14.1%
Frekuensi ditinggal kembali oleh orang tua
≤ 5 kali 272 91.6%
> 5 kali 25 8.4%
Usia pertama kali ditinggal orang tua
≤ 5 tahun 147 49.5%
6 tahun – 10 tahun 67 22.6%
> 10 tahun 83 27.9%
Pengasuh saat ini
Ayah 146 49.1%
Ibu 21 7.1%
Nenek/Kakek 97 32.7%
Lainnya 33 11.1%
Frekuensi komunikasi dengan orang tua
Sering (hampir setiap hari) 166 55.9%
Kadang-kadang (satu minggu sekali) 122 41.1%
Tidak pernah 9 3%
Jumlah 297 100%
56
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 297 remaja yang menjadi
subjek penelitian ini, subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan berjumlah 177
orang, yang ditinggal oleh ibunya bekerja (89.9%), dengan lama periode ditinggal
sudah 1 tahun – 5 tahun (74.0%), yang ≤ 5 kali orang tuanya kembali bekerja
(91.6%), dengan usia pertama kali ditinggal ≤ 5 tahun (49.5%), yang lebih
banyak diasuh oleh ayahnya (49.1%), dan frekuensi komunikasidengan orang tua
yang sering (55.9%) merupakan subjek yang mendominasi dalam penelitian ini.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dalam pembahsan ini skor yang digunakan dalam analisis statistik bukanlah skor
item pada umumnya, melainkan true score yang didaptkan guna menghindari
estimasi bias kesalahan pengukuran. Setelah didaptkan true score kemudian
ditransformasikan ke dalam t-score guna mempermudaj nterpretasi. Hasil statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Standar
Deviasi
Penyesuaian
sosial 297 24.72 66.81 50.0000 8.50997
Appraisal or
expression of
emotion
297 26.53 70.50 50.0000 8.10749
Regulation of
emotion 297 18.68 66.73 50.0000 7.36174
Utilization of
emotion 297 17.42 70.93 50.0000 8.38694
Self-concept 297 23.59 66.40 50.0000 7.64288
Ability 297 23.22 67.72 50.0000 8.25077
Skill expression 297 29.96 70.28 50.0000 8.16772
Coping with
emotion 297 31.68 67.95 50.0000 8.10351
Self-disclosure 297 21.47 67.77 50.0000 7.04841
Valid N
(listwise) 297
57
Berdasarkan tabel 4.2 variabel utilization of emotion memiliki nilai
minimum dan nilai maksimum diantara seluruh variabel yang diteliti dengan nilai
minimum yaitu sebesar 17.42 dan nilai maksimu sebesar 70.93.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Pada penelitian ini, kategorisasi diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu rendah dan tinggi. Adapun kategorisasi didapat berdasarkan pada
tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Norma Rentang Interpretasi
X ≥ Mean ≥ 50 Tinggi
X < Mean < 50 Rendah
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk variabel penyesuaian sosial, kecerdasan emosi, dan
komunikasi interpersonal orang tua-anak yang akan dijabarkan di bawah ini:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Presentase
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Penyesuaian sosial 156 141 52.5 47.5
Appraisal or
expression of emotion
134 163 45.1 54.9
Regulation of emotion 167 130 56.2 43.8
Utilization of emotion 158 139 53.2 46.8
Self-concept 156 141 52.5 47.5
Ability 139 158 46.8 53.2
Skill expression 146 151 49.2 50.8
Coping with emotion 154 143 51.9 48.1
Self-disclosure 146 151 49.2 50.8
58
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebanyak 52.5% responden
atau sebanyak 156 remaja berada dalam kategori rendah terhadap penyesuaian
sosial dan sebanyak 47.5% atau 141 remaja berada dalam kategori tinggi pada
penyesuaian sosial. Pada variabel appraisal or expression of emotion sebanyak
134 remaja atau 45.1% berada dalam kategori yang rendah dan sebanyak 163
remaja atau 54.9% berada dalam kategori yang tinggi pada appraisal or
expression of emotion. Remaja dengan regulation of emotion yang berada pada
kategori rendah berjumlah 167 remaja atau 56.2% dan yang berada dalam kategori
tinggi sebanyak 130 remaja atau 43.8%.
Sedangkan remaja dengan utilization of emotion yang berada pada
kategori rendah berjumlah 158 remaja atau 53.2% dan 139 remaja atau 46.8%
berada pada kategori utilization of emotion yang tinggi. Pada variabel self-concept
remaja yang berda dalam kategori rendah berjumlah 156 atau 52.5% dan yang
berada dalam kategori tinggi berjumlah 141 atau 47.5%. Kemudian remaja yang
berada dalam kategori rendah pada variabel ability berjumlah 139 atau 46.8% dan
yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 158 atau 53.2%. Sedangkan pada
variabel skill expression remaja yang berada pada kategori rendah berjumlah 146
atau 49.2% dan yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 151 atau 50.8%.
Kemudian remaja yang berada dalam kategori rendah pada variabel coping with
emotion berjumlah 78 remaja atau 54.2% dan yang berada pada kategori tinggi
berjumlah 66 remaja atau 45.8%. selanjutnya, pada variabel self-disclosure yang
berada pada kategori rendah berjumlah 65 remaja atau 45.1% dan 79 remaja atau
59
54.9% berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, sebaran pada setiap variabel
penelitian terdistribusi secara normal.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini. Analisisnya
dilakukan dengan teknik multiple regression. Data yang dianalisis adalah true
score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan digunakannya true score ini
adalah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan analisis regresi berganda
menggunakan software SPSS versi 16.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3,
dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat R-square. Pertama untuk
mengetahui berapa persen (%) variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh
variabel bebas, kedua apakah secara keselurhan variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat, kemudian terakhir melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas.
Langkah pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dari variabel terikat, yaitu penyesuaian sosial yang
diprediksikan oleh keseluruhan variabel bebas. Selanjutnya, untuk melihat besaran
R-square kita dapat melihat tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Sig. F Change
1 .511a .261 .241 7.41598 .000
60
Dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.261 atau sebesar 26 %
dari bervariasinya penyesuaian sosial ditentukan oleh bervariasinya variabel bebas
yang diteliti yaitu appraisal or expression of emotion, regulation of emotion,
utilization of emotion, self-concept, ability, skill expression, coping with emotion,
dan self-disclosure. Sedangkan sisanya sebesar 74%, penyesuaian sosial
dipengaruhi oleh variabel lain selain kecerdasan emosi dan komunikasi
interpersonal.
Langkah kedua yaitu peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel
bebas terhadap penyesuaian sosial. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut
ini:
Tabel 4.6
Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 5597.095 8 699.637 12.721 .000a
Residual 15839.087 288 54.997
Total 21436.182 296
Berdasarkan data pada tabel 4.6 pada kolom Sig. diketahui bahwa
(p<0.05) atau signifikan. Oleh karenanya hipotesis nihil yang meyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan pada tabel variabel bebas terhadap penyesuaian sosial
ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi (appraisal
or expression of emotion, regulation of emotion, dan utilization of emotion) dan
komunikasi interpersonal orang tua-anak (self-concept, ability, skill expression,
coping with emotion, dan self-disclosure) terhadap penyesuaian sosial.
Kemudian langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel
bebas. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut ini:
61
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Standardized
t Sig. Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.315 4.688 2.627 .009
Appraisal or
expression of
emotion
-.006 .062 -.006 -.102 .919
Regulation of
emotion .020 .080 .017 .253 .801
Utilization of
emotion .160 .071 .157 -2.248 .025
Self-concept .131 .069 .118 1.914 .057
Ability .169 .070 .164 2.427 .016
Skill expression .270 .066 .259 4.089 .000
Coping with
emotion .013 .066 .013 .202 .840
Self-disclosure -.003 .068 -.003 -.046 .963
Dari tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, dengan melihat nilai sig pada kolom paling kanan, jika p<0.05
maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
penyesuaian sosial dan sebaliknya. Dari hasil tabel 4.7 hanya koefisien regresi
utilization of emotion, ability dan skill of expression saja yang signifikan,
sedangkan koefisien regresi lainnya tidak signifikan. Penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing variabel bebas adalah
sebagai berikut:
1. Variabel appraisal or expression of emotion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.006 dengan nilai signifikan sebesar
0.919 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh appraisal or expression of emotion terhadap penyesuaian sosial
diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan appraisal or expression of
emotion terhadap penyesuaian sosial.
62
2. Variabel regulation of emotion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.020 dengan nilai signifikansi 0.801
(p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
regulation of emotion diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
regulation of emotion terhadap penyesuaian sosial.
3. Variabel utilization of emotion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.160 dengan nilai signifikan sebesar
0.025 (p<0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh utilization of emotion terhadap penyesuaian sosial ditolak, sehingga
variabel utilization of emotion memiliki pengaruh signifikan terhadap penyesuaian
sosial. Koefisien positif menunjukkan semakin tinggi utilization of emotion maka
semakin tinggi penyesuaian sosial dan semakin rendah utilization of emotion
maka semakin rendah penyesuaian sosial.
4. Variabel self-concept
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.131 dengan nilai signifikan sebesar
0.057 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada
pengaruh self-concept terhadap penyesuaian sosial diterima. Artinya tidak
adapengaruh yang signifikan self-concept terhadap penyesuaian sosial.
5. Variabel ability
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.169 dengan nilai signifikansi 0.016
(p<0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
ability ditolak, sehingga variabel ability memiliki pengaruh yang signifikan
63
terhadap penyesuaian sosial. Koefisien yang positif menunjukkan semakin tinggi
ability maka semakin tinggi pula penyesuaian sosialnya dan semakin rendah
ability maka semakin rendah juga penyesuaian sosialnya.
6. Variabel skill expression
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.270 dengan nilai signifikansi 0.000
(p<0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
skill expression ditolak, sehingga variabel skill expression memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyesuaian sosial. Koefisien yang positif menunjukkan
semakin tinggi skill expression maka semakin tinggi penyesuaian sosialnya, dan
semakin rendah skill expression maka semakin rendah pula penyesuaian
sosialnya.
7. Variabel coping with emotion
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.013 dengan nilai signifikansi 0.840
(p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
coping with emotion diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan coping
with emotion terhadap penyesuaian sosial.
8. Variabel self-disclosure
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.003 dengan nilai signifikansi 0.963
(p>0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
self-disclosure diterima. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan self-
disclosure terhadap penyesuaian sosial.
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.9 dapat dijelaskan dari variabel
kecerdasan emosi hanya satu variabel yang signifikan dan dari variabel
64
komunikasi interpersonal dua variabel yang siginifkan. Sehingga persamaan
regresi sebagai berikut, dengan tanda (*) yang artinya signifikan:
Penyesuaian sosial = -0.006 appraisal or expression of emotion + 0.020
regulation of emotion + 0.160 utilization of emotion* + 0.131 self-concept + 0.169
ability*+ 0.270 skill expression*+ 0.013 coping with emotion - 0.003 self-
disclosure.
4.5 Proporsi Varian
Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing variabel bebas, peneliti
melakukan perhitungan nilai R-square change dengan cara melakukan analisis
regresi satu per satu, langkah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya R-square
change setiap kali menambahkan variabel bebas ke dalam analisis regresi.
Adapun besar R-square change untuk masing-masing variabel bebas pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Proporsi Varians untuk Masing-Masing Independent Variable (IV)
Model R-Square (R2) R2changed F change Sig F change
1 .015 .015 4.428 .036
2 .055 .040 12.526 .000
3 .091 .036 11.547 .001
4 .141 .050 16.922 .000
5 .212 .072 26.492 .000
6 .261 .049 19.077 .000
7 .261 .000 .041 .841
8 .261 .000 .002 .963
Dari tabel 4.8 didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Variabel appraisal or expression of emotion memberikan sumbangan sebesar
0.015 atau 1.5% dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini
signifikan secara statistik karena nilai sig. F change = 0.036 (p<0.05).
65
2. Variabel regulation of emotion memberikan sumbangan sebesar 0.040 atau
4.0% dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
3. Variabel utilization of emotion memberikan sumbangan sebesar 0.036 atau
3.6% dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.001 (p<0.05).
4. Variabel self-concept memberikan sumbangan sebesar 0.050 atau 5.0% dalam
proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini signifikan secara statistik
karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
5. Variabel ability memberikan sumbangan sebesar 0.072 atau 7.2% dalam
proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini signifikan secara statistik
karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
6. Variabel skill expression memberikan sumbangan sebesar 0.049 atau 4.9%
dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
7. Variabel coping with emotion memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0.0%
dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.841 (p>0.05).
8. Variabel self-disclosure memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0.0%
dalam proporsi varians penyesuaian sosial. Sumbangan ini tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.963 (p>0.05).
Dengan demikian hanya variabel appraisal or expression of emotion,
regulation of emotion, utilization of emotion, self-concept, ability, dan skill
66
expression yang memberikan sumbangan atau pengaruh varians yang signifikan
terhadap penyesuaian sosial pada remaja dengan orang tua sebagai buruh migran
di Indramayu.
67
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosi (appraisal or
expression of emotion, regulation of emotion, utilization of emotion) dan
komunikasi interpersonal (self-concept, ability, skill expression, coping with
emotion, self-disclosure) terhadap penyesuaian sosial pada remaja dengan orang
tua sebagai buruh migran.
Adapun hasil uji hipotesis minor dapat dijelaskan bahwa pada variabel
penyesuaian sosial secara signifikan hanya dipengaruhi oleh utilization of
emotion, ability, dan skill expression. Sedangkan variabel independen lainnya
memiliki pengaruh, namun tidak signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel utilization of emotion, ability,
dan skill expression terhadap penyesuian sosial.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil analisis regresi dan pengujian hipotesis minor menunjukkan
bahwa aspek appraisal or expression of emotion dari variabel kecerdasan emosi
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian sosial. Secara
hipotesis mayor, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kar,
Saha, dan Mondal (2016) dimana kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian sosial. Menurut Salovey dan Mayer (1990),
appraisal of emotion adalah kemampuan menerima dan mengeskpresikan emosi
68
sendiri dan orang lain secara verbal dan non verbal, berdasarkan observasi peneliti
pada anak buruh migran di Indramayu, kemampuan ini kurang terasah
dikarenakan banyak dari mereka yang sudah ditinggal sejak usia dini sehingga
mereka sudah terbiasa dan “terpaksa” menerima ketiadaan orang tua untuk
bekerja di luar negeri. Sehingga untuk menerima dan mengekspresikan emosinya
dengan baik, remaja dengan orang tua sebagai buruh migran belum mampu
melakukannya. Mereka masih sering memendam emosi mereka daripada
mengekspresikannya.
Dari hasil analisis penelitian variabel regulation of emotion tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian sosial. Hal ini dapat terjadi karena
untuk mengatur emosinya dengan baik dibutuhkan bimbingan dan pola asuh yang
baik pula, sehingga perilaku penyesuaian sosial yang buruk pada remaja dengan
orang tua sebagai buruh migran dapat dihindari. Namun, dikarenakan bimbingan
dan pola asuh yang kurang maksimal dari orang tua yang bekerja dan pengasuh,
membuat remaja kesulitan belajar mengatur emosinya.
Kemudian pada penelitian mengenai aspek-aspek kecerdasan emosi yang
dilakukan oleh Salguero, Palomera, dan Berrocal, (2011) dimana menggunakan
teori kecerdasan emosi dari Salovey dan Mayer (1990) namun dengan istilah yang
berbeda yaitu attention to feeling (regulation of emotion), emotional clarity
(appraisal or expression of emotion) dan emotional repair (utilization of emotion)
menemukan bahwa rendahnya variabel appraisal or expression of emotion dan
utilization of emotion mengakibatkan penyesuaian sosial remaja yang rendah juga.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa utilization of
69
emotion memiliki pengaruh yang signifikan pada penyesuaian sosial.
Memanfaatkan emosi untuk berpikir kreatif, membuat keputusan, dan
mengarahkan emosi untuk bertindak, menjadi perilaku yang sudah dilakukan oleh
remaja dengan orang tua sebagai buruh migran. Ketiadaan orang tua membuat
mereka terbiasa mandiri dan menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Selanjutnya pada variabel komunikasi interpersonal, variabel self-concept
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian sosial. Hal ini
dapat terjadi karena remaja dengan orang tua sebagai buruh migran di Indramayu
tidak mengenal dirinya diakibatkan kurangnya bimbingan dan asuhan dari orang
tua atau bahkan pengasuhnya mengenai siapa dirinya, kondisi fisiknya, dan
kondisi lingkungannya sehingga penelitian ini menunjukkan remaja dengan orang
tua sebagai buruh migran tidak memiliki konsep diri yang utuh.
Variabel ability dan variabel skill expression dari komunikasi interpersonal
dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian
sosial dan hasil ini menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua sebagai buruh
migran di Indramayu lebih mampu mendengarkan orang tuanya dan mampu untuk
mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya dan yang mereka rasakan
(Bienvenue dalam Pfeiffer dan Jones, 1974) dimana dari observasi dan wawancara
di lapangan, remaja ini mendengarkan orang tuanya dan juga tidak sungkan untuk
menyampaikan pendapatnya. Namun, mereka lebih sering membicarakan hal yang
umum (Dios, 2013) dan menyampaikan kabar yang baik-baik saja agar orang tua
mereka tidak khawatir terhadap kehidupan anak-anaknya (Malamassam, 2014).
70
Tidak seperti variabel ability dan variabel skill expression yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian sosial, variabel coping with
emotion dan self-disclosure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian sosial pada remaja dengan orang tua sebagai buruh migran di
Indramayu. Menurut Bienvenue (dalam Pfeiffer & Jones, 1974) coping with
emotion adalah individu dapat mengatasi emosinya dengan cara yang konstruktif
dan self-disclosure adalah keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain
secara bebas dan terus terang, hal ini tidak terjadi pada remaja dengan orang tua
sebagai buruh migran di Indramayu. Karena rendahnya intensitas berkomunikasi
secara langsung dengan orang tuanya, mereka lebih sulit untuk berbicara secara
bebas dan terbuka sehingga untuk mengatasi emosinya secara lebih konstruktif
pun mereka tidak memiliki panutan untuk mereka terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu, pada penelitian ini sebagian besar remaja sudah ditinggal oleh
orang tuanya semenjak kecil dan bahkan sudah ditinggal kurang lebih sampai lima
kali dengan periode orang tuanya bekerja rata-rata lima tahun. Hal ini dapat
mempengaruhi penyesuaian sosial remaja dengan orang tua sebagai buruh migran.
Frekuensi komunikasi yang cukup sering juga dapat menjadi faktor remaja lebih
mampu menyesuaikan dirinya dengan kehidupan sosialnya (Malamassam, 2014).
Alat ukur, karakteristik responden, dan masih sedikitnya penelitian
terdahulu pada variabel yang diteliti menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi langkah awal dan pengembangan
penelitian selanjutnya yang lebih baik pada sampel anak buruh migran.
71
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis seluruh proses dan isi laporan, peneliti
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan.
Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai pertimbangan dalam
melakukan penelitian selanjutnya antara lain:
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti beberapa memberikan saran teoritis, sebagai
berikut:
1. Penelitian mengenai remaja dengan orang tua yang bekerja sebagai buruh
migran di Indonesia ini masih jarang dilakukan, bahkan penyesuaian sosial
yang dijadikan dependent variable dalam penelitian ini dan bentuk
penyesuaian lainnya pun masih jarang diteliti, untuk itu disarankan agar
penelitian selanjutnya meneliti variabel-variabel lain yang lebih berkaitan
dengan karakteristik subjek dalam penelitian ini seperti subjective well-being,
resilience, dukungan sosial, life satisfaction, loneliness, dan variabel-variabel
psikologi dan demografi lainnya.
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar diteliti juga pada usia anak-anak
bukan hanya remaja saja. Karena anak dengan orang tua sebagai buruh migran
sudah banyak yang ditinggal dari usia dini dan hal itu bisa jadi berdampak pada
psikologisnya sejak kecil. Selain itu, dapat disarankan pula untuk meneliti pada
anak dengan orang tua yang bekerja sebagai buruh migran di dalam negeri
yaitu yang bekerja di luar kota tempat tinggalnya bukan yang hanya di luar
negeri saja.
72
3. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur dengan mengadaptasi,
dan memodifikasi dari teori yang sudah ada, namun masih terdapat kekurangan
di dalamnya. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memerhatikan
lagi alat ukur yang digunakan seperti menggunakan bahasa yang lebih mudah
dipahami oleh subjek penelitian dan memilih alat ukur yang lebih sesuai
dengankarakteristik subjek penelitian.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran praktis untuk
penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah agar lebih memberikan perhatian terhadap anak-anak dengan
orang tua yang bekerja sebagai buruh migran, baik yang di dalam negeri
maupun yang di luar negeri. Jika ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan karakteristik individu yang harus bekerja sebagai buruh migran sulit
didapat dan perbaikan ekonomi di Indonesia masih butuh waktu lama untuk
diperbaiki, maka setidaknya keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan ini
diberikan pehatian secara kontinu dengan program-program yang dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologisnya seperti konsultasi, workshop
mengenai pekerjaan, dan lain-lain sehingga penyesuaian yang buruk pada anak
buruh migran dapat dihindari.
2. Bagi orang tua yang bekerja sebagai buruh migran, diharapkan memiliki
motivasi untuk lebih bekerja dan berkembang di tempat tinggalnya, artinya saat
ekonomi keluarga sudah semakin baik, maka diharapkan untuk memulai usaha
atau bekerja di daerah tempat tinggalnya, karena selama penelitian ini, peneliti
73
menemukan bahwa kehadiran orang tua bagi anak itu lebih penting daripada
uang atau materi yang diberikan. Kehadiran orang tua dalam kehidupan anak
buruh migran lebih dibutuhkan dibandingkan kebutuhan materi yang diberikan
orang tua.
3. Bagi sekolah yang memiliki siswa dengan orang tua yang bekerja sebagai
buruh migran agar mulai memberikan perhatian pada mereka, dengan
memberikan penyuluhan atau motivasi agar mereka merasa diterima atau
didukung oleh teman sekolah, guru, dan seluruh pihak sekolah lainnya. Selama
melakukan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa data siswa dengan orang
tua sebagai buruh migran belum didata secara teroganisir. Untuk itu, agar
dimulai dengan mengetahui siapa saja siswa yang orang tuanya bekerja sebagai
buruh migran sehingga lebih mudah mengontrol dan mengawasi mereka.
4. Bagi pengasuh anak buruh migran yang tinggal bersama di rumah agar lebih
sering melakukan komunikasi secara dekat dan terbuka dengan anak-anak
buruh migran, seperti menanyakan kabar di sekolah, pertemanan mereka, dan
bagaimana kehidupan mereka agar saat mereka ditinggal oleh orang tuanya
untuk bekerja, mereka masih merasakan cinta dan perhatian dari pengasuh
sehingga penyesuaian yang buruk dapat dihindari dan mereka tidak merasa
diabaikan oleh keluarganya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama.
Ahmad, K. B., Zadeh, Z. F. (2014). Gender discrimantion in disabled adolescents:
An analysis of psychologycal adjustment in a cosmopolitan city in
Pakistan. Sociology and Anthropology. 2 (6): 232-238.
Arroyo, A., Nevárez, N., Segrin, C., Harwood, J. (2012). The association between
parent and adult child shyness, social skills, and perceived family
communication. Journal of Family Communication, 12: 249–264.
Beh, L & Yao, Y. (2012). “Left-behind children” phenomenon in China: case
study in chongqing. International Journal of China Studies. 3(2). 167-
188.
Bienvenu, M. J. (1971). An interpersonal communication inventory. The Journal
of Communication. 21. 381-388.
BNP2TKI. (2018). Laporan pengolahan data BNP2TKI sd September 2016.
http://www.bnp2tki.go.id/read/12998/Data-Penempatan-dan-
Perlindungan-TKI-Periode-1-JANUARI-S.D-31-JANUARI-2018.html.
Diunduh pada tanggal 16 Maret 2018.
Botezat, Alina., Pfeiffer, Friedhelm. (2014). The impacts of parents migration on
the well-being of the children left behind - initial evidence from
Romania. 14 (029). 1-24.
Brackett, M. A & Salovey, P. (2006). Measuring emotional intelligence with the
Mayor-Salovey-Caruso emotional intelligence test (msceit). Psicothema.
18. 34-41.
Bryan, J. (2005). Children of international migrants in indonesia, thailand, and
the philippines: a review of evidence and policies. UNICEF: Innocenti
Working Paper.
Calhoun, J. F & Acocella, J. R. (1990). Psychology of Adjustment and Human
Relationship. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Satmoko (terj). Semarang: IKIP Semarang Press.
Campbell, J., Akdemir, O. A. (2016). The development of
interpersonalcommunication scale: the study of validity and reliability.
International Periodical for the Languages, Literature, and History of
Turkish orTurkic.11(19):859-972.
Caro, D. H. (2011). Parent-child communication and academic performance:
association at the within- and between-country level. Journal for
Educational Research Online. 3(2). 15-37.
Derlega, V. J & Janda L. H. (1981). Personal Adjustment: The Psychology of
Everyday Life Second Edition. USA: Scott, Foresman and Company.
75
Devito, J.A. (2013). The Interpersonal Communication Book. New York: Pearson.
Devito, J.A. (2015). Human communication: the basic course, Thirteenth edition.
New York: Pearson Ed, Inc.
Dios, A.J., Dungo, N., Reyes, M. (2013). Patterns, trends and challenges of labour
migration in the Philippines: focus on families and children left behind.
UN Women: Valuing The Social Costs of Migration. 72-127.
Dios, A.J. (2013). Introduction. UN Women: Valuing The Social Costs of
Migration.1-16.
Garza, Rodolfo de la. (2010). Migration, development and children left behind: a
multidimensional perspective. Social and Economic Policy Working
Paper UNICEF. New York: UN Plaza.
Hartley, P. (1993). Interpersonal Communication. New York: Routledge.
Hultin, M. (2011). Emotional intelligence: the three major theories in the
field.Swedia: University of Skovde. Bachelor project.
Hurlock, E.B. (1978). Child Development: Sixth Edition. Singapore: Mcgraw-Hill.
Igbo, J.N., Nwaka, R.N., Mbagwu, F., Mezieobi, D. (2016). Emotional
intelligence as a correlate of social and academic adjustment of first year
university students in South East geo–political zone of Nigeria. ABC
Journal of Advanced Research. 5 (1). 9-20.
Israel, G. D. (1992). Determining sample size. Fact Sheet PEOD-6, 1-5.
Jia, Z & Tian, W. (2010). Loneliness of left-behind children: a cross-sectional
survey in asample of rural China. Child: care, health and development.
36 (6). 812-817.
John, K., Gammon, D., Prusoff, B.A., Warner, V. (1987). The social adjustment
inventory for children and adolescents: Testing of a new semistructured
interview. Journal of the American Academy of Child & Adolescent
Psychiatry. 898-911.
Kar1, D., Saha1, B., Mondal, B.C. (2016). Emotional intelligence and adjustment
ability among higher secondary school students: A correlational study.
American Journal of Social Sciences. 4(4). 34-37.
Laursen, Brett., Collins, W. A. (2009). Parent-child relationship during
adolescent. 2. 3-42.
Lazarus, R. S. (1976). Patern of Adjustment Third Edition. New York: Mc Graw
Hill Book Company.
Liang, Zai., Guo, Lin., Duan, Charles Chengrong. (2007). Migration and the well-
being of children in China. Symposium: The Well-being of a Floating
Population. New York: Yale University.
76
Lu S., Lin Y-T., Vikse J.H., Huang C-C. (2016). Well-being of migrant and left-
behind children in China: Education, health, parenting, and personal
values. International Journal of Social Welfare. 25. 58-68.
Malamassam, M.A. (2014). Women labor migration in asia: mother migration and
its impacts on left-behind children. Jurnal Kependudukan Indonesia. 9
(1). 1-10.
Matsumoto, D (ed). 2010. APA Handbook of Interpersonal Communication.
Washington, DC: American Psychological Association.
Mayer, J. D., Salovey, P., Caruso, R. D. (2004). Emotional intelligence: theory,
findings, and implications. Psychological Inquiry. 15 (3). 197-215.
Mu, Guanglun Michael., Hu, Yang. (2016). Living with Vulnerabilities and
Opportunities in a Migration Context. Rotterdam: Sense Publishers.
Pfeiffer, J. W & Jones, J. E (Eds). (1974). The 1974 Annual Handbook for Group
Facilitator. San Diego, CA: University Associates.
Punia, S., Sangwan, S. (2011). Emotional intelligence and social adaptation of
school children. J Psychology. 2(2). 83-87.
Raharto, A., Noveria, M., Romdiati, H., Fitranita, Malamassam, M.A., Hidayati, I.
(2013). Indonesian labour migration: social costs and families left
behind. UN Women: Valuing The Social Costs of Migration. 18-71.
Safitri, Nadia. (2010). Hubungan Kematangan Emosi dan Penyesuaian Sosial
Siswa Berbakat Program Akselerasi SMA Negeri 3 Tangerang Selatan.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Salguero, J.M., Palomera, R., Berrocal, P.F. (2011). Perceived emotional
intelligence as predictor of psychological adjustment in adolescents: a 1-
year prospective study. Eur J Psychol Educ. DOI: 10.1007/s10212-011-
0063-8.
Salovey, P & Grewal, D. (2005). The science of emotional intelligence. American
Psychological Society. 14 (6). 281-285.
Salovey, P. & Mayer, J. D. (1990). Emotional Intelligence. Baywood Publishing
Co., Inc.
Schneiders. (1960). Personality Development and Adjustment in Adolescence.
USA: The Bruce Publishing Company.
Schneiders. (1960). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt,
Rinehart Winston.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden,
C. J., & Dornheim, L. (1998). Development and validation of a measure
77
of emotional intelligence. Personality and Individual Differences. 25.
167–177.
Stys, Y & Brown, S. L. (2004). A review of the emotional intelligence literature
and implication for corrections. Research Branch Correctional Service of
Canada.
Su, S., Li, X., Lin, D., Xu, X., Zhu, M. (2012). Psychological adjustment among
left-behind children in rural China: The role of parental migration and
parent-child communication. Child: Care, Health, And Development. 39
(2). 162-170.
Sulaiman, S.M.A. (2013). Emotional intelligence, depression and psychological
adjustment among university students in the Sultanate of Oman.
International Journal of Psychological Studies. 5(3). 3. 169-181.
Umar, Jahja. (2014). Confirmatory factor analysis: Bahan ajar perkuliahan.
Tidak untuk dipublikasikan.
Wood, J.T. 2016. Interpersonal Communication: Everyday Encounter, Eighth
Edition. USA: Cengage Learning.
78
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
79
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya Shofiatul Amini mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang
melakukan penelitian yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar sarjana
Psikologi. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk
mengisi kuisioner ini.
Dalam menjawab kuisoner ini tidak ada jawaban salah atau benar, maka teman-
teman bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman.
Sesuai dengan kode etik penelitian, semua jawaban yang teman-teman berikan
akan terjamin kerahasiannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.
Saya sangat mengharapkan kerjasama teman-teman untuk mengisi seluruh bagian
dari kuisioner ini secara lengkap. Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu.
Setelah selesai mengisi kuisioner ini mohon diteliti kembali jawaban teman-teman
agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.
Terima kasih atas kerjasama dan kesediaan teman-teman untu mengisi kuesioner.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2017
Hormat Saya,
Shofiatul Amini
Informed Consent
Apakah Anda bersedia mengisi kuesioner?
Ya
Tidak
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Responden,
( )
80
DATA PRIBADI
Mohon kesediaannya untuk mengisi data-data berikut ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Seluruh data yang Anda berikan, hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Usia :
Kelas/Sekolah :
Orang tua yang bekerja sebagai TKI :
Ayah
Ibu
Ayah dan Ibu
Sudah berapa lama ditinggal orang tua? :
< 1 tahun
1-5 tahun
≥ 6 tahun
Selama menjadi TKI, sudah berapa kali orang tua Anda pulang kampung? :
≤ 5 kali
>5 kali
Usia pertama kali ditinggal :
≤ 5 tahun
6 tahun – 10 tahun
>10 tahun
Saat ini tinggal dengan :
Ayah
Ibu
Nenek/Kakek
Lainnya..........................(tuliskan)
Bagaimana frekuensi komunikasi Anda dengan orang tua? :
Tidak Pernah
Kadang-kadang
Sering
81
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk memilih apakah pernyataan tersebut sesuai
dengan diri Anda dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu dari
pilihan yang tersedia pada kolom di bagian kanan dari masing-masing pernyataan.
Contoh:
No Pernyataan Sangat Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai
Sesuai Sangat
Sesuai
1 Saya senang berkumpul
dengan teman-teman
X
Selamat Mengerjakan
Skala Penyesuaian Sosial
No. Pernyataan
Sangat
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai Sesuai
Sangat
Sesuai
1 Saya merasa orangtua saya lebih
memihak kakak/adik saya
dibandingkan saya
2 Walaupun tidak sesuai hati, saya
tetap mengikuti perintah orangtua
3 Saya merasa nyaman dengan
keluarga saya
4 Saya menerima dengan senang
hati apa pun yang diperintah oleh
orangtua saya
5 Saya menaati segala aturan yang
diberikan oleh orangtua
6 Apabila ada keinginan
kakak/adik yang belum tercapai,
saya akan membantunya
7 Saya kesal ketika saya diminta
untuk melakukan pekerjaan
rumah
8 Saya kurang tertarik untuk
membantu keluarga saya dalam
mencapai apa yang mereka
inginkan
9 Orangtua saya memberikan
kebebasan dalam memutuskan
sesuatu kepada saya
82
10 Saya menerima segala peraturan
yang ada di sekolah dengan baik
11 Saya merasa selalu dibatasi oleh
keluarga saya
12 Saya kesal dengan peraturan-
peraturan di sekolah
13 Saya mengikuti berbagai kegiatan
di sekolah
14 Saya senang menjalin hubungan
dengan teman di sekolah
15 Saya malas untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan di sekolah
16 Apabila saya dimarahi guru, saya
melawannya
17 Saya mengikuti aturan yang
diberikan oleh sekolah tanpa
melanggarnya
18 Apabila ada perlombaan antar
sekolah, saya siap untuk menjadi
wakil sekolah saya
19 Bagi saya tanggung jawab dan
norma sekolah sesuatu yang
membosankan
20 Saya malas untuk berpartisipasi
dalam pelombaan antar sekolah
21 Saya merasa tidak nyaman
bertemu dengan orang baru
22 Saya berteman dengan siapa saja
23 Saya menjaga ketertiban di
lingkungan masyarakat saya
24 Saya hanya berteman dengan
orang yang memiliki kesamaan
dengan saya
25 Saya berpikir terlebih dahulu
sebelum menolong orang lain
26 Saya malas untuk mengikuti
kegiatan tradisi yang diadakan di
lingkungan saya
27 Apabila ada orang yang
mengalami kesulitan, saya
membantunya
28 Saya tertarik untuk belajar lebih
dalam mengenai budaya di
lingkungan saya
83
29 Saya tidak peduli dengan urusan
orangtua maupun saudara saya
30 Saya mengabaikan
tanggungjawab yang diberikan
orangtua
Skala Kecerdasan Emosi
No. Pernyataan
Sangat
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai Sesuai
Sangat
Sesuai
1
Saya tahu kapan dapat berbicara
mengenai masalah pribadi saya
ke orang lain
2
Ketika saya menghadapi
hambatan, saya teringat saya
pernah menghadapi hambatan
yang sama dan saya mampu
mengatasinya
3
Saya berharap saya mampu
melakukan sesuatu dengan baik
yang saya coba
4
Orang lain mudah percaya
menceritakan rahasianya kepada
saya
5 Saya sulit untuk memahami
pesan nonverbal dari orang lain
6
Beberapa peristiwa membuat
saya mengevaluasi kembali
mana yang penting dan mana
yang tidak penting
7
Ketika suasana hati berubah,
saya melihat kemungkinan yang
baru
8 Emosi adalah salah satu yang
membuat hidup saya berharga
9 Saya sadar dengan emosi saya
karena saya mengalaminya
10 Saya berharap sesuatu yang baik
terjadi
11 Saya suka berbagi emosi dengan
orang lain
84
12
Ketika saya mengalami emosi
yang positif, saya tahu
bagaimana membuatnya
bertahan
13 Saya dapat menyusun sebuah
acara untuk dinikmati
14 Saya mencari aktivitas yang
membuat saya bahagia
15
Saya sadar dengan pesan
nonverbal yang saya sampaikan
ke orang lain
16
Saya menampilkan diri saya
dengan cara memberikan kesan
yang baik kepada orang lain
17
Ketika suasana hati saya positif,
saya dengan mudah dapat
menyelesaikan masalah
18
Dengan melihat ekspresi wajah
orang lain, saya tahu emosi apa
yang dialaminya
19 Saya tahu kenapa emosi saya
berubah
20
Ketika suasana hati saya positif,
saya mampu mendatangkan ide-
ide baru
21 Saya memiliki kontrol terhadap
emosi saya
22
Saya dengan mudah menyadari
emosi saya sebagaimana saya
mengalaminya
23
Saya memotivasi diri saya
dengan membayangkan hasil
yang baik terhadap tugas yang
saya ambil
24
Saya memuji orang lain ketika
mereka melakukan sesuatu
dengan baik
25
Saya sadar dengan pesan
nonverbal yang orang lain
berikan
85
26
Ketika orang lain bercerita
tentang sebuah peristiwa penting
dalam hidupnya, saya merasa
seolah-olah saya telah
mengalami peristiwa itu sendiri
27
Ketika saya merasa ada sebuah
perubahan dalam emosi, saya
dengan mudah memunculkan
ide-ide yang baru
28
Ketika saya menghadapi
tantangan, saya menyerah
karena saya yakin saya akan
gagal
29
Saya tahu perasaan yang sedang
dialami orang lain hanya dengan
melihat mereka
30 Saya membantu orang lain
ketika mereka sedang terpuruk
31
Saya menggunakan emosi yang
baik untuk membantu saya
ketika mencoba menghadapi
hambatan
32
Saya dapat mengatakan emosi
apa yang sedang dialami
seseorang dengan
mendengarkan nada suaranya
33
Sulit bagi saya untuk memahami
mengapa orang merasakan hal
yang mereka lakukan
Skala Komunikasi Interpersonal
No Pernyataan
Sangat
Tidak
Sesuai
Tidak
Sesuai Sesuai
Sangat
Sesuai
1 Sulit bagi saya untuk mengobrol
dengan orangtua saya
2 Dalam sebuah percakapan, saya
mencoba untuk menempatkan
diri pada lawan bicara saya yaitu
orangtua saya
86
3 Saat ada masalah yang muncul
antara saya dan orangtua, saya
dapat membicarakan masalah
tersebut tanpa marah
4 Saya membantu orangtua untuk
memahami diri saya
5 Dalam percakapan, saya
membiarkan orangtua berbicara
terlebih dahulu tanpa memotong
pembicaraan tersebut
6 Saya berusaha memahami ketika
seseorang sedang berbicara
7 Dalam sebuah diskusi, saya sulit
untuk melihat pandangan
orangtua saya
8 Saya mengaku salah ketika
melakukan kesalahan
9 Saya berprasangka buruk pada
orangtua, sebelum mereka
menjelaskan apa maksud
sebenarnya
10 Saya marah ketika orangtua
tidak setuju dengan saya
11 Saya takut mengatakan ‘tidak
setuju’ pada pendapat orangtua
karena takut mereka akan marah
12 Saya sulit untuk memuji
orangtua saya
13 Saya sengaja menyembunyikan
kesalahan saya dari orangtua
14 Sulit bagi saya untuk
menceritakan masalah saya pada
orangtua
15 Saya selalu mengalihkan
pembicaraan ketika berada
dalam sebuah diskusi
16 Saya tidak menyimak
pembicaraan saat melakukan
percakapan dengan orangtua
17 Orangtua mendengarkan saya
ketika saya sedang berbicara
kepada mereka
18 Saya meminta orangtua saya
mengatakan bagaimana
pendapat mereka tentang inti
yang sedang saya bicarakan
87
19 Dalam percakapan, saya lebih
cerewet dari lawan bicara saya
yaitu orangtua saya
20 Bila orangtua menyakiti
perasaan saya, saya
membicarakan hal tersebut
dengan mereka
21 Saya puas dengan cara
penyelesaian saya tentang
perbedaan pendapat dengan
orangtua saya
22 Saya cemberut dan merajuk
untuk waktu yang lama ketika
orangtua memarahi saya
23 Pada umumnya, saya bisa
mempercayai orangtua
24 Saya merasa bahwa orangtua
tidak menerima apa adanya diri
saya
25 Saat saya ditanya sebuah
pertanyaan yang kurang jelas,
saya meminta orangtua saya
untuk menjelaskan apa
maksudnya
26 Saat saya sedang menjelaskan
sesuatu, orangtua cenderung
memotong pembicaraan saya
27 Saya sulit mengeluarkan ide-ide
bila banyak ide yang berbeda
dari orangtua
28 Saya menyadari bahwa suara
saya mengganggu orangtua saya
29 Sulit untuk saya menerima
kritikan dari orangtua
30 Saya cepat meminta maaf pada
orangtua ketika saya telah sakiti
perasaan mereka
31 Saya sulit untuk berpikir jernih
bila marah dengan orangtua
32 Orangtua memahami perasaan
saya
33 Saya merasa bahwa pemikiran
saya selalu benar
88
34 Kata-kata yang saya ucapkan
sesuai dengan apa yang saya
inginkan dalam sebuah
percakapan
35 Dalam percakapan, saya
membicarakan hal-hal yang
menarik perhatian orangtua
36 Saya menahan diri untuk
mengatakan sesuatu yang akan
menyakiti orangtua atau malah
memperburuk keadaan
37 Saya tidak enak hati ketika
orangtua memuji saya
38 Saya berpura-pura sedang
mendengarkan orangtua padahal
sebenarnya tidak
39 Dalam percakapan, saya bisa
membedakan antara apa yang
orangtua katakan dan apa yang
mungkin mereka rasakan
40 Saat sedang berbicara, saya
menyadari bagaimana orangtua
bereaksi terhadap apa yang saya
katakan
Terima kasih
89
Lampiran 3
Syntax Lisrel
UJI VALIDITAS KONSTRUK ADJUST DA NI=30 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22
X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 SE 1 4 6 7 8 12 15 16 17 18 19 21 25 27 28 29/ PM SY FI=ADJUST.COR MO NX=16 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ADJUST FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12
1 LX 13 1 FR LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 FR TD 15 14 TD 16 12 TD 3 1 TD 10 7 TD 9 2 TD 9 8 TD 13 5 TD 7 1 TD 14 7 TD 6 2 TD 15 2 FR TD 9 4 TD 6 3 TD 10 3 TD 5 4 TD 14 11 TD 14 8 TD 16 5 TD 16 3 TD 13 12 TD 12 8 TD 12
11 TD 15 12 TD 15 9 PD OU TV SS MI
90
UJI VALIDITAS KONSTRUK APPRAIS DA NI=15 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
X12 X13 X14 X15 PM SY FI=APPRAIS.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK APPRAIS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX
14 1 LX 15 1 FR TD 5 3 TD 13 8 TD 4 3 TD 11 7 TD 7 5
TD 7 3 TD 6 1 TD 12 5 TD 15 3 FR TD 12 6 TD 13 2 TD 12 1 TD 5 1 TD 9
4 TD 12 2 TD 15 4 TD 15 14 TD 15 10 FR TD 15 2 PD OU TV SS MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK REGULAT DA NI=6 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=REGULAT.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK REGULAT FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 FR TD 4 3 TD 6 2 PD OU TV SS MI
91
UJI VALIDITAS KONSTRUK UTILIZ DA NI=12 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
X12 PM SY FI=UTILIZ.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK UTILIZ FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX
11 1 LX 12 1 FR TD 5 2 TD 10 8 TD 8 7 TD 5 1 TD 11 2
TD 8 6 TD 9 6 TD 9 2 TD 10 9 TD 9 7 TD
12 6 TD 11 6 PD OU TV SS MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELFCON DA NI=9 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 PM SY FI=SELFCON.COR MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SELFCON FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 FR TD 9 6 TD 9 1 TD 9 8 TD 8 1 PD OU TV SS MI
92
UJI VALIDITAS KONSTRUK ABILITY DA NI=8 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 SE 2 3 4 5 6 7 8/ PM SY FI=ABILITY.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ABILITY FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 FR TD 2 1 TD 6 2 TD 4 1 PD OU TV SS MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK SKILLEX DA NI=8 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=SKILLEX.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SKILLEX FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 6 5 TD 8 2 TD 5 3 TD 8 6 TD 6 2 PD OU TV SS MI
93
UJI VALIDITAS KONSTRUK
COPINGEM DA NI=8 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=COPINGEM.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK COPINGEM FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 FR TD 6 5 TD 7 1 TD 5 2 TD 7 2 PD OU TV SS MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELFDIS DA NI=7 NO=297 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 PM SY FI=SELFDIS.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SELFDIS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
LX 6 1 LX 7 1 FR TD 5 3 TD 6 1 TD 5 1 TD 7 3 PD OU TV SS MI
94
Lampiran 4
Output SPSS
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .511a .261 .241 7.41598 .261 12.721 8 288 .000
a. Predictors: (Constant), SELFDIS, COPINGEM, APPRAIS, SELFCON, SKILLEX, REGULAT, ABILITY,
UTILIZ
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.315 4.688 2.627 .009
APPRAIS -.006 .062 -.006 -.102 .919
REGULAT .020 .080 .017 .253 .801
UTILIZ .160 .071 .157 2.248 .025
SELFCON .131 .069 .118 1.914 .057
ABILITY .169 .070 .164 2.427 .016
SKILLEX .270 .066 .259 4.089 .000
COPINGEM .013 .066 .013 .202 .840
SELFDIS -.003 .068 -.003 -.046 .963
a. Dependent Variable: ADJUST
95
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .122a .015 .011 8.46111 .015 4.428 1 295 .036
2 .235b .055 .049 8.30050 .040 12.526 1 294 .000
3 .301c .091 .082 8.15550 .036 11.547 1 293 .001
4 .375d .141 .129 7.94255 .050 16.922 1 292 .000
5 .461e .212 .199 7.61702 .072 26.492 1 291 .000
6 .511f .261 .246 7.39091 .049 19.077 1 290 .000
7 .511g .261 .243 7.40317 .000 .041 1 289 .841
8 .511h .261 .241 7.41598 .000 .002 1 288 .963
a. Predictors: (Constant), APPRAIS
b. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT
c. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ
d. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ, SELFCON
e. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ, SELFCON, ABILITY
f. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ, SELFCON, ABILITY, SKILLEX
g. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ, SELFCON, ABILITY, SKILLEX, COPINGEM
h. Predictors: (Constant), APPRAIS, REGULAT, UTILIZ, SELFCON, ABILITY, SKILLEX, COPINGEM, SELFDIS